49
PROFIL POTENSI DAN PELUANG INVESTASI SEKTOR INFRASTRUKTUR (PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH 2018

PROFIL · 2020. 6. 22. · penduduk, hal tersebut menimbulkan terjadinya backlog. Backlog dapat diartikan sebagai kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan rumah yang dibutuhkan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PROFIL

    POTENSI DAN PELUANG INVESTASI SEKTOR INFRASTRUKTUR

    (PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN)

    DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

    PROVINSI JAWA TENGAH

    2018

  • i

    RINGKASAN PROFIL POTENSI DAN PELUANG INVESTASI SEKTOR INFRASTRUKTUR

    Ketidakseimbangan antara ketersediaan rumah yang telah dibangun baik oleh pemerintah atau swasta dengan

    permintaan akan rumah oleh masyarakat yang semakin tahun terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk, hal

    tersebut menimbulkan terjadinya backlog. Backlog dapat diartikan sebagai kesenjangan antara jumlah rumah terbangun

    dengan rumah yang dibutuhkan oleh rakyat. Terdapat perbedaan perspektif tentang acuan penentuan jumlah backlog

    perumahan. menurut Badan Pusat Statistik (BPS) orang (rumah tangga) tinggal di rumah yang layak huni, tapi sewa, tetap

    dianggap backlog perumahan. sedangkan menurut Kementrian PUPR, sepanjang sudah tinggal di hunian yang layak, maka

    tidak terhitung sebagai angka backlog perumahan.

    Berangkat dari permasalahan tersebut maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan kajian untuk

    pembangunan perumahan di kawasan industri. Pembangunan perumahan di kawasan industri ini didasarkan pada

    kebutuhan tempat tinggal baik dari direksi, staff maupun buruh industri.

    Dalam pengembangan investasi perumahan di kawasan industri perlu diketahui estimasi jumlah pekerja, kebutuhan

    rumah, ketersediaan hingga peluang investasi di dalam maupun di luar kawasan industri. Bentuk penyediaan hunian di

    dalam kawasan industri dapat disediakan dalam bentuk apartemen kelas atas, rumah tapak kelas atas, apartemen kelas

    menengah dan rumah susun sederhana sewa. Bentuk penyediaan hunian di luar kawasan industri dapat disediakan dalam

    bentuk apartemen kelas atas, rumah tapak kelas atas, rusunawa kelas menengah, rumah tapak kelas menengah dan

    rumah susun sederhana sewa. Peluang investasi perumahan terbesar baik di Kendal maupun Demak, di dalam maupun di

    luar kawasan, terdapat pada perumahan bagi karyawan middle class.

    Dari hasil perhitungan pada masing-masing kawasan didapatkan bahwa terdapat prospek yang besar terkait peluang

    investasi perumahan mengingat dengan adanya pengembangan kawasan industri baik di Kendal maupun Demak ini akan

    menarik banyak pekerja yang kemudian berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan rumah. Untuk memenuhi

    kebutuhan rumah yang begitu banyak tidak mungkin untuk dilaksanakan oleh pengelola kawasan industri dan pemerintah

    daerah saja, melainkan dibutuhkan investor atau pengembang perumahan untuk membantu pemenuhan kebutuhan rumah

    bagi karyawan industri

    Peluang investasi perumahan di Kawasan Industri Kendal terbagi menjadi dua yaitu peluang investasi di dalam

    kawasan dan di luar kawasan. Total peluang investasi di dalam kawasan industri (kelas atas, kelas menengah dan kelas

    bawah) sebesar Rp. 6.838.794.320.000,00 (Enam Trilyun Delapan Ratus Tiga Puluh Delapan Milyar Tujuh Ratus Sembilan

    Puluh Empat Juta Tiga Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah), sedangkan total peluang investasi di luar kawasan industri (kelas

    atas, kelas menengah dan kelas bawah) sebesar Rp. 8.329.498.308.000,00 (Delapan Trilyun Tiga Ratus Dua Puluh

    Sembilan Milyar Empat Ratus Sembilan Puluh Delapan Juta Tiga Ratus Delapan Ribu Rupiah).

    Peluang investasi perumahan di Kawasan Industri Demak terbagi menjadi dua yaitu peluang investasi di dalam

    kawasan dan di luar kawasan. Total peluang investasi di dalam kawasan industri (kelas atas, kelas menengah dan kelas

    bawah) sebesar Rp.512.834.646.000,00 (Lima Ratus Dua Belas Milyar Delapan Ratus Tiga Puluh Empat Juta Enam Ratus

    Empat Puluh Enam Ribu Rupiah), sedangkan total peluang investasi di luar kawasan industri (kelas atas, kelas menengah

    dan kelas bawah) sebesar Rp. 1.562.342.630.000,00 (Satu Trilyun Lima Ratus Enam Puluh Dua Milyar Tiga Ratus Empat

    Puluh Dua Juta Enam Ratus Tiga Puluh Ribu Rupiah).

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat dan karunia-Nya serta angerah

    kesempatan sehingga buku Profil Potensi dan Peluang Investasi Sektor Infrastruktur dengan fokus Perumahan dan

    Pemukiman Di Jawa Tengah dapat tersusun sesuai jadwal yang telah ditentukan.

    Penyusunan profil ini dilatar-belakangi kurangnya lahan yang digunakan untuk perumahan dan pemukiman di

    sekitar kawasan industri, selain itu banyak masyarakat atau karyawan industri tidak mempunyai tempat tinggal yang

    memadai.

    Hasil identifikasi dari beberapa lokasi kawasan industri di Provinsi Jawa Tengah terdapat 2 peluang investasi

    sektor infrastruktur dengan fokus perumahan dan pemukiman di sekitar kawasan industri, yaitu Kawasan Industri Kendal

    dan Kawasan Industri Jatengland.

    Ucapan terimakasih disampaikan kepada para narasumber, khususnya yang berada di kabupaten/kota, dan Tim

    Pendamping dari Universitas Diponegoro. Harapannya, informasi dalam profil ini dapat selalu di ”up date” sesuai

    perkembangan terkini.

    Demikian beberapa hal yang dapat kami sampaikan. Semoga informasi dalam profil ini dapat membuka wawasan

    dan berkembangnya ide untuk mendukung pengembangan ekonomi wilayah berbasis pariwisata.

    Semarang, September 2018

    KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN

    PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH

    Dr. PRASETYO ARIBOWO, SH. M.Soc. SC

  • iii

    DAFTAR ISI

    RINGKASAN ........................................................................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .............................................................................................................................................. ii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................................ v

    DAFTAR TABEL ................................................................................................................................................... vi

    BAB I ................................................................................................................................................................... viii

    PENDAHULUAN .................................................................................................................................................... 8

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 8

    1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran ......................................................................................................... 8

    1.2.1 Maksud dan Tujuan.................................................................................................................... 8

    1.2.2 Sasaran .................................................................................................................................... 8

    1.3 Ruang Lingkup .............................................................................................................................. 2

    1.3.1 Ruang Lingkup Substansi ........................................................................................................... 2

    1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah .............................................................................................................. 2

    1.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan ....................................................................................................... 1

    1.4.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................................... 1

    1.4.2 Metode dan Proses Analisis ........................................................................................................ 1

    1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................................................... 1

    BAB II .................................................................................................................................................................... 2

    KAJIAN LITERATUR.............................................................................................................................................. 2

    2.1 Kebijakan ...................................................................................................................................... 2

    2.1.1 Kebijakan Pengembangan Perumahan ........................................................................................ 2

    2.1.2 Kebijakan Pengembangan Industri .............................................................................................. 2

    2.1.3 Kebijakan Ketenagakerjaan ........................................................................................................ 3

    Gambar 2.2 .............................................................................................................................................. 3

    Kedudukan MBR dalam Klasifikasi Masyarakat Berdasarkan Pendapatan ..................................................... 3

    2.2 Penentuan Lokasi Perumahan dalam Kawasan Industri .................................................................... 3

    2.3 Konsep Perumahan dalam Kawasan Industri ................................................................................... 4

    2.3.1 Tipe Rumah dan Kawasan Perumahan ........................................................................................ 4

    2.4 Best Practice Penyediaan Hunian dalam Bentuk High Rise Building dan Rusunawa bagi Pekerja

    Industri 4

    BAB III ................................................................................................................................................................... 7

    GAMBARAN UMUM .............................................................................................................................................. 7

    2.1 Gambaran Umum Kawasan Kedungsepur ....................................................................................... 7

    2.1.1 Kondisi Fisik Kawasan Kedungsepur ........................................................................................... 7

  • iv

    2.1.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja Kawasan Kedungsepur ............................................................ 9

    2.1.3 Kawasan Industri di Kawasan Kedungsepur ...............................................................................10

    2.2 Pemilihan Kawasan Prioritas Investasi Perumahan Kawasan Industri ..............................................11

    2.3 Kendal – Kawasan Industri Kendal (KIK) Park by The Bay ..............................................................13

    Gambar 3.10 ..........................................................................................................................................15

    Masterplan Kawasan Komersial Tempat Direncanakannya Dragon by The Bay dan Apartement by The Bay .15

    2.4 Demak – Kawasan Industri Demak Jatengland Industrial Park .........................................................16

    BAB 4 .................................................................................................................................................................. 18

    ANALISIS INVESTASI PERUMAHAN DI KAWASAN INDUSTRI ......................................................................... 18

    4.1 Kawasan Industri Kendal – Park By The Bay .................................................................................18

    4.1.1 Analisis Jumlah Karyawan ........................................................................................................18

    4.1.2 Analisis Kebutuhan Rumah .......................................................................................................18

    4.1.3 Ketersediaan Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman..............................................................23

    4.1.4 Peluang Investasi Perumahan di Kawasan Industri Kendal ..........................................................23

    4.2 Kawasan Industri Demak – Jatengland Industrial Estate .................................................................26

    4.2.1 Analisis Jumlah Karyawan dan Kebutuhan Rumah .....................................................................26

    4.2.2 Analisis Kebutuhan Rumah .......................................................................................................26

    4.2.3 Ketersediaan Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman..............................................................33

    4.2.4 Peluang Investasi Perumahan di Kawasan Industri Jatengland ....................................................33

    BAB 5 .................................................................................................................................................................. 36

    PENUTUP............................................................................................................................................................ 36

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................................................36

    5.2 Rekomendasi ..............................................................................................................................38

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................................. 39

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Peta Batas Administrasi Kawasan Kedungsepur ................................................................... 2

    Gambar 1.2 Peta Batas Kawasan Industri Kendal .................................................................................... 2

    Gambar 2.1 Skema Perwilayahan Industri ................................................................................................ 3

    Gambar 2.2 Tahapan Perizinan Kawasan Industri .................................................................................... 5

    Gambar 2.3 Kedudukan MBR dalam Klasifikasi Masyarakat Berdasarkan Pendapatan ............................ 6

    Gambar 2.4 Ilustrasi Rumah Tunggal ....................................................................................................... 7

    Gambar 2.5 Salah Satu Contoh Rumah Deret Tipe 21 ............................................................................. 7

    Gambar 2.6 Salah Satu Bangunan Rumah Susun 4 Lantai....................................................................... 8

    Gambar 2.7 Ilustrasi Kasiba, Lisiba dan Lisiba BS dalam Kawasan Permukiman...................................... 8

    Gambar 2.8 Bagan Pendekatan Penyelenggaraan Kasiba/Lisiba BS dalam Pembangunan

    Perumahan dan Permukiman serta Penyediaan PSD ........................................................... 9

    Gambar 2.9 Floor Plan Monroe Tower ..................................................................................................... 9

    Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Kawasan Kedungsepur ................................................................... 11

    Gambar 3.2 Peta Topografi Kawasan Kedungsepur ................................................................................. 11

    Gambar 3.3 Peta Litologi Kawasan Kedungsepur ..................................................................................... 12

    Gambar 3.4 Peta Curah Hujan Kedungsepur ........................................................................................... 12

    Gambar 3.5 Peta Kesesuaian Lahan Kawasan Kedungsepur ................................................................... 13

    Gambar 3.6 Bagan Alur Pemilihan Lokasi Prioritas untuk Investasi Perumahan dan

    Permukiman di Kawasan Industri ......................................................................................... 16

    Gambar 3.7 Keterjangkauan aksesibilitas beberapa sarana transportasi untuk menuju ke

    Kawasan Industri Kendal ...................................................................................................... 18

    Gambar 3.8 Rencana tata guna lahan di Kawasan Industri Kendal ........................................................... 18

    Gambar 3.9 Persentase klasifikasi Industri di KIK ..................................................................................... 19

    Gambar 3.10 Masterplan Kawasan Komersial Tempat Direncanakannya Dragon by The Bay dan

    Apartement by The Bay ........................................................................................................ 20

    Gambar 3.11 Masterplan Kawasan Direncanakannya Middle-Low Cost Housing and

    Dormitories ........................................................................................................................... 21

    Gambar 3.12 Perkembangan Permukiman di Sekitar Kawasan Industri Kendal –

    Park By The Bay................................................................................................................... 21

    Gambar 3.13 Persebaran Perumahan di Sekitar Kawasan Industri Kendal – Park By The Bay

    ............................................................................................................................................. 21

    Gambar 3.14 Siteplan Kawasan Industri Jatengland .................................................................................. 23

    Gambar 3.15 Persebaran Perumahan di Sekitar Kawasan Industri Demak –

    Jatengland Industrial Estate .................................................................................................. 24

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel II.1 Penentuan Lokasi Kawasan Industri ..................................................................................... 4

    Tabel II.2 Pola Penggunaan Lahan Kawasan Industri .......................................................................... 5

    Tabel III.1 Luas Wilayah Kedung Sepur Dirinci Per Kabupaten/Kota ..................................................... 10

    Tabel III.2 Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan ............................................................................. 10

    Tabel III.3 Angkatan Kerja Kawasan Kedungsepur berdasarkan Kota/Kabupaten

    Tahun 2016 .......................................................................................................................... 13

    Tabel III.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kawasan Kedungsepur berdasarkan

    Kota/Kabupaten .................................................................................................................... 13

    Tabel III.5 Jumlah Perusahaan Besar Sedang dan Tenaga Kerja di Kawasan Kedungsepur

    Tahun 2015 ......................................................................................................................... 14

    Tabel III.6 Luas Lahan Kawasan Peruntukan Industri dan Kawasan Industri di Kawasan

    Kedungsepur ....................................................................................................................... 14

    Tabel III.7 Gambaran Umum Wilayah Pusat Pertumbuhan Industru

    Provinsi Jawa Tengah .......................................................................................................... 17

    Tabel III.8 Data Gambaran Umum Kabupaten Kendal ........................................................................... 19

    Tabel III.9 Data Industri di Kawasan Industri Park by The Bay .............................................................. 22

    Tabel III.10 Data Gambaran Umum Kabupaten Demak ........................................................................... 23

    Tabel IV.1 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Kendal ................................. 25

    Tabel IV.2 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Dalam Kawasan

    Industri Kendal .................................................................................................................... 25

    Tabel IV.3 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Luar

    Kawasan Industri Kendal .................................................................................................... 26

    Tabel IV.4 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan di Dalam Kawasan Industri Kendal ........................... 27

    Tabel IV.5 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan di Luar Kawasan Industri Kendal 63 .......................... 30

    Tabel IV.6 Peluang Investasi Perumahan Kelas Atas di Dalam Kawasan

    Industri Kendal .................................................................................................................... 32

    Tabel IV.7 Peluang Investasi Perumahan Kelas Menengah di Dalam Kawasan Industri

    Kendal ................................................................................................................................. 33

    Tabel IV.8 Peluang Investasi Perumahan Kelas Bawah di Dalam Kawasan

    Industri Kendal .................................................................................................................... 33

    Tabel IV.9 Peluang Investasi Perumahan Kelas Atas di Luar Kawasan

    Industri Kendal ..................................................................................................................... 34

    Tabel IV.10 Peluang Investasi Perumahan Kelas Menengah di Luar

    Kawasan Industri Kendal ..................................................................................................... 35

    Tabel IV.11 Peluang Investasi Perumahan Kelas Bawah di Luar Kawasan

    Industri Kendal .................................................................................................................... 35

    Tabel IV.12 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak Kawasan Industri

    Demak ................................................................................................................................. 37

    Tabel IV.13 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Dalam Kawasan

    Industri Demak .................................................................................................................... 37

  • vii

    Tabel IV.14 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Luar Kawasan

    Industri Demak ..................................................................................................................... 38

    Tabel IV.15 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan di Dalam Kawasan

    Industri Demak .................................................................................................................... 39

    Tabel IV.16 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan di Luar Kawasan

    Industri Demak ................................................................................................................... 43

    Tabel IV.17 Peluang Investasi Perumahan Kelas Atas di Dalam Kawasan

    Industri Demak .................................................................................................................... 46

    Tabel IV.18 Peluang Investasi Perumahan Kelas Menengah di Dalam Kawasan

    Industri Demak ................................................................................................................... 47

    Tabel IV.19 Peluang Investasi Perumahan Kelas Bawah di Dalam Kawasan

    Industri Demak .................................................................................................................... 47

    Tabel IV.20 Peluang Investasi Perumahan Kelas Atas di Luar Kawasan

    Industri Demak .................................................................................................................... 48

    Tabel IV.21 Peluang Investasi Perumahan Kelas Menengah di Luar Kawasan

    Industri Demak .................................................................................................................... 48

    Tabel IV.22 Peluang Investasi Perumahan Kelas Bawah di Luar Kawasan

    Industri Demak .................................................................................................................... 49

  • viii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Semakin banyak penduduk di suatu wilayah maka semakin tinggi pula kebutuhan akan rumah sebagai tempat

    tinggal. Jika kebutuhan akan rumah tinggi namun ketersediaan yang ada tidak memadai maka akan terjadi ketimpangan

    antara supply dan demand. Ketidakseimbangan antara ketersediaan rumah yang telah dibangun baik oleh pemerintah atau

    swasta dengan permintaan akan rumah oleh masyarakat yang semakin tahun terus bertambah seiring dengan pertumbuhan

    penduduk, hal tersebut menimbulkan terjadinya backlog. Backlog dapat diartikan sebagai kesenjangan antara jumlah rumah

    terbangun dengan rumah yang dibutuhkan oleh rakyat. Faktor-faktor yang mempengaruhi angka backlog perumahan adalah

    jumlah rumah tangga yang mencerminkan jumlah kebutuhan rumah oleh rakyat dan jumlah rumah yang dapat disediakan/

    dibangun. Menurut Kementrian Perumahan Rakyat, arti dari backlog adalah mengurangi jumlah penduduk yang tinggal di

    rumah tidak layak huni, bukan mengurangi penduduk yang tinggal di rumah sewa. Jika intervensi pemerintah melalui

    kebijakan bidang perumahan maupun langsung membangun rumah tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan rumah

    tangga, maka angka backlog perumahan semakin bertambah setiap tahun. Dengan adanya permasalahan tersebut, untuk

    pencegahan peningkatan backlog pemerintah mengadakan program satu juta rumah di beberapa wilayah di Indonesia.

    Berangkat dari permasalahan tersebut maka kami melakukan upaya untuk pembangunan perumahan di kawasan

    industri. Pembangunan perumahan di kawasan industri ini didasarkan pada kebutuhan tempat tinggal baik dari direksi, staff

    maupun buruh industri. Pemilihan lokasi untuk kawasan industri yang akan dilakukan pengembangan perumahan

    didasarkan pada status lahan, luasan kawasan peruntukkan, kesesuaian dengan peruntukkan, daya dukung lahan, serta

    memiliki nilai investasi baik bagi perusahaan maupun pemerintah. Lokasi perencanaan pengembangan perumahan pekerja

    industri ini berada di Kawasan Industri Kendal dan Kawasan Industri Demak. Pemilihan lokasi di Kawasan Industri Kendal

    dan Demak ini karena merupakan kawasan industri baru yang dapat direncanakan sebagai kawasan industri yang dapat

    memenuhi kebutuhan baik pekerja maupun investor.

    1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran

    1.2.1 Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan dari disusunnya kajian penyediaan perumahan karyawan industri ini adalah untuk menganalisis

    potensi peluang investasi perumahan di Kawasan Industri Kedungsepur.

    1.2.2 Sasaran

    Sasaran dari tujuan penyusunan kajian peluang investasi perumahan karyawan industri di Kawasan Industri Kendal

    dan Kawasan Industri Jatengland Demak adalah:

    a. Identifikasi kondisi fisik dan non fisik Kawasan Kedungsepur

    b. Identifikasi kawasan prioritas investasi perumahan

    c. Identifikasi kondisi fisik dan non fisik Kawasan Industri Kendal

    d. Identifikasi kondisi fisik dan non fisik Kawasan Industri Demak

    e. Analisis Jumlah Karyawan Industri

    f. Analisis Kebutuhan Rumah dan Lahan

    g. Analisis Peluang Investasi Perumahan

    h. Merumuskan rekomendasi kebijakan investasi perumahan

  • 2

    1.3 Ruang Lingkup

    1.3.1 Ruang Lingkup Substansi

    Ruang lingkup substansi terdiri dari penyediaan perumahan yang didasarkan pada lokasi, tata guna lahan,

    ketenagakerjaan, kebutuhan penyediaan rumah untuk karyawan, pengembangan investasi industri. Dalam tahap analisis

    hal-hal yang dibahas adalah sebaran lokasi pengembangan industri, kebutuhan perumahan karyawan industri, pola atau

    model perumahan di dalam maupun luar kawasan industri. Dalam hal ini keluaran atau ouput dari perumusan laporan ini

    adalah peluang investasi perumahan di dalam kawasan maupun luar kawasan industri.

    Ruang lingkup substansi laporan penyediaan perumahan ini bertujuan agar konteks pembahasan dari permasalahan

    yang terjadi tidak keluar dari topik yang dibahas. Lingkup substansinya antara lain persebaran lokasi yang sesuai untuk

    dijadikan sebagai kawasan perumahan baru, potensi yang ada di kawasan perumahan dan jumlah hunian beserta luas

    lahan yang dibutuhkan dan peluang investasi perumahan di dalam maupun di luar kawasan industri.

    1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

    A. Kawasan Industri Kabupaten Kendal

    Ruang lingkup wilayah yang menjadi lokasi dilaksanakannya penyediaan perumahan karyawan industri

    adalah Kawasan Industri Kendal. Berdasarkan batas administratif bahwa untuk Kawasan Industri Kendal ini

    termasuk dalam wilayah Kecamatan Kaliwungu / Brangsong, Kabupaten Kendal. Luas wilayah Kawasan Industri

    Kendal ini kurang lebih 2.200 ha. Titik lokasi KIK berada di sebelah utara Jalur PANTURA Kabupaten Kendal

    Gambar 1.1 Peta Batas Kawasan Industri Kendal

    B. Kawasan Industri Kabupaten Demak

    Ruang lingkup wilayah yang kedua adalah Kawasan Industri Demak atau Jatengland Industrial Estate.

    Kawasan Industri ini terletak di Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. Luas wilayah Kawasan Industri

    Demak ini sebesar 300 Ha. Sama seperti Kawasan Industri Kendal, Kawasan Industri Demak tertelak di sebelah

    utara Jalur Pantura Kabupaten Demak

    Gambar 1.2 Peta Batas Kawasan Industri Demak

  • 1

    1.4 Metode Pelaksanaan Kegiatan

    Pendekatan metode pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif. Bentuk

    analisis pada metode kualitatif ini adalah deskriptif, sedangkan metode kuantitatif menerapkan skoring untuk mendapatkan

    analisis kebutuhan perumahan, analisis pola dan model perumahan serta bentuk kerjasama antar stakeholder. Jenis data

    yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan secara

    langsung (tangan pertama) sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan dari beberapa sumber baik dari buku,

    majalah, internet, peraturan, dsb

    1.4.1 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data memiliki tujuan untuk mengidentifikasi suatu agar dapat dilakukan langkah selanjutnya

    yaitu tahap analisis data. Teknik Pengumpulan data dalam penyusunan laporan ini adalah observasi, wawancara, telaah

    dokumen dan kajian literatur.

    1.4.2 Metode dan Proses Analisis

    Dalam proses analisis data dan informasi yang diperoleh dari hasil survei digunakan beberapa teknik atau alat

    analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah : Analisis Kualitatif, Analisis Kuantitatif, Analisis Spasial.

    1.5 Sistematika Penulisan

    BAB 1 PENDAHULUAN

    Pada bab ini membahas tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup baik susbtansi

    maupun wilayah, metode pelaksanaan kegiatan, dan sistematika penulisan.

    BAB 2 KAJIAN LITERATUR

    Pada bab ini membahas tentang literature yang berdasarkan pada kebijakan pemerintah, baik peraturan, UU

    maupun kebijakan yang berkaitan dengan kawasan industri, perumahan dan ketenagakerjaan.

    BAB 3 GAMBARAN UMUM

    Pada bab ini membahas tentang gambaran umum Kawasan Kedungsepur yang meliputi kondisi fisik,

    kependudukan dan ketenagakerjaan serta kawasan industri. Selain itu membahas pemilihan kawasan prioritas

    investasi perumahan, gambaran umum Kawasan Industri Kendal – Park by The Bay dan gambaran umum Kawasan

    Industri Demak – Jatengland Industrial Estate.

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini membahas analisis jumlah karyawan, analisis jumlah kebutuhan rumah dan lahan, ketersediaan

    lahan peruntukan kawasan permukiman dan peluang investasi perumahan baik di dalam maupun di luar Kawasan

    Industri Kendal dan Kawasan Industri Demak

    BAB 5 PENUTUP

    Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil analisis penyediaan perumahan bagi karyawan industri

    di dalam dan di luar kawasan industri baik di Kawasan Industri Kendal Park by The Bay atau Kawasan Industri

    Demak Jatengland. Selain itu membahas pula rekomendasi terkait peluang investasi perumahan.

  • 2

    BAB II

    KAJIAN LITERATUR

    2.1 Kebijakan

    2.1.1 Kebijakan Pengembangan Perumahan

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang dimaksud

    rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga,

    cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemilikinya. Pengertian perumahan adalah kumpulan rumah

    sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas

    umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di

    luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat

    tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Perumahan adalah

    kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

    prasarana dan sarana lingkungan (UU Nomor 4 Tahun 1992).

    2.1.2 Kebijakan Pengembangan Industri

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, pengertian industri adalah kegiatan

    ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai

    yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasa industri. Sedangkan

    pengertian kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan

    prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha

    Kawasan Industri. Berikut merupakan skema dari perwilayahan industri yang diatur dalam peraturan perundangan terkait

    perindustrian di Indonesia;

    Sumber:UU Nomor 3 Tahun 2014 Gambar 2.1

    Skema Perwilayahan Industri

    Berdasarkan Permenperin Nomor 40/M-IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri,

    dalam pengembangan kawasan industri perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : Kesesuaian Tata Ruang,

    Ketersediaan Infrastruktur Industri, Ramah Lingkungan, Efisiensi, Keamanan, keselamatan dan Kenyamanan Berusaha.

    Dalam pengembangan kawasan industri terdapat pembagian lahan sesuai pola yang ditetapkan sehingga dapat

    terbagi secara merata dan seimbang. Berikut merupakan pola penggunaan lahan kawasan industri dengan memperhatikan

    kualitas lingkungan.

    Perwilayahan Industri

    Wilayah Pengembangan

    Industri

    Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri

    Kawasan Peruntukan

    Industri

    Kawasan Industri

    Sentra Industri Kecil dan Menengah

  • 3

    Tabel II.1 Pola Penggunaan Lahan Kawasan Industri

    NO JENIS PENGGUNAAN

    STRUKTUR PENGGUNAAN

    (%)

    KETERANGAN

    1 Kapling Industri Maksimal 70 % Setiap kapling harus mengikuti ketentuan KDB sebesar 60 : 40

    2 Jalan dan Saluran 8 – 10 % - Jaringan jalan yang terdiri dari jalan primer dan sekunder, Saluran drainase

    3 RTH Minimal 10% Dapat berupa jalur hijau , taman dan perimeter

    4 Infrastruktur dasar lainnya, infrastruktur penunjang dan sarana penunjang

    8 – 10 % Infrastruktur dasar IPAB, IPAL, penerangan jalan Infrastruktur dan Sarana Penunjang

    Sumber: Permenperin Nomor 40/M-IND/PER/6/2016

    2.1.3 Kebijakan Ketenagakerjaan

    Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa tenaga kerja adalah setiap orang

    yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

    maupun untuk masyarakat. Menurut. Tenaga kerja terbagi menjadi 2 yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja lepas.

    MBR atau Masyarakat Berpenghasilan Rendah adalah kelompok masyarakat yang memiliki tingkat penghasilan

    terendah yang masih dapat menjangkau kebutuhan rumah layak huni (Rumah Sejahtera Tapak) melalui kegiatan

    pendukung. Berikut merupakan posisi MBR dalam piramida klasifikasi penduduk menurut pendapatan :

    Gambar 2.2 Kedudukan MBR dalam Klasifikasi Masyarakat Berdasarkan Pendapatan

    2.2 Penentuan Lokasi Perumahan dalam Kawasan Industri

    Dalam pembangunan kawasan industri harus mempertimbangkan fasilitas pendukung baik kriteria maupun standar

    teknis pembangunannya. Selain itu, pembagian lahan dalam pengalokasian fungsi kawasan juga harus dipertimbangkan

    guna menyeimbangkan kebutuhan industri beserta aktifitas pekerja industri tersebut. Melalui pernyataan tersebut maka

    terdapat alokasi peruntukkan lahan di kawasan industri yang dijabarkan dalam tabel sebagai berikut :

    Tabel II.2 Alokasi Peruntukkan Lahan Kawasan Industri

    LUAS LAHAN DAPAT DIJUAL (MAKS. 70%) Jalan dan sarana penunjang

    Ruang Terbuka

    hijau Luas Kawasan Industri (Ha)

    Kaveling industri (%)

    Kaveling Komersial (%)

    Kaveling Peurmahan (%)

    >20 – 50 65-70 Maks. 10 Maks. 10 Sesuai Kebutuhan Min. 10

    >50 – 100 60-70 Maks. 12,5 Maks. 15 Sesuai Kebutuhan Min. 10

    >100-200 50-70 Maks. 15 Maks. 20 Sesuai Kebutuhan Min. 10

    >200-500 45-70 Maks. 17,5 10-25 Sesuai Kebutuhan Min. 10

    >500 40-70 Maks. 20 10-30 Sesuai Kebutuhan Min. 10

    Sumber: Permenperin Nomor 40/M-IND/PER/6/2016

    Masyarakat Berpenghasilan

    Tinggi

    Masyarakat Berpenghasilan

    Menengah

    Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    Masyarakat Miskin

  • 4

    2.3 Konsep Perumahan dalam Kawasan Industri

    Menurut Doxiadis dalam bukunya The Ekistics (1968) permukiman terdiri dari 5 elemen. Elemen-elemen ekistik

    permukiman dikelompokkan sebagai content (pengisi/ manusia) dan container (wadah). Menurut Doxiadis : Man atau

    manusia adalah individu dengan segala karakteristik atau kepribadian dan identitas dari setiap individu tersebut; Shells atau

    ruang bangunan dari bangunan gedung hingga kelompok yang mencapai skala permukiman, kampung, kota dan

    aglomerasi fisik wilayah dan tempat tinggal manusia; Nature atau alam merupakan lingkungan hidup yang terdiri atas

    elemen biotik dan abiotik; Network atau jaringan merupakan prasarana, sarana dan utilitas; Society atau masyarakat,

    merupakan sekumpulan manusia dari keluarga, tetangga, dan warga dunia yang kompleks dalam kehidupan sosial,

    ekonomi, budaya dan politik.

    2.3.1 Tipe Rumah dan Kawasan Perumahan

    Adapun bentuk rumah yang dibedakan berdasarkan hubungan atau keterikatan antar bangunan. terdapat 3 bentuk

    rumah yang tercantum dalam UU No. 1 Tahun 2011, yaitu :Rumah Tunggal atau disebut rumah terpisah, Rumah Deret,

    Rumah Susun (Rusun).

    Sedangkan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) adalah sebidang tanah yang merupakan bagian dari Kasiba ataupun

    berdiri sendiri yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan

    persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan pelayanan lingkungan untuk

    membangun kaveling tanah matang. Terdapat pula Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Lisiba BS) adalah Lisiba yang

    bukan merupakan bagian dari Kasiba, yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan yang sudah terbangun atau dikelilingi

    oleh kawasan dengan fungsi-fungsi lain. Berikut merupakan ilustrasi dari Kasiba, Lisiba dan Lisiba BS:

    Sumber: Deputi Pengembangan Kawasan, Kementerian Perumahan Rakyat Gambar 2.3

    Ilustrasi Kasiba, Lisiba dan Lisiba BS dalam Kawasan Permukiman

    2.4 Best Practice Penyediaan Hunian dalam Bentuk High Rise Building dan Rusunawa bagi Pekerja Industri

    Best practice digunakan sebagai acuan dalam pemilihan konsep penyediaan hunian bagi karyawan industri. Best

    practice ini terbagi menjadi empat yaitu apartemen kelas atas, apartemen kelas menengah, rusunawa kelas menengah dan

    rusunawa kelas bawah. Best practice yang digunakan :

    a. Monroe Tower

    Monroe Tower merupakan bentuk penyediaan hunian bagi masyarakat kelas atas yang dilakukan oleh Jababeka

    Residence. Apartemen ini menyedian dua tipe hunian yaitu tipe studio dan tipe 2BR. Tipe studio memiliki ukuran 21 m2,

    sedangkan untuk tipe 2BR yaitu 42 m2. Apartemen dengan tipe studio terdiri dari satu kamar tidur, satu kamar mandi

    dan dapur kecil, sedangkan untuk tipe 2BR terdiri dari dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang keluarga.

    Apartemen ini dilengkapi oleh berbagai macam fasilitas. Harga untuk unit studio dipatok mulai dari Rp 300.000.000

    sedangkan untuk unit 2BR mulai dari Rp 500.000.000. Berikut adalah desain Monroe Tower, denah kamar per lantai

    serta layout dan gambaran interior hunian.

  • 5

    Sumber : http://jababekaresidence.com/id/property/monroe-tower/ Gambar 2.5

    Layout untuk Hunian Tipe Studio (Kiri) dan 2BR (Kanan)

    Sumber : http://jababekaresidence.com/id/property/monroe-tower/ Gambar 2.6

    Ilustrasi Kamar Tidur di dalam Hunian Monroe Tower

    b. Sentra Timur Residence

    Apartemen Sentra Timur Residence ini dibangun oleh PT. Bakrieland Development, Tbk bekerjasama dengan

    Perumnas. Tower eksisting Sentra Timur Residence berjumlah 6 tower.

    .

    Sumber: http://www.sentratimur.com/gallery Gambar 2.7

    Bagian Luar dan Dalam Tower Sentra Timur Residence

    c. Rusunawa KS Tubun

    Rumah susun sederhana sewa KS Tubun merupakan salah satu rusunawa bagi masyarakat berpenghasilan menengah

    yang baru selesai dibangun oleh pemerintah DKI Jakarta. Rusun KS Tubun ini terdiri dari 3 Tower dan masing-masing

    terdiri dari 16 lantai dengan fasilitas yang berbeda.

    Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/12/20255931/menyusuri-rusun-ks-tubun-yang-menanti-dihuni Gambar 2.8

    Bagian Dalam Rusunawa KS Tubun

    http://www.sentratimur.com/gallery

  • 6

    d. Rusunawa Buruh Kabupaten Semarang

    Pada tahun 2015 lalu, dilakukan pembangunan Rusunawa yang diperuntukan bagi pekerja atau karyawan industri yang

    terletak di Kelurahan Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Pembangunan rusunawa ini

    sendiri selesai pada bulan februari 2016. Rusunawa ini memiliki dua tipe yaitu tower untuk pekerja berkeluarga dengan

    tipe 36 dan tower untuk pekerja lajang dengan tipe 24. Kedua tower tersebut memiliki 5 lantai, untuk tipe 36 total hunian

    dalam satu tower sebanyak 66 unit, sedangkan tipe 24 dalam satu tower sebanyak 104 unit. Fasilitas yang disediakan

    untuk hunian 36, didalamnya terdapat empat tempat tidur busa, meja, kusi dan lemari.

    Sumber: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/10/10/oxlqqw399-pemanfaatan-hunian-rusunawa-buruh-belum-optimal Gambar 2.9

    Rusunawa Tipe 24 bagi Pekerja Industri di Kabupaten Ungaran

  • 7

    BAB III

    GAMBARAN UMUM

    2.1 Gambaran Umum Kawasan Kedungsepur

    Gambaran umum wilayah Kedungsepur terbagi menjadi kondisi fisik wilayah Kedungsepur, kondisi kependudukan

    dan ketenagakerjaan serta ketersediaan sarana dan prasarana wilayah. Masing-masing topik akan dibahas pada sub bab

    berikut ini :

    2.1.1 Kondisi Fisik Kawasan Kedungsepur

    Kondisi fisik wilayah Kedungsepur akan dijelaskan berdasarkan aspek administrasi, topografi, litologi, klimatologi,

    kesesuaian lahan dan tata guna lahan sebagai berikut:

    a. Wilayah administrasi Kedungsepur

    Kedungsepur merupakan kawasan strategis nasional yang terletak di Provinsi Jawa Tengah yang direncanakan

    sebagai pusat pertumbuhan nasional. Kedungsepur Kedungsepur terdiri dari enam Kabupaten dan Kota yaitu Kota

    Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga.

    Tabel III.1 Luas Wilayah Kedung Sepur Dirinci Per Kabupaten/Kota

    Kabupaten/Kota Luas Wilayah (km2)

    Persentase Kabupaten/Kota Luas Wilayah (km2)

    Persentase

    Kabupaten Kendal 1002,27 19,09 Kota Salatiga 52,96 1,01

    Kabupaten Demak 897,43 17,10 Kabupaten Grobogan 1975,85 37,64

    Kabupaten Semarang

    946,86 18,04 Kedung Sepur 5249,04 100,00

    Kota Semarang 373,67 7,12

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, 2017

    Tabel III.2 Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan

    Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Kelurahan

    Kabupaten Kendal 19 265 20

    Kabupaten Demak 14 247 0

    Kabupaten Semarang 17 220 15

    Kota Semarang 16 0 117

    Kota Salatiga 4 0 16

    Kabupaten Grobogan 19 280 0

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, 2017

    b. Topografi

    Kawasan Kedungsepur memiliki kelerengan yang beragam mulai dari 0-8% (datar) hingga >40% (sangat curam).

    Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan didominasi oleh kelerengan datar (0-8%) dan landai (8-15%) serta

    sedikit daerah dengan kelerengan agak curam (15-25%). Sedangkan untuk empat kabupaten/kota lainnya yaitu Kota

    Salatiga, Kota Semarang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang memiliki kelerengan yang lebih beragam dari

    0-8% (datar) hingga >40% (sangat curam).

    c. Litologi

    Kawasan Kedungsepur tersusun oleh jenis tanah aluvial, grumusol, latosol, litosol, mediteran dan regosol. Kabupaten

    Demak didominasi oleh jenis tanah aluvial dan sedikit jenis tanah grumusol dan regosol pada bagian barat daya

    kabupaten. Kota Semarang terdiri dari jenis tanah aluvial pada bagian utara, mediteran pada bagian

    tengah, dan tanah latosol pada bagian selatan dengan prosentase yang hampir sama, serta sedikit jenis tanah

    grumosol pada bagian tengah dan regosol pada sisi selatan. Kabupaten Kendal didominasi oleh jenis tanah aluvial

    pada sisi utara, mediteran dan grumusol pada bagian tengah dan latosol pada bagian selatan serta sedikit jenis tanah

    regosol pada bagian selatan. Kabupaten Grobogan di dominasi oleh jenis tanah grumusol, aluvial dan mediteran serta

  • 8

    sedikit jenis tanah litosol dan regosol. Kabupaten Semarang didominasi oleh jenis tanah latosol dan regosol serta

    sedikit jenis tanah aluvia. Untuk Kota Salatiga hanya terdiri oleh satu jenis tanah yaitu tanah latosol.

    Sumber: Laporan Studio Perencanaan dan Pembangunan Kota Kelompok 6A Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, 2011

    Gambar 3.1 Peta Litologi Kawasan Kedungsepur

    d. Kesesuaian Lahan

    Kawasan Kedungsepur terbagi menjadi tiga kesesuaian lahan yaitu kawasan budidaya, kawasan penyangga dan

    kawasan lindung. Persebaran kesesuaian lahan Kawasan Kedungsepur dapat dilihat pada peta berikut:

    Sumber: Laporan Studio Perencanaan dan Pembangunan Kota Kelompok 6A Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, 2011

    Gambar 3.2 Peta Kesesuaian Lahan Kawasan Kedungsepur

    e. Tata Guna Lahan

    Tata guna lahan di Kawasan Kedungsepur didominasi oleh sawah, hutan, tegalan dan permukiman. Kabupaten

    Demak, Kendal, Grobogan dan Kabupaten Semarang mayoritas memiliki guna lahan persawahan, hutan dan tegalan.

    Kota Salatiga memiliki tiga jenis guna lahan yaitu sawah, permukiman dan tegalan. Sedangkan untuk Kota Semarang

    didominasi oleh guna lahan permukiman dan tegalan serta sedikit persawahan dan hutan. Persebaran tata guna lahan

    di Kawasan Kedungsepur dapat dilihat pada peta berikut:

  • 9

    Sumber: Laporan Studio Perencanaan dan Pembangunan Kota Kelompok 6A Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, 2011

    Gambar 3.3 Peta Tata Guna Lahan Kawasan Kedungsepur

    2.1.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja Kawasan Kedungsepur

    a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

    Kawasan Kedungsepur memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.367.080 jiwa dengan jumlah penduduk

    terbanyak yaitu Kota Semarang dengan jumlah penduduk sebanyak 1.729.080 jiwa. Kabupaten Grobogan

    menjadi daerah dengan jumlah penduduk terbanyak kedua yaitu 1.358.400 jiwa, kemudian Kabupaten Demak

    sebanyak 1.129.300 jiwa, Kabupaten Semarang sebanyak 1.014.200 jiwa dan Kabupaten Demak sebanyak

    949.680 jiwa. Untuk lebih detailnya, dapat dilihat pada grafik berikut:

    Sumber: Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka, 2017 Gambar 3.4

    Grafik Jumlah Penduduk Kawasan Kedungsepur

    b. Jumlah Angkatan Kerja

    Angkatan kerja di Kawasan Kedungsepur terbagi menjadi dua yaitu angkatan kerja dengan status bekerja

    dan angkatan kerja dengan status pengangguran terbuka. Jumlah angkatan kerja dengan status bekerja

    berjumlah 3.331.704 jiwa dan jumlah angkatan kerja dengan status pengangguran terbuka sebanyak 150.840,

    sehingga jumlah angkatan kerja di Kawasan Kedungsepur sebanyak 3.482.544 jiwa. Dari seluruh angkatan

    kerja, jumlah angkatan kerja terbanyak berdasarkan kabupaten dan kota adalah Kota Semarang dengan jumlah

    angkatan kerja sebanyak 963.496 jiwa. Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah angkatan kerja paling sedikit

    adalah Kota Salatiga yaitu sebanyak 104.989 jiwa. Data jumlah angkatan kerja di Kawasan Kedungsepur dirinci

    berdasarkan Kabupaten dan Kota dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

    0

    500.000

    1.000.000

    1.500.000

    2.000.000

    KabupatenKendal

    KotaSemarang

    KabupatenDemak

    KabupatenGrobogan

    KabupatenSemarang

    KotaSalatiga

    949.680

    1.729.080

    1.129.300 1.358.400

    1.014.200

    186.420

    Jumlah Penduduk Tahun 2016 (Jiwa)

  • 10

    Sumber: jateng.bps.go.id, 2018 Gambar 3.5

    Grafik Angkatan Kerja di Kawasan Kedungsepur

    Tabel III.4 Angkatan Kerja Kawasan Kedungsepur berdasarkan Kota/Kabupaten Tahun 2016

    Kabupaten/Kota Bekerja Pengangguran Terbuka Jumlah Angkatan Kerja

    Kabupaten Kendal 460.967 23.892 484.859

    Kota Semarang 899.796 63.700 963.496

    Kabupaten Demak 549.295 25.704 574.999

    Kabupaten Grobogan 724.515 22.590 747.105

    Kabupaten Semarang 596.297 10.799 607.096

    Kota Salatiga 100.834 4.155 104.989

    Kedung Sepur 3.331.704 150.840 3.482.544

    Sumber: jateng.bps.go.id, 2018

    2.1.3 Kawasan Industri di Kawasan Kedungsepur

    Kawasan Kedungsepur memiliki 854 perusahaan sedang besar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 290.096

    orang yang tersebar di enam Kabupaten/Kota. Kota Semarang memiliki jumlah perusahaan terbanyak yaitu 475 buah

    dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 116.982 orang. Berikut adalah jumlah perusahaan besar-sedang beserta jumlah

    tenaga kerjan di Kawasan Kedungsepur berdasarkan kabupaten/kota:

    Tabel III.6 Jumlah Perusahaan Besar Sedang dan Tenaga Kerja di Kawasan Kedungsepur Tahun 2015

    Kabupaten/Kota Jml Perusahaan Jml Tng Krj Kabupaten/Kota Jml Perusahaan Jml Tng krj

    Kab. Kendal 63 24201 Kab. Semarang 153 105479

    Kota Semarang 475 116982 Kota Salatiga 38 10704

    Kab. Demak 95 29610 Kedungsepur 854 290096

    Kab. Grobogan 30 3120

    Sumber: Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka, 2017

    Berikut adalah data Luas Lahan KPI (Kawasan Peruntukan Industri) dan luas lahan KI (Kawasan Industri) di

    Kawasan Kedungsepur :

    Tabel III.7 Luas Lahan Kawasan Peruntukan Industri dan Kawasan Industri di Kawasan Kedungsepur

    Kabupaten/Kota Luas Lahan KPI (ha)

    Luas lahan KI (ha)

    Kabupaten/Kota Luas Lahan KPI (ha)

    Luas lahan KI (ha)

    Kabupaten Kendal 3156,97 2700 Kabupaten Grobogan 273,5 -

    Kota Semarang NA 381 Kabupaten Semarang 780,32 -

    Kabupaten Demak 6696 300,02 Kota Salatiga 239,72 -

    Sumber: Perda Prov. Jateng No. 10 Tahun 2017

    0

    500.000

    1.000.000

    KabupatenKendal

    KotaSemarang

    KabupatenDemak

    KabupatenGrobogan

    KabupatenSemarang

    KotaSalatiga

    460.967

    899.796

    549.295 724.515

    596.297

    100.834 23.892 63.700 25.704 22.590 10.799 4.155

    ANGKATAN KERJA DI KAWASAN KEDUNGSEPUR TAHUN 2017

    Bekerja Pengangguran Terbuka

  • 11

    2.2 Pemilihan Kawasan Prioritas Investasi Perumahan Kawasan Industri

    Pengembangan perwilayahan industri di dalam perda tersebut dilakukan melalui pengembangan wilayah pusat

    pertumbuhan industri (WPPI), pengembangan kawasan peruntukan industri (KPI) pembangunan kawasan perutukan

    industri (KPI), pembangunan kawasan industri (KI) dan pengembangan sentra industri kecil dan industri menengah (sentra

    IKM). Data mengenai beberapa aspek yang telah disebutkan untuk ketiga kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

    Tabel III.8 Gambaran Umum Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri Provinsi Jawa Tengah

    Aspek Kendal Semarang Demak

    Luas Wilayah (km2) 1.002,27 373,67 897,43

    Jumlah Penduduk 949.680 1.729.080 1.129.300

    Kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) 947,53 4.627,30 1.258,37

    Jumlah Perusahaan Besar-Sedang 63 475 95

    Jumlah Tenaga Kerja 24.201 116.982 29.610

    Jumlah Angkatan Kerja 484.859 963.496 574.999

    Luas Lahan KPI (ha) 3.156,97 NA 6.696

    Luas lahan KI (ha) 2.700 381 300,02

    Rencana Pembangunan/Pengembangan Kawasan Industri

    Kawasan Industri Kendal Park By The Bay

    Kawasan Industri Sayung Jatengland

    a. Dilihat dari luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk : Kabupaten Kendal merupakan kabupaten yang

    terluas, kemudian Kabupaten Demak pada urutan kedua dan yang paling kecil adalah Kota Semarang.

    b. Dilihat dari jumlah perusahaan, tenaga kerja, luas lahan kawasan peruntukan industri, kawasan industri dan rencana

    pengembangan kawasan industri baru : Kota Semarang paling unggul diantara kedua kabupaten lainnya, kemudian

    Kabupaten Demak pada urutan kedua dan Kabupaten Kendal pada urutan terakhir. Namun jika dilihat dari luas lahan

    kawasan peruntukan industri, Kabupaten Demak pada urutan pertama dengan luas 6.696 Ha, Kabupaten Kendal pada

    urutan kedua dengan luas 3.156,97 Ha, sedangkan data untuk Kota Semarang tidak diketahui. Dari dua poin di atas

    didapatkan kesimpulan bahwa lokasi prioritas untuk investasi perumahan di Kawasan Industri adalah Kabupaten

    Kendal dan Kabupaten Demak.

  • 12

    Gambar 3.6 Bagan Alur Pemilihan Lokasi Prioritas untuk Investasi Perumahan dan Permukiman di Kawasan Industri

  • 13

    2.3 Kendal – Kawasan Industri Kendal (KIK) Park by The Bay

    a. Gambaran Umum Kabupaten Kendal

    Kabupaten Kendal merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang termasuk dalam Kawasan

    Strategis Nasional Kedungsepur. Kabupaten Kendal memiliki luas wilayah 1.002,27 km2 dengan jumlah penduduk

    949.680 jiwa dan kepadatan menduduk sebesar 947,53 jiwa/km2. Kabupaten Kendal bersama dengan Kota

    Semarang dan Kabupaten Demak ditetapkan sebagai Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri, jumlah perusahaan

    besar-sedang di Kabupaten Kendal pada tahun 2016 sebanyak 63 buah dan menyerap tenaga kerja sebanyak

    24.201 pekerja. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kendal sebanyak 484.859 jiwa. Dalam perda Provinsi Jawa

    Tengah No. 10 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Industri Provinsi Jawa Tengah tahun 2017-2037,

    disebutkan bahwa luas lahan kawasan peruntukan Industri di Kabupaten Kendal sebesar 3.156,97 Ha dan luas

    lahan Kawasan Industri 2.700 Ha. Di Kabupaten Kendal juga telah dibangun kawasan industri skala besar yang

    sedang dalam tahap pengembangan yaitu Park by The Bay dengan luas kawasan mencapai 2.200 Ha. Kawasan

    Industri Kendal tersebut terletak di Kecamatan Kaliwungu. Berikut adalah ringkasan data mengenai gambaran

    umum Kabupaten Kendal :

    Tabel III.9 Data Gambaran Umum Kabupaten Kendal

    Luas Wilayah (km2) 1.002,27 Jumlah Tenaga Kerja 24.201

    Jumlah Penduduk 949.680 Jumlah Angkatan Kerja 484.859

    Kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) 947,53 Luas Lahan KPI (ha) 3.156,97

    Jumlah Perusahaan Besar-Sedang

    63 Luas lahan KI (ha) 2.700

    b. Perencanaan dan Gambaran umum KIK

    Kawasan Industri Kendal merupakan salah satu kawasan industri di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas

    2200 ha. Kawasan Industri Kendal merupakan kawasan industri dibawah naungan PT. Jababeka Tbk dan

    Sembcorp Development Ltd. Kawasan industri Kendal didukung oleh pemerintah Indonesia dan Pemerintah

    Singapura yang diresmikan pada tanggal 16 November 2017 oleh Presiden Jokowi dan Perdana Menteri

    Singapura, Lee Hsien Loong.

    Sumber: www.kendalindustrialpark.co.id Gambar 3.7

    Keterjangkauan aksesibilitas beberapa sarana transportasi untuk menuju ke Kawasan Industri Kendal

    Berdasarkan gambar diatas bahwa lokasi KIK berada di sebelah timur kota Kendal dan secara administratif

    KIK masuk ke dalam wilayah Desa Kaliwungu dan Desa Brangsong. Aksesibilitas menuju KIK dapat

    dijangkau melalui darat, laut maupun udara. Sedangkan untuk jalur udara dapat dijangkau melalui Bandara

    http://www.kendalindustrialpark.co.id/

  • 14

    Ahmad Yani Semarang. Jarak KIK dengan pusat kota kurang lebih 21 km, jarak dengan pelabuhan Semarang

    kurang lebih 25 km, jarak KIK dengan Bandara Ahmad Yani kurang lebih 20 km, dan jarak KIK dengan

    Stasiun di pusat Kota Semarang kurang lebih 25 km.

    c. Penggunaan Lahan dan Masterplan

    Pembebasan lahan kawasan industri Kendal tahap 1 ini telah dilakukan selama 2 tahun yaitu tahun 2012 hingga

    tahun 2014. Dalam proses pembebasan lahan ini ditemukan beberapa kendala yaitu negoisasi dengan pemilik

    lahan di kawasan rencana pembangunan industri ini. Dari kondisi eksistingnya bahwa sebanyak 80% lahan sudah

    berpindah kepemilikan menjadi milik KIK.

    Sumber: www.kendalindustrialpark.co.id Gambar 3.8

    Rencana tata guna lahan di Kawasan Industri Kendal

    Seperti pada gambar masterplan Kawasan industri Kendal di atas, pemanfaatan lahan di kawasan industri terbagi

    menjadi kawasan industri, kawasan komersial, kawasan perumahan, infrastruktur dan ruang terbuka hijau.

    Berdasarkan masterplan KIK bahwa untuk kawasan industri direncanakan untuk dibangun dengan luas 582.13 ha,

    sebesar 61,6% dari luas Kawasan Industri Kendal tahap awal diatas. Kawasan komersial berada di 2 titik lokasi

    yaitu di bagian utara kawasan industri dan bagian depan dekat dengan main entrance Kawasan Industri Kendal.

    Listrik. Sumber daya listrik telah disediakan oleh PLN dan seluruh kawasan telah teraliri listrik. Sumber aliran listrik

    ini disediakan oleh PLN sebesar 600 MVA., ketersediaan sumber air Kawasan Industri Kendal besaral dari air

    permukaan yaitu Sungai Blorong. Jarak antara KIK dengan Sungai Blorong kurang lebih 5 km di sebelah barat.

    d. Industri yang Telah Terdaftar

    Industri-industri yang berada di KIK merupakan industri dari beberapa klaster yaitu industri mebel, bahan

    bangunan, makanan, tekstil atau garmen, logistik maupun mainan anak.

    Sumber: www.kendalindustrialpark.co.id Gambar 3.9

    Persentase klasifikasi Industri di KIK

    e. Penyediaan Perumahan di Dalam dan di Luar Kawasan Industri KIK

    Berdasarkan konsep KIK untuk permukiman telah disediakan lahan permukiman sebesar 5,7% dari luasan KIK.

    Berikut adalah penyediaan perumahan di dalam kawasan industri kendal :

    http://www.kendalindustrialpark.co.id/

  • 15

    Dragon by The Bay dan Apartement by The Bay

    Terletak di area utara dekat dengan ruang terbuka hijau (Golf by the Bay dan Club by The Bay) dan kawasan

    komersial. Kedua kawasan permukiman ini tidak dikhususkan bagi pekerja industri namun dibuka secara umum

    berupa rumah tapak dan apartemen.

    Sumber: Kawasan Industri Kendal - Park By The Bay Gambar 3.10

    Masterplan Kawasan Komersial Tempat Direncanakannya Dragon by The Bay dan Apartement by The Bay

    Middle-Low Cost Housing and Dormitories

    Terletak di dekat Politeknik, dan termasuk dalam kelas menengah kebawah yang disediakan untuk pekerja

    pabrik dan pelajar yang menempuh pendidikan di Politeknik Pusat Inovasi Teknologi dan pengembangan

    produk industri mebel.

    Sumber: Kawasan Industri Kendal - Park By The Bay Gambar 3.11

    Masterplan Kawasan Direncanakannya Middle-Low Cost Housing and Dormitories

    Bentuk rumah yang ada di sekitar kawasan industri ini adalah rumah tapak milik, kontrak /sewa atau kos.

    Berikut adalah peta perkembangan perumahan di luar Kawasan Industri Kendal.

    Sumber: Google Earth, 2018 Gambar 3.12

    Perkembangan Permukiman di Sekitar Kawasan Industri Kendal – Park By The Bay

  • 16

    Sumber : Google maps, 2018 Gambar 3.13

    Persebaran Perumahan di Sekitar Kawasan Industri Kendal – Park By The Bay

    2.4 Demak – Kawasan Industri Demak Jatengland Industrial Park

    a. Gambaran Umum Kabupaten Demak

    Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang termasuk dalam Kawasan

    Strategis Nasional Kedungsepur. Berikut data gambaran umum Kabupaten Demak :

    Tabel III.11 Data Gambaran Umum Kabupaten Demak

    Luas Wilayah (km2) 897,43 Jumlah Tenaga Kerja 29.610

    Jumlah Penduduk 1.129.300 Jumlah Angkatan Kerja 574.999

    Kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) 1.258,37 Luas Lahan KPI (ha) 6.696

    Jumlah Perusahaan Besar-Sedang 95 Luas lahan KI (ha) 300,02

    b. Perencanaan

    Jatengland Industrial Park Sayung ini termasuk dalam kawasan peruntukkan bagi kawasan industri sehingga

    secara hukum untuk lokasi pembangunan kawasan industri telah sesuai.

    c. Penggunaan Lahan dan Masterplan

    Luas kawasan sesuai peruntukannya dalam Kawasan Industri Jatengland dapat dilihat pada tabel dan gambar

    masterplan berikut :

    Tabel III.12 Penggunaan Lahan Pada Kawasan Industri Jatengland

    No Uraian Luas Kawasan Ha

    Prosentase No Uraian Luas Kawasan Ha

    Prosentase

    KI Demak KI Demak

    1 kavling industri 202,8 67,60 8 pergudangan 5,7 1,90

    2 ruang terbuka hijau (RTH) 30,26 10,09 9 instalasi pengelolaan air 0,87 0,29

    3 jalan dan drainase 40,16 13,39 10 instalasi pengelolaan air limbah

    1 0,33

    4 perumahan 10,6 3,53 11 tempat ibadah 0,54 0,18

    5 poliklinik 0,5 0,17 12 terminal kargo 1,6 0,53

    6 kantor pengelola 1,1 0,37 13 pujasera dan pusat kebugaran

    2,37 0,79

    7 pusat perniagaan 2,5 0,83

    Total 300 100,00

  • 17

    Tabel III.13 Luasan Kapling Industri di dalam Kawasan Industri Jatengland

    No Uraian Luas Kawasan (Ha)

    No Uraian Luas Kawasan (Ha)

    A Kavling 5,76 M Kavling 11,38

    B Kavling 4,12 N Kavling 16,02

    C Kavling 7,39 O Kavling 8,34

    D Kavling 11,76 P Kavling 3,77

    E Kavling 4,32 Q Kavling 6,38

    F Kavling 10,21 R Kavling 5,29

    G Kavling 19,35 S Kavling 4,07

    H Kavling 11,9 T Kavling 4,43

    I Kavling 8,6 U Kavling 13,78

    J Kavling 9,82 V Kavling 12,69

    K Kavling 9,82 W Kavling 12,07

    L Kavling 9,82

    Sumber: Kawasan Industri Demak – Jatengland

    d. Penyediaan Perumahan di Dalam dan di Luar Kawasan Industri Jatengland

    Lahan Kawasan industri Jatengland yang diperuntukan sebagai kawasan perumahan dengan luas sebesar 10,6

    Ha atau 3,53% dari total luas lahan kawasan industri. Berikut adalah persebaran perumahan dan kawasan permukiman

    di sekitar kawasan industri Demak Jatengland :

    Sumber: Google Earth, 2018 Gambar 3.15

    Persebaran Perumahan di Sekitar Kawasan Industri Demak – Jatengland Industrial Estate

  • 18

    BAB 4

    ANALISIS INVESTASI PERUMAHAN DI KAWASAN INDUSTRI

    4.1 Kawasan Industri Kendal – Park By The Bay

    4.1.1 Analisis Jumlah Karyawan

    Pembangunan Kawasan Industri Kendal memiliki berbagai dampak salah satunya yang paling signifikan

    adalah adanya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak di Kabupaten Kendal sendiri maupun di daerah lain

    seperti Kota Semarang.

    4.1.2 Analisis Kebutuhan Rumah

    Tenaga kerja yang nantinya bekerja di Kawasan Industri Kendal ini tentunya memiliki kebutuhan dasar yang

    diperlukan untuk melaksanakan kehidupannya sehari-hari, salah satunya adalah kebutuhan akan hunian. Jika

    estimasi jumlah karyawan yang akan terserap dalam Kawasan Industri Kendal sebanyak 220.000 pekerja, maka

    jumlah hunian yang dibutuhkan oleh para pekerja tersebut sebanyak 220.000 pula. Berikut adalah kebutuhan rumah

    yang diperlukan oleh para pekerja industri beserta luas lahan yang dibutuhkan :

    Tabel IV.1 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Kendal

    No. Klasifikasi Pekerja

    Jenis Rumah Jumlah Tipe Rumah

    (m2)

    Luas Lahan (m2)

    Luas Total (m2)

    Luas Total (Ha)

    1 High Class Rumah Mewah 6.600 70 200 1.320.000 132

    2 Middle Class Rumah Menengah 44.000 45 120 5.280.000 528

    3 Low Class Rumah Sederhana 169.400 36 90 15.246.000 1.524,60

    Total Rumah 220.000

    TOTAL KEBUTUHAN LAHAN PERUMAHAN 2.184,60

    Sumber: Analisis, 2018

    Pada Tabel di atas, untuk klasifikasi pekerja kelas atas sejumlah 6.600 pekerja diasumsinya membutuhkan

    rumah dengan tipe 70 dan luas lahan 200 m2, untuk pekerja kelas menengah sejumlah 44.000 pekerja dengan

    rumah tipe 45 dan luas lahan 120 m2, sedangkan untuk pekerja kelas bawah sejumlah 169.400 pekerja dengan

    rumah tipe 36 dan luas lahan 90 m2. Dengan pembagian tipe rumah dalam bentuk rumah tapak tersebut didapatkan

    kebutuhan lahan seluas 2.184,6 Ha.

    Untuk kebutuhan rumah dalam bentuk rumah tapak di dalam dan diluar kawasan adalah sebagai berikut :

    Tabel IV.2 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Dalam Kawasan Industri Kendal

    No. Klasifikasi Pekerja

    Jenis Rumah Jumlah Tipe Rmh (m2)

    Luas Lahan (m2)

    Luas Total (m2)

    Luas Total (Ha)

    1 High Class Rumah Mewah 3.000 70 200 600.000 60

    2 Middle Class Rumah Menengah 20.000 45 120 2.400.000 240

    3 Low Class Rumah Sederhana

    77.000 36 90 6.930.000 693,00

    Total Rumah 100.000

    TOTAL KEBUTUHAN LAHAN PERUMAHAN 993,00

    Sumber: Analisis, 2018

    Tabel IV.3 Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan untuk Rumah Tapak di Luar Kawasan Industri Kendal

    No. Klasifikasi Pekerja

    Jenis Rumah Jumlah Tipe Rmh (m2)

    Luas Lahan (m2)

    Luas Total (m2)

    Luas Total (Ha)

    1 High Class Rumah Mewah 3.600 70 200 720.000 72

    2 Middle Class Rumah Menengah 24.000 45 120 2.880.000 288

    3 Low Class Rumah Sederhana 92.400 36 90 8.316.000 831,60

    Total Rumah 120.000

  • 19

    TOTAL KEBUTUHAN LAHAN PERUMAHAN 1.191,60

    Sumber: Analisis, 2018

    Untuk mengatasi keterbatasan lahan dalam pemenuhan kebutuhan bagi karyawan industri, penyediaan

    hunian perlu dilakukan dalam bentuk high rise building. Konsep yang akan digunakan : Bagi pekerja high class atau

    pada tingkat managerial disediakan hunian berupa high class house (rumah tapak) dan high class apartment.

    Proporsi untuk rumah mewah tapak dan apartemen ini diasumsikan sebesar 1:3 karena keterbatasan lahan untuk

    pembangunan rumah mewah dalam bentuk rumah tapak. Untuk rumah tapak kelas atas disediakan dalam tipe 70

    dengan luas lahan per hunian sebesar 200 m2; Bagi pekerja middle class atau pada tingkat staff disediakan hunian

    berupa middle class apartment. Hunian berupa middle class apartment dibagi menjadi dua tipe yaitu studio dengan

    tipe 21 dan 2BR dengan tipe 36. Proporsi jumlah unit apartemen dengan tipe 36 dan tipe 21 sebesar 1:3 dengan

    asumsi tipe 21 diperuntukan bagi staff kantor/industri yang single atau yang tinggal tidak bersama keluarga di dalam

    kawasan industri, sedangkan tipe 36 diperuntukan bagi staff kantor dan industri yang tinggal menetap di dalam

    kawasan industri bersama keluarganya dengan jumlah anggota keluarga 3-4 orang. Penyediaan hunian di luar

    kawasan, bagi karyawan kelas menengah disediakan dalam bentuk rumah susun sederhana kelas menengah dan

    rumah tapak dengan perbandingan 1:3. Rumah tapak kelas menengah dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe 45 luas

    lahan 120 dan tipe 36 luas lahan 90 m2 dengan perbandingan 1:3; Bagi pekerja buruh disediakan hunian berupa

    rumah susun sederhana. Rumah susun sederhana dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe 24 dan tipe 36. Proporsi jumlah

    unit rumah susun dengan tipe 36 dan tipe 24 sebesar 1:3 dengan asumsi tipe 24 diperuntukan bagi buruh industri

    yang single atau yang tinggal tidak bersama keluarga di dalam kawasan industri, sedangkan tipe 36 diperuntukan

    bagi buruh industri yang tinggal menetap di dalam kawasan industri bersama keluarganya dengan jumlah anggota

    keluarga 3-4 orang. .

    Dengan konsep tersebut didapatkan kebutuhan rumah dan lahan dalam penyediaan perumahan di dalam dan

    diluar Kawasan Industri Kendal adalah sebagai berikut:

    A. Di Dalam Kawasan

    Kebutuhan rumah di dalam kawasan yang akan ditampung oleh pengelola Kawasan Industri Kendal

    sebanyak 100.000 unit. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tersebut, berikut adalah tabel perhitungan luas lahan

    yang dibutuhkan :

  • 20

    Tabel IV.4

    Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan di Dalam Kawasan Industri Kendal

    a b c d e f g h i j k l m n o p q

    No Klasifikasi Pekerja Jenis Rumah Jumlah Tipe Rmh (m2)

    Luas Lahan

    per hunian (m2)

    Luas Lahan seluruh

    hunian tapak dxf

    Luas Lantai

    seluruh hunian high

    rise d x e

    Luas Sirkulasi

    Highrise : g x 50% Rumah Tapak : g x 60%

    Luas Total (m2)

    g + h

    Jml Unit Per Lantai

    Jml Lantai

    Jml unit per

    tower

    j x k

    Jml Tower

    d/l

    Total Luas Lantai

    Per Tower

    i / m

    Luas per

    lantai/ Lantai dasar per

    tower

    n / k

    Luas Lahan yang dibutuhkan

    (m2)

    Rumah Tapak = g + h

    High rise = m x o

    Luas Lahan yang

    dibutuhkan (ha)

    1 High Class Rumah Tapak dan Apartemen

    3.000

    High Class Tapak

    750 70 200 150.000,00 90.000,00 240.000,00 24,00

    High Class Apartemen

    2.250

    > Studio 1.688 21 35.448,00 17.724,00 53.172,00 25 10 250 7 7.596,00

    759,60 5.317,20 0,53

    > Family 562 42 23.604,00 11.802,00 35.406,00 20 10 200 3 11.802,00

    1.180,20

    3.540,60 0,35

    2 Midle Class Middle Class Apartemen

    20.000

    > Studio 15.000 21 315.000,00 157.500,00 472.500,00 30 10 300 50 9.450,00

    945,00 47.250,00 4,73

    > Family 5.000 36 180.000,00 90.000,00 270.000,00 25 10 250 20 13.500,00

    1.350,00

    27.000,00 2,70

    3 Low Class Dormitory 77.000

    > Single 57.750 24 1.386.000,00 693.000,00 2.079.000,00

    Lt Dasar = 5 Lt 1-4 = 30

    5 125 462 4.500,00

    900,00 415.800,00 41,58

    > Family 19.250 36 693.000,00 346.500,00 1.039.500,00

    Lt Dasar = 3 Lt 1-4 = 20

    5 83 232 4.480,60

    896,12 207.900,00 20,79

    TOTAL 100.000 94,68

    Sumber: Analisis, 2018

  • 21

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk klasifikasi pekerja high class membutuhkan rumah sebanyak 3.000 unit,

    1/4 diantaranya disediakan dalam bentuk rumah tapak sejumlah 750 unit dengan luas bangunan 70 m2 dan luas kapling

    200 m2 sehingga seluruh total lahan kavling yang dibutuhkan adalah 150.000 m2 kemudian untuk sirkulasi diasumsikan

    sebesar 60% dari luas lantai seluruh bangunan sehingga didapatkan luas sirkulasi seluas 90.000 m2, maka luas total lahan

    yang dibutuhkan adalah 240.000 atau 24 Ha. Sedangkan ¾ sisanya disediakan dalam bentuk apartemen kelas atas yaitu

    sebanyak 2250 unit.

    Untuk klasifikasi pekerja middle class membutuhkan rumah sebanyak 20.000 unit, 1/4 diantaranya disediakan dalam

    bentuk tipe family dan ¾ sisanya disediakan dalam tipe studio sehingga didapatkan perhitungan jumlah tower dan luas

    lahan yang dibutuhkan sebagai berikut:

    - Apartemen Tipe Studio sejumlah 15.000 unit dengan hunian tipe 21, sehingga didapatkan luas lantai seluruh hunian

    315.000 m2 ditambah dengan luas sirkulasi (50% dari luas lantai hunian) sebesar 157.500 m2 sehingga total lahan

    untuk seluruh unit dan sirkulasi adalah 472.500 m2.

    - Apartemen Tipe Family sejumlah 5.000 unit dengan hunian tipe 36, sehingga didapatkan luas lantai seluruh hunian

    180.000 m2 ditambah dengan luas sirkulasi (50% dari luas lantai hunian) sebesar 90.000 m2 sehingga total lahan untuk

    seluruh unit dan sirkulasi adalah 270.000 m2.

    - Untuk klasifikasi pekerja low class membutuhkan rumah sebanyak 77.000 unit, 1/4 diantaranya disediakan dalam bentuk

    tipe family dan ¾ sisanya disediakan dalam tipe single sehingga didapatkan perhitungan jumlah tower dan luas lahan

    yang dibutuhkan sebagai berikut:

    - Rumah susun tipe single sejumlah 57.750 unit dengan hunian tipe 24, sehingga didapatkan luas lantai seluruh hunian

    1.386.000 m2 ditambah dengan luas sirkulasi (50% dari luas lantai hunian) sebesar 693.000 m2 sehingga total lahan

    untuk seluruh unit dan sirkulasi adalah 2.079.000 m2.

    - Rumah susun tipe family sejumlah 19.250 unit dengan hunian tipe 36, sehingga didapatkan luas lantai seluruh hunian

    693.000 m2 ditambah dengan luas sirkulasi (50% dari luas lantai hunian) sebesar 346.500 m2 sehingga total lahan

    untuk seluruh unit dan sirkulasi adalah 1.039.500 m2

    Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah sebanyak 100.000 pegawai

    baik pegawai kelas atas, menengah hingga bawah dibutuhkan total keseluruhan lahan di dalam kawasan sebesar 94,68

    Ha. Selebihnya sebanyak 120.000 pekerja, kebutuhan rumahnya perlu disediakan di luar kawasan.

    B. Di Luar Kawasan

    Penyediaan hunian di luar kawasan yang dibutuhkan sebanyak 120.000 unit. Dalam penyediaan hunian untuk

    kelas atas dan bawah menggunakan konsep yang sama dengan didalam kawasan yaitu high class rumah tapak dan

    apartemen high class serta rusunawa, namun untuk penyediaan hunian untuk kelas menengah disediakan dalam bentuk

    rumah susun kelas menengah dan rumah tapak. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan lahan di luar kawasan lebih

    banyak, rumah tapak lebih diminati masyarakat (pasar lebih menjanjikan) dan bagi developer, profit rumah tapak lebih

    menguntungkan jika dibandingkan dengan bangunan bertingkat tinggi. Berikut adalah rincian kebutuhan rumah dan

    lahan yang perlu disediakan di luar kawasan

  • 22

    Tabel IV.5 : Jumlah Kebutuhan Rumah dan Lahan di Luar Kawasan Industri Kendal

    a b c d e f g h i j k l m n o p q

    No Klasifikasi Pekerja Jenis Rumah Jmlah Tipe Rumah

    (m2)

    Luas Lahan

    per hunian (m2)

    Luas Lahan seluruh

    hunian tapak dxf

    Luas Lantai

    seluruh hunian high

    rise d x e

    Luas Sirkulasi

    Highrise : g x 50% Rumah Tapak : g x 60%

    Luas Total (m2)

    g + h

    Jumlah Unit Per Lantai

    Jumlah Lantai

    Jumlah unit

    pertower

    j x k

    Jumlah Tower

    d/l

    Total Luas Lantai Per

    Tower

    i / m

    Luas per lantai/Lantai

    dasar per tower

    n / k

    Luas Lahan yang

    dibutuhkan (m2)

    Rumah Tapak

    = g + h High rise = m

    x o

    Luas Lahan yang

    dibutuhkan (ha)

    1 High Class Rumah Tapak dan Apartemen

    3.600

    High Class Tapak

    900 70 200 180.000,00 108.000,00 288.000,00 28,80

    High Class Apartemen

    2.700

    > Studio 2.025 21 42.525,00 21.262,50 63.787,50 30 10 300 7 9.112,50 911,25 6.378,75 0,64

    > Family 675 42 28.350,00 14.175,00 42.525,00 25 10 250 3 14.175,00 1.417,50 4.252,50 0,43

    2 Midle Class Rusun dan Rumah Tapak

    24.000

    Middle Class Rusun

    6.000

    Family 6.000 36 216.000,00 108.000,00 324.000,00 15 10 150 40 8.100,00 810,00 32.400,00 3,24

    Middle Class Rumah Tapak

    18.000

    > Tipe 36 13.500 36 90 1.215.000,00 729.000,00 1.944.000,00 194,40

    > Tipe 45 4.500 45 120 540.000,00 324.000,00 864.000,00 86,40

    3 Low Class Dormitory 92.400

    > Single 69.300 24 1.663.200,00 831.600,00 2.494.800,00 Lt Dasar = 6 Lt 1-4 = 36

    5 150 462 5.400,00 1.080,00 498.960,00 49,90

    > Family 23.100 36 831.600,00 415.800,00 1.247.400,00 Lt Dasar = 6 Lt 1-4 = 22

    5 94 246 5.070,73 1.014,15 249.480,00 24,95

    TOTAL 120.000 388,75

    Sumber: Analisis, 2018

  • 23

    Dari hasil perhitungan tersebut, didapatkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah sebanyak 120.000 pegawai

    baik pegawai kelas atas, menengah hingga bawah dibutuhkan total keseluruhan lahan di luar kawasan sebesar 388,75 Ha.

    4.1.3 Ketersediaan Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman

    A. Ketersediaan Lahan di Dalam Kawasan

    Ketersediaan lahan yang diperuntukan bagi perumahan karyawan di dalam kawasan baru diketahui untuk

    tahap pertama yaitu sebesar 54,01 Ha. Dengan ketersediaan lahan eksisting tersebut, jika dikomparasikan

    dengan kebutuhan lahan total untuk 100.000 pegawai yang akan ditampung oleh Kawasan Industri Kendal

    dengan total lahan seluas 94,68 Ha, maka dibutuhkan lahan sebesar 40,67 Ha lagi.

    B. Ketersediaan Lahan di Luar Kawasan

    Untuk penyediaan perumahan bagi karyawan industri di luar kawasan dapat dilakukan di sekitar kawasan

    industri. Secara eksisting telah tersedia hunian yang dapat digunakan oleh karyawan industri yang disediakan

    masyarakat dalam bentuk kos atau kontrakan.

    4.1.4 Peluang Investasi Perumahan di Kawasan Industri Kendal

    Berikut adalah peluang investasi yang dibagi untuk di dalam dan diluar kawasan industri :

    A. Peluang investasi perumahan di dalam Kawasan Industri Kendal

    Berikut adalah perhitungan peluang investasi perumahan untuk ketiga kelas tersebut :

    High Class

    Tabel IV.6 Peluang Investasi Perumahan Kelas Atas di Dalam Kawasan Industri Kendal

    No Keterangan Jumlah unit

    Tipe Luas Lahan

    Perkiraan harga minimal per unit

    Total Peluang Investasi

    1 High Class Tapak 750 70 200 Rp 750.000.000 Rp 562.500.000.000

    2 High Class Apartemen 2250

    > Studio 1688 21 Rp 300.000.000 Rp 506.400.000.000

    > Family 562 42 Rp 500.000.000 Rp 281.000.000.000

    Total Rp 1.349.900.000.000

    Sumber: Analisis, 2018

    Middle Class

    Tabel IV.7 Peluang Investasi Perumahan Kelas Menengah di Dalam Kawasan Industri Kendal

    No Keterangan Jumlah unit

    Tipe Perkiraan harga minimal per unit

    Total Peluang Investasi

    1 Middle Class Apartemen

    20.000

    > Studio 15.000 21 Rp 250.000.000 Rp 3.750.000.000.000

    > Family 5.000 36 Rp 300.000.000 Rp 1.500.000.000.000

    Total Rp 5.250.000.000.000

    Sumber: Analisis, 2018

    Low Class

    Tabel IV.8 Peluang Investasi Perumahan Kelas Bawah di Dalam Kawasan Industri Kendal

    No Rusun tipe 24

    Jumlah Unit

    Harga Perbulan Harga Pertahun Seluruh Unit tiap lantai

    Jumlah Tower

    Harga pertahun total seluruh tower

    1 Lantai dasar

    5 Rp 253.000 Rp 15.180.000

    2 Lantai 1 30 Rp 253.000 Rp 91.080.000

    3 Lantai 2 30 Rp 236.500 Rp 85.140.000

    4 Lantai 3 30 Rp 220.000 Rp 79.200.000

    5 Lantai 4 30 Rp 187.000 Rp 67.320.000

  • 24

    Total Peluang Investasi / Tower / Tahun Rp 337.920.000 462 Rp 156.119.040.000

    No Rusun tipe 36

    Jumlah Unit

    Harga Perbulan Harga Pertahun Seluruh Unit tiap lantai

    Jumlah Tower

    Harga pertahun total seluruh tower

    1 Lantai dasar

    3 Rp 402.500 Rp 14.490.000

    2 Lantai 1 20 Rp 402.500 Rp 96.600.000

    3 Lantai 2 20 Rp 376.250 Rp 90.300.000

    4 Lantai 3 20 Rp 350.000 Rp 84.000.000

    5 Lantai 4 20 Rp 297.500 Rp 71.400.000

    Total Peluang Investasi / Tower / Tahun Rp 356.790.000 232 Rp 82.775.280.000

    Sumber: Analisis, 2018

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kelas atas disediakan rumah tapak dengan tipe 70 dan luas lahan 200

    m2 sebanyak 750 unit, dengan estimasi harga minimal sebesar Rp 750.000.000/unit didapatkan peluang investasi sebesar

    Rp 562.500.000.000. Sedangkan untuk apartemen kelas atas tipe studio (tipe 21) dibutuhkan 1.688 unit dengan estimasi

    harga minimal Rp 300.000.000/unit maka didapatkan total peluang investasi sebesar Rp 506.400.000.000. Sisanya untuk

    apartemen kelas atas tipe family (tipe 42) dibutuhkan sebanyak 562 unit dengan estimasi harga minimal Rp

    500.000.000/unit, maka didapatkan total peluang investasi sebesar Rp 281.000.000.000. Total keseluruhan peluang

    investasi untuk hunian kelas atas diperkirakan sebesar Rp 1.349.900.000.000.

    Jenis hunian yang kedua yaitu hunian bagi kelas menengah disediakan dalam bentuk apartemen dengan tipe 21 dan

    tipe 36. Hunian dengan tipe 21 atau single dibutuhkan sebanyak 15.000 unit dengan estimasi harga minimal Rp

    250.000.000/unit maka didapatkan total peluang investasi sebesar Rp 3.750.000.000.000. Sedangkan untuk tipe 36 atau

    family dengan kebutuhan sebanyak 5.000 unit dan estimasi harga minimal Rp 300.000.000 maka didapatkan total peluang

    investasi sebesar Rp 1.500.000.000.000. Total keseluruhan peluang investasi untuk pemenuhan kebutuhan hunian

    karyawan kelas menengah adalah Rp 5.250.000.000.000.

    Jenis hunian ketiga yaitu rumah susun, sesuai dengan best practice di Kabupaten Ungaran diberikan dalam bentuk

    sewa dengan harga sewa perbulan. Dari patokan harga sewa tersebut didapatkan untuk rumah susun tipe 24, jumlah unit di

    lantai dasar sebanyak 5 unit dan 4 lantai lainnya masing-masing 30 unit. Jumlah unit tersebut dikalikan dengan harga sewa

    per lantai dan per bulan kemudian dikalikan sebanyak 12 bulan, maka didapatkan harga sewa pertahun untuk lantai dasar

    sebanyak Rp 15.180.000, lantai 1 sebesar Rp 91.080.000, lantai 2 sebesar Rp 85.140.000, lantai 3 sebesar Rp 79.200.000

    dan lantai 4 sebesar 67.320.000. Total peluang investasi sewa rusun pertahun untuk satu tower didapatkan sebesar Rp

    337.920.000 dan total rusun yang dibutuhkan sebanyak 462 tower, sehingga didapatkan peluang investasi sewa rusun

    pertahun untuk semua tower sebesar Rp 156.119.040.000.

    Sedangkan untuk tipe 36, jumlah unit di lantai dasar sebanyak 3 unit dan 4 lantai lainnya masing-masing 20 unit.

    Jumlah unit tersebut dikalikan dengan harga sewa per lantai dan per bulan kemudian dikalikan sebanyak 12 bulan, maka

    didapatkan harga sewa pertahun untuk lantai dasar sebanyak Rp 14.490.000, lantai 1 sebesar Rp 96.600.000, lantai 2

    sebesar Rp 90.300.000, lantai 3 sebesar Rp 84.000.000 dan lantai 4 sebesar 71.400.000. Total peluang investasi sewa

    rusun pertahun untuk satu tower didapatkan sebesar Rp 356.790.000 dan total rusun yang dibutuhkan sebanyak 232 tower,

    sehingga didapatkan peluang investasi sewa rusun pertahun untuk semua tower sebesar Rp 82.775.280.000.

    B. Peluang investasi perumahan di luar Kawasan Industri Kendal

    Sama seperti di dalam Kawasan Industri Kendal, di sekitar kawasan industri, peluang investasi perumahan juga

    terbagi menjadi tiga yaitu peluang investasi untuk kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Berikut adalah

    perhitungan peluang investasi perumahan untuk ketiga kelas tersebut :

  • 25

    High Class

    Tabel IV.9

    Peluang Investasi Perumahan Kelas Atas di Luar Kawasan Industri Kendal

    No Keterangan Jumlah unit

    Tipe Luas Lahan

    Perkiraan harga minimal per unit

    Total Peluang Investasi

    1 High Class Tapak 900 70 200 Rp 750.000.000 Rp 675.000.000.000

    High Class Apartemen 2700

    > Studio 2025 21 Rp 300.000.000 Rp 607.500.000.000

    > Family 675 42 Rp 500.000.000 Rp 337.500.000.000

    Total Rp 1.620.000.000.000

    Sumber: Analisis, 2018

    Middle Class

    Tabel IV.10 Peluang Investasi Perumahan Kelas Menengah di Luar Kawasan Industri Kendal

    No Keterangan Jumlah unit

    Tipe Luas Lahan

    Perkiraan harga minimal per unit

    Total Peluang Investasi

    1 Rumah Tapak 18.000

    Tipe 36 13.500 36 90 Rp 300.000.000 Rp 4.050.000.000.000

    Tipe 45 4.500 45 120 Rp 500.000.000 Rp 2.250.000.000.000

    Total Rp 6.300.000.000.000

    Sumber: Analisis, 2018

    Low Class Tabel IV.11

    Peluang Investasi Perumahan Kelas Bawah di Luar Kawasan Industri Kendal

    No Rusun tipe 24

    Jumlah Unit

    Harga Perbulan Harga Pertahun Seluruh Unit tiap

    lantai

    Jumlah Tower

    Harga pertahun total seluruh tower

    1 Lantai dasar

    6 Rp 253.000 Rp 18.216.000

    2 Lantai 1 36 Rp 253.000 Rp 109.296.000

    3 Lantai 2 36 Rp 236.500 Rp 102.168.000

    4 Lantai 3 36 Rp 220.000 Rp 95.040.000

    5 Lantai 4 36 Rp 187.000 Rp 80.784.000

    Total Peluang Investasi / Tower / Tahun Rp 405.504.000 462 Rp 187.342.848.000

    No Rusun tipe 36

    Jumlah Unit

    Harga Perbulan Harga Pertahun Seluruh Unit tiap lantai

    Jumlah Tower

    Harga pertahun total seluruh tower

    Lantai dasar

    6 Rp 402.500 Rp 28.980.000

    1 Lantai 1 22 Rp 402.500 Rp 106.260.000

    2 Lantai 2 22 Rp 376.250 Rp 99.330.000

    3 Lantai 3 22 Rp 350.000 Rp 92.400.000

    4 Lantai 4 22 Rp 297.500 Rp 78.540.