33
Progam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Disusun Oleh : Emelia Wijayanti 1

Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bpjs

Citation preview

Page 1: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

Progam Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

Disusun Oleh :

Emelia Wijayanti

JOGJAKARTA 2014

1

Page 2: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................1

Daftar Isi....................................................................................................... 2

Pendahuluan ..............................................................................................3

BAB 1. Pengertian BPJS..........................................................................6

BAB 2. Sejarah BPJS Ketenagakerjaan..............................................7

BAB 3. Visi dan Misi BPJS Ketenagakerjaan...................................9

BAB 4. Program BPJS Ketenagakerjaan........................................11

Penutup......................................................................................................22

Daftar Pustaka ……………………………………………………………….23

2

Page 3: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

PENDAHULUAN

Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya

dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-

bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi

Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 Ayat

(1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk

kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas pangan,

pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan

dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi

janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan

kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.

Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa negara

mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan

kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Dalam sidang ke58

tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya

pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan kepada

mereka terhadap risiko keuangan. WHA ke58 mengeluarkan resolusi yang

menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health

Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial. WHA juga

menyarankan kepada WHO agar mendorong negara-negara anggota untuk

mengevaluasi dampak perubahan sistem pembiayaan kesehatan terhadap pelayanan

kesehatan ketika mereka bergerak menuju Universal Health Coverage.

Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga

mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45

pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap

3

Page 4: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di

bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan

terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam

program jaminan kesehatan sosial.

Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah

bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.

Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan

menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya

adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara

lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk

masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan melalui skema

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah

(Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi-

bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi

hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi

seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial

Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan

BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014.

Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan

Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang

Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).

Sesungguhnya keinginan untuk mendirikan BPJS baru telah dibahas dalam

prosespenyusunan UU SJSN. Perdebatannya berlangsung sangat alot. Berbagai

pertimbangan tentangcost-benefit, Nasionalisme, keadilan antar daerah dan antar

4

Page 5: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

golongan pekerjaan, sertapertimbangan kondisi geografis serta ekonomis yang

berbeda-beda telah pula dibahas mendalam.Apa yang dirumuskan dalam UU SJSN,

UU no 40/04, merupakan kompromi optimal.Konsekuensi logis dari sebuah negara

demokrasi adalah bahwa rumusan suatu UU yang telahdiundangkan harus

dilaksanakan, baik yang tadinya pro maupun yang tadinya kontra terhadap suatu isi

atau pengaturan. Setelah disetujui DPR, wakil rakyat, maka rumusan suatu

UUmengikat semua pihak. Sangatlah tidak layak dan tidak matang, apabila UU

tersebut sudah divonis tidak mengakomodir kepentingan kita, sebelum UU itu

dilaksanakan. Kita harus belajar konsekuen dan berani menjalankan sebuah keputusan

UU, meskipun ada aspirasi atau keinginankita yang berbeda dengan yang dirumuskan

UU SJSN. Boleh saja kita tidak setuju dengan isisuatu UU dan tidak ada satupun UU

yang isinya 100% disetujui dan didukung oleh seluruhrakyat. Atau, jika seseorang

atau sekelompok orang yakin bahwa UU SJSN itu merugikankepentingan lebih

banyak rakyat, maka ia atau mereka dapat mengajukan alternatif ke DPR untuk

merevisi atau membuat UU baru. Inilah hakikat negara demokrasi.

5

Page 6: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

BAB 1

PENGERTIAN BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial maka BPJS merupakan sebuah lembaga hukum nirlaba

untuk perlindungan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang layak sekaligus dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial di Indonesia. BPJS sendiri terdiri dari dua bentuk yaitu BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan

sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT ASKES,

dana tabungan dan asuransi pegawai negeri PT TASPEN, Asuransi Sosial Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia PT ASABRI dan lembaga jaminan sosial

ketenagakerjaan PT JAMSOSTEK. Transformasi PT Askes serta PT JAMSOSTEK

menjadi BPJS yang akan dilakukan secara bertahap. Pada tanggal 01 Januari 2014, PT

Askes akan menjadi BPJS Kesehatan, selanjutnya pada tahun 2015 giliran PT

Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan.

6

Page 7: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

BAB 2

SEJARAH BPJS KETENAGAKERJAAN

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab

dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada

masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia seperti

halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial

berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta

dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.

Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang,

dimulai dari UU No.33/1947 jo UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan

Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan

bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang

pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan

Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok

Tenaga Kerja. Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin

transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan

hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977

diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

(PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja

(ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN

untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan

wadah penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995

ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga

Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi

kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian

7

Page 8: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian

atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor

40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu

berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2,

yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh

rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman

kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi

maupun produktivitas kerja.

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan

dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4

(empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga

berlakunya UU No 24 Tahun 2011.

Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1

Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek

(Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun

mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS

Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil

mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh

pekerja dan keluarganya.

Kini dengan system penyelenggaraan yang semakin maju, program BPJS

Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha

saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan

ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

8

Page 9: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

BAB 3

VISI DAN MISI BPJS KETENAGAKERJAAN

Visi

Menjadi Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkelas dunia, terpercaya,

bersahabat dan unggul dalam Operasional dan Pelayanan.

Misi

Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi

perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:

Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan

keluarga

Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada

tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas

Negara: Berperan serta dalam pembangunan

Filosofi Badan Penyelenggara Jamian Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

BPJS Ketenagakerjaan dilandasi filosofi kemandirian dan harga diri untuk

mengatasi resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang

lain dalam membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua

maupun keluarganya bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut

diperoleh sebagai hak dan bukan dari belas kasihan orang lain.

Agar pembiayaan dan manfaatnya optimal, pelaksanaan program BPJS

Ketenagakerjaan dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda

membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang

berpenghasilan tinggi membantu yang berpenghasilan rendah.

 

Motto Perusahaan"Menjadi Jembatan Menuju Kesejahteraan Pekerja"

 

9

Page 10: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

Nilai-Nilai Perusahaan

Iman: Taqwa, berfikir positif, tanggung jawab, pelayanan tulus ikhlas.

Profesional:Berprestasi, bermental unggul, proaktif dan bersikap positif

terhadap perubahan dan pembaharuan

Teladan: Berpandangan jauh kedepan, penghargaan dan pembimbingan

(reward & encouragement), pemberdayaan

Integritas: Berani, komitmen, keterbukaan

Kerjasama: Kebersamaan, menghargai pendapat, menghargai orang lain.

Etika Kerja Perusahaan

Teamwork : Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan

orang lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan perusahaan.

Open Mind : Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima

gagasangagasan baru yang lebih baik.

Passion : Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.

Action : Segera melaksanakan rencana/pekerjaan/tugas yang telah disepakati

dan ditetapkan bersama

Sense : Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggung jawab dan memiliki

inisiatif yang tinggi untuk memecahkan masalah perusahaan.

10

Page 11: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

BAB 4

PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN

Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar

bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian

terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus

penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya

risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga

kerja.

Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat

terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal

dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja

dan/atau membutuhkan perawatan medis Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial.

 

1. Program Jaminan Hari Tua

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya

penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan

dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian

penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55

tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

 

Iuran Program Jaminan Hari Tua:

• Ditanggung Perusahaan = 3,7%

• Ditanggung Tenaga Kerja = 2%

 

Kemanfaatan Jaminan Hari Tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil

11

Page 12: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

pengembangannya.

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul

ditambah dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

1. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

2. Berhenti bekerja yang telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun dan masa

tunggu 1 bulan

3. Pergi keluar negeri tidak kembali lagi, atau menjadi PNS/POLRI/ABRI

Tata Cara Pengajuan Jaminan

1. Setiap permintaan JHT, tenaga kerja harus mengisi dan menyampaikan

formulir 5 BPJS Ketenagakerjaan kepada kantor BPJS Ketenagakerjaan

setempat dengan melampirkan:

a. Kartu peserta Jamsostek (KPJ) asli

b. Kartu Identitas diri KTP/SIM (fotokopi)

c. Surat keterangan pemberhentian bekerja dari perusahaan atau

Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial

d. Kartu Keluarga (KK)

2. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang mengalami cacat total

dilampiri dengan Surat Keterangan Dokter

3. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggalkan wilayah

Republik Indonesia dilampiri dengan:

a. Pernyataan tidak bekerja lagi di Indonesia

b. Photocopy Paspor

c. Photocopy VISA

4. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang meninggal dunia sebelum

usia 55 thn dilampiri:

a. Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan

b. Photocopy Kartu keluarga

12

Page 13: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

5. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang berhenti bekerja dari

perusahaan sebelum usia 55 thn telah memenuhi masa kepesertaan 5 tahun

telah melewati masa tunggu 1 (satu) bulan terhitung sejak tenaga kerja yang

bersangkutan berhenti bekerja, dilampiri dengan:

a. Photocopy surat keterangan berhenti bekerja dari perusahaan

b. Surat pernyataan belum bekerja lagi

c. Permintaan pembayaran JHT bagi tenaga kerja yang menjadi Pegawai

Negeri Sipil/POLRI/ABRI

6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah pengajuan tersebut BPJS Ketenagakerjaan

melakukan pembayaran JHT

2. Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus

dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi

hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-

risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun

mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha

memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar

antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

 

Manfaat

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi

bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan pada saat dimulai berangkat bekerja

sampai tiba kembali dirumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran

untuk program JKK ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan. Perincian besarnya

iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagaimana tercantum pada iuran. 

1. Biaya Transport (Maksimum)

a. Darat/sungai/danau Rp 750.000,-

13

Page 14: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

b. Laut Rp 1.000.000,-

c. Udara Rp 2.000.000,-

2. Sementara tidak mampu bekerja

a. Empat (4) bulan pertama, 100% x upah sebulan

b. Empat (4) bulan kedua, 75% x upah sebulan

c. Seterusnya 50% x upah sebulan

3. Biaya Pengobatan/Perawatan

Rp 20.000.000,- (maksimum) dan Pergantian Gigi tiruan Rp. 2.000.000,-

(Maksimum)

4. Santunan Cacat

a. Sebagian-tetap: % tabel x 80 bulan upah

b. Total-tetap:

Sekaligus: 70% x 80 bulan upah

Berkala (24 bulan) Rp 200.000,- per bulan*

c. Kurang fungsi: % kurang fungsi x % tabel x 80 bulan upah

5. Santunan Kematian

a. Sekaligus 60% x 80 bulan upah

b. Berkala (24 bulan) Rp. 200.000,- per bulan*

c. Biaya pemakaman Rp 2.000.000,-*

6. Biaya Rehabilitasi diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga

yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi RS Umum Pemerintah dan ditambah

40% dari harga tersebut, serta biaya rehabilitasi medik maksimum sebesar Rp

2.000.000,-

a. Prothese/alat penganti anggota badan

b. Alat bantu/orthose (kursi roda)

7. Penyakit akibat kerja, besarnya santunan dan biaya pengobatan/biaya

perawatan sama dengan poin ke-2 dan ke-3.

14

Page 15: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

 

Iuran

Kelompok I: 0.24 % dari upah sebulan;

Kelompok II: 0.54 % dari upah sebulan;

Kelompok III: 0.89 % dari upah sebulan;

Kelompok IV: 1.27 % dari upah sebulan;

Kelompok V: 1.74 % dari upah sebulan;

*) sesuai dengan PP Nomor 84 tahun 2010

 

Tata Cara Pengajuan Jaminan

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form BPJS

Ketenagakerjaan 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada

BPJS Keteneagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya

kecelakaan

2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang

merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan

dikirim kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga

kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan

menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang

menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.

3. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan

pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:

a. Fotokopi kartu peserta (KPJ)

b. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS

Ketenagakerjaan 3b atau 3c

c. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

3. Program Jaminan Kematian

15

Page 16: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS

Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian

diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya

pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran

Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan

adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2

juta biaya pemakaman* dan santunan berkala .

Manfaat Program JK*

Program ini memberikan manfaat kepada keluarga tenaga kerja seperti:

Santunan Kematian: Rp 14.200.000,-

Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,-

Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan)

*) sesuai dengan PP Nomor 53 Tahun 2012

Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian

Pengusaha/keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim

form 4 kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti:

1. Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan (KPJ) Asli tenaga Kerja yang

Bersangkutan

2. Surat keterangan kematian dari Rumah sakit/Kepolisian/Kelurahan

3. Salinan/Copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan yang

masih berlaku

4. Identitas ahli waris (photo copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga)

5. Surat Keterangan Ahli Waris dari Lurah/Kepala Desa setempat

6. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila pengambilan

JKM ini dikuasakan) 

BPJS Ketenagakerjaan hanya akan membayar jaminan kepada yang berhak

16

Page 17: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

4. Sektor Informal

Tenaga Kerja yang melakukan pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (LHK)

adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha

ekonomi informal.

 

Tujuan

Memberikan perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan

pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat tenaga kerja tersebut kehilangan

sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko

antara lain kecelakaan kerja, hari tua dan meninggal dunia.

Memperluas cakupan kepesertaan program BPJS Ketenagakerjaan.

 

Jenis Program & Manfaat (sesuai PP 14/1993):

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), terdiri dari biaya pengangkutan tenaga kerja

yang mengalami kecelakaan kerja, biaya perawatan medis, biaya rehabilitasi,

penggantian upah Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), santunan cacat

tetap sebagian, santunan cacat total tetap, santunan kematian (sesuai label),

biaya pemakaman, santunan berkala bagi yang meninggal dunia dan cacat

total tetap

2. Jaminan Kematian (JK), terdiri dari biaya pemakaman dan santunan berkala

3. Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor,

beserta hasil pengembangannya

 

Kepesertaan

1. Sukarela

2. Usia maksimal 55 tahun

3. Dapat mengikuti program Jamsostek secara bertahap dengan memilih program

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta

17

Page 18: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

4. Dapat mendaftar sendiri langsung ke BPJS Ketenagakerjaanatau mendaftar

melalui wadah/kelompok yang telah melakukan Ikatan Kerjasama (IKS)

dengan BPJS Ketenagakerjaan

 

Iuran

Iuran TK LHK ditetapkan berdasarkan nilai nominal tertentu berdasarkan

upah sekurang-kurangnya setara dengan Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota

 

 Besaran Iuran

Jaminan Kecelakaan kerja  : 1%

Jaminan Hari tua                : 2% (Minimal)

Jaminan Kematian           : 0.3%

 

Ket: Iuran ditanggung sepenuhnya oleh peserta

 

Cara Pembayaran

1. Setiap bulan atau setiap tiga bulan dibayar di depan

2. Dibayarkan langsung oleh peserta sendiri atau melalui Penanggung Jawab

Wadah/Kelompok secara lunas

3. Pembayaran iuran melalui Wadah/Kelompok dibayarkan pada tanggal 10

bulan berjalan disetorkan ke Wadah/Kelompok, dan tanggal 13 bulan berjalan

Wadah/Kelompok setor ke BPJS Ketenagakerjaan

4. Pembayaran iuran secara langsung oleh Peserta baik secara bulanan maupun

secara tiga bulanan dan disetor paling lambat tanggal 15 bulan berjalan

5. Dalam hal peserta menunggak iuran, masih diberikan grace periode selama 1

(satu) bulan untuk mendapatkan hak jaminan program yang diikuti

18

Page 19: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

6. Peserta yang telah kehilangan hak jaminan dapat memperoleh haknya kembali

jika peserta kembali membayar iuran termasuk satu bulan iuran yang

tertunggak dalam masa grace periode

5. Sektor Konstruksi

Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi yang diatur melalui

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-196/MEN/1999 Tanggal 29

September 1999

 

Tahap Kepesertaan

Setiap  Kontraktor  Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek

Jasa  Konstruksi dan pekerjaan borongan lainnya wajib mempertanggungkan semua 

tenaga kerja (borongan/harian lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut

kedalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian

(JKM)

 

Adapun proyek - proyek tersebut meliputi :

Proyek-proyek APBD

Proyek-proyek atas Dana Internasional

Proyek-proyek APBN

Proyek-proyek swasta, dll

Cara Menjadi Peserta

1. Pemborong bangunan (kontraktor) mengisi  Formulir  pendaftaran kepesertaan

Jasa Konstruksi yang bisa diambil pada kantor BPJS Ketenagakerjaan

setempat sekurang - kurangnya 1 (satu) minggu sebelum memulai pekerjaan

2. Formulir-formulir tersebut harus dilampiri dengan Surat Perintah Kerja (SPK)

atau Surat Perjanjian Pemborong (SPP)

19

Page 20: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian ditanggung sepenuhnya

oleh kontraktor dan besarannya ditetapkan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Konstruksi sampai dengan Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)

sebesar 0,24% dari nilai kontrak kerja konstruksi

2. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sampai

dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sebesar penetapan angka

1 ditambah 0,19% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi

dikurangi Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

3. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai

dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sebesar penetapan angka

2 ditambah 0,15% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak  Kerja Konstruksi

dikurangi Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)

4. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai

dengan Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar penetapan angka

3 ditambah 0,12% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak Kerja Konstruksi

dikurangi Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

5. Pekerjaan Konstruksi diatas Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) sebesar

penetapan huruf d ditambah 0,10% dari selisih nilai, yakni dari nilai Kontrak

Kerja Konstruksi dikurangi Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)

Nilai Kontrak Kerja Konstruksi yang dipergunakan sebagai dasar

perhitungan iuran tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.

 

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja Harian

Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur kepesertaan maupun

upah sebagai dasar penetapan iuran, sbb:

1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu

yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam program

20

Page 21: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3 (tiga) bulan

wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial tenaga kerja

2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah upah

sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender. Apabila upah

dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi yang bekerja 6

(enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 25 (dua puluh

lima) , sedangkan yang bekerja  5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu adalah

upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu)

3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan

penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja dalam

1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan, upah

sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika pekerjaan

tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12 (dua) belas

bulan terakhir

4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu,

penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang tercantum dalam

perjanjian kerja

21

Page 22: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

PENUTUP

BPJS Ketenagakerjaan di Indonesia merupakan alah satu program publik yang

memberi pelindungan bagi seluruh tenaga kerja baik tenaga kerja kerja negeri ataupun

swasta. BPJS Ketenagakerjaan ini melindung para tenaga kerja dalam mengatasi

resiko sosial ekonomi tertentu. Penyelengaraan BPJS Ketenagakerjaan ini

menggunakan system Asuransi Sosial.

BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya mempuyai nama Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (JAMSOSTEK), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU

No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek di berubah menjadi BPJS

Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.

BPJS Kesehatan dahulunya bernama Askes bersama BPJS Ketenagakerjaan

merupakan salah satu program milik pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang mulai diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS

Kesehatan sendiri mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS

Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2015.

Bagi pendiri pengusaha wajib mendaftarkan para karyawannya di BPJS

Ketenagakerjaan ini berdasarkan undang – undang No.3 tahun 1992 yang mengatur

jenis – jenis program di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Indonesia.

Persyaratan yang dibawa untuk Peserta BPJS Tenaga Kerja Dalam Hubungan Kerja :

1. Surat izin usaha dari RT/RW/Kelurahan setempat

2. Fotokopi KTP dan KK Pekerja

3. Pas Foto berwarna Pekerja ukuran 2×3 1 Lembar.

Berikut Persyaratan yang dibawa untuk Peserta BPJS Tenaga Kerja Luar Hubungan

Kerja :

1. Surat izin usaha dari RT/RW/Kelurahan setempat

2. Fotokopi KTP Pekerja

22

Page 23: Progam BPJS Ketenagakerjaan Lia Wie

3. Fotokopi KK masing-masing Pekerja

4. Pas Foto berwarna masing-masing Pekerja ukuran 2×3 1 Lembar

DAFTAR PUSTAKA

http://mustaqimjnet.blogspot.com/2014/02/makalah-bpjs.html

http://lewokedaerik.blogspot.com/2013/12/badan-penyelenggara-jaminan-

sosial_16.html

http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/i.php?mid=3&id=15

http://www.iberita.com/42746/bpjs-kesehatan-dan-bpjs-ketenagakerjaan-penting-

bagi-warga-indonesia

23