142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN MENGGIRING BOLA (Studi Eksperimen Latihan Angle Hop dan Side Hop pada Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magíster Program Studi Ilmu Keolahragaan Oleh : SEPTO WINARKO A. 120809123 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN

KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN

KECEPATAN MENGGIRING BOLA

(Studi Eksperimen Latihan Angle Hop dan Side Hop pada Sekolah

Sepakbola Pratama Kota Madiun)

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magíster

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

SEPTO WINARKO

A. 120809123

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

Page 2: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Septo Winarko

NIM : A.120809123

Jurusan/Program : Program Studi Ilmu Keolahragaan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN

OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN

MENGGIRING BOLA (Studi Eksperimen Latihan Angle Hop dan Side Hop

pada Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun), adalah betul-betul karya saya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan pada daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011

Pembuat Pernyataan

Septo Winarko

Page 3: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

P E N G E S A H A N

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN KEKUATAN

OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN

MENGGIRING BOLA

(Studi Eksperimen Latihan Angle Hop dan Side Hop pada Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun)

Diajukan oleh

SEPTO WINARKO A. 120809123

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji :

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

t —,>20,//fKetua : Prof. Dr. Muchsin doewes, dr, AIFO ...................

eNNIerigetahui, 5

S I 5 f i e k t u t : t ; P 4 3 / 4 .

ouqt„,,, _>4

77:„

*F.

. prof. I s . Suranto Sc., Ph.D.

pi, IP. 19570 198503 1 004 ROG PASCA SA' °14s

Surakarta, e-201.1

Ketua P Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 19491108 197609 1 001

111

Sekretaris : Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd

Anggota

1. Prof. Dr. Sugiyanto

4r- 3. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats

Page 4: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehingga

penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesian tesis mengalami berbagai

kesulitan dan hambatan, berkat bantuan dari berbagai pihak, maka berbagai

kesulitan dan hambatan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp.KJ. Selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Selaku Direktur Program PascaSarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan

bantuannya.

3. Prof. Dr. Sugiyanto, Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala pengarahan dan

bantuannya.

4. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.

5. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.

6. Tim Penguji tesis yang telah memberikan penilaian dan koreksi akhir tesis

ini.

7. Kepala Sekolah Sepakbola Pratama Kota Madiun yang telah memberikan ijin

untuk mengadakan penelitian.

Page 5: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

8. Para Pemain Sekolah Sepakbola Pratama kota Madiun atas kerelaan dan

keikhlasannya menjadi sampel penelitian ini.

9. Teman-teman yang dengan suka rela telah membantu pelaksanaan penelitian.

10. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka

dengan yang lebih baik. Amin.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 6: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

PERNYATAAN............................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO...................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi

ABSTRAK....................................................................................................... xviii

ABSTRACT....................................................................................................... xix

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah................................................................. 9

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 11

D. Perumusan Masalah ................................................................. 11

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 12

Page 7: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS.............................................. 14

A. Kajian Teori ............................................................................. 14

1. Permainan Sepakbola ........................................................ 14

a. Teknik Sepakbola ......................................................... 17

b. Kecepatan Menggiring Bola......................................... 21

2. Latihan Fisik ...................................................................... 29

a. Tujuan Latihan Fisik .................................................... 31

b. Prinsip-Prinsip Latihan ............................................... 36

c. Pengaruh Latihan ......................................................... 44

d. Sistem Energi ............................................................... 48

e. Latihan Plyometrics...................................................... 58

a). Mekanisme Kontraksi Otot...................................... 61

b). Latihan Plyometrics Angle Hop .............................. 65

c). Latihan Plyometrics Side Hop ................................ 66

d). Pengaruh Latihan Plyometrics Terhadap kecepatan

Menggiring Bola ...................................................... 67

3. Kekuatan ............................................................................ 69

a. Komponen Otot Tungkai .............................................. 74

b. Kekuatan Otot Tungkai ................................................ 77

c. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dalam Kecepatan

Menggiring Bola........................................................... 81

B. Penelitian yang Relevan........................................................... 83

C. Kerangka Pemikiran................................................................. 85

Page 8: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

D. Perumusan Hipotesis................................................................ 90

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 91

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 91

B. Metode dan Rancangan Penelitian........................................... 91

C. Variabel Penelitian................................................................... 94

1. Variabel Independen .......................................................... 94

2. Variabel Dependen............................................................. 94

D. Definisi Operasional Variabel.................................................. 94

E. Populasi dan Sampel ................................................................ 96

1. Populasi ............................................................................. 96

2. Sampel................................................................................ 96

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya ......................... 97

1. Data Kekuatan Otot Tungkai ............................................. 97

2. Data Menggiring Bola....................................................... 98

3. Mencari Reliabilitas Tes .................................................... 98

G. Teknik Analisis Data................................................................ 99

1. Uji Persyaratan..................................................................... 99

a. Uji Normalitas.................................................................. 99

b. Uji Homogenitas Variansi ............................................... 100

2. Uji Hipotesis ........................................................................ 100

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 104

A. Deskripsi Data .......................................................................... 104

B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................. 108

Page 9: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1. Uji Normalitas ...................................................................... 109

2. Uji Homogenitas................................................................... 111

C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 112

Rangkuman Pengujian Hipotesis ............................................. 115

D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 116

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 122

A. Kesimpulan............................................................................... 122

B. Implikasi ................................................................................... 123

C. Saran ......................................................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 131

Page 10: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2. ...................................... 93

Tabel 2. Pengelompokan Sampel Eksperimen. ....................................... 97

Tabel 3. Koefisien Korelasi Reliabilitas. ................................................. 99

Tabel 4. Ringkasan Anava Untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2................ 102

Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Menggiring Bola Tiap

Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan Plyometrics

dan Kekuatan Otot Tungkai. ...................................................... 105

Tabel 6. Nilai Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola Masing-masing

Sel (Kelompok Perlakuan). ........................................................ 106

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data. ................................. 112

Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Dua Faktor ( kecepatan

Menggiring Bola) dan Ringkasan Hasil Uji Rentang

Newman-Keuls Setelah Analisis Varians. .................................. 113

Tabel 9. Kesimpulan Hasil Penelitian. ..................................................... 115

Tabel 10. Interaksi Antar Variabel A dan B Terhadap Peningkatan

Kecepatan Menggiring Bola. ..................................................... 119

Tabel 11. Time Schedule (Program Kerja) Penelitian. ............................... 131

Tabel 12. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Angle Hop. ..................... 161

Tabel 13. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Side Hop. ....................... 189

Tabel 14. Daftar Nama Populasi. ............................................................... 196

Tabel 15. Daftar Nama Populasi dan Hasil Tes Kekuatan ......................... 198

Page 11: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Sederhana ATP. ...................................................... 49

Gambar 2. Struktur Sederhana dari Phosphocreatine (PC). ................... 51

Gambar 3. Glicolysis Anaerobik dan Aerobik. ........................................ 54

Gambar 4. Pengubahan Piruvat Menjadi Asetil CoA,

Persambungan Antara Glikolisis dan Siklus Krebs. ............. 56

Gambar 5. Siklus Krebs. ......................................................................... 58

Gambar 6. The Golgi Tendon Organ. ..................................................... 62

Gambar 7. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Depan ............................ 76

Gambar 8. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Belakang ........................ 77

Gambar 9. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan

Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola Tiap

Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan dan

Kekuatan Otot Tungkai. ........................................................ 105

Gambar 10. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan

Menggiring Bola pada Tiap Kelompok Perlakuan. .............. 107

Gambar 11 : Uji Normalitas Latihan Plyometrics Angle Hop

dengan Kekuatan Otot Tungkai Tinggi. ................................ 109

Gambar 12. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Angle Hop

dengan Kekuatan Otot Tungkai Rendah. ............................. 110

Gambar 13. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Side Hop

dengan Kekuatan Otot Tungkai Tinggi. ................................ 110

Page 12: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Gambar 14. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Side Hop

dengan Kekuatan Otot Tungkai Rendah. .............................. 111

Gambar 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya

Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola. ............................ 120

Gambar 16. Latihan Plyometrics Angle Hop. ........................................... 190

Gambar 17. Latihan Plyometrics Side Hop. .............................................. 191

Gambar 18. Tes Menggiring Bola. ........................................................... 195

Gambar 19. Atlet Menarik Leg Dynamometer untuk Mengukur

Kekuatan Otot Tungkai.. ....................................................... 220

Gambar 20. Atlet Melakukan Tes Awal Kecepatan Menggiring

Bola dengan Rintangan .......................................................... 222

Gambar 21. Melakukan Pemanasan Sebelum Latihan Plyometrics.. ....... 223

Gambar 22. Melakukan Latihan Plyometrics Angle Hop ......................... 225

Gambar 23. Melakukan Latihan Plyometrics Side Hop Hop .................... 226

Gambar 24. Atlet Melakukan Tes Akhir Kecepatan Menggiring

Bola dengan Rintangan .......................................................... 227

Page 13: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Time Schedule (Program Kerja) Penelitian.......................... 131

Lampiran 2. Deskripsi Pelaksanaan Latihan Menggiring Bola

dan Latihan Plyometrics. .................................................... 132

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pelatihan Menggiring Bola

dan Angle Hop. ................................................................... 134

Lampiran 4. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Angle Hop................ 161

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pelatihan Menggiring Bola

dan Side Hop....................................................................... 162

Lampiran 6. Matrik Latihan Menggiring Bola dan Side Hop. ................ 189

Lampiran 7. Keterangan Pelaksanaan Latihan......................................... 190

Lampiran 8. Deskripsi Instrumen Penelitian. .......................................... 192

Lampiran 9. Daftar Nama Populasi.......................................................... 196

Lampiran 10. Daftar Nama Populasi dan Hasil Tes Kekuatan .................. 198

Lampiran 11. Daftar Hasil Klasifikasi Sampel Berdasarkan

Kekuatan Otot Tungkai. ...................................................... 200

Lampiran 12. Daftar Pembagian Kelompok dengan Cara Ordinal

Pairing Rumus ABBA. ....................................................... 201

Lampiran 13. Skema Penelitian Berdasarkan Pembagian Kelompok

dan Perlakuan. ..................................................................... 202

Lampiran 14. Data Hasil Tes Awal Menggiring Bola. ............................. 203

Lampiran 15. Data Hasil Tes Akhir Menggiring Bola. ............................. 204

Page 14: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 16. Data Tes Awal Kecepatan Menggiring Bola

dan Klasifikasi Kelompok. .................................................. 205

Lampiran 17. Data Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola

dengan Klasifikasi Kelompok.............................................. 206

Lampiran 18. Uji Reliabilitas dengan Anava (Tabel Kerja Untuk

Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Awal Kecepatan

Menggiring Bola)................................................................. 207

Lampiran 19. Uji Reliabilitas dengan Anava (Tabel Kerja Untuk

Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Akhir Kecepatan

Menggiring Bola). ............................................................... 210

Lampiran 20. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan

Menggiring Bola pada Permainan Sepakbola Kelompok 1

(Kelompok Latihan Angle Hop). ......................................... 213

Lampiran 21. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan

Menggiring Bola pada Permainan Sepakbola Kelompok 2

(Kelompok Latihan Side Hop)............................................. 214

Lampiran 22. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas

dan Analisis Varians. ........................................................... 215

Lampiran 23. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ................................... 217

Lampiran 24. Analisis Varians................................................................... 218

Lampiran 25. Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls................................ 219

Lampiran 26. Dokumentasi dan Surat-Surat Penelitian ............................. 228

Page 15: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

SEPTO WINARKO. A.120809123. Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometrics dan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola. Tesis. Surakarta.Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh antara latihan plyometrics Angle Hop dan Side Hop terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola. (2) Perbedaan hasil kecepatan menggiring bola antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah. (3) Pengaruh interaksi antara latihan plyometrics dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola (SSB) Pratama kota Madiun selama 2 bulan Besarnya sampel penelitian 40 atlet yang berasal dari jumlah populasi sebesar 45 atlet. Teknik pengambilan sampel dengan purposive random sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel independent yakni: variabel manipulatif: latihan plyometrics Angle Hop dan latihan plyometrics Side Hop, variable atributif yakni : kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah serta variabel dependent yakni : kecepatan menggiring bola. Teknik pengumpulan data dengan Tes dan Pengukuran, data kecepatan menggiring bola dites dengan kecepatan menggiring bola melalui rintangan di mana reliabilitas tesnya dicari dengan teknik analisis varians (ANAVA) dan data kekuatan otot tungkai dites dengan leg dynamometer. Teknik analisis data menggunakan ANAVA dan taraf signifikasi α = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1)Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan plyometrics Angle Hop dan Side Hop terhadap kecepatan menggiring bola. Pengaruh latihan Angle Hop mempunyai peningkatan kecepatan menggiring bola lebih baik dari pada latihan Side Hop untuk peningkatan kecepatan menggiring bola (Fhitung = 40,4155> F table = 4,11). (2) Ada perbedaan hasil kecepatan menggiring bola yang signifikan antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan hasil kecepatan menggiring bola pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah (Fhitung = 121,4154 > F table = 4,11). (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan plyometrics dan kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola (Fhitung = 122,0523 > F table = 4,11), a) Atlet dengan kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik diberikan latihan plyometrics Angle Hop, b) latihan plyometrics Side Hop lebih cocok diterapkan pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

Kata Kunci : Latihan Plyometrics, Latihan Angle Hop, Latihan Side Hop,

Kekuatan Otot Tungkai, dan Kecepatan Menggiring Bola

Page 16: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Septo Winarko. A.120809123. The Differences of Effect between Plyometrics Training and Leg Muscles Strength toward Ball Dribbling Speed Improvement. Thesis. Surakarta. Post Graduate Program Sebelas Maret University Surakarta January 2011.

The objectives of this study are to determine: (1) The differences between the effect of Angle Hop and Side Hop plyometrics exercises to increase the dribble speed. (2) The dribble speed outcome difference between athletes who have high and low leg muscle strength. (3) The interaction effect between plyometrics training and leg muscle strength to increase the dribble speed.

The method used in this study was experimental method with 2 X 2 factorial design. The research was conducted in Football School (FS) of Pratama at Madiun city for period of 2 months. The sample size of 40 athletes came from a population of 45 athletes. This study used purposive sampling technique with random sampling. Research variables consisted of independent variables such as: manipulative variable: Angle Hop plyometrics exercises and Side Hop plyometrics exercises, attributive variables such as: high and low leg muscle strength and dependent variables such as: the dribble speed. Data collection techniques were done through Test and Measurement, dribbling speed test data was obtained from a speed dribble through the obstacles which the reliability of tests sought by analysis of variance (ANOVA) technique and leg muscle strength data were measured with a leg dynamometer. Data analysis was done using ANOVA and significance level α = 0.05.

Based on the results, this study concludes that: (1) There is a significant difference in effect between Angle Hop and Side Hop plyometrics training toward dribble speed (Fcount = 40.4155> F table = 4.11). The influence of Angle Hop increases the speed of ball dribbling better than Side Hop exercise (2) There is a significant difference in the results of dribble speed between the athletes who have leg muscle high and low strength (Fcount = 121.4154> F table = 4.11). The increase of dribbling speed result on athletes who have high leg muscle strength better than those who have low leg muscle strength (3) There was a significant interaction effect between plyometrics exercise and strength of leg muscle toward dribble speed improvement (Fcount = 122.0523> F table = 4.11), a. Angle Hop plyometrics exercises is more suitable to be applied to Athletes with a high leg muscle strength b. Plyometrics Side Hop exercise is more suitable to be applied to athletes who have low leg muscle strength. Keywords: Plyometrics Exercise, Angle Hop Exercise, Side Hop Exercise, Leg

Muscle Strength, and Ball Dribbling Speed

Page 17: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan olahraga prestasi di berbagai cabang yang dipertandingkan

tidak lepas dari berbagai latihan yang diterapkan oleh seorang pelatih.

Peningkatan olahraga prestasi melalui latihan yang terus menerus dan berulang-

ulang akan berdampak positif terhadap aktivitas fisik serta meningkatkan

kebugaran jasmani seorang atlet dan dampak positif yang lain adalah gerakan

yang sulit akan mudah dilakukan tanpa harus memikirkan gerakan yang akan

dilakukan.

Prestasi sepakbola Indonesia yang semakin terpuruk di peringkat dunia

menunjukkan pembinaan sepakbola yang kurang baik. Kegagalan demi

kegagalan yang diderita tim nasional sepakbola Indonesia di beberapa turnamen

yang diikuti tim nasional selalu berakhir dengan kekecewaan. Di berbagai even

membuat pecinta sepakbola Indonesia semakin menghela nafasnya, minimnya

pengetahuan pelatih tentang ilmu kepelatihan yang menyebabkan gagalnya

sepakbola dalam setiap kejuaraan yang diikuti. Rata-rata pelatih sepakbola

berasal dari mantan pemain yang kaya akan pengalaman namun dari segi ilmu

pengetahuan lain yang mendukung sangatlah kurang.

Disadari atau tidak, faktor pembinaan berjenjang yang dimiliki PSSI hanya

untuk mencapai prestasi instan. Bahkan karut marutnya pembinaan pemain muda

sudah sejak dulu tidak mengalami perubahan yang lebih baik. Pembinaan yang

Page 18: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tidak berpola yang dijalankan oleh pelatih terhadap atletnya serta tidak terukurnya

pembinaan menjadi penyebab gagalnya prestasi sepakbola secara umum.

Pembinaan di tingkat sekolah sepakbola atau akademi di setiap klub dan

berjenjang yang kompetitif di tingkat kelompok usia memberikan pilihan untuk

pembinaan para pemain muda dan sistem kompetisi yang ideal bagi pemain muda.

Setiap sekolah sepakbola yang dibentuk oleh klub harus memiliki tingkatan

pembinaan sendiri, seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan umum, serta

reward dan punishment. Dengan pola pembinaan ini orang tua para pemain harus

dilibatkan dalam pembinaan dan juga mendukung biaya selama berada di sekolah

sepakbola atau akademi.

Kemampuan keterampilan serta mental bertanding harus diutamakan dalam

bermain sepakbola. Sekolah sepakbola Pratama yang ada di Kota Madiun

merupakan bentukan sebuah klub sepakbola yang bernama Pattimura yang

memiliki banyak siswa mulai dari usia yunior dengan berbagai kelompok umur

sampai senior.

Metode latihan plyometrics tidak pernah diberikan pelatih kepada siswa

sekolah sepakbola Pratama usia 15-17 tahun, ini yang menyebabkan penulis ingin

mengadakan penelitian berbeban yang berupa latihan plyometrics angle hop dan

side hop. Penggunaan metode latihan plyometrics yang tepat dan benar akan

meningkatkan kekuatan dan kecepatan menggiring bola. Dengan kemampuan

keterampilan menggiring bola yang kuat dan cepat disetiap pemain, maka sulit

bagi lawan mengambil bola saat dikuasai.

Page 19: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pencapaian prestasi di berbagai macam olahraga misalnya sepakbola, faktor

kekuatan memegang peranan yang sangat dominan dalam penggunaannya. Untuk

sepakbola kekuatan berperan untuk menendang, menggiring, passing dan

melompat saat menyundul bola (heading). Kekuatan dalam permainan sepakbola

harus dimiliki oleh semua pemain baik pemain depan, pemain tengah maupun

pemain belakang.

Berbagai keterampilan yang harus dikuasai pemain sepakbola tidak lepas

dari tingkat kebugaran jasmani pemain. Tingkat kesegaran jasmani yang baik serta

latihan yang berkelanjutan dan terprogram akan memudahkan seseorang untuk

menjadi atlet yang berprestasi di cabang olahraga yang diminati sesuai dengan

kondisi tubuh. “Adapun unsur-unsur kebugaran jasmani tersebut antara lain:

kekuatan, kecepatan, daya tahan otot jantung dan paru-paru, kelincahan, daya

ledak (power) dan kelentukan” (Muhajir 2004:3). Sedangkan pengertian

kebugaran jasmani menurut Suparno dan Suwandi (2008:50) adalah” kemampuan

seseorang dalam melakukan aktivitas keseharian tanpa mengalami kelelahan yang

berarti, dan masih mempunyai cadangan sisa tenaga untuk melakukan aktivitas

yang lain”. Kebugaran ada hubungannya dengan kesehatan, karena kesehatan

merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Konsep

kebugaran fisik dapat dibedakan antara kebugaran yang berkaitan dengan

kesehatan dan yang berkaitan dengan unjuk kerja (performance)

Menurut Toho Cholik M. dan Ali Maksum (2007:53) ”seseorang yang

memiliki kebugaran jasmani yang baik dengan sendirinya juga akan memiliki

kekuatan atau strength yang relatif lebih baik dibandingkan dengan mereka yang

Page 20: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

tidak bugar”. Kebugaran sendiri adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk

melakukan kontraksi atau tegangan maksimal sewaktu menerima beban tertentu.

Peningkatan kekuatan tidak dapat dicapai dengan baik apabila dalam

melakukan latihan tidak dilakukan secara intensif dan terprogram berdasarkan

prinsip-prinsip latihan yang benar. Latihan yang dilakukan tersebut harus bersifat

khusus, yaitu khusus mengembangkan model latihan yang dapat mendukung

dalam peningkatan kekuatan sesuai dengan cabang olahraga yang diikutinya.

Peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut dapat

dicapai dengan penerapan berbagai disiplin ilmu dan teknologi yang terkait dalam

pelatihan dan pembinaan olahraga. Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam

olahraga harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap

ilmu-ilmu yang terkait. Berbagai ilmu yang berkaitan dengan olahraga, menurut

Nossek (1982:1) antara lain adalah “fisiologi latihan, biomekanik olahraga,

paedagogi di bidang olahraga, sosiologi, olahraga tersebut tidak terlepas dari

dukungan dan masyarakat dan insan olahraga serta para pakar di bidang

olahraga”.

Kecepatan menggiring bola dengan kuat dan lincah untuk menghindari dari

halangan lawan tidak dapat tercapai dengan spekulatif, tetapi harus melalui latihan

secara intensif dengan program latihan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip

latihan yang benar. Meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan prestasi, prinsip

ini adalah spesifik dan terutama berhubungan dengan proses latihan. Semua

prinsip latihan adalah bagian dan semua konsep serta tidak dipandang sebagai unit

terpisah walaupun untuk suatu maksud tertentu dan diambil dari banyak

Page 21: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pengertian akan tetapi disajikan dan digambarkan secara terpisah. Penggunaan

yang tepat dari prinsip latihan ini oleh pelatih akan menghasilkan organisasi yang

lebih baik, dan lebih banyak kegunaan yang dapat memuaskan, pengertian,

metode, dan komponen, dari latihan.

Pencapaian tingkat keterampilan menggiring bola yang baik diperlukan

berbagai metode dalam latihan. Latihan olahraga adalah suatu proses yang

direncanakan yang mengembangkan penampilan olahraga yang komplek dengan

memakai isi latihan, metoda-metoda latihan, tindakan-tindakan organisasional

yang sesuai dengan maksud dan tujuan-tujuan.

Pengertian latihan menurut Nossek (1982:13) “latihan adalah suatu proses

atau, dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama

beberapa tahun, sampai olahragawan atau olahragawati tersebut mencapai standart

penampilan yang tinggi”. Latihan yang modern harus secara berhati-hati

direncanakan. Sebuah rencana latihan mencakup semua tindakan yang diperlukan

untuk mencapai sasaran – sasaran latihan. Ada rencana jenis jangka pendek, jenis

jangka menengah, dan rencana jangka panjang. Latihan disusun untuk khusus

latihan satu sesi latihan, mingguan, bulanan, tahunan, dan jangka waktu yang

panjang.

Faktor penentu dan penunjang dalam prestasi menggiring bola dalam

permainan sepakbola adalah kekuatan. Kekuatan merupakan kualitas yang sangat

komplek, karena semua gerakan merupakan hasil dalam hubungannya dengan

alat-alat susunan otot tubuh.

Page 22: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Kualitas keterampilan gerak yaitu kekuatan dan keterampilan bekerja sama

satu dengan yang lain. Latihan kekuatan dipraktekkan dengan berbagai kombinasi

latihan yang lain, latihan tersebut hendaknya dimulai pada usia sangat muda dan

berbakat pada cabang olahraga yang disukainya.

Latihan–latihan yang khusus yang cocok untuk cabang olahraga sepakbola

khususnya, kualitas–kualitas kondisional; dan teknik olahraga harus dianalisis

secara hati-hati. Untuk itu seorang pelatih harus memiliki dan menguasai

pengetahuan anatomi fungsional, fisiologi, biomekanik dan sebagainya.

Latihan plyometrics berusaha untuk menggunakan berat badan sendiri atau

menggunakan beberapa alat untuk meningkatkan rangsangan latihan. Sebagian

besar cabang olahraga dapat dilakukan dengan lebih terampil jika atlet memiliki

power yang merupakan gabungan dari kekuatan dan kecepatan. Latihan

plyometrics membantu para atlet dalam berbagai cabang olahraga, sepakbola, bola

basket, bolavoly dan sebagainya.

Latihan plyometrics membantu mengembangkan seluruh sistem neuro

muskuler untuk gerakan-gerakan power, tidak hanya jaringan yang berkontraksi.

Latihan plyometrics adalah gerakan dari rangsangan peregangan otot secara

mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat. Peningkatan kontraksi otot

merupakan perbaikan fungsi refleks peregangan (stretch reflex) dari muscle

spindle.

Program latihan plyometrics harus diberikan beban lebih yang resestif,

temporal dan spesial. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol

ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh.

Page 23: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Beban lebih yang tidak tepat dapat mengganggu keefektifan latihan atau bahkan

menyebabkan cidera. Jadi dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan

beban yang resestif dari gerakan-gerakan plyometrics tertentu dapat meningkatkan

kekuatan tetapi tidak selalu meningkatkan power explosif. Beban lebih resestif

pada kebanyakan latihan plyometrics adalah berupa gaya momentum dari gravitasi

dengan menggunakan beban berat tubuh. Bicara masalah momentum hasil kali

massa dan kecepatan suatu benda yang jatuh semakin tinggi akan semakin cepat,

sehingga momentumnya akan semakin besar.

Berbagai jenis dan macam latihan plyometrics yang dapat dirancang

imajinasi dan rasa ingin, serta pemahaman dasar tentang proses neuromuskuler

yang terlibat, memungkinkan kita mengembangkan latihan-latihan plyometrics

yang bermanfaat. Namun demikian tidaklah praktis untuk menganalisis setiap

pola gerakan keterampilan olahraga dan setiap rangsangan latihan plyometrics

untuk keterampilan olahraga tersebut. Pelatih dan atlet segera dapat mengetahui

mana diantara latihan-latihan plyometrics yang lebih cocok atau tepat untuk

kebutuhan latihan.

Adapun bentuk-bentuk latihan plyometrics adalah melangkah, melompat,

melayang, melompat dengan satu kaki, meloncat dengan menempuh jarak,

skiping, mengayun, dan memutar” (Bompa, 1994:77).

Kemampuan meloncat bisa digunakan sebagai prediktor kekuatan tubuh dan

juga bisa merupakan tes diagnostik dalam hal koordinasi gerak. Perkembangan

kemampuan meloncat berkaitan erat dengan peningkatan kekuatan dan koordinasi

tubuh. Koordinasi tubuh yang berkembang dengan baik dan disertai peningkatan

Page 24: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kekuatan yang baik akan menghasilkan perkembangan kemampuan meloncat

yang baik pula (Sugiyanto, 1998:155).

Menurut Sugiyanto (1998:187) “pertumbuhan yang cepat pada laki-laki

memberikan keuntungan dalam ukuran dan bentuk tubuh, kekuatan dan fungsi

fisiologis yang memberikan kemudahan dalam penampilan fisik selama masa

adolesensi”.

Masa Adolesensi membutuhkan aktivitas yang dapat meningkatkan

pengalaman dalam berbagai kegiatan, terutama yang sesuai untuk usia dewasa.

”Bentuk kegiatan yang digemari, meliputi olahraga beregu, kegiatan yang menguji

keterampilan tingkat tinggi, permainan perorangan maupun ganda dan

pengembangan program latihan” (Sugiyanto, 1998:200).

Pada permasalahan ini untuk peserta penelitian yang mengikuti latihan

adalah anak-anak pada usia 15-17 tahun pada salah satu sekolah sepakbola

pratama Kota Madiun, hal tersebut sesuai dengan Peraturan PSSI (2004) pasal 32

tentang kelompok usia pemain yang menyebutkan bahwa ”dalam pembinaan

pemain amatir PSSI mengenal klasifikasi pemain dalam kelompok usia dibawah

usia 15 tahun, dibawah usia 17 tahun, dibawah usia 19 tahun, dan dibawah usia 23

tahun”.

Pada umur berapakah orang sudah boleh latihan beban? Lebih lanjut

Harsono (1988:203) berpendapat akan cukup aman kalau weight training pada

umur 14 tahun, asal mulai dengan beban-beban yang ringan, oleh karena (a)

tulang-tulang masih lunak dan belum sempurna perkembangannya dan (b) sendi-

sendi anak-anak muda belum tumbuh secara sempurna serta belum stabil.

Page 25: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Sebelum umur 14 tahun sebaiknya anak dilatih strength dengan menggunakan

berat badannya sendiri dahulu sebagai tahanannya (resistence), misalnya push up,

sit ups, squat thrusts, dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat tersebut untuk anak usia 15-17 tahun sudah

memenuhi syarat untuk mengikuti latihan plyometrics yang merupakan latihan

dengan menggunakan beban pada tubuhnya sendiri.

Penggunaan metode latihan yang benar dan secara khusus terkait dengan

pola gerak keterampilan menggiring bola pada sepakbola perlu

mempertimbangkan inovasi dalam bidang latihan, penemuan hasil penelitian yang

relevan yang selaras dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka perlunya mengkaji sejauh mana

pengaruh latihan plyometrics (angle hop dan side hop) dan kekuatan terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola dalam sepakbola pada anak laki-laki usia

15-17 tahun, latihan tersebut adalah bentuk pengembangan latihan plyometrics

yang dipergunakan untuk melatih power, kekuatan dan kecepatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

1. Kecepatan menggiring bola pada sepakbola dapat dicapai melalui

latihan dengan penggunaan prinsip-prinsip yang benar.

2. Metode latihan plyometrics angle hop dan side hop akan meningkatkan

kekuatan pada anak laki-laki usia 15-17 tahun.

Page 26: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Bentuk latihan plyometrics angle hop dan side hop memiliki pengaruh

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

4. Penerapan metode latihan ini akan memperhatikan pada tinggi dan

rendahnya tingkat kekuatan otot tungkai.

5. Perlu diadakan suatu metode latihan yang dapat meningkatkan prestasi

sepakbola dengan inovasi latihan.

6. Metode latihan serta penemuan-penemuan teori dan praktek serta hasil

penelitian yang relevan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

khususnya bidang olahraga, sehingga peningkatan prestasi sepakbola

khususnya dapat tercapai baik regional maupun internasional.

7. Pembinaan sekolah sepakbola di tingkat daerah juga harus menjadi

perhatian karena banyak pemain yang potensi namun tidak memiliki

kesempatan untuk memperoleh latihan yang tepat sesuai dengan

takaran latihan.

8. Kondisi fisik yang diperlukan dalam pencapaian peningkatan

kecepatan yang maksimal.

9. Latihan dengan intensif sesuai dengan program latihan serta

peningkatan beban sesuai dengan kelompok usia akan meningkatkan

kecepatan pada sekolah sepakbola Pratama kota Madiun.

Page 27: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka perlu

adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Perbedaan pengaruh latihan plyometrics angle hop dan side hop

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara pemain

yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot

tungkai rendah.

3. Pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop dan side hop

dengan tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh latihan plyometrics angle hop dan side hop

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara

pemain yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot

tungkai rendah.

3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop dan side

hop dengan tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola.

Page 28: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan plyometrics angle hop dan

side hop terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara

pemain yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai

rendah.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop

dan side hop dengan tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Pengembangan ilmu pengetahuan secara khusus pada metodologi

latihan, secara praktis tentang menggiring bola pada permainan

sepakbola

2. Menambah teknik latihan yang sesuai dengan kondisi atlet sehingga

menjadi pedoman pembina atau pelatih untuk menambah variasi latihan

3. Pelatih dapat menggunakan metode latihan plyometrics yang tepat

ditinjau dari tinggi dan rendahnya kekuatan untuk meningkatkan

kecepatan menggiring bola pada pemain sepakbola.

4. Pemain dapat mengerti dan mengetahui cara-cara berlatih yang benar

sesuai dengan kelompok usia yang ada pada peraturan sepakbola, serta

Page 29: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

melaksanakan tugas yang diberikan pelatih tanpa ada unsur paksaan

sehingga mendapatkan hasil yang sangat memuaskan.

5. Para guru sebagai bahan masukan dalam rangka pencapaian prestasi.

Page 30: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Permainan Sepakbola

Pendekatan permainan atau aktivitas, yang telah diterima secara luar biasa

pada sepakbola pemula, utamanya dirancang untuk menghasilkan kesenangan,

tantangan, kreativitas, pemecahan masalah, dan motivasi (Fleck & Quinn,

2002:1).

Bermain adalah satu konsep yang lebih luas daripada olahraga, terdapat

berbagai macam permainan, mulai dari yang paling sederhana seperti yang

dilakukan anak-anak hingga permainan yang lebih komplek dan rumit seperti

yang dilakukan orang dewasa. Olahraga cenderung lebih terstruktur, lebih

terorganisir dan kompleks.

Menurut Rusli Lutan (1988:8) “olahraga adalah satu kegiatan otot-otot

yang energetik di mana seorang atlet memperagakan kemampuan geraknya dan

kemauannya semaksimal mungkin”. Karakteristik olahraga yang utama pada

dasarnya adalah karakteristik kegiatan bermain.

Olahraga membutuhkan peragaan ketangkasan fisik dalam beberapa

bentuk, adapun keperkasaan fisik ini bisa berbentuk keterampilan fisik,

kesegaran jasmani, atau kombinasi. Olahraga mengandung ciri bermain yang

kompetitif, dan olahraga melibatkan kombinasi beberapa keterampilan,

strategi, dan kesempatan.

Page 31: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Kegiatan olahraga yang paling banyak mendapat perhatian di Indonesia

ialah olahraga kompetitif. Kegiatan olahraga kempetitif yang menekankan

pencapaian prestasi setinggi-tingginya telah berkembang menjadi suatu

kegiatan yang terlembaga dengan struktur organisasi formal yang berfungsi

untuk mengelola kegiatan olahraga tersebut. Kegiatan olahraga tersebut, tidak

saja makin mapan di tingkat internasional, tapi juga di tingkat nasional. Di

Indonesia olahraga dapat dibedakan menjadi beberapa cabang yang antara lain

atletik, permainan bola besar, permainan bola kecil, olahraga air, dan olahraga

di udara. Pada permainan bola besar misalnya dikenal PSSI, organisasi

pengelola sepakbola yang berafiliasi dengan FIFA sebagai induk organisasi

sepakbola internasional. Contoh lain PBVSI yakni pengelola bolavoli yang

berafiliasi dengan IVBF sebagai induk organisasi bolavoli internasional dan

PERBASI, organisasi bola basket yang induk organisasi internasionalnya

dengan nama FIBA. Dari seluruh kegiatan yang dikelola oleh top-top

organisasi olahraga kompetitif itu nampak jelas karakteristiknya yang utama

yakni perjuangan untuk mencapai prestasi.

Seseorang yang tertarik dengan kegiatan olahraga kompetitif khususnya

sepakbola akan sangat memperhatikan upaya meningkatkan prestasinya,

termasuk di dalam mencari metode yang lebih efisien untuk mendorong

perkembangan dan peningkatan efisiensi keterampilan gerak.

Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari

sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir

seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kadang kala

Page 32: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

menggunakan kepala dan dada. Untuk penjaga gawang diperbolehkan

menggunakan tangan dan lengannya di daerah tendangan hukumannya.

Permainan sepakbola dapat dilakukan di lapangan terbuka (out door) dan di

lapangan tertutup (in door).

Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan menyepak

bola, yang mempunyai tujuan memasukkan bola ke gawang lawan dan

mempertahankan gawang tersebut agar tidak kemasukan bola. Di dalam

memainkan bola, setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota

badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang diperbolehkan

memainkan bola dengan kaki dan tangan (Muhajir, 2004:22).

Sepakbola merupakan permainan beregu yang masing-masing regu terdiri

dari 11 pemain. Biasanya permainan sepakbola dimainkan dua babak (2 X 45

menit) dengan waktu istirahat 15 menit di antara dua babak tersebut. Mencetak

gol ke gawang lawan merupakan sasaran dari setiap kesebelasan. Suatu

kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut dapat

memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukkan bola lebih sedikit

jika dibandingkan dengan lawannya.

Adapun tujuan permainan sepakbola adalah pemain berusaha memasukkan

bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan berusaha menjaga gawangnya

sendiri agar tidak kemasukkan bola. ”Suatu regu dinyatakan menang apabila

regu tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan

apabila sama (misalnya 0-0 atau 1-1, 2-2 dan seterusnya), maka dinyatakan seri

atau draw” (Agus Mukholid, 2004:24).

Page 33: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Kerjasama antar anggota merupakan ciri khas dari permainan beregu

khususnya sepakbola. Untuk bisa bermain sepakbola dengan baik dan benar

pada pemain perlu menguasai teknik-teknik dasar sepakbola. Pemain yang

memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat bermain sepakbola dengan

baik pula.

a. Teknik Sepakbola

Pada garis besarnya teknik sepakbola itu dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu:

1. Teknik badan (body technics), ialah gerakan-gerakan dalam sepakbola

tetapi tanpa bola.

2. Teknik dengan bola ialah gerakan-gerakan dalam sepakbola dengan

bola.

a) Teknik badan

Teknik badan sebenarnya ditujukan kepada perkembangan

kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran fisik (physical

fitness), agar dapat bermain dengan sebaik-baiknya. Menurut

Arma Abdoellah (1981:416) unsur-unsur kemampuan fisik

secara umum terdiri dari :

a. Kecepatan (speeds), ialah kecepatan lari, kecepatan bereaksi

dan kecepatan bergerak

b. Kekuatan (strength) ialah untuk menguatkan otot-otot yang

diperlukan dalam bermain sepakbola, misalnya otot-otot

kaki untuk menendang, otot-otot bahu untuk body- charge.

Page 34: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Daya Tahan (endurance) ialah daya tahan umum atau

stamina (general endurance) dan juga daya tahan otot

(muscular endurance).

d. Kelincahan (agility) ialah kecepatan mengubah arah, untuk

merubah arah, gerak tipu dalam sepakbola. Latihan ini

dapat dengan lari bolak-balik (shuttle run).

e. Kelentukan (fleksibility) ialah kelentukan badan, gerakan

yang mudah dan luwes

Sedangkan menurut Toto Subroto dan Sukatamsi (2009:8.5)

teknik tanpa bola yaitu gerakan-gerakan tanpa bola terdiri dari:

1) Lari cepat dan mengubah arah.

2) Melompat dan meloncat.

3) Gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan

4) Gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang.

b) Teknik dengan bola

Menurut Hendri Firzani (2010:8) ”teknik-teknik dasar dalam

permainan sepakbola ada beberapa macam, seperti stop ball

(menghentikan bola), shooting (menendang bola ke gawang),

passing (mengumpan), heading (menyundul bola), tackling

(merebut bola) dan dribbling (menggiring bola)”.

Teknik pemainan sepakbola yang penting dan harus selalu dilatih

menurut Engkos Kosasih (1993:232) adalah :

(1) Teknik menendang bola.

a. Menendang bola dengan kaki muka penuh (kura- kura)

b. Menendang bola dengan kaki muka bagian dalam.

c. Menendang bola dengan kaki bagian dalam.

Page 35: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(2) Menghentikan (menyetop) dan mengontrol bola

a. Menghentikan dan mengontrol bola dengan telapak kaki, untuk

bola yang jatuh ke tanah.

b. Menghentikan bola dengan kaki muka penuh, untuk bola yang

masih melambung ke tanah.

c. Menghentikan bola dengan kaki bagian dalam

d. Menghentikan bola dengan perut

e. Menghentikan dan mengontrol dengan dada

f. Menghentikan bola dengan menggunakan kepala

g. Menghentikan bola dengan menggunakan paha

(3) Teknik membawa atau menggiring bola (dribbling)

a. Menggiring bola dengan kaki muka penuh.

b. Menggiring bola dengan kaki bagian dalam dari kura-kura.

c. Menggiring bola dengan kaki bagian dalam atau bagian luar.

(4) Teknik gerakan (gerakan tipu)

Gerakan tipu yang terbaik adalah gerakan tipu badan (body playing)

waktu kita menggiring bola. Karena gerak tipu yang kita kerjakan

dengan badan sangat penting dan banyak digunakan dalam

permainan, maka perlu latihan yang intensif. Gerak tipu dapat kita

kerjakan dengan mengendalikan kepada ketepatan, kecepatan dan

kelincahan bergerak untuk kita gunakan pada saat dan keadaan yang

tepat serta menguntungkan.

(5) Teknik menyundul bola (mengkop bola)

Menyundul bola harus memakai dahi dan mata harus selalu terbuka

(jangan sekali-kali mata tertututp). Biasanya digunakan untuk

memberi umpan kepada teman atau untuk membuat gol.

(6) Teknik melempar bola ke dalam (throw in)

Ketika bola meninggalkan lapangan permainan dinyatakan out, maka

agar permainan dapat dilanjutkan seorang pemain melempar bola ke

dalam lapangan kembali (melakukan throw in).

Page 36: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Secara umum sepakbola modern menuntut pemain untuk memiliki:

a. Skill mumpuni. Eksekusi teknik sepakbola seperti dribbling, control,

passing, heading, shooting sempurna. Dapat dilakukan dalam

kecepatan tinggi dan sudut ruang yang sempit.

b. Kesadaran taktikal. Kemampuan kognitif yang dapat bereaksi dan

beradaptasi terhadap berbagai taktik sepakbola kompleks.

c. Fisik prima. Gabungan antara kecepatan, kekuatan, daya tahan dan

tentunya koordinasi (Ganesha Putra, 2010:6).

Diantara kemampuan yang lebih penting pada pelatih, adalah

kemampuannya dalam meramalkan kecepatan kemajuan dan

kecenderungan keterampilan, kemampuan dan unjuk kerja umum yang

dicapai antara satu merencanakan dan pertandingan utama. Dan

berdasarkan prediksi prestasi sebagai referensi, seseorang dapat

menentukan tujuan dan patokan-patokan tes selama kemajuan latihan,

menunjukkan bahwa atlet akan dapat meraih kemungkinan prestasi

terbaiknya.

Metodologi latihan yang masuk di akal memerlukan penilaian

olahraga yang termasuk bagian dalam proses perencanaan. Semua

prosedur penilaian dan atlet tes harus terarah pada kualifikasi yang

obyektif dari atlet yang dinilai, keterhambatan dan akhirnya penurunan

prestasinya.

Page 37: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b. Kecepatan Menggiring Bola

Menurut Toho Cholik M. dan Ali Maksum (2007:55) kecepatan

(speed): adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu aktivitas yang sama

berulang-ulang serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya. Komponen kecepatan erat sekali kaitannya dengan kekuatan,

kelincahan, koordinasi dan daya tahan.

Sedangkan menurut Husein Argasasmita, dkk (2007:62) ”kecepatan

adalah kemampuan untuk berpindah tempat/bergerak pada seluruh tubuh

atau bagian dari tubuh dalam waktu yang singkat”.

Lari cepat (sprint) dalam permainan sepakbola berbeda dengan lari

cepat (sprint) pada cabang olahraga atletik.

Lari cepat dalam permainan sepakbola dilakukan di dalam daerah

yang luas, dilakukan selama permainan berlangsung, tidak teratur terputus-

putus sesuai dengan situasi permainan dan jarak yang ditempuh pendek-

pendek sekitar 10 meter sampai 30 meter dengan adanya rintangan atau

hambatan pemain lawan.

Adapun prinsip-prinsip lari cepat (sprint) dalam bermain sepakbola

menurut Toto Subroto dan Sukatamsi (2009:8.6) adalah :

1) Langkah

Langkah-langkahnya pendek-pendek, paha diangkat tinggi-tinggi,

dilakukan dengan cepat sehingga frekuensi langkahnya sebanyak-

banyaknya

Page 38: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

2) Sikap badan

Sikap badan atau togok tegak, dengan demikian agar mudah melihat

sekeliling atau lapangan sepakbola yang luas, sesuai pada waktu situasi

permainan harus segera dari lari cepat melakukan gerakan-gerakan

mendadak, misalnya berhenti mendadak, mengubah arah lari ke

samping kiri atau ke samping kanan, membalik atau gerakan mundur,

dari lari cepat mendadak harus melompat untuk menyundul bola.

3) Sudut siku-siku lengan

Sudut siku-siku kedua lengan lebih lebar lebih kurang 90o dan ayunan

kedua lengan agak terbuka ke belakang, gunanya untuk menjaga

keseimbangan badan. Juga untuk memudahkan gerakan-gerakan yang

mendadak, berhenti, mengubah arah dan sebagainya.

4) Titik berat badan

Titik berat dari badan harus selalu dekat dengan permukaan tanah, hal

ini untuk menjaga keseimbangan badan atau stabilitas badan

Keterampilan utama yang pertama kali dalam permainan sepakbola

adalah kemampuan melakukan menggiring bola dengan menggunakan

kaki. Menurut Mielke (2007:1) dribbling adalah” keterampilan dasar

dalam sepakbola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat

sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan”.

Ketika pemain telah menguasai kemampuan dribbling secara efektif,

sumbangan mereka di dalam pertandingan akan sangat besar.

Page 39: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Menurut Koger (2007:51) ”menggiring bola (dribbling) adalah

metode menggerakkan bola dari satu titik ke titik lain di lapangan dengan

menggunakan kaki”. Bola harus selalu dekat dengan kaki agar mudah

dikontrol. Pemain tidak boleh terus menerus melihat bola. Mereka juga

harus melihat sekeliling dengan kepala tegak agar dapat mengamati situasi

lapangan dan mengawasi gerak-gerik pemain lainnya.

Menggiring bola identik membawa bola sambil berlari. Menggiring

yang baik adalah bola selalu dalam penguasaan atau kontrol pemain.

Dengan kata lain, bola selalu berada di dekat tubuh pelaku. Caranya, bola

disentuh berulang-ulang ke depan dengan jarak paling jauh sekitar 1 meter.

Lalu, pelaku ikut berlari mengejarnya. Bukan dinamakan menggiring jika

bola ditendang jauh ke depan (jarak 5 – 10 meter) kemudian pelaku

mengejarnya (Rusdy Bahalwan, 2002:56).

Adapun pelaksanaan teknik latihan menggiring bola dalam

permainan sepakbola lebih lanjut Mielke (2007:2-5) Menyebutkan

beberapa teknik menggiring bola sebagai berikut :

1) Dribbling Menggunakan Sisi Kaki Bagian Dalam

Dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam memungkinkan

seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki

sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar. Walaupun sedikit

mengurangi kecepatan ketika pemain melakukan dribbling

menggunakan sisi kaki bagian dalam, menjaga bola tetap di daerah

Page 40: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

terlindung di antara kedua kaki, akan memberikan perlindungan yang

lebih baik dari lawan.

Sentuhlah bola dengan sisi kaki bagian dalam dan posisikan

kakimu secara tegak lurus terhadap bola. Tendanglah dengan pelan

untuk mempertahankan kontrol bola dan pusatkan kekuatan tendangan

pada bagian tengah bola sehingga memudahkanmu mengontrol arahnya.

Ketika sedang melakukan dribbling , usahakan kepalamu tetap

tegak dan mata terpusat ke lapangan di depanmu dan jangan terpaku

pada kaki. Berusahalah untuk melayangkan pandangan ke daerah

sekeliling dan rasakan bola itu sehingga kamu mengetahui

keberadaannya sambil melihat ke sekeliling.

2) Dribbling dengan Sisi Kaki Bagian Luar

Sangat penting bagi seorang pemain untuk meningkatkan

keterampilan yang diperlukan dalam mengontrol bola. Pengolahan

dribbling memungkinkan seorang pemain menciptakan ruang,

mempertahankan penguasaan bola, dan melewati pemain belakang

lawan. Menggunakan sisi kaki bagian luar untuk melakukan dribbling

adalah salah satu cara untuk mengontrol bola. Keterampilan mengontrol

bola ini digunakan ketika pemain yang menguasai bola sedang berlari

dan mendorong bola sehingga bisa mempertahankan bola tersebut tetap

berada di sisi luar kaki. Secara umum, keterampilan ini digunakan

ketika seorang pemain mencoba mengubah arah atau bersiap untuk

mengoper bola ke teman satu timnya. Pemain yang baik mampu

Page 41: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

melakukan dribbling dengan sisi kaki bagian luar dan secara sebentar-

sebentar menggunakan sisi kaki bagian dalam tanpa mengurangi

kecepatan dan kehilangan kontrol.

Posisi tubuh menjadi sangat penting saat kamu memilih untuk

melakukan dribbling dengan sisi kaki bagian luar. Keberhasilanmu

akan ditentukan oleh jarak di antara kedua kakimu ketika sedang

melakukan dribbling dan kemampuanmu untuk mempertahankan

keseimbangan pada saat mendorong bola menjauhi dirimu.

3) Dribbling Menggunakan Kura-Kura Kaki

Kura-kura kaki, bagian sepatu tempat tali sepatu berada, bisa

memberikan kekuatan dan kontrol. Kesalahan umum yang sering

dilakukan oleh pemula adalah menggunakan ujung jari kaki. Tindakan

ini tidak saja menyebabkan sakit pada ujung jari kaki jika seseorang

melakukan tackling keras kepadamu saat kamu mencoba menendang

bola, tetapi tindakan ini juga akan sangat tidak akurat. Kelebihan dari

kura-kura kaki adalah dapat memberikan permukaan yang datar pada

bola dan juga dapat membuat bola bergerak membelok dan menukik.

Biasanya, kura-kura kaki atau bagian punggung sepatu digunakan

sebagai bidang tendangan utama untuk melakukan dribbling bila kamu

ingin bergerak cepat di lapangan. Saat kamu berlari, ujung jari kaki

biasanya menghadap kedepan. Ketika kakimu bergerak ke depan,

turunkan sedikit ujung jari kaki dan sentuhlah bola menggunakan kura-

kura kakimu.

Page 42: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dari beberapa pengertian menggiring bola dalam permainan

sepakbola, maka harus dipahami konsep yang harus dikuasai oleh pemain

mau pun pelatih seperti yang diungkapkan oleh Koger (2007:51) yaitu

konsep dasar yang harus dikuasai :

1. Ketika menggiring bola, usahakan agar bola terus berada di dekat kaki.

Jangan menendang terlalu keras, sebab bola akan bergulir terlalu jauh.

2. Giringlah bola dengan kepala tegak. Jangan memusatkan perhatian pada

bola dan kaki Anda.

3. Jika Anda bergerak ke arah musuh, perhatikanlah pinggang dan arah

kaki mereka. Pinggang dan arah kaki mereka menunjukkan ke mana

mereka akan bergerak. (Jika musuh Anda menghadap ke kiri, segeralah

berbelok ke kiri sehingga terpaksa dia berbelok mengikuti gerakan

Anda; selain membingungkan musuh, taktik ini juga membuat Anda

beberapa langkah lebih maju daripada mereka). Dan jika musuh sudah

melangkahkan salah satu kaki mereka, berbeloklah ke sisi kaki yang

maju itu (sebagai contoh, pemain musuh yang melangkahkan kaki kiri

pasti akan bergerak ke kanan. Jika Anda berbelok ke kiri, maka dia

harus mengubah arah, dan sedikit kehilangan waktu untuk mengejar

Anda).

4. Gunakan beberapa gerak tipu untuk mengecoh lawan- misal, tubuh

Anda condong ke kanan tetapi dengan mendadak berbelok ke kiri.

Page 43: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

5. Variasikan kecepatan lari Anda; dengan mengubah-ubah kecepatan dan

berbelok secara mendadak, musuh yang mengejar atau menghadang

Anda akan terkecoh dan kehilangan keseimbangan.

6. Giringlah bola menjauhi musuh Anda; paksalah mereka mengejar

Anda. Usahakan Selalu bergerak ke ruang terbuka di lapangan.

7. Carilah teman satu tim yang bebas dari kepungan lawan agar Anda

dapat segera mengoper bola kepadanya.

Kecepatan menggiring bola yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah siswa melakukan menggiring bola dengan zig-zag yang melewati

lima rintangan dalam waktu sesingkat mungkin. Tujuannya untuk

mengetahui kecepatan menggiring bola dalam permainan sepakbola

dengan melewati lima rintangan (Verduci, 1980:334).

Adapun urutan latihan dalam permainan sepakbola adalah sebagai

berikut :

Pada penelitian ini penulis menyajikan latihan fisik dalam

menggiring bola pada permainan sepakbola yaitu latihan fisik dengan

plyometrics angle hop dan side hop. Plyometrics adalah metode latihan

untuk kekuatan kecepatan dengan menggunakan beban utama badan atlet

itu sendiri yang bertujuan untuk menghubungkan kekuatan maksimal yang

telah dimiliki oleh atlet kedalam aplikasi gerakan cepat dan kuat

(powerful) sesuai dengan sifat cabang olahraga tertentu. Dilaksanakan

latihan plyometrics ini diharapkan dapat memperbaiki dan

mengembangkan sistem neuro muscular.

Page 44: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Setiap kegiatan fisik yang dilakukan atlet, akan mengarah kepada

sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, dan

kejiwaan.” Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari ; waktu

yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume) ;

beban dan kecepatannya (intensitas) ; serta frekuensi penampilannya

(densitas”) (Bompa, 1990:45).

Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dipengaruhi oleh jenis otot

yang dominan, sistem metabolisme energi, sistem saraf. Kekuatan dan

kecepatan kontraksi otot merupakan proyeksi dari power dan merupakan

unsur untuk pencapaian prestasi olahraga, terutama pada cabang olahraga

yang memerlukan kekuatan dan kecepatan.

Latihan fisik yang diberikan kepada atlet berupa latihan plyometrics

adapun gerakan sebagai berikut :

Angle hop, latihan ini mengembangkan power eksplosif dan

kecepatan reaksi pada adductor paha dan stabiliser ankle, dan

meningkatkan keseimbangan dan gerakan menyamping. Latihan ini

berguna untuk olahraga ski, tenis, sepakbola, dan senam, dan juga

olahraga lain (Radcliffe & Farentinos, 1985:52).

Side hop, secara khusus gerakan ini mengembangkan otot-otot

abductor paha, stabilizer lutut dan ankle, serta meningkatkan power

samping yang eksplosif di seluruh paha dan pinggul. Latihan ini sangat

berguna untuk semua aktivitas yang menggunakan gerakan ke samping.

Page 45: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Dribbling adalah keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua

pemain harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau

bersiap melakukan operan atau tembakan. Ketika pemain telah menguasai

kemampuan dribbling secara efektif, sumbangan mereka di dalam

pertandingan sangat besar.

2. Latihan Fisik.

Latihan olahraga sekarang ini tidak hanya sekedar latihan, tetapi

merupakan suatu proses yang canggih guna mencapai tujuan yaitu prestasi

maksimal dan banyak faktor yang mempengaruhi dan memerlukan banyak

pengetahuan dari pelatih untuk memodifikasi latihan yang bersifat modern.

“Latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur

dengan prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip

paedagogis. Proses ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan

kesiapan untuk tampil dari seorang olahragawan atau olahragawati” (Nossek,

1982:12).

Sedangkan latihan menurut Bompa (1990:3) adalah “latihan merupakan

kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif

dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis

manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Ruang lingkup

latihan harus menambah kapasitas kerja organisme dan cadangan

keterampilannya melakukan hal yang sama dengan mengembangkan ciri-ciri

kejiwaan yang kuat, akan mengakibatkan meningkatnya prestasi seseorang.

Page 46: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Latihan merupakan suatu konsep yang lebih kompleks, tidak seperti yang

diduga kebanyakan orang. Pengorganisasian dan perencanaan harus dilakukan

oleh pelatih yang peranannya sangat luas, tidak hanya sebagai pendidik

semata, melainkan tugasnya sangat kompleks, karena pelatih harus selalu

mempertimbangkan banyak variabel seperti fisiologis, psikologis dan aspek

sosial. Latihan diatas segala-galanya, adalah merupakan aktivitas olahraga

yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan

individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis

manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

“Latihan fisik merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan

berulang-ulang dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologi terhadap

intensitas, durasi dan frekwensi latihan, keadaan lingkungan dan status

fisilogis individu” (Lamb, 1984:2).

Faktor dasar latihan, yang meliputi persiapan fisik, teknik, taktik,

kejiwaan dan persiapan teori akan selalu ada dalam setiap program olahraga.

Faktor –faktor latihan adalah sebuah hakekat dari bagian setiap program yang

tanpa memperhatikan faktor umur atlet, potensi individu dan tingkat persiapan

atau dari latihan itu sendiri. “Bagaimanapun relatifnya penekanan di bagian

pada setiap variasi yang berkenaan di atas, sebaiknya ciri-ciri khusus dipilih

dari cabang olahraga atau nomor cabangnya” (Bompa, 1990:39).

Sejumlah kualitas fisik ditentukan dan dipengaruhi oleh kondisi fisik.

Menurut Nossek (1982:19) yang termasuk dalam kualitas fisik yang bersifat

dasar adalah” Kecepatan (speed), kekuatan (strength), ketahanan (endurance)

Page 47: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dan tambahan pula kualitas-kualitas fisik yang lain memainkan peranan yang

sungguh-sungguh penting dalam disiplin (cabang) olahraga yang berbeda-

beda”.

Sebagai konsekuensi dari berbagai keterampilan olahraga analisa-

analisa dapatlah dinyatakan bahwa dalam masing-masing disiplin cabang

olahraga, beberapa kualitas fisik bertindak bersama-sama dan campuran yang

baik dari kualitas latihan tersebut harus dilatih dan dikembangkan, dengan

memberi tekanan yang besar pada unsur fisik yang penting untuk suatu cabang

olahraga tertentu secara tepat.

Menurut M. Sajoto (1988:7) “pengembangan faktor-faktor lain yang

mendukung dalam pelatihan, misalnya faktor fisik, teknik, taktik, mental dan

kematangan juara”, hal ini berarti keberadaan fisik yang baik merupakan

modal utama bagi atlet dalam meraih prestasi. Menurut M.Sajoto, mengatakan

bahwa: “ kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen

yang tidak dapat dipisah-pisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun

pemeliharaannya”.

Persiapan fisik harus dipertimbangkan sebagai suatu faktor yang utama

dan terpenting sebagai unsur yang diperlukan dalam latihan guna mencapai

prestasi yang tertinggi.

a. Tujuan Latihan Fisik

Untuk mencapai tujuan utama dalam latihan, yaitu memperbaiki

prestasi tingkat terampil maupun unjuk kerja dari si atlet, yang merupakan

tujuan umum dari latihan.

Page 48: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Menurut Nossek (1982:15) sasaran dan tujuan “latihan jangka

pendek diarahkan untuk perkembangan atau perbaikan prestasi yang

dilatih sekarang (kekuatan, kecepatan, keterampilan-keterampilan, dan

yang lain)”

Tujuan latihan adalah mencapai prestasi yang maksimal, secara rinci

Harre (1982:10) mengemukakan bahwa :

1) Untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, power dan daya tahan

fisik

2) Untuk meningkatkan teknik dan koordinasi gerakan yang sesuai

dengan teknik dasar setiap cabang olahraga

3) Untuk meningkatkan taktik individu maupun kelompok

4) Untuk meningkatkan mental atlet

5) Untuk mengembangkan kepribadian atlet

Latihan fisik mempunyai tujuan memberikan tekanan fisik secara

teratur, sistematik dan berkesinambungan, sehingga meningkatkan

kemampuan di dalam melakukan kerja atau aktivitas gerak. Tanpa kondisi

fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti proses latihan kondisi fisik

dengan sempurna

Tujuan umum dari latihan dikemukakan Bompa (1990:6-8) perlu

kiranya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara

menyeluruh. Tujuan ini merupakan hal yang sangat penting, karena

perkembangan fisik pada suatu tingkat yang tinggi merupakan dasar-

dasar latihan. Sejauh perkembangan fisik menjadi pertimbangan,

seseorang harus berusaha meningkatkan tingkat daya tahan umum,

Page 49: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

meningkatkan kekuatan umum, selanjutnya meningkatkan kecepatan,

memperbaiki kelentukan umum yang dituntut untuk pelaksanaan gerak

pada umumnya, memiliki tingkat koordinasi yang tinggi dan akhirnya

mencapai perkembangan tubuh secara harmonis.

2) Untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus,

sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan di dalam praktek

olahraga. Pemenuhan tujuan ini akan diakibatkan oleh; pengembangan

kekuatan absolute dan relative, massa otot dan elastisitasnya;

pengembangan kekuatan khusus (power atau daya tahan otot) yang

disesuaikan dengan tuntutan olahraganya; memperbaiki waktu gerakan

dan reaksi, dan pengembangan selanjutnya tadi, harus merupakan

kemampuan untuk melaksanakan semua gerakan, terutama yang

dituntut dalam cabang olahraganya atau pertandingan tanpa

menunjukkan kesan ketegangan yang mudah dan ringan.

3) Untuk memoles dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih

melalui suatu upaya teknis, seseorang harus; mengembangkan

kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik yang tepat secara

keseluruhan; kesempurnaan teknik yang dituntut yang didasarkan atas

suatu penampilan yang rasional dan ekonomis, sekalipun begitu harus

dapat dilakukan dengan kesempatan yang setinggi mungkin, dengan

amplitude yang tinggi dan menunjukkan kekuatannya; kesempurnaan

teknik yang khusus dalam situasi yang norma atau dalam keadaan yang

tidak biasa (umpanya cuaca) memperbaiki teknik dalam cabang

Page 50: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

olahraga yang berkaitan; dan akhirnya mengamankan kemampuan

semua gerakan dari semua latihan yang umum dan yang khusus secara

tepat.

4) Memperbaiki dan menyempurnakan strategi yang penting yang dapat

diperoleh dari belajar taktik lawan berikutnya memperluas semua

taktik secara optimal maupun variasinya sesuai dengan kemampuan

atlet; penyempurnaan strategi secara variasi yang sudah dipilih;

mengembangkan strategi menjadi suatu model berdasarkan

pertimbangan lawan berikutnya.

5) Menanamkan kualitas kemauan

Latihan yang mencukupi serta disiplin untuk tingkah laku;

mengenalkan kualitas kemajuan umum dan khusus seperti ketekunan

dan keinginan untuk menanggulangi kerasnya latihan; mendorong

keinginan untuk menang dan sebagainya; menjamin persiapan

psikologis yang cukup untuk pertandingan.

6) Menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal Pada

beberapa cabang olahraga (olahraga tim, relays, mendayung dan

sepeda dan lain-lain), persiapan yang cukup dari suatu tim merupakan

salah satu tujuan yang utama bagi setiap pelatih. Pemenuhan semua itu

mungkin dapat dijamin melalui pengembangan situasi yang harmonis

diantara tingkatan anggota tim secara fisik, teknik dan persiapan

strategi. Kriteria ini harus disusun untuk persiapan psikologis,

penampilan suatu hubungan yang harmonis, bersahabat, memiliki

Page 51: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

tujuan bersama dan sejenisnya diantara anggota tim. Konsolidasi

diantara tim dan perasaan merasa memiliki pada tim yang sama, akan

dapat dipertinggi melalui latihan pertandingan-pertandingan dan

memiliki kebersamaan dalam sosial. Seluruh tim harus didorong untuk

bertindak sebagai suatu kesatuan dibanding dengan tindakan

perseorangan yang membentuk tim tersebut. Akhirnya para bintang

perseorangan yang membentuk tim tersebut. Akhirnya para bintang

harus memainkan peranannya dalam tim selama tujuan pribadinya

terganti oleh tujuan-tujuan tim. Terakhir, perencanaan serta peranan

yang spesifik harus ditumbuhkan untuk setiap individu sesuai dengan

kebutuhan tim.

7) Untuk mempertahan dalam keadaan kesehatan setiap atlet.

Realisasi tujuan ini menuntut; test kesehatan yang teratur tepat antara

intensitas latihan dengan kapasitas usaha individual, latihan berat yang

secara selang-seling dengan fase program yang diperhatikan dengan

tepat, menelusuri penyakit atau cidera, dan harus menjamin perbaikan

yang mencukupi. Salah satu yang tidak boleh dilupakan bahwa melalui

latihan harus membuat orang menjadi lebih sehat dan tujuan yang lain

dapat dipertimbangkan sebagai tujuan kedua.

8) Untuk mencegah cidera melalui pengamanan terhadap penyebabnya

dan juga meningkatkan fleksibilitas di atas tingkat tuntutan untuk

melaksanakan gerakan mereka yang penting memperkuat otot, tendon

dan ligamen khususnya selama fase-fase awal untuk atlet pemula,

Page 52: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

sehingga mereka dapat terbebaskan dari kemungkinan cidera dari jenis

gerakan yang dilakukan, mengembangkan kekuatan dan elastisitas otot

sampai tingkat-tingkat tertentu, sehingga sedikit banyak akan dapat

menghindarkan diri kemungkinan cidera sewaktu melakukan gerakan-

gerakan yang tidak terbiasa.

9) Untuk menambah pengetahuan setiap atlet dengan sejumlah

pengetahuan teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan

psikologis latihan, perencanaan gizi dan regenerasi. Terjadi hubungan

atlet pelatih, atlet dengan lawannya dan juga kawan yang satu tim

harus memiliki pemahaman yang dapat membantu mereka dalam

mencapai tujuan yang telah mereka tentukan. teoritis yang berkaitan

dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan, perencanaan gizi

dan regenerasi.

Pertama-tama seseorang harus mengembangkan dasar-dasar latihan

secara fungsional, dan selanjutnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang

khusus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga itu sendiri. Seseorang

terlebih dahulu mengembangkan daya tahan umumnya, kemudian yang

khusus atau anaerobiknya. Pendekatan yang serupa juga dapat dipakai

untuk cabang olahraga yang menuntut teknik yang rumit yang memerlukan

kemampuan kekuatan yang besar

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan yang sistematis dipraktekkan secara teratur, latihan tersebut

berlangsung beberapa kali dalam satu minggu, tergantung pada standard

Page 53: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

seseorang olahragawan dan periode latihan. Lebih jauh lagi, latihan

tersebut dilaksanakan menurut suatu sistem yang mengikuti prinsip-prinsip

latihan yang bersifat dasar.

Prinsip-prinsip latihan adalah garis pedoman yang hendakmya

dipergunakan dalam latihan yang teroganisir dengan baik. Prinsip-prinsip

semacam itu menentukan corak dan isi latihan, sasaran dan metode-

metode latihan, serta organisasi latihan.

Memperoleh kebutuhan untuk penyelesaian tujuan sangat penting

dari latihan, yaitu untuk meningkatkan suatu tingkat keterampilan dan

prestasi, prinsip ini adalah spesifik dan terutama berhubungan dengan

proses latihan. Semua prinsip latihan adalah bagian dan semua konsep

serta tidak dipandang sebagai unit yang terpisah walaupun untuk suatu

maksud tertentu dan diambil dari banyak pengertian akan tetapi disajikan

dan digambarkan secara terpisah. Penggunaan yang tepat dari prinsip

latihan ini oleh pelatih akan menghasilkan organisasi yang baik, dan lebih

banyak kegunaan yang dapat memuaskan, pengertian, metode, dan

komponen dari latihan.

Menurut Nossek (1995:4) prinsip-prinsip dalam latihan adalah

terdiri dari :

1) Prinsip pembebanan (loading) sepanjang tahun latihan tersebut

2) Prinsip periodisasi dan penataan beban selama peredaran waktu

latihan tersebut

3) Prinsip hubungan antara persiapan yang bersifat umum dan khusus

dengan kemajuan spesialisasi

4) Prinsip pendekatan individual dan pembebanan individual

Page 54: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

5) Prinsip hubungan terbaik antara kondisi fisik, teknik, taktik dan

intelektual (kecerdikan) termasuk kemauan

Menurut Suharno, H.P. (1993:7-13) prinsip-prinsip latihan adalah:

1) Latihan sepanjang tahun tanpa berseling (prinsipnya kontinyu dalam

latihan)

2) Kenaikan beban latihan secara teratur

3) Prinsip individual (perorangan atlet)

4) Prinsip interval

5) Prinsip stress (penekanan)

6) Prinsip spesialisasi

Menurut Sukadiyanto (2002:12-22) menjelaskan bahwa ada

beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan

sebagai pedoman dalam satu kali tatap muka antara lain :

(a) prinsip kesiapan (readiness), (b) prinsip Individual, (c) Prinsip

Adaptasi, (d) Prinsip Beban Lebih (Overload), (e) Prinsip progresif

(peningkatan), (f) Prinsip Spesifikasi (kekhususan), (g) Prinsip variasi, (h)

Prinsip pemanasan dan pendinginan, (i) prinsip latihan jangka panjang

(long term training), (j) prinsip berkebalikan (reversibility), (k) prinsip

tidak berlebihan (moderat), (l) prinsip sistematik

Agar dapat mencapai hasil yang diharapkan yang harus

diperhatikan dalam prinsip-prinsip latihan sebagai barikut :

1) Prinsip aktif dan kesungguhan dalam mengikuti latihan

Kesungguhan dan aktif berpartisipasi dalam latihan akan

menjadikan latihan secara maksimal bila pelatih secara periodik dan

secara tetap mendiskusikan tujuan-tujuan atlet-atletnya dengan mereka.

Partisipasi aktif tidak hanya terbatas pada pertemuan latihan saja, dan

Page 55: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

atlet harus mengetahui selama ia tidak latihan, atau kapan waktunya

untuk tidak diawasi dan dicegah oleh pelatihnya. Prinsip aktif dan

kesungguhan dalam mengikuti latihan ini sebelum aktivitas latihan

diharapkan melakukan pemanasan yang cukup. Pemanasan merupakan

berbagai macam aktivitas fisik yang mempersiapkan tubuh menerima

beban latihan yang lebih besar intensitasnya. Sejalan dengan hal

tersebut Sadoso Sumosardjono (1995:3) menyebutkan dengan

“melakukan pemanasan yang cukup takarannya menjelang latihan,

ternyata otot-otot kita akan berkontraksi lebih baik, aliran darah akan

bertambah, pengangkutan atau pengiriman oksigen bertambah

banyak”. Metabolisme pun menjadi lebih cepat. Dengan adanya

kenyataan – kenyataan ini maka penampilan atlet akan bertambah baik.

Tanpa melakukan pemanasan yang cukup, ternyata kebanyakan atlet

mudah mengalami cedera, apalagi kalau kita melakukan latihan dengan

intensitas yang maksimal.

Sesuatu kesungguhan sikap terhadap latihan harus juga

digambarkan melalui akhir dari suatu pertandingan. Oleh karena itu

setiap atlet harus mempunyai kompetisi untuk bertanding secara

individu dan mengusahakan memenangkan pertandingan sehingga

kesungguhan dalam latihan dapat tercapai.

2) Prinsip pengembangan yang menyeluruh

Pengembangan fisik yang luas serta mendasar , khsususnya

pengembangan persiapan fisik umum, merupakan salah satu dasar

Page 56: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tuntutan yang penting untuk mencapai tingkat spesialisasi yang tinggi

dari persiapan fisik dan penguasaan tekniknya. Sejumlah pendekatan

latihan harus diperhatikan sebagai prasyarat kearah spesialisasi dalam

olahraga atau pertandingan.

Prinsip pengembangan menyeluruh ini berkaitan dengan semua

organisme dan sistem manusia seperti yang diungkapkan Bompa

(1990:37) “sejumlah perubahan yang terjadi pada seseorang setelah

berlatih selalu saling bergantung satu sama lain”. Suatu bentuk latihan,

tanpa harus dilihat sifat serta tuntutan motoriknya, selalu menuntut

input yang harmonis dari beberapa sistem, sepanjang masalah itu

berkaitan dengan kemampuan biomotorik yang bervariasi dan ciri-ciri

psikologis. Konsekwensinya, pada saat pertama kali seorang atlet

memasuki masa latihan, pelatih harus memiliki satu pendekatan yang

diarahkan terhadap perkembangan fungsional tubuh secara tepat.

Prinsip ini harus digunakan umumnya dalam latihan anak-anak

dan remaja. Pengembangan yang menyeluruh harus dibawa masuk ke

dalam program latihan seseorang, yang disebut dengan latihan variasi

yang tinggi serta bersenang-senang melalui bermain. Ini akan

menurunkan perasaan kebosanan atau perasaan jenuh berlatih.

3) Prinsip Spesialisasi

Spesialisasi merupakan bagian pokok yang diminta untuk

mencapai keberhasilannya dalam olahraga. Menurut Bompa (1990:40)

spesialisasi yang dimaksudkan adalah “latihan yang khusus untuk satu

Page 57: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

cabang olahraga atau pertandingan mengarah kepada perubahan-

perubahan morphologik dan fungsional dikaitkan dengan spesifikasi

cabang olahraga yang bersangkutan”.

Sejak dari dimulainya waktu latihan para atlet pemula sampai

kepada penguasaan dari atlet dewasa, jumlah total volume latihan, serta

penjatahan dari latihan yang khusus secara progresif ditingkatkan

dengan konstan.

4) Prinsip Individualisasi

Individualisasi dalam latihan pada salah satu cabang olahraga

khususnya sepakbola merupakan kebutuhan utama dari suatu bentuk

usaha latihan yang masing-masing atlet memiliki perbedaan yang

berdasarkan karakteristik dan kondisi atlet. Bompa & Haff (2009:38)

mengemukakan bahwa “setiap atlet memiliki atribut fisiologis dan

psikologis yang perlu dipertimbangkan ketika mengembangkan

rencana latihan”. Kapasitas pelatihan individu dapat ditentukan oleh

faktor-faktor :

a. Secara biologis dan kronologis umur.

b. Pengalaman atau umur di mana sudah tepat untuk berpartisipasi

dalam setiap cabang olahraga.

c. Riwayat pelatihan.

d. Volume Status kesehatan dalam latihan.

e. Stress dan pemulihan rate.

Page 58: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

5) Prinsip variasi

Volume dan intensitas latihan harus terus menerus meningkat

dan penanggulangan waktu latihan yang berurutan. Dalam peranannya

untuk mencapai prestasi yang tinggi harus melebihi ambang rangsang

untuk itulah pembuatan program latihan dalam jangka panjang

diperlukan kegembiraan dalam berlatih agar tidak terjadi kebosanan

dalam mengikuti latihan Husein Argasasmita, dkk (2007:48)

mengemukakan bahwa “pemberian variasi dalam latihan merupakan

cara yang baik untuk memberikan kesempatan bagi atlet untuk

menikmati latihan dengan rasa senang dan gembira”. Variasi yang

dapat diberikan oleh pelatih dalam latihan dapat berupa :

a. Tempat latihan yang berganti – ganti, misalnya di stadion, di ruang

latihan beban, di alam bebas, di pantai, bukit, tempat rekreasi, dan

sebagainya yang dapat memberikan suasana baru bagi atlet.

b. Metode latihan yang bervariasi. Untuk tujuan latihan yang sama

pelatih dapat menggunakan metode berbeda, misalnya latihan

kecepatan dapat diberikan dengan metode repetisi, namun dapat

juga dengan metode permainan. Latihan kekuatan dapat diberikan

dengan metode pembebanan (besi) dan dapat pula dengan medicine

ball, partnerwork, dan sebagainya.

c. Suasana latihan, yaitu dengan memberikan berbagai situasi

lapangan yang berbeda dengan mendatangkan klub lain untuk

Page 59: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

berlatih bersama, atau berlatih dalam kondisi keramaian yang ada

di lapangan, dan sebaliknya.

6) Prinsip Model Dalam Proses Latihan

Model merupakan sebuah tiruan, simulasi dari suatu kenyataan

yang disusun dari elemen yang khusus dari sejumlah fenomena yang

dapat diawasi dan diselidiki oleh seseorang. Ini juga merupakan

sebuah isomouphus (sama dengan pertandingan) dari suatu bayangan,

gambaran, yang diperoleh secara abstrak, suatu proses mental

pembuatan generalisasi dari contoh yang nyata (Bompa, 1990:53).

Satu model dituntut mandiri, sehingga dapat membatasi

beberapa variabilitas kepentingan sekunder, dan juga riliable, artinya

sedikit memiliki persamaan dan konsisten dengan yang ada

sebelumnya. Untuk mencapai tuntutan ini, sebuah model harus

berkaitan dengan latihan yang identik dengan sifat-sifat pertandingan.

Model seharusnya, terus dievaluasi dan dimodifikasi dalam

menanggapi pengetahuan ilmiah baru, tingkat perkembangan atlet, dan

penilaian kemajuan atlet.

7) Prinsip Penambahan beban latihan secara progresif

Kemajuan prestasi seseorang merupakan akibat langsung dari

jumlah dan kualitas kerja yang dicapainya dalam latihan, mulai awal

berlatih sampai mencapai prestasi beban kerja latihannya secara

bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan

psikologis setiap individu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan

Page 60: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Bompa (1990:61) bahwa “dasar fisiologis prinsip ini, berpedoman

kepada suatu bukti bahwa hasil dari latihan adalah efisiensi fungsional

organisme, dan sekaligus kapasitas kerja secara bertahap meningkat

dalam waktu yang cukup lama”.

Biasanya atlet mengalami tekanan yang cukup berat pada saat

awal latihan dan akan mengalami berbagai kesulitan akibat dari beban

latihan yang berat. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Harsono (1988:103) yaitu “pada permulaan berlatih dengan beban

yang lebih berat, pasti atlet akan mengalami kesulitan-kesulitan, oleh

karena tubuh belum mampu menyesuaikan diri dengan beban yang

lebih berat tersebut”. Akan tetapi apabila latihan dilakukan secara terus

menerus dan berulang-ulang, maka suatu ketika beban latihan (yang

lebih berat) tersebut akan dapat diatasinya, malah kemudian akan

terasa menjadi semakin ringan

Sasaran dan tujuan-tujuan tersebut berguna sebagai sasaran

penyusunan latihan terhadap perbaikan-perbaikan olahraga. Sasaran-

sasaran dan tujuan jangka panjang merupakan sifat dasar perspektif untuk

satu tahun atau lebih secara terus-menerus. Sasaran dan tujuan biasanya

dirumuskan menurut jenis cabang olahraga, seperti permainan atau

olahraga pertandingan

c. Pengaruh Latihan

Program latihan yang sistematik dan terorganisir, maka akan ada

beberapa perubahan yang disebabkan oleh latihan itu sendiri dan terjadi

Page 61: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

suatu modifikasi terhadap sistem neuromuskuler, cardiorespiratory

maupun biokimianya. Bagaimanapun juga telah terjadi perubahan

psikologik sebagai akibat dari keadaan fisik yang bersangkutan. Perubahan

fisiologik dan psikologik yang terjadi akibat dari latihan yang lama, atau

mempertahankan tingkat yang telah dicapai atau perbaikan selanjutnya

menuntut perangsangan yang intensif.

Pengaruh yang langsung dari sistem latihan dan program yang

berkualitas, hendaknya berupa penampilan yang tinggi. Kualitas latihan

tidak tergantung dari satu faktor saja yang tidak jarang kurang

diperhatikan oleh setiap pelatih, dan bagaimanapun juga akan

mempengaruhi penampilan atletnya. Oleh karena itu semua faktor yang

mempengaruhi kualitas latihan, harus dipakai secara efektif (contoh dari

informasi dari ilmu-ilmu yang mempengaruhinya) dan secara konsisten

selalu diperbaiki, Seperti fasilitas dan kemampuan atlet yang terlibat di

dalam latihan.

Adapun pengaruh latihan terhadap tubuh :

1) Perubahan dalam otot yang meliputi :

Dalam latihan akan terlihat pembesaran pada otot (hypertrofi).

Karena pada otot itu ada dua macam otot, yaitu otot lambat (slow twich

fiber) dan otot cepat (fast twich fiber), maka dengan sindirinya juga

terjadi hipertrofi pada kedua macam otot tersebut. Hipertrofi itu

tergantung dari macam latihannya. Pada atlet, untuk ketahanan, yang

akan menjadi lebih besar adalah otot lambat, sedangkan pada pelari

Page 62: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

cepat pelempar peluru dan lain-lain yang akan membesar adalah otot

cepat. Pembesaran otot ini disertai peningkatan jumlah pembuluh

kapiler. Hal ini sesuai dengan Guyton (1983:190) bahwa dengan

”latihan akan terdapat peningkatan jumlah mitochondria dalam otot

rangka dan meningkatkan aktivitas enzim untuk metabolisme energi

baik secara aerobik maupun anaerobik”.

2) Perubahan Paru

- Terdapat kenaikan volume pernafasan permenit. Hal ini disebabkan

oleh karena kenaikan frekuensi pernafasan maupun volume tidal.

- Pada atlet didapatkan volume dan kapasitas paru yang lebih besar

bila dibandingkan dengan non atlet.

- Juga didapatkan kemampuan berdifusi yang lebih besar pada atlet

dibandingkan dengan non atlet. Hal ini disebabkan oleh karena

bertambahnya dataran untuk berdifusi (Soekarman, 1987:86).

3) Perubahan sistem jantung paru

a. Perubahan jantung. Perubahan ukuran jantung. Ukuran jantung

pada atlet pada umumnya lebih besar bila dibandingkan dengan

bukan atlet. Pada atlet untuk olahraga ketahanan atau stamina atlet

maka peningkatan ukuran jantung disebabkan peningkatan volume

ventrikel tanpa peningkatan tebal otot. Sedangkan pada atlet untuk

gerakan-gerakan cepat seperti berlari cepat, gulat, dan lain-lainnya

maka peningkatan ukuran disebabkan oleh penebalan dinding

ventrikel. Bersamaan dengan peningkatan ukuran jantung juga

Page 63: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

didapatkan peningkatan jumlah kapilaria dan dengan begitu

merupakan pencegahan terhadap penyakit koroner.

b. Penurunan Frekuansi Jantung. Dengan penurunan frekuensi

jantung, maka jantung mempunyai cadangan denyut jantung (Heart

Rate Reserve) yang lebih tinggi. Penurunan frekuensi jantung ini

disebabkan oleh peningkatan tonus saraf parasimpatikus,

penurunan saraf simpatikus atau kombinasi. Juga terjadi penurunan

dari frekuensi pengeluaran impuls dari paru jantung. Dengan

perubahan volume, maka isi sekuncup (Stroke volume) menjadi

lebih besar dan bila cadangan denyut jantung meningkat hasilnya

curah jantung akan menjadi lebih tinggi dan dengan begitu

pengangkutan O2 menjadi lebih tinggi lagi.

Sehubungan dengan hal ini Fox, Foss dan Keteyian (1998:24)

menyampaikan bahwa adaptasi atlet yang baik ditandai adanya perubahan

fisiologis, yaitu:

- Frekwensi denyut nadi berkurang dan denyut jantung keras waktu

istirahat.

- Pengembangan otot jantung (delatasi)

- Haemoglobin (HB) dan glikogen dalam otot bertambah.

Dari uraian tersebut jelas bahwa latihan fisik akan dapat

menyebabkan kemampuan kerja jantung dan pernapasan. Sehingga hal itu

akan dapat meningkatkan kesegaran jasmani atlet secara umum dan

khususnya pemain sepakbola.

Page 64: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

d. Sistem Energi

ATP sebagai sumber energi untuk kontraksi. Bila otot berkontraksi

melawan beban, dilakukan kerja, dan diperlukan energi. Selama proses

kontraksi sejumlah besar ATP dipecahkan membentuk ADP. Walaupun

masih belum diketahui dengan pasti bagaimana ATP digunakan untuk

menyediakan energi kontraksi, dianggap bahwa sekali kepala jembatan

penyeberangan melengkapi “power stroke”nya, maka sekarang posisi

kepala yang miring memberikan suatu tempat pada kepala, untuk tempat

pengikatan ATP. Sehingga satu molekul ATP terikat pada kepala ini dan

sebaliknya pengikatan ini menyebabkan pelepasan kepala ini dari “active

site”. Tambahan lagi ATP sendiri segera pecah dari aktivitas ATPase yang

sangat kuat dari meromiosin berat. Diperkirakan energi yang dilepaskan

memiringkan kepala kembali ke keadaan tegak lurus yang normal dan

secara teoritis mengokang kepala dalam posisi ini. Kemudian bila kepala

yang terkokang dengan energi yang disimpannya, yang berasal dari

pemecahan ATP, terikat dengan “active site” baru pada filamen aktin , ia

menjadi tak terkokang dan sekali lagi menyediakan “power stroke” yang

lain (Guyton, 1992:106).

Energi merupakan prasyarat penting untuk suatu unjuk kerja fisik

selama berlatih. Energi dirubah dari bahan makanan pada sel otot ke dalam

suatu ikatan energi tinggi yaitu Adenosin Triphosphat (ATP) yang

disimpan di dalam sel otot, ATP terdiri dari satu molekul adenosin dan

tiga molekul phosphats. Penjelasan menurut Fox, Foss dan Keteyian

Page 65: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

(1998:19) adalah “ struktur ATP terdiri dari satu komponen yang sangat

komplek yaitu adenosin dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok

fosphat”

Gambar 1. Struktur Sederhana ATP (Fox, Bowers dan Foss, 1988:15)

Energi dibutuhkan untuk kontraksi otot, dibebaskan dengan

merubah ATP bertenaga tinggi ke ADP + P (adenosin diphosphate +

phosphat). Sewaktu satu molekul phosphat dipecah, maka ADP + P

dibentuk dari ATP dan energi dilepaskan. Persediaan ATP dalam sel otot

sangat terbatas, walaupun begitu, suplai ATP harus secara

berkesinambungan diganti lagi untuk memudahkan aktivitas fisik secara

berkelanjutan (Bompa, 1990:28).

Penyediaan ATP dapat diganti melalui tiga sistem energi,

tergantung dari jenis kegiatan yang dilakukan ketiga sistem tersebut

adalah;

1) Sistem ATP-PC,

2) Sistem asam laktat dan

3) Sistem O2 atau oksigen.

Page 66: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Kedua Sistem pertama, mengganti ATP dengan sistem tanpa

oksigen dan dikenal dengan sistem anaerobik, sedangkan sistem ketiga

menghasilkan ATP melalui bantuan O2 atau lebih dikenal dengan sistem

aerobik (Bompa, 1990:28).

Sistem Anaerobik

1. Sistem ATP-PC

Karena ATP yang disimpan di dalam sel otot sangat sedikit

sekali, maka kehilangan energi tersebut sangat cepat sekali apabila

seseorang memulai latihan fisik yang cukup berat. Tanggapan terhadap

kejadian ini, maka Creatin Phosphate (CP) atau Phosphocreatin yang

tersimpan di dalam sel otot, selanjutnya dipecah menjadi creatin dan

phosphate. Proses ini akan menghasilkan energi yang dipakai untuk

meresintesis ADP+P menjadi ATP, dan selanjutnya akan dirubah sekali

lagi menjadi ADP + P yang menyebabkan terjadinya pelepasan energi

yang dibutuhkan untuk kontraksi otot. Perubahan CP ke C+P tidak

menghasilkan tenaga yang dapat dipakai langsung untuk kontraksi otot,

melainkan dipakai untuk meresintesis ADP + P ke ATP.

Karena CP yang disimpan sangat sedikit sekali jumlahnya di

dalam sel otot, maka energi yang diberikan dengan sistem ini hanya

berlangsung selama 8 – 10 detik saja. Sistem ini merupakan sumber

energi yang paling pokok untuk kegiatan yang sangat cepat dan

kegiatan yang eksplorasif

Page 67: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Gambar 2. Struktur Sederhana dari Phosphocreatine (PC) (Fox, Bowers dan Foss, 1988:16).

Menurut Bompa (1994:14) sistem energi alactic anaerobik, yang

digunakan dalam bermain selama sepuluh detik latihan pertama. Tahap

bergantung pada adenosine triphosphat (ATP) dan kreatin phosphat

(CP) yang disimpan dalam sel otot sebagai sumber energi yang cepat.

Rincian ATP menyediakan energi yang dapat digunakan dalam latihan,

ATP kemudian diubah dengan energi yang dilepaskan dari CP. Sistem

yang memberikan energi untuk kegiatan pendek dan daya ledak, sangat

terbatas untuk sekali persediaan CP sampai habis, tubuh harus mencari

tempat lain untuk kebutuhan energi

2. Sistem Asam Laktat

Energi disediakan pertama oleh sistem ATP-PC dan berlangsung

8-10 detik melalui asam laktat. Sistem ini memecah glikogen yang

disimpan di dalam sel otot dan hati, dibanding dengan PC, sistem ini

melepaskan energi untuk meresintesis ATP ke ADP+P.

Page 68: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Akibat tidak adanya oksigen, maka selama pemecahan glikogen

secara bersamaan terbentuk pula asam laktat. Apabila suatu kerja yang

berintensitas tinggi dilanjutkan dalam waktu yang lebih lama, maka

sejumlah asam laktat dan ditumpuk pada otot yang menyebabkan

timbulnya kelelahan yang bisa mengakibatkan latihan fisik itu harus

dihentikan

Untuk membentuk ATP kembali setelah cadangan ATP-PC habis

dan tanpa O2 dapat dilakukan dengan cara pemecahan glykogen atau

dikenal dengan sistem Glykolisis Anaerobik. Menurut Fox, Foss dan

Keteyian (1998:20) sebagai berikut: dapat dikemukakan rangkaian

reaksi-reaksi kimia yang sederhana dalam proses tersebut diatas adalah

Glikogen -à Asam laktat + Energi

Energi + 3 ADP + 3 pi ----à 3 ATP.

Phospho Fruktokinase (PFK) disini adalah enzim yang penting

sebagai pengatur kecepatan reaksi dalam setiap reaksi. Kelelahan atau

kontraksi bertambah lambat di sini dapat terjadi bila terlambatnya

reaksi kimia yang diakibatkan Ph dalam otot maupun darah rendah dan

terbentuknya asam laktat yang banyak. Proses glikolisis anaerobik

secara sederhana dapat disimpulkan bahwa proses ini menyebabkan

kelelahan, tanpa oksigen, menggunakan karbohidrat, dan memberikan

energi untuk resistensa beberapa molekul ATP saja.

Page 69: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Sistem Aerobik

Sistem aerobik memerlukan kira-kira dua menit untuk memulai

memproduksi energi dalam meresintesis ATP dari ADP+P. Denyut

jantung dan pernafasan harus ditingkatkan secara memadai untuk

membawa sejumlah oksigen yang dibutuhkan ke sel otot, sehingga

glikogen merupakan sumber energi yang dipakai untuk meresintesis ATP

pada kedua sistem (sistem asam laktat, dan aerobik) tetapi dengan sistem

areobik akan memecah glikogen berdasarkan hadirnya oksigen dan

sekaligus menghasilkan sedikit bahkan tidak sama sekali asam laktatnya,

hal ini akan memungkinkan si atlet untuk meneruskan latihan lebih lama.

Sistem aerobik yang merupakan sumber energi yang utama untuk

nomor-nomor cabang olahraga yang berjangka waktu antara 2 menit

sampai 2-3 jam (Kerja lama yang melebihi 2-3 jam, akan mengakibatkan

pemecahan lemak dan protein untuk menggantikan cadangan ATP, selama

cadangan glikogen telah mendekati habis. Dalam beberapa kasus,

pemecahan glikogen, lemak atau protein akan menghasilkan carbon

dioksida (CO2) dan air (H2O) yang keduanya akan dikeluarkan atau

dibuang melalui respirasi dan perspirasi (Bompa, 1990:30).

Kecepatan dimana ATP dapat diganti oleh si atlet dibatasi oleh

kemampuan kapasitas aerobiknya, atau pada kecepatan maksimum selama

dia mengkonsumsi

Page 70: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

1. Glikolisis Aerobik

Tersedianya oksigen yang cukup dan asam laktat yang tidak

tertimbun dalam reaksi glykolisis aerobik dikarenakan oksigen

menghambat penumpukan asam laktat tetapi tidak menghalangi

pembentukan ATP, oksigen membantu mengubah asam laktat menjadi

piruvat setelah ATP diresintesis. Reaksi glykolisis aerobik terjadi

sebagai berikut :

Glukosa + 2 ADP + 2 fosfat dengan energià 2 asam piruvat + 2

ATP + 4 H

Gambar 3. Glycolysis Anaerobik dan Aerobik (Fox, Bowers dan Foss, 1988:16).

2. Siklus Krebs

Siklus Krebs menyempurnakan oksidasi molekul organik penghasil

energi: Glikolisis melepaskan energi kurang dari seperempat energi

kimia yang tersimpan dalam dua molekul piruvat. Jika ada oksigen

Page 71: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria, di mana enzim-enzim

siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya.

Setelah memasuki mitokondria, piruvat mula-mula diubah

menjadi suatu senyawa yang disebut asetil CoA . langkah ini

merupakan junction (persambungan) antara glikollisis dan siklus Krebs,

yang diselesaikan oleh kompleks multienzim yang mengkatalisis tiga

reaksi:

(1) Gugus karboksil piruvat, yang memiliki sedikit energi kimiawi,

dikeluarkan dan dilepas sebagai molekul CO2 . (ini merupakan

langkah pertama respirasi di mana CO2 dilepas.)

(2) Fragmen berkarbon-dua yang tersisa dioksidasi untuk membuat

senyawa yang dinamai asetat (bentuk asam asetat terionisasi).

Suatu enzim mentransfer elektron yang di ekstrasi ke NAD+, dan

meyimpan energi dalam bentuk NADH.

(3) Akhirnya, koenzim A, senyawa mengandung sulfur turunan dari

vitamin Bm diikatkan pada asetat tadi oleh ikatan tak stabil yang

membuat gugus asetil (asetat terikat) sangat reaktif. Produk dari

pengaturan kimiawi, asetil CoA, sekarang siap memberikan

asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk oksidasi lebih lanjut.

Page 72: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Gambar 4. Pengubahan Piruvat Menjadi Asetil CoA, Persambungan antara Glikolisis dan Siklus Krebs

Protein yang ada di dalam membrane dalam mitokondria

mentranslokasi piruvat dari sitosol ke dalam matriks mitokondria.

Kemudian (1) gugus karboksil piruvat, yang telah dioksidasi

sepenuhnya, dikeluarkan sebagai molekul CO2, yang berdifusi

keluar dari sel. (2) Fragmen berkarbon-dua yang tersisa dioksidasi

sementara NAD+ direduksi menjadi NADH. (3) Akhirnya, gugus

asetil berkarbon-dua diikatkan pada koenzim A (CoA). Koenzim

ini memiliki satu atom sulfur, yang diikat pada fragmen asetil oleh

ikatan yang tak stabil. Ini akan mengaktifkan gugus asetil pada

reaksi pertama siklus Krebs (Cambeil, Reece dan Mitchell,

2002:168)

Siklus ini memiliki delapan langkah, masing-masing

dikatalisis oleh suatu enzim spesifik dalam matriks mitokondria.

Untuk setiap putaran siklus Krebs, dua karbon masuk dalam dalam

bentuk asetat yang relative tereduksi (langkah(1)), dan dua karbon

yang berbeda keluar dalam bentuk CO2 yang teroksidasi sempurna

Page 73: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

(langkah (3) dan (4)). Asetat bergabung dengan siklus ini melalui

penambahan enzimatiknya ke senyawa oksaloasetat, yang

membentuk sitrat. Langkah-langkah berikutnya menguraikan sitrat

kembali menjadi oksaloasetat, yang melepaskan CO2 sebagai

“buangan”. Regenerasi (pembentukan kembali) oksaloasetat inilah

yang bertanggung jawab atas “siklus” dalam siklus Krebs ini.

Sebagian besar energi yang dipanen oleh langkah oksidatif

siklus ini disimpan dalam NADH. Untuk setiap asetat yang

memasuki siklus ini, tiga molekul NAD+ direduksi menjadi

NADH-langkah (3), (4), dan (8). Dalam satu langkah oksidatif,(6),

elektron ditransfer tidak ke NAD+, tetapi ke akseptor elektron

lainnya, FAD (flavin adenine dinukleotida, turunan dari riboflavin,

vitamin B). Bentuk tereduksinya, FADH2, menyumbangkan

elektronnya ke rantai transpor elektron, seperti halnya NADH. Ada

juga satu langkah dalam siklus Krebs ini, langkah (5), yang

membentuk molekul ATP secara langsung dengan fosforilasi

tingkat substrat, serupa dengan langkah glikolisis yang membentuk

ATP. Tetapi sebagian besar keluaran ATP respirasi berasal dari

fosforilasi oksidatif, apabila NADH dan FADH2 yang dihasilkan

oleh siklus Krebs merelai (melewatkan dan menguatkan) elektron

yang diekstraksi dari makanan ke rantai transpor elektronnya.

Page 74: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Gambar 5. Siklus Krebs (Fox, Bowers dan Foss, 1988:22).

e. Latihan Plyometrics

Asal istilah plyometrics diperkirakan dari kata bahasa Yunani

“Pleythuein”, berarti “memperbesar” atau “meningkatkan”, atau dari akar

kata bahasa Yunani “plio” dan “metric” , masing-masing berarti “lebih

banyak” dan “ukuran” Chu (1992:5), sekarang ini plyometrics mengacu

pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang

kuat sebagai respons terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis, atau

peregangan otot-otot yang terlibat.

Gerakan-gerakan plyometrics dilakukan dalam berbagai cabang

olahraga yang menggunakan power. Misalnya linamen pada sepakbola

Amerika yang keluar dari kedudukannya. Pemain bola voli yang melompat

tinggi melampaui net untuk memblokade pengembalian bola, pelompat

Page 75: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tinggi yang melenjit ke atas, dan butter baseball yang melakukan ayunan.

Pemain bola basket yang menembakkan bola dan kemudian dengan cepat

melompat lagi untuk mengatasi pantulan atau mengatasi tip-in , dapat

mengambil manfaat dari plyometrics. Pada dasarnya latihan plyometrics

adalah gerakan dari rangsangan peregangan otot secara mendadak supaya

terjadi kontraksi yang lebih kuat (Radcliffe & Farentinos, 1985:2).

Latihan plyometrics membantu para atlet dalam berbagai cabang

olahraga, seperti sepakbola, bola basket, angkat berat, renang, ski

skandinavia dan alpina, baseball, dan lain-lain. Setiap keterampilan

olahraga yang menuntut power, yaitu kombinasi antara kekuatan dan

kecepatan, dapat memperoleh manfaat dari latihan plyometrics

Selain pernyataan tersebut ada beberapa kaidah latihan plyometrics

yang harus dipenuhi seperti yang diungkapkan Husein Argasasmita, dkk

(2007:62) “plyometrics dilakukan dengan melakukan gerakan lompat-

lompat dengan satu kaki atau dua kaki, baik tanpa rintangan maupun

dengan rintangan”. Kaidah latihan plyometrics adalah sebagai berikut :

a. Dilakukan untuk atlet dewasa.

b. Dilaksanakan setelah fase latihan kekuatan maksimal.

c. Kontak anggota badan dengan tanah (landasan) harus sesingkat

mungkin untuk mendapatkan hasil latihan yang efektif.

d. Waktu pelaksanaan (durasi) tidak lebih dari 5 detik (sejauh atlet

mampu melakukan kontak tanah dengan cepat).

Page 76: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

e. Pelaksanaan lebih dari 5 detik ditujukan untuk dayatahan kekuatan

kecepatan (power endurance) bagi cabang-cabang olahraga tertentu

yang memliki kebutuhan khusus.

Latihan plyometrics menggunakan kekuatan gaya berat untuk

meningkatkan energi elastis yang tersimpan di otot selama kontraksi

eksentrik dari suatu kegiatan, beberapa energi yang disimpan itu kemudian

dilepaskan pada saat kontraksi konsentrik yang menyusul dengan segera.

Daya penggerak dan pengakuan plyometrics sebagai teknik yang

bermanfaat untuk meningkatkan explosive power.

Hopping terutama menekankan pada loncatan untuk mencapai

ketinggian maksimum ke arah vertical dan kecepatan maksimum gerakan

kaki, yakni mencapai jarak horizontal dengan tubuh, merupakan faktor

penting kedua.

Anatomi fungsional hopping meliputi (1) fleksi paha, melibatkan

otot-otot sartorius, iliacus, dan gracilis : (2) ekstensi lutut, melibatkan

otot-otot tensor fasciae latae, vastus lateralis, medialis, intermedius , dan

rectus femoris : (3) ekstensi paha dan refleksi tungkai, melibatkan otot-otot

biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus serta juga

melibatkan otot-otot gluteus maximus dan minimus, (4) fleksi lutut dan

kaki, melibatkan otot-otot gastrocnemius, peroneus, dan soleus, dan (5)

aduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-otot gluteus medius dan

minimus, dan adductir langus, brevis, magnus, minimus, dan hallucis.

(Radcliffe & Farentinos, 1985:13)

Page 77: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

a) Mekanisme Kontraksi Otot

Dalam melakukan gerakan plyometrics terjadi serangkaian

kontraksi otot yang selanjutnya Guyton (1992:103) melukiskan

mekanisme dasar yaitu pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen

aktin yang berasal dari dua membran Z yang berurutan satu sama lain

hampir tidak tumpang tindih sedangkan pada saat yang sama filamen

miosin mengadakan tumpang tindih sempurna. Sebaliknya, pada

keadaan kontraksi, filamen-filamen aktin ini tertarik ke dalam di

antara filamen miosin sehingga sekarang satu sama lain tumpang

tindih luas. Membran Z juga tertarik oleh filamen aktin sampai ke

ujung-ujung filamen miosin. Memang filamen aktin dapat ditarik

bersama-sama demikian kuatnya sehingga ujung-ujung filamen miosin

sebenarnya melengkung waktu kontraksi yang sangat kuat. Jadi

kontraksi otot terjadi karena mekanisme “sliding filamen”.

Otot skelet mendapat dua persarafan motorik, yaitu alfa

motorneuron dan gamma motorneuron. Alfa motorneuron akan

memberikan rangsangan motorik pada serabut otot extrafusal,

sedangkan gamma motorneuron akan memberikan rangsangan

motorik pada serabut intrafusal. Pengaruh kontraksi tersebut dapat

timbul dari rangsangan kemauan saraf somatic (alfa neuron) tetapi

dapat juga akibat rangsangan peregangan yang mendadak pada muscle

spindle. Sehingga latihan yang disengaja serta dengan peregangan otot

yang mendadak akan menyebabkan dua pengaruh pada otot baik

Page 78: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

melalui gamma motorneuron maupun alfa motorneuron, sehingga

akan menimbulkan pengaruh kontraksi yang lebih baik.

Pengaruh refleks peregangan yang cepat dan mendadak

tersebut juga menguntungkan pada organ sensorik relaksasi otot, yaitu

Golgi Tendon Organ. Sehingga kontraksi yang kuat dari hasil refleks

peregangan segera diikuti dengan mekanisme relaksasi dan menjaga

agar tidak terjadi kerusakan pada tendon.

Gambar 6. The Golgi Tendon Organ (Bompa, 1994:21).

Kontraksi sebuah otot berubah-ubah dalam kecepatan,

kekuatan dan lamanya (duration) untuk menyebabkan perbedaan

macam-macam gerakan. Dalam gerakan kekuatan maksimum otot

agonist (mover) memakai kekuatan maksimum dan berkontraksi pada

kecepatan maksimum, menghasilkan gerakan yang cepat dan kuat.

Otot sendi yang beraneka ragam adalah menyilang lebih dari satu

Page 79: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

sendi dan menyokong gerakan dalam tiap sendi yang menyilang.

Kelompok hamstrings, yang dilokasikan di belakang paha

membengkokkan lutut dan meluruskan panggul.

Dasar – dasar proses gerak sadar maupun tak sadar yang

terlibat dalam plyometrics adalah apa yang disebut “refleks

peregangan” (stretch reflex), juga disebut “refleks spindle” atau refleks

miotatik” (spindle reflex or myotatic reflex). Alat-alat atau perangkat

refleks poros dan refleks regangan itu merupakan komponen-

komponen utama dari kontrol keseluruhan sistem syaraf terhadap

gerakan tubuh. Dalam pelaksanaan berbagai keterampilan olahraga,

suatu gerakan reaktif eksplosif, otot-otot mungkin mengalami

peregangan yang cepat sebagai akibat adanya semacam beban yang

dikenakan pada otot-otot tersebut (Radcliffe & Farentinos, 1985:7).

Latihan-latihan plyometrics diperkirakan menstimulasi

berbagai perubahan dalam sistem neuromuskuler, memperbesar

kemampuan kelompok-kelompok otot untuk memberikan lebih cepat

dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat

pada panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plyometrics

nampaknya adalah pengkondisian sistem neuromuskuler sehingga

memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat

dan kuat, misalnya dari gerakan turun-naik pada lompat dan gerakan

kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari.

Dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini,

Page 80: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

maka kekuatan dan kecepatan dapat ditingkatkan (Radcliffe &

Farentinos, 1985:8).

Sebagian besar gerakan olahraga berasal dari pinggul dan

tungkai, misalnya gerakan pada lari, lempar dan lompat/loncat.

Banyak energi gerakan yang dibangkitkan oleh pinggul dan tungkai,

kemudian ditransfer ke atas melalui togok dengan menekuk,

merentang, atau memutar, dan akhirnya diterima oleh tubuh bagian

atas untuk melakukan beberapa jenis keterampilan gerak yang

melibatkan bahu, dada dan lengan.

Pengorganisasian latihan plyometrics ini mengikuti konsep

rangkaian power. Sebagian besar latihan adalah khusus gerakan

tungkai dan pinggul, karena kelompok otot ini merupakan pusat power

gerakan olahraga dan memiliki keterlibatan utama dengan semua

cabang olahraga. Gerakan plyometrics dirancang untuk menggerakkan

otot pinggul dan tungkai, dan gerakan otot khusus yang dipengaruhi

oleh bounding, hopping, jumping, leapping, skipping, dan ricochet

(Radcliffe & Farentinos, 1985:12).

Sendi pada panggul adalah jenis ball and sosket (sendi peluru)

dan dibentuk oleh articulation (persendian) di antara femur (tulang

paha) dan pelvis (tulang panggul). Ia mampu melakukan gerakan

membengkokkan, meluruskan, menjauhkan, mendekatkan, memutar

ketengah dan kesamping, dan sirkumduksi. Pembengkokkan panggul

adalah salah satu gerakan tubuh yang sangat kuat, dan ia disebabkan

Page 81: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

oleh kontraksi sepuluh buah otot. Empat buah dari otot menyokong

semua cara melalui luasnya daerah gerak, sementara empat buah

lainnya (adductor brevis, adductor longus, gracilis, dan sartorius)

adalah otot-otot dua sendi dan menyokong pada gerakan panggul dan

lutut. Pembengkokkan panggul digunakan dalam semua daya gerak,

termasuk meliputi aktivitas jalan dan lari (Lukman O.T., 2006:107).

b) Latihan Plyometrics Angle Hop

Latihan ini lebih baik dilakukan pada kotak yang memiliki

banyak sudut atau peralatan serupa, yang harus dipasang dengan aman

di tanah sehingga tidak bergerak atau lepas pada saat melakukan

hopping. Latihan ini mengembangkan power eksplosif dan kecepatan

reaksi pada abductor paha dan stabilizer ankle, dan meningkatkan

keseimbangan dan gerakan menyampingl atihan ini berguna untuk

olahraga ski, tenis, sepakbola, dan senam, dan juga olahraga lain

(Radcliffe & Farentinos, 1985:52).

a. Kelebihan Pada latihan plyometrics angle hop memiliki beberapa

kelebihan yaitu :

- gerakan yang bervariasi sehingga peserta penelitian merasa

senang untuk mengikuti.

- gerakan dilakukan seperti menggiring bola sesungguhnya yang

mengandung fleksibilitas dan kekuatan.

Page 82: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

- gerakan angle hop membutuhkan kematangan fisik sehingga

peserta adalah yang sudah memiliki fisik yang baik.

- gerakan rumit tapi mudah dilaksanakan oleh atlet

- dapat mengembangkan power eksplosif dan kecepatan reaksi

pada abductor paha dan stabilizer ankle dan meningkatkan

keseimbangan dan gerakan menyamping

b. Kekurangan

- gerakan ini membutuhkan power sehingga tidak semua atlet

boleh mengikuti terutama anak-anak yang di bawah umur

karena dalam angle hop usia sangat diperhatikan

- gerakan yang salah akan berakibat terjadinya cedera karena

alat terbuat dari kayu dimana atlet bisa terpeleset

c) Latihan Plyometrics Side Hop

Latihan ini menggunakan 2 buah kerucut dengan tinggi kira-

kira 18-26 inci. Secara khusus gerakan ini menggunakan otot-otot

abductor paha, stabilizer lutut dan ankle, serta meningkatkan power

samping yang explosif di seluruh paha dan panggul. Latihan ini sangat

berguna untuk semua aktivitas yang menggunakan gerakan ke

samping (Radcliffe & Farentinos, 1985:50).

a. Kelebihan

Pada latihan plyometrics side hop memiliki kelebihan antara lain :

- gerakan side hop mudah dilakukan karena hanya melakukan

loncatan ke samping

Page 83: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

- gerakan ini menggunakan otot-otot abductor paha, stabilizer

lutut dan ankle, serta meningkatkan power samping yang

explosif di seluruh paha dan panggul.

- Latihan ini sangat berguna untuk semua aktivitas yang

menggunakan gerakan ke samping

b. Kekurangan

- Gerakan yang monoton sehingga atlet kurang minat untuk

mengikuti latihan

- gerakan menggunakan rintangan apabila atlet melakukan

terlalu tinggi dalam melompat akan berdampak resiko cedera

pada saat kedua kaki jatuh ke tanah

d). Pengaruh Latihan Plyometrics pada Kecepatan Menggiring Bola.

Gerakan plyometrics dilakukan dalam berbagai cabang olahraga

yang menggunakan power. Sebagian besar cabang olahraga dapat

dilakukan dengan lebih terampil jika atlet memiliki kekuatan dan

kecepatan. Plyometrics adalah salah satu cara terbaik untuk

mengembangkan power eksplosif untuk berbagai cabang olahraga.

Menurut Husein Argasasmita, dkk (2007:62) Plyometrics adalah

metode latihan untuk kekuatan kecepatan (power) dengan

menggunakan beban utama badan atlet itu sendiri yang bertujuan

untuk menghubungkan kekuatan maksimal yang telah dimiliki ke

dalam aplikasi gerakan cepat dan kuat sesuai dengan sifat cabang

olahraga tertentu.

Latihan plyometrics membantu para atlet dalam berbagai cabang

olahraga misalnya sepakbola yang di dalamnya terdapat beberapa

Page 84: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

keterampilan yang harus dikuasai yaitu menggiring bola, mengoper

bola, menghentikan bola, menyundul bola, menembak bola, lemparan

ke dalam dan mengecoh dan membalik. Setiap keterampilan olahraga

yang menuntut power yaitu kombinasi atau perpaduan antara kekuatan

dan kecepatan, dapat memperoleh manfaat dari latihan plyometrics.

Pada latihan plyometrics, beban lebih resistifnya berupa perubahan

arah yang cepat pada suatu anggota tubuh atau seluruh tubuh, seperti

mengatasi gaya akibat terjatuh, naik anak tangga, terpental, meloncat,

melangkah lebar atau melompat.

Menurut Furqon dan Muchsin (2002:76) “Latihan plaiometrik

berkisar di seputar mekanisme-mekanisme neuron yang rumit dan

pelik. Diduga sebagai hasil latihan plaiometrik, maka terjadilah

perubahan-perubahan pada tingkat otot maupun neuron yang

memudahkan dan meningkatkan kinerja keterampilan-keterampilan

gerakan yang lebih cepat dan lebih kuat”.

Berdasarkan beberapa pendapat serta kelebihan dan kekurangan

latihan plyometrics dapat dirangkum bahwa pembinaan olahraga

sepakbola dalam satu prinsip yang perlu dikuasai terlebih dahulu oleh

para pelatih adalah prinsip-prinsip biomekanika. Penguasaan prinsip

biomekanika sangat membantu pelatih dalam meningkatkan prestasi

sesuai dengan cabang olahraganya.

Salah satu teknik dalam permainan sepakbola adalah menggiring

bola yang tidak lepas dari biomekanika yang dilakukan. Unsur

biomekanika dalam latihan fisik dengan plyometrics Angle Hop dan

Page 85: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Side Hop yang dilakukan dengan benar akan meningkatkan kecepatan

menggiring bola dalam permainan sepakbola.

Mielke (2007:1) mengemukakan bahwa “menggiring bola dalam

permainan sepakbola didefinisikan sebagai penguasaan bola dengan

kaki saat kamu bergerak di lapangan permainan”. Bila dikaitkan

dengan biomekanika arah bola bisa bergerak ketika ada dorongan dari

kekuatan kaki. Selanjutnya Imam Hidayat (1997:84) mengemukakan

bahwa arah dari suatu gerakan tergantung dari arah yang dikerahkan

oleh kekuatan yang bersangkutan. Sebuah benda yang dalam keadaan

diam, akan bergerak ke arah kanan bila ada kekuatan yang menariknya

dari sebelah kanan. Efek dari kekuatan selalu sesuai dengan arah dari

bekerjanya kekuatan tersebut.

Kecepatan menggiring bola akan dipengaruhi oleh latihan

plyometrics yang merupakan latihan fisik untuk meningkatkan

kekuatan dan kecepatan gerak. Menurut Sugiyanto (1998:260)

kecepatan gerak adalah unsur kemampuan fisik yang memungkinkan

seseorang bisa menyelesaikan gerakan dalam waktu sesingkat-

singkatnya. Kecepatan gerak ditentukan oleh: frekuensi stimulus,

kemauan, mobilitas syaraf, kecepatan kontraksi otot, tingkat otomasi

gerak, dan power otot.

3. Kekuatan

Kekuatan adalah dasar untuk penampilan gerak, dan ia dapat menjadi

faktor tunggal yang paling penting dalam penampilan, sebab hampir semua

penampilan yang hebat tergantung pada kemampuan memakai kekuatan yang

Page 86: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

besar melawan tahanan, kekuatan yang ditingkatkan sering menyokong

penampilan yang lebih baik.

Kekuatan (strength) adalah kemampuan badan atau ruas badan untuk

memakai kekuatan (force). Kekuatan melibatkan kombinasi tiga faktor : (1)

kontraksi kekuatan otot-otot yang dikombinasikan yang menyebabkan

gerakan; (2) kemampuan mengkoordinasikan otot agonist dengan antagonist,

neutralizer, dan otot stabilizer; (3) rasio mekanik dari susunan lever (tulang

yang dilibatkan. Faktor pertama tergantung pada kontraksi kekuatan

maksimum masing-masing otot agonistic pada gerakan. Faktor kedua

tergantung pada kemampuan koordinasi kontraksi otot individual. Koordinasi

ini dapat diperbaiki dengan melatih gerakan utama yang dilibatkan

(mengembangkan ketangkasan dalam gerakan) (Lukman O.T., 2006:129).

Mengenai latihan kekuatan, beberapa fakta tentang tipologi otot-otot

dan gambaran fungsional kontraksi otot tidak dapat dihindari. Otot-otot

mendapatkan impuls (= rangsangan) melalui urat syaraf gerak.

Rangsangan yang kuat membawa ke kontraksi maksimum. Otot-otot terdiri

dari sejumlah besar serat-serat kecil dan tipis. Tetapi bahkan rangsangan

rangsangan yang kuat tidak perlu melibatkan kontraksi semua serat yang

barkaitan. Dalam olahraga pemain hanya baru 20 – 50 % dari serat-serat yang

berkaitan ambil bagian dalam kontraksi (Saziorski, 1966 yang dikutip dari

Nossek, 1982:60). Karena itu, tujuan dari latihan kekuatan adalah untuk

mengaktifkan sebanyak mungkin serat-serat otot dalam kontraksi tunggal.

Page 87: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Menurut Imam Hidayat (1997:84) “kekuatan adalah gaya yang

ditimbulkan oleh kontraksi otot. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kekuatan ialah gaya yang dapat menimbulkan gerak mekanis”.

Menurut Nossek (1982:62) kerja otot-otot selama tindakan kekuatan

yang manapun, terjadi dengan dua cara yaitu dinamis dan statis.

1. Kerja otot yang dinamis :

Kontraksi isotonik yang didalamnya kekuatan otot dinamis adalah aktif

dan dilakukan dengan pemendekan atau pemanjangan otot

a). Kontraksi konsentris, tindakan yang berganti-ganti yang didalamnya

otot-otot tersebut memendek dengan cara yang “positif”.

b). Kontraksi eksentrik, Suatu tindakan menyerah, dicirikan dengan jenis

kekuatan “negatif”, yang didalamnya otot-otot mengembang.

2. Kerja Otot yang Statis:

Kontraksi isometris, gerakan memegang dengan perubahan panjang otot

yang dapat ditiadakan.

Dalam tipe kontraksi isotonis akan nampak bahwa terjadi suatu gerakan

dari anggota-anggota tubuh kita yang disebabkan oleh memanjang dan

memendeknya otot-otot, sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot.

Dalam latihan-latihan isotonik kita dapat memakai beban kita sendiri sebagai

beban (Harsono, 1988:179).

Menurut Harsono (1988:175) “dalam kontraksi isometris tidak

memanjang atau memendek sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang

nyata, atau dengan perkataan lain, tidak ada jarak yang ditempuh”.

Page 88: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Semua gerakan merupakan hasil dari dalam hubungannya dengan alat-

alat susunan otot tubuh. Dari sudut pandang biomekanik, terdapat kekuatan

luar dan dalam (outer dan inner force), dengan jalan mana kekuatan-kekuatan

luar seperti gravitasi, tekanan air, dan angin, perpecahan tanah dan yang lain,

mempengruhi kekuatan dalam otot-otot.

Menurut Harsono (1988:172) strength adalah kemampuan otot untuk

membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan. Kekuatan otot adalah

komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara

keseluruhan. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik,

kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari

kemungkinan cedera dan dengan kekuatan, atlet akan dapat lebih cepat,

melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras,

demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan

kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resistence exercise). Latihan

tahanan adalah latihan di mana seorang atlet harus mengangkat, mendorong

atau menarik suatu beban, baik itu badan atlet itu sendiri maupun bobot lain

dari luar (external resistence) (Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifudin,

1996:108).

Dalam istilah fisik, kekuatan (force) dikarakterisasikan dengan rumus

F = m x a (hasil dari masa dan akselerasi).

Kekuatan menurut Husein Argasasmita, dkk (2007:56) adalah

“kemampuan untuk melawan tahanan/resistean atau beban fisik baik dari luar

maupun dari badannya sendiri”.

Page 89: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Kekuatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a). Kekuatan Maksimal (maximal Strength).

b). Daya tahan kekuatan (Strength Endurance)

c). Kekuatan kecepatan (Power/Speed Strength).

a). Kekuatan Maksimal

Kekuatan maksimal adalah kemampuan untuk melawan tahanan

secara maksimal. Batasan ini tidak diperhitungkan seberapa cepat

gerakan untuk melawan tahanan tersebut tetapi seberapa besar tahanan

yang dapat dilawan.

Untuk melatih kekuatan maksimal ada beberapa metode yang dapat

digunakan, namun pada prinsipnya adalah menggunakan beban dengan

intensitas yang tinggi (berat) dan pengulangan/repetisi yang sedikit.

b). Dayatahan Kekuatan

Dayatahan kekuatan adalah kemampuan untuk melawan tahanan

beban dalam waktu yang lama. Batasan ini merujuk pada lamanya

waktu atau lamanya pengulangan secara simultan dalam melawan

beban tersebut.

Untuk mengembangkan dayatahan kekuatan dapat digunakan

berbagai metode yang pada dasarnya adalah menggunakan beban

dengan intensitas yang kecil (ringan) dan pengulangan yang banyak.

c). Kekuatan Kecepatan

Kekuatan kecepatan atau Power adalah kemampuan untuk

melawan tahanan/beban dengan gerakan yang cepat dan eksplosif.

Page 90: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Batasan ini merujuk pada kemampuan melakukan gerakan dengan cepat

sehingga bila tahanan yang dihadapi tidak mampu digerakkan dengan

cepat maka kekuatan akan berubah menjadi kekuatan eksplosif.

Kekuatan eksplosif merupakan aplikasi usaha yang cepat untuk

melawan tahanan namun bebannya cukup berat sehingga gerak yang

dihasilkan dan tampak terlihat bebannya tidak bergerak dengan cepat.

a. Komponen Otot Tungkai

Otot tungkai bawah meliputi kaki, betis dan paha. Ini adalah porsi

tubuh yang digunakan paling luas dalam daya gerak, dan di dalam

mendukung tubuh dalam beberapa posisi tegak.

Menurut Satimin Hadiwijaya (2002:80) bahwa “tungkai pada manusia

terdiri dari dua yaitu tungkai bawah dan tungkai atas. Tungkai bawah

(ekstrimitas inferior) digunakan sebagai penahan dan digunakan untuk

segala aktivitas. Tungkai atas atau paha (os femoris/femur). Tulang tungkai

bawah yang terdiri dari tulang kering (os tibia) dan tulang betis (os fibula)

dan tulang kaki (ossa pedis/foot bones). Otot tungkai adalah merupakan

bagian dari otot anggota gerak bawah. Otot anggota gerak bawah dapat

dibedakan atas otot pangkal paha, otot tungkai atas, otot tungkai bawah,

dan otot kaki. Secara rinci, otot-otot yang terdapat pada tungkai manusia,

adalah sebagai berikut:

1) Otot-otot tungkai atas (paha)

(a) Otot tensor fasialata, (b) Otot abductor dari paha, (c) otot vastus

laterae, (d) otot rektus femoris, (e) Otot satrorius, (f) Otot vastus

Page 91: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

medialis, (g) Otot abductor, (h) Otot gluteus maxsimus, (i) Otot paha

lateral dan medial.

2) Otot tungkai bawah

(a) Otot tibialis anterior, (b) Otot ektensor digitorum longus, (c) Otot

gastroknemius, (d) Otot tendon aciles, (e) Otot soleus, (f) Otot maleolus

medialis, (g) Otot retinakula bawah.

Otot tungkai yang berfungsi dalam melontarkan tubuh ke arah

horizontal, yaitu: Fleksi : m. semimembranosus, m. biseps femoris, m.

semitendineosus, m. grasilis, m. Sartorius, m. popliteus, m. gastroknemius.

Extensi: m. rektus femoris, m. vestus medialis, m. vastusntermidialis, m.

tensorfasiselatae, m. vastus laturalis

Saat melakukan lompatan pada dasarnya terdiri dari dua kelompok

otot yang bekerja secara berlawanan atau antagonis, yaitu fleksi dan

ektensi. Pada saat melakukan gerakan menekuk atau fleksi maka kelompok

otot yang bekerja adalah otot fleksio, sedangkan otot-otot extensi hanya

bekerja meluruskan. Demikian sebaliknya kelompok otot ektensi

memanjang dan fleksi memendek.

Pembengkokkan panggul adalah salah satu gerakan tubuh yang sangat

kuat, dan ia disebabkan oleh kontraksi otot yang antara lain : otot rectus

femoris, otot pectinus, otot psoas major, otot illiacus, otot Sartorius, otot

adductor brevis, otot adductor longus, otot adductor magnus, otot tensor

fasciae latae, otot gracilis. Empat buah lainnya (adductor brevis, adductor

longus, gracilis, dan sartorius) adalah otot-otot dua sendi dan menyokong

Page 92: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

pada gerakan panggul dan lutut. Pembengkokkan panggul digunakan

dalam daya gerak, termasuk meliputi aktivitas jalan dan lari yang sangat

umum (Lukman O.T, 2006:108).

Pelurusan panggul adalah gerakan kuat lainnya. Ia disebabkan enam

buah otot antara lain : otot gluteus maximus, otot semimembranosus, otot

biceps femoris, otot semitendinosus, otot gluteus medius, otot gluteus

minimus yang dihubungkan sebagai otot terkuat dalam tubuh. Tiga buah

otot (hamstrings) menyilang dua persendian dan menyokong gerakan, baik

dalam panggul maupun lutut (Lukman O.T., 2006:111).

Gambar 7. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Depan (Thompson, 2002:221).

Page 93: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Gambar 8. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Belakang (Thompson, 2002:223)

b. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan kontraksi otot dihubungkan pada pengukuran penampang

melintang otot. Begitu kekuatan otot meningkat, penampang melintang

serabut otot individual meningkat, mengakibatkan daerah penampang

melintang otot menjadi lebih besar. Secara teoritis pegukuran ini adalah

sebanding dengan kekuatan. Akan tetapi, ini adalah tidak selalu benar,

sebab faktor lainnya dilibatkan. Misalnya : (1) dua buah otot yang

penampang melintangnya sama dapat dibedakan dalam kekuatan yang

disebabkan oleh perbedaan banyaknya jaringan lemak. Lemak tidak hanya

mengurangi kemampuan kontraksi, tetapi juga menyebabkan pergesekan

dari gabungan karena memendekkan serabut otot; (2) proporsi serabut

aktif dalam otot yang berbeda mempengaruhi kekuatan; (3) kontraksi yang

efisien mempunyai pengaruh penting pada kekuatan. Meskipun demikian,

Page 94: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

ukuran otot dan kekuatan dihubungkan sangat erat (Lukman O.T.,

2006:130).

Sebuah otot meningkat kekuatannya apabila ia berkontraksi secara

teratur melawan tahanan yang lebih besar. Jika kecepatan peningkatan

menjadi cepat, otot harus berkontraksi secara teratur melawan tahanan

yang berat, dan tahanan harus ditingkatkan begitu otot meningkat

kekuatannya. Ini diketahui sebagai program pembangunan kekuatan

dengan tahan yang progresif.

Untuk dapat melakukan gerak (movement) manusia dilengkapi dengan

sistem otot, tulang dan sendi. Otot sendiri terdiri dari otot polos, otot

jantung, dan otot rangka, masing-masing otot tersebut mempunyai stuktur

dan fungsi tersendiri. “ Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari

otot rangka, dan 10 persen lainya adalah otot polos dan otot jantung “

(Pate & Clenaghan, 1994:222 di dalam Guyton & Hall, 1996:91).

“Teori kontraksi otot kohesif dikemukakan oleh orang Inggris H. E.

Huxly tahun 1950-an” (Pate & Clenaghan, 1984:223). Teori bergerak

Huxly menganggap bahwa kontraksi otot adalah akibat interaksi antara sel

protein aktin dan miosin dalam myofibril. Interaksi itu terjadi sedemikian

rupa sehingga pada saat memanjang ke dua myofilamen bergerak yang satu

melewati yang lain, dengan demikian mengurangi panjang sarkomer.

Pemendekan secara bersamaan pada beberapa sarkomer yang berdekatan

mengakibatkan kontraksi keseluruh myofibril. Jika beberapa serabut otot

mengerut serempak, dihasilkan tenaga yang menyebabkan otot memendek

Page 95: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

secara menyeluruh. Agar aktin dan miosin berinteraksi hal ini

menyebabkan kontraksi otot, yang dibutuhkan ATP (Adenosin Trifosfat).

Selama otot bekerja, metabolisme sel bertambah cepat sehingga ATP

dihasilkan kembali dengan kecepatan yang sebanding dengan

penggunaanya.

Sedang menurut Guyton & Hall (1996:93) proses kontraksi otot

sebagai berikut:

1) Suatu potensial aksi berjalan disepanjang sebuah saraf motorik sampai

keujungnya pada serat otot.

2) Pada setiap ujung, saraf menyeleksi subtansi neuro transmiter, yaitu

asetilkolin, dalam jumlah sedikit.

3) Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot untuk

membuka banyak saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul-

molekul protein dalam membran serat otot.

4) Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion

natrium untuk mengalir kebagian dalam membran serat otot pada titik

terminal saraf. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi

dalam serat otot

5) Potensial aksi akan berjalan disepanjang membran serat otot, dalam

cara yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran

saraf.

6) Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot,

dan juga berjalan secara dalam di dalam serat otot, pada tempat

dimana potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma

melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah disimpan di dalam

retikulum, kedalam myofibril.

7) Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin

dan miosin, yang menyebakan bergerak bersama-sama, dan

menghasilkan proses kontraksi.

Page 96: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

8) Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium di pompa kembali ke

dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion ini disimpan sampai

potensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion kalsium dari

miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.

Otot rangka secara sadar dikendalikan oleh sistem pusat syaraf tubuh

(simpul otak dan simpul spinal). Hampir semua penampilan aktivitas

olahraga tergantung pada kemampuan olahragawan mengendalikan waktu

dan kontraksi otot dengan tepat. Dengan demikian koordinasi antara sistem

syaraf dan sistem otot merupakan satu hal yang penting bagi penampilan

olahraga.

Serabut otot dirangsang untuk berkontraksi oleh motorneuron yang

bekerja untuk mengirim rangsangan listrik dari otak ke masing-masing

serabut otot. Rangsangan dimulai dari daerah khusus otak yang disebut

selaput gerak. Motorneuron atas turun dari otak yang berhubungan dengan

motorneuron bawah dalam simpul spinal. Motorneuron bawah membelah

simpul spinal dalam saraf spinal dan berakhir dalam sejumlah saraf. Pada

akhirnya setiap saraf berhubungan dengan suatu serabut otot khusus.

Serabut otot dikendalikan oleh motoneuron yang membentuk suatu

unit gerak. Rangsangan untuk berkontraksi dikirim dari syaraf yang

berakhir pada serabut otot melalui suatu susunan yang disebut simpangan

mioneural. Bila rangsangan meluas kesimpangan mioneural, suatu simpul

saraf menyebabkan lepasnya zat kimia yang disebut acetilkholin dari ujung

syaraf. Acetilkholin adalah perantara (neurotransmiter) yang

memungkinkan perjalanan rangsangan listrik menyeberangi simpangan

Page 97: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

myoneural. Jika rangsangan listrik tiba, sarkolema serabut otot dibawa

keluar dari serabut oleh tubulus dan retikulum sarkoplasma. Hasil

kontraksi retikulum sarkoplasma meninggalkan ion kalsium ke dalam

sarkoplasma dalam merespon rangsangan listrik. Ion-ion kalsium

mempercepat kontraksi dengan memungkinkan terjadinya interaksi sel-sel

aktin dan miosin dengan mempermudah pemisahan ATP. Jadi, zat kimia

yang dihasilkan pada kontraksi otot dimulai dengan impuls syaraf dari otak

dan simpul spinal.

c. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dalam Kecepatan Menggiring Bola.

Sepakbola modern masa kini yang makin cepat, makin keras dan

memeras otak. Semakin cepat dalam bergerak baik menguasai bola atau

tidak, kemampuan fisik yang prima sangat dibutuhkan oleh seorang

pemain. Pemain yang memiliki kemampuan fisik yang baik dapat

menerapkan keterampilannya yang baik pula.

Menurut Sugiyanto (1998:254) kemampuan fisik adalah kemampuan

sistem organ-organ tubuh di dalam melakukan aktivitas fisik. Kemampuan

fisik sangat penting untuk mendukung aktivitas psikomotor. Gerakan yang

terampil bisa dilakukan apabila kemampuan fisiknya memadai.

Keterampilan bergerak bisa berkembang bila kemampuan fisik

mendukung bisa pelaksanaan gerak. Secara garis besar kemampuan fisik

bisa dibedakan menjadi 4 macam kemampuan yaitu: a) ketahanan

(endurance), b) Kekuatan (strength), c) Fleksibilitas (flexibility), d)

Kelincahan (agility).

Salah satu dari beberapa kemampuan fisik yang mendukung dalam

performa penampilan pemain adalah kekuatan otot. Menurut Sugiyanto

(1998:259) kekuatan otot adalah unsur kemampuan fisik yang menjadikan

Page 98: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

seseorang mampu menahan beban atau tahanan dengan menggunakan

kontraksi otot. Kekuatan otot ditentukan oleh besarnya penampang otot

serta kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan.

Peranan kekuatan otot dalam melakukan menggiring bola sangat besar

karena hampir semua keterampilan dalam permainan sepakbola

menggunakan kekuatan otot tungkai, seperti yang dikemukakan Miller

(2004:13) “sebagai seorang pemain sepakbola selain harus memiliki kaki

yang kuat, juga harus mengembangkan kecepatan dan stamina. Semua

pemain harus meningkatkan keterampilan lari mereka”. Selanjutnya Miller

memberikan contoh sebagian besar pemain profesional Kolumbia,

memiliki otot tungkai kaki yang kuat.

Salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian kecepatan

menggiring bola adalah faktor kondisi fisik kekuatan otot tungkai. Dengan

kata lain untuk mencapai kecepatan menggiring bola harus ada unsur

kondisi fisik terutama kekuatan otot tungkai yang digunakan untuk

mengangkat paha dan menolak pada saat lari menggiring bola.

Kekuatan otot tungkai seseorang berperan penting dalam

meningkatkan frekuensi langkah lari seseorang, karena frekuensi langkah

adalah perkalian antara kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot dalam

melangkah. Kekuatan otot tungkai ini digunakan saat lari menggiring bola.

Seorang pemain sepakbola harus memiliki kaki yang kuat, pergelangan

kaki yang kuat, lutut yang kuat dan tungkai yang kuat agar dapat memikul

badan yang berat.

Page 99: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dalam pencapaian kecepatan menggiring bola kekuatan otot tungkai

sangat berpengaruh. Karena otot merupakan faktor pendukung

kemampuan seseorang untuk melangkahkan kaki. Besar kecilnya otot

benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot. Para ahli fisiologi

berpendapat bahwa pembesaran otot itu disebabkan oleh bertambah

luasnya serabut otot akibat suatu latihan. Makin besar serabut- serabut otot

seseorang, makin kuat pula otot tersebut (M.Sajoto, 1988:111).

Kekuatan otot tungkai berperanan dalam kemampuan menggiring bola

sehingga sulit bagi lawan untuk merebutnya. Kecepatan menggiring bola

merupakan gerakan yang sangat komplek karena dalam menggiring bola

terdapat unsur - unsur :

1. Melindungi bola adalah cara untuk menjaga bola ketika dalam

tekanan.

2. Melindungi bola dengan menempatkan tubuhnya di antara bola dan

lawan.

3. Melakukan gerakan lanjutan dan mengumpan bola dengan sisi

kakinya kepada temannya (Gifford, 2007:20).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang

dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebagai kajian untuk hipotesis. Hasil

penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Dwi Cahyo Kartiko (2008). Yang berjudul : Beda pengaruh latihan

Page 100: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

plyometrics konvensional dan modifikasi terhadap daya ledak otot dan

kelincahan. Hasil kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah :

1. Latihan plyometrics konvensional dan modifikasi dapat meningkatkan daya

ledak otot dan kelincahan

2. Latihan plyometrics modifikasi lebih meningkatkan daya ledak otot dan

kecepatan dibanding latihan plyometrics konvensional

Dapat disimpulkan bahwa latihan dapat meningkatkan kelincahan dan

kecepatan serta daya ledak yang merupakan dampak peningkatan adaptasi

fungsional neuromuscular.

Penelitian yang relevan lainnya yaitu Lokananta Teguh HW (2007), yang

berjudul “ Pengaruh latihan pliometrik stride jump crossover dan single leg stride

jump terhadap daya ledak, kekuatan dan kelincahan otot tungkai pada anak laki-

laki usia 11-13 tahun” penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh

latuhan pliometrik stride jump crossover dan single leg stride jump terhadap daya

ledak, kekuatan dan kelincahan otot tungkai pada anak usia 11-13 tahun. Hasil

analisis menunjukkan bahwa latihan pliometrik stride jump crossover dapat lebih

meningkatkan kemampuan daya ledak daripada latihan pliometrik single leg jump,

latihan pliometrik single leg stride jump dapat lebih meningkatkan kemampuan

kekuatan otot tungkai daripada latihan pliometrik stride jump crossover dan antara

latihan pliometrik stride jump crossover dengan leg stride jump tidak mempunyai

perbedaan pengaruh terhadap peningkatan kelincahan.

Page 101: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

C. Kerangka Pemikiran

Dari hasil kajian teori tentang pengertian latihan, tujuan latihan, prinsip-

prinsip latihan, pengaruh latihan dan kekuatan terhadap peningkatan kecepatan

menggiring bola dalam permainan sepakbola, maka dapat disusun suatu kerangka

pemikiran sebagai berikut :

1. Perbedaan latihan plyometrics angle hop dan side hop terhadap peningkatan

kecepatan menggiring bola.

Plyometrics angle hop dalam pelaksanaannya loncatlah ke samping

kotak ke kotak berikutnya secara berurutan, dengan menekankan pada gerakan

cepat. Beberapa kemungkinan dapat berpengaruh sebagai akibat dari latihan

angle hop terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

a. Kelebihan

Pada latihan plyometrics angle hop memiliki beberapa kelebihan

yaitu :

a). gerakan yang bervariasi sehingga peserta penelitian merasa senang

untuk mengikuti.

b). gerakan dilakukan seperti menggiring bola sesungguhnya yang

mengandung fleksibilitas dan kekuatan.

c). gerakan angle hop membutuhkan kematangan fisik sehingga peserta

adalah yang sudah memiliki fisik yang baik.

d). gerakan rumit tapi mudah dilaksanakan oleh atlet.

Page 102: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

e). dapat mengembangkan power eksplosif dan kecepatan reaksi pada

abductor paha dan stabilizer ankle, dan meningkatkan keseimbangan

dan gerakan menyamping.

f). Banyaknya jumlah ulangan loncatan akan meningkatkan daya tahan

anaerobik otot tungkai.

g). Sangat cocok bagi atlet yang memiliki kekuatan tinggi.

b. Kekurangan

a). gerakan ini membutuhkan power sehingga tidak semua atlet boleh

mengikuti terutama anak-anak yang di bawah umur karena dalam

angle hop usia sangat diperhatikan.

b). gerakan yang salah akan berakibat terjadinya cedera karena alat

terbuat dari kayu di mana atlet bisa terpeleset.

c). Membutuhkan kesiapan yang lebih serius pada kemampuan otot-otot

yang terlibat.

d). Membutuhkan pengerahan tenaga yang banyak.

Adapun pelaksanaan side hop adalah dari posisi awal, loncatlah ke

samping melewati kerucut pertama, kemudian kerucut kedua. Tanpa ragu-

ragu, bergantilah meloncat ke belakang melewati kerucut kedua, kemudian

kerucut pertama.

a. Kelebihan

Pada latihan plyometrics side hop memiliki kelebihan antara lain :

a). gerakan side hop mudah dilakukan karena hanya melakukan loncatan

ke samping.

Page 103: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

b). gerakan ini menggunakan otot-otot abductor paha, stabilizer lutut dan

ankle, serta meningkatkan power samping yang explosif di seluruh

paha dan panggul.

c). Latihan ini sangat berguna untuk semua aktivitas yang menggunakan

gerakan ke samping.

d). Banyaknya jumlah ulangan loncatan akan meningkatkan daya tahan

anaerobik otot tungkai.

e). Dapat dilakukan dengan mudah oleh atlet yang memiliki kekuatan

rendah, karena hanya meloncat kesamping.

b. Kekurangan

a). Gerakan yang monoton sehingga atlet kurang minat untuk mengikuti

latihan.

b). gerakan menggunakan rintangan apabila atlet melakukan terlalu tinggi

dalam melompat akan berdampak resiko cedera pada saat kedua kaki

jatuh ke tanah.

c). Membutuhkan kesiapan yang lebih serius pada kemampuan kekuatan

dan daya tahan otot yang terlibat.

d). Membutuhkan pengerahan tenaga yang banyak.

Dari kedua kelebihan dan kekurangan antara latihan plyometrics Angle

Hop dan Side Hop, maka diduga ada perbedaan dari kedua latihan tersebut

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara pemain yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.

Page 104: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Kemampuan menggiring bola dalam permainan sepakbola sangat

dipengaruhi oleh kekuatan seorang pemain dengan tingkat penguasaan

keterampilan yang baik pula. Atlet yang memiliki kekuatan yang baik secara

otomatis akan sulit direbut bolanya pada saat menggiring bola karena lawan

akan kesulitan untuk mengejar bola dengan tingkat kekuatan yang tinggi dan

sebaliknya seorang atlet sepakbola yang kekuatan rendah akan mudah dikejar

oleh lawannya serta direbut bolanya. Sehingga penguasaan menggiring bola

dalam permainan sepakbola sangatlah penting dan harus didukung dengan

kekuatan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat kekuatan seseorang semakin

mudah untuk mencapai peningkatan kecepatan menggiring bola. Sebaliknya

tingkat kekuatan yang rendah akan menghambat saat melakukan gerak

menggiring bola pada permainan sepakbola, sehingga peningkatan kecepatan

menggiring bola menjadi kurang baik. Dalam hal ini untuk mencapai

peningkatan kecepatan yang baik tentunya seseorang yang memiliki kekuatan

yang tinggi berbeda dengan yang memiliki kekuatan yang rendah.

3. pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop dan side hop dengan

tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan

menggiring bola.

Dengan melihat karakteristik latihan plyometrics angle hop bahwa

gerakan loncat dengan variasi pendek dan jauh pada kotak maka dibutuhkan

kekuatan otot tungkai yang tinggi. Artinya latihan angle hop akan lebih baik

dalam meningkatkan kekuatan bagi atlet sepakbola yang memiliki kekuatan

tinggi. Dengan meningkatnya kekuatan juga akan peningkatan kecepatan

Page 105: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

menggiring bola. Dan sebaliknya, atlet yang memiliki kekuatan rendah tidak

akan meningkat dengan baik kekuatannya jika latihannya menggunakan

Angle Hop, dan peningkatan kecepatan menggiring bola juga akan berkurang.

Latihan Angle Hop memiliki karateristik yang hampir sama dengan

menggiring bola.

Penggunaan latihan Side Hop, dimana loncatannya yang monoton ke

kanan dan kiri yang tidak banyak variasi loncatan akan mudah dilakukan bagi

atlet yang memiliki kekuatan rendah, sehingga diduga akan terjadi

peningkatan kekuatan yang lebih baik. Jika kekuatannya meningkat, maka

juga akan terjadi peningkatan kecepatan menggiring bola. Sebaliknya, atlet

yang memiliki kekuatan yang tinggi dalam melakukan latihan Side Hop yang

kurang variasi gerakan dalam merangsang otot abductor paha dan stabilizer

ankle, dan meningkatkan keseimbangan dan gerakan menyamping sehingga

diduga hanya terjadi sedikit peningkatan kekuatan. Dengan tingkat

peningkatan kekuatan yang rendah, maka diduga akan terjadi peningkatan

kecepatan menggiring bola yang juga hanya sedikit.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada dugaan terdapat

pengaruh interaksi antara latihan plyometrics Angle Hop dan Side Hop dengan

tinggi rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan

menggiring bola

Page 106: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

D. Perumusan Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh latihan plyometrics angle hop dan side hop terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Ada perbedaan peningkatan kecepatan menggiring bola antara pemain yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah.

3. Ada pengaruh interaksi antara latihan plyometrics angle hop dan side hop

dengan tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan

kecepatan menggiring bola.

Page 107: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepakbola jalan Serayu Kota

Madiun.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan atau 9 minggu dan

frekwensi pertemuan 3 kali dalam seminggu dengan waktu 90 menit setiap

kali latihan. Penentuan waktu latihan dengan frekuensi tiga kali seminggu

sesuai dengan pendapat Brooks & Fahey (1984:405), bahwa dengan frekuensi

tiga kali per minggu akan terjadi peningkatan kualitas keterampilan. Dengan

alasan bahwa latihan tiga kali per minggu akan memberikan kesempatan bagi

tubuh untuk beradaptasi terhadap beban latihan yang diterima.

Latihan dilaksanakan pada sore hari sesuai dengan jadwal latihan yang

sudah ada yaitu Selasa, Jum’at dan Minggu, pada pukul 15.30 s.d. 17.00

WIB. Jumlah total latihan selama 27 kali pertemuan, yang dimulai bulan

September s.d. Nopember 2010

B. Metode dan Rancangan Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan desain faktorial 2 X 2. Desain faktorial adalah suatu pola yang

Page 108: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

menyediakan kemungkinan bagi penyelidik untuk sekaligus menyelidiki

pengaruh dua jenis variabel eksperimen atau lebih.

Menurut Sudjana (2002:148) eksperimen faktorial adalah eksperimen

yang menyangkut sejumlah faktor dengan banyak taraf. Demikian dalam

penelitian ini desain eksperimennya dengan dua faktor yang masing-masing

terdiri atas dua taraf. Sebuah faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan

semua taraf tiap faktor yang ada dalam eksperimen.

Dalam desain faktorial dua atau lebih variabel dimanipulasi secara

simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat,

disamping pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antar variabel

(Furchan, 1982:362).

Isaac dan Michael (1984:77) menjelaskan bahwa: “desain faktorial 2 x 2

untuk meneliti pengaruh dari dua perlakuan, di mana masing-masing

perlakuan atau variabel terdiri dari dua level ”. Menurut Sutrisno Hadi

(2000:462) mengatakan bahwa: ”desain faktorial adalah suatu pola yang

menyediakan kemungkinan bagi penyelidik untuk sekaligus menyelidiki

pengaruh dari dua jenis variabel eksperimen atau lebih ”.

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dua faktor dan dua level.

Faktor pertama merupakan variabel manipulatif, yaitu latihan plyometrics.

Latihan plyometrics terdiri dari latihan plyometrics angle hop dan side hop,

sedangkan variabel atributif terdiri dari kekuatan tinggi dan rendah. Sebuah

faktor dikombinasikan atau disilangkan dengan semua level yang ada dalam

Page 109: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

eksperimen. Dan secara skematis rancangan penelitian ini dapat digambarkan

pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2

Kekuatan Otot Tungkai

(B)

Variabel Atributif

Variabel Manipulatif

Tinggi

(b1)

Rendah

(b2)

Angle Hop

(a1) a1b1 a1b2

Latihan

Plyometrics

(A)

Side Hop

(a2) a2b1 a2b2

Peningkatan Kecepatan Menggiring bola

Keterangan :

A = Latihan Plyometrics

a1 = latihan Angle Hop

a2 = Latihan Side Hop

B = Kekuatan Otot Tungkai

b1 = Kekuatan Otot Tungkai Tinggi

b2 = Kekuatan Otot Tungkai Rendah

a1b1 = Metode latihan angle hop dengan kekuatan otot tungkai tinggi

a2b1 = Metode latihan side hop dengan kekuatan otot tungkai tinggi

a1b2 = Metode latihan Angle hop dengan kekuatan otot tungkai rendah

a2b2 = Metode latihan side hop dengan kekuatan otot tungkai rendah

Page 110: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel independen dan 1

variabel dependen, dengan rincian variabel sebagai berikut :

1. Variabel Independen terdiri dari :

a. Variabel manipulatif, terdapat dua perlakuan yaitu :

1) Pemberian latihan plyometrics angle hop.

2) Pemberian latihan plyometrics side hop.

b. Variabel atributif, merupakan variabel yang melekat pada sampel dan

menjadi sifat dari sampel tersebut adalah kekuatan otot tungkai yang

dibedakan tinggi dan rendah.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecepatan menggiring

bola dalam sepakbola.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dari masing-masing variabel penelitian perlu

dijelaskan agar supaya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda.

1. Latihan Plyometrics Angle Hop

Latihan angle hop adalah loncatlah ke samping kotak ke kotak

berikutnya secara berurutan, dengan menekankan pada gerakan cepat.

Dilakukan 4-8 set, jumlah ulangan 8-12 kali, dan waktu istirahat kira-kira 1-2

menit di antara set.

Page 111: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

2. Latihan Plyometrics Side Hop

Latihan side hop adalah loncatlah ke samping melewati kerucut pertama,

kemudian kerucut kedua. Tanpa ragu-ragu, bergantilah meloncat ke belakang

melewati kerucut kedua, kemudian kerucut pertama.

Dilakukan 5-8 set, jumlah 6-12 kali, dan waktu istirahat antara 1-2 menit di

antara set.

3. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan

terhadap sesuatu tahanan.

a. Kekuatan Otot Tungkai Tinggi

Kemampuan seseorang dalam melaksanakan tarikan dengan meluruskan

tungkai memperoleh skor kekuatan tinggi yang tertera pada alat leg

dinamometer yang dicatat pada 0,5 kg terdekat (KONI, 1999).

b. Kekuatan Otot Tungkai Rendah

Kemampuan seseorang dalam melaksanakan tarikan dengan meluruskan

tungkai memperoleh skor kekuatan rendah yang tertera pada alat leg

dinamometer yang dicatat pada 0,5 kg terdekat (KONI, 1999).

4. Menggiring Bola

Peningkatan kecepatan dalam penelitian ini adalah hasil yang mampu

diraih siswa saat melakukan menggiring bola dengan zig-zag melewati lima

rintangan. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan dua kali menggiring bola

kemudian diambil waktu yang terbaik

Page 112: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah individu yang ditetapkan sebagai objek penelitian yang

dikenai generalisasi. Dalam penelitian ini populasinya adalah anak laki-laki

usia 15-17 tahun pada siswa sekolah sepakbola pratama, kota Madiun . Dari

hasil observasi diketahui bahwa jumlah siswa sekolah sepakbola Pratama Kota

Madiun yang berusia antara 15-17 tahun berjumlah 45 orang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa sekolah

sepakbola Pratama kota Madiun sebesar 40 siswa. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive random

sampling, dikatakan purposive sebab populasi dalam penelitian ditentukan untuk

mewakili populasi dan ikut dalam penelitian ini. Dikatakan random karena sampel

dipilih secara acak (undian). Dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel

harus memenuhi ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian.

Ketentuan-ketentuan tersebut adalah :

1) Jenis kelamin laki-laki.

2) Berminat untuk mengikuti latihan.

3) Sehat jasmani dan rohani.

4) Bersedia menjadi sampel penelitian.

Seluruh populasi dites kemampuan geraknya, hasil tes tersebut

dirangking dari 1 - 45 Setelah dirangking siswa dibagi dalam dua kelompok,

masing-masing kelompok 20 siswa yang memiliki hasil tes di atas rata-rata

Page 113: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

diklasifikasikan siswa yang memiliki kemampuan gerak tinggi dan 20 siswa yang

memiliki hasil tes di bawah rata-rata diklasifikasikan siswa yang memiliki

kemampuan gerak rendah. Kemampuan gerak tinggi dibagi lagi dua kelompok

dan kemampuan gerak rendah dua kelompok, sehingga keseluruhan ada empat

kelompok, masing-masing kelompok 10 siswa. Jadi, 10 siswa yang memiliki

kemampuan gerak tinggi ikut latihan plyometrics angle hop, 10 siswa yang

memiliki kemampuan gerak tinggi ikut latihan plyometrics side hop dan 10 siswa

yang memiliki kemampuan gerak rendah ikut latihan plyometrics angle hop, 10

siswa yang memiliki kemampuan gerak rendah ikut latihan plyometrics side hop.

Pengelompokan 10 siswa ini dilakukan secara acak. Pengelompokan masing-

masing taraf secara lengkap terdapat pada gambar di bawah ini :

Tabel 2. Pengelompokan Sampel Eksperimen

Kekuatan Otot Tungkai (B)

Variabel Atributif

Variabel Manipulatif Tinggi

(b1) Rendah

(b2)

Angle Hop (a1)

a1b1 (10 Atlet)

A1b2 (10 Atlet)

Latihan Plyometrics

(A)

Side Hop (a2)

a2b1 (10 Atlet)

a2b2 (10 Atlet)

F. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya

Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara tes dan pengukuran.

1. Data Kekuatan Otot Tungkai

Teknik pengumpulan data untuk kekuatan dilakukan dengan pengukuran

kekuatan otot tungkai pada pertemuan pertama. Data kekuatan otot tungkai

Page 114: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

untuk menentukan kelompok-kelompok dalam penelitian eksperimen yang

diperoleh dengan tes leg dinamometer. Kekuatan otot tungkai diukur pada

awal pertemuan dengan kesempatan melakukan sebanyak dua kali. Hasil

yang terbaik dipakai sebagai data sampel. Adapun petunjuk pelaksanaan

terlampir pada halaman 192.

2. Data Menggiring Bola

Siswa melakukan menggiring bola dengan zig-zag melewati lima

rintangan dalam waktu sesingkat mungkin (Verducci, 1980:334). Data yang

diambil adalah data tes awal, dan tes akhir pertemuan atau sebelum dan

sesudah perlakuan, dengan kesempatan melakukan sebanyak dua kali. Hasil

yang terbaik dipakai sebagai data sampel. Tes ini bertujuan untuk mengetahui

kecepatan menggiring bola dalam permainan sepakbola dengan melewati lima

rintangan. Petunjuk pelaksanaan tes terlampir pada halaman 194.

3. Mencari Reliabilitas Tes

Tes yang dipergunakan untuk mengumpulkan data kekuatan dengan tes leg

dinamometer yang perlu diuji reliabilitasnya sesuai dengan karakteristik dari

populasi penelitian. “ Penghitungan koefisien reliabilitas intraklas dicari

dengan ANAVA” (Baumgartner & Jackson, 1998:84). Rumus reliabilitasnya

adalah :

P

WP

MSMSMS

R-

=

R = Reliabilitas

MSP = Mean Square antar subyek

MSW = Mean Square di dalam subyek

Page 115: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Tabel 3. Koefisien Korelasi Reliabilitas ( Stand et all. 1993 dalam Mulyono B, 2007:38)

KOEFISIEN RELIABILITAS

95 - 99 Excellent

90 - 94 Very good

80 - 89 Acceptable

70 - 79 Poor

60 - 69 Questionable

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan untuk

menguji hipotesis mengenai perbedaaan pengaruh (main effect) dan

interaksi (interaction) adalah dengan menggunakan teknik Analisis

Variansi (ANAVA) Dua Jalan atau Analisis of Varians (ANOVA) Two

Way (Isaac & Mitchael, 1984:182). Sebelum sampai pada pemanfaatan

ANAVA Dua Jalan, perlu dilakukan uji persyaratan, meliputi :

a. Uji Normalitas.

Pengujian ini dilakukan terhadap setiap sel untuk mengetahui

apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi

normal atau tidak. Teknik yang digunakan adalah statistik Anderson-

Page 116: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Darling ( pendekatan grafik ) yang dilakukan dengan menggunakan

bantuan software MINITAB (Siswandari, 2009:202).

b. Uji Homogenitas Variansi

Tujuan pengujian ini adalah untuk menaksir selisih rata-rata dan

menguji kesamaan atau perbedaan dua rata-rata. Perlu ditekankan

adanya asumsi bahwa kedua kelompok mempunyai variansi yang

sama agar kegiatan menaksir dan menguji dapat berlangsung. Untuk

menghitung uji homogenitas digunakan rumus uji Bartlett pada taraf

signifikansi α = 0.05. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika

X2h < X2

t pada taraf signifikansi α = 0.05 yang berarti penyebaran data

dalam penelitian bersifat homogen. Teknik ini dilakukan dengan

menggunakan analisis statistik yang dilakukan dengan manual dan

agar lebih yakin tentang kebenaranya dari hasil yang diperoleh

dilanjutkan dengan uji statistik. Untuk pengecekan dan pemahaman

dilanjutkan penghitungan manual dengan memakai rumus:

( )1

222

1 -

-= å å

n

xxS (Sudjana, 2002:261-265).

Apabila x2 hitung < x2

tabel, maka H0 diterima, artinya varians sampel

bersifat homogen. Sebaliknya apabila x2 hitung > x2

tabel, maka H0

ditolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas variansi, maka

pemanfaatan ANAVA dalam analisis data sudah bisa dilakukan. Data hasil

tes terakhir menggiring bola dianalisis dengan statistika ANAVA Dua

Page 117: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Jalan dan pengujian hipotesis dengan perhitungan Uji F pada taraf

signifikan α = 0.05 yang sebelumnya telah dilakukan uji persyaratan yang

rumusnya sebagai berikut

å= totXY 22

N

XRy totå= 2

Ryseln

XXXXJ AB -

+++=

.

24

22

23

21

RyAn

XXAy AA -

+= å å

.21

RyBn

XXBy bB -

+= å å

.21

( )BAAB RJKRJKJDby +-=

ABJRyYEy --= 2

E

AA RJK

RJKF =

E

BB RJK

RJKF =

E

ABAB RJK

JKF = (Sudjana, 2002 : 114-115).

Page 118: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

a. Metode AB untuk Perhitungan Anava Dua Faktor

Tabel 4. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 x 2

Sumber

Variasi

dk

JK

RJK

Fo

Rata-rata

Perlakuan

1 Ry R

A a - 1 Ay A A/E

B b - 1 By B B/E

AB (a-1)(b-1) ABy AB AB/E

Kekeliruan Ab(n-1) Ey E

Keterangan :

A = Taraf faktorial A

B = Taraf faktorial B

N = Jumlah sampel

Penggunaan Anava harus memenuhi persyaratan : 1) observasi untuk

masing-masing kelompok independent, 2) setiap kelompok perlakuan

memiliki variansi yang sama (homogen), 3) populasi berdistribusi

normal. “ Namun demikian analisis variansi (Anava) tetap tegar (Robust)

dan akan tetap memberikan hasil yang akurat walaupun variansi tidak

homogen ”. (Welkowitz, Ewen dan Cohen, 1982:251).

b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava

Selanjutnya untuk membandingkan pasangan rata-rata perlakuan

digunakan uji Rentang Newman Keuls (Sudjana, 2002:36), untuk

mengetahui perlakuan manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap

kecepatan menggiring bola yang dicapai oleh atlet. Adapun langkah-

langkah untuk melakukan Uji Newman-Keuls adalah sebagai berikut :

Page 119: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dari yang

paling kecil sampai ke yang terbesar.

2. Dari daftar ANAVA, ambil harga KT (kekeliruan) disetai dk-nya.

3. Hitung kekeliruan baku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus

n

kekeliruanKTSy

)(=

4. Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan daftar Rentang Student.

Untuk uji Newman-Keuls, diambil ν =dk untuk KT (kekeliruan) dan

ρ = 2, 3, ..., k. Harga-harga yang didapat untuk ν dan ρ dari badan

daftar sebanyak (k – 1) buah, supaya dicatat.

5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik 4) itu masing-masing dengan

Sy. Dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang

signifikan terkecil (RST)

6. Bandingkan selisih rata-rata terbesar dan terkecil dengan RST untuk ρ

= k, selisih rata-rata terbesar dan terkecil kedua dengan RST untuk ρ

= (k-1), dan seterusnya. Demikian pula kita bandingkan selisih rata-

rata terbesar kedua dan dan terkecil dengan RST untuk ρ = (k-1),

selisih rata-rata terbesar kedua dan terkecil kedua dengan RST untuk

ρ = ( k - 2), dan seterusnya. Dengan jalan begini, semua akan ada

½k (k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang

didapat lebih besar daripada RSTnya masing-masing, maka

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti di antara rata-rata

perlakuan.

Page 120: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya berturut-turut akan

dibahas pada bab ini berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan

analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil tes dan

pengukuran dengan menggunakan instrument pengukuran yang sudah diukur

tingkat validitasnya, selanjutnya hasil pengukuran dari latihan Plyometrics,

kekuatan otot tungkai dan kecepatan menggiring bola. Pengambilan data

dilakukan pada tes awal dan tes akhir pada kecepatan menggiring bola. Penyajian

hasil penelitian berdasarkan hasil analisis statistik yang dilakukan dengan manual

dan agar lebih yakin tentang kebenarannya dari hasil yang diperoleh dilanjutkan

dengan uji statistik.

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data peningkatan kecepatan menggiring bola

dilakukan sesuai dengan sel/kelompok perlakuan, dalam penelitian diberikan

latihan Plyometrics dihubungkan dengan kekuatan otot tungkai, yang disajikan

pada tabel 5. Yang berisikan tentang deskripsi data hasil tes kecepatan menggiring

bola.

Page 121: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Tabel 5. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Menggiring Bola Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan Plyometrics dan Kekuatan Otot Tungkai.

Latihan Kekuatan

Otot Tungkai

Statistik Kecepatan Menggiring

Bola (Pre-test)

Kecepatan Menggiring

Bola(Post-test) Jumlah 127,01 98,77 Mean 12,701 9,877 Tinggi Std. Deviation 0,735 0,228 Jumlah 123,64 102,02 Mean 12,364 10,202

Angle Hop

Rendah Std. Deviation 0,385 0,162 Jumlah 131,48 114,06 Mean 13,148 11,406 Tinggi Std. Deviation 0,553 0,297 Jumlah 127,03 102 Mean 12,703 10,200

Side Hop

Rendah Std. Deviation 0,724 0,159

Gambar 9. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Menggiring Bola Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Latihan dan Kekuatan Otot Tungkai.

Keterangan:

Angle Hop = Kelompok pelatihan dengan latihan Angle Hop

Side Hop = Kelompok pelatihan dengan latihan Side Hop

Page 122: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Kkuat Tg = Kekuatan otot tungkai tinggi

Kkuat Rdh = Kekuatan otot tungkai rendah

= Hasil tes awal

= Hasil tes akhir

Agar lebih jelas dalam memahami table 5 diatas, gambaran menyeluruh

dari nilai rata-rata kecepatan menggiring bola awal latihan (pre-test) dan sesudah

latihan (Post-test) dari keempat kelompok, maka dapat dibuat histogram

perbandingan nilai-nilai yang ditunjukan pada gambar 9.

Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan kecepatan

menggiring bola yang berbeda. Nilai peningkatan kecepatan menggiring bola

masing-masing sel (kelompok perlakuan) adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Nilai Peningkatan Kecepatan Menggiring Bola Masing-Masing

Sel (Kelompok Perlakuan)

No Kelompok Perlakuan

(Sel)

Nilai Peningkatan

Kecepatan Menggiring Bola (Gain Score)

1 A1B1 (KP1) 2,824

2 A1B2 (KP2) 2,162

3 A2B1 (KP3) 1,742

4 A2B2 (KP4) 2,503

Gambaran nilai rata-rata peningkatan kecepatan menggiring bola yang

dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai

berikut:

Page 123: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Gambar 10. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan menggiring Bola pada Tiap Kelompok Perlakuan.

Keterangan :

KP1 = Kelompok atlet dengan latihan Angle Hop pada tingkat Kekuatan otot

tungkai tinggi

KP2 = Kelompok atlet dengan latihan Angle Hop pada tingkat Kekuatan otot

tungkai rendah

KP3 = Kelompok atlet dengan latihan Side Hop pada Kekuatan otot tungkai

tinggi

KP4 = Kelompok atlet dengan latihan Side Hop pada tingkat Kekuatan otot

tungkai rendah

Latihan Angle Hop dan latihan Side Hop memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap peningkatan Kecepatan menggiring bola. Jika antara kelompok

atlet yang mendapat latihan dengan latihan Angle Hop dan dengan latihan Side

Hop dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan latihan

dengan latihan Angle Hop memiliki peningkatan kecepatan menggiring bola yang

Page 124: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan perlakuan latihan dengan

latihan Side Hop.

Antara kelompok atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi dan

rendah juga memiliki peningkatan kecepatan menggiring bola yang berbeda. Jika

antara kelompok atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah

dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok atlet yang memiliki

Kekuatan otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan menggiring bola

yang lebih baik (Gain score = 2,824) dibandingkan kelompok atlet yang memiliki

Kekuatan otot tungkai rendah (Gain score = 2,503).

Tapi perlu diperhatikan dari hasil bacaan grafik diatas juga ditunjukkan

bahwa, tidak selamanya atlet yang mempunyai Kekuatan otot tungkai tinggi akan

mengalami peningkatan lebih baik jika dibandingkan dengan atlet yang

mempunyai Kekuatan otot tungkai rendah, sebagai hasil digambarkan dalam

grafik bahwa atlet yang mempunyai Kekuatan otot tungkai tinggi diberikan

perlakuan dengan latihan Side Hop (Gain score = 1,742) peningkatan

kecepatannya lebih rendah dibandingkan dengan atlet yang mempunyai Kekuatan

otot tungkai rendah dengan diberikan perlakuan latihan Side Hop (Gain score =

2,503).

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum data dianalisis dengan ANAVA, terlebih dahulu dilakukan

pengujian persyaratan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap

semua kelompok yang akan dibandingkan. Asumsi-asumsi bahwa populasi

Page 125: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

berdistribusi normal dan homogenitas varians telah melancarkan teori dan latihan,

sehingga banyak persoalan yang dapat diselesaikan dengan lebih mudah.

1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sebaran data dari setiap

variabel penelitian normal atau tidak. Adapun data penelitian yang diuji

normalitasnya adalah meliputi data keseluruhan latihan (latihan Angle Hop dan

Side Hop) yang dihubungkan dengan Kekuatan otot tungkai tinggi dan

Kekuatan otot tungkai rendah.

Selanjutnya menurut Siswandari (2009:134) seandainya dalam

melakukan uji persyaratan analisis maka peneliti dapat menggunakan uji

Anderson Darling (pendekatan grafis) untuk uji normalitas.

a. Uji normalitas data hasil tes pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics

Angle Hop dengan Kekuatan otot tungkai tinggi.

Gambar 11. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Angle Hop dengan

Kekuatan Otot Tungkai Tinggi

A ngle Hop / KT

Pe

rce

nt

10.5010.2510.009.759.50

99

95

90

80

70

605040

30

20

10

5

1

M ean

0.389

9.877S tDev 0.2277N 10A D 0.353P -Valu e

Plyometr ics Angle Hop dengan Kekuatan otot tungkai tinggiNorma l

Page 126: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,389 > 0,05

maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.

b. Uji normalitas data tes pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics

Angle Hop dengan kekuatan otot tungkai rendah.

Gambar 12. Uji normalitas Latihan Plyometrics Angle Hop dengan

Kekuatan Otot Tungkai Rendah Berdasarkan gambar diatas karena p-value > 0.05 atau 0,187 > 0,05 maka

Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.

c. Uji normalitas data hasil tes pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics

Side Hop dengan kekuatan otot tungkai tinggi

Gambar 13. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Side Hop dengan

Kekuatan Otot Tungkai Tinggi

A n g le H o p / KR

Pe

rcen

t

1 0 .61 0 .51 0 .41 0 .31 0 .21 0 .11 0 .09 .99 .8

99

95

90

80

70

60504030

20

10

5

1

M ean

0.187

10.20S tD ev 0 .1621N 10A D 0.473P - V a lu e

P l y o m e tr ic s A n g l e H o p d e n g a n K e k u a ta n o to t tu n g k a i r e n d a hNo r m a l

S id e H o p / K T

Pe

rce

nt

1 2 .21 2 .01 1 .81 1 .61 1 .41 1 .21 1 .01 0 .81 0 .6

99

95

90

80

70

605040

30

20

10

5

1

M e a n

0 .362

11.41S tD ev 0 .2975N 10A D 0 .365P - V a lu e

P ly o m e tr i c s S i d e H o p d e n g a n K e k u a ta n o to t tu n g k a i t i n g g iN o r m a l

Page 127: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,362 > 0,05,

maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.

d. Uji normalitas data hasil tes pada kelompok perlakuan latihan Plyometrics

Side Hop dengan power otot tungkai rendah

Gambar 14. Uji Normalitas Latihan Plyometrics Side Hop dengan Kekuatan

Otot Tungkai Rendah

Berdasarkan gambar diatas karena nilai p-value > 0.05 atau 0,219 > 0,05

maka Ho diterima dan ini berarti bahwa residu berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara

kelompok A dengan kelompok B. Uji homogenitas pada penelitian ini

dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok A

dan kelompok B adalah sebagai berikut:

S id e Ho p / KR

Pe

rce

nt

1 0 .610 .51 0 .41 0 .310 .21 0 .110 .09 .99 .8

99

95

90

80

70

605040

30

20

10

5

1

M ean

0.219

10.2S tD ev 0.1594N 10A D 0.448P - V a lu e

P ly o m e tr ic s S ide H o p de ng a n k e k ua ta n o to t tung k a i r e nd a hNorm a l

Page 128: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

∑ Kelompok Ni SD2gab χ2

o χ2tabel 5% Kesimpulan

4 10 0,212 1,234 7.81 Varians homogen

Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 1,234. Sedangkan dengan

K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2

o =

1,234 lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

antar kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.

( Penghitungan uji homoginitas varians lampiran 23: Hal 217).

C. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian,

maka syarat untuk analisis varians (ANAVA) telah terpenuhi. Agar uji hipotesis

dapat dilaksanakan dengan baik maka terlebih dahulu harus ditentukan bagaimana

penerimaan dan penolakan hipotesis. Perhitungan lengkap ANAVA desain

Faktorial blok 2 x 2, digunakan untuk melihat perbedaan pengaruh antara latihan

Plyometrics Angle Hop dan Side Hop, juga untuk melihat interaksi antara latihan

dengan kekuatan otot tungkai. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan

berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi analisis varians. Uji rentang

Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava.

Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa

hipotesis yang harus diuji.

Page 129: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:

Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor (Kecepatan Menggiring

Bola)

Selanjutnya Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis

Varians dapat dilihat pada tabel berikut:

A1B2 A2B1 A2B2 A1B1 KP

Rerata 10,202 11.406 10.200 9.877 RST

A1B2 10.202 - 1.204 0.002 0.325 * 0.2002

A2B1 11.406 1.206 1.529 * 0.2411

A2B2 10.200 0.323 * 0.2661 A1B1 9.877

Keterangan : Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis

sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh antara latihan Angle Hop dan Side Hop terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola.

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh

antara latihan Angle Hop dan Side Hop terhadap peningkatan kecepatan

Sumber Varians

dk JK RJK Fo

Ft

Rata-rata

Perlakuan 1 4344,0981 4344,098

A 1 1,9404 1,940 40,4155 * 4,11

B 1 5,8293 5,829 121,4154 * 4,11

AB 1 5,8599 5,860 122,0523 * 4,11

Kekeliruan 36 1,7284 0,048

Total 40 4359,4561

Page 130: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

menggiring bola, digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil

perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 40,4155. Hasil

perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang =

1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena

F observasi > F tabel atau 40,4155 > 4,11, sehingga dapat dikatakan ada perbedaan

pengaruh antara latihan Angle Hop dan Side Hop terhadap peningkatan

kecepatan menggiring bola.

2. Perbedaan pengaruh kecepatan menggiring bola antara atlet yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dengan rendah.

Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan pengaruh

kecepatan menggiring bola antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai

tinggi dengan rendah digunakan analisis variansi Two Way. Berdasarkan hasil

perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 121,4154. Hasil

perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk pembilang =

1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel = 4,11, karena

F observasi > F tabel atau 121,4154 > 4,11, sehingga dapat dikatakan ada perbedaan

pengaruh kecepatan menggiring bola antara atlet yang memiliki kekuatan otot

tungkai tinggi dengan rendah.

3. Pengaruh Interaksi Antara latihan Plyometrics dan kekuatan otot tungkai

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

Untuk menguji Hipotesis yang menyatakan ada pengaruh interaksi

Antara latihan Plyometrics dan Kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan

Page 131: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

kecepatan menggiring bola, digunakan analisis variansi two Way. Berdasarkan

hasil perhitungan analisis variansi dua jalan, diperoleh Fobservasi = 122,0523,

Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel F dengan Dk

pembilang = 1 dan Dkpenyebut = 36, dan taraf signifikansi 0,05 diperoleh F tabel =

4,11, karena F observasi > F tabel atau 122,0523 > 4,11, sehingga dapat dikatakan

ada pengaruh interaksi Antara latihan Plyometrics dan Kekuatan otot tungkai

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

Rangkuman Pengujian Hipotesis

Dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel maka dapat diketahui

keputusan ditolak atau diterimanya hipotesis nihil. Untuk itu secara

keseluruhan dapat dilihat rangkuman dari hasil uji statistik secara uji F seperti

yang tampak dalam tabel berikut ini.

Tabel 9. Tabel Kesimpulan Hasil Penelitian

No. Hipotesis Nihil Fhitung Ftabel Kesimpulan

pada a=0,05

1.

2.

Tidak ada perbedaan

pengaruh antara latihan

Angle Hop dan Side Hop

terhadap peningkatan

kecepatan menggiring bola.

Tidak ada perbedaan

pengaruh kecepatan

menggiring bola antara atlet

yang memiliki Kekuatan otot

tungkai tinggi dengan rendah

40,4155

121,4154

4,11

4,11

Ditolak

Ditolak

Page 132: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

3.

Tidak ada pengaruh interaksi

Antara latihan Plyometrics

dan Kekuatan otot tungkai

terhadap peningkatan

kecepatan menggiring bola

122,0523

4,11

Ditolak

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dapat diketahui adanya

pengaruh interaksi antara latihan Plyometrics dan Kekuatan otot tungkai terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola, selanjutnya dilakukan analisis lanjut

untuk mengetahui sejauhmana perbedaan interaksi masing-masing kelompok

perlakuan.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perbedaan pengaruh antara latihan Plyometrics Angle Hop dan Side Hop

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

Latihan plyometrics adalah latihan dengan menggunakan gaya berat

untuk meningkatkan energy yang tersimpan di otot selama kontraksi eksentrik

dari suatu kegiatan dan beberapa energi yang segera. Latihan plyometrics

yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan terus menerus dapat

mengakibatkan perubahan-perubahan dalam tubuh, antara lain : adalah

perubahan biokimia dan system otot rangka, perubahan kardi respirasi dan

perubahan mekanisme organisasi system syaraf yang mengarah pada

peningkatan dalam melakukan kerja, khususnya dalam kaitan dengan

aktivitas kekuatan otot tungkai

Page 133: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ada perbedaan pengaruh

yang nyata antara kelompok atlet yang dilatih dengan latihan Angle Hop dan

kelompok atlet yang mendapatkan latihan Side Hop terhadap peningkatan

kecepatan menggiring bola. Pada kelompok atlet yang mendapat pelatihan

dengan latihan Angle Hop mempunyai peningkatan kecepatan menggiring

bola yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok atlet yang mendapat

pelatihan dengan latihan Side Hop.

Latihan Angle Hop lebih baik dilakukan pada kotak yang memiliki

banyak sudut atau peralatan serupa, yang harus dipasang dengan aman di

tanah sehingga tidak bergerak atau lepas pada saat melakukan hopping.

Latihan ini mengembangkan power eksplosif dan kecepatan reaksi pada

abductor paha dan stabilizer ankle, dan meningkatkan keseimbangan dan

gerakan menyamping. Dengan latihan yang terus menerus diharapkan akan

dapat merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan untuk mencapai hasil

kecepatan menggiring bola yang maksimal.

Selain latihan Angle Hop dalam penelitian ini juga diterapkan latihan

Side Hop. Latihan Side Hop adalah latihan ini menggunakan 2 buah kerucut

dengan tinggi 18-26 inci. Secara khusus gerakan ini menggunakan otot-otot

abductor paha, stabilizer lutut dan ankle, serta meningkatkan power samping

yang eksplosif di seluruh paha dan panggul. Latihan ini sangat berguna untuk

semua aktivitas yang menggunakan gerakan ke samping

Latihan Side Hop juga memberi pengaruh yang baik terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola terutama pada atlet yang memiliki

Page 134: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

kekuatan otot tungkai rendah dibanding atlet yang memiliki kekuatan otot

tungkai tinggi, karena pada saat melakukan tolakan beban kaki tumpu lebih

ringan dibandingkan dengan latihan Angle Hop.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan latihan Angle

Hop meningkatkan kecepatan menggiring bola akan lebih dapat ditingkatkan

dibandingkan dengan latihan dengan latihan Side Hop, hal ini dapat dilihat

dari rerata yang menunjukkan bahwa dengan latihan Angle Hop (10,0395)

lebih baik dibandingkan dengan Side Hop (10,803).

2. Perbedaan pengaruh kecepatan menggiring bola antara atlet yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dengan rendah

Latihan sangat penting dalam peningkatan kecepatan menggiring bola,

selain itu juga sangatlah penting adanya kemampuan dasar beberapa anggota

badan untuk menghasilkan tingkat gerak yang tinggi. Dalam penelitian ini

peneliti memfokuskan kemampuan atlet pada kekuatan otot tungkai.

Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna

meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan merupakan daya

penggerak setiap aktivitas fisik, kekuatan memegang peranan penting dalam

melindungi atlet dari kemungkinan cedera dan dengan kekuatan atlet akan

lebih cepat dalam melakukan aktivitas gerakan serta membantu memperkuat

stabilitas sendi-sendi. Jika unsur-unsur seperti tersebut diatas dimiliki

seseorang, maka ia akan memiliki prestasi dalam bermain sepakbola.

Berdasarkan uraian di atas bahwa kekuatan otot tungkai sangatlah

penting dalam meningkatkan kecepatan menggiring bola dalam permainan

Page 135: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

sepakbola yakni pada saat melakukan gerakan-gerakan yang sulit terhadap

penjagaan lawan dan harus berbenturan dengan tubuh lawan.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa atlet yang memiliki

kekuatan otot tungkai tinggi akan mendapatkan hasil kecepatan menggiring

bola yang lebih baik dibandingkan dengan atlet yang memiliki kekuatan otot

tungkai yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari rerata yang menunjukkan

bahwa kekuatan otot tungkai yang tinggi (10,642) lebih baik dibandingkan

dengan kekuatan otot tungkai rendah (10,201).

3. Pengaruh interaksi antara latihan dan kekuatan otot tungkai terhadap

peningkatan kecepatan menggiring bola.

Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa

faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan

interaksi yang nyata antara faktor model latihan (A) dan faktor kekuatan otot

tungkai (B). Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah

tabel berikut ini:

Tabel 10. Interaksi Antar Varibel A dan B Terhadap Peningkatan Kecepatan

Menggiring Bola

Faktor A = Latihan Plyometrics

Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2

B1 2,824 1,742 2,283 1,082

B2 2,162 2,503 2,333 -0,341

Rerata 2,493 2,123 2,308 0,37

B = Kekuatan

Otot Tungkai

B1 – B2 0,662 -0,761 -0,05

Page 136: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 15. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan

Kecepatan Menggiring Bola

Keterangan :

: A1 = Latihan Angle Hop

: A2 = Latihan Side Hop

: B1 = Kekuatan otot tungkai tinggi

: B2 = Kekuatan otot tungkai rendah

LATIHAN PLYOMETRICS K

EK

UA

TA

N O

TO

T T

UN

GK

AI

Page 137: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan memiliki suatu

titik pertemuan atau persilangan. Antara latihan Plyometrics dan kekuatan otot

tungkai memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan

diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa latihan Plyometrics dan

kekuatan otot tungkai berpengaruh terhadap peningkatan nilai akhir kecepatan

menggiring bola.

Nilai akhir kecepatan menggiring bola pada masing-masing sel dapat

dibandingkan sebagai berikut :

a. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi mendapatkan latihan Angle

Hop, memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 2,824.

Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai tinggi mendapatkan latihan Side

Hop memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 1,742.

b. Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai rendah mendapatkan latihan Angle

Hop memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 2,162.

Atlet yang memiliki Kekuatan otot tungkai rendah mendapatkan latihan Side

Hop memiliki rata-rata nilai akhir kecepatan menggiring bola sebesar 2,503

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, Atlet yang memiliki Kekuatan

otot tungkai tinggi lebih cocok jika diberikan pelatihan dengan latihan Angle Hop.

Atlet dengan Kekuatan otot tungkai rendah lebih cocok jika diberikan pelatihan

dengan latihan Side Hop.

Page 138: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut di atas serta dengan

adanya keterbatasan yang ada maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan plyometrics Angle Hop

dan Side Hop terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola. Pengaruh

latihan Angle Hop mempunyai peningkatan kecepatan menggiring bola lebih

baik dari pada latihan Side Hop untuk peningkatan kecepatan menggiring bola.

2. Ada perbedaan hasil kecepatan menggiring bola yang signifikan antara atlet

yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan hasil

kecepatan menggiring bola pada atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai

tinggi lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

3. Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan plyometrics dan

kekuatan otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

a. Atlet dengan kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik diberikan latihan

plyometrics Angle Hop.

b. Latihan plyometrics Side Hop lebih cocok diterapkan pada atlet yang

memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

Page 139: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

B. Implikasi

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide

yang lebih luas jika dikaji tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar

kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya dalam upaya

prestasi sepakbola khususnya meningkatkan kecepatan menggiring bola. Latihan

plyometrics memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap kecepatan

menggiring bola. Tinggi dan rendahnya kekuatan otot tungkai memberikan

perbedaan yang signifikan pula terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap variabel penelitian memiliki implikasi baik

secara keseluruhan atau sendiri-sendiri terhadap peningkatan kecepatan

menggiring bola. Atas dasar itulah dapat dikemukakan implikasinya sebagai

berikut:

Latihan Plyometrics Angle Hop dan Side Hop dapat digunakan untuk

meningkatkan secara keseluruhan kecepatan menggiring bola pada pemain

sepakbola. Temuan tersebut sebaiknya bisa dijadikan patokan di dalam

pengambilan kebijakan dalam pengembangan prestasi olahraga khususnya

permainan sepakbola, oleh karena itu pelatih, guru, Pembina maupun pemain

sepakbola dapat menerapkan hasil temuan ini dalam melakukan latihan serta

pembuatan program latihan untuk meningkatkan kecepatan.

Metode latihan Plyometrics Angle Hop dan Side Hop yang disajikan

merupakan bentuk latihan yang sederhana dengan pembebanan yang berbeda

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kondisi fisik melalui proses

adaptasi fisiologi dan psikologi yang sistematis, dimana pembebanan dalam

Page 140: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

plyometrics mengaktifkan reflex spindle otot yang mengirimkan stimulus yang

sangat kuat melalui sumsum tulang belakang ke otot-otot, yang menyebabkan

otot-otot tersebut berkontraksi sangat kuat. Bentuk latihan yang bevariasi dalam

upaya untuk meningkatkan kualitas latihan, dan kekuatan otot tungkai merupakan

variabel-variabel yang mempengaruhi kecepatan menggiring bola.

Latihan plyometrics angle hop ternyata sangat efektif untuk pemain yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan dapat digunakan untuk meningkatkan

kecepatan menggiring bola. Berkenaan dengan penerapan metode latihan

plyometrics yang terbukti dapat meningkatkan kecepatan menggiring bola,

tentunya masih ada faktor pendukung lain yang juga memberikan pengaruh

terhadap peningkatan kecepatan menggiring bola yaitu kekuatan otot tungkai.

Hasilnya menunjukkan bahwa Ada perbedaan hasil kecepatan menggiring bola

yang signifikan antara atlet yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan

rendah. Peningkatan hasil kecepatan menggiring bola pada atlet yang memiliki

kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari atlet yang memiliki kekuatan otot

tungkai rendah.

Secara praktis temuan ini dapat dijadikan salah satu indikator dalam

penyusunan program latihan yang dibuat oleh para pelatih, guru, pembina dan

para praktisi olahraga dan juga untuk menemukan dosis yang tepat berdasarkan

karakteristik siswa, pemain atau atlet dalam melaksanakan latihan.

Page 141: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

C. Saran

Dalam upaya keikutsertaan meningkatkan kualitas dan prestasi atlet dari

cabang olahraga apapun, juga berdasarkan hasil penelitian ini yang tertulis dalam

kesimpulan dan implikasi secara menyeluruh, maka kepada Pembina atau pelatih

olahraga khususnya sepakbola, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Di dalam memilih model latihan khususnya latihan Plyometrics yang akan

dilakukan terhadap atletnya, pembina/pelatih harus mengetahui karakteristik

dari model latihan yang akan dipilihnya sekaligus harus mengetahui dan

memperhatikan karakteristik dan kondisi fisik dari atletnya.

2. Pelatih harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai efek mekanis

terhadap komponen dasar kinematika menggiring bola khususnya pada atlet

sepakbola.

3. Sehubungan dengan komponen dasar kinematika kekuatan otot tungkai, dari

hasil penelitian ini penerapan latihan Angle Hop pada atlet yang memiliki

kekuatan otot tungkai tinggi lebih efektif dibandingkan dengan penerapan

latihan Side Hop. Hal-hal yang perlu diperhatikan pembina/pelatih pada saat

melakukan latihan Angle Hop:

a. Sebelum latihan dilaksanakan, jelaskan gerakan latihan plyometrics

Angle Hop yang benar terlebih dahulu agar atlet melakukan latihan

dengan gerakan yang benar sehingga hasil latihan bisa tercapai dengan

maksimal.

Page 142: PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET … · Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan factorial 2 X 2. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Sepakbola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

b. Sebelum melakukan latihan inti, sebaiknya terlebih dahulu melakukan

pelatihan peregangan (Stretching) dan latihan pemanasan (Warning-

Up) dengan intensitas yang cukup

c. Lakukan latihan inti, dalam hal ini latihan plyometrics Angle Hop yang

sesuai dengan program latihan.

d. Lanjutkan dengan Aktivitas formal (Formal Activity), tahap ini adalah

bentuk latihan yang sesuai dengan cabang olahraga yang sedang

dilatihkan khususnya pemain sepakbola dengan atlet yang mempunyai

kekuatan otot tungkai tinggi.

e. Pada saat melakukan Angle Hop atlet harus lebih berhati-hati karena

alat terbuat dari kayu yang licin dan bisa menyebabkan atlet cedera

yang sebaiknya dilakukan menggunakan sepatu olahraga dan bukan

sepatu sepakbola.

f. Kemudian lakukan penenangan (cooling down ) yang dilanjutkan

dengan pengarahan dan koreksi dari latihan yang telah dilaksanakan.

g. Lanjutkan latihan sesuai dengan program latihan yang telah ditetapkan

dan terus dipantau sesuai dengan interval waktu yang telah

direncanakan.

4. Peneliti sangat menganjurkan sekali kepada ilmuan olahraga lainnya agar

penelitian ini dilanjutkan dengan melibatkan komponen dasar kinematika

gerakan pada menggiring bola dan melibatkan lebih banyak sampel dan

kelompok usia yang berbeda.