14
Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku Sosial Tertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun DI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SIDOARJO Twuwenty Putri Herera Pendidikan Luar Sekolah FIP Universitas Negeri Surabaya (e-mail : twupura3792.com) Drs. Heru Siswanto, M.Si Pendidikan Luar Sekolah FIP Universitas Negeri Surabaya Abstrak Berdasarkan hasil observasi di Dinas Kabupaten Sidoarjo menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan pada tahun 2014 didominasi dengan jenis pelakunya yaitu siswa SMA yang usianya sekitar 16-17 tahun. Melihat keadaan ini, Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo menyelenggarakan pelatihan bagi siswa SMA. Platihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas merupakan pelatihan bagi siswa SMA untuk melatih dan menumbuhkan perilaku tertib berlalu lintas khusunya bagi remaja usia 16-17 tahun. Peneliti menuangkan masalah tersebut dalam sebuah penelitian skripsi dengan fokus masalah sebagai berikut: (1) bagaimana pelaksanaan program pelatihan; (2) Bagaimana perilaku sosial remaja setelah mengikuti pelatihan; (3) Apakah faktor penghambat dalam proses perubahan sosial pada perilaku remaja setelah mengikuti pelatihan; (4) Apakah faktor pendukung dalam proses perubahan sosial pada perilaku remaja setelah mengikuti pelatihan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif Ex Post Facto dengan melakukan pengambilan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian dilanjutkan dengan menganilisis data dengan reduksi data, display data, verifikasi dan simpulan. Yang terakhir menguji keabsahan data melalui uji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas. Hasil penelitian pada penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas berjalan dengan efektif dan efisien, hal ini karena pada penyelenggaraan memperhatikan aspek pelaksanaan pelatihan antara lain sebagai berikut: (1) rekrutmen peserta pelatihan; (2) merumuskan tujuan dan bahan pelatihan; (3) metode pembelajaran; (4) alokasi waktu; (5) dana belajar; (6) tempat dan sarana pendukung pelatihan; (7) alat dan media pembelajaran; (8) sumber/narasumber; (9) iklim sosial dan suasana pembelajaran; (10) mengevaluasi program pelatihan. Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas sebagai stimulus bagi remaja atau pelajar SMA/K di Kabupaten Sidoarjo menghasilkan respon berupa perubahan sosial pada perilaku tertib berlalu lintas remaja di Kabupaten Sidoarjo. Aspek perubahan perilaku sosial tertib berlalu lintas antara lain: (1) mampu berperilaku sosial tertib berlalu lintas di jalan raya dengan baik; (2) mampu memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan ranmor (kendaraan bermotor); (3) mampu mentaati rambu-rambu lalu lintas sebagai fasilitas lalu lintas di jalan raya; dan (4) mampu memenuhi kelengkapan mengemudikan ranmor (kendaraan bermotor). Faktor penghambat pada pelatihan ini ialah sikap masyarakat yang tradisional, adat dan kebiasaan. Sedangkan, faktor pendukung pelatihan ini yaitu sistem pendidikan formal yang maju dan orientasi ke masa depan. Kata kunci : Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas, Perilaku Sosial Tertib Berlalu Lintas Abstract Based on observations in Sidoarjo Department Office, shows that the accident rate in 2014 was dominated by the high school students who are around 16 to17 year old. Seeing this situation, Transportation Department of Sidoarjo held a training for high school students. Bina Taruna Cinta Lalu Lintas Training is a training for high school students to train and foster good and correct traffic behavior especially for adolescents by the age of 16 to 17 year old. The researcher carries that problem in a thesis research with the focus problems as follows: (1) How the realization of the training program; (2) How the social behavior of adolescents after following training program; (3) What the obstacle factors in the process of social change in adolescent behavior after following training program; (4) What are the supporting factors in the process of social change in adolescent behavior after following training program. This study used a descriptive approach of Ex Post Facto with collecting the data, were through interviews, observation and documentation. Then the process was deals with analyzing the data 1

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku Sosial Tertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 TahunDI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SIDOARJO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : TWUWENTY PUTRI HERERA

Citation preview

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

DI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SIDOARJO

Twuwenty Putri HereraPendidikan Luar Sekolah FIP Universitas Negeri Surabaya (e-mail : twupura3792.com)

Drs. Heru Siswanto, M.SiPendidikan Luar Sekolah FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Berdasarkan hasil observasi di Dinas Kabupaten Sidoarjo menunjukkan bahwa tingkatkecelakaan pada tahun 2014 didominasi dengan jenis pelakunya yaitu siswa SMA yang usianyasekitar 16-17 tahun. Melihat keadaan ini, Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjomenyelenggarakan pelatihan bagi siswa SMA. Platihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintasmerupakan pelatihan bagi siswa SMA untuk melatih dan menumbuhkan perilaku tertib berlalulintas khusunya bagi remaja usia 16-17 tahun. Peneliti menuangkan masalah tersebut dalamsebuah penelitian skripsi dengan fokus masalah sebagai berikut: (1) bagaimana pelaksanaanprogram pelatihan; (2) Bagaimana perilaku sosial remaja setelah mengikuti pelatihan; (3)Apakah faktor penghambat dalam proses perubahan sosial pada perilaku remaja setelahmengikuti pelatihan; (4) Apakah faktor pendukung dalam proses perubahan sosial pada perilakuremaja setelah mengikuti pelatihan.Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif Ex Post Facto dengan melakukanpengambilan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian dilanjutkandengan menganilisis data dengan reduksi data, display data, verifikasi dan simpulan. Yangterakhir menguji keabsahan data melalui uji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dantransferabilitas.Hasil penelitian pada penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas berjalan dengan efektif dan efisien, hal ini karena pada penyelenggaraanmemperhatikan aspek pelaksanaan pelatihan antara lain sebagai berikut: (1) rekrutmen pesertapelatihan; (2) merumuskan tujuan dan bahan pelatihan; (3) metode pembelajaran; (4) alokasiwaktu; (5) dana belajar; (6) tempat dan sarana pendukung pelatihan; (7) alat dan mediapembelajaran; (8) sumber/narasumber; (9) iklim sosial dan suasana pembelajaran; (10)mengevaluasi program pelatihan. Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas sebagai stimulus bagiremaja atau pelajar SMA/K di Kabupaten Sidoarjo menghasilkan respon berupa perubahansosial pada perilaku tertib berlalu lintas remaja di Kabupaten Sidoarjo. Aspek perubahanperilaku sosial tertib berlalu lintas antara lain: (1) mampu berperilaku sosial tertib berlalu lintasdi jalan raya dengan baik; (2) mampu memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan ranmor(kendaraan bermotor); (3) mampu mentaati rambu-rambu lalu lintas sebagai fasilitas lalu lintasdi jalan raya; dan (4) mampu memenuhi kelengkapan mengemudikan ranmor (kendaraanbermotor). Faktor penghambat pada pelatihan ini ialah sikap masyarakat yang tradisional, adatdan kebiasaan. Sedangkan, faktor pendukung pelatihan ini yaitu sistem pendidikan formal yangmaju dan orientasi ke masa depan.

Kata kunci : Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas, Perilaku Sosial Tertib Berlalu Lintas

Abstract

Based on observations in Sidoarjo Department Office, shows that the accident rate in 2014 wasdominated by the high school students who are around 16 to17 year old. Seeing this situation,Transportation Department of Sidoarjo held a training for high school students. Bina TarunaCinta Lalu Lintas Training is a training for high school students to train and foster good andcorrect traffic behavior especially for adolescents by the age of 16 to 17 year old. Theresearcher carries that problem in a thesis research with the focus problems as follows: (1) Howthe realization of the training program; (2) How the social behavior of adolescents after followingtraining program; (3) What the obstacle factors in the process of social change in adolescentbehavior after following training program; (4) What are the supporting factors in the process ofsocial change in adolescent behavior after following training program.This study used a descriptive approach of Ex Post Facto with collecting the data, were throughinterviews, observation and documentation. Then the process was deals with analyzing the data

1

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

with data reduction, data display, verification and conclusion. The last was testing the validity ofthe data through the test of credibility, dependability, confirmability, and transferability.The results of this study shows that the realization of the Bina Taruna Cinta Lalu Lintas Trainingrunning effectively and efficiently, it is because the realization of training guided by concerning tothe aspects of the implementation of the training that are follows: (1) recruitment of trainees; (2)formulate objectives and training materials; (3) methods of learning; (4) The allocation of time;(5) learning fund; (6) the place and the supporting means of training; (7) tools and learningmedia; (8) source / resource person; (9) the social atmosphere and learning environment; (10)evaluating the training program. Bina Taruna Cinta Lalu Lintas Training as a stimulus forteenagers or students of Senior/Vocational High School in Sidoarjo that produce a response inthe form of social change in the adolescent’s orderliness traffic behavior in Sidoarjo. Aspects ofsocial change of orderliness traffic behavior are as follows: (1) be able to well behave orderly inhighway traffic; (2) capable of filling the technical requirements and motor vehicles roadworthy;(3) capable of obeying traffic signs as traffic facilities on the highway; and (4) be able to fill thecompleteness in driving motor vehicle. The obstacle factors of this training are the traditionalpublic attitudes, customs and habits of society. Meanwhile, supporting factors of this training areadvanced formal education system and future orientation.

Keywords: Bina Taruna Cinta Lalu Lintas Training, Social Behavior of Traffic Orderliness

PENDAHULUAN

Kepadatan penduduk mulai marakterjadi di kota-kota besar. Hal ini terjadikarena banyaknya urbanisasi yaituperpindahan penduduk dari desa ke kota.Secara tidak langsung hal tersebutberdampak pada aktivitas di kota besarsehingga mengakibatkan ruang gerak dikota-kota besar semakin sempit, selain itujuga dapat memicu timbulnya berbagaipatologi sosial atau disorganisasi sosialyang sering juga disebut sebagai masalah-masalah sosial yang terjadi dikalanganmasyarakat. Berbagai macam masalah-masalah sosial dimasyarakat antara lainperjudian, korupsi, kriminalitas, pelacuran,kenakalan remaja dan masih banyak lagimasalah-masalah sosial yang lainnya.Dalam hal ini masalah sosial yangdimunculkan akibat fenomena tersebut yaitumaraknya tindak kejahatan/ kriminalitas dankenakalan remaja/ juvenile delinguency.

Kabupaten Sidoarjo yang dilihatsecara letak geografis berbatasan daratlangsung dengan salah satu kota besar diIndonesia yaitu ibukota Provinsi Jawa Timuratau Kota Surabaya, nampaknya jugamerasakan dampak yang luar biasa darikepadatan penduduk di Kota Surabaya.Kepadatan penduduk di Kota Surabayamenimbulkan sempitnya ruang gerak ataulahan yang dapat digunakan sebagaitempat tinggal. Dari kondisi tersebut dapatdilihat kebanyakan penduduk yang bekerjadi Kota Surabaya yang tidak mendapatkantempat tinggal di Kota Surabaya merekamemilih untuk tinggal di kabupaten Sidoarjokarena dirasa masih berdekatan dengan

Kota Surabaya. Itulah sebabnya KabupatenSidoarjo menjadi kota padat penduduk saatini yang rawan akan tindak kejahatan/kriminalitas dan kenakalan remaja/ juveniledelinguency.

Kenakalan remaja yang banyakterjadi yaitu seks bebas/ pelacuran,penggunaan obat-obatan terlarang/narkoba, kebut-kebutan sehinggamengganggu kenyamanan orang lain,berperilaku sosial ugal-ugalan dijalan rayasehingga dapat mengancam keselamatanorang lain maupun diri sendiri yang haltersebut merupakan bentuk kejahatanberlalu lintas dengan melakukanpelanggaran hukum. KUHP 187 sampaidengan 206 menyebutkan bahwa kejahatanmerupakan tindakan yang membahayakankeamanan umum orang dan barang, antaralain: mengakibatkan kebakaran, peletusandan banjir, mendatangkan bahaya mautkepada orang, merusak bangunan danjalan-jalan umum, dengan sengajamendatangkan bahaya bagi lalu lintasumum dan pelayanan, meracuni sumur dansumber mata air minum untuk keperluanumum, dan lain-lain (dalam Kartini Kartono,2009: 146).

Berdasarkan Data Laka LantasTahun 2013 s/d 2014 yang dihimpun olehKepolisian Negara Republik IndonesiaDaerah Jawa Timur Resort Sidoarjo,kendaraan bermotor yang paling seringmengalami kecelakaan yaitu kendaraanbermotor roda 2 (R2) atau sepeda Motordengan jumlah yang paling banyak menjadipelaku laka lantas di tahun tersebut yaitu diusia 16 – 25 tahun dengan jumlah pelakudari 274 pelaku laka lantas di tahun 2013

2

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

kemudian mengalami pelonjakan jumlahmenjadi 284 pelaku laka lantas di tahun2014 (arsip Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo). Jumlah tersebut mengalamipelonjakan sebesar 10 (sepuluh) pelakudalam 1 (satu) tahunnya.

Dari hasil Data Laka Lantas yangsama di tahun 2013 dan 2014, berdasarkanpendidikan pelaku yang paling banyaksering menjadi pelaku laka lantas yaitupada jenjang pendidikan SLTA/ SMA.Jumlah pelaku pada jenjang pendidikanSLTA/ SMA mengalami pelonjakan yangcukup besar, dari yang semula sebesar 904pelaku di tahun 2013 menjadi 944 pelaku ditahun 2014. Kenaikan 40 (empat puluh)pelaku dalam satu tahun itu merupakankenaikan jumlah pelaku laka lantas yangcukup besar.

Kejadian laka lantas seperti yangdisebutkan di atas kebayakan memangdidominasi karena faktor pengemudi yangtidak tertib mematuhi peraturan lalu lintasyang ada. Hal ini dapat dilihat dari besarnyajumlah ketidaktertiban pengemudi dalamberkendara yang ditunjukkan dengan angka748 kejadian laka lantas. Lebih besar 2x(dua kali) lipat dari angka yang dimunculkanoleh kejadian laka lantas karena faktorpengemudi yang lengah yaitu 352 kejadian,lelah dengan jumlah 56 (lima puluh enam)kejadian dan mengantuk yang hanyaditunjukkan dengan jumlah sebesar 25 (duapuluh lima) kejadian laka lantas.

Keselamatan dan berhati-hati adalahkunci utama bagi setiap orang untukberkendara di jalan raya. Banyak faktoryang memicu timbulnya perilaku sosial tidaktertib berlalu lintas dan juga berkendaraugal-ugalan di jalan raya pada anak remajakhususnya di usia 16-17 tahun. Faktor yangmempengaruhi antara lain adalah emosiyang masih labil. Faktor yang semacam ituadalah satu bentuk kenakalan remaja yangtidak jarang selalu menghinggapi perilakusosial setiap remaja di usia tersebut.

Apabila hal semacam ini dibiarkandan tanpa ada penanggulangan dari pihakyang berwenang, maka tidak menutupkemungkinan akibat yang ditimbukan akansemakin besar pula. Remaja muda di usia16-17 tahun khususnya, remaja pada usiatersebut sangat rentan melakukan tindakkejahatan/ kriminalitas dan kenakalanremaja/ juvenile delinguency dikarenakanfaktor emosi remaja pada usia tersebutyang masih labil. Salah satunya kejahatanumum yang berupa pelanggaran hukumseperti pelecehan seksual, perampokan,trafficking, memakai narkoba, ugal-ugalan

di jalan raya dan tidak tertib mematuhiperaturan lalu lintas yang ada. Hal tersebutdapat mengancam kenyaman dankeselamatan diri baik bagi dirinya sendirimaupun bagi orang lain (sumber:https://www.academia.edu/8903328/Hukuman, online: diakses pada 20 Pebruari 2015).

Fenomena kenakalan remaja yangsemacam ini, merupakan satu bentukmasalah sosial/ patologi sosial yangmemerlukan pemecahan yang cepat dantanggap guna meningkatkan kualitassumber daya manusia melalui suatupendidikan dan pelatihan (diklat).Pendidikan sangat penting dan melekatpada diri setiap manusia karena manusiamerupakan sasaran pendidikan(Roesminingsih, 2011: 27). Pendidikanberlangsung sejak manusia lahir sampaimanusia itu mati, dalam arti bahwapendidikan merupakan upaya manusiauntuk mengubah dirinya maupun orang lainselama ia hidup. Pendidikan sepanjanghayat (life-long education) adalah prinsipbahwa pendidikan dilakukan sepanjanghayat dengan keserasian antara pendidikanformal, nonformal, dan informal.

Pendidikan menurut Ki HajarDewantara yaitu menuntut segala kekuatankodrat yang ada pada anak itu, agarmereka sebagai manusia dan sebagaianggota masyarakat dapatlah mendapatkeselematan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (dalam Roesminingsih, 2011: 54).Berdasarkan UU RI No. 20 Bab V pasal 13ayat 1 tahun 2013 tentang SISDIKNAS,bahwa penyelenggaraan pendidikandilaksanakan melalui jalur formal, nonformal, dan informal yang satu dengan yanglainnya saling melengkapi.

Oong Komar (2006: 159)mengungkapkan pendidikan non formaladalah suatu aktifitas pendidikan yangdiorganisasikan di luar sekolah denganberorientasi kepada kebutuhan pesertadidik. Pendidikan nonformal bertujuan untukmembentuk keterampilan sesuai kebutuhanpeserta didik. Selain itu pendidikan nonformal juga berfungsi sebagai penambahserta pelengkap pendidikan formal disekolah, sehingga dalam pelaksanaanpendidikan formal dan non formal bisasaling sejajar berdampingan dan salingmelengkapi.

Pendidikan non formal meliputipendidikan kecakapan hidup, pendidikananak usia dini, pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan,pendidikan keaksaraan, pendidikanketerampilan dan pelatihan, pendidikan

3

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

kesetaraan serta pendidikan lain yangditujukan untuk mengembangkankemampuan peserta didik.

Berkaitan dengan permasalah sosial/patologi sosial yang seperti disebutkandiatas, perlu kiranya ada suatu penangananyang tepat untuk meminimalisir dampak darigejala-gejala kenakalan remaja yang terjadidi Kabupaten Sidoarjo.

Pendidikan pelatihan menurut Goodmerupakan salah satu satuan pendidikannon formal yang dapat mendukungpenanganan permasalahan tersebut.Pelatihan akan menghasilkan tindakan yangdapat diuang-ulang dan dapatmengakibatkan motivasi diri dan perbaikanlebih lanjut melalui latihan-latihan yang lebihmaju. Secara sederhana pelatihan diartikansebagai suatu proses membantu orang laindalam memperoleh skill dan pengetahuan(dalam Saleh Marzuki, 2012: 175).

Hal ini relevan dengan programkegiatan pada Seksi BimbinganKeselamatan Bidang Pengendalian Operasidan Keselamatan di Dinas PerhubunganKabupaten Sidoarjo. Program inidiselenggarakan oleh Dinas PerhubunganKabupaten Sidoarjo sebagai suatu upayamengatasi masalah tersebut denganmelakukan pencegahan danpenanggulangan sejak dini.

Bina Taruna Cinta Lalu Lintasmerupakan suatu program kegiatan yangbersifat pelatihan dengan sasaran pesertadidik khususnya diperuntukkan bagi anaksekolah terutama pada jenjang SLTA/ SMAyang notabennya mereka seringmengendarai kendaraan sendiri di jalanraya tanpa memperhatikan aturan berlalulintas yang baik dan benar.

Pelatihan ini memberikan berbagaimateri dalam lingkupnya dengan tata caratertip berlalu lintas. terdapat dua kegiatanyang antara lain kegiatan indoor dankegiatan outdoor. Pada kegiatan di dalamkelas peserta diberikan materi-materitentang bahaya-bahaya yang ditimbulkanakibat ketidaktertiban terhadap lalu lintas dijalan raya. Selain itu juga dijelaskan denganrinci mengenai tata tertib dan aturan-aturanberlalu lintas yang baik. Kegiaatan dilapangan ini fungsinya untuk mengajakpeserta pelatihan untuk mempraktikkanmateri-materi yang telah dipelajari di dalamkelas. Fungsi yang lebih luas yaitu agarpeserta pelatihan dapat memupuk perilakusosialnya dan menumbuhkan sikap sertamotivasi diri untuk bersikap dan berperilakutertib lalu lintas di jalan raya.

Program Pelatihan Bina Taruna CintaLalu Lintas tersebut menunjuk pada suatuharapan agar terdapat suatu perubahantingkah laku/ perilaku sosial dalam berlalulintas khususnya bagi peserta didik yangmengikuti pelatihan tersebut. Perubahantingkah laku/ perilaku sosial berlalu lintaspada peserta pelatihan dapat dilihat denganseberapa besar koefisien korelasi antarapelatihan tersebut dengan perilaku sosialberlalu lintas remaja usia 16-17 tahun.

Berdasarkan berbagai uraian padalatar belakang tersebut peneliti tertarikuntuk melakukan sebuah penelitian denganjudul “Program Pelatihan Bina Taruna CintaLalu Lintas dalam Upaya MenumbuhkanPerilaku Sosial Tertib Berlalu Lintas RemajaUsia 16-17 Tahun di Dinas PerhubunganKabupaten Sidoarjo”.

Rumusan masalah yang akan dicaridalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pelaksanaan program pelatihanBina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana perilaku sosial remaja setelahmengikuti pelatihan Bina Taruna Cinta LaluLintas di Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo?

3. Apakah faktor penghambat dalam prosesperubahan sosial pada perilaku remajasetelah mengikuti pelatihan Bina Taruna CintaLalu Lintas di Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo?

4. Apakah faktor pendukung dalam prosesperubahan sosial pada perilaku remajasetelah mengikuti pelatihan Bina Taruna CintaLalu Lintas di Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo?

Sedangkan tujuan dari penelitian iniadalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisispelaksanaan program pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas di Dinas PerhubunganKabupaten Sidoarjo.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis perilakusosial remaja setelah mengikuti pelatihanBina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis faktorpenghambat dalam proses perubahan sosialpada perilaku remaja setelah mengikutipelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas diDinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis faktorpendukung dalam proses perubahan sosialpada perilaku remaja setelah mengikutipelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas diDinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo.

4

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

Ketika kita berbicara mengenai pelatihanalangkah lebih baiknya apabila kita memahamiterlebih dahulu apa itu pendidikan. Mengapademikian, karena proses pelatihan sangat eratkaitannya dengan pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yanghampir tidak dapat dilepaskan dari keberadaankehidupan manusia. Bahkan mulai manusia lahirsampai manusia itu mati, pendidikan masih akantetap melekat pada diri manusia. Konsep semacamini sering disebut sebagai konsep pendidikansepanjang hayat (Life Long Education). Sehinggadapat dikatakan bahwa pendidikan merupakansalah kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidupmanusia. Adapun prinsip pendidikan sepanjanghayat yaitu adanya keserasian antara pendidikanformal, nonformal, dan informal.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikankeluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatanbelajar secara mandiri. Pendidikan formalmerupakan pendidikan di sekolah yang diperolehsecara teratur, sistemasis, bertingkat, dan denganmengikuti syarat-syarat yang jelas. Pendidikan luarsekolah adalah pendidikan yang keberadaannyaada sejak manusia pertama melakukan interaksidengan lingkungan sekitar. Pada awalnya,pendidikan luar sekolah dipengaruhi olehpendidikan informal, yaitu kegiatan yang terutamaberlangsung dalam ruang lingkup keluarga(Sudjana, 2004: 62).

Selanjutnya Phillips H. Combs memberikanrumusan tentang pendidikan luar sekolah adalahsetiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi yangdiselenggarakan di luar sistem formal,diselenggarakan secara tersendiri atau merupakanbagian dari suatu kegiatan yang luas yangdimaksudkan untuk memberikan layanan kepadapeserta didik dalam rangka mencapai tujuan belajarbersama ( Soelaiman Joesoef, 2004: 50).

Pendidikan pelatihan menurut Goodmerupakan salah satu satuan pendidikan luarsekolah yang dapat mendukung penangananpermasalahan tersebut. Pelatihan akanmenghasilkan tindakan yang dapat diuang-ulangdan dapat mengakibatkan motivasi diri danperbaikan lebih lanjut melalui latihan-latihan yanglebih maju. Secara sederhana pelatihan diartikansebagai suatu proses membantu orang lain dalammemperoleh skill dan pengetahuan (Saleh Marzuki,2012: 175).

Banyak para ahli yang mengemukakandefinisi mengenai pelatihan (training). Robinson(1981: 12), mendefinisikan pelatihan sebagaipengajaran atau pemberian pengalaman kepadaseseorang untuk mengembangkan tingkah laku(pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatuyang diinginkan.

Menurut Anwar (2004: 95), pelaksanaanpelatihan keterampilan terdapat aspek-aspek yangmendukung agar dapat berjalan dengan baik,

aspek-aspek ini tidak jauh berbeda dengan yangdikembangkan oleh Sudjana seperti yang telahdibahas sebelumnya. Aspek-aspek tersebut antaralain yaitu: (1) Rekrutmen peserta pelatihan; (2)Merumuskan tujuan dan bahan pelatihan; (3)Metode pembelajaran; (4) Alokasi waktu; (5) Danabelajar; (6) Tempat dan sarana pendukungpelatihan; (7) Alat dan media pembelajaran; (8)Sumber/ Narasumber; (9) Iklim sosial dan suasanapembelajaran; (10) Mengevaluasi programpelatihan.

Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian iniyaitu bahwa pelatihan dilakukan sebagai stimulusbagi peserta pelatihan agar peserta pelatihan dapatmerespon pelatihan tersebut dan berupa melakukanperubahan perilaku sosial pada peserta pelatihantersebut. Hal ini diperkuat dengan teori belajarbehavioristik.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teoriyang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentangperubahan tingkah laku sebagai hasil daripengalaman (Gage, N.L. & Berliner, D., 1979). Teoriini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajaryang berpengaruh terhadap arah pengembanganteori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yangdikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran inimenekankan pada terbentuknya perilaku sosialyang tampak sebagai hasil belajar.

Teori belajar behavioristik dengan modelhubungan stimulus–responnya, mendudukkanorang yang belajar sebagai individu yang pasif,kemudian menghasilkan suatu respon atau perilakusosial tertentu melalui pelatihan atau pembiasaansemata. Munculnya perilaku sosial akan semakinkuat bila diberikan penguatan dan akan menghilangbila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksiantara stimulus dan respon (Slavin, 2000: 143).Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika diadapat menunjukkan perubahan perilaku sosialnya.Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalahinput yang berupa stimulus dan output yang beruparespon. Stimulus adalah apa saja yang diberikanguru/narasumber kepada pembelajar, sedangkanrespon berupa reaksi atau tanggapan pembelajarterhadap stimulus yang diberikan oleh guru/narasumber tersebut.

Bentuk stimulus seperti yang teah dijelaskandi atas adalah Pelatihan Bina Taruna Cinta LaluLintas. pelatihan tersebut adalah suatu bentukkegiatan pelatihan tentang berlalu lintas di jalanraya sebagai upaya mendukung pembangunansistem transportasi nasional untuk membantumewujudkan budaya keamanan, keselamatan,ketertiban dan kelancaran berlalu lintas danangkutan jalan dalam rangka mewujudkanpembangunan ekonomi dan pengembanganwilayah (kepala Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo dalam Surat Keputusan Pengkuhan Forum

5

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

Bina Taruna Cinta Lalu Lintas di KabupatenSidoarjo).

Sasaran Program Pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas dikhususkan bagi anak-anakremaja terutama yang sedang duduk dibangku SMAyang usianya berada sekitar diantara usia 16-17tahun. Hal ini dikarena anak remaja pada usiasekian masih sangat rentan untuk mengemudikankendaraan bermotor sendiri dijalan raya. Pada usiaanak ramaja sebetulnya belum diperbolehkanmengendarai kendaraan bermotor sendiri di jaanraya, karena di usia tersebut belum mereka belumberhak mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM)terutama yang usianya masih dibawah 17 tahun.

Sedangkan untuk bentuk respon yangdihasilkan dari stimulus tersebut (dalam hal iniadalah Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas)yaitu perubahan perilaku sosial pada pesertapelatihan tersebut.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluksosial (W.A. Gerungan, 1978: 28). Sejak dilahirkanmanusia membutuhkan pergaulan dengan oranglain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Padaperkembangan menuju kedewasaan, interaksisocial diantara manusia dapat merealisasikankehidupannya secara individual. Hal inidikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksisosial maka manusia tidak dapat merealisasikanpotensi-potensinya sebagai sosok individu yangutuh sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensiitu pada awalnya dapat diketahui dari perilakukesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yangditunjukkannya adalah perilaku sosial.

Pembentukan perilaku sosial seseorangdipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifatinternal maupun yang bersifat eksternal. Padaaspek eksternal situasi sosial memegang perananyang cukup penting. Situasi sosial diartikansebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat salinghubungan antara manusia yang satu dengan yanglain (W.A. Gerungan, 1978: 77). Dengan kata lainsetiap situasi yang menyebabkan terjadinyainteraksi social dapatlah dikatakan sebagai situasisosial. Contoh situasi sosial misalnya dilingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalamlingkungan pembelajaran pendidikan.

Skinner (1938) seorang ahli psikologi,merumuskan bahwa perilaku sosial merupakanrespon atau reaksi seseorang terhadap stimulus(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku initerjadi melalui proses adanya stimulus terhadaporganisme, dan kemudian organisme tersebutmerespon, maka teori Skinner disebut teori “S-O-R”atau Stimulus – Organisme – Respon.

Perilaku sosial menurut Bimo Walgito (2003)dalam bukunya Psikologi Sosial merupakan suatuaktivitas yang ada pada individu atau organismeyang timbul dengan sendirinya, sebagai suatuakibat dari stimulus yang diterima oleh organismeyang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun

stimulus internal. Namun demikian, sebagianterbesar dari perilaku sosial arganisme itu sebagairespon terhadap stimulus eksternal.

Perilaku sosial tertib berlalu lintas meliputisegala tindakan yang patuh dan taat terhadapperaturan-peraturan lalu lintas. Perilaku sosial tertibberlalu lintas bisa juga diartikan sebagai wujudberetika yang baik ketika berkendara dan berlalulintas dan di jalan raya. Pengertian lain mengenaiperilaku sosial tertib berlalu lintas adalahmerupakan pedoman sikap atau aturan yangmengatur hubungan manusia dengan manusia laindi dalam berlalu lintas. Etika atau berperilaku sosialtertib tidak hanya diterapkan pada kehidupansehari-hari. Namun etika atau berperilaku sosialtertib juga sangat penting diterapkan dalam berlalulintas.

Prinsip berperilaku sosial tertib dalamkehidupan sehari-hari dengan tertib berlalu lintashampir sama, yaitu tenggang rasa dan salingmenghargai. Dalam berlalu lintas kita harustenggang rasa dengan pengguna jalan lain, sertaperlu meningkatkan sikap mengahargai terhadappengguna jalan lain dan mengupayakan untuk tidakmementingkan sikap egois dalam berlalu lintas.

Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun2009, lalu lintas dikatakan tertib, lancar, aman, danterpadu apabila dalam berlalu lintas berlangsungsecara teratur sesuai dengan hak dan kewajibanpengguna jalan serta bebas dari hambatan dankemacetan jalan.

Menurut pemaparan Ka. UPT LLAJ Surabayabentuk-bentuk yang dapat pula dikatakan sebagaiukuran/ indikator berperilaku sosial tertib lalu lintasantara lain adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan berperilaku tertib berlalu lintasUntuk dapat mewujudkan perilaku sosialtertib berlalu lintas, sebagai pengguna jalandiwajibkan untuk terlebih dahulu memahamitat cara tertib berlalu lintas supaya tidakmenimbulkan bahaya dalam berlalu lintas.Hal-hal yang perlu dipahami antara lain yaitu(a) menjaga kecepatan perjalanan; (b)menghargai pengemudi lain; (c) mentaatirambu lalu lintas, (d) mentaati marka jalan;(e) mentaati cara pindah jalur jalan, (f)mentaati cara membelok/ memutar; (g)mentaati cara menyiap/ menyalip ranmor(kendaraan bermotor) lain.

1. Kemampuan memenuhi persyaratan teknisdan laik jalan ranmor (kendaraan bermotor)Yang dimaksud dengan pemenuhanpersyaratan dan laik jalan ranmor (kendaraanbermotor) adalah mengerti akan standarisasinasional atau kelayakan sebuah kendaraanbermotor untuk dikendarai saat berlalu lintas.Yang antara lain termasuk kedalam hal-halberikut ini: (a) mempertimbangkan modifikasiranmor (kendaraan bermotor); (b)

6

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

memperhatikan fungsi lampu utama danlampu tambahan; (c) memperhatikan fungsisistem rem; (d) memperhatikan alur; (e)memperhatikan tekanan udara ban.

2. Kemampuan mentaati rambu-rambu lalulintas fasilitas lalu lintas jalanTerdapat fasilitas-fasilitas lalu lintas jalan didalam ruang lalu lintas yang berfungsimembantu memberi petunjuk pengguna jalanagar pengendara lalu lintas dapatmemanfaatkan ruang lalu lintas yang terdapatdidalamnya dengan baik dan benar, sehinggadapat menghindarkan baik diri sendirimaupun pengguna jalan yang lain daribahaya kecelakaan. Antara lain fasilitas lalulintas yang patut untuk dipahami adalah (a)warna pengatur lalu lintas; (b) bentuk markajalan dan zebra crossing; (c) jenis tanda/rambu lantas; (d) bentuk rambu petunjukkanjalan/ arah.

3. Kemampuan memenuhi kelengkapanmengemudikan ranmor (kendaraan bermotor)Untuk menghindari bahaya kecelakaan yangsering terjadi d jalan raya, seorangpengemudi yang baik dan tertib diwajibkanuntuk selalu melengkapi kelengkapan-kelengkapan ketika berkedara. Kelengkapantersebut harus dapat dipahami terlebihdahulu, antara lain yaitu (a) membawa surat-surat kendaraan bermotor, seperti SuratTanda Nomor Kendaraan (STNK) dan SuratIjin Mengemudi (SIM); (b) memakai Helmyang aman sesuai dengan Standart NasionalIndonesia (SNI).

METODE PENELITIANMetode penelitian yang sesuai

dengan penelitan ini yaitu penelitian denganpendekatan deskriptif Ex Post Facto.Penelitian yang menggunakan pendekatandeskriptif Ex Post Facto digunakan untukmeneliti suatu kejadian yang telah lamaterjadi pada masa lampau dan memilikidampak yang ditimbulkan pada masasekarang, dimana peneliti adalah sebagaiinstrument kunci teknik pengumpulan data.

Penelitian ini dilakukan pada programpelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas diDinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo.

Subjek penelitian atau sumber datapenelitian adalah subjek darimana datadapat diperoleh (Arikunto, 2013:172).Sumber data yang akan diperoleh yaitu:

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber datayang langsung memberikan data kepadapengumpul data. Data primer dalampenelitian ini adalah tindakan atau perilakusosial remaja yang dihasilkan daripelaksanaan pelatihan Bina Taruna CintaLalu Lintas. Data tersebut dapat diperoleh

dari (a) peserta pelatihan/ siswa/i SMA/K diKabupaten Sidoarjo yang mengikutipelatihan; (b) penyelenggara programpelatihan dari Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo; dan (c) Narasumber pada pelathanBina Taruna Cinta Lalu Lintas.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumberdata yang secara tidak langsung memberikandata kepada pengumpul data, misalnyamelalui orang lain atau dokumen. Sumberdata sekunder dalam peneitian ini adalahdaftar hadir peserta pelatihan, laporankegiatan pelatihan Bina Taruna Cinta LaluLintas, atau dokumen-dokumen lain yangrelevan dengan fokus penelitian yang dapatdiperoleh dari Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo.

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkandata–data yang dibutuhkan peneliti akanmenggunakan beberapa teknik pengumpulan dataantara lain:

1. WawancaraWawancara adalah pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehinggadapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu(dalam Andi Prastowo, 2011: 212). Wawancara dalamsuatu penelitian bertujuan mengumpulkan keterangan-keterangan tentang subjek/ objek yang sedang ditelitisecara lebih rinci.

Pada penelitian ini peneliti akan melakukanwawancara secara mendalam kepada pengelola programpelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo dan peserta pelatihanguna mendapatkan data mengenai perubahan perilakusosial tertib berlalu lintas remaja setelah mengikutipelatihan.

2. Observasi

Sutrisno Hadi (1987) menerangkan bahwapengamatan observasi merupakan pengamatan danpencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala yangtampak pada objek penelitian (dalam Andi Prastowo,2011: 220).

Data observasi digunakan untuk memperoleh datamengenai perilaku sosial tertib berlalu lintas remajasetelah mengikuti pelaksanaan program pelatihan BinaTaruna Cinta Lalu Lintas di Dinas PerhubunganKabupaten Sidoarjo.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen yangmemiliki arti barang-barang tertulis. Di dalammelaksanakan metode dokumentasi, penelitimenyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,majalah, dokumen, perturan-perturan, notulen rapat,catatan harian, foto kegiatan dan sebagainya(Suharsimi, 2006: 158). Metode dokumentasi dalampenlitian ini digunakan untuk mengumpulkandokumen-dokumen maupun foto-foto kegiatan

7

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

pelaksanaan pelatihan tentang program pelatihanBina Taruna Cinta Lalu Lintas dan data-data yangterkait didalamnya sehingga dapat mengetahuiperubahan perilaku sosal tertib berlalu lintas remajasetelah mengikuti pelatihan dengan harapan dapatmembantu kelancaran penelitian yang akandilakukan.

Teknik analisis data pada penelitianini dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Reduksi DataReduksi data merupakan proses pemilahan

pemusatan data yang bersifat umum dan pentingyang diperoleh di lapangan. Dengan data yang telahdireduksi dapat memberikan gambaran yang jelastentang data itu dan dapat mempermudah penelitiuntuk melakukan pengumpulan data selanjutnyadan mencarinya. Dalam penelitian ini reduksi datadilaksanakan dengan cara:

a. Membuat ringkasan kontakb. Pengkodean kategoric. Membuat catatan refleksid. Pemilahan data

Reduksi data pada penelitian ini yaitupeneliti memfokuskan pada setiap aspekpada pelaksanaan pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas dan perubahan perilakusosial tertib berlalu lintas remaja aetelahmengikuti pelatihan. Dengan mereduksidata tyang diperoleh maka akan didapatgambaran yang lebih jelas dari data yangtelah direduksi dan mempermudah peneitiuntuk melakukan pengumpulan dataselanjutnya apabia diperlukan.

2. Display DataDisplay data merupakan proses menampilkan data

secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif,tabel, matrik dan gambar dengan maksud agar data yangtelah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasaruntuk mengambil kesimpulan yang tepat.

Hasil dari reduksi data kemudian di display, yaitumenguraikan secara rinci hasil penelitian sehingga dapatdipahami. Data-data tersebut meliputi pelaksanaanpelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo ditinjau dari metodepelatihan yang diterapkan. Selain itu, penelitian ini jugamenyajikan data mengenai perubahan perilaku sosialtertb belalu peserta pelatihan setelah mengikuti programpelatihan tersebut.

3. Verifikasi Data

Sejak awal pengumpulan data, peneliti telahmembuat simpulan-simpulan sementara. Dalam tahapakhir, simpulan-simpulan tersebut dicek kembali(diverifikasi) pada cacatan yang telah dibuat oleh penelitiuntuk selanjutnya dibuat simpulan yang sesungguhnya.

Kesimpulan yang telah dibuat sebelumnya yangmasih bersifat sementara akan berubah bila ditemukanbukti-bukti pendukung yang kuat pada tahappengumpulan data selanjutnya. Kesimpulan awal yangdidukung bukti-bukti valid dan konsisten ketika peneliti

terjun ke lapangan dalam rangka pengumpulan data,maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yangkredibel.

Pada penelitian ini apabila semua data mengenaipelaksanaan program pelatihan Bina Tarun Cinta LaluLintas dan hasil belajar peserta pelatihan dalamberperilaku tertib lalu lintas, maka dapat diuraikan yangkemudian akan dapat ditarik sebuah kesimpulan.Kesimpulan tersebut dapat pula dijadikan sebagai sebuahtemuan baru atau teori baru.

Kriteria keabsahan data sangat diperlukanuntuk mengetahui sejauh mana data itu valid atautidak. Kriteria tersebut antara lain:1. Kredibilitas

Dalam penelitian ini peneliti akanmenggunakan teknik triangulasi. Metode ini berartimengecek dan membandingkan tingkatkepercayaan atau kebenaran suatu informasi ataudata yang diperoleh dengan menggunakan berbagaimetode pengumpulan data yaitu dengan carawawancara, observasi dan dokumentasi. Hal inidilakukan dengan membandingkan data hasilpengamatan atau observasi dengan data hasilwawancara, serta membandingkan hasil wawancaradengan isi dokumen yang diperoleh dari hasil studiserta dokumentasi (Moleong, 2013:330). a. Prolonged engagement

Dalam penelitian ini penilitimemperpanjangan waktu penilitian untuk terjun kelapangan lebih lama guna mendapatkan dataperubahan perilaku sosial tertib berlalu lintas padaremaja sebagai peserta pelathan yang telahmengikuti pelatihan.b. Persistent observation

Pada penelitian ini penilti melakukanpengambilan data diapangan dengan tekun agardata yang diperoleh mengenai perubahan perilakusosial tertib berlalu lintas pada remaja dapatdipercaya oleh pihak lain.c. Triangulasi

Denzin (dalam Moleong, 2013: 331)membedakan empat macam trianguasi sebagaiteknik pemeriksaan yang memanfaatkanpenggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.1) Triangulasi sumber

Trianggulasi sumber dalam penelitian iniyaitu mengecek ulang informasi yang di dapatdari pengelola kepada tutor yang kemudiandilanjutkan dengan mengecek ulang kepadapeserta pelatihan sangat dianjurkan untukdilakukan guna mengetahui data-data pentingatau informasi tersebut mengenai programpelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo.

2) Trianggulasi teknikDalam penelitian ini, peneliti

menggunakan tiga metode pengumulan data,yaitu wawancara, observasi, dokumentasi danangket apabila diperlukan. Hal ini dilakukandengan cara membandingkan data hasil

8

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

observasi mengenai program pelatihan BinaTaruna Cinta Lalu Lintas dengan data hasilwawancara terhadap informan yaitu pengelola,tutor, dan peserta pelatihan atau dapat jugamembandingkan hasil wawancara denganinforman tersebut dengan isi dokumen yangdiperoleh dari metode dokumentasi di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo.

3) Trianggulasi waktuDalam penelitian ini, ketika peneliti

melakukan wawancara di pagi hari maka dapatmengulanginya di siang hari dan mengecekkembali di sore hari dan hasilnya masih tetapsama dan dapat dipercaya bahwa programpelatihan Bina taruna Cinta Lalu Lintasberpengaruh terhadap hasil belajar peserta didikdalam berperilaku tertib berlalu lintas. Hal itudilakukan karena data yang diperoleh dapatberubah sewaktu-waktu, oleh karena penelitiperlu mengecek data yang diperoleh setiapwaktunya.

d. Member checkPeneliti dalam hal ini melakukan pengecekan

ulang terhadap data yang telah diperoleh tentangperubahan perilaku sosial tertib berlalu lintas remaja(siswa/i SMA/K di Kabupaten Sidoarjo) yang telahmengikuti pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas.Sehingga di sini ada saling koreksi antara informandan juga peneliti. Dari pengoreksian tersebutpeneliti akan mendapatkan perbaikan-perbaikanyang akan membawa pada hasil yang lebihsempurna.

2. DependabilitasDalam penelitian deskriptif Ex Post Facto , uji

dependabilitas dilakukan dengan melakukan auditterhadap keseluruhan proses penelitian apakah prosespenelitian sudah sesuai dengan prosedur atau metodologipenelitian. Uji dependability ini dilakukan oleh auditoryang independen, biasanya dilakukan oleh dosenpembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitaspeneliti dalam melakukan proses penelitian (Sugiyono,2011: 277).

Kriteria ini digunakan untuk menilai apakahproses penelitian deskriptif Ex Post Facto yang diakukanoleh peneliti bermutu atau tidak. Standart ini digunakaknuntuk mengecek hasil penelitian yang dapat di ukurdalam hal: (a) Mengkonseptualisasikan apa yang telahditeliti; (b) Mengumpulkan data; (c)Menginterprestasikan data yang telah dikumpulkan dalamsuatu laporan penelitian.3. Konfirmabilitas

Digunakan untuk menilai kualitas hasil penelitiandengan penelusuran dan pelacakan cacatan atau rekamandata lapangan dan koherensinya dalam simpulan hasilpenelitian. Maka dari itu perlu dipersiapkan bahan-bahanyang diperlukan, seperti hasil rekaman, hasil analisisdata, dan catatan tentang proses penelitian.

Menguji konfirmabiity berarti menguji hasilpenelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.Karena tidak ada hasil apabila tidak ada proses.Penelitian ini dapat dikatakan konfirmability apabila hasildan proses penelitian ini telah disepakati oleh banyakorang/pihak secara bersamaan (Sugiyono, 2011: 277).4. Transferabilitas

Keteralihan diartikan bahwa penelitian yangdilakukan dalam konteks tertentu dapatdiaplikasikan atau ditransfer kepada konteks atausetting yang lain. Untuk memenuhi keteralihan inicara yang paling tepat dilakukan adalahmendeskripsikan secara rinci dan komprehensiftentang latar atau konsep yang menjadi faktapenelitian. Semakin banyak persamaan keduakonteks tersebut, maka semakin menunjukkanbahwa hasil penelitian tersebut dapat ditransfer.

Penelitian ini konfirmabilitas dilakukandengan penelitian pereviewan data dari lapangan,analisis data dan catatan tentang proses penelitianoleh auditor independen, yang mana dalampenelitian ini auditor independen adalah dosenpembimbing yaitu Bapak Drs. Heru Siswanto, M.Siserta dosen penguji hasil penelitian Bapak Dr. IKetut Atmaja JA, M.Kes. beserta Bapak HeryantoSusilo, S.Pd., M.Pd..

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis data adalah bagaimana seorangpeneliti menganalisa hasil data yang diperoleh dilapangan. Data yang diperoleh kemudian ditulis dandideskripsikan dalam penyajian data. Analisis datadan pembahasan ini akan dipaparkan terkait fokusdari penelitian yang dilakukan yaitu tentangperubahan perilaku sosial tertib berlalu lintas remajasetelah mengikuti pelatihan Bina Taruna Cinta Laludi Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjo, makadapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pelatihan BTCLL

Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas adalahsalah satu program kegiatan pelatihan yangdiselenggarakan oeh Dinas Perhubungan KabupatenSidoarjo khususnya di Bidang Pengendalian danKeselamatan Seksi Bimbingan Keselamatan. Pelatihanditujukan bagi para pelajar SMA di Kabupaten Sidoarjoyang rata-rata usianya sekamir 16-17 tahun. Hal inidikarenakan semakin meningkatnya angka kecelakaan diSidoarjo dari jenis pelakunya yang didominasi oleh siswaSMA.

Pelatihan ini bertujuan untuk mewujudkan insanmuda sebagai penerus bangsa yang peduli dan tertibberlalu lintas sebagai perwujudan menciptakan budayakeamanan dan keselamatan berkendara denganmembentuk perilaku siswa SMA di Sidoarjo melaluipengetahuan serta skill yang diperoleh selama mengikutipelatihan. Hal ini sesuai dengan pendapat yangdiungkapkan oleh Good bahwa pelatihan diartikansebagai suatu proses membantu orang lain dalammemperoleh skill dan pengetahuan (Saleh Marzuki, 2012:175).

9

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

Pelaksanaan pelatihan Bna Taruna Cinta LaluLintas yang diselenggarakan oleh pemerintah formalnegara pada dasarnya tidak jauh berbeda denganpelaksanaan pelatihan pada jalur non formal. Terdapatbeberapa perbedaan kecil namun tidak begitu menonjol,hanya mungkin terdapat sedikit perbedaan pada teknispelaksanaannya.

Pelaksanaan pelatihan Bina Taruna Cinta LaluLintas dilakukan melalui beberapa tahapan seperti yangdiungkapkan oleh Anwar (2004: 95), antara lain: (1)rekrutmen peserta pelatihan; (2) merumuskan tujuan danbahan pelatihan; (3) metode pembelajaran; (4) alokasiwaktu; (5) dana belajar; (6) tempat dan sarana pendukungpelatihan; (7) alat dan media pembelajaran; (8)sumber/narasumber; (9) iklim sosial dan suasanapembelajaran; (10) mengevaluasi program pelatihan.

Dari data yang diperoleh melalui pengumpulandata menggunakan teknik wawancara, observasi, dandokumentasi diperoleh informasi pada DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo bahwa pelaksanaanpelatihan pada Dinas Perhubungan yang merupakanlembaga formal negara tidak jauh berbeda denganpelaksanaan peatihan pada jalur non formal, meskipunmasih terdapat beberapa perbedaaan yang sekiranyadapat digunakan untuk perbaikan kepada pelaksanaanpelatihan yang lebih baik lagi.

Jumlah peserta pelatihan yang diperoleh dari dataobservasi yaitu sejumlah 50 peserta peatihan. Perekrutanpeserta pelatihan dilakukan oleh Bapak Sigit bersama IbuCicik dengan cara berkoordinasi dengan DinasPendidikan Kabupaten Sidoarjo untuk memperoleh datasekolah SMA di Sidoarjo. Selanjutnya Ibu Cicik dengandibantu panitianya yaitu Mas Rozi mengirimkan suratpemberitahuan kepada beberapa sekolah SMA diSidoarjo, pihak sekolah sekaligus mendaftarkan siswanyasebagai peserta pelatihan. Sedikit berbeda denganperekrutan peserta pada pelatihan non formal yang lebihmengutamakan kebutuhan peserta pelatihan. Jikadiaplikasikan pada pelatihan Bina Taruna Cinta LaluLintas pada proses perekrutan peserta pelatihan dapatdilakukan dengan cara mengidentifikasi kebutuhanbelajar peserta pelatihan khususnya mengenai tertib lalulintas dijalan raya.

Pada perumusan tujuan pelatihan pada pendidikannon formal disesuaikan dengan pula dengan kebutuhanbelajar peserta pelatihan yang telah diperoleh dar hasilidentifikasi, tujuan dan bahan ajar apa yang sesuaidengan peserta pelatihan yang sedang membutuhkanpembelajaran mengenai tertib berlalu lintas. Perumusantujuan dan bahan pelatihan pada pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas dilakukan oleh Ibu Cicik selakusekretaris tim penyelenggara kegiatan pelatihan yangberdasarkan atas Undang-undang dan disetujui olehBapak Sigit selaku Waki Ketua tim penyelenggara(Kepala Bidang Pengendaalian dan Keseamatan) danditeruskan kepada Ketua pnyelenggara pelatihan sertaPengarah penyelenggara pelatihan yaitu Bapak Basuki(selaku Sekretaris Dinas Perhubungan) dan Bapak Joko(selaku Kepala Dinas Perhubungan). Kemudianditurunkan menjadi rumusan tujuan pelatihan yang

dijadikan dasar dan pedoman penyelenggaraan pelatihanBina Taruna Cinta Lalu Lintas.

Ketiga, metode pembelajaran yang digunakanketika pelatihan berlangsung yaitu menggunakan metodecermah dan metode praktik. Metode ceramah digunakanketika kegiatan di dalam ruangan (indoor), sedangkanuntuk metode praktik digunakan ketika kegiatan di luarruangan (outdoor). Pak Eko selaku narasumber pelatihanmenjelaskan bahwa tidak hanya menggunakan metodeceramah karena menghindari timbulnya kebosanan padapeserta pelatihan, maka dari itu perlu diimbangi denganpraktik di luar ruangan (outdoor) dengan dibentukteamwork sekaligus untuk membangun jati diri pesertapelatihan.

Keempat, pengalokasian waktu dilakukan olehMas Rozi selaku panitia penyelenggara pelatihan denganmenyusun jadwal kegiatan pelatihan selama dua (2) hari.Kemudian jadwal kegiatan pelatihan tersebut dikoreksiterlebih dahulu oleh Ibu Cicik dan selanjutnya diteruskankepada Bapak Sigit, Bapak Basuki dan yang terakhirBapak Joko untuk disetujui.

Kelima, dana belajar pada pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas diselenggarakan berdasarkan rancangananggaran tahunan. Kegiatan pelatihan Bina Taruna CintaLalu Lintas telah tercantum di DPA tahun 2014 yangtelah disepakati oleh Bupati Sidoarjo yang ditunjukkandengan adanya dokumentasi berupa Surat KeputusanBupati Sidoarjo nomor 910/31/404.3.15/2014 tentangDokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja PerangkatDaerah (DPA-SKPD) tahun anggaran 2014.

Keenam, tempat dan sarana pendukung pelatihandipilih yang sesuai dengan kebutuhan materi pelatihan.Tempat yang sesuai dengan kebutuhan materi pelatihanyaitu di Royal Caravan, Trawas, Mojokerto. Tempattersebut menyediakan Aula besar yang dapat digunakanuntuk kegiatan di dalam ruangan dan terdapat pulalingkungan alam yang bebas dan segar untuk kegiatan diluar ruangan, sehingga dapat menciptakan suasananyaman dan menyenagkan bagi peserta pelatihan untuukmenerima materi peatihan yang disampaikan.

Ketujuh, penyediaan alat dan media pembelajarandilakukan oleh panitia pelatihan, sehingga tidakmempersulit peserta pelatihan pada saat mengikutipelatihan. Alat dan media yang digunakan antara lainmateri/ handout, blocknote, bolpoint dan beberapa alatlainnya yang digunkan untuk kegiatan outdoor.

Kedelapan, sumber belajar/ narasumber yangdipilih untuk menyampaikan materi yang akandisampaikan kepada peserta pelatihan adalah narasumberyang benar-benar telah berpengalaman di bidang lalulintas. Ibu Cicik berkoordinasi langsung dengan DinasPerhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur untukmenentukan narasuber yang tepat untuk pelatihan BinaTaruna Cinta Lalu Lintas. Narasumber yang tepat untukpelaatihan ini dipilih dari Polres Sidoarjo dan Trainer/Motivator berpengalaman dari ITS (Pak Eko).

Kesembilan, ikim dan suasan pembelajarandiupayakan untuk menciptakan suasana yang seefektifmungkin dengan menggunakan komunikasi dua arah.Peserta tidak hanya disuruh mendengarkan narasumber

10

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

berbicara di depan, tetapi peserta juga diajak untuk selaluikut berpartisipasi dalam situasi dan keadaan dalampembelajaran tertentu. Peserta diarahkan untukmenanyakan sesuatu hal, peserta diajak turut serta dalamkegiatan pada materi yang disampaikan dengan majukedepan kelas untuk memperagakan suatu gerakan, sealinitu peserta juga diajak untuk mempraktikkan beberapamateri outdoor.

Tahap terakhir pada pelaksanaan kegiatanpelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas adalah evaluasiprogram pelatihan. Evaluasi pada pelatihan ini dilakukansecara intern di Bidang Pengendalian dan Keselamatan.Hal ini dilakukan oleh ketua penyelenggara peatihanbeserta sekretarisnya berupa laporan kegiatan yangkemudian diteruskan kepada Kepala Dinas. Laporantersebut menjelaskan jalannya pelatihan dari awal sampaiakhir kegiatan, gunanya adalah untuk dijadikan acuanpelaksanaan pelatihan selanjutnya pada tahun-tahunberikutnya. Perbedaan yang dengan evaluasi yangdilakukan pada jalur non formal ialah mengevaluasipelaksanaan program pelatihan dilakukan dengan caramemberikan memberikan evaluasi sumatif kepadapeserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas berakhir, bagaimana jalan pelaksanaanpelatihannya baik dari segi alur pelaksanaan;pendistrbusan bahan pelatihan, administrasion; layananpanitia penyelenggara pelatihan dari Dinas Perhubungandan lain sebagainya.

2. Perilaku tertib berlalu lintas remaja setelahmengikuti pelatihan Bina Taruna Cinta LaluLintas

a. Mampu berperilaku tertib berlalu lintasMewujudkan perilaku sosial tertib berlalu lintas,

sebagai pengguna jalan diwajibkan untuk terlebih dahulumemahami tat cara tertib berlalu lintas supaya tidakmenimbulkan bahaya dalam berlalu lintas. Hal-hal yangperlu dipahami antara lain yaitu (a) menjaga kecepatanperjalanan; (b) menghargai pengemudi lain; (c) mentaatirambu lalu lintas, (d) mentaati marka jalan; (e) mentaaticara pindah jalur jalan, (f) mentaati cara membelok/memutar; (g) mentaati cara menyiap/ menyalip ranmor(kendaraan bermotor) lain (Ka. Upt LLAJ Surabaya).

Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan hasilwawancara kepada beberapa informan menunjukkankeselarasan dengan jurnal Anung Winahyu danSumaryati, mahasiswa Universitas Ahmad DahlanYogyakarta FKIP Prodi PPKn melalui jurnal onlineCitizhenship tahun 2013. Pada jurnal tersebut yangberjudul “Kepatuhan Remaja Terhadap Tata Cara TertibBerlalu Lintas” dijelaskan bahwa berdasarkan hasilpenelitian dan pembahasan tentang kepatuhan remajaterhadap tata cara tertib berlalu lintas (studi di DusunSeyegan Srihardono Pundong Bantul Tahun 2012), makadapat diambil kesimpulan akhir bahwa kepatuhan remajaterhadap tata cara tertib berlalu lintas di Dusun SeyeganSrihardono Pundong Bantul Tahun 2012 dapat dinyatakancukup.

Diketahui bahwa pelajar di Kabupaten Sidoarjopada awalnya kurang mengerti mengenai makna-makna

berperilaku tertib lalu lintas di jalan raya. Para pelajartersebut takut pada peraturan-peraturan tersebut tetapijustru tidak untuk dimengerti.

Bagi para remaja/ pelajar SMA/K di KabupatenSidoarjo yang telah mengikuti pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas merasa sangat senang karena pelatihantersebut dapat memberikan manfaat bagi mereka. PelajarSMA/K yang dulunya kurang mengerti tentang tertibberlalu lintas menjadi faham dan dapatmenaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Karenadalam pelatihan tersebut dibelajarkan secara nyatamengenai tertib berlalu lintas tidak hanya dengan teoritetapi juga disertai dengan praktik langsung di luarruangan.

Para remaja atau pelajar SMA/K di KabupatenSidoarjo tersebut mengaku bahwa adanya perubahanperilaku sosial tertib berlalu lintas pada dirinya masing-masing ketika sebelum dan sesudah mengikuti pelatihanBina Taruna Cinta Lalu Lintas di Dinas PerhubunganKabupaten Sidoarjo.

Hal tersebut diikarenakan para remaja/ pelajarSMA/K tersebut mulai memahami tentang menjagakecepatan perjalanan; menghargai pengemudi lain;mentaati rambu lalu lintas; mentaati marka jalan;mentaati cara pindah jalur jalan; mentaati caramembelok/ memutar; mentaati cara menyiap/ menyalipranmor (kendaraan bermotor) lain

b. Mampu memenuhi persyaratan teknis dan laikjalan ranmor (kendaraan bermotor)

Pemenuhan persyaratan dan laik jalan ranmor(kendaraan bermotor) adalah mengerti akan standarisasinasional atau kelayakan sebuah kendaraan bermotoruntuk dikendarai saat berlalu lintas. Yang antara laintermasuk kedalam hal-hal berikut ini: (a)mempertimbangkan modifikasi ranmor (kendaraanbermotor); (b) memperhatikan fungsi lampu utama danlampu tambahan; (c) memperhatikan fungsi sistem rem;(d) memperhatikan alur; (e) memperhatikan tekananudara ban.

Jurnal Fitria Wulandari, mahasiswa UniversitasMulawarman Samarinda Prodi Sosiatri-Sosiaologimelalui eJournal online Sosiatri-Sosiologi tahun 2015dengan judul penelitian yang diunggah yaitu“Pemahaman Pelajar tentang Disiplin Berlalu Lintas”,menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitian danpembahasan tentang pemahan remaja terhadap tata caratertib berlalu lintas (studi di SMK Kesehatan Samarinda),maka dapat diambil kesimpulan akhir bahwa pemahamanpelajar tentang disiplin berlalu lintas sangat minim karenaperaturan berlalu lintas hanya diketahui sebagai sebuahaturan tertulis dan tidak diterapkan pada kegiatan sehari-hari dalam mengendarai kendaraan bermotor. Hal iniselaras dengan hasil observasi di lapangan danwawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapainforman.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwapada dasarnya pengetahuan remaja atau pelajar SMA/Kdi Kabupaten Sidoarjo masih terbilang kurang. Hal inidikarenakan belum ada lembaga yang menyediakan

11

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

pendidikan khusus berlalu lintas di kalangan masyarakat,maka dari itu Dinas Perhubungan Kabupaten Sidoarjomencoba mewujudkannya melalui pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas.

Para remaja atau pelajar SMA/K di kabupatenSidoarjo mengaku dengan adanya pelatihan Bina TarunaCinta Lalu Lintas, mereka mendapatkan pengetahuan danwawasan yang mendalam mengenai aturan-aturan tertibberlalu lintas. Dengan pengetahuan para pelajar tersebutyang semakin bertambah, dapat membantu para pelajartersebut untuk dapat merubah perilaku sosial merekakhusunya dalam berperilaku tertib berlalu lintas. Parapelajar tersebut tidak lagi dengan asal memodifikasikendaraan mereka tanpa memperhatikan standarisasimemodif kendaraan bermotor.

Hal ini dipengaruhi oleh mulai mengertinya parapelajar SMA/K tersebut tentang bagaimanamempertimbangkan modifikasi ranmor (kendaraanbermotor); memperhatikan fungsi lampu utama danlampu tambahan; memperhatikan fungsi sistem rem;memperhatikan alur; memperhatikan tekanan udara ban.c. Mampu mentaati rambu-rambu lalu lintas fasilitas

lalu lintas jalanTerdapat fasilitas-fasilitas lalu lintas jalan di

dalam ruang lalu lintas yang berfungsi membantumemberi petunjuk pengguna jalan agar pengendara lalulintas dapat memanfaatkan ruang lalu lintas yang terdapatdidalamnya dengan baik dan benar, sehingga dapatmenghindarkan baik diri sendiri maupun pengguna jalanyang lain dari bahaya kecelakaan. Antara lain fasilitaslalu lintas yang patut untuk dipahami adalah (a) warnapengatur lalu lintas; (b) bentuk marka jalan dan zebracrossing; (c) jenis tanda/ rambu lantas; (d) bentuk rambupetunjukkan jalan/ arah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yangdilakukan oleh peneliti di lapangan menunjukkan adanyakeselerasan dengan jurnal Fitria Wulandari, mahasiswaUniversitas Mulawarman Samarinda Prodi Sosiatri-Sosiaologi melalui eJournal online Sosiatri-Sosiologitahun 2015 dengan judul penelitian yang diunggah yaitu“Pemahaman Pelajar tentang Disiplin Berlalu Lintas”,menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitian danpembahasan tentang pemahan remaja terhadap tata caratertib berlalu lintas (studi di SMK Kesehatan Samarinda),maka dapat diambil kesimpulan akhir bahwa Kurangnyasosialisasi dan kesadaran untuk belajar mengenal aturanberlalu lintas menjadi salah satu penyebab minimnyapengetahuan serta pemahaman para pelajar.

Banyak pelajar SMA/K di Kabupaten Sidoarjoyang ternyata memiliki jarak antara rumah dan sekolahyang lumayan jauh (sumber: dokumentasi biodatapeserta pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas).keadaan ini menimbulkan rawan kecelakaan bagi parapelajar tersebet. Ketika daalam keadaan panikdikarenakan jam brangkat sekolah dengan jam masuksekolah sudah mepet yang dapat mengakibatkanterlambat sekolah, banyak dari pelajar tersebut yangmengambil jalan pintas dengan ngebut dijalan sehinggatidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas sebagaiperingatan lalu lintas di jalan raya.

Hal yang seperti ini dapat ditimbulkan karenakurang adanya sosalisasi mengenai hal tersebut. Denganadanya pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas pararemaja atau pelajar SMA/K di Kabupaten Sidoarjomengaku semakin mengerti yang dimaksud rambuperingatan seperti warna pengatur lalu lintas; bentukmarka jalan dan zebra crossing; jenis tanda/ rambu lantas;bentuk rambu petunjukkan jalan/ arah.

Sehingga, dengan begitu mereka yang dapatmemahami secara baik mengenai rambu-rambu tersebutdapat mempratikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Mampu memenuhi kelengkapan mengemudikanranmor (kendaraan bermotor)

Untuk menghindari bahaya kecelakaan yangsering terjadi d jalan raya, seorang pengemudi yang baikdan tertib diwajibkan untuk selalu melengkapikelengkapan-kelengkapan ketika berkedara. Kelengkapantersebut harus dapat dipahami terlebih dahulu, antara lainyaitu (a) membawa surat-surat kendaraan bermotor,seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan SuratIjin Mengemudi (SIM); (b) memakai Helm yang amansesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI).

Dari hasil observasi dan wawancara, padapenelitian ini menunjukkan bahwa pelajar SMA/K diKabupaten Sidoarjo ternyata sudah banyak yang mengertipentingnya membawa kelengkapan mengemudikankendaraan bermotor. Mulai dari membawa surat-suratkendaraan bermotor seperti STNK dan SIM kemudianmenggunakan helm. Meskipun masih tak jarang masihada pelajar tersebut yang kurang benar dlammemahaminya, karena bagi mereka itu hanya cara polisiuntuk menakuti-nakuti masyarakat.

Hanya dari sebagian pelajar SMA/K di KabupatenSidoarjo yang dapat ditemui, mereka ada yang belumdapat melengkapi surat-surat kendaaraan bermotorkhusunya SIM karena mereka mangaku belum cukupumurnya untuk membuat SIM.

PENUTUPSimpulan

Sesuai dengan pembahasan yang telahdiuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarikkesimpulan bahwa keseluruhan penerapanpelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo sebagai stimulusbagi remaja atau pelajar SMA/K di KabupatenSidoarjo sehingga harapannya dapat menghasilkanrespon positif bagi remaja dalam melakukanperubahan sosial pada perilaku tertib berlalu lintasadalah sebagai berikut:1. Pelaksanaan pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu

Lintas diaksanakan sesuai dengan aspek-aspekyang terdapat pada pelaksanaan pelatihan dibidang non formal antara ain sebagai berikut:a. Rekrutmen peserta pelatihan

Rekrutmen peserta pelathan Bina TarunaCinta Lalu Lintas di Dinas PerhubunganKabupaten Sidoarjo dilakukan denganberkoordinasi terlebih dahulu dengan Dinas

12

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

Pendidikan untuk memohon data sekolah diKabupaten Sidoarjo. Setelah datadikumpulkan pihak Dishub mengirim suratperihal permohonan peserta pelatihan kesekolah-sekolah yang telah terpilih.Kemudian sekolah-sekolah tersebutmengirimkan siswa-siswinya sebagai pesertapelatihan. Data tersebut diolah dan menjadidata daftar peserta pelatihan.

b. Merumuskan tujuan dan bahan pelatihanPerumusan tujuan pelatihan dilakukan olehBu Cicik berdasarkan Undang-undang danatas persetujuan Kabid (Bapak Sigit) danBapak Kadin (Drs. Joko Santoso, MM.)

c. Metode pembelajaranMetode pembejaran yang digunakan yaituceramah (indoor)daan praktik (outdoor)

d. Alokasi waktuAlokasi waktu dalam bentuk jadwalpelaksnaan pelatihan dibuat dua hari dandiupayakan seefektif mungkin.

e. Dana belajarDana belajar merupakan dana anggaranpada Seksi Bimbingan Keselamatan BidangPengendalian dan Keselamatan di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo.

f. Tempat dan sarana pendukung pelatihanTempat pelaksanaan pelatihan dipilih tempatyang menyediakan ruangan auditorium danhalaman untuk kegiatan di dalam ruangan,yaitu di Royal Caravan Trawas Mojokerto.

g. Alat dan media pembelajaranAlat dan media pembelajaran telahdisediakan oleh pantia penyelenggarapelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintasberupa blocknote, bolpont, dll.

h. Sumber/narasumberNarasumber dipilih yang benar-benarberpengalaman pada bidang lalu lintas yaitudari Polres Sidoarjo dan Trainer/ Motivatordari ITS (Eko Sucahyo).

i. Iklim sosial dan suasana pembelajaranSuasana dilakukan dengan seefektif danseaktif mungkin sehingga peserta pelatihanantusias dalam mengikuti pelatihan.

j. Mengevaluasi program pelatihanEvaluasi dilakukan dengan membuat laporankegiatan untuk mengevaluasi pelaksanaankegiatan dari awal sampai akhir.

2. Peserta pelatihan antusias untuk mengikutipelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas karenadirasa sangat bermanfaat dalam menambahwawasan dan pengetahuan peserta pelatihan.Hal ini dapat dilihat dari respon yang dihasilkanoleh peserta pelatihan setelah selang beberapawaktu mengikuti pelatihan, antara lain dilihat dariaspek berikut:a. Mampu berperilaku tertib berlalu lintas

Remaja atau pelajar SMA/K di KabupatenSidoarjo setelah mengikuti pelatihan sedikit

demi sedikit mulai dapat merubah perilakusosial tertib berlalu lintas di jalan raya.

b. Mampu memenuhi persyaratan teknis danlaik jalan ranmor (kendaraan bermotor)Adanya pelatihan Bina Taruna Cinta LaluLintas yang diselenggarakan oleh DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo lumayanmemberikan efek jera bagi remaja ataupelajar SMA/K di Kabupaten Sidoarjo agartidak mengulangi lagi memodifikasikendaraan bemotornya dengan tanpamemperhatikan standarisasi nasional.

c. Mampu mentaati rambu-rambu lalu lintasfasilitas lalu lintas jalanPelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintasmembantu remaja atau pelajar SMA/K dalammemahami makna rambu-rambu lalu lintas,hal ini berdampak baik bagi pelajar SMA/K diKabupaten Sidoarjo karena dengan begitupara remaja Sidoarjo mulai menerapkannyasehari-hari taat berlalu lintas utamanya ketikaberangkat ke sekolah.

d. Mampu memenuhi kelengkapanmengemudikan ranmor (kendaraan bermotor)Remaja atau pelajar SMA/K di KabupatenSidoarjo cukup baik dalam memenuhikelengkapan mengemudikan kendaraanbermotor termasu STNK, SIM dan Helm,tetapi ada pula yang belum dapat memenuhikelengkapan SIM karena umurnya yangbelum diperbolehkan membuat SIM.

3. Faktor penghambat perubahan sosial padaperilaku remaja setelah mengikuti pelatihan.Faktor penghambat dalam proses perubahansosial pada perilaku tertib berlalu lintas remajasetelah menerima stimulus berupa pelatihanBina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo antara laindipengaruhi oleh skap masyarakat yangtradisional dan adat istadat atau kebiasaan.

4. Faktor pendukung perubahan sosial padaperilaku remaja setelah mengikuti pelatihan.Faktor pendukung dalam proses perubahansosial pada perilaku tertib berlalu lintas remajasetelah menerima stimulus berupa pelatihanBina Taruna Cinta Lalu Lintas di DinasPerhubungan Kabupaten Sidoarjo antara laindipengaruhi oleh sistem pendidikan formal yangmaju dan orientasi ke masa depan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telahdiuraikan diatas, maka ada beberapa saranyang dapat disampaikan yaitu sebagaiberikut:

1. Evaluasi pelatihan sebaiknya dilakukan secaraberkelanjutan, sehingga pelatihan dapatmengevaluasi bukan hanya pelaksanaankegiatan tetapi juga perilaku-perilaku pesertapelatihan yang ditmbulkan setelah mengikuti

13

Program Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dalam Upaya Menumbuhkan Perilaku SosialTertib Berlalu Lintas Remaja Usia 16-17 Tahun

pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas dandapat diadakan analisis untuk perbaikanpelaksanaan pelathan selanjutnya.

2. Pelatihan Bina Taruna Cinta Lalu Lintas akanlebih menyenangkan dan menarik minat pesertapelatihan apabila ada penyegaran jadwalpelaksanaan pelatihan setiap tahunnya dengandi selingi permainan-permainan edukasi yangmenyenangkan sehingga peserta akan semakinbersemangat mengikuti pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. PsikologiPendidikan. Bandung : PT Rosda KaryaRemaja.

Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup (LifeSkill Education). Bandung: CV Alfabeta.

Ary, Donal. 1982. Pengantar Penelitian DalamKependidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta.

Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. EducationalPsychology. Second Edition, Chicago: RandMc. Nally.

Hamid Darmadi. 2011. Metode PenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta.

https://dendibatinova.wordpress.com/2011/10/17/perilakusiosial/ (online), diakses pada 16Agustus 2015. Perilaku Sosial.

https://prasetyowidi.wordpress.com/2010/01/03/faktor-pendukung-dan-penghambat-perubahan-sosial/ (online), diakses pada 17 Agustus2015. Faktor penghambat dan PendukungPerubahan Sosial.

https://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial/ (online), diakses pada 16Agustus 2015. Perilaku Sosial.

https://www.academia.edu/8903328/Hukuman(online), diakses pada 20 Pebruari 2015.Hukuman.

https://yudistiadewisilvia.wordpress.com/2013/03/13/penelitian-expost-facto/ (online), diaksespada 17 Agustus 2015. Penelitian ExpostFacto.

Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan DanPelatihan (Konsep Dan Aplikasi). Bandung:Alfabeta.

Kartono, Kartini. 2009. Patologi Sosial Jilid 1.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Komar, Oong. 2006. Filsafat Pendidikan Nonformal.Bandung: Grafika.

Krech et.al. 1962. Individual in Society. Tokyo:McGraw-Hill Kogakasha.

Marzuki, Saleh. 2012. Pendidikan NonformalDimensi Dalam Keaksaraan Fungsional,Pelatihan Dan Andragogi. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian KualitatifDalam Perspektif Rancangan Penelitian.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Kualitatif&Kuantitaif. Surabaya: Unesa UniversityPress.

Roesminingsih, Mv Dan Susarno, Lamijan Hadi.2011. Teori Dan Praktek Pendidikan.Surabaya: Lembaga Pengkajian DanPengembangan Ilmu Pendidikan FIP Unesa.

Santoso, Gempur. 2007. Metodologi Penelitian:Kuantitatif Dan Kualitatif. Jakarta: PrestasiPustaka Publisher.

Simamora, H, (1995). Manajemen Sumber DayaManusia, Yogyakarta, Bagian Penerbitan Stie

Skinner, B.F. 1976. About Behaviorism. New York:United State by Random House, Inc ofAmerica.

Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: TheoryAnd Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn AndBacon.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. MetodePenelitian Pendidikan. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Suyanto, Bagong. 2003. Masalah Sosial Anak.Jakarta: Prenada Media Group.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007.Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PTImperial Bhakti Utama.

Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun2009 Tentang Lalu Lintas Dan AngkutanJalan.

Wahidmurni, Alfin Mustikawan, Dan Ali Ridho. 2010.Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi DanPraktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Social SuatuPengantar, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Winahyu, Anung & Sumaryati. 2013. “KepatuhanRemaja Terhadap Tata Cara Tertib BerlaluLintas (Studi Di Dusun Seyegan SrihardonoPundong Bantul)”. Jurnal Citizenship. Vol. 2(2): Hal. 147-148.

Wulandari, Fitria. 2015. “Pemahaman Pelajartentang Disiplin Berlalu Lintas (Studi di SMKKesehatan Samarinda)”. eJournal Sosiatri-Sosiologi. Vol. 3 (3): Hal. 52-64.

14