151
IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) DI DESA MUNJUL KECAMATAN MUNJUL KABUPATEN PANDEGLANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Administrasi Publik Oleh : FIRMAN DUMIYATI PUTRA NIM. 6661111790 PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2018

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

DI DESA MUNJUL KECAMATAN MUNJUL

KABUPATEN PANDEGLANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Administrasi Publik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Administrasi Publik

Oleh :

FIRMAN DUMIYATI PUTRA

NIM. 6661111790

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, 2018

Page 2: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

ABSTRAK

FIRMAN DUMIYATI PUTRA, 6661 111790. Skripsi. Implementasi Program

Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) di Desa Munjul Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang. Program Studi Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Poitik. Pembimbing I Dr. Dirlanudin, M.Si., Pembimbing II Ima

Maisaroh, M.Si.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keinginan peneliti untuk melihat sejauhmana

Implementasi Program Raskin berjalan di Desa Munjul. Adapun masalah dalam

penelitian ini adalah: 1) Ketidaklancaran pendistribusian beras Raskin, banyak

RTS penerima Raskin di Desa Munjul mengeluhkan lambatnya distribusi beras

yang dilakukan pemerintah melalui Bulog; 2) Beras Raskin yang

didistribusikan oleh pemerintah adalah beras yang kualitasnya jelek dan tidak

layak untuk dikonsumsi; 3) Kebijakan Raskin seringkali tidak tepat sasaran

karena beras Raskin bisa diperoleh oleh masyarakat yang bukan kategori RTS.

Metode penelitian adalah Deskriptif Kuantitatif. Menggunakan indikator

Implementasi Kebijakan Publik menurut Van Metter dan Van Horn (A Model of

The Policy Implementation), yang dikutip dalam Agustino (2012:141-144),

terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik, yaitu: 1)

Ukuran dan Tujuan Kebijakan; 2) Sumberdaya; 3) Karakteristik Agen Pelaksana;

4) Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana; 5) Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana; 6) Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan

Politik. Hipotesis awal: Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin

(Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang kurang dari

65%. Analisis data menggunakan uji t-test satu sampel. Hasil penelitian yaitu

Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang mencapai 66.57% dari hipotesis 65%.

Saran: 1) Lebih meningkatkan kompetensi atau pengetahuan dalam petugas

pelaksana; 2) Peningkatan kinerja tim dan meminimalisir permainan oknum dalam

pendistribusian beras raskin; 3) Meningkatkan pola koordinasi dan komunikasi

baik dengan internal tim, aparatur desa, maupun masyarakat sehingga

meminimalisir misskomunikasi; 4) Melibatkan secara langsung stakeholder dalam

dalam pendistribusian raskin ke berbagai daerah; 5) Pemerintah Daerah lebih

meningkatkan pengawasan dalam pendistribusian raskin di Desa-desa karena

cenderung banyak pelanggaran; 6) Peningkatan SDM merupakan hal yang

sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan. Permasalahan yang sering terjadi

adalah dalam pengolahan data yang dilaporkan secara berjenjang, yang terkadang

tidak sinkron. Karena pada pendistribusian ada saja RTS-PM yang tidak dapat

menerima jatah raskin tersebut.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Kebijakan Publik

Page 3: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

ABSTRACT

FIRMAN DUMIYATI PUTRA, 6661 111790. Thesis. Implementation of Rice

for Poor Family Program (RASKIN) in Munjul Village Munjul Sub-district

Pandeglang District. Public Administration Studies Program. Faculty of Social

and Political Sciences. Supervisor I Dr. Dirlanudin, M.Si., Advisor II Ima

Maisaroh, M.Si.

This research is motivated by the desire of researchers to see how far the

Implementation of Raskin Program runs in Munjul Village. The problems in this

research are: 1) The inconsistency of distribution of Raskin rice, many Raskin

RTS in Munjul Village complained about the slow distribution of rice by the

government through Bulog; 2) Raskin rice distributed by the government is rice of

poor quality and unfit for consumption; 3) Raskin policies are often inadequate

because Raskin rice can be obtained by people who are not RTS categories. The

research method is Quantitative Descriptive. Using Van Arter's Van

Implementation and Van Horn (A Model of Policy Policy Implementation)

indicators, cited in Agustino (2012: 141-144), there are six variables that influence

public policy performance: 1) Policy Size and Objectives; 2) Resources; 3)

Characteristics of Implementing Agencies; 4) Attitudes / Disposition of the

Implementers; 5) Inter-organizational Communication and Implementing

Activities; 6) Economic, Social, and Political Environment. Preliminary

Hypothesis: Implementation of Rice Program for Poor Families (Raskin) In

Munjul Village Munjul Sub-district Pandeglang District is less than 65%. Data

analysis used one sample t-test. The result of the research is Implementation of

Rice Program for poor family (Raskin) in Munjul Village Munjul Sub-district

Pandeglang Regency reach 66.57% from hypothesis 65%. Suggestion: 1) Increase

the competence or knowledge in the executing officer; 2) Improvement of team

performance and minimize game of person in distribution of raskin rice; 3)

Improving coordination and communication pattern with internal team, village

apparatus, and community so as to minimize misscommunication; 4) Involve

directly stakeholders in the distribution of raskin to various regions; 5) The local

government further enhances supervision in the distribution of raskin in the

villages because it tends to be a lot of violations; 6) Increasing human resources is

very important in the implementation of policy. The problem that often happens is

in the processing of data reported in stages, which sometimes does not sync. Due

to the distribution there are only RTS-PM who can’t accept raskin allocation.

Keywords: Policy Implementation, Public Policy

Page 4: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman
Page 5: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman
Page 6: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman
Page 7: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

Tidak ada Nahkoda Handal yang

dihasilkan dari laut yang tenang…..

(ANONIM)

Skripsi ini ku persembahkan untuk kalian….

Ibu, ayah dan kakakku tercinta….

Page 8: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti

panjatkan kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan

untuk Nabi Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho,

rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PROGRAM

BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) DI DESA MUNJUL

KECAMATAN MUNJUL KABUPATEN PANDEGLANG”

Dengan selesainya Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung

peneliti dalam upaya menyelesaikan penelitian ini. Maka peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos. M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukroman, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

ii

6. Listyaningsih, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Dr. Arenawati, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa .

8. Dr. Dirlanudin, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang membimbing dan

membantu peneliti dalam penyusunan skripsi, terima kasih atas arahan dan

pembelajarannya.

9. Ima Maisaroh, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik yang membimbing dan membantu peneliti dalam

penyusunan skripsi, terima kasih atas arahan dan pembelajarannya.

10. Semua Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah

membekali ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan.

11. Kedua Orang tua tercinta dan kakak tersayang yang telah memberikan

dorongan semangat dan nasehatnya, keluarga peneliti tercinta terima kasih

atas segenap perhatian dan motivasinya, canda tawa serta dukungannya untuk

peneliti.

12. Saudaraku Bang Eldha Furqon Amirullah, M.Si., Jaka Permana, Jaka

Maulana, dan Masdi yang setia menemani perjuanganku sampai selesai.

13. Teman-teman seperjuanganku di Prodi Ilmu Administrasi Publik FISIP

Untirta 2011 yang tak bisa kusebutkan satu persatu.

Akhir kata peneliti berharap dan berdoa kepada pihak-pihak yang telah

banyak membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini mendapat imbalan dari

Page 10: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

iii

Allah SWT serta peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan

dalam Skripsi ini sehingga peneliti dengan rendah hati menerima masukan dari

semua pihak agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi dan peneliti

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada

pembaca umumnya.

Serang, Juni 2018

Peneliti

Page 11: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Identifikasi Masalah ...................................................................... 10

1.3. Batasan Masalah ........................................................................... 10

1.4. Perumusan Masalah ...................................................................... 11

1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11

1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11

1.7. Sistematika Penulisan ................................................................... 12

Page 12: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

v

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori .............................................................................. 14

2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 47

2.3. Kerangka Berfikir ......................................................................... 49

2.4. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ......................................................................... 56

3.2. Ruang Lingkup dan Fokus Penelitian ........................................... 57

3.3. Lokasi Penelitian ........................................................................... 57

3.4. Variabel Penelitian ........................................................................ 57

3.5. Instrumen Penelitian ..................................................................... 58

3.6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 60

3.7. Populasi dan Sampel ..................................................................... 61

3.8. Jadwal Penelitian .......................................................................... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................... 69

4.2. Deskripsi Data ............................................................................... 78

4.3. Persyaratan Pengujian Statistik ..................................................... 80

4.4. Analisis Data ................................................................................. 84

4.5. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 119

4.6. Interpretasi Hasil Penelitian .......................................................... 122

4.7. Pembahasan ................................................................................... 124

Page 13: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

vi

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 131

5.2. Saran ............................................................................................. 132

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Rincian RTS Penerima Program RASKIN Kecamatan Munjul ..... 8

Tabel 3.1. Skoring Item Instrumen .................................................................. 59

Tabel 3.2. Populasi Berdasarkan RW di Desa Munjul .................................... 62

Tabel 3.3. Sampel Berdasarkan RW di Desa Munjul ...................................... 64

Tabel 3.4. Jadwal Penelitian ............................................................................ 68

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 79

Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pendidikan ............................................... 79

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Validitas Instrumen ........................................... 82

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Uji Relianilitas Instrumen ................................. 84

Page 15: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Pendekatan The Policy Implementation process ............. 32

Gambar 2.2. Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle ...................... 36

Gambar 2.3. Model Direct and Indirect Impact on Implementation ................ 38

Gambar 2.4. Kerangka Berfikir Penelitian ...................................................... 54

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Pandeglang ........................................................ 71

Gambar 4.2. Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis .............................. 122

Gambar 4.3. Interval ........................................................................................ 124

Page 16: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan yang majemuk, terdiri dari berbagai

etnis serta suku bangsa. Sebagai sebuah negara yang majemuk, Indonesia sangat

potensial menghadapi ancaman disintegrasi bangsa yang merupakan efek domino

dari semakin berkembangnya peradaban. Konflik disintegrasi biasanya akan

muncul dikarenakan cara pandang yang salah tentang paham primordialisme. Di

saat menipisnya nilai-nilai nasionalisme pada diri manusia Indonesia, berbagai

hasutan dan isu-isu baik politik, ekonomi, pendidikan, agama dan sosial budaya

dapat memicu timbulnya berbagai konflik di daerah-daerah Indonesia.

Masalah lain yang dapat memecah belah tatanan kehidupan berbangsa dan

bernegara adalah masalah kemiskinan. Ketimpangan antara orang kaya dan orang

miskin rentan terhadap perpecahan dan merupakan sebuah bom waktu yang akan

merusak tatanan negeri ini. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang timbul

karena adanya ketimpangan pembangunan ekonomi dalam suatu negara.

Kemiskinan menjadi sebuah persoalan besar bagi banyak Negara termasuk

Indonesia.

Perubahan sosial yang disebabkan globalisasi menyebabkan

perkembangan kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks. Arus

globalisasi yang kencang, menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin

1

Page 17: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

2

meningkat. Mulai dari kebutuhan akan informasi, hiburan, dan tentu saja

kebutuhan untuk kehidupan sehari-hari (sandang, papan, dan pangan). Kebutuhan

akan tersedianya pangan merupakan hal wajib yang harus disediakan oleh negara

untuk rakyatnya dan menjadi sebuah masalah yang kompleks jika hal ini

terganggu.

Apabila sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut tersedia,

maka kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Tetapi apabila sumber-sumber tersebut

langka, maka hal ini menjadi persoalan hidup bagi manusia. Persoalan seperti ini

merupakan tanggung jawab negara sebagai sebuah institusi yang menaungi

masyarakat sebagai anggota dari suatu negara. Persoalan tersebut memerlukan

pemecahan serius yaitu pemecahan secara kolektif. Disinilah birokrasi memiliki

peranan yang sangat penting untuk berfikir, menganalisa, dan mencari solusi dari

persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat. Selain pemerintah pusat,

pemerintah daerah juga harus peka terhadap persoalan yang terjadi dalam

masyarakat. Inilah yang diharapakan oleh masyarakat ketika konsep otonomi

daerah dicetuskan lalu disahkan melalui undang-undang.

Sebagai sebuah negara yang mempunyai wilayah teritorial yang cukup

luas, mayoritas masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian pada sektor

pertanian dan perkebunan. Yang oleh beberapa negara, Indonesia sering disebut

juga sebagai negara agraris. Selain karena ditunjang oleh kondisi alamnya yang

tropis juga di wilayah Indonesia setiap tahunnya memiliki dua musim yaitu

musim panas dan musim hujan. Akan tetapi kondisi yang mendukung untuk

Page 18: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

3

menjadikan Indonesia menjadi sebuah negara agraris yang besar tidak lantas

membuat masyarakat Indonesia hidup dalam pangan yang mencukupi. Karena

pada kenyataannya, Pemerintah Indonesia masih membutuhkan bantuan dari

negara lain dalam bentuk pangan. Kebijakan yang beberapa hari ini menjadi

sebuah berita headlines adalah rencana Pemerintah untuk impor beras dari negara

lain.

Pangan merupakan kebutuhan yang sangat pokok yang bersifat

mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik di tingkat

nasional maupun daerah yang akan sangat menunjang kesejahteraan masyarakat.

Sejalan dengan itu, pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya

peradaban manusia. Tujuan dari pembangunan di Indonesia adalah untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sesuai

dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945.

Peningkatan kesejahteraan untuk seluruh rakyat sangat ditentukan

berbagai faktor dan bukan semata-mata karena tersedianya dana. Lingkup

permasalahan kesejahteraan dewasa ini semakin kompleks baik karena

adanya faktor struktur penduduk, maupun faktor yang ditumbuhkan oleh

intervensi dan inovasi pembangunan. Selain itu, program kesejahteraan rakyat

juga bukan semata- mata untuk mengatasi dampak dari adanya bencana

alam, konflik, pelaksanaan otonomi daerah, masalah perbatasan dan disintegrasi

melainkan juga untuk mengatasi dan memerangi kemiskinan.

Kemiskinan terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan, bisa

Page 19: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

4

dikatakan semakin memprihatinkan. Kemiskinan terjadi dikarenakan belum

terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Hak-hak dasar tersebut antara lain adalah

hak atas pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, tanah, sumber

daya alam, air bersih, dan sanitasi, rasa aman serta hak untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Dampak dari kemiskinan adalah munculnya jutaan anak tidak bisa

mengenyam pendidikan yang berkualitas, minimnya pelayanan kesehatan yang

didapat, kurangnya akses terhadap pelayanan publik, kesulitan dalam mencari

pekerjaan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, tidak adanya

perlindungan maksimal untuk keluarga, semakin menguatnya arus urbanisasi ke

kota, dan yang lebih parah adalah kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat tidak

dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Hal ini

membuktikan bahwa masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan

kronis dalam proses pembangunan nasional.

Masalah kemiskinan yang semakin kompleks, memaksa Pemerintah untuk

membuat program dalam upaya pengentasan kemiskinan. Banyak sudah program-

program yang telah dibuat oleh pemerintah antara lain seperti Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM ), program Bantuan Sejahtera (Gakin),

Bantuan Langsung Tunai (BLT) hingga penyaluran dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS) untuk membantu siswa miskin, serta masih banyak lagi program

pengentasan kemiskinan lainnya. Hal tersebut adalah bagian dari upaya

pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.

Page 20: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

5

Upaya untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap

warga negara dan merupakan kebutuhan untuk hajat hidup orang banyak, serta

dalam rangka program pengentasan pemerintah, maka ditetapkanlah suatu

kebijakan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan

Perberasan, yaitu berupa penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi

kelompok masyarakat miskin atau yang sering disebut Raskin. Melalui Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan, Presiden

mengintruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen

tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan

upaya peningkatan pendapatan petani dan mengawal ketahanan pangan nasional.

Presiden juga menginstruksikan secara khusus kepada Perum BULOG untuk

menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat

miskin dan rawan pangan, yang penyediannya mengutamakan pengadaan beras

dari gabah petani dalam negeri. Penyaluran beras bersubsidi ini terbukti telah

membantu sebagian besar masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah

tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikurangi, sehingga pada akhirnya

memberikan kontribusi positif dalam upaya penanggulangan kemiskinan di

Indonesia.

Program Raskin, memiliki tujuan agar keluarga miskin mempunyai akses

yang baik terhadap pangan (beras) dalam hal harga dan ketersediaan. Program

Raskin sebagai suatu implementasi kebijakan subsidi pangan terarah merupakan

upaya peningkatan kesejahteraan sosial Pemerintah terhadap keluarga miskin.

Page 21: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

6

Secara langsung, program Raskin memiliki dampak pada peningkatan

kesejahteraan dan ketahanan pangan dalam suatu rumah tangga. Program

Raskin secara horizontal juga akan mendukung program perbaikan gizi,

peningkatan kesehatan, peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan

meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Dalam program Raskin, dideskripsikan

bahwa seluruh rumah tangga miskin adalah rumah tangga sasaran, sehingga

program tersebut berorientasi untuk menyerap seluruh rumah tangga miskin di

tiap daerah.

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 Kabupaten/Kota di

Propinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa. Kabupaten Pandeglang

terletak di bagian Selatan Provinsi Banten. Wilayah administrasi pemerintah

Kabupaten Pandeglang terdiri dari wilayah administrasi Kecamatan sebanyak 35

Kecamatan, wilayah Desa sebanyak 322 Desa dan 13 Kelurahan, dengan batas-

batas administrasi: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang; Sebelah

Barat berbatasan dengan Selat Sunda; Sebelah Selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Angka

kemiskinan di Kabupaten Pandeglang tergolong tinggi dimana berdasarkan sensus

pada tahun 2016 tercatat sekitar 113.000 KK atau 10.46% dari penduduk

Pandeglang tergolong miskin.

Upaya Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam pengentasan

kemiskinan serta untuk meningkatkan kesejahteraan warga miskin terus

dilaksanakan, antara lain melalui program-program kerja yang dilaksanakan oleh

Page 22: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

7

Dinas Sosial salah satunya yaitu Program Beras untuk keluarga miskin

(Raskin). Raskin sendiri merupakan sebuah program bantuan beras bersubsidi

dari pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau Rumah Tangga

Sasaran (RTS). Program dan kegiatan langsung yang dilaksanakan oleh Dinas

Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang untuk tahun 2016 ini bersumber dari

APBD Kabupaten Pandeglang. Untuk kelancaran penyaluran Raskin, maka

Pemerintah Kabupaten Pandeglang melalui Dinas Ketahanan Pangan berkerja sama

dengan Bulog Subdrive Lebak-Pandeglang, dengan dibantu pihak Kecamatan dan

Kelurahan/Desa. Dalam pelaksanaannya, pihak Pemerintah melakukan upaya

sosialisasi terus menerus mengenai data terbaru kepada penerima manfaat.

Berdasarkan aturan, setiap rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM)

mendapatkan jatah 15 kg/bulan dengan harga tebus beras adalah Rp. 1600/kg.

Kecamatan Munjul merupakan kecamatan yang juga mendapatkan

bantuan penyaluran Raskin. Terdapat 9 Desa di Kecamatan Munjul yang

semuanya mendapatkan bantuan Raskin. Jumlah RTS di Kecamatan Munjul

sendiri yaitu 2.341 RTS yang tersebar di 9 Desa di Kecamatan Munjul. Berikut

peneliti berikan rincian penyebaran RTS penerima program Raskin di Kecamatan

Munjul:

Page 23: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

8

Tabel 1.1.

Rincian RTS Penerima Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin)

Kecamatan Munjul

Tahun 2017

Kecamatan

JML

RTS

Desa

JML RTS

Munjul 2.341 Pasanggrahan 145 Sukasaba 225 Gunungbatu 129 Panacaran 267 Curuglanglang 420 Munjul 311 Cibitung 423 Kota Dukuh 325 Lebak 96

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang, 2017

Untuk mempersempit ruang lingkup penelitian, peneliti mencoba

memfokuskan penelitian di wilayah Desa Munjul. Selain juga karena Desa ini

adalah tempat tinggal peneliti, menurut sepengetahuan peneliti terdapat beberapa

masalah dalam upaya penyaluran beras untuk keluarga miskin ini. Berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan, fenomena pelaksanaan program Raskin

untuk tahun anggaran 2017 di Kabupaten Pandeglang khususnya di Desa

Munjul Kecamatan Munjul, bahwa dalam penyaluran Raskin tersebut masih

ditemukan berbagai masalah.

Masalah pertama adalah kelancaran distribusi beras Raskin. Banyak RTS

penerima Raskin di Desa Munjul mengeluhkan lambatnya distribusi beras yang

Page 24: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

9

dilakukan pemerintah melalui Bulog. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti

dengan Ketua RT 001/003 Desa Munjul Bapak Ahmad, bahwa sekitar sudah 3

bulan ini distribusi beras Raskin tidak sampai ketempatnya. Beliau sendiri tidak

mengetahui pasti apa yang terjadi dengan keterlambatan pendistribusian Raskin

ini. Padahal masyarakat di RT beliau sangat tergantung pada program Raskin

ini dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Seperti kata salah satu warga

yang peneliti wawancara, menurutnya penyaluran Raskin yang tersendat

membuat dirinya harus mengeluarkan uang lebih hanya untuk makan. Karena

menurutnya harga beras di Pasar yang paling murah sudah menyentuh angka

Rp. 7000/kg dengan kualitas sangat jelek.

Masalah kedua adalah seringkali beras yang didistribusikan oleh

pemerintah adalah beras yang kualitasnya jelek dan tidak layak makan. Seperti

pengakuan Bapak Hambali Ketua RT 002/003, menurutnya seringkali beras

yang diterima RTS dalam penyaluran Raskin adalah beras yang kurang layak

untuk di konsumsi. Ditambahkan oleh Pak Hambali bahwa terkadang berasnya

kuning serta banyak kutunya. Hanya saja karena himpitan ekonomi, warga RTS

selalu saja menerima apa yang disalurkan oleh pemerintah.

Masalah ketiga adalah seringkali terjadi beras Raskin yang didistribusikan

oleh pemerintah melalui Perum Bulog juga bisa didapatkan oleh warga yang tidak

masuk kategori RTS. Hal ini mengecewakan warga kategori RTS karena

mengurangi jatah mendapatkan Raskin. Peneliti mendapatkan fakta tersebut dari

beberapa warga RTS yang peneliti wawancara. Sehingga setiap RTS yang

Page 25: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

10

harusnya menerima 10kg dalam sekali penyaluran harus rela jatahnya dipotong.

Hal ini menurut mereka sangat mengecewakan.

Dari fenomena yang peneliti paparkan tersebut diatas, maka peneliti

tertarik dalam hal ini untuk melakukan penelitian dengan judul : “Implementasi

Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan

Munjul Kabupaten Pandeglang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti

mengidentifikasi masalah yang antara lain sebagai berikut:

1. Ketidaklancaran pendistribusian beras Raskin, banyak RTS penerima

Raskin di Desa Munjul mengeluhkan lambatnya distribusi beras yang

dilakukan pemerintah melalui Bulog.

2. Beras Raskin yang didistribusikan oleh pemerintah adalah beras yang

kualitasnya jelek dan tidak layak untuk dikonsumsi.

3. Kebijakan Raskin seringkali tidak tepat sasaran karena beras Raskin bisa

diperoleh oleh masyarakat yang bukan kategori RTS.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini peneliti lakukan untuk mengetahui sejauhmana Implementasi

Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan

Munjul Kabupaten Pandeglang.

Page 26: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

11

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

permasalahan pokok yang dapat peneliti rumuskan dalam penelitian ini yaitu

bagaimana Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa

Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang.

1.5. Tujuan Penelitian

Tanpa adanya tujuan penelitian, maka seorang peneliti tentunya akan

mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Sesuai dengan latar belakang

dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

bagaimana Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa

Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang dan pengaruhnya terhadap

upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan

pengetahuan karena akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam

Page 27: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

12

dunia akademis khususnya Ilmu Administrasi Negara. Selain itu,

penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pengembangan studi

administrasi negara.

b. Secara Praktis

Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan

kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti

selama mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya

peneliti dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan

peneliti selanjutnya.

1.7. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang yang menjelaskan ruang lingkup dan

kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari ruang

lingkup yang paling umum hingga mengerucut kepada lingkup yang paling

khusus. Kemudian selanjutnya, identifikasi masalah.

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan mendukung

penelitian ini dari metode – metode yang menjadi dasar bagi analisa

permasalahan yang ada dan pemecahan tersebut. Landasan teori ini didapat

Page 28: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

13

dari studi pustaka mengenai hal – hal yang berhubungan dengan penelitian

skripsi ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian membahas tentang jenis pendekatan, lokasi penelitian,

tehnik pengumpulan data, tehnik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan pokok pembahasan dari permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini, yang meliputi gambaran umum Kabupaten

Pandeglang, dan proses penyaluran Raskin serta hambatan hambatan yang

dihadapi dalam pelaksanaan serta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.

Memperlihatkan metode – metode analisis yang dilakukan selama penelitian

serta hasil dari penelitian – penelitian tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dari keseluruhan penulisan ini yang berisi

kesimpulan yang merupakan hasil dari kegiatan penelitian mengenai

permasalahan yang diangkat dengan menggunakan metode-metode yang

telah disebutkan. Bab ini juga menyertakan saran-saran yang mungkin

diperlukan bagi penelitian.

Page 29: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

14

BAB II

DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori

Deskripsi teori ini berisi tentang beberapa penjelasan terhadap variabel-

variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan

mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan

prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas

dan terarah. (Sugiyono, 2005: 63).

Adapun teori-teori yang peneliti gunakan yaitu teori kebijakan publik

sebagai teori utama untuk mengetahui upaya-upaya pemerintah terkait

implementasi program beras rumah tangga miskin, konsep keluarga miskin dan

kemiskinan dan petunjuk teknis pelaksanaan distribusi Beras Rumah Tangga

Miskin (RASKIN) oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang.

2.1.1. Pengertian Kebijakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana

dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak

(tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita,

tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen

dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan.

14

Page 30: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

15

Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil

oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan

dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat

kebijakan-kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.

Bagi para pemegang kekuasaan yang berwenang dalam membuat

kebijakan-kebijakan, tentu perlu pertimbangan serta peninjauan secara

seksama. Karena kebijakan-kebijakan yang dibuat memiliki dampak yang

luas, tidak hanya oleh kelompok tertentu, namun masyarakat juga dapat

merasakan dampak tersebut.

Pada dasarnya, kebijakan dibuat untuk melakukan tindakan

pencegahan dan bukan saat telah terjadi atau sudah terjadi. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, kebijakan didefinisikan sebagai rangkaian konsep

dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan

suatu pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang pemerintah,

organisasi, dan sebagainya).

Menurut Dunn (2003: 51), kebijakan didefinisikan dari asal

katanya. Secara etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari

bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan

Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur (Kota) dan memliki arti

suatu pedoman dasar atau rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan

yang menyangkut Negara dan Kota.

Page 31: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

16

Kebijakan didefinisikan oleh Budiarjo sebagai:

“Suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau

kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk

mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya pihak yang membuat

kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.”

Definisi kebijakan lebih luas dikemukakan oleh Suharto (2013:3)

bahwa kebijakan menyangkut pemerintah dan pola hubungan yang sebaik-

baiknya antara elemen yang ada.

“Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan

saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur

negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan

sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-

keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung

mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumberdaya alam,

finansial, dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat

banyak, penduduk masyarakat atau warga negara. Kebijakan

merupakan hasil adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi

antara berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan-

kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.”

Frederick dalam Winarno (2012:20) mendefinisikan kebijakan

sebagai

“Suatu arah tindakan yang dilakukan seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan

hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan yang

diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka

mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu

maksud tertentu.”

Untuk memahami istilah kebijakan, Wahab (2008:40-50)

memberikan beberapa pedoman sebagai berikut :

Page 32: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

17

a. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari

administrasi

c. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

d. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya

tindakan

e. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik

eksplisit maupun implisit

g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung

sepanjang waktu

h. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar

organisasi dan yang bersifat intra organisasi

i. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci

lembaga-lembaga pemerintah.

j. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Sedangkan Hogwood dan Gunn dalam Wicaksana (2006: 53),

menyebutkan sepuluh penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian

modern, diantaranya:

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a

field of activity)

Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan

ekonomi, kebijakan industry, atau kebijakan hukum dan

ketertiban.

b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang

diharapkan (as expression of general purpose or desired state

of affairs)

Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin

atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.

c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal)

Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10

hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.

d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government)

Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang

diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.

e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization)

Page 33: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

18

Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau

lembaga-lembaga pembuat kebijakan lainnya.

f. Sebagai sebuah program (as a programe)

Contonya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah

didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program

peningkatan kesehatan perempuan.

g. Sebagai output (as output)

Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti

sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program

reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena

dampaknya.

h. Sebagai hasil (as outcome)

Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak

terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output

agrikultural dari program reformasi agararia.

i. Sebagai teori atau model (as a theory or model)

Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y,

misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri

manufaktur, maka output industry akan berkembang.

j. Sebagai sebuah proses (as a process)

Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan

issues lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting),

pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi.

Berdasarkan pemaparan berbagai ahli tersebut di atas maka peneliti

dapat menarik kesimpulan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan atau

kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang,

suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur

keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan

yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu. Kebijakan adalah

suatu pedoman dasar atau konsep dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau

program, kepemimpinana dan cara bertindak. Istilah kebijakan ini dapat

Page 34: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

19

kita terapkan pada birokrasi pemerintahan, organisasi, dan kelompok

sektor swasta, serta individu.

2.1.2. Pengertian Publik

Istilah publik dapat didefinisikan sebagai kata benda (the public)

yang berarti masyarakat secara umum atau kesamaan hak dalam

masyarakat sebagai kata sifat (public) yang berarti sesuatu hal yang

disediakan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah secara menyeluruh seperti menyediakan lapangan pekerjaan,

hiburan, pelayanan, pendidikan dan lain sebagainya.

Penggunaan kata public menurut Wicaksono (2006:30) seringkali

dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang

dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan

sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama.

Menurut Habermas (dalam Parsons 2008:5), pengertian publik

adalah:

“Sebagai ruang yang bebas dari intervensi ekonomi dan bisnis, dan

ruang dimana ada batas yang jelas antara ruang publik dan privat,

jelas bertentangan dengan pandangan tradisi Eropa kontinental

yang menganggap ruang publik sebagai ruang yang mencakup

dunia bisnis dan perdagangan, dimana cakupan kehidupan privat

jauh lebih luas ketimbang yang dipahami dan dikembangkan di

Britain (Inggris) dan Amerika”.

Pengertian publik menurut Yulianita (dalam Mukarom dan

Laksana 2015:15) dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

Page 35: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

20

a. Pengertian publik secara kuantitatif yaitu publik itu lebih dari

satu orang yang mempunyai minat yang sama mengenai suatu

masalah sosial.

b. Pengertian publik secara geografis yaitu sejumlah orang yang

berkumpul bersama-sama di suatu tempat.

c. Pengertian publik secara psikologis yaitu sebagai orang-orang

yang menaruh perhatian yang sama terhadap suatu masalah

yang sama, tetapi tidak bersangkut paut dengan tempat mereka

berada.

d. Pengertian publik secara geografis yaitu adanya kelompok

individu yang mempunyai minat/keinginan yang sama,

kehendak untuk memecahkan masalah secara bersama-sama,

serta mencapai tujuan secara bersama pula.

Berdasarkan beberapa pandangan diatas mengenai definisi publik,

maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa publik adalah sekelompok

orang dalam satu tempat yang sama memiliki harapan/keinginan dan

tujuan yang sama dan dalam aktivitasnya diperlukan intervensi dari

pemerintah atau aturan sosial.

2.1.3. Pengertian Kebijakan Publik

Setelah memahami definisi dari kebijakan dan public yang telah

dikemukakan di atas. Selanjutnya akan peneliti paparkan pengertian dari

kebijakan publik. Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional

disebut public policy. Dengan adanya tujuan yang ingin direalisasikan dan

adanya masalah publik yang harus diatasi, maka pemerintah perlu

membuat suatu kebijakan publik. Kebijakan yang merupakan sekumpulan

keputusan-keputusan yang ditetapkan, yang bertujuan dalam melindungi

Page 36: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

21

serta membatasi perilaku atau tindakan masyarakat sesuai dengan norma-

norma yang berlaku di dalam masyarakat. Karena para pembuat kebijakan

perlu mencari tahu dan meninjau terlebih dulu terkait isu-isu masalah apa

yang terjadi di masyarakat. Masyarakat adalah sumber utama dalam

penyusunan kebijakan publik. Kebijakan ini untuk keberhasilannya tidak

hanya didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan

administratif, akan tetapi juga harus didasarkan atas pertimbangan etika

dan moral.

Eulau dan Prewitt dalam Agustino (2012: 6-7), dalam persepektif

mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai: “keputusan tetap’ yang

dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku dari

mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan

tersebut.”

Definisi lain dikemukakan oleh Dye dalam Agustino (2012: 7),

bahwa:

“kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk

dikerjakan atau tidak dikerjakan” seperti ungkapannya dalam

Subarsono (2005:2)public policy is whatever governments choose

to do or not to do).

Sedangkan menurut Dunn dalam Wicaksana (2006: 64), Kebijakan

publik ialah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan

kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk

tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Rose

Page 37: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

22

berupaya mengemukakan definisi lain dalam Agustino (2012: 7), yaitu

kebijakan publik sebagai, ”sebuah rangkaian panjang dari banyak atau

sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi

yang berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan.”

Frederick (1963: 79), mendefinisikan kebijakan publik sebagai

serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman peluang

yang ada. Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk

memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam

rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Laswell dan Kaplan

(1970: 71), kebijakan publik adalah suatu program yang diproyeksikan

dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik

tertentu.

Anderson (1978) sebagaimana dikutip Tachjan (2006: 16),

mengemukakan bahwa, “Public policies are those policies developed by

governmental bodies and officials”. Maksudnya, kebijakan publik adalah

kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-

pejabat pemerintah. Adapun tujuan penting dari kebijakan tersebut dibuat

pada umumnya dimaksudkan untuk:

1. Memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator)

2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal

(negara sebagai perangsang, stimulator)

3. Menyesuaikan berbagai aktivitas (negara sebagai koordinator)

Page 38: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

23

4. Memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara

sebagi pembagi, alokator).

Widodo (2007:12) mendefinisikan kebijakan publik adalah

“serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah”.

Kebijakan publik merupakan suatu pilihan atau tindakan yang

menghasilkan suatu keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal yang bertujuan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan untuk kepentingan masyarakat. Sebagaimana

yang dikatakan Inu Kencana (2010) dalam bukunya Pengantar Ilmu

Pemerintahan, bahwa public policy dapat menciptakan situasi dan dapat

pula diciptakan oleh situasi.

Terdapat beberapa ahli yang mendefiniskan kebijakan publik

sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam merespon suatu

krisis atau masalah publik. Begitupun dengan Chandler dan Plano

sebagaimana dikutip Tangkilisan (2003:1) yang menyatakan bahwa

kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-

sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau

pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan

suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus-menerus oleh

pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam

masyarakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi dalam

pembangunan secara luas.

Page 39: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

24

Dari definisi-definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan

publik adalah serangkaian tujuan dan saran serta keputusan tetap yang

dicirikan dengan konsistensi dan suatu pilihan atau tindakan yang

menghasilkan suatu keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal untuk tujuan yang telah

ditetapkan demi kepentingan masyarakat.

2.1.4. Ciri-Ciri Kebijakan Publik

Konsep teori Anderson dalam Abidin (2002:41) mengemukakan

beberapa ciri dari kebijakan publik, sebagai berikut :

1. Setiap kebijakan mesti ada tujuannya. Artinya,

pembuatan suatu kebijakan tidak boleh sekedar asal buat atau

karena kebetulan ada kesempatan membuatnya.

2. Suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari

kebijakan yang lain, tetapi berkaitan dengan berbagai

kebijakan dalam masyarakat, dan berorientasi pada

pelaksanaan, interpretasi dan penegakan hukum.

3. Kebijakan adalah apa yang dilakukan pemerintah, bukan

apa yang ingin atau diniatkan akan dilakukan pemerintah.

4. Kebijakan dapat berbentuk negatif atau melarang dan

juga dapat berupa pengarahan untuk melaksanakan atau

menganjurkan.

5. Kebijakan di dasarkan pada hukum, karena itu memiliki

kewenangan untuk memaksa masyarakat mematuhinya.

Beberapa ciri dari kebijakan sebagaimana dimaksud adalah suatu

keterangan yang menunjukkan sifat khusus dari sesuatu. Orang mengenal

sesuatu berdasarkan keterangan tersebut. Demikian juga dengan

kebijakan. Tanpa mengetahui ciri-ciri kebijakan, maka sulit dibedakan

Page 40: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

25

antara kebijakan dengan keputusan biasa dalam birokrasi.

2.1.5. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut Dunn (2000 :

24), ialah sebagai berikut.

a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah

pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama

sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.

b. Formulasi Kebijakan

Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk

mengatasi masalah. Alternatif kebijakan melihat perlunya

membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan, dan

tindakan legislatif.

c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan

Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari

mayoritas legislatif, konsensus di antara direktur lembaga,

atau keputusan peradilan.

d. Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan

manusia.

e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan

Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan

menentukan apakah badan-badan eksekutif, legislatif, dan

peradilan memenuhi persyaratan undang-undang dalam

pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.

2.1.6. Tujuan Kebijakan

Fungsi utama dari negara adalah mewujudkan, menjalankan dan

melaksanakan kebijaksanaan bagi seluruh masyarakat. Menurut

Sunggono (2004:23) mengemukakan :

Page 41: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

26

Tujuan-tujuan penting kebijakan pemerintah pada umumnya, yaitu:

1. Memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator);

2. Memajukan perkembangan dari masyarakat dalam

berbagai hal (negara sebagai stimulator);

3. Memadukan berbagai aktivitas (negara sebagai koordinator);

4. Menunjuk dan membagi benda material dan non

material (negara sebagai distributor).

Untuk merujuk kepada konsekuensi kebijakan sebagaimana

dimaksud, Molan dalam Nugroho (2004:264) mengemukakan :

“Setiap kebijakan harus mengandung unsur pragmatisme dan

untung rugi. Pragmatisme lebih dekat dengan goal setting theory,

yakni bahwa setiap tindakan harus mengacu kepada suatu tujuan.

Pragmatisme harus bersifat etis dan strategis. Bersifat etis

artinya sifat pragmatis ditujukan untuk kepentingan publik

dan bukan elit. Bukan pula sekelompok atau segolongan

orang saja.”

Konsep kualitas etis dari pragmatisme di atas, wajib menjadi

pertimbangan karena pragmatisme dapat dengan mudah menjadi milik

dari elit politik atau pemegang kendali pemerintah atas nama kepentingan

rakyat banyak, padahal atas nama kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Ini merupakan tantangan terberat mengingat setiap penguasa pasti

berkepentingan untuk mempertahankan kekuasaannnya selama mungkin,

baik untuk keuntungan pribadi atau obsesi individualnya.

Sementara itu dalam Reinventing Pembangunan

Dwidjowijoto dalam Nugroho (2004:266) menjelaskan sebagai berikut :

Pragmatisme tujuan strategis kebijakan mengacu kepada tiga

ukuran :

1. Bahwa tujuan kebijakan secara umum adalah untuk

menjadikan rakyat berdaya. Berdaya artinya mempunyai

kemampuan untuk membangun diri sendiri (secara

Page 42: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

27

individual maupun kelompok) tanpa terlalu banyak

memerlukan uluran tangan pemerintah.

2. Mengacu kepada konteks tantangan saat ini dan hari depan.

Mengingat kemerosotan suatu bangsa khususnya di

Indonesia sendiri disebabkan masyarakatnya diberi daya dan

kemampuan, tetapi daya dan kemampuan untuk hidup di

jaman pra-globalisasi. Kebijakan subsisi, proteksi, tidak

responsive pasar, kurang mengakomodasi desakan

demokrasi, curiga kepada civil society, dan

sejenisnya adalah kebijakan yang tidak kontekstual.

3. Sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Tujuan strategis

ini setara dengan prinsip pengelolaan manajemen, yakni

optimalisasi risorsos atau sumberdaya.

Jika dipahami, maka pembangunan hingga saat ini lebih banyak

dipahami sebagai sebuah momen politis dan historis daripada momen

manajemen. Karena pembangunan dipahami sebagai sebuah “isme-isme”

daripada sebuah proses manajerial yang melibatkan optimalisasi

pemanfaatan aset-aset atau sumber- sumber daya yang tersedia.

Melihat kenyataan-kenyataan yang dihadapi saat ini, Nugroho

(2004:269) mengemukakan beberapa prinsip pokok yang dapat

dipergunakan sebagai tujuan implementasi kebijakan, yaitu :

1. Prinsip kerjasama tim; kerjasama tim harus ada dua

tingkat. Pertama tingkat administrasi publik, yaitu

melibatkan eksekutif dan legislative serta perangkat

pendukung di daerah.

2. Prinsip pengkreasian nilai; bahwa hasil akhior dari proses

kerjasama etim adalah kemanfaatan optimum bagi para

pemegang kebijakan, yaitu rakyat di daerah.

3. Prinsip kesinambungan; bahwa siapapun kelak yang

menjadi penguasa baru, tugas pertamanya bukan

membongkar kembali bangunan yang dibuat pendahulunya,

melainkan melanjutkan atau minimal mengkapitalisasi aset

produktif yang ditinggalkan pendahulunya.

Page 43: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

28

4. Konsistensi dalam penyelenggaraan pembangunan yang

dimulai dari visi dan misi.

Oleh karena itu, kebijakan yang ideal adalah kebijakan yang bisa

membangun keunggulan bersaing dari setiap pribadi rakyatnya, karena

pelaksana kebijakan merupakan pihak-pihak yang menjalankan

mekanisme. Dimana mekanisme ini haruslah terukur dan dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakatnya.

2.1.7. Implementasi Kebijakan Publik

Pada tahap selanjutnya dalam deskripsi teori ini akan dikemukakan

definisi implementasi kebijakan publik, setelah sebelumnya diuraikan

tentang definisi formulasi kebijakan publik. Menurut Meter dan Horn

dalam Wibawa (1994:21), mendefinisikan implementasi kebijakan,

sebagai:

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu

atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah

atauswasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan”

Sedangkan Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2012:139),

mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan-keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya

dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk

perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting

atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut

mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan

Page 44: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

29

secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai

cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”

Dari kedua definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi

kebijakan adalah suatu tindakan yang dilakukan/pelaksanaan oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat dalam kegiatan yang diarahkan

untuk mencapai suatu tujuan dan menghasilkan sesuatu dari kegiatan yang

telah dilaksanakan.

Dari uraian di atas bisa dikatakan bahwa implementasi dapat dilihat

dari proses dan capaian tujuan berupa hasil akhir. Ini sesuai dengan yang

kemukakan oleh Lester dan Stewart dalam Agustino (2012:139), dimana

mereka mengatakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan

pencapaian suatu hasil akhir (output), yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-

tujuan yang ingin diraih.

Grindle pun berpendapat hampir serupa dengan pernyataan

sebelumnya dalam Agustino (2012:139), bahwa:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari

prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program

sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action

program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan

program tersebut tercapai”

Definisi lain dikemukakan Pressman dan Wildavsky dalam

Parsons (2001:468),yaitu:

”Implementasai menjadikan orang melakukan apa-apa yang

diperintahkan dan mengontrol urutan tahap dalam sebuah sistem

dan implementasi adalah soal pengembangan sebuah program

Page 45: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

30

kontrol yang meminimalkan konflik dan deviasi dari tujuan yang

ditetapkan oleh hipotesis kebijakan”.

Dari keseluruhan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

implementasi kebijakan merupakan serangkaian aktivitas atau kegiatan

yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah ditetapkan dan dapat memberikan hasil dari aktivitas

atau kegiatan tersebut.

2.1.8. Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

Berikutnya akan diuraikan beberapa model implementasi kebijakan

publik menurut beberapa ahli diantaranya yaitu :

1) Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn

Meter dan Horn dalam Agustino (2012:141), yang biasa

disebut juga A Model of The Policy Implementation,proses

implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi

suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya sengaja

dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik

yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagi variabel.

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan

secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan

kinerja kebijakan publik.

Page 46: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

31

Ada enam variabel menurut Van Metter dan Van Horn

dalam Agustino (2012:142), yang mempengaruhi kinerja kebijakan

public tersebut, adalah:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan.

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat

keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan

dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur

mengada di level pelaksana kebijakan.

2. Sumberdaya.

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan

sumberdayayang tersedia. Manusia merupakan

sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi.

3. Karakteristik Agen Pelaksana.

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi

formal dan organisasi informal yang akan terlibat

pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat

penting karena kinerja implemenrasi kebijakan (publik)

akan sangat banyak dipengaruhi oleh cirri-ciri yang tepat

serta cocok dengan para agen pelaksananya.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposotion) para Pelaksana.

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana

akan sanagat banyak mempengaruhi keberhasilan atau

tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana.

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi

komunikasi antar pihak-pihak yang terlibat dalam suatu

proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-

kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitupula

sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

Sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong

keberhasilan kebijakan publik yang telah

ditetapkan.Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang

tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan

kinerja implementasi kebijakan.

Page 47: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

32

Gambar 2.1 Model Pendekatan The Policy Implementation process

(Donald Van Metter dan Carl Van Horn, dalam Agustino, 2012: 144)

2) Model Mazmanian dan Sabatier

Dalam Nugroho (2011:629), dijelaskan bahwa model ini

dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

(1983) yang mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya

melaksanakan keputusan kebijakan. Model Mazmanian dan

Sabatier disebut model Kerangka Analisis implementasi (A

framework for implementation Analysis). Duet Mazmanian

Sabatier mengklasifkasikan proses implementasi kebijakan ke

dalam tiga variabel.

a. Variabel independen, yaitu mudah-tidaknya masalah

dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah

teori dan teknis pelaksanaan, keragamaan objek, dan

perubahan seperti apa yang dikehendaki.

Page 48: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

33

b. Variabel intervening, yaitu variabel kemampuan

kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi

dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan,

dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber

dana, keterpaduan hierarkis diantara lembaga pelaksana,

aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dan

perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan kepada

pihak luar; dan variabel di luar kebijakan yang

mempengaruhi proses implementasi yang berkenaan

dengan indikator kondisi sosio-ekonomi dan teknologi,

dukungan publik, sikap dan risorsis konstituen,

dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen dan

kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

c. Variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses

implementasi dengan lima tahapan-pemahaman dari

lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya

kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, hasil nyata,

penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya

mengarah pada revisi atau kebijakan yang dibuat dan

dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan

yang bersifat mendasar.

Page 49: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

34

3) Model Hogwood dan Gunn

Model yang selanjutnya atau model yang ketiga adalah

model Brian W.Hogwood dan Lewis A. Gunn (1978) dalam

Nugroho (2011:630). Menurut kedua pakar ini, untuk melakukan

implementasi kebijkan diperlukan beberapa syarat. Syarat pertama

berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi

lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan maslah besar.

Syarat kedua, apakah untuk melaksanakannya tersedia sumber

daya yang memadai, termasuk sumber daya waktu. Syarat ketiga,

apakah perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar

ada. Syarat keempat, apakah kebijakan yang akan

diimplementasikan didasari hubungan kausalyang andal. Syarat

kelima, seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi. Syarat

keenam, apakah hubungan saling kebergantungan kecil. Syarat

ketujuh, pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap

tujuan. Syarat kedelapan, bahwa tugas-tugas telah dirinci dan

ditempatkan dalam urutan yang benar. Syarat kesembilan,

koordinasi dan komunikasi yang sempurna. Syarat kesepuluh,

bahwa pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat

menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Page 50: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

35

4) Model Goggin, Bowman, dan Lester

Dalam Nugroho (2011:633), Malcolm Goggin, Ann

Bowman, dan James Lestermengembangkan apa yang disebutnya

sebagai “communication model” untuk implementasi kebijakan,

yang disebutnya sebagai “Generasi Ketiga Model Implementasi

Kebijakan” (1990). Goggin, dkk. Bertujuan mengembangkan

sebuah model implementasi kebijakan yang “lebih ilmiah” dengan

mengedepankan pendekatan “metode penelitian” dengan adanya

variabel independen, intervening, dan dependen, dan meletakkan

faktor “komunikasi” sebagai penggerak dalam implementasi

kebijakan.

5) Model Grindle

Menurut Grindle (1980) dalam Wibawa (1994:22),

implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks

implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan

ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan.

Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari

kebijakan tersebut. Isi kebijakannya mencakup hal-hal sebagai

berikut:

1) Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan

2) Jenis manfaat yang dihasilkan

3) Derajat perubahan yang diinginkan

4) Kedudukan pembuat kebijakan

5) Pelaksana program

Page 51: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

36

6) Sumber daya yang dikerahkan

Sementara itu, dari isi yang mencakup hal-hal yang di atas

terdapat konteks implementasinya adalah sebagai berikut:

1) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

2) Karakteristik lembaga dan penguasa

3) Kepatuhan dan daya tanggap

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle dalam

Wibawa (1994:22)

Page 52: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

37

6) Model Elmore, dkk.

Model ini disusun oleh Richard Elmore (1979), Michael

Lipsky (1971), dan Benny Hjern & David O’Porter dikemukakan

dalam Nugroho (2011:635-636), bahwa dalam model ini dimulai

dari mengidentifikasi jaringan aktor yang terlibat dalam proses

pelayanan dan menanyakan kepada mereka: tujuan, strategi,

aktivitas, dan kontak-kontak yang mereka miliki. Model

implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang

mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi

kebijakannya atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun

hanya di tataran rendah.

7) Model George C. Edward III

Dalam Agustino (2012: 150-153), dijelaskan bahwa model

implementasi yang dikembangkan oleh Edward III berspektif top

down. Edward III menanamkan model implementasi kebijakan

publiknya dengan Direct and Indirect Impact on Implementation.

Dalam pendekatan yang diteoremakan oleh Edward III, terdapat

empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi

suatu kebijakan, yaitu: (1) komunikasi; (2) sumberdaya; (3)

disposisi; dan (4) struktur birokrasi.

Page 53: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

38

Gambar 2.3

Model Pendekatan Direct and Indirect Impact on Implementation (George

Edward III) Agustino (2012:150-153)

Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi suatu kebijakan, menurut George Edward III, adalah

komunikasi. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau

digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi,

yaitu:

1) Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan

dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik

pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran

komunikasi adalah adanya salah pengertian

(miskomunikasi), hal tersebut disebagiankan karena

komunikasi telah melalui beberapa tingkatan

birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi

ditengah jalan.

2) Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para

pelaksana kebijakan (street-level-bureuacrats)

haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak

ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan

tidak selalu menghalangi implementasi, pada tataran

tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas

dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran

yang lain haltersebut justru akan menyelewengkan

tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah

ditetapkan.

Page 54: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

39

3) Konsisitensi; perintah yang diberikan dalam

pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten dan

jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Krena jika

perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka

dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana

dilapangan.

Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi

keberhasilan suatu kebijakan implementasi suatu kebijakan adalah

sumberdaya. Indikator sumber-sumberdaya terdiri dari beberapa

elemen, yaitu:

1) Staf; sumber daya utama dalam implementasi

kebijakan adalah staf. Kegagalan yang sering terjadi

dalam implementasi kebijakan salah satunya

disebagiankan oleh karena staf yang tidak mencukupi,

memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya.

Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak

mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf

dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan

(kompeten dan kapabel) dalam mengimplementasikan

kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan

oleh kebijakan itu sendiri.

2) Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi

mempunyai dua bentuk, yaitu pertama informasi yang

berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan.

Implementor harus mengetahui apa yang harus

mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk

melakukan tindakan. Kedua, informasi mengenai data

kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan

regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.

Implementor harus mengetahui apakah orang lain

yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut

patuh terhadap hukum.

3) Wewenang; pada umumnya kewenangan harus

bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan.

Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi

para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang

Page 55: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

40

ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil,

maka kekuatan para implementor dimata publik tidak

terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses

implementasi kebijakan.

4) Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting

dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin

memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang

dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk

melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas

pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi

kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik adalah disposisi. Hal-hal penting

yang perlu dicermati pada variabel disposisi, menurut George

Edward III, adalah:

1) Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para

pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan

yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila

personil yang ada tidak melaksanakan kebijkan-

kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.

Karena itu, pemilihan dan pengangkatan personil

pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang

memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah

ditetapkan; lebih khusus lagi bagi kepentingan warga.

2) Insentif, Edward menyatakan bahwa salah satu teknik

yang disarankan untuk mengatasi masalah

kecenderungan para pelaksana adalah dengan

memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada

umumnya orang bertindak menurut kepentingan

mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para

pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para

pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah

keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi

faktor pendorong yang membuat para pelaksana

kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini

dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan

pribadi (self interest) atau organisasi.

Page 56: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

41

Variabel keempat, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun

sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau

para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang seharusnya

dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksankan suatu

kebijakan, kemungkinan suatu kebijakan tersebut tidak dapat

terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam

suatu struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut

adanya kerja sama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak

kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan

menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif

dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana

sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah

diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi

dengan baik.

Dari teori yang dipaparkan di atas, peneliti hanya

mengambil salah satu teori yang peneliti anggap paling cocok

dalam penelitian ini yaitu Teori Donald Van Metter dan Carl Van

Horn (A Model of The Policy Implementation), yang dikutip dalam

Agustino (2012: 141-144), terdapat enam variabel yang

mempengaruhi kinerja kebijakan publik, yaitu, ukuran dan tujuan

Page 57: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

42

kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana,

sikap/kecenderungan (Disposition) para pelaksana, komunikasi

antarorganisasi dan aktivitas pelaksana, serta lingkungan ekonomi,

sosial, dan politik.

2.1.9. Konsep Keluarga Miskin dan Kemiskinan

Kemiskinan sering dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan

barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Kemiskinan dapat diartikan

sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti

pangan,perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Kemiskinan adalah suatu kondisi yang dialami seseorang atau

kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya

sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi (BAPPENAS dalam

BPS, 2002).

Menurut teori Noor (2007:80) menjelaskan : “Keluarga adalah

unit/satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu

kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya

dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary

group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai

macam bentuk kepribadian dalam masyarakat”.

Sedangkan konsep teori Hartomo (2004:86) menjelaskan bahwa :

“Fungsi ekonomi dalam keluarga artinya bagi kelangsungan hidupnya,

keluarga harus mengusahakan penghidupannya. Di dalam masyarakat

Page 58: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

43

yang sederhana pembagian kerja dalam kerjasama ekonomi dilakukan

antara anggota-anggota keluarga”.

Jadi, yang dimaksud keluarga miskin suatu bagian dari masyarakat

terkecil yang mempunyai hubungan secara biologis yang hidup dan tinggal

dalam rumah yang standar kehidupan ekonominya rendah atau tingkat

pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar pokok

seperti, sandang, pangan maupun papan.

Sedangkan yang dimaksud dengan kemiskinan pada dasarnya

merupakan salah satu bentuk masalah yang muncul dalam kehidupan

masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang

berkembang. Masalah kemiskinan ini dikatakan sebagai suatu problema

karena masalah kemiskinan menuntut adanya upaya pemecahan masalah

secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat.

Menurut Salim dalam Noor (2007:288): yang dimaksud

dengan kemiskinan adalah: “Suatu keadaan yang dilukiskan

sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang

pokok”.

Menurut Sayogya Dalam Munandar (2006:228) : “Garis

kemiskinan dinyatakan dalam Rp./tahun, ekuivalen dengan nilai tukat

beras (kg/orang/bulan, yaitu untuk desa 320kg/orang/tahun dan untuk kota

480 kg/orang/tahun)”. Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di

bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Page 59: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

44

1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal,

keterampilan, dan sebagainya.

2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset

produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk

memperoleh tanah garapan atau modal usaha.

3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat

sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari

tambahan penghasilan.

4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas (self

employed), berusaha apa saja.

5. Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak

mempunyai keterampilan.

Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi

seseorang/keluarga dikatakan miskin apabila melihat empatbelas

indikator yaitu :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2

per

orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/

bambu/ kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/

rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa plester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar.

5. Sumber Penerangan Rumah Tangga tidak menggunakan

listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata

air tidak terlindungi/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

bakar/ arang/ minyak tanah.

8. Hanya mengkomsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam

seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas/

poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani

dengan luas lahan 0.5 Ha, buruh tani, nelayan, buruh

perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan

dibawah Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak

Page 60: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

45

sekolah/tidak tamat SD.

14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual

dengan nilai Rp. 500.000.- (lima ratus ribu rupiah), seperti:

Sepeda motor (kredit/ non kredit), emas, ternak, kapal motor

atau barang modal lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, masalah kemiskinan dewasa ini

memang menjadi persoalan bangsa Indonesia. Kemiskinan telah menjadi

isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan untuk

membahas kemiskinan, terlepas apakah itu negara berkembang maupun

sedang berkembang. Contohnya di sebagian wilayah Asia dan Afrika,

sangat berurusan dengan agenda pengentasan kemiskinan. Sebagian besar

rakyat di kawasan ini masih menyandang kemiskinan. Sementara bagi

negara maju, mereka pun sangat tertarik membahas kemiskinan.

Ketertarikan itu karena di negara berkembang berdampak pada stabilitas

ekonomi dan politik mereka.

Oleh karena itu, untuk tercapainya keberhasilan program

pendistribusian beras ini, maka bagaimana penyelenggara pemerintahan

mengefektifkan sumber- sumber data dan sumber daya yang ada

sehingga pelaksanaan program dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai

penerima manfaatnya.

2.1.10. Perbedaan Raskin dan Rastra

Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan

kemiskinan dan perlindungan sosial di bidang pangan yang

Page 61: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

46

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi

kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan

rentan). Program Raskin bertujuan untuk mengurangi sebagian beban

pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan

pokok dalam bentuk beras.

Efektivitas Raskin sebagai perlindungan sosial dan

penanggulangan kemiskinan sangat bergantung pada kecukupan nilai

transfer pendapatan dan ketepatan sasaran kepada kelompok miskin dan

rentan. Pengeluaran rumah tangga miskin dan rentan sebagian besar (65%)

digunakan untuk membeli bahan makanan. Beras, sebagai salah satu bahan

makanan, merupakan komoditi utama dalam konsumsi rumah tangga

miskin dan rentan, dengan proporsi sekitar 29% dari komponen konsumsi

masyarakat miskin. Meningkatnya harga beras melemahkan daya beli

masyarakat terutama masyarakat miskin, yang pada gilirannya

meningkatkan jumlah penduduk miskin. Untuk itu, sangatlah penting

untuk memastikan agar rumah tangga miskin dan rentan tetap dapat

memenuhi kebutuhan pangan terutama beras.

Menurut Menteri Sosial Republik Indonesia Khofifah Indar

Parawansa, penggantian nama dari Raskin (Beras Untuk Keluarga Miskin)

ke Rastra (Beras Sejahtera) ini untuk mengubah pemikiran yang

sebelumnya beras ini untuk membantu masyarakat miskin, agar kini beras

Page 62: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

47

yang disubsidi pemerintah untuk mengubah kehidupan masyarakat

menjadi lebih sejahtera.

2.2. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan di cantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah peneliti

baca, yaitu:

1. Penelitian tentang Evaluasi Distribusi Program Beras Miskin

(RASKIN) suatu Studi Kasus di Desa Sidoharjo Kecamatan Gedeg

Kabupaten Mojokerto yang dilakukan oleh Andri Winandra pada

Tahun 2012 seorang mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro

Semarang. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan

teknik kualitatif untuk menjaring data menggunakan teknik

observasi dan wawancara dengan sejumlah informan dan teknik

analisanya adalah dengan model triangulasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa program Raskin mampu memberikan

kesejahteraan bagi masyarakat, meskipun masih ada kendala yang

dihadapi di lapangan mengenai prosedur pendistribusian yang

tidak sesuai dengan pedoman umum Raskin Tahun 2011.

Relevansi dengan penelitian sekarang atau persamaan peneliti yang

dilakukan oleh Andri Winandra adalah Evaluasi Distribusi

Page 63: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

48

Program Beras Miskin dalam kaitannya dengan penelitian ini yaitu

implementasi program Raskin.

2. Penelitian tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk

Rakyat Miskin (RASKIN) di Kecamatan Serang Kota Serang

Tahun 2009 oleh Eric Agustiara. Penelitian menggunakan metode

penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini

adalah masyarakat di Kecamatan Serang yang mendapatkan

bantuan Raskin. Hasil penelitian menunjukan bahwa Program

Beras Untuk Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Serang berjalan

dengan baik.

3. Penelitian tentang Implementasi Instruksi Presiden Nomor 1

Tahun 2008 Tentang Kebijakan Perberasan Nasional Untuk

Program Raskin suatu Studi Kasus : Program Raskin di Kecamatan

Jalaksana Kabupaten Garut yang dilakukan oleh Heri Rizal pada

tahun 2013 seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan teknik

kualitatif, teknik pengumpulan data observasi dan wawancara

dengan informan dan teknik analisisnya dengan model triangulasi.

Hasilnya penelitian menunjukkan bahwa kebijakan perberasan

nasional dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga

miskin. Hasilnya telah cukup banyak kemajuan yang dicapai

kendati tidak sedikit pula kekurangan dan kelemahan dalam

Page 64: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

49

proses penyaluran. Artinya implementasi kebijakan perberasan

nasional dapat dikelola dengan hasil yang baik yang realisasinya

distribusi beras itu untuk warga miskin. Relevansi dengan

penelitian sekarang atau persamaan penelitian yang dilakukan

oleh Heri Rizal adalah membahas tentang kebijakan perberasan

nasional yang tujuannya adalah sama untuk program Raskin

seperti kajian dalam penelitian ini.

2.3. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiyono,2008:65). Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir

peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka terlebih dahulu perlu

diketahui penjelasannya pada uraian di bawah ini :

Pangan merupakan kebutuhan yang sangat pokok yang bersifat

mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik di tingkat

nasional maupun daerah yang akan sangat menunjang kesejahteraan masyarakat.

Sejalan dengan itu, pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya

peradaban manusia. Tujuan dari pembangunan di Indonesia adalah untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sesuai

dengan amanah Undang-Undang Dasar 1945.

Kemiskinan terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan, bisa

Page 65: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

50

dikatakan semakin memprihatinkan. Kemiskinan terjadi dikarenakan belum

terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Hak-hak dasar tersebut antara lain adalah

hak atas pangan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pekerjaan, tanah, sumber

daya alam, air bersih, dan sanitasi, rasa aman serta hak untuk berpartisipasi dalam

proses pembangunan.

Upaya untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang menjadi hak setiap

warga negara dan merupakan kebutuhan untuk hajat hidup orang banyak, serta

dalam rangka program pengentasan pemerintah, maka ditetapkanlah suatu

kebijakan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan

Perberasan, yaitu berupa penyediaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi

kelompok masyarakat miskin atau yang sering disebut Raskin. Melalui Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan, Presiden

mengintruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen

tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan

upaya peningkatan pendapatan petani dan mengawal ketahanan pangan nasional.

Presiden juga menginstruksikan secara khusus kepada Perum BULOG untuk

menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat

miskin dan rawan pangan, yang penyediannya mengutamakan pengadaan beras

dari gabah petani dalam negeri. Penyaluran beras bersubsidi ini terbukti telah

membantu sebagian besar masyarakat miskin sehingga beban pengeluaran rumah

tangga untuk kebutuhan pangan dapat dikurangi, sehingga pada akhirnya

memberikan kontribusi positif dalam upaya penanggulangan kemiskinan di

Page 66: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

51

Indonesia.

Upaya Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam pengentasan

kemiskinan serta untuk meningkatkan kesejahteraan warga miskin terus

dilaksanakan, antara lain melalui program-program kerja yang dilaksanakan oleh

Dinas Sosial salah satunya yaitu Program Beras untuk keluarga miskin

(Raskin). Raskin sendiri merupakan sebuah program bantuan beras bersubsidi

dari pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau Rumah Tangga

Sasaran (RTS). Program dan kegiatan langsung yang dilaksanakan oleh Dinas

Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang untuk tahun 2016 ini bersumber dari

APBD Kabupaten Pandeglang. Untuk kelancaran penyaluran Raskin, maka

Pemerintah Kabupaten Pandeglang melalui Dinas Ketahanan Pangan berkerja sama

dengan Bulog Subdrive Lebak-Pandeglang, dengan dibantu pihak Kecamatan dan

Kelurahan/Desa. Dalam pelaksanaannya, pihak Pemerintah melakukan upaya

sosialisasi terus menerus mengenai data terbaru kepada penerima manfaat.

Untuk mempersempit ruang lingkup penelitian, peneliti mencoba

memfokuskan penelitian di wilayah Desa Munjul. Selain juga karena Desa ini

adalah tempat tinggal peneliti, menurut sepengetahuan peneliti terdapat beberapa

masalah dalam upaya penyaluran beras untuk keluarga miskin ini. Berdasarkan

hasil pengamatan di lapangan, fenomena pelaksanaan program Raskin

untuk tahun anggaran 2017 di Kabupaten Pandeglang khususnya di Desa

Munjul Kecamatan Munjul, bahwa dalam penyaluran Raskin tersebut masih

ditemukan berbagai masalah.

Page 67: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

52

Masalah pertama adalah kelancaran distribusi beras Raskin. Banyak RTS

penerima Raskin di Desa Munjul mengeluhkan lambatnya distribusi beras yang

dilakukan pemerintah melalui Bulog. Hal ini berdasarkan wawancara peneliti

dengan Ketua RT 001/003 Desa Munjul Bapak Ahmad, bahwa sekitar sudah 3

bulan ini distribusi beras Raskin tidak sampai ketempatnya. Beliau sendiri tidak

mengetahui pasti apa yang terjadi dengan keterlambatan pendistribusian Raskin

ini. Padahal masyarakat di RT beliau sangat tergantung pada program Raskin

ini dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Seperti kata salah satu warga

yang peneliti wawancara, menurutnya penyaluran Raskin yang tersendat

membuat dirinya harus mengeluarkan uang lebih hanya untuk makan. Karena

menurutnya harga beras di Pasar yang paling murah sudah menyentuk angka

Rp. 7000/kg dengan kualitas sangat jelek.

Masalah kedua adalah seringkali beras yang didistribusikan oleh

pemerintah adalah beras yang kualitasnya jelek dan tidak layak makan. Seperti

pengakuan Bapak Hambali Ketua RT 002/003, menurutnya seringkali beras

yang diterima RTS dalam penyaluran Raskin adalah beras yang kurang layak

untuk di konsumsi. Ditambahkan oleh Pak Hambali bahwa terkadang berasnya

kuning serta banyak kutunya. Hanya saja karena himpitan ekonomi, warga RTS

selalu saja menerima apa yang disalurkan oleh pemerintah.

Masalah ketiga adalah seringkali terjadi beras Raskin yang didistribusikan

oleh pemerintah melalui Perum Bulog juga bisa didapatkan oleh warga yang tidak

masuk kategori RTS. Hal ini mengecewakan warga kategori RTS karena

Page 68: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

53

mengurangi jatah mendapatkan Raskin. Peneliti mendapatkan fakta tersebut dari

beberapa warga RTS yang peneliti wawancara. Sehingga setiap RTS yang

harusnya menerima 10kg dalam sekali penyaluran harus rela jatahnya dipotong.

Hal ini menurut mereka sangat mengecewakan.

Dengan menggunakan indikator Implementasi Kebijakan Publik menurut

Van Metter dan Van Horn (A Model of The Policy Implementation), yang dikutip

dalam Agustino (2012:141-144), terdapat enam variabel yang mempengaruhi

kinerja kebijakan publik, yaitu:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan.

2. Sumberdaya.

3. Karakteristik Agen Pelaksana.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

Variabel Implementasi Kebijakan Publik yang disebutkan diatas, dinilai

dan dianggap lebih rasional dan tepat untuk menjawab permasalahan-

permasalahan yang ada pada Implementasi Perda ini. Untuk memahami lebih jelas

dari kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut:

Page 69: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

54

Gambar 2.4

Kerangka Berfikir Penelitian

Sumber : Hasil analisis Konsep Peneliti 2018

IMPACT:

Menurunnya angka kemiskinan di Kecamatan Munjul

Implementasi Program Beras Sejahtera (Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang

Masalah:

1. Ketidaklancaran pendistribusian beras Raskin,

banyak RTS penerima Raskin di Desa

Munjul mengeluhkan lambatnya distribusi

beras yang dilakukan pemerintah melalui

Bulog.

2. Beras Raskin yang didistribusikan oleh

pemerintah adalah beras yang kualitasnya

jelek dan tidak layak untuk dikonsumsi.

3. Kebijakan Raskin seringkali tidak tepat

sasaran karena beras Raskin bisa diperoleh

oleh masyarakat yang bukan kategori RTS.

Proses:

Teori Donald Van Metter dan Carl Van Horn (A Model

of The Policy Implementation), yang di kutip Agustino,

terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja

kebijakan publik, yaitu:

1) Ukuran dan Tujuan Kebijakan

2) Sumberdaya

3) Karakteristik Agen Pelaksana

4) Sikap/Kecenderungan (Disposition) para

Pelaksana

5) Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas

Pelaksana

6) Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Page 70: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

55

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, maka peneliti menjabarkan

sebuah hipotesis sebagai berikut :

H0 : µ < 65%

Hipotesis Nol : Implementasi Program Beras untuk keluarga

miskin (Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang kurang dari 65%.

Ha : µ > 65%

Hipotesis Alternatif : Implementasi Program Beras untuk keluarga

miskin (Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang lebih dari atau sama dengan

65%.

Page 71: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

56

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif, hal ini dikarenakan untuk menjaga nilai

keobjektifan hasil. Dengan pendekatan deskriptif sebagai metode primer dan

kuantitatif sebagai metode penunjang. Penelitian deksriptif adalah penelitian yang

bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya

(Irawan, 2006:4.9).

Menurut Sugiyono (2004:11), penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel

satu dengan variabel yang lain. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (Sugiyono 2009:8).

56

Page 72: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

57

3.2. Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Penelitian mengenai Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin

(Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang. Oleh karena

itu peneliti hanya membatasi penelitian ini pada Seberapa besar Implementasi

Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan

Munjul Kabupaten Pandeglang.

3.3. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin

(Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang ini

dilaksanakan di Desa Munjul, Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Teori implementasi yang digunakan adalah Teori Donald Van

Metter dan Carl Van Horn (A Model of The Policy

Implementation), yang di kutip Agustino.

3.4.2 Definisi Operasional

Terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan

publik, yaitu:

Page 73: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

58

1) Ukuran dan Tujuan Kebijakan

2) Sumberdaya

3) Karakteristik Agen Pelaksana

4) Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana

5) Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

6) Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk

mengukur nilai variabel yang diteliti dari fenomena alam maupun sosial, yang

keseluruhannya disebut sebagai variable penelitian (Sugiyono, 2009:102).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, dengan

jumlah variabel sebanyak satu variabel atau variabel mandiri.

Sedangkan skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Indikator

variabel yang disusun melalui item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan atau

pernyataan diberikan jawaban setiap item instrumennya. Item instrumen yang

menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat

negatif (Sugiyono, 2009:93). Jawaban setiap item instrument diberi skor sebagai

berikut :

Page 74: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

59

Tabel 3.1

Skoring Item Instrumen

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2009:94).

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah

berdasarkan teknik pengumpulan sumber data sebagai berikut:

a. Jenis Data

Dilihat dari jenis datanya, penelitian ini menggunakan jenis data

sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang diambil langsung dari lokus penelitian,

tanpa perantara. Sumber ini bisa berbentuk benda, situs, atau

manusia (Irawan, 2006:5.5).

2. Data Sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari

sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari uraian para ahli dan

dokumen-dokumen pendukung seperti laporan, karya tulis orang

lain, koran, majalah. Atau, seseorang yang mendapat informasi dari

orang lain (Irawan, 2006:5.5).

Page 75: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

60

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Responden, yaitu para RTS penerima raskin dilibatkan langsung

dalam dalam kegiatan penelitian ini, untuk memperoleh gambaran

atas materi yang dijadikan objek penelitian.

2. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan

penelitian ini.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti,

yaitu :

1. Kuesioner (angket)

Kuesioner atau angket yaitu mengumpulkan data dan informasi yang

dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan kepada responden

untuk dijawab.

2. Observasi

Observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung terhadap subjek atau objek penelitian melalui mata,

telinga dan perasaan dengan melihat fakta-fakta fisik dari objek yang

diteliti. Observasi yang dilakukan dalam peneliti ini adalah observasi

Page 76: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

61

nonpartisipan, maksudnya adalah peneliti tidak terlibat dan hanya

sebagai pengamat independen, karena peneliti tidak menjadi bagian

dari komunitas atau kelompok dari objek penelitian.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang mengandung tujuan dan maksud

tertentu dari sebuah pembicaraan. yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2010:186).

Adapun, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan wawancara terstuktur dan tidak terstruktur. Adapun cara

mengumpulkan data dan informasi dengan cara tanya-jawab langsung

dengan responden atau narasumber guna mendapatkan apa yang ingin

diketahui oleh peneliti.

3.7. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:90).

Mengingat penelitian ini terkait dengan kebijakan program raskin di Desa Munjul

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang, maka peneliti menetapkan populasi

yang menjadi objek penelitian ini adalah penduduk/masyarakat Rumah Tangga

Page 77: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

62

Sasaran Peneriman (RTS-PM) program Raskin. Berdasarkan sumber data

yang penulis peroleh di lapangan, yaitu sebanyak 311 RTS-PM. Dengan rincian

sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Populasi Berdasarkan RW di Desa Munjul

Jumlah RTS di Setiap RW

RW 001 70

RW 002 65

RW 003 44

RW 004 87

RW 005 45

JUMLAH 311

Sumber: Pemerintah Desa Munjul, 2018

Akan tetapi dari sekian banyak populasi yang ada tidak mungkin

peneliti untuk mendata satu persatu RTS-PM yang ada di Desa Munjul

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang, sehingga jumlah sampel yang

dijadikan responden secara keseluruhan disederhanakan.

Penetapan ukuran sampel menggunakan Rumus Slovin (Bungin,

2009:105), sebagai berikut :

n

Keterangan:

N : Jumlah Populasi

n : Jumlah Sampel

Page 78: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

63

e : Standar error dari kemampuan sampel dalam mewakili

populasi (dalam hal ini standar error 5%)

Adapun perhitungannya sebagai berikut :

= 174.96 dibulatkan menjadi 175 sampel

Sedangkan untuk mengetahui ukuran sampel peneliti menerapkan teknik

proportion cluster sampling sebagai berikut :

n1 = Ukuran sampel masing-masing RW

N1 = Ukuran besarnya populasi pada masing-masing RW

N = Jumlah populasi n = Ukuran besarnya sampel

Adapun perhitungan besarnya sampel yang mewakili dari 175

sampel, yaitu sebagai berikut :

Page 79: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

64

Tabel 3.3.

Sampel Berdasarkan RW di Desa Munjul

Jumlah RTS di Setiap RW Perhitungan Hasil Jumlah

Sampel

RW 001 70 70/311 x 175 39.38907 39

RW 002 65 65/311 x 175 36.57556 37

RW 003 44 44/311 x 175 24.75884 25

RW 004 87 87/311 x 175 48.95498 49

RW 005 45 45/311 x 175 25.32154 25

JUMLAH 311 175 175

Sumber: Peneliti, 2018

3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data

dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum

dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian

identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating). (dalam Bungin 2009:164-

168).

1. Editing, adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena

kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadang kala belum

memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan,

tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu,

keadaan tersebut harus diperbaiki melalui editing ini.

2. Coding, setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya

adalah mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahapan coding.

Page 80: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

65

Maksudnya bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas

sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.

3. Tabulasi (Proses Pembeberan), adalah bagian terakhir dari

pengolahan data. Maksud tabulasi adalah memasukan data pada

tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.

Setelah pengolahan data selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu

analisis data. Dalam penelitian kuantitatif, maka kegiatan dalam analisis data

adalah megelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data

tiap variabel yang diteliti serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.

A. Uji Validitas

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur (dalam Sugiyono, 2009:121). Untuk menguji

validitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Korelasi Product

Moment sebagai berikut:

Page 81: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

66

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi Product Moment

n = Jumlah sampel

∑xy = Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan

∑x = Jumlah skor dalam sebaran X

∑y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑x² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑y² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

B. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah isntrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Sugiyono (2009:121). Adapun,

pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan

teknik Alpha Cronbach, yaitu perhitungan yang dilakukan dengan

menghitung rata-rata interkorelasi diantara butir-butir pertanyaan

dalam kuesioner. Variabel dikatakan reliabel jika nilai alphanya

lebih dari 0.30 (Purwanto, 2007:181). Dengan dilakukan uji

reliabilitas, maka akan menghasilkan suatu instrumen yang benar-

benar tepat atau akurat dan mantap. Apabila koefisien reliabilitas

instrumen yang dihasilkan lebih besar, berarti instrumen tersebut

memiliki reliabilitas yang cukup baik.

( )( )

√ ( ) ( )

Page 82: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

67

Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah butir

Sᵢ² = Variasi butir

St² = Variasi total

Sumber: Purwanto, 2007:181

C. Uji T-Test

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dalam

penelitian ini menggunakan uji T karena variabel penelitian dalam

penelitian ini bersifat tunggal. Untuk melakukan pengujian

hipotesis deskriptif menggunakan t-test satu sampel dan

menggunakan uji pihak kanan. Menurut Sugiyono (2009:164-165),

uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyai

“lebih kecil atau sama dengan (≤)” dan hipotesis alternatifnya (Ha)

berbunyi “lebih besar (>)”. Pengujian hipotesis deskriptif ini

menggunakan rumus t-test sebagai berikut:

(

) (

)

Page 83: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

68

Keterangan:

t = Nilai t yang dihitung

X = Nilai rata-rata

µ˳ = Nilai yang dihipotesiskan

s = Simpangan baku

n = Jumlah anggota sampel

Sumber: Sugiyono (2009:164-165)

3.9. Jadwal Penelitian

Tabel 3.4

Jadwal Penelitian

Kegiatan

Waktu Pelaksanaan 2017-2018

Des 17 Jan 18 Feb 18 Mar

18

Apr 18 Mei

18

Pengajuan Proposal

Seminar Proposal

Revisi Proposal

Pengolahan dan Analisis Data

Sidang Skripsi

Revisi Skripsi

Sumber: Peneliti, 2018

Page 84: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8

Kabupaten/Kota di Propinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau

Jawa. Kabupaten Pandeglang terletak di bagian Selatan Provinsi Banten,

secara administratif Kabupaten Pandeglang dibentuk pada tanggal 1 April

1874 (Sumber Humas Pandeglang). Jumlah penduduk Kabupaten

Pandeglang berdasarkan sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah

1.149.610 orang dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 589.056

orang dan perempuan sebanyak 560.554 orang.

Secara geografis terletak antara 6º21’- 7º10’ Lintang Selatan dan

104º48’- 106º11’ Bujur Timur, memiliki luas wilayah 2.747 Km2

(274.689,91 ha), atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten dengan

panjang pantai mencapai 307 km. Kota Pandeglang sebagai Ibukota

Kabupaten terletak pada jarak 23 km dari Ibukota Provinsi banten dan 111

km dari Ibukota Negara.

Wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pandeglang terdiri

dari wilayah administrasi Kecamatan sebanyak 35 Kecamatan, wilayah

Desa sebanyak 322 Desa dan 13 Kelurahan, dengan batas-batas

69

Page 85: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

70

administrasi: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang; Sebelah

Barat berbatasan dengan Selat Sunda; Sebelah Selatan berbatasan dengan

Samudra Indonesia; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak.

Secara geologi, wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam

zona Bogor yang merupakan jalur perbukitan. Sedangkan jika dilihat dari

topografi daerah Kabupaten Pandeglang memiliki variasi ketinggian antara

0-1.778 m di atas permukaan laut. Sebagian besar topografi daerah

Kabupaten Pandeglang adalah dataran rendah yang berada di daerah

Tengah dan Selatan yang memiliki luas 85,07% dari luas keseluruhan

Kabupaten Pandeglang. Kedua daerah ini ditandai dengan karakteristik

utamanya adalah ketinggian gunung-gunungnya yang relatif rendah,

seperti Gunung Payung (480 m), Gunung Honje (620 m), Gunung Tilu

(562 m) dan Gunung Raksa (320 m). Daerah Utara memiliki luas 14,93 %

dari luas Kabupaten Pandeglang yang merupakan dataran tinggi, yang

ditandai dengan karekteristik utamanya adalah ketinggian gunung yang

relatif tinggi, seperti Gunung Karang (1.778 m), Gunung Pulosari (1.346

m) dan Gunung Aseupan (1.174 m).

Rasio jenis kelamin pada tahun 2010 sebesar 105,08. Sebaran

penduduk perkecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan penduduk

terjarang yaitu Kecamatan Sumur dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2,

sementara wilayah yang terpadat adalah Kecamatan Labuan, yaitu

Page 86: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

71

sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk (LPP)

Kabupaten Pandeglang Sensus Penduduk periode 1961-1971 sebesar 2,71

persen, periode 1971-1980 sebesar 2,15 persen, periode 1980-1990 sebesar

2,14 persen, periode 1990- 2000 sebesar 1,64 persen dan 2000-2010

sebesar 1,30 persen. Menurut angka laju pertumbuhan penduduk ialah

merupakan salah satu wujud keberhasilan pembangunan bidang

kependudukan yang salah satunya antara lain adalah program Keluarga

Berecana (KB).

Gambar 4. 1

Peta Kabupaten Pandeglang

(Pandeglangkab. go. id)

Page 87: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

72

Luas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 274. 689,91 Ha atau 2.

747Km2 dan secara wilayah kerja administrasi terbagi atas 35 kecamatan,

322 desa dan 13 kelurahan. Dataran di Kabupaten Pandeglang sebagian

besar merupakan dataran rendah yakni di Daerah bagian tengah dan

selatan, dengan variasi ketinggian antara 0 – 1. 778 meter di atas

permukaan laut (dpl) dengan luas sekitar 85,07% dari luas wilayah

Kabupaten. Secara umum perbedaan ketinggian di Kabupaten Pandeglang

cukup tajam, dengan titik tertinggi 1. 778 m diatas permukaan laut (dpl)

yang terdapat di Puncak Gunung Karang pada Daerah bagian utara dan

titik terendah terletak diDaerah pantai dengan ketinggian 0 m dpl.

4.1.2. Kependudukan

Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang

berdasarkan Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1. 149. 610

orang dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 589. 056 orang dan

perempuan sebanyak 560. 554 orang. Berdasarkan data di atas, rasio jenis

kelamin pada tahun 2010 sebesar 105,08.

Sebaran penduduk per kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan

dengan penduduk terjarang yaitu Kecamatan Sumur dengan rata-rata

sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat

adalahKecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3. 439 jiwa/Km2. Sedangkan

Page 88: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

73

rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Pandeglang adalah 419

jiwa/Km2.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk

15 tahun ke atas yang bekerja berjumlah 384. 657 jiwa. Lapangan

pekerjaan utama penduduk berupa pertanian, perkebunan, kehutanan,

perburuan dan perikanan; industri; perdagangan, rumah makan dan jasa

akomodasi; dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.

Secara umum, pekerja di Kabupaten Pandeglang bekerja di sektor

informal (83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari

jumlah pekerja di atas 15 tahun berjumlah 434. 746 jiwa(Indikator

Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari jumlah pekerja 434. 746 jiwa, pekerja

dengan status pekerjaan berusaha sendiri memiliki proporsi yang terbesar

yaitu 23,67%, sedangkan pekerja dengan status pekerjaan berusaha

dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar memiliki proporsi terkecil

(2,32%).

4.1.3. Gambaran Perekonomian

Berdasarkan BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15

tahun keatas yang bekerja yang bekerja berjumlah 384.657 jiwa. Lapangan

pekerjaan utama penduduk berupa pertanian, perkebunan, kehutanan,

Page 89: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

74

perburuan dan perikanan. Kemudian industri perdagangan, rumah makan

dan jasa akomodasi dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.

Secara umum, pekerja di Kabupaten Pandeglang bekerja di sektor informal

(83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari jumlah

pekerja di atas 15 tahun berjumlah 434.746 jiwa, pekerja dengan setatus

pekerjaan berusaha sendiri memiliki proporsi ya ng terbesar yaitu 23,67%

sedangkan pekerja dengan setatus pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak

tetap /tidak dibayar memiliki proporsi terkecil (2,32%) Struktur penduduk

ini selalu berubah-ubah Karena disebabkan oleh proses demografi yakni

kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan juga migrasi atau

perpindahan penduduk Sebaran penduduk perkecamatan relative tidak

merata. Kecamatan dengan penduduk terjarang yaitu kecamatan sumur

dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat

adalah Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2.

4.1.4. Gambaran Umum Desa Munjul

Sebagaimana diatur dalam UU No.32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah serta peraturan perundang-undangan di bawahnya.

Desa atau yang disebut dengan nama lain Desa adalah kesatuan

masyarakat yang mempunyai hukum yang memiliki batas-batas wilayah,

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

Page 90: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

75

setempat. Berdasarkan asal usul dan adat istiadat masyarakat setempat

yang diatur dan dihormati dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Munjul diambil dari kata “muncul “ yang artinya menyembul;

keluar menampakan diri. Sehingga seperti makna dari kata tersebut, Desa

Munjul sedikit lebih “ muncul “ dari desa lainnya, terutama sumber daya

manusianya. Diharapkan orang-orang yang berasal dari Desa Munjul ini

muncul-muncul dalam bidang apapun. Banyak warga masyarakatnya

sampai sekarang yang mempunyai kedudukan ataupun pejabat.Munjul

juga dijadikan nama Kecamatan di Daerah Tingkat II Kabupaten

Pandeglang. Nama tersebut dipakai sejak Kecamatan itu dijadikan

Kecamatan di Daerah Kabupaten Pandeglang.

Desa Munjul adalah salah satu desa yang terdekat dengan kota

Kecamatan Munjul dan sebagai salah satu Desa yang berada di wilayah

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Desa Munjul

dulu merupakan desa induk dari Desa Cibitung dan Desa Gunungbatu.

Akan tetapi pada tahun 1971 terjadi pemekaran, sehingga Desa Munjul

lebih awal mempunyai dan memiliki kewenangan-kewenangan yang telah

diatur baik menurut perundang-undangan maupun peraturan Desa. Desa

Munjul itu sendiri terbentuk pada Tahun 1928.

Page 91: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

76

4.1.5. Kondisi Desa Munjul

Desa Munjul merupakan salah satu desa yang berada di Wilayah

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Dilihat dari

segi mobilitas sumber daya manusia dan sumber daya alam yang cukup,

maka Desa Munjul dapat dikategorikan sebagai desa yang potensial, ini

tercermin dari Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam serta usaha

lainnya.erupakan salah satu desa yang berada di Wilayah Kecamatan

Munjul Sumber Daya Alam serta usaha lain

1. Potensi Umum

A. Luas Desa ;

Tanah Sawah :

- Sawah Irigasi : 217 ha

- Sawah Tadah Hujan : 33 ha

Tanah kering ;

- Tegal / ladang : 120 ha

- Pemukiman : 56 ha

Tanah basah ;

- Tanah rawa : 11,74 ha

Tanah Perkebunan ;

- Tanah Perkebunan Rakyat : 76 ha

Tanah fasilitas umum ;

- Kas Desa / Bengkok : 1,25 ha

- Perkantoran Pemerintah : 0,01 ha

B. Tipologi Desa ;

Batas wilayah desa sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pasanggrahan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gunungbatu

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Curuglanglang

Page 92: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

77

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angsana

C. Orbitasi ;

- Jarak ke Ibukota Propinsi : 75 Km

- Jarak ke Ibukota Kabupaten : 55 Km

- Jarak ke Ibukota Kecamatan : 1 Km

D. Iklim ;

- Curah hujan : 1,182 Mm/thn

- Suhu rata – rata : 28 C

- Tinggi tempat : 8 Mdl

2. Demografi

Berdasarkan data

Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)

A. Jumlah Penduduk ;

Jumlah Total : 2707 Orang

Jumlah Laki – laki : 1414 Orang

Jumlah Perempuan : 1293 Orang

Jumlah KK : 786 KK

Jumlah Penduduk Miskin : 1013 Orang

B. Pendidikan ;

- Belum Sekolah : …………. Orang

- Usia 7 - 45 tidak pernah sekolah : 116 Orang

- Pernah sekolah SD tetapi tdk Tamat : 14

- Tamat SD / Sederajat : 280 Orang

- Tamat SLTP : 661 Orang

- Tamat SLTA : 1.167 Orang

- Tamat D 1 : 74 Orang

- Tamat D 2 : 68 Orang

- Tamat D 3 : 43 Orang

- Tamat S 1 : 64 Orang

- Tamat S 2 : 2 Orang

C. Mata Pencaharian Pokok ;

- Petani : 543 Orang

- Buruh tani : 426 Orang

Page 93: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

78

- Buruh swasta : 41 Orang

- PNS : 122 Orang

- Pertukangan : 12 Orang

- Pedagang : 127 Orang

- Pensiunan : 86 Orang

- TNI dan POLRI : 3 Orang

- Perawat : 4 Orang

- Bidan : 3 Orang

D. Agama

- Islam : 2707 Orang

- Kristen : - Orang

- Katolik : - Orang

- Budha : - Orang

- Hindu : - Orang

4.2. Deskripsi Data

4.2.1. Identitas Responden

A. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden penelitian

terdiri dari laki-laki dan perempuan. Adapun data mengenai hal

tersebut tersaji pada tabel berikut:

Page 94: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

79

Tabel 4.1.

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Jumlah Perempuan

123

(70.29%)

52

(29.71%)

Sumber: Data diolah tahun 2018.

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat kita ketahui bahwa

jumlah responden terdiri dari 123 atau sebanyak 70.29% adalah

laki-laki dan 52 atau sebanyak 29.71% adalah perempuan.

B. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden penelitian

beragam tingkat pendidikannya. Adapun data mengenai hal

tersebut tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4.2.

Responden Berdasarkan Pendidikan

Tidak Sekolah SD SMP SMA

70

(40%)

62

(35,43%)

31

(17.71%)

12

(6.86%)

Sumber: Data diolah tahun 2018.

Page 95: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

80

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat kita ketahui bahwa

jumlah responden terdiri dari yang tidak sekolah berjumlah 70

orang, jumlah responden dengan pendidikan SD/sederajat

berjumlah 62 orang, jumlah responden dengan pendidikan

SMP/sederajat berjumlah 31 orang, dan jumlah responden dengan

pendidikan SMA/sederajat berjumlah 12 orang. Disini peneliti

berasumsi bahwa RTS di Desa Munjul memiliki tingkat pendidikan

yang rendah. Sehingga penyaluran beras Raskin sudah tepat

sasaran.

4.3. Persyaratan Pengujian Statistik

4.3.1. Hasil Uji Validitas

Dalam penelitian ini, tahap awal proses analisis data adalah

melakukan uji validitas instrumen terlebih dahulu. Hal ini peneliti

maksudkan untuk menjaga ketetapan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui valid atau

tidaknya suatu item kuesioner yang menjadi alat ukur dalam penelitian ini.

Instrumen yang valid menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar

mampu dalam mengukur variabel-variabel yang akan diukur dalam

penelitian, serta mampu menunjukkan tingkat kesesuaian antara konsep

penelitian dengan hasil pengukuran. Pada uji validitas, peneliti mengambil

sampel sebanyak 175 responden. Apabila terdapat sampel yang tidak valid

Page 96: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

81

dan tidak mewakili indikator yang ada, maka instrumen tersebut diganti

dengan instrumen baru sebagai pengganti instrumen yang tidak valid.

Kemudian kuesioner tersebut disebar kembali untuk menghasilkan

instrumen yang valid. Tetapi, apabila ditemukan hasil sampel yang tidak

valid, namun tetap mewakili indikator, maka instrumen tersebut dihapus.

Adapun, rumus yang digunakan oleh peneliti dalam uji validitas ini yaitu

menggunakan statistik Korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS

versi 23.

Page 97: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

82

Tabel 4.3.

Hasil Perhitungan Validitas Instrumen

No. Soal r hitung r tabel Keputusan

1 .637**

0.148 Valid

2 .506**

0.148 Valid

3 .626**

0.148 Valid

4 .519**

0.148 Valid

5 .393**

0.148 Valid

6 .266**

0.148 Valid

7 .637**

0.148 Valid

8 .345**

0.148 Valid

9 .279**

0.148 Valid

10 .355**

0.148 Valid

11 .375**

0.148 Valid

12 .626**

0.148 Valid

13 .613**

0.148 Valid

14 .441**

0.148 Valid

15 .554**

0.148 Valid

16 .362**

0.148 Valid

17 .352**

0.148 Valid

18 .201**

0.148 Valid

19 .510**

0.148 Valid

20 .542**

0.148 Valid

21 .483**

0.148 Valid

22 .697**

0.148 Valid

23 .445**

0.148 Valid

24 .464**

0.148 Valid

25 .718**

0.148 Valid

Sumber: Data diolah tahun 2018.

Page 98: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

83

Jika r hitung > r tabel, berarti item/butir instrumen dinyatakan

valid. Sebaliknya jika r hitung ≤ r tabel, berarti item/butir instrumen

dinyatakan tidak valid. Nilai r hitung diperoleh dari perhitungan statistik

korelasi Product Moment dengan menggunakan SPSS versi 23 (data

dilampirkan). Sedangkan, r tabel dengan nilai 0.148 diperoleh dari tabel

Product Moment dengan tingkat kesalahan 5% dengan jumlah responden

175 orang (table r product moment dilampirkan). Berdasarkan tabel di

atas, dapat diketahui bahwa ke 25 instrumen soal secara keseluruhan di

nyatakan valid.

4.3.2. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal

konsistensi dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Cronbach

Alpha yaitu penghitungan yang dilakukan dengan menghitung rata-rata

interkolerasi di antara butir-butir pertanyaan dalam kuesioner, adapun hasil

dari uji reliabilitas yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah nilai

Cronbach Alpha sebesar 0.859. Suatu variabel di katakan reliabel jika nilai

alphanya lebih dari 0.37. Maka hal ini dapat diartikan bahwa 0.859 > dari

0.37 sehingga instrumen yang diuji bisa reliabel. Pengujian reliabilitas

dibantu dengan perangkat lunak Statistic Product and Service Solutions

Page 99: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

84

(SPSS) versi 23 for windows. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.4.

Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.859 25

Sumber: Data diolah tahun 2018.

4.4. Analisis Data

Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif deskriptif, maka data yang diperoleh tidak hanya berbentuk kalimat

dari hasil wawancara dan pernyataan dari hasil penyebaran kuesioner, melainkan

ditampilkan dari hasil penelitian yang berbentuk angka yang kemudian diolah.

Analisis data merupakan suatu proses analisis yang dilakukan peneliti dengan cara

mendeskripsikan data hasil penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada para

RTS penerima RASKIN sebanyak 311 RTS yang tersebar di 5 RW di Desa

Munjul yang kemudian menjadi 175 RTS yang menjadi sampel penelitian.

Adapun lebih detailnya, peneliti menjelaskannya dalam bentuk diagram

disertai pemaparan dan kesimpulan dari hasil jawaban responden berdasarkan

butir-butir pertanyaan yang telah peneliti buat sebelumnya. Dimana, butir-butir

pernyataan tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner. Uraian kuesioner-

Page 100: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

85

kuesioner diuraikan oleh peneliti dalam bentuk penjelasan butir-butir pertanyaan

secara sistematis. Kuesioner tersebut diajukan kepada 175 responden yang

menjadi sampel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Skala yang

digunakan dalam kuesioner ini adalah Skala Likert. Skor yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 4 nilai dimasing-masing jawabannya untuk kriteria kinerja

yaitu sangat setuju nilainya 4, setuju nilainya 3, tidak setuju nilainya 2, dan sangat

tidak setuju nilainya 1.

Peneliti mencoba menjelaskan dalam bentuk diagram disertai pemaparan

dan kesimpulan hasil jawaban dari pernyataan yang diajukan melalui kuesioner

kepada para responden. Dalam melakukan analisa data, peneliti menggunakan

Teori Van Meter dan Van Horn yang didalamnya terdapat enam sub variabel:

4.4.1. Dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat

keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis

dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran

kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (utopis) untuk dilaksanakan di

level warga, maka akan sulit merealisasikan kebijakan publik hingga titik

yang dapat dikatakan berhasil.

Berikut ini merupakan jawaban responden mengenai dimensi

ukuran dan tujuan kebijakan. Data disajikan dalam diagram beserta

Page 101: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

86

pernyataan dari sub indikator. Disini peneliti mengajukan 4 pernyataan

kepada responden. Berikut peneliti sajikan hasilnya:

Diagram 4.1.

Tanggapan Responden Tentang Pelaksanaan Program Raskin di Desa Munjul

sudah berjalan dengan baik

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 1).

Berdasarkan diagram 4.1 di atas, tanggapan responden mengenai

Pelaksanaan Program Raskin di Desa Munjul sudah berjalan dengan baik,

yang menjawab sangat setuju 15.43% atau sebanyak 27 orang, yang

menjawab setuju sebanyak 53.14% atau 93 orang, menjawab tidak setuju

sebanyak 31.43% atau 55 orang sedangkan yang menjawb sangat tidak

setuju 0. Dari jawaban responden tersebut, bisa disimpulkan bahwa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

27

93

55

0

Soal No. 1

Page 102: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

87

sebagian masyarakat RTS di Desa Munjul menganggap bahwa

pelaksanaan penyaluran beras untuk keluarga miskin (RASKIN) telah

berjalan dengan baik. Dari beberapa responden yang sempat peneliti

wawancara, menganggap pelaksanaan penyaluran raskin telah berjalan

baik dan mengacungkan jempol untuk petugas baik dari Desa maupun dari

Kecamatan dalam menyalurkan raskin dengan baik dan tepat sasaran.

Sebagian juga ada yang menganggap penyaluran raskin belum optimal dan

banyak oknum yang bermain dalam penyalurannya.

Diagram 4.2.

Tanggapan Responden Tentang Pelaksanaan Program Raskin di Desa Munjul

sudah sesuai dengan harapan

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 2).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

27

96

51

1

Soal No. 2

Page 103: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

88

Berdasarkan diagram 4.2 di atas, tanggapan responden mengenai

Pelaksanaan Program Raskin di Desa Munjul sudah sesuai dengan harapan,

yang menjawab sangat setuju 15.43% atau sebanyak 27 orang, yang

menjawab setuju sebanyak 54.86% atau 96 orang, menjawab tidak setuju

sebanyak 29.14% atau 51 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak

setuju sebanyak 0.57% atau 1 orang. Dari jawaban responden tersebut,

bisa disimpulkan bahwa sebagian masyarakat RTS di Desa Munjul

menganggap bahwa pelaksanaan penyaluran beras untuk keluarga miskin

(RASKIN) telah sesuai harapan. Dari beberapa responden yang sempat

peneliti wawancara, menganggap pelaksanaan penyaluran raskin sesuai

dengan harapan masyarakat di Desa Munjul.

Page 104: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

89

Diagram 4.3.

Tanggapan Responden Tentang Masyarakat rumah tangga sasaran penerima

manfaat di Desa Munjul sudah mengetahui tentang kejelasan program

Raskin

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 3).

Berdasarkan diagram 4.3 di atas, tanggapan responden mengenai

Masyarakat rumah tangga sasaran penerima manfaat di Desa Munjul sudah

mengetahui tentang kejelasan program Raskin, yang menjawab sangat

setuju 16% atau sebanyak 28 orang, yang menjawab setuju sebanyak

52.57% atau 92 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 31.43% atau 55

orang sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada. Dari

jawaban responden tersebut, bisa disimpulkan bahwa sebagian masyarakat

RTS di Desa Munjul sudah mengetahui tentang kejelasan program Raskin.

Sehingga masyarakat merasa tidak akan dikerjai oleh pihak penyalur.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

28

92

55

0

Soal No. 3

Page 105: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

90

Diagram 4.4.

Tanggapan Responden Tentang Masyarakat rumah tangga sasaran penerima

manfaat di Desa Munjul merasakan bantuan nyata dengan adanya program

Raskin yang telah diterima

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 4).

Berdasarkan diagram 4.4 di atas, tanggapan responden mengenai

Masyarakat rumah tangga sasaran penerima manfaat di Desa Munjul

merasakan bantuan nyata dengan adanya program Raskin yang telah

diterima, yang menjawab sangat setuju 10.86% atau sebanyak 19 orang,

yang menjawab setuju sebanyak 44% atau 77 orang, menjawab tidak

setuju sebanyak 45.14% atau 79 orang sedangkan yang menjawab sangat

tidak setuju tidak ada. Dari jawaban responden tersebut, bisa disimpulkan

bahwa sebagian masyarakat RTS di Desa Munjul merasakan bantuan nyata

dengan adanya program Raskin yang telah diterima. Sebagian responden

0

10

20

30

40

50

60

70

80

SS S TS STS

19

77 79

0

Soal No. 4

Page 106: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

91

yang menjawab tidak setuju dari wawancara yang peneliti lakukan

mengatakan jika tidak ada permainan dari oknum mungkin manfaat dari

program raskin lebih terasa oleh warga miskin.

Dari hasil jawaban pada dimensi ukuran dan tujuan kebijakan bisa

peneliti simpulkan bahwa masyarakat rumah tangga sasaran (RTS)

mayoritas sudah merasakan manfaat dari program raskin yang digalakkan

oleh pemerintah. Bagi mayoritas warga, dengan adanya program raskin

mereka merasa terbantu dan merasakan manfaat yang besar hal ini sudah

sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut dibuat. Tetapi bagi sebagian

masyarakat, terdapat banyak keluhan dan meminta perbaikan pada

penyaluran raskin tersebut.

4.4.2. Dimensi Sumberdaya

Keberhasilan suatu proses Implementassi kebijakan sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan

suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari

keseluruhan proses implementasi menurur adanya sumber daya manusia

yang berkualitas sesuai pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang

telah ditetapkan. Akan tetapi diluar sumberdaya manusia, sumber daya-

sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah: sumberdaya

Page 107: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

92

financial dan sumber daya waktu. Karena mau tidak mau ketika

sumberdaya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan

kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi

persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju oleh tujuan

kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumberdaya waktu. Saat

sumber daya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik,

tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini

pun dapat menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan.

Berikut ini merupakan jawaban responden mengenai dimensi

sumberdaya. Data disajikan dalam diagram beserta pernyataan dari sub

indikator. Disini peneliti mengajukan 7 pernyataan kepada responden.

Berikut peneliti sajikan hasilnya:

Page 108: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

93

Diagram 4.5.

Tanggapan Responden Tentang Proses pendataan rumah tangga sasaran

penerima manfaat di Desa Munjul yang menerima manfaat Raskin oleh

petugas pelaksana sudah berjalan baik

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 5).

Berdasarkan diagram 4.5 di atas, tanggapan responden mengenai

Proses pendataan rumah tangga sasaran penerima manfaat di Desa Munjul

yang menerima manfaat Raskin oleh petugas pelaksana sudah berjalan

baik, yang menjawab sangat setuju 3.43% atau sebanyak 6 orang, yang

menjawab setuju sebanyak 2.29% atau 4 orang, menjawab tidak setuju

sebanyak 19.43% atau 34 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak

setuju sebanyak 74.86% atau 131 orang. Dari jawaban responden tersebut,

bisa disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat RTS di Desa Munjul tidak

puas dengan hasil pendataan yang dilakukan oleh petugas dalam mendata

0

20

40

60

80

100

120

140

SS S TS STS

6 4

34

131

Soal No. 5

Page 109: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

94

penerima raskin. Menurut sebagian besar masyarakat masih banyak rumah

tangga miskin di Desa Munjul yang tidak masuk ke dalam RTS (Rumah

Tangga Sasaran) penerima program raskin. Dalam wawancara dengan

Ketua RW 003 Desa Munjul Bapak Sakib, didapatkan informasi bahwa

proses pendataan tidak disisir dari rumah ke rumah. Pendata dalam hal ini

langsung dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang hanya

mendapatkan data dari data yang diminta langsung ke Kepala Desa. OLeh

karena itu, data yang diperoleh tidak valid.

Diagram 4.6.

Tanggapan Responden Tentang Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima

manfaat Raskin tidak dipungut biaya dari penyaluran raskin ini

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 6).

0

20

40

60

80

100

120

SS S TS STS

2 3

110

60

Soal No. 6

Page 110: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

95

Berdasarkan diagram 4.6 di atas, tanggapan responden mengenai

Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima manfaat Raskin tidak dipungut

biaya dari penyaluran raskin ini, yang menjawab sangat setuju 1.14% atau

sebanyak 2 orang, yang menjawab setuju sebanyak 1.71% atau 3 orang,

menjawab tidak setuju sebanyak 62,86% atau 110 orang sedangkan yang

menjawab sangat tidak setuju sebanyak 34.29% atau 60 orang. Dari

jawaban responden tersebut, bisa disimpulkan bahwa Rumah Tangga

Sasaran (RTS) penerima manfaat Raskin dipungut biaya dari program

raskin. Dari aturan yang ada, warga masyarakat seharusnya dipungut Rp.

1600,-/kilo dengan jatah 15 kilo setiap penyaluran. Akan tetapi menurut

pengakuan warga, pungutan yang harus dibayarkan untuk per kilo beras

yang mereka terima adalah Rp. 2500,- dengan alasan dikenakan biaya

untuk pendistribusian.

Page 111: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

96

Diagram 4.7.

Tanggapan Responden Tentang Program Raskin ini sudah menjangkau

seluruh masyarakat miskin di Desa Munjul

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 7).

Berdasarkan diagram 4.7 di atas, tanggapan responden mengenai

Program Raskin ini sudah menjangkau seluruh masyarakat miskin di Desa

Munjul, yang menjawab sangat setuju 15.43% atau sebanyak 27 orang,

yang menjawab setuju sebanyak 53.14% atau 93 orang, menjawab tidak

setuju sebanyak 31.43% atau 55 orang sedangkan yang menjawab sangat

tidak setuju tidak ada. Dari jawaban responden tersebut, peneliti menarik

kesimpulan bahwa program raskin telah menjangkau seluruh masyarakat

miskin di Desa Munjul meskipun masih ada keluarga miskin yang belum

masuk dalam RTS (rumah tangga sasaran).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

27

93

55

0

Soal No. 7

Page 112: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

97

Diagram 4.8.

Tanggapan Responden Tentang Program Raskin yang disalurkan di Desa

Munjul sudah mencukupi kebutuhan masyarakat miskin di Desa Munjul

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 8).

Berdasarkan diagram 4.8 di atas, tanggapan responden mengenai

Program Raskin yang disalurkan di Desa Munjul sudah mencukupi

kebutuhan masyarakat miskin di Desa Munjul, yang menjawab sangat

setuju 17.14% atau sebanyak 30 orang, yang menjawab setuju sebanyak

48.57% atau 85 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 32% atau 56 orang

sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2.29% atau 4

orang. Dari jawaban responden tersebut, peneliti menarik kesimpulan

bahwa program raskin yang telah disalurkan di Desa Munjul sudah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

SS S TS STS

30

85

56

4

Soal No. 8

Page 113: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

98

mencukupi kebutuhan masyarakat miskin di Desa Munjul artinya sudah

cukup membantu kebutuhan pangan untuk masyarakat.

Diagram 4.9.

Tanggapan Responden Tentang Proses penyaluran distribusi beras Raskin di

Desa Munjul sudah tepat waktu

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 9).

Berdasarkan diagram 4.9 di atas, tanggapan responden mengenai

Proses penyaluran distribusi beras Raskin di Desa Munjul sudah tepat

waktu, yang menjawab sangat setuju 16,57% atau sebanyak 29 orang,

yang menjawab setuju sebanyak 79.43 % atau 139 orang, menjawab tidak

setuju sebanyak 1.71% atau 3 orang sedangkan yang menjawab sangat

tidak setuju sebanyak 2.29% atau 4 orang. Dari jawaban responden

tersebut, diketahui bahwa memang penyaluran beras raskin di Desa

0

20

40

60

80

100

120

140

SS S TS STS

29

139

3 4

Soal No. 9

Page 114: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

99

Munjul sudah tepat waktu artinya sudah sesuai dengan jadwal yang

seharusnya.

Diagram 4.10.

Tanggapan Responden Tentang Proses pendistribusi Raskin Sudah Sesuai

Dan Teratur

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 10).

Berdasarkan diagram 4.10 di atas, tanggapan responden mengenai

Proses pendistribusi Raskin Sudah Sesuai dan Teratur, yang menjawab

sangat setuju 28% atau sebanyak 49 orang, yang menjawab setuju

sebanyak 64 % atau 112 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 2.85%

atau 5 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak

5.14% atau 9 orang. Dari jawaban responden tersebut, diketahui bahwa

0

20

40

60

80

100

120

SS S TS STS

49

112

5 9

Soal No. 10

Page 115: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

100

memang pendistribusian beras raskin di Desa Munjul sudah sesuai dan

teratur.

Diagram 4.11.

Tanggapan Responden Tentang Dalam memberikan pelayanan, pihak/tim

pelaksana Raskin sudah bekerja sangat cepat

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 11).

Berdasarkan diagram 4.11 di atas, tanggapan responden mengenai

Dalam memberikan pelayanan, pihak/tim pelaksana Raskin sudah bekerja

sangat cepat, yang menjawab sangat setuju tidak ada, yang menjawab

setuju sebanyak 6.29% atau 11 orang, menjawab tidak setuju sebanyak

53.71% atau 94 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju

sebanyak 40% atau 70 orang. Dari jawaban responden tersebut, diketahui

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

0

11

94

70

Soal No. 11

Page 116: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

101

dalam memberikan pelayanan, pihak/tim pelaksana Raskin belum bekerja

secara maksimal dan masih dikeluhkan oleh RTS Raskin.

Dari hasil jawaban pada dimensi sumberdaya bisa peneliti

simpulkan bahwa sumberdaya yang ada mendukung pendistribusian beras

untuk keluarga miskin di Desa Munjul. Hanya saja harus ada perbaikan

dalam segi pelayanan agar pemberian pelayanan bisa dengan cepat

sehingga tidak mengecewakan RTS (rumah tangga sasaran) yang

membutuhkan raskin tersebut.

4.4.3. Dimensi Karakteristik Agen Pelaksana

Perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Hal ini

penting karena pelaksanaan implementasi kebijakan banyak dipengaruhi

oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan agen pelaksanaannya. Adanya

organisasi informal atau pun nonformal turut serta dalam mempengaruhi

sebuah kebijakan, apakah memberi pengaruh yang positif atau negatif

pada kebijakan. Misalnya, implementasi kebijakan yang berusaha untuk

merubah prilaku atau tingkah laku manusia secara radikal, maka agen

pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada

aturan serta tegas dalam memberikan sanksi hukum pada sebuah

pelanggaran. Sebaliknya apabila kebijakan publik itu tidak terlalu

Page 117: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

102

merubah perilaku dasar manusia maka dapat saja agen pelaksana yang

diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama.

Berikut ini merupakan jawaban responden mengenai dimensi

karakteristik agen pelaksana. Data disajikan dalam diagram beserta

pernyataan dari sub indikator. Disini peneliti mengajukan 4 pernyataan

kepada responden. Berikut peneliti sajikan hasilnya:

Diagram 4.12.

Tanggapan Responden Tentang Prosedur Penyaluran Raskin di Desa Munjul

sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 12).

Berdasarkan diagram 4.12 di atas, tanggapan responden mengenai

Prosedur Penyaluran Raskin di Desa Munjul sudah sesuai dengan aturan

yang ditetapkan pemerintah, yang menjawab sangat setuju sebanyak 16%

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

28

92

55

0

Soal No. 12

Page 118: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

103

atau 28 orang, yang menjawab setuju sebanyak 52.57% atau 92 orang,

menjawab tidak setuju sebanyak 31.43% atau 55 orang sedangkan yang

menjawab sangat tidak setuju tidak ada. Dari jawaban responden tersebut,

diketahui bahwa menurut mayoritas responden bahwa prosedur penyaluran

Raskin yang dilakukan aparatur sudah sesuai dengan aturan yang

ditetapkan pemerintah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kepala Desa

Munjul Bapak Iip Suramiharja Nurahman, bahwa penyaluran raskin sudah

sesuai dengan prosedur yang ada.

Diagram 4.13.

Tanggapan Responden Tentang Penyaluran Raskin di Desa Munjul

mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 13).

Berdasarkan diagram 4.13 di atas, tanggapan responden mengenai

Penyaluran Raskin di Desa Munjul mendapatkan dukungan dari Pemerintah

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

27

93

55

0

Soal No. 13

Page 119: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

104

Daerah, yang menjawab sangat setuju sebanyak 15.43% atau 27 orang,

yang menjawab setuju sebanyak 53.14% atau 93 orang, menjawab tidak

setuju sebanyak 31.43% atau 55 orang sedangkan yang menjawab sangat

tidak setuju tidak ada. Dari jawaban responden tersebut, diketahui bahwa

menurut mayoritas responden bahwa Penyaluran Raskin di Desa Munjul

mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah. Menurut Kepala Desa

Munjul Bapak Iip Suramiharja Nurahman, pemerintah daerah ikut terlibat

secara massive dalam penyaluran raskin. Serta memberikan perintah

langsung kepada aparatur desa untuk mengawal pendistribusian raskin.

Diagram 4.14.

Tanggapan Responden Tentang Adanya peran aparatur Desa dalam

penyaluran raskin

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 14).

0

20

40

60

80

100

120

SS S TS STS

49

106

20

0

Soal No. 14

Page 120: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

105

Berdasarkan diagram 4.14 di atas, tanggapan responden mengenai

Adanya peran aparatur Desa dalam penyaluran raskin, yang menjawab

sangat setuju sebanyak 28% atau 49 orang, yang menjawab setuju

sebanyak 60.57% atau 106 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 11.43%

atau 20 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada.

Dalam jawaban responden tersebut, peneliti bisa menyimpulkan bahwa

peran aparatur Desa sangat dominan dalam penyaluran raskin di Desa

Munjul.

Diagram 4.15.

Tanggapan Responden Tentang Adanya sanksi tegas kepada pihak yang

melakukan penyalahgunaan pada Program Raskin

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 15).

Berdasarkan diagram 4.15 di atas, tanggapan responden mengenai

Adanya sanksi tegas kepada pihak yang melakukan penyalahgunaan pada

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

SS S TS STS

4

23

89

59

Soal No. 15

Page 121: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

106

Program Raskin, yang menjawab sangat setuju sebanyak 2.29% atau 4

orang, yang menjawab setuju sebanyak 13.14% atau 23 orang, menjawab

tidak setuju sebanyak 50.9% atau 89 orang sedangkan yang menjawab

sangat tidak setuju sebanyak 33.71% atau 59 orang. Menurut masyarakat

pernah ada oknum yang bermain dalam penyaluran raskin, meski sudah

ada aduan dari masyarakat oknum tersebut masih jadi bagian dalam

penyaluran raskin di Desa Munjul.

Dari hasil jawaban pada dimensi karakteristik agen pelaksana bisa

peneliti simpulkan bahwa dibutuhkan agen pelaksana yang jujur dalam

pendistribusian raskin sehingga penyaluran raskin akan tepat sasaran dan

dinikmati oleh golongan yang benar-benar memerlukan. Raskin sendiri

merupakan program pemerintah yang diharapkan mampu menaikkan taraf

hidup masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan kesejahteraan

pada masyarakat itu sendiri.

4.4.4. Dimensi Sikap dan Kecenderungan Para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan

sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja

implementasi kebijakan publik. Faktor yang mempengaruhi sikap

kecenderungan adalah dilibatkan atau tidaknya sasaran kebijakan dalam

membuat sebuah kebijakan.

Page 122: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

107

Berikut ini merupakan jawaban responden mengenai dimensi Sikap

dan Kecenderungan Para Pelaksana. Data disajikan dalam diagram beserta

pernyataan dari sub indikator. Disini peneliti mengajukan 4 pernyataan

kepada responden. Berikut peneliti sajikan hasilnya:

Diagram 4.16.

Tanggapan Responden Tentang Masyarakat merasa terbantu dengan adanya

kebijakan Raskin.

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 16).

Berdasarkan diagram 4.16 di atas, tanggapan responden mengenai

Masyarakat merasa terbantu dengan adanya kebijakan Raskin, yang

menjawab sangat setuju sebanyak 21.14% atau 37 orang, yang menjawab

setuju sebanyak 73.14% atau 128 orang, menjawab tidak setuju sebanyak

2.29% atau 4 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju

sebanyak 3.43% atau 6 orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas,

0

20

40

60

80

100

120

140

SS S TS STS

37

128

4 6

Soal No. 16

Page 123: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

108

mayoritas masyarakat setuju bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya

program raskin. Menurut masyarkat yang peneliti wawancara, program

raskin sangat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Diagram 4.17.

Tanggapan Responden Tentang Dalam program Raskin ini masyarakat

dilayani dengan penuh tanggung jawab

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 17).

Berdasarkan diagram 4.17 di atas, tanggapan responden mengenai

Dalam program Raskin ini masyarakat dilayani dengan penuh tanggung

jawab, yang menjawab sangat setuju sebanyak 0.57% atau 1 orang, yang

menjawab setuju sebanyak 1.71% atau 3 orang, menjawab tidak setuju

sebanyak 61.14% atau 107 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak

setuju sebanyak 36.57% atau 64 orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas,

mayoritas masyarakat menyatakan tidak setuju, bahwa program Raskin ini

0

20

40

60

80

100

120

SS S TS STS

1 3

107

64

Soal No. 17

Page 124: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

109

masyarakat dilayani dengan tidak bertanggungjawab. Menurut masyarkat

yang peneliti wawancara, agen pelaksana dalam penyaluran raskin kurang

memberikan informasi yang valid dalam pelaksanaan program raskin.

Diagram 4.18.

Tanggapan Responden Tentang Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul

memberikan kemudahan kepada masyarakat yang berhak menerima raskin

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 18).

Berdasarkan diagram 4.18 di atas, tanggapan responden mengenai

Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul memberikan kemudahan

kepada masyarakat yang berhak menerima raskin, yang menjawab sangat

setuju sebanyak 4% atau 7 orang, yang menjawab setuju sebanyak 6.86%

atau 12 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 40.57% atau 71 orang

sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 48.57% atau 85

orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas, mayoritas masyarakat

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

SS S TS STS

7 12

71

85

Soal No. 18

Page 125: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

110

menyatakan tidak setuju. Bahwa petugas penyaluran Raskin di Desa

Munjul memberikan cenderung mempersulit kepada masyarakat yang

berhak menerima raskin. Contohnya seperti pada saat pendataan rumah

tangga sasaran.

Diagram 4.19.

Tanggapan Responden Tentang Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul

melakukan pendataan dengan benar kepada penerima raskin (RTS)

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 19).

Berdasarkan diagram 4.19 di atas, tanggapan responden mengenai

Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul melakukan pendataan dengan

benar kepada penerima raskin (RTS), yang menjawab sangat setuju

sebanyak 4% atau 29 orang, yang menjawab setuju sebanyak 6.86% atau

95 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 40.57% atau 49 orang

sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 48.57% atau 2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

29

95

49

2

Soal No. 19

Page 126: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

111

orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas, mayoritas masyarakat

menyatakan setuju. Bahwa petugas penyaluran Raskin di Desa Munjul

melakukan pendataan dengan benar kepada penerima raskin (RTS).

Dari jawaban pada dimensi Sikap penerimaan atau penolakan dari

(agen) pelaksana bisa peneliti simpulkan bahwa para agen pelaksana

belum bisa dikatakan berhasil dalam menjalankan pendistribusian raskin

pada masyarakat di Desa Munjul. Harus ada evaluasi dari pemerintah

daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Pandeglang agar

pendistribusian beras raskin kepada rumah tangga sasaran berjalan lebih

baik lagi.

4.4.5. Dimensi Komunikasi Antar Organisasi

Koordinasi merupakan mekanisme yang paling ampuh dalam

pelaksanaan kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi

diantara pihak-pihak yang telibat dalam suatu proses implementasi, maka

asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi, dan begitu

pula sebaliknya.

Komunikasi Antarorganisasi adalah hal yang bisa dikatakan krusial

karena seperti dikatakan sebelumnya dalam implementasi kebijakan

publik, semakin baik koordinasi dan komunikasi antarorganisasi maka

semakin kecil pula kemungkinan terjadinya kesalahan yang mana akan

menghambat terlaksananya suatu kebijakan.

Page 127: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

112

Berikut ini merupakan jawaban responden mengenai dimensi

Komunikasi Antar Organisasi. Data disajikan dalam diagram beserta

pernyataan dari sub indikator. Disini peneliti mengajukan 3 pernyataan

kepada responden. Berikut peneliti sajikan hasilnya:

Diagram 4.20.

Tanggapan Responden Tentang Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul

berkoordinasi dengan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan program

Raskin

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 20).

Berdasarkan diagram 4.20 di atas, tanggapan responden mengenai

Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul berkoordinasi dengan

masyarakat sekitar dalam pelaksanaan program Raskin, yang menjawab

sangat setuju sebanyak 29.71% atau 52 orang, yang menjawab setuju

0

10

20

30

40

50

60

70

SS S TS STS

52

70

47

6

Soal No. 20

Page 128: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

113

sebanyak 40% atau 77 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 26.9% atau

47 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3.43%

atau 6 orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas, mayoritas masyarakat

setuju bahwa Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul berkoordinasi

dengan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan program Raskin.

Diagram 4.21.

Tanggapan Responden Tentang Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul

berkoordinasi dengan aparatur Desa di Desa Munjul

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 21).

Berdasarkan diagram 4.21 di atas, tanggapan responden mengenai

Petugas Penyaluran Raskin di Desa Munjul berkoordinasi dengan aparatur

Desa di Desa Munjul, yang menjawab sangat setuju sebanyak 20% atau 35

orang, yang menjawab setuju sebanyak 65.14% atau 114 orang, menjawab

tidak setuju sebanyak 12% atau 21 orang sedangkan yang menjawab

0

20

40

60

80

100

120

SS S TS STS

35

114

21

5

Soal No. 21

Page 129: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

114

sangat tidak setuju sebanyak 2.86% atau 5 orang. Dari hasil jawaban

tersebut diatas, mayoritas masyarakat setuju bahwa Petugas Penyaluran

Raskin di Desa Munjul berkoordinasi dengan aparatur Desa di Desa

Munjul.

Diagram 4.22.

Tanggapan Responden Tentang Petugas pendataan berkoordinasi dengan

aparatur Desa dalam menentukan siapa saja yang berhak menerima Raskin

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 22).

Berdasarkan diagram 4.22 di atas, tanggapan responden mengenai

Petugas pendataan berkoordinasi dengan aparatur Desa dalam menentukan

siapa saja yang berhak menerima Raskin, yang menjawab sangat setuju

sebanyak 34.29% atau 60 orang, yang menjawab setuju sebanyak 54.86%

atau 96 orang, menjawab tidak setuju sebanyak 10.29% atau 18 orang

sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0.57% atau 1

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

60

96

18

1

Soal No. 22

Page 130: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

115

orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas, mayoritas masyarakat setuju

bahwa Petugas pendataan berkoordinasi dengan aparatur Desa dalam

menentukan siapa saja yang berhak menerima Raskin. Hal ini juga

dikatakan oleh Kepala Desa Munjul Bapak Iip bahwa data penerima raskin

atau rumah tangga sasaran merupakan data hasil kolaborasi antara petugas

dari daerah dengan aparatur desa.

Dari jawaban pada dimensi komunikasi anatar organisasi bisa

peneliti simpulkan bahwa para agen pelaksana bisa dikatakan berhasil

dalam melakukan pola-pola koordinasi baik dengan masyarakat RTS di

Desa Munjul maupun dengan aparatur Desa Munjul.

4.4.6. Dimensi Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Sejauhmana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan

politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan

implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk pengimplementasikan

kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan

eksternal.

Berikut ini merupakan jawaban responden mengenai dimensi

karakteristik agen pelaksana. Data disajikan dalam diagram beserta

pernyataan dari sub indikator. Disini peneliti mengajukan 3 pernyataan

kepada responden. Berikut peneliti sajikan hasilnya:

Page 131: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

116

Diagram 4.23.

Tanggapan Responden Tentang Program Raskin dapat mengurangi masalah

ekonomi di Desa Munjul

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 23).

Berdasarkan diagram 4.23 di atas, tanggapan responden mengenai

Program Raskin dapat mengurangi masalah ekonomi di Desa Munjul,

yang menjawab sangat setuju sebanyak 28.57% atau 50 orang, yang

menjawab setuju sebanyak 66.29% atau 116 orang, menjawab tidak setuju

sebanyak 3.43% atau 6 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak

setuju sebanyak 1.71% atau 3 orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas,

mayoritas masyarakat setuju bahwa Program Raskin dapat mengurangi

masalah ekonomi di Desa Munjul. Jelas sekali bahwa maksud dan tujuan

pemerintah mengadakan program beras untuk keluarga miskin adalah

0

20

40

60

80

100

120

SS S TS STS

50

116

6 3

Soal No. 23

Page 132: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

117

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan mengurangi masalah

perekonomian warga masyarakat.

Diagram 4.24.

Tanggapan Responden Tentang Masyarakat RTS-PM penerima Raskin

sangat mengandalkan adanya program Raskin dari pemerintah

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 24).

Berdasarkan diagram 4.24 di atas, tanggapan responden mengenai

Masyarakat RTS-PM penerima Raskin sangat mengandalkan adanya

program Raskin dari pemerintah, yang menjawab sangat setuju sebanyak

22.86% atau 40 orang, yang menjawab setuju sebanyak 68% atau 119

orang, menjawab tidak setuju sebanyak 8.57% atau 15 orang sedangkan

yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0.57% atau 1 orang. Dari

hasil jawaban tersebut diatas, mayoritas masyarakat setuju bahwa

0

20

40

60

80

100

120

SS S TS STS

40

119

15

1

Soal No. 24

Page 133: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

118

Masyarakat RTS-PM penerima Raskin sangat mengandalkan adanya

program Raskin dari pemerintah.

Diagram 4.25.

Tanggapan Responden Tentang Program Raskin mampu meningkatkan taraf

hidup masyarakat

Sumber: Data Primer, 2018 (Pertanyaan Nomor 25).

Berdasarkan diagram 4.25 di atas, tanggapan responden mengenai

Program Raskin mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, yang

menjawab sangat setuju sebanyak 33.14% atau 58 orang, yang menjawab

setuju sebanyak 56% atau 98 orang, menjawab tidak setuju sebanyak

10.29% atau 18 orang sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju

sebanyak 0.57% atau 1 orang. Dari hasil jawaban tersebut diatas,

mayoritas masyarakat setuju bahwa Program Raskin mampu

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

SS S TS STS

58

98

18

1

Soal No. 25

Page 134: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

119

Dari jawaban pada dimensi Lingkungan Ekonomi, Sosial dan

Politik bisa peneliti simpulkan bahwa tujuan besar pemerintah dalam

penyediaan beras untuk keluarga miskin telah berhasil yaitu untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya beli

masyarakat serta meningkatnya taraf hidup masyarakat.

4.5. Pengujian Hipotesis

Penelitian mengenai Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin

(Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang memiliki

hipotesis sebagai berikut: “Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin

(Raskin) Di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang kurang dari

65%.”. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikasi dari

hipotesis yang diajukan. Berdasarkan metode penelitian, maka pada tahap

pengujian hipotesis, peneliti menggunakan rumus t-test satu sampel.

Dalam penghitungan pengujian hipotesis, skor ideal yang diperoleh adalah

4 x 25 x 175 = 17500 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban yang ditanyakan

kepada responden), (25 = jumlah pertanyaan yang ditanyakan kepada responden)

dan 175 = jumlah responden). Selanjutnya, nilai rata-ratanya adalah 17500 : 175 =

100.

Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa

Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang nilai yang dihipotesiskan

adalah dikatakan optimal apabila mencapai 65%, hal ini berarti bahwa 0,65 x 100

Page 135: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

120

= 65. Hipotesis statistiknya yaitu, Ho untuk kurang dari (<) 65%. Sedangkan, Ha

untuk memprediksi lebih lebih dari atau sama dengan (≥) 65%

Ho = µ < 65% < 0,65 x 100 = 65

Ho = µ ≥ 65% ≥ 0,65 x 100 = 65

Pengujian Hipotesis menggunakan rumus t- test satu sempel adalah sebagai

berikut :

Diketahui :

X = 11650 = 66.57

175

µo = 65

S = 7.879 ( Dilihat dari std. Deviation di SPSS)

n = 175

Ditanya : t=

Page 136: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

121

Jawab :

t = 66,57 - 65

7.879

t = 1.57

0.59

t = 2.636 = 2.63

Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel dengan derajat

kebebasan (dk) - n – 1 = (175 – 1 = 174) dan taraf kesalahan α = 5%, untuk uji

satu pihak, berdasarkan dk 174 dan α = 5% ternyata harga ttabel untuk uji satu

pihak = 1.97369 = 1.974. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel atau jatuh

pada daerah penerimaan Ho (2.63 > 1.974), maka Hipotesis Nol (Ho) ditolak dan

Hipotesis Alternatif (Ha) diterima.

Berdasarkan perhitungan, ditemukan bahwa Implementasi Program Beras

Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten

Pandeglang yaitu :

11650 X 100% = 66,57 %

17500

175

Page 137: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

122

Jadi telah diketahui bahwa Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin

(Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang adalah

sebesar 66.57 %

Gambar 4.2

Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis

Daerah Penerimaan Daerah Penerimaan

H0 Ha

-2.63 -1.974 0 1974 2.63

4.6. Interpretasi Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menjawab rumusan masalah yang

telah peneliti rumuskan sebelumnya, yaitu “bagaimana Implementasi Program

Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang?”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah tersebut.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus t-test satu sampel dengan

uji satu pihak (one tail test), bahwa nilai t hitung lebih besar (>) dari nilai t tabel,

Page 138: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

123

maka dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena mencapai angka

66.57%.

Skor ideal yang diperoleh adalah 4 x 25 x 175 = 17500 (4 = nilai tertinggi

dari setiap jawaban yang ditanyakan kepada responden), (25 = jumlah pertanyaan

yang ditanyakan kepada responden) dan (175 = jumlah responden). Sedangkan,

skor terendahnya adalah 1 x 25 x 175 = 4375 (1 = nilai terendah dari setiap

jawaban yang ditanyakan kepada responden), (25 = jumlah pertanyaan yang

ditanyakan kepada responden) dan (175 = jumlah responden). Adapun, jumlah

skor yang diperoleh adalah 11650.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa Implementasi Program Beras

untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten

Pandeglang adalah 11650 : 17500 = 0.6657 atau 66.57%. Hal ini berarti bahwa

Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang belum berjalan baik. Penilaian tersebut

didasarkan pada kategori instrumen berikut ini:

Page 139: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

124

Gambar 4.3

Interval

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2018.

4.7. Pembahasan

Dalam penelitian mengenai Implementasi Program Beras untuk keluarga

miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Implementasi kebijakan publik

model Donalld Van Metter dan Van Horn yaitu model pendekatan top-down

yang disebut dengan A Model Of The Policy Implementation. Menurut

penelitian ini, ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi kebijakan

publik tyaitu: (1)ukuran dan tujuan kebijakan; (2) sumberdaya; (3) karakteristik

agen pelaksana;(4) sikap atau kecenderungan para pelaku;(5) Komunikasi antar

organisasi dan aktifitas para pelaksana; dan (6) lingkungan ekonomi, sosial dan

politik. Berikut variabel-variabelnya peneliti bahas satu persatu:

Sangat

Rendah Rendah Sangat Baik Baik

17500 4375 8750 13125

11650

Page 140: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

125

1. Dimensi Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika

ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur

yang ada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau

tujuan kebijakan terlalu ideal (utopis) untuk dilaksanakan di level warga,

maka akan sulit merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat

dikatakan berhasil. Maksud dari ukuran dan tujuan kebijakan disini ialah

seberapa besar hasil dari kinerja implementasi kebijakan tim pelaksana

Program Beras Rumah Tangga Miskin. Berdasarkan hasil pengolahan

data, dalam indikator penelitian ini memuat 4 butir instrumen pernyataan

untuk indikator ukuran dan tujuan kebijakan. Skor ideal dari indikator ini

adalah 4 x 175 x 4 = 2800 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban

pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada

skala Likert, 175 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 4 = jumlah

pernyataan yang ada pada indikator ukuran dan tujuan kebijakan) Setelah

menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan skor riil yang diisi

oleh responden yaitu sebesar 1959. Jadi 1959 : 2800 = 0,7 x 100 = 70%.

Hal ini dapat diartikan bahwa Implementasi Program Beras untuk

keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten

Pandeglang berjalan baik bila dilihat dari indikator ukuran dan tujuan

kebijakan.

Page 141: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

126

2. Dimensi Sumberdaya

Keberhasilan proses Implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia

merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan

proses implementasi menurur adanya sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

ditetapkan secara politik. Mengingat Program Beras Rumah Tangga

Miskin adalah program pengentasan kemiskinan di masyarakat maka

seharusnya dapat memiliki berbagai sumberdaya yang dibutuhkan, baik itu

berupa sumberdaya manusia maupun sumberdaya financial yang

merupakan sumberdaya penting dalam menentukan suatu keberhasilan

proses implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin. Berdasarkan

hasil pengolahan data, dalam indikator penelitian ini memuat 7 butir

instrumen pernyataan untuk indikator sumberdaya. Skor ideal dari

indikator ini adalah 4 x 175 x 7 = 4900 (4 = nilai tertinggi dari setiap

jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor

berdasarkan pada skala Likert, 175 = jumlah sampel yang dijadikan

responden, 7 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator sumberdaya)

Setelah menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan skor riil yang

diisi oleh responden yaitu sebesar 2905. Jadi 2905 : 4900 = 0,5930 x 100

= 59.30%. Hal ini dapat diartikan bahwa Implementasi Program Beras

Page 142: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

127

untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang belum berjalan baik bila dilihat dari indikator

sumberdaya.

3. Dimensi Karakteristik Agen Pelaksana

Sub variabel ketiga yang digunakan sebagai kriteria dalam mengukur

implementasi yaitu karakteristik agen pelaksana. kinerja implementasi

kebijakan (publik)akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang

tepat serta cocok dengan para agen pelaksanaannya. Oleh karena itu, hal

penting yang perlu dicermati dalam sub variabel ini yaitu seberapa jauh

tim pelaksana kebijakan berperan aktif menjalankan kebijakan penyaluran

ataupun mendistribusikan Beras Rumah Tangga Miskin kepada

masyarakat penerima manfaat. Berdasarkan hasil pengolahan data, dalam

indikator penelitian ini memuat 4 butir instrumen pernyataan untuk

indikator karakteristik agen pelaksana. Skor ideal dari indikator ini adalah

4 x 175 x 4 = 2800 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan

yang diajukan pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala

Likert, 175 = jumlah sampel yang dijadikan responden, 4 = jumlah

pernyataan yang ada pada indikator karakteristik agen pelaksana) Setelah

menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan skor riil yang diisi

oleh responden yaitu sebesar 1871. Jadi 1871 : 2800 = 0,6680 x 100 =

66.80%. Hal ini dapat diartikan bahwa Implementasi Program Beras

untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul

Page 143: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

128

Kabupaten Pandeglang berjalan baik bila dilihat dari indikator

karakteristik agen pelaksana.

4. Dimensi Sikap dan Kecenderungan Para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat

banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi

kebijakan publik. Faktor yang mempengaruhi sikap kecenderungan adalah

dilibatkan atau tidaknya sasaran kebijakan dalam membuat sebuah

kebijakan. Seluruh pihak yang peneliti wawancarai menjawab hal yang

sama. Pihak sasaran kebijakan dalam hal ini adalah pemilik waralaba,

pelaku usaha kecil yang harus dilindungi. Mereka semua kompak

menjawab tidak merasa dilibatkan dalam pembuatan kebijakan. Hal ini

berarti kebijakan tersebut bersifat Top-down. Berdasarkan hasil

pengolahan data, dalam indikator penelitian ini memuat 4 butir instrumen

pernyataan untuk indikator Sikap dan Kecenderungan Para Pelaksana.

Skor ideal dari indikator ini adalah 4 x 175 x 4 = 2800 (4 = nilai tertinggi

dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria

skor berdasarkan pada skala Likert, 175 = jumlah sampel yang dijadikan

responden, 4 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator sikap dan

kecenderungan para pelaksana) Setelah menemukan skor ideal kemudian

dibagikan dengan skor riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 1629.

Jadi 1629 : 2800 = 0,5820 x 100 = 58.20%. Hal ini dapat diartikan bahwa

Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa

Page 144: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

129

Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang belum berjalan baik

bila dilihat dari indikator sikap dan kecenderungan para pelaksana.

5. Dimensi Komunikasi Antarorganisasi dan aktivitas pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang paling ampuh dalam

implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi

diantara pihak-pihak yang telibat dalam suatu proses implementasi, maka

asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi, dan

begitu pula sebaliknya. Komunikasi Antarorganisasi adalah hal yang bisa

dikatakan krusial karena seperti dikatakan sebelumnya dalam

implementasi kebijakan publik, semakin baik koordinasi dan komunikasi

antarorganisasi maka semakin kecil pula kemungkinan terjadinya

kesalahan yang mana akan menghambat terlaksananya suatu kebijakan.

Berdasarkan hasil pengolahan data, dalam indikator penelitian ini memuat

3 butir instrumen pernyataan untuk indikator Komunikasi Antarorganisasi

dan aktivitas pelaksana. Skor ideal dari indikator ini adalah 4 x 175 x 3 =

2100 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban pernyataan yang diajukan

pada responden, kriteria skor berdasarkan pada skala Likert, 175 = jumlah

sampel yang dijadikan responden, 4 = jumlah pernyataan yang ada pada

indikator Komunikasi Antarorganisasi dan aktivitas pelaksana) Setelah

menemukan skor ideal kemudian dibagikan dengan skor riil yang diisi

oleh responden yaitu sebesar 1612. Jadi 1612 : 2100 = 0,7680 x 100 =

76.80%. Hal ini dapat diartikan bahwa Implementasi Program Beras

Page 145: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

130

untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul

Kabupaten Pandeglang berjalan baik bila dilihat dari indikator

Komunikasi Antarorganisasi dan aktivitas pelaksana.

6. Dimensi Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik

Sejauhmana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan

politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari

kegagalan implementasi kebijakan. Karena itu, upaya untuk

pengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan

kondisi lingkungan eksternal. Berdasarkan hasil pengolahan data, dalam

indikator penelitian ini memuat 3 butir instrumen pernyataan untuk

indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik. Skor ideal dari

indikator ini adalah 4 x 175 x 3 = 2100 (4 = nilai tertinggi dari setiap

jawaban pernyataan yang diajukan pada responden, kriteria skor

berdasarkan pada skala Likert, 175 = jumlah sampel yang dijadikan

responden, 4 = jumlah pernyataan yang ada pada indikator Lingkungan

Ekonomi, Sosial dan Politik) Setelah menemukan skor ideal kemudian

dibagikan dengan skor riil yang diisi oleh responden yaitu sebesar 1674.

Jadi 1674 : 2100 = 0,7970 x 100 = 79.70%. Hal ini dapat diartikan bahwa

Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa

Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang berjalan baik bila

dilihat dari indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik.

Page 146: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

131

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan pada penelitian yang

dilakukan, yang menggunakan metode kuantitatif deskriptif maka dapat

disimpulkan bahwa Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin)

di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang mencapai 66.57% dari

hipotesis 65% artinya sudah berjalan dengan baik. Hal ini, terbukti dari uji

statistik dimana dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah ini, peneliti

dapat melihat dari perhitungan dengan menggunakan rumus t test satu sampel

dengan menguji pihak kanan adalah harga t-hitung lebih besar dari harga t tabel

maka dapat diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Karena nilai t hitung

lebih besar dari t tabel atau jatuh pada daerah penerimaan Ho (2.63 > 1.974),

maka Hipotesis Nol (Ho) ditolak dan Hipotesis Alternatif (Ha) diterima.

Skor ideal yang diperoleh adalah 4 x 25 x 175 = 17500 (4 = nilai tertinggi

dari setiap jawaban yang ditanyakan kepada responden), (25 = jumlah pertanyaan

yang ditanyakan kepada responden) dan (175 = jumlah responden). Sedangkan,

skor terendahnya adalah 1 x 25 x 175 = 4375 (1 = nilai terendah dari setiap

jawaban yang ditanyakan kepada responden), (25 = jumlah pertanyaan yang

ditanyakan kepada responden) dan (175 = jumlah responden). Adapun, jumlah

skor yang diperoleh adalah 11650.

131

Page 147: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

132

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa Implementasi Program Beras

untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten

Pandeglang adalah 11650 : 17500 = 0.6657 atau 66.57%. Hal ini berarti bahwa

Implementasi Program Beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Munjul

Kecamatan Munjul Kabupaten Pandeglang belum berjalan baik meskipun masih

terdapat hambatan dalam pelaksanaannya.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa

rekomendasi sebagai berikut:

1. Lebih meningkatkan kompetensi atau pengetahuan dalam petugas

pelaksana sehingga bisa menularkan pengetahuannya kepada

masyarakat selain itu meningkatkan kinerja mereka ketaraf yang

lebih optimal.

2. Peningkatan kinerja tim dan meminimalisir permainan oknum

dalam pendistribusian beras raskin. Sebagai petugas pelaksana,

bersikap tegas terhadap pelanggaran yang terjadi baik dari pihak

internal maupun eksternal tim terhadap suatu pelanggaran.

3. Meningkatkan pola koordinasi dan komunikasi baik dengan

internal tim, aparatur desa, maupun masyarakat sehingga

meminimalisir misskomunikasi.

Page 148: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

133

4. Melibatkan secara langsung stakeholder dalam dalam

pendistribusian raskin ke berbagai daerah..

5. Pemerintah Daerah lebih meningkatkan pengawasan dalam

pendistribusian raskin di Desa-desa karena cenderung banyak

pelanggaran.

6. Peningkatan SDM merupakan hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan kebijakan. Permasalahan yang sering terjadi adalah

dalam pengolahan data yang dilaporkan secara berjenjang, yang

terkadang tidak sinkron. Karena pada pendistribusian ada saja RTS-

PM yang tidak dapat menerima jatah raskin tersebut.

Page 149: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abidin, Zainal Zaid. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta.

Agusyana. Yus. 2011. Olah Data Skripsi dan Penelitian. Jakarta : PT.

Elex Media Komputindo.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi,

dan Kebijakan Publik Serta Ilmu Sosial Lain. Jakarta : Kencana.

Denzin, Norman K. &Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative

Research. Terjemahan Dari yanto dkk. Yogyakarta ; Pustaka Pelajar.

Djam’an Satori, Dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung ; Alfabet.

Dessler, Gary. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta; Indeks.

George R.Terry. 2001. Prinsip – prinsip Manajemen. PT Bumi Aksara.

.1986. Asas – asas Manajemen. Penerjemah Winardi. Bandung;

Alumni.

Harahap, Sofyan. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta ; Quantum.

Hartomo, H. dan Arnicun, Aziz. 2004. Ilmu Dasar Sosial cet.6. Jakarta ;

Bumi Aksara.

Page 150: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia :Pengertian Dasar,

Pengertian, dan Masalah. Jakarta ; PT Toko Gunung Agung.

Husnaini, Usman. 2001. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta;

Bumi Aksara.

Islamy, Irfan. 2007. Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta :

Bina Aksara.

Kusumanegara, Solahuddin. 2010. Model dan Aktor dalam Proses

Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gaya Media.

Latief, Abdul Madjid. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Manullang, M. Dan Manullang Marihot. 2001. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Edisi Pertama. Cetak Pertama. Yogyakarta; BPEE.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT Remaja

Rosda karya Offset.

.2005. Metode Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung ; PT Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy (Analisis, Strategi Advokasi Teori

dan Praktek). Surabaya : Penerbit PMN

Noor, Arifin. 2007. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Parsons, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik

Analisis Kebijakan. Jakarta : Prenada Media Group.

Page 151: PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU …repository.fisip-untirta.ac.id/1035/1/IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS... · Peta Kabupaten Pandeglang ... potensial menghadapi ancaman

Ricky W. Griffin. 2004. Manajemen. Edisi Tujuh. Jilid Pertama. Jakarta;

Erlangga.

Siagian, Sondang. 2003. Filsafat Administrasi. Edisi Revisi. Jakarta; BumiAksara.

Simbolon, Maringan Masri. 2004. Dasar – dasar Administrasi dan Manajemen.

Jakarta; Ghalia Indonesia.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta; RefikaAditama.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif & RND. Bandung;

Alfabet.

. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif & RND.

Bandung; Alfabet.

Sule, E. Saefullah, K. 2005. Perkenalan Dengan Konsep Manajemen. Jakarta;

Kencana.

T. Hani Handoko. 1984. Edisi Ke-1. Dasar–dasar Manajemen Produksi dan

Operasi.Yogyakarta ; BPEE.

Wicaksana, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi

Pemerintah.Yogyakarta : Graha ILMU