56
KARAKTERISASI DAN ANALISIS HASIL NMR DARI FLAVONOID GLIKOSIDA YANG TELAH DIISOLASI DARI LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) AMAL REZKA PUTRA N11109258 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 1. 29. · karakterisasi dan analisis hasil nmr dari flavonoid

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KARAKTERISASI DAN ANALISIS HASIL NMR DARI FLAVONOID GLIKOSIDA YANG TELAH DIISOLASI DARI

    LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.)

    AMAL REZKA PUTRA N11109258

    PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

    2013

  • KARAKTERISASI DAN ANALISIS HASIL NMR DARI FLAVONOID GLIKOSIDA YANG TELAH DIISOLASI DARI

    LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.)

    SKRIPSI

    Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

    AMAL REZKA PUTRA N11109258

    PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

    2013

  • iii

    PERSETUJUAN

    KARAKTERISASI DAN ANALISIS HASIL NMR DARI FLAVONOID GLIKOSIDA YANG TELAH DIISOLASI DARI

    LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.)

    AMAL REZKA PUTRA

    N11109258

    Disetujui oleh :

    Pembimbing Utama, Pembimbing Pertama,

    Yusnita Rifai, S.Si.,M. Pharm.,Ph.D.,Apt. Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki, M.Si., Apt NIP. 19751117 200012 2 001 NIP. 19491018 198003 2 001

    Pada tanggal, 24 Juli 2013

  • iv

    PENGESAHAN

    KARAKTERISASI DAN ANALISIS HASIL NMR DARI FLAVONOID GLIKOSIDA YANG TELAH DIISOLASI DARI

    LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.)

    Oleh :

    AMAL REZKA PUTRA N11109258

    Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

    Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

    Pada Tanggal 24 Juli 2013

    Panitia Penguji Skripsi

    1. Ketua : Usmar, S.Si., M.Si., Apt (..................)

    2. Sekretaris : Dr. Herlina Rante, S.Si., M.Si., Apt (..................)

    3. Ex Officio : Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt (..................)

    4. Ex Officio : Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki, M.Si., Apt (..................)

    5. Anggota : Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt (..................)

    Mengetahui :

    Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Hasanuddin

    Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt.

    NIP. 19560114 198601 2 001

  • v

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya

    sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

    gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan

    saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

    diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

    naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

    benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

    Makassar, 20 Juli 2013

    Penyusun,

    Amal Rezka Putra

  • vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbilalamin. Tiada

    kata yang lebih berharga yang terucap dari lisan penulis yang dhaif ini,

    selain kata “syukur” kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah

    melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini

    dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam akan selalu

    tercurahkan kepada junjungan kita, Nabiyullah Muhammad Shallallahu

    „alaihi Wasallam.

    Terima kasih yang tak ternilai serta rasa sayang penulis haturkan

    kepada ayahanda Lamin D. dan ibunda Kumala atas segala pengorbanan

    dan do‟a yang selalu ditujukan kepada anaknya sehingga penulis dapat

    menggapai keberhasilan. Penulis sadar bahwa tidak ada yang dapat

    penulis lakukan untuk membalas pengorbanan tersebut, tetapi penulis

    hanya dapat membalas dalam bentuk do‟a kepada Allah SWT,

    sesungguhnya Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

    Kepada kakakku Nur Asma dan Nur Asia, dan keponakanku

    Nurwafia, Muh. Ardha dan Fadhilah, serta seluruh keluarga yang telah

    memberiku semangat untuk terus berjuang di Farmasi, penulis haturkan

    terima kasih.

    Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan

    kepada ibu Yusnita Rifai, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. selaku pembimbing

    utama penulis, dan Ibu Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki, M.Si., Apt. selaku

    pembimbing pertama penulis, yang bisa membimbing penulis ke jalan

  • vii

    yang benar. Dengan kesabaran dan ilmu yang dimiliknya untuk

    membimbing penulis dalam melakukan penelitiannya.

    Terima kasih penulis haturkan:

    1. Kepada ibu Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA.,

    Apt. dan ibu Dr. Hj. Latifah Rahman, DESS., Apt. selaku penasehat

    akademik penulis; dan bapak/ibu dosen Fakultas Farmasi UNHAS,

    terima kasih atas ilmu, nasehat, dan saran yang telah diberikan selama

    penulis menjalani perkuliahan.

    2. Kepada seluruh Staf Pegawai Akademik dan seluruh Laboran Fakultas

    Farmasi UNHAS yang telah banyak membantu penulis dalam

    kehidupan di kampus ini.

    3. Kepada saudara-saudara seangkatan Farmasi 2009 (Ginkgo = Give

    Inspiration and Keep Going On) dan warga Kemafar Fakultas Farmasi

    UNHAS. Terima kasih banyak atas semua persaudaraan dan

    persahabatan yang telah kalian ukir dalam setiap lembar kehidupanku,

    begitu juga canda dan tawa yang telah kalian goreskan dalam setiap

    bab perjalanan hidup penulis.

    4. Kepada saudara-saudara seatap; Satria Putra Penarosa, Hendra,

    Nurhadri Azmi, Nurul Haq, Muh. Rizky Husein, Irwan R. terimakasih

    telah menjadi bagian dalam suka maupun duka cerita hidup penulis.

    5. Kepada teman-teman seperbimbingan penulis, Harold B. Tani dan

    Kuandi Tandiara Tan; terimakasih atas bantuan dan kesabarannya

    dalam proses pemeriksaan skripsi.

  • viii

    6. Kepada kanda Andi Arjuna, S.Si., Apt. yang selama ini telah banyak

    berjuang bersama kami baik itu sebagai teman, kakak, asisten

    laboratorium, dosen, ataupun orang tua selama di kampus atau di luar

    kampus.

    7. Kepada kanda Ismail, S.Si., Apt. Terimakasih telah membantu penulis

    melakukan penelitian di PKP Biofarmaka Unhas.

    8. Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebut satu per

    satu dan telah banyak membantu penulis, baik dalam menyusun

    skripsi ini ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Semoga diberi

    kemudahan oleh Allah SWT dalam menjalani hidup kalian.

    Penulis menyadari, dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

    terdapat kekeliruan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat

    diharapkan oleh penulis kedepannya.

    Makassar, 20 Juli 2013

    Penulis, Amal Rezka Putra

  • ix

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian karakterisasi dan analisis hasil NMR dari flavonoid glikosida yang telah diisolasi dari lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.). Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakterisasi dari senyawa flavonoid glikosida yang telah diisolasi dari lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) berdasarkan analisis hasil spektrum UV-Vis, Fourier Transform Infra Red (FTIR), dan NMR. Penentuan struktur digunakan Spektroskopi 1H-NMR dan 13C-NMR, dan karakteristik gugusnya digunakan Spektrofotometri UV-Vis dan Spektro-fotometri FTIR. Hasil dari spektrum 1H-NMR menunjukkan ada 19 jenis proton yang saling berinteraksi dan pada spektrum 13C-NMR menunjukkan 22 atom C pada senyawa tersebut. Pada spektrum FTIR menunjukkan gugus hidroksil, benzen, metin, metilen, metil, dan karbonil. Pada spectrum UV-Vis memperlihatkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 265 nm yang menunjukkan adanya gugus benzen. Data spektrum yang telah dianalisis dibandingkan terhadap pustaka dan didapat dukungan bahwa struktur senyawa dalam penelitian ini adalah 3-[(5”-etil-2”,3”,4”-trihidroksioksan-1”-il)oksi]-5,7-dihidroksi-2-(3‟,4‟,5‟- trihi-droksifenil)-kromen-4-on.

  • x

    ABSTRACT

    A study on characterisation and analysis of NMR result of flavonoid glycoside isolated from Zingiber aromaticum Val. Has been done the aim of this research was to determinate characterization of flavonoid glycoside isolated from Zingiber aromaticum Val. by analysis of spectrum UV-Vis, Fourier Transform Infra Red (FTIR), and NMR. A Determinated structure used 1H-NMR dan 13C-NMR Spectroscopy, and the characteristic of group function used UV-Vis Spectrophotometry and Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectrophotometry. The result of 1H-NMR spectrum showed 19 protons which made interactions and 13C-NMR spectrum showed 22 atoms carbon. In FTIR spectrum showed group function type of hydroxyl, benzene, methyn, methylen, methyl, and carbonyl. The UV-Vis spectrum showed maximum absorbance in wave length 265 nm that mean was benzene. Analysis of some spectrums which compared with literatures showed 3-[(5”-ethyl-2”,3”,4”-trihidroxyoxan-1”-yl)oxy]-5,7-dihidroxy-2-(3‟,4‟ ,5‟-trihidroxyphenyl)-chromen-4-one as a result of this research.

  • xi

    DAFTAR ISI

    halaman

    UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... vi

    ABSTRAK ........................................................................................... ix

    ABSTRACT ......................................................................................... x

    DAFTAR ISI ........................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4

    II.1 Flavonoid ...................................................................................... 4

    II.1.1 Klasifikasi senyawa gula ............................................................. 6

    II.1.2 Flavonoid glikosida ..................................................................... 8

    II.2 Elusidasi struktur ............................................................................ 10

    II.3 Spektrofotometri Ultraviolet dan Visibel (UV-Vis) ........................... 11

    II.4 Spektrofotometri Infrared (IR) ........................................................ 14

    II.5 Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR) ....................... 17

    II.5.1 Spektroskopi Proton (1H) NMR ................................................... 17

    II.5.1.1 Pemilihan pelarut pada 1H NMR .............................................. 19

    II.5.2 Spektroskopi 13C NMR ................................................................ 20

    BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................. 22

  • xii

    III.1 Alat dan Bahan ............................................................................ 22

    III.2 Metode Kerja ................................................................................. 22

    III.2.1 Penyiapan Sampel Penelitian ................................................... 22

    III.2.2 Pengukuran jumlah 1H proton dan 13C karbon senyawa

    flavonoid glikosida menggunakan spektroskopi NMR ......................... 22

    III.2.2.1 Pengukuran menggunakan spektroskopi NMR ....................... 22

    III.2.2.2 Analisis data spektrum NMR ................................................... 23

    III.2.3 Karakterisasi .............................................................................. 23

    III.2.3.1 Spektrofotometri UV-Vis ........................................................ 23

    III.2.3.2 Spektrofotometri FTIR ........................................................... 24

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 25

    IV.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 25

    IV.2 Pembahasan ............................................................................... 28

    BAB V PENUTUP ............................................................................. 31

    V.1 Kesimpulan ................................................................................... 31

    V.2 Saran ............................................................................................ 31

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    TABEL halaman

    1. Rentang serapan IR menurut Hukum Hoke (17) ............................ 16

    2. Data hasil spektrum FTIR senyawa flavonoid glikosida hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ............ 26

    3. Data hasil spektrum 1H NMR dan 13C NMR senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut CDCl3 hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ............................................................. 27

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR halaman

    1. (a) inti flavan dan (b) inti 4-okso-flavonoid (9) ............................... 5

    2. Golongan-golongan utama flavonoid (9) ....................................... 6

    3. Bentuk D-glukosa dan L-glukosa (11) ........................................... 7

    4. Bentuk tiga dimensi konformasi kursi β-D-glukosa (12) ................ 7

    5. Bentuk konformasi α-D-glukopiranosa dan β-D- gukopiranosa (13) 8

    6. (a) flavonoid O-glikosida dan (b) flavonoid C-glikosida (10) .......... 9

    7. Spektrum UV-Vis senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut metanol hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ........................................................................... 25

    8. Nama dukungan struktur senyawa flavonoid glikosida hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ............ 27

    9. Spektrum FTIR senyawa flavonoid glikosida hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) .............................. 35

    10. Spektrum 1H-NMR senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut CDCl3 hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ............................................................................................... 36

    11. Hasil ekspansi 1 spektrum 1H-NMR senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut CDCl3 hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ............................................................ 37

    12. Hasil ekspansi 2 spektrum 1H-NMR senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut CDCl3 hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ............................................................ 38

    13. Spektrum 13C-NMR senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut CDCl3 hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ............................................................................................... 39

    14. Sampel isolat Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) ........ 40

    15. Methanol proanalisis ..................................................................... 40

  • xv

    16. Spektrofotometer FTIR .................................................................. 40

    17. Spektrofotometer UV-Vis ............................................................... 40

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN halaman I. Skema Kerja Karakterisasi Dan Analisis Senyawa Flavonoid

    Glikosida Hasil Isolasi Dari Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) ........................................................................... 34

    II. Gambar Spektrum FTIR, 1H-Nmr, 13C-Nmr Senyawa Flavonoid

    Glikosida Hasil Isolasi Dari Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) .......................................................................... 35

    III. Foto Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 40

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) merupakan salah

    satu jenis tanaman obat tradisional yang biasanya dijadikan sebagai obat

    asma, merangsang nafsu makan, merangsang mukosa lambung,

    mengurangi rasa nyeri, pembersih darah, pereda kejang, penyakit

    empedu, radang sendi, batuk, kolera, anemia, malaria, penyakit saraf,

    nyeri perut (1). Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) diduga

    memiliki kandungan minyak atsiri dari golongan terpenoid seperti

    zerumbon, limonen, dan humulen dan dari golongan flavonoid glikosida

    seperti quarsetin-3-rutinosida.

    Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder. Senyawa

    flavonoid adalah senyawa yang memiliki struktur C6-C3-C6. Tiap bagian

    C6 merupakan cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan oleh

    atom C3 yang merupakan rantai alifatik. Dalam tumbuhan flavonoid terikat

    pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mungkin terdapat

    dalam bentuk kombinasi glikosida (2).

    Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah

    gugus hidroksil atau ikatan dengan gula, sehingga akan larut dalam

    pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,

    dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid

    cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air. Flavonoid

    merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi

  • 2

    oksidasi secara enzimatik maupun non enzim (3). Flavonoid bertindak

    sebagai penampung yang baik terhadap radikal hidroksil dan superoksida,

    dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang

    merusak. Aktivitas antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid

    tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan sebagai

    antikanker (4).

    Kanker merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan

    keadaan sel yang membelah secara terus menerus (proliferasi) dan tidak

    terkontrol (5). Pertumbuhan ini akan mendesak dan merusak pertumbuhan

    sel-sel normal. Sel normal tumbuh dengan suatu tujuan yang jelas yaitu

    membentuk jaringan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak.

    Sedangkan pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan jaringan

    menjadi besar yang disebut tumor. Jika tidak diobati sel-sel kanker yang

    tumbuh dengan cepat ini akan menyusup dan menyebar ke jaringan

    sekitarnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening (6).

    Senyawa bahan alam yang telah diisolasi dapat dikatakan sebagai

    obat apabila telah diketahui struktur molekulnya. Sehingga pada tahap

    selanjutnya dilakukan penentuan strukur molekul menggunakan

    spektrometri. Spektroskopi Resonansi Magnetic Inti (Nuclear Magnetic

    Resonance) berfungsi dalam penentuan struktur molekul, dengan

    ditunjang oleh data spektrofotometri UV-Vis dan IR. Spektrum UV-Vis

    dapat membedakan gugus kromofor yang ada pada senyawa, sedangkan

  • 3

    spektrum IR digunakan untuk memberi petunjuk gugus fungsional yang

    menjadi ciri khas dari suatu senyawa (7).

    Sebelumnya telah diisolasi senyawa flavonoid glikosida dari

    lempuyang wangi menggunakan Sephacore®. Senyawa tersebut diisolasi

    menggunakan metode isolasi berbasis target menggunakan GLI-GST-

    dynabeads sehingga berpotensi sebagai inhibitor signal Hedgehog atau

    GLI. Namun senyawa ini belum dikarakterisasi dan belum diketahui

    struktur kimianya (8).

    Oleh karena itu, maksud dari penelitian ini yaitu menentukan

    struktur kimia dari senyawa flavonoid glikosida yang telah diisolasi dari

    lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.).

    Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakterisasi senyawa

    dari flavonoid glikosida yang telah diisolasi dari lempuyang wangi

    (Zingiber aromaticum Val.) berdasarkan analisis hasil spektroskopi NMR,

    spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri Fourier Transform Infra Red

    (FTIR).

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Flavonoid

    Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi

    beberapa kelas lebih tersebar daripada yang lainnya. Flavon dan flavonol

    terdapat di alam sedangkan isoflavon dan biflavonol hanya terdapat pada

    beberapa suku tumbuhan. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang

    terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita serapan kuat pada daerah

    spektrum UV-Vis (2).

    Struktur flavonoid didasarkan pada inti flavonoid (Gambar 1a), yang

    terdiri dari tiga cincin fenolik disebut sebagai cincin A, B, dan C. Cincin

    benzen A terkondensasi dengan cincin C, pada C-2 berikatan dengan

    benzen cincin B sebagai substituen. Cincin C mungkin Piran heterosiklik,

    yang menghasilkan flavanol (katekin) dan antosianidin, atau piran, yang

    menghasilkan flavonol, flavon, dan flavanon. Istilah 4-okso-flavonoid yang

    sering digunakan untuk menggambarkan flavonoid, seperti flavanol

    (katekin), flavanon, flavonol dan flavon, yang membawa gugus karbonil

    pada C-4 pada cincin C (Gambar 1b). Sifat kimia dari flavonoid tergantung

    pada struktur kelas, tingkat hidroksilasi, substitusi dan konjugasi lainnya,

    dan tingkat polimerisasi. Pada tumbuhan, flavonoid relatif tahan terhadap

    panas, kekeringan dan derajat keasaman yang sedang. Stabilitas cahaya

    dari molekul flavonoid tergantung pada sifat dari gugus hidroksil yang

  • 5

    melekat pada C-3 cincin C. Tidak adanya glikosilasi pada gugus hidroksil

    ini menyebabkan stabilitas cahaya yang lebih tinggi pada molekul (9).

    Gambar 1. (a) inti flavan dan (b) inti 4-okso-flavonoid (9).

    Flavonoid dapat diklasifikasikan menurut jalur biosintesisnya.

    Beberapa flavonoid merupakan senyawa lanjutan atau senyawa akhir dari

    biosintesis, contohnya khalkon, flavonon, flavonon-3-ols dan flavan-3,4-

    diols. Golongan lain hanya diketahui senyawa akhir dari biosintesisnya

    seperti antosianin, flavon, flavonol. Dua kelas dari flavonoid memiliki 2-

    fenil yang berdampingan dari isomerisasi flafonoid pada 3 posisi

    (isoflavon) dan pada 4 posisi (neoflavon) (10).

    Aktivitas biologis flavonoid dan metabolitnya tergantung pada

    struktur kimianya dan variasi gugus pada molekulnya. Struktur dasar dari

    inti flavonoid memungkinkan untuk banyak pola substitusi pada cincin A,

    B, dan C, sehingga membentuk berbagai subkelompok. Flavonoid dibagi

    menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkat oksidasi pada cincin C,

    yang meliputi antosianidin, flavanol (katekin), flavon, flavonol, flavanon,

    dan isoflavonoid (Gambar 2). Flavon dan flavonol telah diidentifikasi pada

    hampir semua tanaman, dengan hidroksilasi cincin B pada posisi C-3

    dan C-4 (9).

  • 6

    Gambar 2. Golongan-golongan utama flavonoid (9).

    II.1.1 Klasifikasi senyawa gula

    Karbohidrat memainkan peran penting dalam banyak proses

    biologis sebagai senyawa penyimpanan energi dan juga berfungsi dalam

    banyak reaksi (11). Gula sederhana dapat dibagi menjadi beberapa jenis

    menurut jumlah atom karbonnya. gula dengan tiga karbon (triosa), empat

    karbon (tetrosa), lima karbon (pentosa) dan enam karbon (heksosa), gula

    ini disebut monosakarida (12). Bentuk dari monosakarida ini biasanya

    dalam bentuk D- dan dalam bentuk L- (gambar 3) dan molekul kiral dalam

    bentuk D- sangat banyak dalam karbohidrat mamalia (12).

    Gambar 3. bentuk D-Glukosa dan L-Glukosa (11)

  • 7

    Aldosa adalah monosakarida yang memiliki gugus aldehid

    sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Contoh: aldoheksosa (D-glu-

    kosa), Ketoheksosa (D-fruktosa), aldopentosa (D-ribosa), ketoheksosa (D-

    xillulosa) (11).

    Bentuk dari tiga dimensi dari D-glukosa sangat diperlukan karena

    formasi kursi enam atom karbon yang membentuk cincin memberikan

    penampakan yang lebih baik. Glukosa memiliki banyak sekali substitusi

    atom hidrogen pada posisi ruang yang sejajar sehingga membuat

    senyawa ini menjadi sangat stabil dan dapat mewakili dari golongan

    monosakarida. Bentuk anomer β merupakan bentuk isomer yang paling

    banyak dijumpai karena gugus hidroksil juga berada pada posisi yang

    sejajar (12).

    Di bawah ini menggambarkan proses konversi proyeksi Haworth

    dua dimensi menjadi bentuk konformasi kursi tiga dimensi (gambar 4).

    Gambar 4. bentuk tiga dimensi konformasi kursi β-D-glukosa (12)

    Anomer dari gula merupakan pasangan molekul gula yang hanya

    berbeda dalam satu pusat tertentu, misalnya α-D-glukopiranosa dan

    β-D-glukopiranosa (gambar 5) (13).

  • 8

    Gambar 5. bentuk konformasi α-D-Glukopiranosa dan β-D-Glukopiranosa (13)

    II.1.2 Flavonoid Glikosida

    Struktur flavonoid sangat berbeda ketika berada pada klasifikasi

    utama dan pada substitusi yang meliputi glikosilasi, hidrogenasi,

    hidroksilasi, malonilasi, metilasi, dan sulfasi. Pola konjugasi, glikosilasi,

    metilasi dapat membentuk senyawa yang sangat kompleks, dengan

    memodifikasi hidrofilisitas molekul dan sifat biologis dapat meningkatkan

    berat molekul dari flavonoid. Molekul flavonoid tidak melekat pada gugus

    gula yang disebut sebagai bentuk aglikon, sedangkan molekul flavonoid

    dengan gugus gula disebut flavonoid glikosida. Flavonol dan flavon

    terdapat dalam makanan sebagai O-Glikosida. Dari kelas flavonoid

    utama, flavonol mendominasi dalam buah-buahan dengan berbagai

    glikosida telah teridentifikasi, sedangkan pada sayuran didominasi oleh

    quersetin glikosida (9).

    Gugus gula dalam bentuk gllikosida dapat berikatan dengan aglikon

    pada beberapa jenis atom, lebih banyak yang berikatan pada atom

    oksigen (O-glikosida). Dapat juga berikatan dengan atom karbon (C-

    glikosida), atom nitrogen (N-glikosida), atau atom sulfur (S-glikosida).

    Glikosida dapat berupa glukosa dan disebut sebagai glukosida, begitu

  • 9

    pula dengan senyawa gula lain seperti fruktosa atau galaktosa dan

    glikosidanya disebut sebagai fruktosida atau galaktosida. Glikosida dapat

    diklasifikasikan berdasarkan tipe struktur dari aglikonnya (10). Sebagai

    contoh: (Gambar 6a) flavonoid O-glikosida (quersetin 7-O-β-D-

    glukopiranosida) dan (gambar 6b) flavonoid C-glikosida (isoviteksin dan

    isoorientin).

    Gambar 6. (a) flavonoid O-glikosida dan (b) flavonoid C-glikosida(10).

    Ketika glikosida terbentuk, biasanya glikosilasi terikat pada molekul

    flavonol di posisi C-3 dan lebih jarang terjadi pada posisi C-7. D-glukosa

    adalah residu gula yang paling biasa ditemukan. Namun, tidak menutup

    kemungkinan substitusi karbohidrat lainnya seperti arabinosa, galaktosa,

    glukoramnosa, lignin, L-ramnosa, dan xilosa juga biasanya terjadi.

    misalnya, quersetin bisa dihubungkan dengan ramnosa 3-O-glikosida

    untuk menghasilkan quersitrin, atau glukoramnosa untuk menghasilkan

    rutin (12). Selain flavonoid glikosida dalam bentuk monosakarida, telah

  • 10

    dilaporkan pula flavonoid yang berikatan dengan gugus gula dalam bentuk

    disakarida, trisakarida, dan tetrasakarida (14).

    II.2 Elusidasi struktur

    Pada banyak kasus ekstraksi dan isolasi dari senyawa alam

    memiliki tujuan akhir yaitu identifikasi senyawa atau pada kesimpulannya

    elusidasi struktur dari senyawa isolat. Bagaimanapun elusidasi struktur

    dari senyawa isolat berasal dari tanaman, jamur, bakteri atau organisme

    lain yang pada umumnya dapat dikonsumsi dan terkadang berasal dari

    penelitian senyawa alam. Metode spektroskopi digunakan untuk

    mendapatkan informasi tentang struktur kimia, namun interpretasinya

    membutuhkan orang yang ahli dan memiliki pengetahuan yang memadai

    tentang spektroskopi dan memiliki pengalaman di bidang kimia bahan

    alam. Jika komponen target diketahui biasanya lebih mudah karena dapat

    dibandingkan dengan literatur atau dibandingkan dengan sampel standar.

    Namun, jika komponen target tidak diketahui dan merupakan senyawa

    alam yang kompleks maka dibutuhkan pengetahuan yang lebih luas

    mengenai varietas secara fisik, kimia dan teknik spektroskopi. Dibawah ini

    merupakan teknik spektroskopi yang biasanya digunakan dalam

    menentukan struktur dari bahan alam (15):

    1. Spektrofotometri Ultraviolet-visible (UV-Vis), menyediakan informasi

    tentang gugus kromofor, beberapa senyawa alam seperti flavonoid,

    isoquinolon alkaloid, dan kumarin memiliki karakteristik spesifik dari

    karakteristik puncak absorbsinya.

  • 11

    2. Spektrofotometri Infrared (IR), digunakan untuk menentukan gugus

    fungsional yang berbeda seperti contoh: -C=O, -OH, -NH2, aromatis

    yang ada pada molekul.

    3. Spektroskopi massa memberikan informasi tentang massa molekul,

    pola pemecahan dan bentuk molekul. Biasanya digunakan teknik

    seperti impact mass spectrometry (EIMS), Chemical ionization mass

    spectrometry (CIMS), electrospray ionization mass spectrometry

    (ESIMS), dan fast atom bombardment mass spectrometry (FABMS).

    4. NMR (Nuclear Magnetic Resonance), menyatakan informasi nomor

    dan tipe dari proton dan karbon (termasuk elemen lain seperti nitrogen

    dan flor) yang berada molekul dan hubungan antar atom. Penelitian

    menggunakan NMR dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:

    a. Tipe satu dimensi yang terdiri dari 1HNMR, 13CNMR, 13CDEPT,

    13CPENDANT.

    b. Tipe dua dimensi yang terdiri dari 1H-1H COSY, 1H-1H DQF-COSY,

    1H-1H ROESY, 1H-1H TOCSY (HOHAHA), 1H-13C HMBC, 1H-13C

    HMQC, 1H-13C HSQC, HSQC-TOCSY.

    II.3 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)

    Molekul menyerap energi dalam ultraviolet dan spektrum sinar

    tampak bergantung pada struktur elektronik dari molekul. Energi serapan

    menghasilkan elevasi elektron dari orbital dasar ke orbital yang lebih tinggi

    tereksitasi (16). Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau

    terlihat (Visible) yaitu dengan panjang gelombang (λ) antara 4 x 10-7 m

  • 12

    (400 nm) berupa cahaya violet/ungu/lembayung sampai 8 x 10-7 m (800

    nm) atau merah (7).

    Panjang gelombang dinyatakan dalam unit nanometer (nm), 1 nm =

    10-9 m dan panjang gelombang maksimum (λ max) antara 200- 380 nm.

    Oksigen di atmosfer menyerap pada 185-200 nm atau spektrofotometer

    UV-Vis vakum. Energi diserap dalam daerah UV menghasilkan transisi

    elektron valensi dalam molekul. Transisi ini terjadi terdiri dari elektron yang

    tereksitasi dari orbital molekul (biasanya orbital ρ dan π) ke energi orbital

    yang lebih tinggi (antibonding ρ* dan π*), antibonding diberi tanda asterisk.

    Perpindahan dari ikatan orbital π ke antibonding orbital π* dinyatakan

    sebagai π→π* (16).

    Hubungan selisih antara energi pada kedudukan dasar dan

    tereksitasi (∆E) dengan panjang gelombang maksimum (λ max) dan

    kecepatan cahaya (C), sebagai berikut:

    Intensitas serapan diturunkan dari aturan Lambert-Beer yang

    menyatakan hubungan antara absorbansi, ketebalan sampel, dan

    konsentrasi larutan, hubungan ini dinyatakan sebagai berikut:

    Io adalah intensitas energi radiasi yang ditembakkan pada sampel,

    I adalah intensitas dari radiasi yang dipancarkan dari sampel, C adalah

    konsentrasi dalam mol/L, sedangkan l adalah panjang kuvet. Log Io/I

    C C

    ∆E = ― atau λmax = ―

    λmax ∆E

    Log10 Io/I = ε l C

  • 13

    disebut absorbansi, ε dikenal sebagai koefisien ekstinsi molar dan

    dinyatakan sebagai 1000 cm2/mol (16).

    Ada beberapa istilah tertentu yang biasanya digunakan dalam

    spektrofotometri UV-Vis (16):

    a. Kromofor adalah gugus tak jenuh kovalen (ζ) yang menyebabkan

    serapan elektronik (contoh C=C, C=O, dan NO2).

    b. Auksokrom adalah gugus jenuh yang bila terikat pada suatu kromofor

    akan mempengaruhi panjang gelombang (λ) dan intensitas serapan

    maksimum (contoh OH, NH2 dan Cl).

    c. Pergeseran batokromik (pergeseran merah), pergeseran serapan ke

    arah panjang gelobang (λ) lebih panjang akibat pengaruh substituen

    atau pelarut.

    d. Pergeseran hipsokromik (pergeseran biru), pergeseran serapan ke

    arah panjang gelombang lebih pendek akibat substituen atau pelarut.

    e. Efek hiperkromik adalah efek yang mengakibatkan kenaikan intensitas

    serapan.

    f. Efek hipokromik adalah efek yang mengakibatkan penurunan

    intensitas.

    Kromofor yang penting adalah ikatan rangkap dua atau ikatan

    rangkap yang terkonjugasi, ikatan rangkap terisolasi (tak terkonjugasi)

    memberikan serapan maksimum pada kurang lebih λ max 165 nm (π →

    π*), jika orbital molekul dari dua ikatan rangkap akan dihasilkan energi

    lebih kecil (π2→π*3) yang menghasilkan λmax 217 nm (16).

  • 14

    II.4 Spektrofotometri Infrared (IR)

    Sinar infra merah (Infrared = IR) mempunyai bilangan gelombang

    yang lebih panjang dibandingkan UV-Vis, sehingga energinya lebih

    rendah dengan bilangan gelombang antara 600-4000 cm-1 atau sekitar

    (1,7 x 10-3 cm sampai dengan 2,5 x 10-4 cm). sinar IR hanya dapat

    menyebabkan vibrasi (getaran) pada ikatan baik berupa rentangan

    (streaching = str) maupun berupa bengkokan (bending = bend). Energi

    vibrasi untuk molekul adalah spesifik, yang menunjukkan bilangan

    gelombangnya juga spesifik. Namun pada prakteknya spektrofotometri IR

    lebih diperuntukkan untuk menentukan adanya gugus-gugus fungsional

    utama dalam suatu sampel yang diperoleh berdasarkan bilangan

    gelombang yang dibutuhkan untuk vibrasi tersebut (7).

    Berikut ini adalah langkah-langkah yang biasanya digunakan dalam

    analisis spektrum IR (7):

    1. Gugus karbonil C = O terdapat pada daerah 1820-1600 cm-1 dan

    puncak ini biasanya terkuat dengan penampilan lebar tajam dan

    sangat karakteristik.

    2. Bila gugus C = O ada maka uji langkah-langkah berikut, bila tidak ada

    lanjutkan pada langkah no. 3.

    a. Asam karboksilat akan memunculkan serapan OH pada bilangan

    gelombang 3500-3300 cm-1.

    b. Amida akan muncul serapan N-H yang medium dan tajam pada

    gelombang 3500 cm-1.

  • 15

    c. Ester akan memunculkan serapan C-O tajam dan kuat pada

    bilangan gelombang 1300-1000 cm-1.

    d. Anhidrida akan memunculkan serapan C=O kembar 1810 cm-1 dan

    1760 cm-1 dan akan lebih spesifik bila menggunakan FTIR.

    e. Aldehid akan memunculkan C-H aldehid intensitas lemah tapi tajam

    pada 2850-2750 cm-1 baik yang simetri maupun antisimetri.

    f. Keton bila semua yang di atas tidak muncul.

    3. Bila serapan karbonil tidak ada maka.

    a. Ujilah alkohol (-OH), Serapan melebar pada sekitar 3500-3300 cm-1

    (dikonformasi dengan asam karboksilat) dan diperkuat dengan

    serapan C-O pada sekitar 1300-1000 cm-1.

    b. Ujilah amina (N-H), Serapan medium pada sekitar 3500 cm-1

    (dikonformasi dengan amida).

    c. Ujilah eter (C-O), Ujilah serapan pada sekitar 1300-1000 cm-1

    (dikonformasi dengan alkohol dan ester).

    4. Ikatan C=C alkena dan aromatis.

    Untuk alkena serapan pada 1650 cm-1, sedangkan untuk aromatis

    sekitar 1650-1450 cm-1 (lebih lemah karena adanya delokalisasi

    elektron), atau yang dikenal dengan resonansi. Serapan (C-H)alifatik

    (sp2-s) alkena akan muncul dibawah 3000 cm-1, sedangkan (C-H)vinilik

    (sp2-s) benzen akan muncul diatas 3000 cm-1.

  • 16

    5. Ikatan C=C alkuna dan C=N nitril.

    Gugus C=N akan muncul sekitar 2250 cm-1 medium dan tajam,

    sedangkan serapan C=C lemah tapi tajam akan muncul pada sekitar

    2150 cm-1. Untuk alkuna diuji C-Hasetinilik (sp-s) atau terminal sekitar

    3300 cm-1.

    6. Gugus nitro NO2

    Serapan kuat pada sekitar 1600-1500 cm-1 dari (N=O)anti-simetri dan juga

    pada 1390-1300 cm-1 untuk (N=O)simetri.

    7. Hidrokarbon jenuh.

    Hidrokarbon jenuh baik alkana maupun sikloalkana sebenarnya tidak

    mempunyai gugus fungsional yang spesifik. Namun bila informasi satu

    sampai enam tidak ada maka patut diduga bahwa spektra IR tersebut

    adalah hidrokarbon jenuh.

    Tabel 1. Rentang serapan IR menurut hukum Hooke (17)

    Tipe ikatan Gaya konstan (ʃ)

    dyne/cm

    Rentang serapan (cm-1

    )

    Hasil perhitungan Hasil penelitian

    C-O 5,0 x 105 1113 1300-800

    C-C 4,5 x 105 1128 1300-800

    C-N 4,9 x 105 1135 1250-1000

    C=C 9,7 x 105 1657 1900-1500

    C=O 12,1 x 105 1731 1850-1600

    C≡C 15,6 x 105 2101 2150-2100

    C-D 5,0 x 105 2225 2250-2080

    C-H 5,0 x 105 3032 3000-2850

    O-H 7,0 x 105 3553 3800-2700

  • 17

    II.5 Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR)

    Untuk melengkapi bagian lain dari suatu struktur molekul organik

    yang tidak diketahui (unknown), maka digunakan spektroskopi Nuclear

    Magnetic Resonance (NMR) (7).

    II.5.1 Spektroskopi Proton (1H) NMR

    Berdasarkan azas Pauli bahwa inti berpasangan sebagai anti

    pararel (↑↓) dan bila inti ditempatkan pada suatu medan magnet, maka

    suatu inti yang berlawanan arah dengan medan magnet akan menempati

    kedudukan energi lebih tinggi atau tereksitasi (excitation state),

    sedangkan yang satu lagi tetap pada kedudukan energi lebih rendah atau

    dasar (ground state) (16).

    Kedudukan proton tidak dinyatakan dalam frekuensi tetapi

    dinyatakan dalam pergeseran kimia (δ). Tetra Metil Silan (TMS) digunakan

    sebagai standar dalam (0 ppm). Semakin besar kerapatan elektron (ζ)

    maka makin kecil frekuensinya, makin kecil pula peregeseran kimia proton

    tersebut (δ), sebaliknya makin kecil kerapatan elektron (ζ) maka makin

    besar frekuensinya dan makin besar pula pergeseran kimia proton

    tersebut (16).

    Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran kimia

    anatara lain: (16).

    1. Faktor induktif

    2. Faktor anisotropik

    3. Faktor sterik

  • 18

    4. Ikatan hidrogen

    5. Pelarut yang digunakan

    Suatu proton bila berinteraksi dengan proton lainnya akan

    memberikan kopling konstan yang sama dan besarnya tidak terpengaruh

    dengan besar magnet yang digunakan tetapi bergatung pada: (9).

    1. Besar sudut dihidral (Ø)

    2. Substituen, senyawa dengan substituen elektronegatif yang terikat

    pada atom karbon yang sama, perubahan kopling konstan relatif kecil.

    CH3-CH2Cl 3J= 7,3Hz

    ClCH3-CH2Cl 3J= 6,0Hz

    3. Tegangan sudut.

    4. Panjang ikatan, pada ikatan C-C dari aromatik (misal: benzen) sifat

    ikatan rangkapnya kurang (efek resonansi) dibandingkan dengan

    ikatan rangkap (olefin) murni, akibatnya panjang ikatan pada C-C

    aromatik lebih panjang ini menyebabkan 3J pada benzen (8Hz) lebih

    kecil dibanding dengan 3J pada sikloheksan (8,8 – 10,5 Hz).

    Ada 4 langkah yang dapat digunakan dalam menginterpretasikan

    suatu spektrum 1HNMR yaitu sebagai berikut. (7)

    1. Mengidentifikasi jumlah sinyal menjelaskan ada berapa macam tipe

    proton yang terdapat dalam suatu molekul.

    2. Kedudukan sinyal menjelaskan tentang lingkungan elektronik setiap

    tipe proton atau secara kuantitatif mengetahui harga pergeseran kimia

    (δ ppm).

  • 19

    3. Intensitas sinyal merupakan perbandingan empiris dari setiap proton.

    4. Pemecahan spin (Splitting) menjelaskan suatu tipe proton pecah

    menjadi (n + 1) dengan ketinggian tiap pemecahan sesuai dengan pola

    segitiga pascal.

    II.5.1.1 Pemilihan Pelarut Pada 1H NMR

    Pelarut yang ideal untuk NMR tidak boleh mengandung proton dan

    bersifat inert, titik didih rendah dan tidak mahal. deuterasi pelarut perlu

    dilakukan pada instrumen modern karena hal ini tergantung pada sinyal

    deuterium untuk mengunci atau menstabilkan medan magnet. Instrumen

    memiliki sebuah “channel” deuterium yang terlihat konstan dan terkunci

    pada frekuensi pelarut deuterasi. Deuterasi kloroform (CDCl3) merupakan

    pelarut yang biasanya digunakan dan tidak mengubah keadaan analisis.

    Sinyal proton yang kecil dan tajam pada δ 7,26 dari CHCl3 yang tidak

    murni terkadang memperlihatkan hasil yang tidak bagus. untuk setiap

    pelarut sampel, CDCl3 dapat berisi 100% isotop murni (17).

    Daftar pelarut yang umum dan bisa digunakan pada penentuan

    posisi proton harus dimurnikan seperti CHCl3 menjadi CDCl3 memiliki

    pergeseran kimia yang bergeser ± 0,1 ppm. Untuk pelarut yang lebih polar

    seperti d6-DMSO, d4-metanol, dan d6-aseton bergesernya lebih besar ±

    0,3 ppm, sedangkan bila diganti dengan d6-benzen akan bertambah

    menjadi ± 1,0 ppm (16).

    Residu magnetik besi yang terdapat pada sampel menyebabkan

    hasil puncak yang kuat dan lebar karena reduksi dari waktu relaksasinya.

  • 20

    sumber dari pengotor ini berasal dari kerang air, bahan nikel, dan partikel

    dari logam perabotan. Hal ini dapat diatasi dengan cara filtrasi untuk

    membuang logam-logam tersebut (17).

    Pada spektrum proton NMR sering dijumpai sinyal yang melebar

    mewakili beberapa proton yang disebabkan oleh pergeseran kimia yang

    perbedaannya sangat kecil. Contoh senyawa heksanol dengan empat

    gugus metilen yang pergeseran kimianya hampir sama sehingga tidak

    bisa dibedakan. Untuk memisahkan sinyal keempat metilen tersebut maka

    digunakan reagen penggeser lantanida yang dapat menarik atau

    mendorong elektron secara kuat. Contoh reagen ini yaitu heptafloro-

    dimetil oktadionat (suatu senyawa komplek) dengan logam europium (Eu)

    yang dapat menarik elektron atau dengan logam praseodimium (Pr) yang

    dapat mendorong elektron (16).

    II.5.2 Spektroskopi 13C-NMR

    Kelimpahan atom 13C dialam sangat kecil kira-kira 1,11% dibanding

    dengan 1H (99,98%), karena itu perkembangan 13C NMR lebih lambat

    disbanding dengan 1H NMR. Pergeseran kimia 13C NMR rentangnya jauh

    lebih lebar (0-230 ppm) dibandingkan dengan 1H NMR yang rentangnya

    (0-10 ppm) kadang-kadang sampai 13-14 ppm bila ada ikatan hidrogen

    (16).

    konstanta kopling 13C-1H besarnya antara 125 dan 250 Hz

    tergantung dari karakter ikatan C dengan C dari ikatan C dan H dan

    besarnya konstanta kopling. Untuk gugus metal (CH3-) bentuk splitting

  • 21

    sesuai dengan rumus (2n1+1) dan karena n jumlahnya 3 (n= jumlah H

    yang mengikat C) maka dihasilkan kuartet, untuk metilen (-CH2-)

    dihasilkan triplet (n= 2), metin (-CH-) bentuknya doublet (n= 1), sedangkan

    C kuartener (-C-) dihasilkan singlet (n= 0) (16).

  • 22

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    III.1 Alat dan Bahan

    Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

    spektrofotometer UV-Visible (Shimadzu model UV-1800), spektrofoto-

    meter FTIR (Bruker model alpha laser class 1).

    Bahan yang digunakan adalah metanol proanalisis, isolat flavonoid

    glikosida dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.) dan spektrum

    1H NMR dan 13C NMR Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.).

    III.2 Metode Kerja

    III.2.1 Penyiapan Sampel Penelitian

    Sampel senyawa diisolasi sebelumnya oleh Abay, S.F, dkk (8),

    memiliki pemerian serbuk berwarna kuning, dengan tingkat kelarutan

    sangat mudah larut dalam metanol maupun air.

    III.2.2 Pengukuran jumlah 1H proton dan 13C karbon senyawa

    flavonoid glikosida menggunakan spektroskopi NMR

    Pengukuran spektroskopi 1H NMR dan 13C NMR dilakukan oleh

    Rifai, Y., di University of Toyama, Jepang.

    III.2.2.1 Pengukuran menggunakan spektroskopi NMR

    Pengukuran spektroskopi NMR pada penelitian ini digunakan hasil

    NMR dari 1H-NMR dan 13C-NMR dengan spesifikasi 1H-NMR sebagai

    berikut: frekuensi 400 MHz, pelarut CDCl3, pada suhu 23,6oC dan 13C-

    NMR: frekuensi 400 MHz, Pelarut CDCl3, pada suhu 24,7oC.

  • 23

    III.2.2.2 Analisis data spektrum NMR

    Dalam menginterpretasikan data spektrum 1H-NMR dilakukan

    langkah-langkah yaitu mengidentifikasi jumlah sinyal yang menjelaskan

    ada beberapa macam tipe proton yang terdapat dalam suatu molekul,

    kedudukan sinyal yang menjelaskan tentang lingkungan elektronik setiap

    tipe proton, intensitas sinyal perbandingan empiris dari setiap tipe proton,

    dan pemecahan spin (splitting) yang menjelaskan suatu tipe proton pecah

    menjadi (n+1).

    III.2.3 Karakterisasi

    Pengukuran Spektrofotometri UV-Vis dan Spektrofotometri FTIR

    dilakukan di laboratorium Biofarmaka Pusat Kegiatan Penelitian Fakultas

    Farmasi Unhas.

    III.2.3.1 Spektrofotometri UV-Vis

    Sampel ekstrak dalam bentuk serbuk ditimbang sebanyak 5 mg dan

    dilarutkan dengan metanol pa. dicukupkan volume hingga 10 ml dan

    didapatkan konsentrasi 500 ppm. selanjutnya sampel diukur pada alat

    spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang sekitar 200-400 nm

    yang menunjukkan panjang gelombang maksimun. Setelah itu, sampel

    diencerkan pada konsentrasi yang tepat untuk mendapatkan absorbansi

    yang ideal sekitar 0,2-0,8.

  • 24

    II.2.3.2 Spektrofotometri FTIR

    Sampel dalam bentuk serbuk diambil secukupnya dan diletakkan

    diatas spot sampel. Sampel diukur pada bilangan gelombang 600 cm-1

    hingga 4000 cm-1 pada alat spektrofotometer FTIR.

  • 25

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Hasil Penelitian

    Data hasil spektrum menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis

    terhadap senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut metanol diperlihatkan

    pada gambar 7.

    Gambar 7. Spektrum UV-Vis senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut metanol hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.)

    Dari spektrum UV-Vis menunjukkan panjang gelombang maksimum

    pada 265 nm dengan absorbansi 0,692.

    Data hasil spektrum menggunakan alat spektrofotometer FTIR

    terhadap senyawa flavonoid glikosida ditunjukkan pada gambar 9 pada

    lampiran. Sedangkan hasil dari interpretasi data spektrum FTIR yang

    menunjukkan gugus fungsi dari flavonoid glikosida dapat dilihat pada

    tabel 2.

  • 26

    Tabel 2. Data hasil spektrum FTIR senyawa flavonoid glikosida hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.)

    Data hasil spektrum dengan alat spektrometer 1H-NMR dengan

    pelarut CDCl3 diperlihatkan pada gambar 10 11, dan 12 pada lampiran

    dan data hasil spektrum dengan menggunakan alat spektrometer

    13C-NMR dengan pelarut CDCl3 diperlihatkan pada gambar 13 pada

    lampiran.

    Hasil interpretasi data spektrum 1H-NMR dan 13C-NMR dapat dilihat

    pada tabel 3 berikut dengan gambar hasil strukur senyawa flavonoid

    glikosida dapat dilihat pada gambar 8.

    No Panjang Gelombang

    (cm-1

    ) Intensitas Prediksi Gugus

    1 970 Sedang C-C

    2 1050 Sedang C-O-C simetris

    3 1084

    4 1210 Kuat O-C=C

    5 1509

    Kuat C=C (aromatis) 6 1605

    7 1654

    8 1726 Kuat C=O

    9 2703

    Lemah C-H (Alkil) 10 2789

    11 2852

    12 2925 Lemah C-H (aromatis)

    13 3745 Lemah O-H

  • 27

    Tabel 3. Data hasil spektrum 1H-NMR dan

    13C-NMR

    senyawa flavonoid glikosida dalam pelarut CDCL3 hasil isolasi dari Lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.)

    Posisi δH (J dalam Hz)

    δC

    2 172,7

    3 164,1

    4 181,4

    5 166,8

    6 8,56 d (2,0) 100,4

    7 173,1

    8 8,73 d (2,0) 95,8

    9 162,7

    10 102,8

    1' 132,8

    2' 6.41 d (4,0) 123,3

    3' 160,3

    4' 159,4

    5' 117,5

    6' 7,53 d (4,0) 135,9

    1'' 4,46 d (3,6) 100,9

    2'' 4,41 dt (1,6., 3,4., 5,1) 75,7

    3'' 4,48 dt (1,6., 3,6., 5,1) 74,0

    4'' 4,35 dt (1,4., 3,6., 5,1) 69,2

    5'' 5,69 m 72,3

    6'' Overlapped 70,4

    7" 3,20 d (6,0) 18,5

    5-OH 7,89 s

    7-OH 7,97 s

    3'-OH 7,13 s

    4'-OH 6,71 s

    5'-OH 7,81 s

    2''-OH 9,33 d (1,6)

    3''-OH 9,32 d (2,8)

    4''-OH 10,12 d (1,6)

    Gambar 8. Nama dukungan struktur

    senyawa flavonoid glikosida hasil isolasi

    dari Lempuyang wangi (Zingiber

    aromaticum Val.)

    Nama IUPAC:

    Dukungan struktur 3-[(5”-etil-2”,3”,4”-

    trihidroksi-oksan-1”-il)oksi]-5,7-

    dihidroksi-2-(3’,4’,5’-tri-hidroksi-fenil)-

    kromen-4-on.

    Nama trivial:

    Dukungan struktur 5,7,3’,4’,5’-

    pentahidroksi-flavon-O-β-glukosida

    Perhitungan konstanta kopling.

    konstanta kopling = (a – b) x v

    a – b = jarak antar puncak

    v = frekuensi operasional

    konstanta kopling H-6.

    = (8,566 - 8,561) x 400

    = 2,0

    konstanta kopling H-8.

    = (8,734 - 8,729) x 400

    = 2,0

    ket.

    s = singlet

    d = doublet

    dt = doublet triplet

    m = multiplet

  • 28

    IV.2 Pembahasan

    Senyawa 3-[(5”-etil-2”,3”,4”-trihidroksioksan-1-il)oksi]-5,7-dihidroksi-

    2-(3’,4’,5’-trihidroksifenil)-kromen-4-on merupakan salah satu jenis

    flavonoid glikosida yang memiliki 15 atom karbon yang membentuk dua

    cincin aromatik dan digabungkan dengan tiga atom karbon alifatik. Pada

    atom C-5, C-7, C-3’, C-4’, C-5’ terdapat gugus hidroksil, dan pada atom

    C-4 membentuk gugus keton. Pada cincin A (lihat gambar 11), atom C-6

    dan C-8 memiliki letak yang simetris sehingga memiliki konstanta kopling

    yang sama sedangkan pada cincin B atom C-2’ dan C-6’ juga memiliki

    letak yang simetris sehingga memiliki konstanta kopling yang sama.

    Gugus gula pada senyawa ini yaitu glukosa sehingga disebut

    sebagai glukosida. Glukosida ini terikat dengan atom O pada aglikonnya

    yang berkonformasi β yang pada umumnya terdapat pada tanaman

    sehingga disebut O-β-glukosida. Glukosida memiliki enam atom C dan

    biasanya mengikat gugus hidroksil pada atom C-1”, 2”, 3”, 4” dan 6’,

    karena bentuk konformasi glukosida ini tertutup sehingga memungkinkan

    terjadi hidrolisis pada atom C-5” dan C1” yang berikatan dengan atom O.

    Pada senyawa ini glukosida atom C-2”, 3”, dan 4” berikatan dengan gugus

    hidroksil sehingga membentuk senyawa 2”,3”,4”-trihidroksioksan,

    sedangkan atom C-5” berikatan dengan C-6” dan C-7” yang membentuk

    etil.

    Pada spektrum 1H-NMR memperlihatkan doublet pada δ 8,56 (J =

    2,0 Hz) dan 8,74 (J = 2,0 Hz) yang masing-masing menunjukkan metin

  • 29

    pada posisi proton H-6 dan H-8, resonansi pada δ 6,41 doublet (J = 4,0

    Hz) dan 7,53 doublet (J = 4,0 Hz) menunjukkan proton pada posisi H-2’

    dan H-6’. Untuk gugus hidroksil terlihat resonansi pada δ 6,71, 7,13, 7,89,

    7,97 dan 7,81 yang masing-masing terletak pada posisi 5-OH, 7-OH, 3’-

    OH, 4’-OH, dan 5’-OH.

    Sedangkan pada glikon, menunjukkan resonansi pada δ 4,46

    doublet (J = 3,6 Hz) pada proton H-1”, selanjutnya H-2” dan H-3”

    beresonansi pada δ 4,41 doublet triplet (J = 1,6 Hz, 3,4 Hz, 5,1 Hz) dan

    δ 4,48 doublet triplet (J = 1,6 Hz, 3,6 Hz, 5,1 Hz) yang berdekatan dengan

    atom H-4” pada δ 4,35 doublet triplet (J = 1,4 Hz, 3,6 Hz, 5,1 Hz). Gugus

    hidroksil ditunjukkan pada δ 9,33 doublet (J = 1,6 Hz), 9,32 doublet (J =

    2,8 Hz), dan 10,12 doublet (J = 1,6 Hz) masing-masing terletak pada

    posisi 2”-OH, 3”-OH, dan 4”-OH. Sedangkan pada atom H-5” beresonansi

    pada δ 5,69 multiplet dan atom H-6” mengalami overlapped sehingga

    puncak yang dihasilkan bertumpuk terhadap puncak yang lain.

    Hasil yang diperlihatkan pada spektrum 13C-NMR yaitu 22 atom C

    yang terdiri dari 1 metil, 1 metilen, 9 metin dan 11 atom karbon kuartener.

    Resonansi pada δ 100,4 dan 95,8 masing-masing menunjukkan atom C-6

    dan C-8, sedangkan δ 166,8, 173,1, dan 162,7 masing-masing menunjuk-

    kan atom C-5, C-7 dan C-9 yang menandakan adanya substitusi oksigen

    pada cincin A (liat gambar 10). Pada δ 180,1 menunjukkan atom C-4.

    Sedangkan sisa karbon aromatik pada cincin B yaitu C-1’ C-2’ C-3’ C-4’

    C-5’ dan C-6’ terletak pada δ 132,9, 123,3, 160,3, 159,5, 117,5 dan 136,0.

  • 30

    Pada sinyal δ 100,9 menunjukkan atom C-1” yang berasal dari glikosida.

    Atom C pada glikosida ditunjukkan masing-masing pada δ 75,7, 74,0,

    69,2, 72,8 dan 70,4 yaitu C-2” C-3” C-4” C-5” dan C-6”. Dan karbon metil

    glikosida C-7” ditunjukkan oleh δ 18,5.

    Pada spektrum FTIR memperlihatkan pita yang lemah sekitar 3700

    cm-1 yang menunjukkan adanya gugus –OH dan diperkuat oleh rentangan

    O-C=C di sekitar 1210 cm-1 dengan intensitas yang kuat. Selanjutnya

    serapan yang kuat sekitar 1700-1500 cm-1 menunjukkan gugus C=C

    aromatis. Hal ini menandakan bahwa adanya gugus hidroksil yang terikat

    pada inti benzen. Serapan pada sekitar 3000-2700 cm-1 adalah rentangan

    untuk C-H alkil maupun aromatis dengan intensitas lemah. Serapan kuat

    sekitar 1726 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C=O. Selain itu, adanya

    serapan pada sekitar 1100-1000 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C-O-C

    yang simetris.

    Pada spektrum UV-Vis menunjukkan absorbansi maksimum 0,692

    pada panjang gelombang 265 nm. Hal ini menegaskan bahwa adanya

    gugus kromofor benzen yang biasanya terdapat pada senyawa flavonoid.

  • 31

    BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Hasil analisis yang diperlihatkan oleh data dari spektrum 1H-NMR,

    13C-NMR dan spektrum FTIR menunjukkan dukungan struktur 3-[(5”-etil-

    2”,3”,4”-trihidroksioksan-1-il)oksi]-5,7-dihidroksi-2-(3’,4’,5’-trihidroksifenil)-

    kromen-4-on yang memiliki karakter pada spektrum UV-Vis dengan

    absorbansi maksimum pada λ 265 nm.

    V.2 Saran

    Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan letak

    atau posisi dari atom C dan H dengan menggunakan 13CDEPT dan untuk

    menentukan posisi konformasinya dengan mengggunakan 1H-13C HMBC.

    Sebaiknya dilakukan pemutusan ikatan antara aglikon dan glikon

    dari senyawa 3-[(5”-etil-2”,3”,4”-trihidroksioksan-1-il)oksi]-5,7-dihidroksi-2-

    (3’,4’,5’-trihidroksifenil)-kromen-4-on dan dilakukan perbandingan uji LD50

    antara senyawa isolat dengan glikosida dan tanpa glikosida.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Utami, Prapti, “Buku Pintar Tanaman Obat”, PT Agro Media Pustaka, Jakarta, 2008. Hal. 162-164

    2. Harbone, J. B. “Metode Fitokimia Penuntun Cara Moderen Menganalisis Tumbuhan”. Terbitan Kedua. Penerbit ITB. Bandung. 1996. Hal. 69-72.

    3. Robinson, T. “Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi” (diterjemahkan oleh K. Padmawinata). Penerbit ITB. Bandung. 1995. Hal. 173, 202

    4. Brownson, DM., Azios, NG., Fuqua, BK., Dharmawardhane, SF., Mabry, TJ, “Flavonoid Effect Relevant to Cancer”, The Journal of Nutrition 132, 3482S-3489S, 2002. Available as PDF file.

    5. Lewis. H. W., Lewis. E. M. “Medical Botany: Plants Affecting Man's Health”. John Wiley & Sons, Inc. United States of America.1997. Hal. 341. Available as PDF file.

    6. Bustan, M.N. “Epidemologi Penyakit Tidak Menular”. Rikena Cipta. Jakarta. 1999. Hal. 234

    7. Sitorus, M, “Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik”, Graha Ilmu, Yogyakarta. 2009. Hal. 7, 29, 51, 64

    8. Abay, S. F., “Profil Kromatogram ekstrak metanol lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val) yang Terjerap Pada GLI-Dynabeads Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2012. Hal. 33-37.

    9. Aherne, S.A., O’Briem, N.M., “dietary flavonols: chemistry, food content, and metabolism”, journal Nutrition 18, Elseiver inc., United States, 2002, Hal. 75-81. Available as PDF file.

    10. Sarker, S.D., Nahar, L., “Chemistry for pharmacy students, general organic and natural product chemistry”, John Wiley and Sons. Ltd, London, copyright 2007. Hal. 320-321. Available as PDF file

    11. Parella, Teodor. carbohidrate NMR chemistry. eNMR. [serial on the internet]. 2003. [dikutip 09 Juni 2013]. [3 screen]. Available from: Triton.iqfr.csis.es/guide/eNMR/sugar/chemistry.html.

    12. Smith, J. G., “organic chemistry: third edition”, McGraw-Hill ConnectTM Chemistry, Monoa, New York, 2003. Hal 1029-1030, 1035-1036, 1041. Available as PDF file.

  • 33

    13. Solomons, T. W. G. and Fryhle, C. B., “organic chemistry: tenth edition”, Jhon Wiley and Sons, Inc, United States of America, 2011, Hal 1004-1005. Available as PDF file.

    14. Anderson, O. M., Markham, K. R., “flavonoid, chemistry, biochemistry and apllication”, Taylor and Francis group, London, New York, 2006, Hal. 751. Available as PDF file.

    15. Sarker, S.D., Latif, Z., Gray, A.I., “Natural products isolation, second edition”, Humana press, Totowa, New Jersey, 2005. Hal. 18. Available as PDF file.

    16. Kosela, S., “Cara Mudah dan Sederhana Penentuan Struktur Molekul Berdasarkan Spektra Data (NMR, MASS, IR, UV)”, Lembaga Penerbit

    FE UI, Jakarta, 2010. Hal. 3-4, 16, 29-31, 63, 79.

    17. Silverstein, R.M., Webster, F.X., Kremk, D.J, “Spectrometric identification of organic compounds, seventh edition”, John Wiley and Sons. Inc, New York, copyright 2005. Hal. 72-126. Available as PDF file.

  • 34

    Lampiran I. Skema Kerja Karakterisasi Dan Analisis Senyawa Flavonoid Glikosida Hasil Isolasi Dari Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.)

    Spektroskopi UV-Vis

    Analisis Struktur

    Molekul

    Gugus

    Kromofor

    Analisis Data

    Spektrum

    Pembahasan

    Kesimpulan

    Spektrum 13

    C-NMR dan 1H-NMR

    Sampel Diencerkan dalam

    pelarut metanol pa. Pada

    Konsentrasi 31,25 Ppm

    Dimasukkan Pada Alat

    Spektrometer UV-Vis

    Penyiapan sampel isolat dari ABAY, S.F (2012)

    Karakterisasi

    Spektroskopi FTIR

    Gugus

    Fungsional

    Sampel Dideteksi Dengan

    Spektrometer FTIR

    Sampel Dalam Bentuk Serbuk

    Diletakkan Di Spot Sampel

  • 35

    Lampiran II. Gambar Spektrum FTIR, 1H-Nmr, 13C-Nmr Senyawa Flavonoid Glikosida Hasil Isolasi Dari Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.)

    Gam

    bar

    9. S

    pektr

    um

    FT

    IR

    senyaw

    a f

    lavo

    noid

    glik

    osid

    a h

    asil

    isola

    si dari

    Lem

    puyang w

    ang

    i (Z

    ingib

    er

    aro

    maticum

    Va

    l.)

  • 36

    Gam

    bar

    10

    . S

    pektr

    um

    1H

    -NM

    R s

    enyaw

    a f

    lavon

    oid

    glik

    osid

    a

    da

    lam

    pe

    laru

    t C

    DC

    l 3

    hasil

    iso

    lasi dari L

    em

    puya

    ng w

    an

    gi (Z

    ing

    iber

    aro

    maticum

    Val.)

  • 37

    Gam

    bar

    11.

    hasil

    ekspa

    nsi 1 s

    pektr

    um

    1H

    -NM

    R s

    enya

    wa fla

    vono

    id g

    likosid

    a d

    ala

    m p

    ela

    rut

    CD

    Cl 3

    hasil

    iso

    lasi dari L

    em

    puya

    ng w

    an

    gi (Z

    ing

    iber

    aro

    maticum

    Val.)

  • 38

    Gam

    bar

    12.

    hasil

    ekspa

    nsi 2 s

    pektr

    um

    1H

    -NM

    R s

    enya

    wa fla

    vono

    id g

    likosid

    a d

    ala

    m p

    ela

    rut

    CD

    Cl 3

    hasil

    iso

    lasi dari L

    em

    puya

    ng w

    an

    gi (Z

    ing

    iber

    aro

    maticum

    Val.)

  • 39

    Lampiran III. Foto Pelaksanaan Penelitian

    Gam

    bar

    13.

    Spektr

    um

    13C

    -NM

    R s

    enya

    wa f

    lavon

    oid

    glik

    osid

    a d

    eng

    an p

    ela

    rut C

    DC

    l 3

    hasil

    iso

    lasi dari L

    em

    puya

    ng w

    an

    gi (Z

    ing

    iber

    aro

    maticum

    Val.)

  • 40

    Lampiran III. Foto Pelaksanaan Penelitian

    Gambar 14. Sampel isolat Lempuyang wangi (Zingiber

    aromaticum Val.) Gambar 15. Metanol proanalisis

    Gambar 16. Spektrofotometer FTIR Gambar 17. Spektrofotometer UV-Vis