Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BUKIT SUNDI
KABUPATEN SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT
POPI PARAMITHA
NIM : SIP.152046
PEMBIMBING SKRIPSI
Alhusni.,S.Ag,M.HI
Ulya Fuhaidah., S.HUM.,M.Si
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1441 H / 2019 M
2
3
4
ABSTRAK
Nama Popi Paramitha, Nim SIP 152046, Skripsi ini berjudul Peran Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan masyarakat di Kecamatan Bukit
Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Skripsi ini bertujuan ingin
mengetahui peran dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit
Sundi dalam pembangunan. Skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dari
kesimpulan sebagai berikut: Peran dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi. Upaya yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pembangunan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Dan beberapa kendala dalam Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat banyak nya program-program yang tidak terealisasi dengan baik. Disamping itu kurang nya perhatian dari pemerintah setempat,
kurangnya partisipasi dari masyarakat terhadap lembaga ini.
Kata Kunci: Peran, Pemberdayaan, Pembangunan
5
MOTTO
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia”. (Q.S Ar-Rad:11)
6
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT dan Shalawat kapada Nabi Muhammad SAW.
Ucapan ini kupersembahkan
Dengan segala kerendahan hati dan rasa duka cita untuk Papa (Zainal
manan), Mama (Ermiani) dan Etek (Alm. Asniar). Kutundukkan kepala sujud
simpuhku di kakimu rasanya itu belum cukup untuk membalas jasa-jasa mu.
Terima kasih atas segala pengorbanan, semangat, dan kasih sayang yang
telah engkau berikan dengan tercapai cita-citaku menjadi sarjana .
Teriring ucapan yang sama untuk saudara ku tersayang (Erza Wandi, Herni
Novriyanti, Boy Oktaveriza, Upik Kristina, Tommi Gustaveriza, Cahya Tri
Lestari, Vivin eriza, Ervina Cindranela, dan Auri febria Marsha), Terima kasih
juga buat keponakan ku tersayang (Feriza Rizky, Aimirelia Gustav, Adam
Herdi Perdana)
Terima kasih untuk Dosen Pembimbing yaitu bapak Alhusni S.Ag,M.HI, Ibu
Ulya Fuhaidah.,S.Hum,.M.SI yang sudah membimbingku dalam penyusunan
skripsi ini. Dan tak lupa juga terima kasih kepada Kajur dan Sekjur Prodi Ilmu
Pemerintahan semua dosen ku yang sudah memberikan ilmu pengentahuan
yang sangat berharga dalam perkuliahan ku ini.
Terima kasih untuk Sahabat besar squad (Meisy Munandar, Ahmat Zulfi, Ade
Yunita, Abdul Muzilli,Muhammad Farougly, Reza Dianti, Siti Hatisa, Berthi
Juniati Fanida, Ghina Nabilla Efendi, Mia Septiani , Maulana Abdul G, Maulana
Muammar Ridho, Muhammad, Rd.Endi Fratama,Jemaat). Terima kasih sudah
menjadi bahagian dari perjalanan perkuliahan ku selama di Jambi ini, sudah
menjadi orang-orang yang sangat berharga bagiku, semoga persahabatan kita
tidak cuman sebatas ini tapi selamanya.
Terima kasih juga buat kelas IP B, IP MPD C, teman-teman seperjuangan Ilmu
Pemerintahan 2015, Posko KKN 20 gelombang III, Kosan mimin Aston Villa
serta teman-teman yang didalamnya.
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah mencurahkan hidupnya untuk
menyempurnakan akhlak dan menjadi rahmat bagi umat manusia.
Skripsi ini adalah salah satu wujud di antara karunia Allah yang
dilimpahkan kepada penulis melalui kemampuan mencurahkan pemikiran
kedalam rangkaian karya tulis ini. Selanjutnya penulisan skripsi ini merupakan
kewajiban bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) di
Universitas Islam Negeri Sultan Taha Saifuddin Jambi . disamping itu juga
penulis ingin menyumbangkan karya demi nusa dan bangsa dan agama.
Adapun judul skripsi ini adalah “Peran Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pembangunan di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat”.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa
bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu penulis
merasa bersyukur kehadirat Allah SWT dan Menghaturkan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof.Dr.Su’aidi Asy’ari,MA.,Ph.D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D selaku Pembantu Dekan I, Ibu
Dr. Rahmi Hidayati., M.Pd.I selaku Pembantu Dekan II, dan Ibu Dr.
Yuliatin., S.Ag., M.HI selaku Pembantu Dekan III, Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Mustiah, S.Ag., M.Sy selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Ibu
Tri Endah Karya L., S.IP,. M.IP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Alhusni.,S.Ag.,M.HI selaku pembimbing I dan Ibu Ulya
Fuhaidah.,S.Hum,M.SI selaku pembimbing II yang banyak meluangkan
waktu dalam bimbingan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
7. Karyawan Fakultas Syari’ah dan perpustakaan Fakultas Syari’ah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak dan Ibu seluruh pegawai Kantor LPM Kecamatan Bukit Sundi
yang banyak meluangkan waktu untuk menjadi informan dalam penulisan
skripsi ini.
9. Semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini baik langsung
maupun tidak langsung.
9
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
yang membaca. Semoga Allah melimpahkan rahmatnya atas bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. Akhirnya kepada Allah SWT lah
segala usaha dan upaya penulis berserah diri. Besar harapan kami semoga skripsi
ini ada manfaatnya.
Jambi, 2019
Popi Paramitha
NIM: SIP.152046
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... . i
LEMBARAN PERNYATAAN ....................................................................... . ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... . iii
PENGESAHAN ............................................................................................... . iv
MOTTO ........................................................................................................... . v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ . vi
ABSTRAK ....................................................................................................... . vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... . viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... . xi
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... .
A. Latar Belakang ....................................................................................... . 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. . 6
C. Batasan Masalah ..................................................................................... . 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... . 7
E. Kerangka Teori ....................................................................................... . 8
F. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... . 17
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 18
BAB II Metodologi Penelitian ......................................................................... .
A. Pendekatan Penelitian ………................................................................ . 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ . 20
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... . 21
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... . 22
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. . 23
F. Jadwal Penelitian .................................................................................... 25
BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. .
A. Historis dan Geografis ............................................................................. 26
B. Gambaran umum Lembaga Pemberdayaan............................................. . 27
C. Struktur Organisasi ................................................................................ . 29
D. Keadaan Penduduk dan mata pencarian ............................................... . 30
E. Keadaan Agama dan Pendidikan ........................................................... . 32
11
BAB IV Pembahasan ...................................................................................... .
A. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan
masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi .................................................. . 36
B. Upaya yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
pembangunan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi ........................... . 47
C. Kendala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan
masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi .................................................. . 53
BAB V Penutup .......................................................................................... .
A. Kesimpulan ........................................................................................... . 58
B. Saran ....................................................................................................... . 59
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .
LAMPIRAN .................................................................................................... .
CURRICULUM VITAE ................................................................................. .
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan pembangunan manusia
memberikan ruang dan kesempatan yang lebih besar bagi masyarakat, wilayah,
dan pembangunan kepada masyarakat sebagai subyek dan pengguna hasil-hasil
pembangunan untuk menentukan sendiri program-program dan tujuan
pembangunan sesuai masalah, kebutuhan, dan potensi lingkungan setempat.
Selain itu, pemberdayaan dapat menjadi instrumen yang efektif dalam upaya
mendistribusikan pemerataan pendapatan kepada seluruh masyarakat sehingga
dapat memacu munculnya pelaku-pelaku usaha yang lebih merata di kalangan
masyarakat bawah atau masyarakat akar rumput. Dengan demikian dapat
diharapkan bahwa pemberdayaan masyarakat bisa diandalkan sebagai instrumen
penting dalam mananggulangi kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan
kualitas hidup masyarakat.
Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai berkembang sekitar dekade
1970-an dan semakin populer memasuki awal abad ke-21. Konsep ini dipandang
sebagai bagian dari aliran-aliran yang banyak dikenal dengan aliran post
modernisme yang titik berat sikap dan pendapatnya adalah antisistem, antistruktur
dan anti determinisme kepada dunia kekuasaan1.
1Rahman Mulyawan, Masyarakat Wilayah dan Pembangunan,Unpad Press,(2016).
13
Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment), berasal dari kata
‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan. Pemberdayaan berkaitan dengan
kemampuan manusia yaitu manusia secara perorangan maupun manusia dalam
kelompok yang rentan dan lemah. Dalam pemberdayaan, orang miskin dan lemah
tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan,
kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima
pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan
yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya. Dengan demikian, konsep
pemberdayaan memberi kerangka acuan mengenai mantra kekuasaan (power) dan
kemampuan (kapabilitas) yang melingkup aras sosial, ekonomi, budaya, politik
dan kelembagaan.
Pemberdayaan Masyarakat merupakan suatu konsep yang relatif baru,
dimana masyarakat tidak lagi hanya dijadikan obyek dalam pembangunan tetapi
juga dijadikan subyek dari pembangunannya sendiri. Di sini pemberdayaan
masyarakat merupakan pendekatan pembangunan alternatif atau pembangunan
sosial yang bertujuan menyelenggarakan pembangunan yang lebih berkeadilan.
Dalam konteks pembangunan yang berkeadilan, berkembang pendekatan
kebutuhan dasar manusia. Pendekatan ini disusun untuk menyediakan barang dan
jasa kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin, seperti makanan, air bersih,
pendidikan, kesehatan dan perumahan. Penanggulangan pengangguran juga
mendapat perhatian dalam rangka pembangunan yang berkeadilan.
14
Keterbelakangan penduduk negara berkembang terutama disebabkan
karena tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja
yang rendah. Kedua hal tersebut menyebabkan produktivitas tenaga kerja yang
rendah. Oleh karena produktivitasnya yang rendah maka pendapatan juga rendah,
hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat hidup yang ditandai dengan:
1) kemiskinan.
2) kesehatan yang tidak memadai
3) pendidikan dan layanan masyarakat yang rendah.
Hal tersebut berakibat pada : 1) penghargaan diri yang rendah dan 2)
kebebasan yang terbatas. Antara keduanya terjadi interaksi, sehingga berakibat
pada sikap malas dan keadaan yang menghambat perkembangan.
Berpijak pada konsep pembangunan kualitas manusia yang juga sering
disebut dengan pemberdayaan manusia, maka pembangunan kualitas manusia
diarahkan pada pemberdayaan pada diri manusia tersebut. Hal ini sejalan dengan
pendapat Bryant dan White tentang empat aspek yang terkandung dalam
pembangunan kualitas manusia sebagai upaya meningkatkan kapasitas mereka,
sebagai berikut:
Pertama, pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas
(capacity) kepada apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
tersebut serta energi yang diperlukan untuk itu. Kedua, pembangunan harus
menekankan pemerataan (equity). Perhatian yang tidak merata pada berbagai
kelompok masyarakat akan memecahkan masyarakat dan akan menghancurkan
kapasitas mereka. Ketiga, pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan
15
wewenang (empowerment) yang lebih besar kepada rakyat. Hasil pembangunan
baru cukup bermanfaat bagi masyarakat bila mereka memiliki wewenang yang
sepadan. Pembangunan harus mengandung upaya peningkatan wewenang kepada
kelompok masyarakat yang lemah. Koreksi terhadap keputusan-keputusan yang
tidak adil tentang alokasi hanyalah dapat dilakukan bila kelompok lemah ini
mempunyai wewenang yang cukup besar. Keempat, pembangunan mengandung
pengertian kelangsungan perkembangan (sustainable) dan interdepedensi di antara
negara-negara di dunia. Karena konsep kelangsungan dan kelestarian
pembangunan, kendala sumber daya yang terbatas dan langka akan menjadi
pertimbangan utama dalam upaya meningkatkan kapasitas.
Hubungan antara pemberdayaan dengan pembangunan manusia yang
disebut sebagai konsep holistis mempunyai unsur-unsur penting yaitu peningkatan
produktifitas, pemerataan kesempatan, kesinambungan pembangunan serta
pemberdayaan manusia. Di samping hal diatas makna pemberdayaan tidak dapat
dilepaskan dari paradigma pembangunan sosial, tujuan pembangunan menurut
pendekatan ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat
menikmati kehidupan kreatif, sehat dan berumur panjang.
Pemerintah Republik Indonesia dibentuk untuk “Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.2
2 UUD 1945 Alinea 4.
16
Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007
tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan yaitu Tugas Lembaga
Kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif.
b. Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif;
c. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan
swadaya masyarakat; dan
d. Menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat.3
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu lembaga
kemasyarakatan yang ada di Kecamatan Bukit Sundi yang mempunyai peranan
penting dalam pembangunan di Nagari,baik dalam menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat Nagari dalam pembangunan Nagari, dalam menyusun rencana
dan melaksanakan pembangunan Nagari, maupun dalam menumbuhkan dan
menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Nagari.
Untuk dapat menjalankan peranan tersebut secara efektif, maka Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat harus didukung oleh sumberdaya manusia
pengurus/anggota yang mempunyai kualitas pengetahuan dan
kecakapan/keterampilan yang memadai di bidang pembangunan Desa/Nagari; dan
memiliki semangat dan komitmen yang kuat/tinggi untuk melaksanakan tugas dan
fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi,
3Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan.
17
seperti yang dilihat semua itu sungguh sangat tidak bisa dilaksanakan secara
efektif dikarenakan kurang nya perhatian dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
mengenai Kurang nya dana untuk menjalan kan Lembaga tersebut. Maka dari
pada itu kurang efektifnya Peran Lembaga tersebut dalam melakukan
pembangunan bagi masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi.
Oleh Karena itu, berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil penelitian dengan judul: Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pembangunan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
pembangunan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat?
2. Bagaimana Upaya yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
dalam pembangunan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten
Solok Provinsi Sumatera Barat?
3. Apa kendala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan
masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi
Sumatera Barat?
18
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu meluas dan tepat sasaran, serta mengingat
waktu dan dana juga dapat tercapainya kesesuaian judul maka masalah ini
difokuskan pada Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
pembangunan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi, Upaya yang dilakukan
dan Kendala dari lembaga pemberdayaan tersebut.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Peran dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang ada
di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok dalam pembangunan
2. Mengetahui upaya apa saja yang di lakukan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat tersebut dalam melakukan pembangunan yang ada di
Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat
3. Mengetahui Apa Saja kendala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
tersebut dalam melakukan pembangunan yang ada di Kecamatan
Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Guna Praktis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan
masukan dan koreksi bagi pihak berwenang baik itu pembuat
kebijakan (pemerintah) maupun pelaksana kebijakan pembangunan
masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok.
19
2. Guna Akademis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah
referensi kepustakaan di Fakultas Syariah khususnya dan Universitas
Islam Negeri STS Jambi.
3. Guna Teoritis, mengembangkan teori keilmuan khususnya ilmu
pemerintahan yang berkaitan dengan peran pemerintah dalam
pemberdayaan Masyarakat dibidang pembangunan.
4. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh
program gelar proses sarjanastrata satu (S1) pada bidang ilmu
pemerintahan, fakultas syariah, Universitas Islam Negeri Sultha Thaha
Saifuddin Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Peran
Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia
terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang
berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto yaitu peran merupakan
aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
peranan. Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran yang
telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif. Sebagai peran
normatif dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban dinas perhubungan
dalam penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum secara total
enforcement, yaitu penegakan hukum secara penuh.
20
Menurut Dewi Wulan Sari, “Peran adalah konsep tentang apa yang harus
dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan
prilaku dari masyarakat terhadap seseorang dan merupakan prilaku individu
yang penting bagi struktur sosial masyarakat”. Maurice Duverge berpendapat
bahwa Istilah “peran” (role) dipilih secara baik karena diya menyatakan bahwa
setiap oarang adalah pelaku didalam masyarakat dimana diya hidup, juga dia
adalah seorang aktor yang harus memainkan beberapa peranan seperti aktor-
aktor profesional.
Peranan adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam
usaha menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan ststus yang dimilikinya,
dan seseorang dapat dikatakan berperan jika ia telah melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat (Abdulsyani).
Menurut Soerjono Soekanto, Peranan yang melekat pada diri seseorang harus
dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang
dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu
pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,
penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu
posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
2. Lembaga
Lembaga adalah institusi atau pranata yang di dalamnya terdapat
seperangkat hubungan norma-norma, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan yang
nyata dan berpusat kepada berbagai kebutuhan sosial serta serangkaian tindakan
yang penting dan berulang. Menurut Macmillan pengertian lembaga adalah
21
seperangkat hubungan norma-norma, keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai nyata,
yang terpusat pada kebutuhan sosial dan serangkaian tindakan yang penting dan
berulang. Menurut Hendropuspito pengertian lembaga adalah bentuk lain
organisasi yang tersusun secara tetap dari pola-pola kelakuan, peranan-peranan
dan relasi sebagai cara yang mengikat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan
sosial dasar.4
3. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pember-dayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya5.
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber-
menjadi kata ”berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya memiliki arti kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi awalan
pe- dengan mendapat sisipan –m- dan akhiran –an manjadi “pemberdayaan”
artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan.6
Menurut beberapa pakar yang terdapat dalam buku Edi Suharto,
menggunakan difinisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara
pemberdayaan. Menurut Jim lfe dalam membangun Masyarakat
4Www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-lembaga.html.
5Ita Ulumiyah,dkk, Peran Pemerintah Desa dalam Pemberdayakan Masyarakat Desa ,
Vol. 1, No. 5, hlm. 890-899. 6Rosmedi dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang: Alqaprit
Jatinegoro), (2006), hlm. 1.
22
Memberdayakan Rakyat, pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan
kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.7 Masih dalam buku
tersebut, person mengatakan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dengan
mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam mengontrol dan
mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang
memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya. Sedangkan menurut Swift dan Levin dalam membangun
masyarakat Memberdayakan Masyarakat, pemberdayaan menunjuk pada usaha
pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses
untuk memperoleh daya/ kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian
daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang
kurang atau belum berdaya.
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini
didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-
7Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial Danpekerja Sosial, (Bandung: Ptrevika Aditam),( 2005) Cet
Ke-1, hlm.57.
23
kadang mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara
eksplisit.
Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika
asumsi ini berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu
hendaknya pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap
ketergantungan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan pada
proses kemandirian.8
4. Pembangunan
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat
mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang
pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik
(Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow,
strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan
pembangunan sosial hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema
pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat
diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang
lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,
2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu
8 Tri Winari, 1998: 76.
24
kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua
adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat
diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman
dalam seluruh aspek kehidupan. Adapun mekanismenya menuntut kepada
terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya dan mampu berperan
secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling
manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan
masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Secara umum, kita dapat memberikan makna tentang pembangunan
sebagai suatu proses perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh birokrat
perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan sebagai proses
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Konseptualisasi pembangunan
merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat
beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara. Tolok
ukur pembangunan bukan hanya pendapatan per kapita, namun lebih dari itu
harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya
kemiskinan, dan mengecilnya tingkat pengangguran.
Mardikanto & Soebiato (2013;6) mengatakan pembangunan merupakan
upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dilaksanakan terus menerus
oleh pemerintah bersama-sama segenap warga masyarakatnya atau dilaksanakan
oleh masyarakat dengan dipimpin oleh pemerintah, dengan menggunakan
teknologi yang terpilih, untuk memenuhi segala kebutuhan atau memecahkan
25
masalah yang sedang dan akan dihadapi, demi tercapainya mutu hidup atau
kesejahteraan seluruh warga masyarakat dari suatu bangsa yang merencanakan
dan melaksanakan pembangunan tersebut9.
Pembangunan tidak dapat dilakukan oleh pemerintah juga perlu adanya
partisipasi masyarakat agar pembangunan dapat berjalan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pembangunan sebenarnya meliputi dua
unsur pokok: pertama, masalah materi yang mau dihasilkan dan dibagi, dan
kedua, masalah manusia yang menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi
manusia pembangun. Bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus
ditujukan pada pembangunan manusia; manusia yang dibangun adalah manusia
yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini manusia harus merasa bahagia, aman, dan
bebas dari rasa takut. Pembangunan tidak hanya berurusan dengan produksi dan
distribusi barang-barang material; pembangunan harus menciptakan kondisi-
kondisi manusia bisa mengembangkan kreativitasnya (Budiman).
Dalam praktek pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap
awal pembangunan umumnya berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun
banyak varian pemikiran, pada dasarnya kata kunci dalam pembangunan adalah
pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap
paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang
modal asing dan melakukan industrialisasi. Peranan sumber daya manusia
(SDM) dalam strategi semacam ini hanyalah sebagai “instrumen” atau salah satu
9Ita Ulumiyah,dkk,Peran Pemerintah Desa dalam Memberdayakan Masyarakat Desa
,Vol. 3, No. 11, hlm. 1886-1892.
26
“faktor produksi” saja. Manusia ditempatkan sebagai posisi instrumen dan bukan
merupakan subyek dari pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan
produktivitas telah mereduksi manusia sebagai penghambat maksimisasi
kepuasan maupun maksimisasi keuntungan.
5. Kecamatan
Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-kelurahan.
Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat
daerah Kabupaten/Kota (PP. 19 tahun 2008). Kedudukan kecamatan merupakan
perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang
mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh camat.10
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, dimana disebutkan dalam Pasal 17 adalah sebagai
berikut :
1. Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah
kabupaten dan daerah kota.
2. Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi
daerah.
3. Camat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 juga menyelenggarakan tugas
umum pemerintahan meliputi :
a. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
10
Www.neglasaritangerang.blogspot.com/2012/11/pengertian-defenisi-dan-arti
kecamatan.html.
27
b. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum
c. Mengkoordinasikan penerapan penegakan peraturan perundang-undangan.
d. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum.
e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan.
f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; dan
g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau
kelurahan.
4. Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota.
5. Kecamatan dipimpin oleh camat.
6. Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
bupati/walikota melalui sekretaris daerah.
7. Pedoman organisasi kecamatan ditetapkan dalam peraturan Menteri setelah
mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara11
.
11
Undang-undang no 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah,pasal 17.
28
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini yang menjelaskan tentang Peran Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) dalam Pembangunan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok. Sebelumnya ada yang sudah melakukan penelitian terlebih
dahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, berdasarkan penelusuran
keperpustakaan dan internet, terdapat penelitian yang membahas mengenai
Pemberdayaan Masyarakat, diantaranya sebagai berikut:
Pertama : Penelitian ini dilakukan oleh Fitria nadhifa mahasiswi S1
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanudin Makassar tahun 2017 yang berjudul peranan lembaga kemasyarakatan
dalam pembangunan di Kelurahan Toro Kecamatan Tanete Riattang Timur
Kabupaten Bone. Dari hasil penelitian tersebut lebih fokus kepada gambaran
peranan lembaga dalam meningkatkan partisipasi Masyarakat.12
Kedua : Penelitian ini dilakukan oleh Eviliyani mahasiswi S1 Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung tahun 2017 yang berjudul
pemberdayaan masyarakat melalui program anggaran dana desa (ADD) di Desa
Wayharu Kecamatan Bangkurat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat. Dari hasil
penelitian tersebut lebih berfokus kepada program anggaran dana desa dalam
pemberdayaan masyarakat.13
12
Fitria Nadhifa, “Peranan lembaga kemasyarakatan dalam pembangunan di Kelurahan
Toro Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone”, hasil penelitian skripsi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin,(2017). 13
Skripsi Eviliyani, “Pemberdayaan masyarakat melalui program Anggaran Dana Desa
(ADD) di Desa Wayharu Kecamatan Bangkurat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat”, hasil
29
Ketiga : Penelitian ini dilakukan oleh Agnes Uthami, dengan skripsi yang
berjudul “Implementasi program pemberdayaan masyarakat terhadap pengelolaan
sarana air bersih berbasis masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut lebih berfokus
kepada implementasi dan mekanisme pemberdayaan masyarakat.”14
Dalam penelitian penulis akan membahas mengenai Peran LPM (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat) Dalam Pembangunan Masyarakat Di Kecamatan
Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat mulai dari Peran
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Upaya dari Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat tersebut dan Kendala yang ada pada Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat tersebut dalam Pembangunan Masyarakat tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, untuk mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai isi skripsi ini, maka penulis susun sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan: Merupakan bab pendahuluan, yang berisikan tetang
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori,
dan tinjauan pustaka.
BAB II : Metode penelitian: Dalam bab ini dibahas tentang pendekatan penelitian,
tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisi data.
BAB III : Gambaran umum lokasi penelitian.
penelitian skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Raden Intan
Lampung,(2017). 14
Agnes Uthami, “Implementasi program pemberdayaan masyarakat terhadap
pengelolaan sarana air bersih berbasis masyarakat”, hasil penelitian skripsi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung,(2016).
30
BAB IV : Pembahasan: Dalam sub bab ini berisi mengenai Peran dari
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
BAB V : Penutup : Dalam sub bab ini berisi tentang kesimpulan, dan hasil
penelitian serta saran-saran.
31
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Metode kualitatif merupakan sebuah metode yang menekankan pada
aspek pemahaman lebih mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat
sebuah permasalahan. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka
melainkan hasil dari naskah wawancara, memo, dolumen pribadi, cacatan
lapangan dan dokumen resmi lainnya. Penelitian kualitatif adalah sebuah
penelitian riset yang sifatnya deskripsi, cenderung menggunakan analisis dan
lebih menampakkan proses maknanya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor LPM Kecamatan Bukit Sundi
Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat pada Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat dan berfokus pada peran lembaga pemberdayaan masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi yang terdiri dari 5 nagari, yaitu : Nagari Muara Panas,
Nagari Bukit Tandang, Nagari Kinari, Nagari Parambahan, dan Nagari Dilam.
Penulis memilih Kantor Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan
Bukit Sundi sebagai tempat penelitian karena kurangnya peran lembaga terhadap
pemberdayaan masyarakat.
32
C. Jenis dan Sumber Data
a) Jenis Data
Data yang disajikan diperoleh dari sumber-sumber data yang terdiri dari
data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya tampa ada
perantara atau data yang diperoleh secara langsung di lapangan oleh yang
melakukan penelitian15
. Data primer disini adalah suatu data yang diperoleh
oleh penulis dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam hal ini
sebagai sumber data primernya sebagai adalah Ketua LPM Kecamatan Bukit
Sundi dan pegawai yang ada pada lembaga tersebut
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui perantara16
. Dalam hal ini penulis memperoleh data-data dari internet
berupa skripsi, jurnal, laporan, tesis, disertasi dan peraturan perundang-
undangan yang memiliki hubungan terhadap subjek dan dokumen yang
berkaitan dengan penelitian.
b) Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.
Sumber data dapat diperoleh tindakan, pengamatan, ataupun data-data yang
15
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi;Syariah Press,2011), hlm
178. 16
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi;Syariah Press,2011),hlm
34.
33
didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data penelitian ini diperoleh
dari:
1. Ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi
2. Pegawai LPM Kecamatan Bukit Sundi
3. Ketua LPM Nagari
4. Tokoh Masyarakat
5. Artikel, buku, jurnal, dokumen dan sumber data yang berkaitan dengan
penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengandalkan peneliti secara teliti serta pencatatan sistematis.
Menurut Kartono, observasi merupakan studi yang di sengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan gejala-gejala dengan jalan pengamatan dan
pencatatan17
.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontribusikan maka dalam suatu topik
tertentu peneliti lansung turun ke lapangan, dengan cara menanyakan terhadap
informan mengenai Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pembangunan Masyarakat . Untuk menjawab persoalan penelitian di atas,
informan dalam penelitian ini adalah orang yang mengetahui dengan pasti
17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta: Bumi
Aksara,2013), hlm. 14.
34
persoalan yang terjadi, oleh karena itu secara khusus wawancara ini ditujukan
kepada:
1. Ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi
2. Pegawai LPM Kecamatan Bukit Sundi
3. Ketua LPM Nagari
4. Tokoh Masyarakat
c. Dokumentasi
Pengumpulan data melaui dokumentasi ini diperlukan alat instrument yang
memandu untuk mengambil data-data dokumen. Dokumen adalah catatan
tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa lalu18
.
Metode dokumentasi merupakan sumber yang bermanfaat karena telah
tersedia sehingga relatife mudah memperolehnya, dan merupakan sumber yang
stabil dan akurat .
Sebagai cerita dari situasi dan kondisi yang sebenarnya dan dapat
dianalisis secara berulang-ulang tanpa melalui perubahan. Untuk mencari data
dari dokumen resmi dengan berpegangan pada pedoman dokumentasi yang
hanya memuat garis besar atau kategori informasi yang akan dicari datanya
seperti laporan hasil penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah
analisis data. Pada data ini akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh
kebenaran-kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan yang akan diajukan
18
W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia,2007), hlm. 123.
35
dalam penelitian, setelah jenis data yang dikumpulkan maka analisis data
penelitian ini bersifat kualitatif. Ada tiga tahap yang harus dikerjakan dalam
menganalisis penelitian kualitatif, yaitu:
2) Reduksi data
Reduksi data adalah sajian analisis suatu bentuk analisis memepertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan.
3) Sajian Data
Sajian Data adalah suatu rakitan organisasi informal yang memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data,
penelitian akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan pekerjaan
suatu analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.
4) Penarikan Kesimpulan
Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang penganalisis
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proporsi.
36
Jadwal Penelitian
37
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis dan Geografis
Kecamatan Bukit Sundi adalah sebuah Kecamatan yang ada di Kabupaten
Solok, Provinsi Sumatera Barat. Pusat pemerintahan Kecamatan ini terletak di
Nagari Muaro Paneh. Kecamatan Bukit Sundi memiliki luas wilayah sebesar 109
Km2 yang terdiri dari 5 Nagari, yaitu :
1. Kinari Luas Daerah 28,86 Km2
2. Parambahan Luas Daerah 4,00 Km2
3. Dilam Luas Daerah 35,00 Km2
4. Muara panas Luas Daerah 33,14 Km2
5. Bukit Tandang Luas Daerah 8,00 Km2
Adapun batas Kecamatan Bukit Sundi adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Kecamatan IX Koto Sei Lasi
- Sebelah Selatan : Kecamatan Lembang Jaya
- Sebelah Barat : Kecamatan Kubung
- Sebelah Timur : Kecamatan Payung Sekaki
Jumlah Sungai : 3 (tiga) buah, Curah Hujan : 723 mm, dan Ketinggian
dari: 490 meter Permukaan Laut19
.
19
Sumber data: Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok 2018.
38
B. Gambaran Umum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Menghadapi masa depan bangsa, di era globalisasi, demokrasi dan
otonomi daerah kehidupan dan ketahanan masyarakat Indonesia sebagai dasar
ketahanan nasional memerlukan perhatian dari seluruh kekuatan bangsa untuk
mewujudkan tuntutan dari hati nurani seluruh rakyat mandiri, tangguh, maju, adil
dan makmur sebagaimana amanat Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia20
.
Kekuatan bangsa perlu didukung dengan Lembaga yang menyatukan
semangat dalam jiwa kehidupan masyarakat Desa/Kelurahan yaitu Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang merupakan lembaga kemasyarakatan
yang telah aktif dalam pembagunan sebagai mitra pemerintah dan pihak-pihak
lain. Untuk itu LPM harus tetap dijaga dan ditingkatkan sebagai institusi yang
mampu menggerakkan pembangunan disegala aspek kehidupan.
1. Tempat Kedudukan
a. Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berkedudukan
di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
b. Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Provinsi
berkedudukan di Ibu Kota Provinsi.
c. Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kab/Kota
berkedudukan di Ibu Kota Kab/Kota.
d. Dewan Pimpinan Cabang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan
berkedudukan di Ibu Kota Kecamatan.
20
Sumber Data: Anggaran Dasar Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.
39
e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa / Kelurahan di Desa/ Kelurahan/
Sebutan lain.
2. Azaz
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berazazkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia.
3. Landasan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berlandaskan kepada Perundang-
Undangan yang berlaku dan Keputusan-keputusan Musyawarah anggota
sebagai landasan operasional.
4. Tujuan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di tingkat Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan/sebutan lain bertujuan
memberdayakan seluruh potensi masyarakat Indonesia.
5. Fungsi
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berfungsi:
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan disegala bidang
b. Menjembantani antara kepentingan masyarakat dengan pemerintah dan
pihak lain sebagai wujud pembagunan partusif
c. Berperan secara aktif dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa
d. Mengembangkan program pemerintah dengan aspirasi masyarakat
e. Meningkatkan kemajuan ekonomi rakyat baik yang berada dikota maupun
di Desa/Kelurahan/sebutan lain yang setingkat agar dapat menikmati hasil-
hasil pembangunan
40
f. Memperkuat potensi masyarakat untuk bergotong royong dalam aksi sosial
dan penanggulangan bencana
C. Struktur Organisasi
Teorganisasinya suatu Lembaga merupakan salah satu faktor berjalannya
dengan baik serta berhasilnya suatu Lembaga dan kepemimpinan sebagaimana
yang diharapkan. Selain merupakan suatu peraturan pemerintah bahwa suatu
organisasi harus ada susunan pengurus secara sistematis, hal ini juga merupakan
gambaran aktivitas kerja objektif. Organisasi yang baik dan teratur merupakan
ujung tombak dari keberhasilan pembangunan.
Didalam suatu Lembaga organisasi biasanya mempunyai persyaratan
unsur penting yaitu ada ketua, wakil ketua, sekretaris. Maka demikian juga
dengan lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada di Kecamatan Bukit Sundi
ini.
Adapun susunan struktur organisasi dari lembaga pemberdayaan
masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi ini yaitu21
:
1. Nama : Zainal. M
Jabatan : Ketua DPC LPM Kecamatan Bukit Sundi
2. Nama : Yudelfis ML.Sutan
Jabatan : Wakil Ketua DPC LPM Kecamatan Bukit Sundi
3. Nama : Firman Caniago
Jabatan : Sekretaris DPC LPM Kecamatan Bukit Sundi
21
Sumber Data: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi.
41
4. Nama : Iskandar A.H
Jabatan : Bendahara DPC LPM Kecamatan Bukit Sundi
5. Nama : Musril ML.Marajo
Jabatan :Kepala bagian penguatan kelembagaan dan pengembangan
partisipasi DPC LPM Kecamatan Bukit Sundi
6. Nama : Burhanuddin
Jabatan : Kepala bagian pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat
DPC LPM Kecamatan Bukit Sundi
7. Nama : Yenrismida
Jabatan : Kepala bagian pemberdayaan pemanfaatan teknologi tepat
guna dan sumber daya Nagari DPC Kecamatan Bukit Sundi
D. Keadaan Penduduk dan Data Pencarian
1. Penduduk
Penduduk merupakan elemen penting dalam suatu wilayah, pada tahun
2018 menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok, penduduk di Kecamatan
Bukit Sundi mencapai 23.484 jiwa22
.
TABEL I
Jumlah Penduduk Menurut Nagari dan Jenis Kelamin
No Nagari
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. K i n a r i 2140 2302 4442
2. Parambahan 668 750 1418
22
Sumber data: Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok 2018.
42
3. D i l a m 1795 1832 3627
4. Muara panas 5869 6313 12182
5. Bukit tandang 869 946 1815
Jumlah 11341 12143 23484
2. Mata Pencarian
Ekonomi merupakan sektor yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan
masyarakat sehari-hari. Manusia tidak dapat hidup tanpa adanya kegiatan sektor
ekonomi. Demikian halnya yang dihadapi atau dilakukan oleh masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi menekuni berbagai pekerjaan untuk menghidupkan
perekonomian di Kecamatan Bukit Sundi tersebut. Sebagian besar masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi ini bekerja sebagai petani terutama dibidang produksi
padi (sawah).
TABEL II
Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija
Menurut Jenis Tanaman23
JENIS
TANAMAN
LUAS
TANAMAN (ha)
LUAS PANEN
(ha) PRODUKSI (ton)
Padi Sawah 8.809,70 9.007,80 58.072,8
Padi Ladang - - -
Jagung 70,3 52,5 309,75
Kedelai - - -
Kacang tanah - 2,00 4,0
23
Sumber data: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Solok 2018.
43
Kacang hijau - - -
Ubi kayu 11,30 15,30 646,00
Ubi jalar 4,10 8,30 320,40
Talas - - -
E. Keadaan Agama dan Pendidikan
1. Agama
Menurut dokumentasi kantor Kecamatan Bukit Sundi, Penduduk di
Kecamatan Bukit Sundi berjumlah 23484 jiwa semuanya menganut agama islam,
tidak ada sama sekali yang beragama lain.
Tabel III
Jumlah Tempat Ibadah Menurut
Nagari dan Jenisnya24
No Nagari Masjid Mushola Surau Gereja
1 Kinari 4 2 8 -
2 Parambahan 1 - 3 -
3 Dilam 3 - 11 -
4 Muara Panas 9 11 23 -
5 Bukit Tandang 2 5 4 -
Dengan seluruh penduduk di Kecamatan Bukit Sundi beragama Islam,
maka di Kecamatan ini ada tempat beribadah seperti masjid, mushola dan surau,
24
Sumber data: Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok 2018.
44
untuk masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi melaksanakan ibadah kepada Tuhan
yang maha esa.
Dengan demikian sosial keagamaan masyarakat cukup baik, walaupun
disana sini banyak kesenjangan dalam pelaksanaan ibadah praktis, namun itu
hanya sebagian kecil terutama dalam kalangan remaja, justru itu pembinaan dalam
meningkatkan pendidikan agama perlu dilakukan.
2. Pendidikan
Pembangunan sektor pendidikan merupakan hal yang sangat penting.
Keberhasilan pembangunan sektor pendidikan dapat dijadikan indikator kemajuan
suatu bangsa. Selain itu pendidikan adalah bagian integral bagi suatu Negara,
tanpa sektor pendidikan maka dengan sendirinya pemerintah tidak akan berjalan
dengan baik dan akan menjadi berbagai hambatan disemua sendi kehidupan
masyarakat. Berdasarkan kerangka berfikir demikian, maka sumber daya manusia
perlu ditingkatkan oleh pemerintah dalam sektor pendidikan.
Sektor pendidikan merupakan hal yang sangat vital dalam proses
pembangunan sumber daya manusia, sumber daya manusia yang cerdas dan
kompetitif serta inovatif, yang didukung dengan sumber daya alam yang
melimpah akan mampu membangun daerah sub. Sektor. Pendidikan tidak hanya
formal, tetapi pendidikan non formal harus diberikan kepada masyarakat.
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur seperti TK, SD, SMP,
SMA sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal merupakan
pendidikan diluar pendidikan formal, tetapi juga bisa berjenjang dan berstruktur,
contohnya pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), Lembaga kursus, lembaga
45
pelatihan, kelompok belajar, majlis ta’lim, langgar dan lain sebagainya, seta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat.
Tabel IV
Jumlah Sekolah Menurut
Tingkat Pendidikan dan Status25
Jenis pendidikan
Status sekolah
Jumlah
Negeri Swasta
Tanam Kanak-Kanak (TK) - 12 12
Sekolah Dasar (SD) 20 1 21
Sekolah Menengah Pertama 4 1 5
Sekolah Menengah Atas 2 - 2
Jumlah 26 14 39
25
Sumber data: Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Solok 2018.
46
STRUKTUR ORGANISASI
LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN BUKIT SUNDI26
26
Sumber data: Lembaga Pemberdayaan Kecamatan Bukit Sundi.
KETUA
ZAINAL.M
WAKIL KETUA
YUDELFIS.ML.SUTAN
SEKRETARIS
FIRMAN CANIAGO BENDAHARA
ISKANDAR A.H
BAG. PENGUATAN KELEMBAGAAN
DAN PENGEMBANGAN PARTISIPASI
MASYARAKAT
MUSRIL
BAG. PEMBERDAYAAN USAHA
EKONOMI MASYARAKAT
BURHANUDDIN
BAG. PEMBERDAYAAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT
GUNA DAN SUMBER DAYA NAGARI
YENRISMIDA
47
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan
Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi
Sumatera Barat
Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5 Tahun
2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, dijelaskan pada
pasal 1 bahwa Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra Pemerintah Desa dan lurah dalam memberdayakan
masyarakat.
Tujuan pembentukan suatu lembaga kemasyarakatan yaitu untuk:
a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan
b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia
c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat
d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-
hasil pembangunan secara partisipatif;
e. penumbuh kembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat; dan
48
f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam
serta keserasian lingkungan hidup.
Lembaga pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu wujud
dari struktur perantara yang ada di Indonesia. Di satu sisi masyarakat
memerlukan adanya unsur perantara dengan pemerintah dan di sisi yang lain
pemerintah juga perlu adanya unsur perantara dengan masyarakat, sehingga
keberadaan lembaga kemasyarakatan sama-sama dibutuhkan, baik oleh
masyarakat maupun oleh pemerintah.
Peranan lembaga kemasyarakatan dalam membantu tugas pemerintah
setempat meliputi; membantu Pemerintah dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan, membantu Pemerintah dalam pelaksanaan urusan
pembangunan, membantu Pemerintah dalam pelaksanaan urusan sosial
kemasyarakatan dan pemberdayaan.
Adapun peran dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan
Bukit Sundi yaitu:
1. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
Sebagai Pembina
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Bukit Sundi mempunyai
peran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya melalui
pembinaan, dengan adanya pembinaan diharapkan masyarakat di Kecamatan
Bukit Sundi mempunyai keinginan untuk ikut turut serta dalam setiap
kegiatan program pemberdayaan masyarakat.
49
Menurut United Nations tujuan utama pemberdayaan masyarakat
adalah membangun rasa percaya diri masyarakat dan rasa percaya diri
merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya. berdasarkan
pendapat tersebut maka tujuan dari LPM Kecamatan Bukit Sundi dalam
meningkatkan keberdayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dicapai dengan pembinaan diberbagai bidang, dengan adanya
pembinaan diharapkan masyarakat bisa menjadi mandiri dan mampu
menyokong dirinya agar tidak terjatuh ke dalam posisi yang semakin lemah
dan terpinggirkan. Pembinaan kehidupan masyarakat yang dilakukan oleh
Lembaga Kecamatan Bukit Sundi secara garis besar mencakup berbagai
bidang yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Pembinaan dalam bidang Pertanian
Dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, LPM Kecamatan Bukit
Sundi bekerjasama dengan dinas pertanian dalam memberikan penyuluhan
tentang sistem pola tanam padi, pemilihan bibit, penggunaan teknologi
modern seperti mesin perontok padi serta perbaikan irigasi. Sebelum
diadakan penyuluhan-penyuluhan dari dinas pertanian masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi sering mengalami masalah dalam memberantas
hama serta pola tanam. Penyuluhan yang diberikan dinas pertanian sangat
bermanfaat bagi para petani di Kecamatan Bukit Sundi selain dapat
menambah pengetahuan tentang pola tanam yang baik serta pemilihan bibit
padi yang baik pada saat musim panen, petani di Kecamatan Bukit Sundi
juga diberikan bantuan murah melalui Gapoktan.
50
Wawancara dengan Kabag pemberdayaan usaha ekonomi
Masyarakat LPM Kecamatan Bukit Sundi:
“Disini kami dari LPM Kecamatan Bukit Sundi memberikan
kesempatan kepada para petani untuk dapat mengembangkan usaha dibidang
pertanian nya. Dengan cara disetiap nagari kami membentuk kelompok
Gapoktan disetiap Nagari. Gapoktan menyediakan dana perkriditan rakyat
petani berupa modal dan cicilan dalam pembeliaan produk maupun obat-
obatan pertanian.”27
Dari wawancara diatas terlihat bahwa usaha dalam memajukan
pertanian masyarakat dengan cara membentuk sebuah kelompok yaitu diberi
nama Gapoktan. Kelompok tersebut sangat membantu para petani dalam
mengembangkan usaha pertanian.
b. Pembinaan dalam bidang Peternakan
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan
keseluruhan yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa
daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan
peternak dan memperluas kesempatan kerja. Hal inilah yang mendorong
pembangunan sektor peternakan sehingga pada masa yang akan datang
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan
bangsa.
Usaha peternakan di Indonesia untuk sebagian besar masih
merupakan usaha peternak rakyat, usaha peternakan dilakukan sebagian
sebagai usaha sampingan disamping usaha pertanian, jumlah ternaknya
sangat terbatas dan seringkali digunakan sebagai tenaga kerja untuk
27
Wawancara, Bapak Burhanuddin Kabag pemberdayaan usaha ekonomi Masyarakat
LPM Kecamatan Bukit Sundi pada tanggal 12 juni 2019.
51
membantu membajak sawah, teknologi yang digunakan sangat sederhana
sehingga produktivitasnya dan produknya rendah.
Pembangunan peternakan tidak hanya menempatkan peternak
sebagai objek tetapi sekaligus sebagai objek pembangunan yang berperan
sebagai pelaku ekonomi penting, sektor peternakan memiliki peranan penting
dalam kehidupan dan pembangunan sumber daya manusia Indonesia,
peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia
protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh
manusia.
Tabel V
Data Potensi Produksi Pertanian Kabupaten Solok Tahun 2018
Kecamatan Sapi
Perah
Sapi
Potong
Kerba
u
Kambin
g
Domba Kelinci
Pantai Cermin - 1.809 154 410 - 4
Lembah
Gumanti
- 710 110 62 - 183
Hiliran Gumanti - 919 300 279 - -
Payung Sekaki - 1.635 185 64 - 3
Tigo Lurah - 410 471 172 - -
Lembang Jaya - 2.326 200 196 - 143
Danau Kembar - 327 35 32 - 10
Gunung Talang - 1.037 567 225 - -
Bukit Sundi - 1.733 73 341 - 9
IX Koto
Sei.Lasi
- 1.095 67 205 - 9
Kubung - 3.098 337 726 - 30
X Koto Diatas - 1.869 1.126 869 - -
X Koto
Singkarak
1 1.903 457 1.149 - 46
Junjung Sirih - 658 150 1.011 - -
Kab. Solok
2018
1 19.529 4.232 5.741 437
Kab. Solok
2017
4 20.829 4.781 6.231 466
52
Kab. Solok
2016
12 21.827 5.085 6.608 360
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Bukit Sundi termasuk
angka tertinggi dalam menghasilkan sapi potong.
2. Pembinaan dalam bidang keterampilan
Program keterampilan produktif merupakan salah satu kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada pendidikan berbasis
masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan yang berbasis
masyarakat, terdapat empat unsur di dalamnya. Unsur-unsur tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mementingkan warga belajar. Di sini ada beberapa penekanan, seperti
pentingnya mendengar suara warga belajar, mengggunakan apa yang
dikatakan warga belajar sebagai dasar untuk mengembangkan program
belajar, dan mempercayai bahwa setiap orang punya kemampuan belajar
karena setiap warga belajar memiliki kekuatan, keterampilan,
pengetahuan, serta pengalaman.
2. Kesetaraan di antara warga belajar dan pembina program. Unsur ini
mendorong warga belajar agar ikut aktif terlibat dalam kegiatan belajar
dan kegiatan kemasyarakatan. Perhatikan kebutuhan belajar masyarakat
karena mereka sebenarnya tahu apa yang mereka butuhkan.
3. Program dimulai dari perspektif yang kritis. Menggunakan pendekatan
yang kritis menekankan pentingnya perbaikan kemampuan dasar
53
masyarakat, meningkatkan kemampuan yang sudah ada, dan partisipasi
dalam setiap kegiatan.
4. Pembangunan masyarakat. Unsur ini menekankan bahwa program belajar
harus berlokasi di masyarakat, menjawab kebutuhan belajar masyarakat,
menciptakan rasa memiliki, dirancang, diputuskan, dan diatur oleh
masyarakat sehingga mereka merupakan bagian dari yang lebih besar.
Wawancara dengan Kabag Pemberdayaan Usaha Ekonomi LPM
Kecamatan Bukit Sundi:
“Disini Kami memberikan pengarahan dan membuka pelatihan
keterampilan kepada setiap masyarakat yang ada di setiap nagari. Pelatihan
itu baik berupa menjahit, masak-memasak dan keterampilan lainnya yang
dirasa perlu dikembangkan”28
Dengan adanya pelatihan keterampilan tersebut, masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi sangat terbantu sekali. Seperti menjahit di salah satu
Nagari di Kecamatan Bukit Sundi yaitu Nagari Parambahan banyak
menghasil kan penjahit yang mahir. Selain bakat mereka tersalurkan usaha
menjahit juga bisa mereka kembangkan untuk membantu perekonomian
mereka.
3. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
Sebagai penyalur aspirasi masyarakat
Selain peran lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai pembina,
disini peran masyarakat adalah sebagai penyalur aspirasi masyarakat.
Penyalur aspirasi masyarakat yang dimaksud adalah setiap masalah yang
28
Wawancara : Bapak Burhanuddin Kabag pemberdayaan usaha ekonomi Masyarakat
LPM Kecamatan Bukit Sundi pada tanggal 12 juni 2019.
54
terjadi didalam masyarakat tersebut di tamping oleh lembaga pemberdayaan
masyarakat. Keluhan tersebut seperti Infrastruktur yang kurang memadai,
perekonomian, sosial dan lain-lain yang bersangkutan dengan pemberdayaan.
Peran lembaga pemberdayaan disini sangat dibutuhkan bagi
masyarakat. Karna melalui inilah masyarakat dapat mengeluarkan segala
inspirasinya. Inspirasi yang disalurkan tersebut disaring dan di pilih mana
yang dirasa perlu untuk ditindak lanjuti.
Wawancara dengan ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi:
“Disini kami bukan saja sebagai pembina tetapi juga sebagai
penyalur aspirasi bagi masyarakat. Setiap keluh kesah mereka kami tampung
dan kami pilih mana yang menurut kami bisa dijadikan bahan pertimbangan
untuk pembangunan di Kecamatan Bukit Sundi”29
Sesuai dengan wawancara tersebut nampak peran dari sebuah
lembaga tersebut bukan hanya membina tapi juga ikut serta dalam
menyalurkan aspirasi dari masyarakat.
4. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
dalam meningkatkan aspirasi masyarakat.
Peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting dalam
mengikut sertakan masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan
yang telah di programkan karena LPM merupakan penggerak kegiatan ini di
Kecamatan Bukit Sundi.
29
Wawancara: Bapak Zainal Manan Ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi pada tanggal 12
juni 2019.
55
Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan
perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat
terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu
hidup mereka. Artinya, melalui partisipasi yang diberikan, berarti benar-
benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban
yang harus dilaksanakan oleh (aparat) pemerintah sendiri, tetapi juga
menurut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya.
Partisipasi masyarakat merupakan sesuatu yang harus ditumbuh kembangkan
dalam proses pembangunan, namun di dalam praktiknya, tidak selalu
diupayakan sungguh-sungguh. Di pihak lain, tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, menisyaratkan adanya
kepercayaan yang diberikan oleh “pemerintah” kepada masyarakatnya untuk
terlibat secara aktif di dalam proses pembangunan.30
Untuk mengetahui peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi, ada beberapa fungsi dan peranannya yaitu fungsi
lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat adalah sebagai fasilitator dan dinamisator bagi
pembangunan wilayah Kecamatan. Berikut peranan LPM di Kecamatan
Bukit Sundi:
1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Fasilitator
Peran LPM sebagai fasilitator di Kecamatan adalah memfasilitasi segala
aktivitas masyarakat mengenai program pembangunan yang direncanakan
30
Aprilia Theresia, Krisnha dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat, (2015), hlm. 206.
56
kemudian untuk dilaksanakan. Sebagai fasilitator LPM selain mengusulkan
pembangunan juga melakukan pendampingan terhadap perangkat-perangkat
Nagari. Peran LPM di Kecamatam memang terlihat sebagai fasilitator di
dalam upaya menyusun rencana pembangunan hal ini ditandai dengan
program LPM di dalam melakukan aktivitas rapat antara perangkat Nagari
yang mewakili warga masyarakat dengan pemerintah kecamatan.
2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebagai Dinamisator
Dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembangunan, LPM harus teliti dan
bijaksana dalam memantau kegiatan pembangunan dengan cara menempatkan
dirinya di tengah-tengah masyarakat untuk bisa mendorong masyarakat untuk
lebih berperan aktif dimasing-masing lingkungan.
a. LPM Melakukan Pemantauan dan Pengawasan terhadap kegiatan
Program Pembangunan
Peran masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan merupakan
keikutsertaan dari semua masyarakat dalam membantu berjalannya
pelaksanaan kegiatan LPM yang ditunjukkan dengan ikut bekerja maupun
memberikan swadaya dalam program yang telah dibuat oleh pemerintah yang
menjadi prioritas di Kecamatan Bukit Sundi sesuai kebutuhan masyarakat
demi kemajuan pembangunan di Kecamatan Buki Sundi.
Keberhasilan suatu pembangunan yang diinginkan oleh pemerintah adalah
terwujudnya program yang telah direncanakan dengan partisipasi secara
langsung oleh masyarakat baik dalam pelaksanaan maupun memberikan
57
bantuan tenaga, pikiran maupun materi yang bertujuan untuk menyukseskan
pembangunan yang dibutuhkan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi. Maka
dari itu LPM harus melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap
kegiatan pembangunan agar apa yang dilakukan masyarakat dapat terpantau
dengan baik. Maka agar mengetahui sejauh mana LPM melaksanakan
perannya maka dapat dilihat dari informasi yang disampaikan oleh tokoh
Masyarakat bahwa:
“LPM Kecamatan disini tidak melakukan pemantauan secara bertahap,
mereka hanya mengecek disaat awal berjalannya program pembangunan
dan setelah selesainya pelaksanaanya program pembangunan tersebut.
Setelah selesai proses semua itu sama sekali tidak ada. Maka perannya
tidak berjalan maksimal.”31
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa peran LPM tidak dilaksanakan
secara maksimal karena dilihat dari informasi dari tokoh masyarakat bahwa
pemantauan yang dilaksanakan hanya diawal dan diakhir penyelesaian
pembangunan saja setelah itu sama sekali tidak ada. Dari informasi di atas
maka selanjutnya dilakukan wawancara dengan salah satu Ketua LPM Nagari
yang dimana dalam pelaksanaan pemantauan pembangunan apakah benar
tidak dilakukan secara maksimal, maka dikemukakan oleh bapak ketua LPM
Nagari Kinari bahwa:
“Pembangunan fisik yang telah dibangun tidak berjalan dengan
semestinya. Sebagai ketua LPM Nagari saya belum pernah melihat anggota
ataupun ketua LPM Kecamatan melakukan pemantauan secara langsung jika
pembangunan tersebut sudah selesai.”32
31
Wawancara : Bapak Bagindo Malin Tokoh Masyarakat Nagari Kinari pada tanggal 13
juni 2019. 32
Wawancara : Ibuk Fatmitria Ketua LPM Nagari Kinari pada tanggal 14 juni 2019.
58
Kurang maksimlanya peranan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
di Kecamatan Bukit Sundi juga disebabkan karena kurang perhatiaannya
Pemerintah setempat tersebut terhadap Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) di Kecamatan Bukit Sundi. Hal ini terbukti sampai sekarang Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan tersebut kurang diperhatikan
oleh pemerintah setempat.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan Bukit Sundi yang mengatakan
bahwa:
“Organisasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Kecamatan
Bukit Sundi ini tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat, beberapa kali
kami melakukan pertemuan di kantor Camat yang katanya akan ikut serta
membantu namun pada kenyataannya tidak ada yang dilakukan, maka dari itu
peran kami sebagai LPM masih kurang maksimal.”33
Dari wawancara tersebut terlihat kurang nya perhatian dari pemerintah
setempat tentang keberadaan lembaga tersebut.
B. Upaya yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pembangunan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat
Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam sistem pemerintahan
nasional adalah menciptakan sumber daya masyarakat (SDM) yang bermutu,
untuk mengolah sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah, dalam hal ini
pelayanan pemerintah tidak semata-mata berada ditangan pemerintah sendiri
33
Wawancara : Bapak Zainal Manan Ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi pada
wawancara 12 juni 2019.
59
melainkan mengikut sertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota
masyarakat. Pelayan pemerintah ini sebagai hak masyarakat dalam
kewenangan pemerintah.
Kegiatan membangun masyarakat terkait erat dengan memberdayakan
masyarakat. Memberdayakan masyarakat bertujuan memerangi kemiskinan,
kesenjangan dan mendorong masyarakat menjadi lebih aktif serta penuh
inisiatif. Pemberdayaan masyarakat sendiri merupakan upaya untuk
memandirikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang
mereka miliki. Salah satu pengembangan potensi manusia dapat diwujudkan
melalui kegiatan pendidikan berbasis kemasyarakatan. Kegiatan ini
menekankan pentingnya memahami kebutuhan masyarakat dan cara
pemecahan permasalahan oleh masyarakat dengan memperhatikan potensi
yang ada dilingkungannya.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Bukit Sundi bertugas
dan bertanggung jawab serta berupaya untuk meningkatkan kualitas
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat di setiap Nagari yang ada di
Kecamatan Bukit Sundi. Sehubungan dengan itu, maka upaya peran Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat dalam memberdayakan masyarakat dalam
pembangunan di Kecamatan Bukit Sundi adalah :
Adapun alur dari Upaya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di
Kecamatan Bukit Sundi (LPM) dalam menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat sebagai berikut :
60
GAMBAR I
Alur LPM Kecamatan Bukit Sundi dalam Menampung
dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat
Berdasarkan Gambar I terlihat bahwa alur Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) di Kecamatan Bukit Sundi dalam menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat berawal dari adanya berbagai keluhan-
keluhan yang dialami oleh masyarakat sekitar, kemudian keluhan tersebut
dapat di adukan dilembaga kemasyarakatan, dalam hal ini Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan Bukit Sundi sebagai lembaga
yang dibentuk berdasarkan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5
Tahun 2007 sebagai mitra pemerintah daerah dalam menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat dibidang pembangunan.
Secara umum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan
Bukit Sundi dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
menyiapkan sarana seperti penyediaan:
1. Kotak saran
Dalam upaya mempermudah, menampung segala aspirasi, keluhan
maupun saran dari masyarakat, pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat
LPM
1. Kotak Saran
2. Kusioner
3. Rapat
Bagian Penguatan
Kelembagaan dan
Pemngembangan
Partisipasi
Musrembang
61
(LPM) Kecamatan Bukit Sundi menggunakan pola penyediaan kotak saran
atau pengaduan. Kotak saran merupakan tempat menampung surat berupa
usulan dan saran bagi masyarakat. Dengan adanya kotak saran diharapkan
agar masyarakat juga mau menyampaikan aspirasinya terhadap pelayanan dan
pembangunan di Kecamatan tersebut.
Langkah ini merupakan bentuk komitmen dari Lembaga untuk
menyukseskan program pembangunan di Kecamatan Bukit Sundi. Setiap
aspirasi masyarakat maupun keluhan dari warga masyarakat melalui kotak
saran tersebut akan ditampung oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) Kecamatan Bukit Sundi dan diperhatikan sebagaimana mestinya.
Meskipun kotak saran yang akan disediakan bersifat terbuka kepada
masyarakat secara luas, namun warga yang menyampaikan keluhan keluhan
maupun saran akan dirahasiakan identitasnya.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
dijawab dan dikerjakan oleh responden. Kuesioner ini digunakan untuk
mengetahui tanggapan responden terhadap pertanyaan yang diajukan. Dengan
adanya kuesioner responden mudah dalam memberikan jawaban, karena
jawaban telah tersedia akan membutuhkan waktu yang singkat dalam
menjawabnya.
Tujuan kuesioner yaitu untuk memperoleh data yang relevan sesuai
dengan yang akan dicapai. Kuesioner yang dibuat juga untuk memecahkan
masalah penelitian. Maka dari itu kuesioner yang dibuat harus menggunakan
62
bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat agar masyarakat mudah dalam
menjawab kuesioner yang diberikan. Dalam menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat dilakukan melalui cara membagikan kuesioner kepada
masyarakat setiap lingkungan dan kemudian masyarakat akan diberikan
arahan cara mengisi kuesioner yang diberikan.
3. Rapat
Salah satu bentuk menampung aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan Bukit Sundi dengan
mengadakan rapat bersama setiap Ketua LPM Nagari. Rapat adalah
pertemuan atau berkumpulnya minimal 2 orang lebih untuk membahas apa
yang dibutuhkan dan memutuskan suatu tujuan yang ingin dicapai.
Adapun cara yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
dalam menyampaikan aspirasinya yaitu melalui rapat yang dihadiri oleh
setiap ketua LPM Nagari atau Sekretaris LPM Nagari dimana masyarakat
menyampaikan keluhannnya kepada setiap LPM Nagari masing-masing.
Kemudian setiap Ketua LPM Nagari menyampaikan aspirasi masyarakat ke
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Kecamatan.
Jadwal yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) di Kecamatan untuk mengadakan rapat tidak jelas dan tidak menentu.
Sehingga saran dan keluhan yang disampaikan oleh masyarakat kepada Ketua
LPM Nagari masing-masing tidak jelas kapan akan disampaikan kepada
ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Kecamatan.
63
Hal ini berdasarkan hasil wawancara bersama salah Satu ketua LPM
Nagari yang ada di Kecamatan Bukit Sundi yaitu Nagari Parambahan yang
mengatakan bahwa:
“Tidak ada kepastian kapan jadwal rapat yang diumumkan oleh ketua
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), sehingga saran dan keluhan dari
masyarakat hanya sekedar ditampung dan belum tersalurkan”34
Hal ini juga dipertegas oleh Ketua LPM Nagari Kinari yang
mengatakan bahwa :
“Biasanya ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) tidak jelas
dalam mengadakan rapat. Namun, dalam tahun ini mengadakan rapat saat
mendekati jadwal Musrenbang. Jadi dalam tahun ini Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM), hanya mengadakan rapat satu kali dalam satu tahun.”35
Setelah melakukan rapat, kemudian pihak Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kcamatan (LPM) berkoordinasi ke Kecamatan tepatnya di Kasi
pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang kemudian akan dibahas
lanjut pada rapat musrenbang Kecamatan.
Hal ini dijelaskan dalam wawancara bersama ketua Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan yang mengatakan bahwa:
“Dalam menampung aspirasi masyarakat kami mengadakan rapat yang
diwakili setiap ketua LPM Nagari.”36
Hal ini juga dipertegas oleh salah satu ketua LPM Nagari Kinari yang
mengatakan bahwa :
“Setelah saya mendapat pengaduan atau saran dari masyarakat
mengenai masalah pembangunan yang ada di Nagari, kemudian saya
34
Wawancara : Bapak Yatrinaldi Ketua LPM Nagari Parambahan pada tanggal 13 juni
2019. 35
Wawancara : Ibuk Fatmitria Ketua LPM Nagari Kinari pada tanggal 14 juni 2019. 36
Wawancara : Bapak Zainal Manan Ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi pada tanggal
12 juni 2019.
64
menyampaikan kepada ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kecamatan (LPM) saat rapat.”37
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa masyarakat dalam
menyampaikan keluhan yang dialami mengenai masalah pembangunan di
Kecamatan Bukit Sundi, mereka mengadukan ke ketua LPM Nagari masing-
masing. Setelah adanya saran dan pengaduan dari masyarakat, ketua LPM
Nagari membawa hasil pengaduan dalam rapat yang dilakukan oleh Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan. Kemudian hasil dari rapat yang
dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan bersama
setiap ketua LPM Nagari, ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari.
Berkoordinasi ke Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan yang
dikoordinasikan kepada Bagian Penguatan kelembagaan dan Pengembangan
Partisipasi Masyarakat, dan kemudian akan di bahas lanjut pada rapat
musrenbang di Kecamatan.
C. Kendala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan
Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi
Sumatera Barat
Pembangunan perdesaan diupayakan melalui peningkatan
keberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan
dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat meliputi bidang ekonomi, sosial
budaya, politik dan lingkungan. Keberdayaan dan kemandirian tercermin
pada terpenuhinya sarana dan prasarana sosial dan ekonomi perdesaan, serta
37
Wawancara : Ibuk Fatrmitria Ketua LPM Nagari Kinari pada tanggal 14 juni 2019.
65
meningkatnya kegiatan ekonomi produktif masyarakat dan berperannya
lembaga sosial ekonomi masyarakat dalam penyediaan permodalan yang
ditujukan untuk mendukung peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat dan
kelembagaan sosial ekonomi masyarakat.
Dalam pemberdayaan masyarakat tidak semua akan berjalan dengan
lancar dan terwujud. Ada beberapa kendala dalam Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat banyak nya program-program yang tidak terealisasi dengan baik.
Disamping itu kurang nya perhatian dari pemerintah setempat, kurangnya
partisipasi dari masyarakat terhadap lembaga ini.
Wawancara dengan ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi:
“Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat membuat kami tidak
bersemangat dalam menjalankan lembaga ini. Selain itu dana yang diberikan
tidak sesuai dengan program yang dijalankan, sehingga program yang
dijalankan tidak sesuai dengan mestinya”38
Dari wawancara diatas dilihat bahwa untuk mendirikan sebuah
lembaga tersebut tidak hanya didukung oleh lembaga saja, tapi juga
pemerintah setempat dan masyarakat.
Kendala yang sering muncul adalah sulitnya untuk menitegrasikan
berbagai pemberdayaan itu dalam suatu program yang terpadu.
Pemberdayaan bukanlah program yang dapat dilaksanakan dalam jangka
waktu singkat atau bersifat temporer. Pemberdayaan harus dilasanakan secara
berkesinambungan dengan mengembangkan jenis-jenis kegiatan yang paling
38
Wawancara bapak Zainal Manan Ketua LPM Kecamatan Bukit Sundi pada tanggal 12
juni 2019.
66
tepat untuk komunitas. Program pemberdayaan yang kurang berhasil atau
gagal mencapai tujuan tentu disebabkan oleh berbagai kendala.
Ada beberapa kendala yang menjadi terhambatnya program
pemberdayaan yaitu:
1. Kurangnya hubungan antara pemerintah dengan Lembaga pemberdayaan
Sebuah lembaga akan menjadi lebih baik jika bekerjasama dengan
pemerintah setempat apalagi yang bersangkutan dengan kemajuan sebuah
masyarakat. Di Kecamatan Bukit Sundi terjadi kurang nya perhatian dari
pemerintah setempat tentang lembaga ini. Semenjak didirikan nya
lembaga ini, kurang nya kerjasama antara pemerintah kecamatan dengan
lembaga ini sehingga lembaga ini juga kurang bergerak untuk melakukan
pemberdayaan di Kecamatan Bukit Sundi.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terhambat
Jika suatu masyarakat kurang melakukan hubungan dengan
masyarakat luar, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
masyarakat tersebut menjadi lambat. Hal ini disebabkan mereka kurang
atau belum menerima informasi tentang kemajuan masyarakat lain.
Kurang nya ilmu pengetahuan dan teknologi sangat menghambat
terjadinya pemberdayaan ini. Seperti yang terlihat pada beberapa Nagari
di Kecamatan Bukit Sundi ini, mereka lebih suka menggunakan alat-alat
pertanian yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Kurang nya
motivasi mereka untuk menggunakan perubahan. Seperti mengangkat
padi, jalan sudah diperbaiki untuk mereka mengangkat padi dari sawah
67
kerumah menggunakan motor, tapi sebagian dari mereka menganggap itu
suatu hal yang negatif yang membuat beberapa dari mereka kehilangan
mata pencaharian.
3. Sikap masyarakat yang masih tradisional
Masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dan menganggap
tradisi tak dapat diubah secara mutlak, dapat mengakibatkan
terhambatnya perubahan sosial dalam masyarakat tersebut. Hal ini
disebabkan masyarakat tak bersedia menerima inovasi dari luar. Padahal,
inovasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
terjadinya perubahan yang diharapkan dalam suatu masyarakat.
4. Adat atau kebiasaan
Adat dan kebiasaan juga dapat menghambat terjadinya perubahan
dalam masyarakat. Unsur-unsur baru dianggap oleh sebagian masyarakat
dapat merusak adat atau kebiasaan yang dianut menjadi punah jika
mereka menerima unsur-unsur baru bahkan dapat merusak tatanan atau
kelembagaan sosial yang mereka bangun dalam masyarakatnya.
5. Penolakkan terhadap orang luar
Pekerja sosial atau pendamping sosial yang akan memfasilitasi
program pemberdayaan tentu akan mengalami kendala dan membutuhkan
waktu yang cukup lama sebelum ia dapat diterima dalam suatu
masyarakat. Disamping itu, rasa curiga dan terganggu ini menyebabkan
masyarakat enggan untuk berpatisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang
68
diselenggarakan oleh orang asing yang memfasilitasi pemberdayaan di
daerah mereka.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peran dari Lembaga Pemberdayaan Bukit Sundi Kabupaten Solok adalah:
a. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
Sebagai Pembina
b. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
Sebagai penyalur aspirasi masyarakat
c. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi
dalam meningkatkan aspirasi masyarakat.
2. Upaya yang dilakukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pembangunan Masyarakat di Kecamatan Bukit Sundi Kabupaten Solok
Provinsi Sumatera Barat adalah:
a. Kusioner
b. Kotak Saran
c. Rapat
3. Dalam pemberdayaan masyarakat tidak semua akan berjalan dengan lancar
dan terwujud. Ada beberapa kendala dalam Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat banyak nya program-program yang tidak terealisasi dengan
baik. Disamping itu kurang nya perhatian dari pemerintah setempat,
kurangnya partisipasi dari masyarakat terhadap lembaga ini. Selain itu juga
ada beberapa kendala yaitu : Kurangnya hubungan antara pemerintah
70
dengan Lembaga pemberdayaan, Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terhambat, Sikap masyarakat yang masih tradisional, Adat
atau kebiasaan , dan penolakan terhadap orang luar.
B. SARAN
1. Kepada Pemerintah yang ada pada Kecamatan Bukit Sundi untuk lebih
memperhatikan lagi lembaga pemberdayaan yang ada di Kecamatan
tersebut. Karena lembaga ini juga sangat membantu pemerintah dalam
membangun masyarakat yang maju.
2. Kepada Lembaga itu sendiri untuk lebih meningkatkan kualitas dalam
pemberdayaan masyarakat ini. Karna dalam aspek nya pemberdayaan
masyarakat ini sangat bagus.
71
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Amarudin, Metode Penelitian Sosial, 2016, Parama Ilmu: Yogyakarta.Hal 98.
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta:
Bumi Aksara,2013)
Mulyawan, Rahman, Masyarakat, Wilayah dan Pembangunan. UNPAD.2016
Una,Sayuti.Pedoman Penulisan Skripsi. Jambi;Syariah Press.2014
W.Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT.Gramedia,2007)
B. Internet
digilib.unila.ac.id
http://neglasaritangerang.blogspot.com/2012/11/pengertian-defenisi-dan-arti-
kecamatan.html
https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-lembaga.html
C. Undang-Undang
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan
Undang-undang no 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah. Pasal17
D. Lain-lain
Ita Ulumiyah,dkk. Peran Pemerintah Desa Dalam Mperdayakan Masyarakat
Desa. Jurnal Administrasi Publik (JAP),
Jurnal Administrasi Publik (JAP),
72
CURRICULUM VITAE
Nama : Popi Paramitha
Tempat/Tgl Lahir : Parambahan, 19 Oktober 1996
Email/Surel : [email protected]
Alamat : Perumahan Villa Wahana Asri Kel. Mayang Mangurai,
Kec. Alam barajo, Kota Jambi
Nama Ortu :
Ayah : Zainal Manan
Ibu : Ermiani
Pengalaman Organisasi :
1. Sanggar Tari Titian Teras Betanggo Batu LP2M UIN STS Jambi
Motto Hidup : Jalani hidup dengan banyak bersyukur
RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN PENDIDIKAN
2001 - 2003 Taman Kanak-kanak Harapan Bangsa Nagari Parambahan
2003 - 2009 Sekolah Dasar Negeri 05 Parambahan
2009 - 2012 Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Bukit Sundi
2012 - 2015 Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Bukit Sundi