Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020
Asri Wulandari
Gambaran Tingkat Kesepian Lanjut Usia Akibat Dampak Covid-19
Asri Wulandari1)
Atiek Murharyati2)
Dewi Suryandari3)
1)Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Sarjana
Universitas Kusuma Husada Surakarta [email protected]
2,3)Dosen Pengajar Universitas Kusuma Husada Surakarta
Abstrak
Pembatasan sosial berskala besar karena dampak pandemi covid-19 memberikan efek yang cukup luas pada masyarakat dalam menjalin hubungan sosial. Isolasi sosial yang cukup
lama dapat menyebabkan kebosanan dan kesepian kronis. Salah satu usia yang rentan
mengalami kesepian saat pandemi covid-19 adalah usia tua. Mengisolasi diri sendiri secara
tidak proporsional dapat memengaruhi tingkat kesepian lanjut usia yang pada umumnya hanya bergantung kepada keluarga dan teman dekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat kesepian lanjut usia akibat dampak covid-19 di Dukuh Blandongan
Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Teknik sampling menggunakan
Total Sampling. Jumlah sampel sebesar 32 responden. Uji analisa data menggunakan analisis
univariat.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dari 32 orang lanjut usia mayoritas dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (68,8%),
berusia 60 - 74 tahun sebanyak 23 orang (71,9%), dan berstatus memiliki pasangan sebanyak 22
orang (68,8%). Sebagian besar responden yang paling dominan memiliki tingkat kesepian rendah yaitu sejumlah 23 orang (71,9%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah karakteristik tingkat kesepian lanjut usia akibat
dampak covid-19 di Dukuh Blandongan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali berada pada kriteria rendah.
Kata Kunci : Tingkat kesepian, lanjut usia, Covid-19
Daftar Pustaka : 70 (2000-2020)
UNDERGRADUATE NURSING STUDY PROGRAM
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
UNIVERSITY OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020
Asri Wulandari
THE DESCRIPTION OF LONELINESS LEVELS IN THE ELDERLY AS A RESULT
OF THE COVID-19 EFFECT
Abstract
Large-scale social restrictions due to the Covid-19 pandemic have quite a broad effect
on people in establishing social relationships. Prolonged social isolation can lead to chronic boredom and loneliness. The age at risk of experiencing loneliness during the Covid-19
pandemic is elderly. Self-isolation can disproportionately affect the loneliness rate of older
people who depend on family and close friends. This study aims to determine the level of loneliness of the elderly due to the impact of COVID-19 in Blandongan Village, Karanggede
subdistrict of the Boyolali Regency.
This research used descriptive quantitative design. 32 respondents were selected by a
total sampling technique. The test data analysis adopted Univariate analysis. The result showed the characteristics of respondents based on the gender of 32 elderly
people. The majority of the female gender were 22 people (68.8%), aged 60-74 years were 23
people (71.9%), and 22 people have a partner (68.8%). Most of the respondents had a low level of loneliness by 23 people (71.9%).
This study concluded that the characteristics of the loneliness level of the elderly as a
result of COVID-19 at Blandongan Village are low criteria.
Keywords: Level of loneliness, elderly, Covid-19
Bibliography: 70 (2000-2020)
PENDAHULUAN
Coronavirus adalah suatu kelompok
virus yang dapat menyebabkan penyakit
pada hewan atau manusia. Beberapa jenis
coronavirus diketahui menyebabkan infeksi
saluran nafas pada manusia mulai dari
batuk pilek hingga yang lebih serius seperti
Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru
yang ditemukan menyebabkan penyakit
Covid-19. Penyakit Covid-19 adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh
coronavirus yang baru ditemukan (WHO,
2020). Virus penyebab Covid-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2 (Isbaniah dkk.,
2020). Covid-19 dapat menimbulkan gejala
ringan, sedang atau berat. Gejala klinis
utama yang muncul yaitu demam (suhu
>38ᵒC), batuk, kesulitan bernapas dan yang
lebih serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) (PDPI,
2020).
Virus baru dan penyakit yang
disebabkannya ini tidak dikenal sebelum
mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok,
bulan Desember 2019. Covid-19 ini
sekarang menjadi sebuah pandemi yang
terjadi di banyak negara di seluruh dunia
(WHO, 2020). Hingga tanggal 29 Maret
2020, terdapat 634.835 kasus dan 33.106
jumlah kematian di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia sudah ditetapkan
1.528 kasus dengan positif Covid-19 dan
136 kasus kematian (Susilo Adityo dkk.,
2020).
Selain meningkatnya angka kasus
dan kematian, pandemi ini juga berdampak
pada kondisi sosial-ekonomi, politik dan
psiko-sosial. Miliaran orang dikarantina di
rumah mereka sendiri dan sebagian negara
telah melakukan lockdown untuk
menerapkan pembatasan sosial sebagai
ukuran untuk menahan penyebaran infeksi.
Isolasi sosial ini menyebabkan kesepian
kronis dan kebosanan, yang jika cukup
lama bisa merugikan kesejahteraan fisik
dan mental (Banerjee D & Rai M., 2020).
Kesepian adalah akibat dari kekurang
mampuan individu mengadakan hubungan
sosial, merupakan pengalaman yang
subjektif, tidak menyenangkan dan
tertekan (Peplau dan Perlman dalam
Endang & Nailul, 2010). Menurut NHS
Scotland (2018), kesepian dapat
memengaruhi semua anggota masyarakat.
Orang yang lebih tua bisa lebih rentan
untuk kesepian bersama lingkaran sosial
yang menurun, kesehatan yang memburuk,
kematian pasangan dan teman (Victor,
2012).
Bersamaan dengan pembatasan sosial
Covid-19 saat ini, dampak dari layanan
perawatan sosial terganggu, wacana usia,
dan mendevaluasi orang tua yang
berkontribusi pada perasaan tidak berharga,
menjadi beban, orang tua menjadi sangat
rentan (Brooke, 2020). Mengisolasi diri
sendiri secara tidak proporsional akan
memengaruhi lansia yang hanya melakukan
kontak sosial di luar rumah, seperti belanja,
pergi ke tempat penitipan anak dan pusat
komunitas serta pergi ke tempat ibadah.
Mereka yang tidak memiliki keluarga atau
teman dekat, dan bergantung pada
dukungan layanan sukarela atau perawatan
sosial, yang sebelumnya sudah merasakan
kesepian, terisolasi, atau terpencil,
menghadapi hambatan lebih lanjut karena
pembatasan kontak sosial (Armitage R &
Laura B.N, 2020). Hal ini secara tidak
langsung memberikan gambaran bahwa
pembatasan kontak sosial karena pandemi
Covid-19 dapat mempengaruhi tingkat
kesepian lanjut usia.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang telah dilakukan penulis pada tanggal
27 Juni 2020 di Dukuh Blandongan, Desa
Sranten, Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali, jumlah lanjut usia yang ada
disana pada bulan April 2020 sebanyak 32
jiwa.
Hasil wawancara dengan 3 lanjut
usia, didapatkan 2 lanjut usia mengatakan
sering merasa sendirian, tidak memiliki
teman, pada 1 lanjut usia lainnya
mengatakan tidak banyak orang yang bisa
diajak bercerita. Sering merasa sendirian,
tidak memiliki teman, dan merasa tidak ada
yang bisa diajak mengobrol merupakan
unsur kesepian. Tindakan yang sering
dilakukan lanjut usia untuk mengatasi
kesepian sebelum masa pandemi yaitu pergi
ke tempat ibadah, posyandu lansia dan
mengikuti senam setiap hari minggu,
namun saat pandemi ini kegiatan tersebut
ditiadakan. Dari uraian wawancara tersebut,
penulis tertarik untuk mengambil judul
“Gambaran Tingkat Kesepian Lanjut Usia
Akibat Dampak Covid-19 Di Dukuh
Blandongan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran tingkat kesepian
lanjut usia akibat dampak covid-19.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Dukuh
Blandongan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali pada bulan Juli 2020.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,
dengan menggunakan rancangan deskriptif
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah lanjut usia di Dukuh Blandongan
Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali yaitu 32 lanjut usia. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah total sampling. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 32 responden.
Instrumen pada penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner UCLA
Loneliness Scale version 3 disusun oleh
Rusell (1996) dan telah diterjemahkan serta
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas
oleh Pambudi et al, (2015).
Analisa univariat pada penelitian ini
digunakan untuk mendeskripsi kan
gambaran tingkat kesepian lanjut usia
akibat dampak covid-19.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
(%)
Laki-laki 10 31,3
Perempuan 22 68,8
Total 32 100
Responden dengan karakteristik jenis
kelamin dari hasil penelitian ini
menunjukkan mayoritas berjenis kelamin
perempuan sebanyak 22 responden
(68,8%), dan sisanya berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 10 responden (31,3%).
Hal itu menunjukkan bahwa lanjut
usia yang menjadi sampel dalam penelitian
ini perempuan lebih banyak mengalami
kesepian. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Hoeksema dan Rusting (2000)
yang menyatakan bahwa wanita lebih
bersedia untuk mengeksplorasi, mengakui,
dan melaporkan perasaan seperti kesepian.
Latar belakang jenis kelamin perlu
ditambahkan sebagai salah satu kategori
penting dalam organisasi sosial seseorang,
karena proses sosialisasi berbeda secara
signifikan antara jenis kelamin dan dengan
demikian mempengaruhi kesepian pria dan
wanita (Nicolaisen & Thirsen, 2014).
Meskipun demikian, dalam tinjauan
literatur menunjukkan bahwa hubungan
antara kesepian dan gender tidak
meyakinkan. Diharapkan bahwa wanita,
pada tingkat yang lebih besar daripada pria,
akan melaporkan bahwa mereka kesepian
(Victor & Yang, 2012).
Berdasarkan uraian diatas peneliti
berpendapat bahwa baik lanjut usia berjenis
kelamin perempuan atau laki-laki pada
dasarnya dapat mengalami kesepian. Hanya
saja dalam mengeksplorasi kesepian,
perempuan cenderung lebih berani
mengungkapkan perasaan kesepiannya
kepada orang lain serta lebih mampu dalam
mencari solusi untuk mengtasi rasa
kesepiannya.
Tabel 2 Karakteristik Frekuensi
Berdasarkan Umur
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan diketahui karakteristik responden
berdasarkan umur paling banyak pada
rentang usia 60 - 74 tahun dengan frekuensi
23 orang (71,9%), rentang umur 75 - 90
tahun dengan frekuensi 8 orang (25,0%)
dan 90 tahun keatas dengan frekuensi 1
orang (3,1%). Responden lanjut usia di
Dukuh Blandongan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali mayoritasnya berumur
60 - 74 tahun. Seseorang dikatakan lanjut
usia adalah apabila berusia 60 tahun
atau lebih, karena faktor tertentu
sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani, rohani dan sosial (Nugroho,
2012).
Umur Frekuensi Persentase
(%)
60 - 74 tahun 23 71,9
75 - 90 tahun 8 25,0
90 tahun keatas 1 3,1
Total 32 100
Usia tua dan kesepian merupakan
gambaran yang umum pada lanjut usia. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Yang Fang, Junan & Jianping
(2018), dimana dalam penelitian tersebut
mengungkapkan rata-rata tingkat kesepian
lebih tinggi pada orang tua dibandingkan
pada orang yang lebih muda. Orang tua
mengalami lebih banyak keterbatasan fisik
dan lebih banyak kehilangan sosial, dan
harapan mereka untuk kontak sosial
mungkin sulit dipenuhi, sehingga mereka
mengalami kesepian yang lebih tinggi
daripada rekan-rekan mereka yang muda.
Kesepian di kalangan lanjut usia, pada
gilirannya, sering muncul karena
kehilangan orang dalam jaringan sosialnya
(sebagai akibat dari pensiun atau duka),
hidup sendiri, atau berkurangnya mobilitas
terkait dengan kondisi kesehatan (Victor,
Scambler, Bowling, & Bond, 2005).
Kesepian sangat terkait dengan
kesehatan yang buruk. Kesepian meningkat
dengan berkurangnya fungsi kognitif,
aktivitas sosial berkurang, dan keterbatasan
fisik yang lebih tinggi. Orang tua dengan
stres kronis, penyakit kronis, dan gangguan
penglihatan juga lebih mungkin merasa
kesepian dibandingkan dengan mereka yang
tidak memiliki kondisi ini (Jane Teh, Nai &
Sor, 2014). Menurut Arlantas Hulya et al,
(2014) dalam jurnal yang berjudul
“Loneliness in Elderly People, Associated
Factors and Its Correla-tion with Quality of
Life: A Field Study from Western Turkey”
menjelaskan ketika orang memasuki masa
usia tua, mereka mungkin mengalami
masalah dan cacat khusus usia seperti
kemunduran dalam kesehatan kognitif dan
fisik, memimpin peran yang kurang
produktif dan mengalami perubahan status
sosial, penurunan dukungan interpersonal
dan hilangnya kesehatan dan proses ini
dapat membawa kesepian. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan
pada lanjut usia di Dukuh Blandongan,
dimana lanjut usia mengatakan bahwa
kadang tidak ada teman untuk mengobrol
dan jarang ada yang mengerti yang
dirasakan lanjut usia tersebut.
Dari uraian diatas peneliti
berpendapat bahwa usia menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat
kesepian.
Tabel 3 Karakteristik Responden
Berdasarkan Status Pasangan
Status Pasangan Frekuensi Persentase
(%)
Memiliki pasangan 22 68,8
Tidak memilki
pasangan
- Janda
- Duda
10
0
31,3
0,0 Total 32 100
Berdasarkan status pasangan
menunjukkan responden memiliki pasangan
sebanyak 22 (68,8%), janda sebanyak 10
responden (31,3%) dan duda sebanyak 0
(0,0%), sehingga mayoritas responden
berstatus memiliki pasangan sebanyak 22
responden (68,8%).
Jaringan dan pernikahan yang
mendukung dapat membantu menjaga
kesejahteraan sosial dengan mengurangi
kesepian. Orang yang sudah menikah
cenderung lebih terlindungi dari kesepian
(Allen, Blieszner, & Roberto, 2000;
Dykstra & de Jong Gierveld, 2004), dan
hanya ada sedikit penelitian yang berfokus
pada kesepian di antara orang yang
menikah.
Walau demikian, menurut Arslantas
Hulya et al, (2015), pernikahan bukanlah
jaminan bahwa orang tidak akan kesepian.
Kesepian dialami secara subyektif dan
mungkin terjadi akibat ketidakpuasan dalam
hubungan antarmanusia dan hubungan
dekat atau kebutuhan sosial yang tidak
terpenuhi. Menurut Septianingsih &
Na’imah (2016), individu yang menikah
tidak menjamin individu itu tidak kesepian.
Individu memerlukan dukungan sosial dan
emosinal yang mampu membuatnya merasa
aman. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nuryani & Supradewi
(2017), yang menunjukkan adanya tingkat
kesepian yang rendah pada lanjut usia yang
mendapatkan dukungan sosial dari berbagai
sumber seperti pasangan, orang-orang yang
sudah dianggap keluarga, individu yang
lebih muda dan tua, baik pria dan juga
wanita.
Dari uraian diatas peneliti
berpendapat bahwa status pasangan bukan
jaminan bahwa seseorang tidak akan
mengalami kesepian. Hal ini dapat
bergantung kepada hubungan yang
memuaskan antara pasangan serta
dukungan emosional yang diberikan.
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
Tingkat Kesepian Lanjut Usia
Pada penelitian ini didapatkan hasil
reponden yang tidak mengalami kesepian
21,9%, kesepian rendah 71,9%, kesepian
sedang 6,3%, dan kesepian berat 0.0%.
Hasil penelitian di Dukuh
Blandongan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali, menyimpulkan bahwa
banyak lanjut usia yang mengalami
kesepian rendah. Berdasarkan hasil
wawancara pada saat pengisian kuesioner
didapatkan hasil bahwa sebagian besar
lanjut usia mengatakan kadang-kadang
merasa tidak cocok dengan orang-orang
disekitar, kadang merasa tidak dekat dengan
orang lain, kadang tidak ada teman
mengobrol dan kadang merasa hobi dan ide
tidak sama dengan orang-orang disekitar
Berdasarkan hasil penelitian yang
sudah di lakukan peneliti, responden paling
banyak berusia 60 – 74 tahun, dan
responden yang tingkat kesepian rendah
dan sedang paling banyak berjenis kelamin
perempuan. Hal ini dikarenakan wanita
lebih bersedia untuk mengeksplorasi,
mengakui, dan melaporkan perasaan seperti
kesepian (Nolen Hoeksema dan Rusting,
2000).
Tingkat Kesepian Frekuensi Persentase
(%)
Tidak kesepian 7 21,9
Kesepian rendah 23 71,9
Kesepian sedang 2 6,3
Total 32 100
Tingkat kesepian yang dialami rata-
rata lanjut usia di Dukuh Blandongan dalam
kategori rendah. Hal ini karena jumlah
responden yang masih berstatus memiliki
pasangan lebih banyak dibandingkan lansia
yang bersatus janda sehingga masih ada
pasangan yang dapat memberikan
dukungan sosial pada lansia. Arslan et al
(2002), menjelaskan bahwa dukungan
sosial merupakan prediktor bagi munculnya
kesepian. Individu yang memperoleh
dukungan sosial terbatas lebih berpeluang
mengalami kesepian, sementara individu
yang memperoleh dukungan sosial yang
baik, tidak terlalu merasa kesepian. Dalam
hal ini penelitian yang dilakukan oleh
Hayati (2010) menyebutkan bahwa ada
pengaruh signifikan dukungan kesepian
terhadap kesepian pada lanjut usia.
Lanjut usia yang mempunyai
pasangan memperoleh dukungan keluarga
yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak
mempunyai pasangan. Hal tersebut
disebabkan lanjut usia yang memiliki
pasangan cenderung tidak mengalami
kesepian dari pada lanjut usia yang tidak
memiliki pasangan (Ikasi, Jumaini &
Oswati, 2014). Dukungan (dari pasangan)
merupakan prediktor bagi munculnya
kesepian, dimana individu yang
memperoleh dukungan keluarga terbatas
lebih berpeluang mengalami kesepian,
sementara individu yang memperoleh
dukungan keluarga yang baik, tidak
mengalami kesepian (Gunarsa, 2004). Hal
ini sesuai dengan penelitian Nuryani &
Supradewi (2017), yang menunjukkan
adanya tingkat kesepian yang rendah pada
lanjut usia yang mendapatkan dukungan
dari berbagai sumber seperti pasangan,
orang-orang yang sudah dianggap keluarga,
individu yang lebih muda dan tua, baik pria
dan juga wanita. Niven (2002) menyatakan
bahwa derajat dimana seseorang terisolasi
dari pendampingan orang lain dan isolasi
sosial, secara negatif berhubungan dengan
emosional. Bentuk dukungan sosial
membuat individu memiliki perasaan
nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai
oleh sumber dukungan emosional sehingga
individu dapat menghadapi keadaan yang
dianggap tidak dapat dikontrol dan dapat
menghindari kesepian.
Dalam mengatasi kesepian terutama
saat pemberlakuan jarak sosial akibat
covid-19, usaha-usaha yang sering
dilakukan oleh lanjut usia di Dukuh
Blandongan adalah melakukan kesibukan
seperti menyapu dan membersihkan rumah,
pergi berjalan jalan di sekitar desa,
beribadah, dan menjalin hubungan dengan
pasangan maupun anggota keluarga yang
tinggal serumah. Karena dampak covid-19,
beberapa keluarga dekat dan anak yang
tinggal di perantauan tidak dapat pulang,
oleh karena itu untuk menjaga keakraban
biasanya mereka sering menghubungi para
lanjut usia via telefon. Komunikasi digital
perlu dijaga dengan orang yang mereka
sayangi karena menjalin hubungan sosial
sangat penting. Protokol serupa juga
diterapkan di China selama tahap pertama
wabah dan telah terbukti meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat disana
(Duan & Zhu, 2020). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Weger M.
dan Morley Je (2020), dimana para
pekerja sosial memfasilitasi lanjut usia
selama masa pandemi dengan telepon
harian, layanan pengiriman ke rumah,
kunjungan perawatan kesehatan virtual dan
telepon, dan pendidikan pencegahan serta
update berita menjadi bagian dari sosial
praktek kerja sehingga mampu mengurangi
rasa kesepian pada lanjut usia selama
pandemi. Integrasi sosial merupakan aspek
penting lainnya, di mana keterlibatan orang-
orang terkait dalam kehidupan penting.
Merawat pembantu rumah tangga,
pedagang, petugas keamanan dan lain-lain.
Atau bahkan bertukar salam sederhana
dengan tetangga atau orang asing dapat
memberikan perasaan bahwa “kita semua
bersama-sama” (Banerjee Debanjan & Rai
Mayank, 2020).
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini memberian saran bagi
peneliti selanjutnya sebaiknya diharapan
bisa melakukan penelitian tingkat kesepian
dengan mengambil responden lain seperti
anak-anak dan remaja, serta dapat
menambahkan beberapa karakteristik
responden seperti anggota keluarga yang
tinggal serumah dan status pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Jenis kelamin responden paling banyak
adalah perempuan (68,8%), responden
yang paling banyak berumur 60 - 74
tahun (71,9%), dan status pasangan
responden yang paling banyak adalah
memiliki pasangan (68,8%).
2. Lanjut usia di Dukuh Blandongan
Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali yang tidak mengalami
kesepian sebanyak 7 orang (21,9%),
kesepian rendah 23 orang (71,9%), dan
kesepian sedang ada 2 orang (6,3%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
lanjut usia di Dukuh Blandongan
Kecamatan Karanggede Kabupaten
Boyolali paling banyak mengalami
kesepian rendah.
3. Gambaran tingkat kesepian Lanjut usia
akibat dampak covid 19 di Dukuh
Blandongan Kecamatan Karanggede
Kabupaten Boyolali adalah rendah, hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan, dimana 23 orang dari
keseluruhan responden yang berjumlah
32 orang, mengalami kesepian rendah.
Hal ini dapat dikarenakan responden
yang dapat tetap menjalin hubungan
sosial maupun emosional dengan
pasangan atau anggota keluarga yang
tinggal serumah ataupun melalui media
digital seperti telefon untuk
berhubungan dengan keluarga yang
tinggal jauh dari responden.
DAFTAR PUSTAKA
Aartsen, M. & Jylhä, M. 2011. Onset of
Loneliness in Older Adult:
Result of A 28 Years
Prospective Study. Eur J Ageing.
Vol.8, hh: 31 – 38. Diakses pada
3 Juli 2020, dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pm
c/articles/PMC3047676/
Allen, K. R., Blieszner, R., & Roberto,
K. A. 2000. Families in the
middle and later years: A review
of research in the 1990s . Journal
of Marriage and the Family.
Vol.62, hh: 911 – 926. and
ageism J Clin Nurs (open
access). Diakses pada 29 Juli
2020, dari
https://onlinelibrary.wiley.com/d
oi/abs/10.1111/j.1741-3737.2000.00911.x
Armitage R & Laura B.N. 2020.
COVID-19 and the
consequences of isolating the
elderly. Diakses pada 20 Juli
2020, dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7104160/
Arslantas Hulya et al. 2015. Loneliness
in Elderly People, Associated
Factors and Its Correla-tion with
Quality of Life: A Field Study
from Western Turkey. Diakses
pada 20 Juli 2020, dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4450013/
Banerjee D & Mayank R. 2020. Social
isolation in Covid-19: The
impact of loneliness.
International Journal of Social
Psychiatry. Diakses pada 29 Juli
2020, dari
https://journals.sagepub.com/doi
/full/10.1177/0020764020922269
Brooke, J and Jackson, D. 2020. Older
people and COVID-19:
Isolation, risk. J Clin Nurs.
Vol.29, hh: 13-14. Diakses pada
26 Juli 2020, dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32239784/
Duan & Zhu. 2020. Psychological
interventions for people affected
by the COVID-19 epidemic.
Diakses pada 4 Agustus 2020,
dari
https://www.thelancet.com/journ
als/lanpsy/article/PIIS2215-
0366(20)30073-0/fulltext
Endang, S.I & Nailul, S. 2010.
Penyesuaian Sosial dan Tingkat
Kesepian Mahasiswa Tahun
Pertama Fakultas Psikologi
UNDIP. Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro. Diakses
pada 4 Agustus 2020, dari http://eprints.undip.ac.id/38769/
Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi
Praktis Anak, Remaja dan
Keluarga,. Cetakan. 7. Jakarta :
PT. Gunung Mulia.
Hayati, S. 2010. Pengaruh dukungan
sosial terhadap kesepian pada
lansia. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Diakses pada 29 Juli 2020, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstre
am/123456789/14512/1/10E00077.pdf
Ikasi A, Jumaini & Oswati. 2014.
Hubungan Dukungan Keluarga
terhadap Kesepian (Lonelinnes)
pada Lansia. Diakses pada 23
Juli 2020, dari
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/3376
Isbaniah et al. 2020. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Diseases (COVID-
19). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Jane Teh, Nai & Sor. 2014. Family
Support and Loneliness among
Older Persons in Multiethnic
Malaysia. Diakses pada 26 Juli
2020, dari
https://www.hindawi.com/journals/tswj/2014/654382/
NHS Health Scotland. 2018. Social
isolation and lonelinessin
Scotland: A Review Of
Prevalence And Trends. Diakses
pada 8 Juli 2020, dari
http://www.healthscotland.scot/p
ublications/social-isolation-and-
loneliness-in-scotland-a-review-of-prevalance-and-trends
Nicolaisen & Thirsen. 2014. Who Are
Lonely? Loneliness in Different
Age Groups (18-81 Years Old),
Using Two Measures of
Loneliness. The International
Journal of Aging and Human
Development (Int J Aging Hum
Dev). hh: 229-57. Diakses pada
8 Juli 2020, dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25265679/
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan,
Edisi 2, 192-198. Penerbit EGC,
Jakarta. Diterjemahkan oleh
Agung Waluyo.
Nolen-Hoeksema dan Rusting. 2000.
The role of rumination in
depressive disorders and mixed
anxiety/depressive symptoms.
Journal of Abnormal
Psychology. Vol.109, hh: 504–
511. Diakses pada 8 Juli 2020,
dari
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/
11016119/
Nugroho. 2012. Keperawatan gerontik & geriatrik, edisi 3. Jakarta: EGC
Nuryani, & Supradewi, R. 2017.
Dukungan Sosial dan Rasa
Memiliki terhadap Kesepian
pada Mahasiswa Perantau
Semester Awal di Universitas
Diponegoro. 12 (2), 35-42.
Diakses pada 2 Agustus 2020,
dari
http://jurnal.unissula.ac.id/index
.php/proyeksi/article/view/2818
Pambudi et al. 2015. Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi
(TAKS) terhadap Kemampuan
Interaksi Sosial pada Lansia
dengan Kesepian di Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (PSLU)
Jember. Pustaka Kesehatan,
[S.l.]. Vol.5, no.2, hh: 253 – 259.
Diakses pada 15 Agustus 2020,
dari
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/5774
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
2020. Panduan Praktik Klinis:
Pneumonia 2019-nCoV. PDPI:
Jakarta
Septianingsih, D. S., & Naimah, T.
2012. Kesepian pada lanjut usia:
Studi tentang bentuk, faktor
pencetus dan strategi koping.
Jurnal Psikologi, hh: 6-7.
Diakses pada 2 Agustus 2020,
dari
https://ejournal.undip.ac.id/inde
x.php/psikologi/article/view/669
7
Susilo Adityo. 2019. Coronavirus
Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Diakses pada 24 Juli
2020, dari
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.
id/index.php/jpdi/article/view/415
Victor, C. R., & Bowling, A. 2012. A
longitudinal analysis of
loneliness among older people in
Great Britain. The Journal of
Psychology: Interdisciplinary
and Applied. Vol.146, no.3, hh:
313–331. Diakses pada 24 Juli
2020, dari
https://www.tandfonline.com/doi
/abs/10.1080/00223980.2011.609572
Victor, C. R., & Yang, K. 2012. The
Prevalence of Loneliness
Among Adults: A Case Study of
the United Kingdom. The
Journal of Psychology
Interdisciplinary and Applied.
Vol.146, no.1, hh: 85-104.
Diakses pada 26 Juli 2020, dari
https://www.tandfonline.com/doi
/abs/10.1080/00223980.2011.613875
Victor, C. R., Scambler, S. J., Bowling,
A., & Bond, J. 2005. The
prevalence of, and risk factors
for, loneliness in later life: A
survey of older people in Great
Britain. Ageing & Society.
Vol.25, no.3, hh: 357–375.
https://discovery.ucl.ac.uk/id/epr
int/1639/
Weger M, J.E Morley. 2020. Loneliness
And Social Isolation In Older
Adults During The Covid-19
Pandemic: Implications For
Gerontological Social Work.
Diakses pada 2 Agustus 2020,
dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pm
c/articles/PMC7156792/
WHO. 2020. WHO Director-General’s
remarks at the media briefing on
2019-nCov on 11 February
2020. Cited Feb 13rd
2020. Diakses pada 3 Juli 2020,
dari
https://www.who.int/dg/speeches
/detail/who-director-generals-
remarks-at-the-media-briefing-
on-2019-ncov-on-11-february-
2020.
Yang Fang, Junan & Jianping. 2018.
Correlates of loneliness in older
adults in Shanghai, China: does
age matter?. Diakses pada 24
Juli 2020, dari
https://bmcgeriatr.biomedcentra
l.com/articles/10.1186/s12877-018-0994-x