20
I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan, kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal diperlukan suatu sistem manajemen Puskesmas yang tepat. Salah satu fungsi penting dari manajemen puskesmas adalah fungsi perencanaan yang merupakan langkah awal dari proses manajemen disamping fungsi lainnya seperti pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan lain-lain. Perencanaan merupakan penentuan dari suatu tindakan yang akan dilaksanakan, tanpa perencanaan maka tidak ada sesuatu yang diorganisir, digerakkan dan diawasi. Dengan demikian perencanaan merupakan suatu keharusan yang penting dalam suatu sistem manajemen modern sehingga dapat diwujudkan Puskesmas Sehat. Sesuai dengan tugas dan fungsi pokok Puskesmas, maka Puskesmas Papasuka melakukan 3 (tiga) fungsi pokok pelayanan yaitu melaksanakan dan mengembangkan upaya kesehatan dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, mengurangi penderita sakit dan membina masyarakat di wilayah kerja untuk berperan serta aktif dan diharapkan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Dalam tugasnya, wilayah kerja Puskesmas Papasuka mencakup Desa Sukamama. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, angka kejadian tifus abdominalis di desa Sukamama meningkat setiap tahunnya dari tahun 2006-2009. Bertolak dari prinsip pelayanan kesehatan yang meliputi Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif, maka salah satu langkah pendekatan Puskesmas Papasuka untuk menurunkan angka kejadian tersebut adalah dengan melakukan Promosi Kesehatan di Desa Sukamama yang bertujuan . Promosi Kesehatan akan dilakukan secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat memberikan manfaat yang sejalan dengan strategi yang dikembangkan Dinas Kesehatan Kabupaten Tak Bernama. 1

Promosi Kesehatan Desa 11

Embed Size (px)

Citation preview

I. PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan, kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal diperlukan suatu

sistem manajemen Puskesmas yang tepat. Salah satu fungsi penting dari manajemen

puskesmas adalah fungsi perencanaan yang merupakan langkah awal dari proses manajemen

disamping fungsi lainnya seperti pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan lain-lain.

Perencanaan merupakan penentuan dari suatu tindakan yang akan dilaksanakan, tanpa

perencanaan maka tidak ada sesuatu yang diorganisir, digerakkan dan diawasi. Dengan

demikian perencanaan merupakan suatu keharusan yang penting dalam suatu sistem

manajemen modern sehingga dapat diwujudkan Puskesmas Sehat.

Sesuai dengan tugas dan fungsi pokok Puskesmas, maka Puskesmas Papasuka

melakukan 3 (tiga) fungsi pokok pelayanan yaitu melaksanakan dan mengembangkan upaya

kesehatan dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, mengurangi penderita

sakit dan membina masyarakat di wilayah kerja untuk berperan serta aktif dan diharapkan

mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan. Dalam tugasnya, wilayah kerja Puskesmas

Papasuka mencakup Desa Sukamama.

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, angka kejadian tifus abdominalis di desa

Sukamama meningkat setiap tahunnya dari tahun 2006-2009. Bertolak dari prinsip pelayanan

kesehatan yang meliputi Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif, maka salah satu

langkah pendekatan Puskesmas Papasuka untuk menurunkan angka kejadian tersebut adalah

dengan melakukan Promosi Kesehatan di Desa Sukamama yang bertujuan . Promosi

Kesehatan akan dilakukan secara bertahap, terencana, konsisten dan berkelanjutan sehingga

dapat memberikan manfaat yang sejalan dengan strategi yang dikembangkan Dinas

Kesehatan Kabupaten Tak Bernama.

II. KEADAAN SOSIODEMOGRAFI

Desa Sukamama terdapat pada Kabupaten Tak Bernama Provinsi Sumatera Selatan.

Desa ini memiliki luas wilayah 10.000 m2 dengan jumlah penduudk 42.800 jiwa. Sekitar +

20 meter dari pemukiman penduduk, terdapat sungai Nil yang menjadi tumpuan kehidupan

sehari-hari msayarakat desa Sukamama

1

Distribusi penduduk di desa Sukamama berdasarkan usia yang terbanyak berada pada

kelompok 20-45 tahun (50%), sedangkan kelompok usia <20 tahun dan >40 tahun masing-masing

sebesar 20% dan 30%.

Gambar 1. Distribusi Penduduk Desa Sukamama Berdasarkan Usia

Desa Sukamama memiliki 2 sekolah dasar negeri (SD negeri), dan 1 buah SLTP. Menurut

tingkat pendidikannya, penduduk di wilayah C terbagi dalam: 23% tidak dan belum pernah tamat

Sekolah Dasar (SD), 49% tamat SD, 20% tamat Sekolah Menengah Pertama (SMTP), 8% tamat

Sekolah Menengah Atas (SMA).

Gambar 2. Distribusi Penduduk Desa Sukamama Berdasarkan Tingkat Pendidikan

2

Pekerjaan penduduk di wilayah C terbanyak adalah sebagai nelayan (40%). Kemudian

berturut-turut tidak bekerja (18%), pedagang (15%), buruh (12%), petani (9%) dan PNS (6%). Hal ini

berpengaruh pada pendapatan perkapita yang di bawah rata-rata dan keadaan sosio ekonomi yang

rendah.

Gambar 3. Distribusi Penduduk Desa Sukamama Berdasarkan Pekerjaan

Perumahan warga berupa rumah panggung yang memiliki fasilitas MCK yang kurang baik, sanitasi kurang baik, dan dalam keseharian warga menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam bidang penerangan daerah ini sudah terdapat fasilitas listrik

3

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan di Desa Sukamama, terdapat satu Puskesmas bernama Puskesmas Papasuka. Selain itu juga terdapat praktek bidan dan mantri. Setelah diteliti pada tahun 2009, didapatlah angka kejadian tifus abdominalis sebesar 14 %. Angka kejadian ini meningkat setiap tahunnya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Tingginya angka kejadian tifus abdominalis ini berhubungan dengan karakteristik sosiodemografi masyarakat yang telah diuraikan sebelumnya.

Gambar 5. Angka Kejadian Tifus Abdominalis di Desa Sukamama

III. PERMASALAHAN

III.1 Diagnosis sosial

- Kurangnya kesadaran akan kebersihan pribadi dan lingkungan

- Kurang pengetahuan tentang hidup bersih

- Kurangnya fasilitas air bersih

- Sosial ekonomi masyarakat yang rendah

- Fasilitas MCK yang tidak memadai

- Sering terjadi banjir

- Pengangguran

4

Gambar 4. Aktivitas Sehari-Hari Penduduk Desa Sukamama

III.2 Diagnosis Epidemiologi

- Tifus abdominalis

III.3 Diagnosis Tingkah Laku, Gaya Hidup, serta Pengaruh Lingkungan

- Kegiatan MCK dilakukan di sungai

- Mencuci bahan makanan, alat masak, alat makan dan alat minum di sungai

- Memasak makanan dan minuman dengan meggunakan air sungai

- Anak- anak suka jajan sembarangan dan belum bisa cebok dengan benar

III.4 Dignosis Pendidikan dan Organisasi

- Pendidikan rendah

- Pengetahuan tentang hiudp bersih yang kurang

- Kurangnya kesadaran akan kebersihan diri dan lingkungan (masyarakat belum mengetahui kriteria air bersih, kriteria air tercemar)

Faktor predisposing, enabling, dan reinforcing

5

Predisposing factor adalah factor yang sudah ada/melekat pada diri individu yang kita

didik.

1. Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan kurang

2. Tinggal di daerah dekat sungai

3. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sumber air bersih dan pengetahuan

cara pengolahan air bersih

4. Tingkat sosial dan ekonomi rendah

5. Kepercayaan masyarakat setempat

Kepercayaan masyarakat desa mengenai terapi cacing pada penyakit tifus

abdominalis sebagai faktor predisposisi.Bagi sebagian besar masyarakat desa,

mengonsumsi cacing tanah bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit tifus

ketimbang mengonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan oleh dokter.

Kepercayaan ini telah dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu dan memang

kebanyakan dari kasus tifus berhasil diatasi dengan cacing ini. Dari data yang

diperoleh pada saat melakukan wawancara singkat dengan warga desa,

didapatkan informasi bahwa mereka lebih mempercayai khasiat cacing

dibandingkan dengan obat dokter.

6

Pendidikan

Kesehatan

Predisposing Factors

Kebiasaan,Kepercayaan,Tradisi,Pengetahuan, sikap, dsb

Enabling Factors

ketersediaan fasilitasKetercapaian fasilitas

Reinforcing Factors

-sikap & perilaku

petugas kesehatan,

dll

Perilaku

Kesehatan

Nonperilaku Kesejahteraan

Nonkesehatan

Hal yang seperti ini seharusnya diberikan penyuluhan secara serius agar

pengetahuan masyarakat mengenai terapi yang tepat untuk mengatasi penyakit

tifus bukanlah cacing namuan antibiotik.Namun, yang menjadi tantangan

tersendiri bagi pemberi promosi kesehatan adalah kegiatan pengobatan seperti ini

sudah mengakar dan menjadi tradisi yang sangat sugestif. Jadi dibutuhkan

strategi dan metode yang efektif dan efisien agar tujuan dari penyuluhan ini

tercapai.

Enabling factor adalah factor yang memungkinkan suatu perilaku itu terjadi

1. Tidak ada fasilitas MCK, air bersih dan pembuangan sampah

2. Pendapatan yang kurang

Reinforcing factor adalah factor yang memperkuat atau mendorong perubahan

perilaku

1. Dilaksanakan pertemuan dengan para orang tua dan pekerja serta perangkat desa

untuk membentuk komitmen berperilaku hidup sehat.

2. Petugas kesehatan dan perangkat desa memberikan contoh perilaku hidup sehat

dengan menggunakan fasilitas MCK yang baik, sumber air bersih, serta bersama

masyarakat menggalakkan kegiatan pembersihan lingkungan.

III. 5 Diagnosis Administratif dan Kebijakan

Pelaku DukunganPemda - Kebijakan yang ditetapkan dalam surat

keputusan surat edaran dan instruksi tentang PHBS di desa Sukamama

- Alokasi anggaranDPRD - Persetujuan anggaran

- Pemantauan promosi kesehatanKepala desa/tokoh masyarakat/karang taruna

- Membantu menggerakkan masyarakat agar mau berperan aktif dalam kegiatan ini

7

IV. HEALTH PROMOTION

IV.1 Tujuan

Tujuan Umum : Menurunkan angka kejadian tifus abdominalis di desa Sukamama

Tujuan Khusus

- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang gejala dan

tanda dari penyakit tifus, serta penanganan awalnya

- Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan sikap masyarakat terhadap

pentingnya hidup sehat

- Memotivasi masyakat desa untuk menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat dalam kesehariannya

- Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pentingnya penyediaan

air bersih, syarat-syarat air minum yang sehat, sumber-sumber air minum yang

baik, serta pengetahuan tentang pengelolaan air minum secara sederhana

IV.2 Sasaran

Seluruh masyarakat desa Sukamama

IV.3 Isi

8

- pengetahuan tentang gejala dan tanda dari penyakit tifus, serta penanganan

awalnya

- Pengetahuan tentang pola hidup sehat

- pengetahuan mengenai pentingnya penyediaan air bersih

- pengetahuan syarat dan proses pengelolaan air minum secara sederhana

- Pembangunan fasilitas MCK dan penyaringan air

IV.4 Metode

- penyuluhan : penyuluhan langsung yang bertahap

- pemasangan spanduk dan poster di beberapa tempat yang strategis.

- Pelatihan cara penggunaan dan pemeliharaan fasilitas MCK dan penyaringan

air

- Kerja bakti

IV.5 Media

- poster

- spanduk

9

Poster Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Poster Perilaku Mencuci Tangan

IV.6 Rencana evaluasi

Evaluasi dilakukan dari awal penelitan dan diulang setiap 2 bulan sekali. Adapun

indikator keberhasilan dari Promosi Kesehatan ini antara lain :

- penurunan angka kejadian tifus di desa suka sukamama

- perubahan perilaku masyarakat desa sukamama yang lebih sadar akan hidup

bersih

- tingkat sanitasi lingkungan yang bertambah baik

- tersedianya fasilitas MCK yang memadai

IV.7 Jadwal Pelaksanaan

Lampiran 1.

10

V. RENCANA KERJA

V.1 Tim Kerja

Ketua Pelaksana : Rizky Agustria

Wakil Ketua : Riyantono Putra

Sekretaris : Arina Ariyani

Bendahara : Hediaty Syafiera

Koordinator Penyuluhan : Silvi Dwi Putri

Koordinator Pembangunan Fasilitas MCK : Chakra Putra Pratama

Koordinator Pembangunan Penyaringan Air : Daniel Mandatari

Korrdinator Pelatihan MCK : Extin Faulinza

Koordinator Pelatihan Penyaringan Air : Wahidun Nurhidayah

Koordinator Kerja Bakti : Rini Utami

V.2 Rencana Pembuatan

V.2.1 Fasilitas MCK

11

Fasilitas MCK yang baik meliputi sanitasi yang baik dan juga terdapatnya pipa

saluran air yang menyalurkan air limbah masyarakat, terlebih limbah buang air besar

tidak langsung ke sungai, melainkan ke septic tank. Hal ini sangat bermanfaat agar air

sungai tidak tercemar karena satu-satunya sumber kehidupan di desa ini berasal dari

aliran air sungai yang berada di dekat lokasi geografis desa.

Kriteria MCK yang baik yang ingin dicapai pada penyuluhan ini :

Terdapatnya air bersih

Terdapatnya sanitasi yang bagus

Terdapatnya saluran air yang tidak langsung bermuara ke sungai

Terdapatnya perawatan dari masyarakat desa

Penggantian fasilitas MCK yang lama dengan yang baru

V.2.2 Pengelolaan Air minum Secara Sederhana

Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan pada khususnya tidak terlindung (protected), sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut:

1) Pengolahan Secara Alamiah

Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan (storage) dari air yang diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam ditempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap.

2) Pengolahan Air dengan Menyaring

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Lebih lanjut akan diuraikan kemudian. Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (perusahaan air minum negara) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.

3) Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia

Zat kimia yang digunakan dapat berupa dua macam, yakni zat kimia yang berfungsi untuk koagulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan, (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air, misalnya chlor)

12

4) Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara

Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tidak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.

5) Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih

Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari segi konsumsinya pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni:

1) Pengolahan Air minum utuk umum

a) Penampungan Air Hujan

Air hujan dapat ditampung dalam suatu dam (danau buatan), yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian di sekitar danau tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat ditampung dengan bak-bak ferosemen, dan di sekitarnya dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk umum.Air hujan baik yang berasal dari sumur(danau) dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin, untuk itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk memasaknya sendiri, misalnya dengan merebus air tersebut.

b) Pengolahan Air Sungai

Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I, melalui saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak penampung I tadi diberi saringan yang terdiri dari ijuk pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak penampung ke II di sini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk atau di ambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri, bila air akan diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu.

c) Pengolahan Mata Air

13

Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi sumber mata air tersebut, agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu, atau penduduk dapat langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang telah terlindungi tersebut.

2) Pengolahan Air minum untuk rumah tangga

a) Air Sumur

Air sumur pompa, terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pmpa ini di daerah pedesaan masih mahal, di samping itu, teknologi masih dianggap tnggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah pedesaan adalah sumur gali. Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut:- Harus ada bibir sumur, agar bila musim hujan tiba, air tanah

tidak akan masuk ke dalamnya.

- Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus di tembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.

- Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan.

Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya alumunium sulfat (tawas)

Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng bekas.

b) Air Hujan

Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan. Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak jadi masalah tetapi pada musim kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tandon(storage) untuk musim kemarau.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. Prinsip-prinsip dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003

2. http://www.digilib-ampl.net/detail/detail.php?kode=1452&row=6&tp=publikasi&ktg=leaflet&kd_link=

3. http://www.eurekaindonesia.org/tenaga-kesehatan-masyarakat-dan-program-phbs/4. http://www.eurekaindonesia.org/bakteri-indikator-sanitasi-dan-keamanan-air-

minum/5. http://foto.detik.com/images/content/2007/06/26/157/kano3.jpg6. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://taufik79.files.wordpress.com/

2009/06/jamban.jpg&imgrefurl=http://taufik79.wordpress.com/7. http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.kabarindonesia.com/

fotoberita/200710/200710281334331.jpg

15