29
STUDIO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR VIB PENATAAN KAWASAN SEKITAR KEBUN RAYA BOGOR DISUSUN OLEH : IKA YUNI APRIANTI (4105210009) GERALD CRISHTIANTO (4107210006) RAMADHANI ISNA PUTRI (4108210017) SYA’DAH DINNURIYAH (4108210020) ARNI HARUMI (4108210021) FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS PANCASILA

Proposal 6b

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal 6b

STUDIO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR VIB

PENATAAN KAWASAN SEKITAR

KEBUN RAYA BOGOR

DISUSUN OLEH :

IKA YUNI APRIANTI (4105210009)

GERALD CRISHTIANTO (4107210006)

RAMADHANI ISNA PUTRI (4108210017)

SYA’DAH DINNURIYAH (4108210020)

ARNI HARUMI (4108210021)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS PANCASILA

2010

Page 2: Proposal 6b

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pariwisata menjadi salah satu faktor utama pendukung perekonomian suatu kota.

Oleh karena itu pariwisata harus ditunjang oleh berbagai faktor lain yang mempengaruhi

keber

Kebun Raya Bogor (KRB) adalah salah satu ikon utama dari Kota Bogor. Selain

sebagai objek penelitian tanaman, KRB juga merupakan objek pariwisata unggulan dari

Kota Bogor.

Page 3: Proposal 6b

2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berikut adalah pemetaan identifikasi masalah secara makro pada Kawasan sekitar

Kebun Raya Bogor :

Selain mengidentifikasi masalah yang terdapat pada kawasan Kebun Raya Bogor,

sudah seharusnya juga dilakukan indentifikasi potensi kawasan yang dapat mendukung

sektor pariwisata maupun ekonomi dari kawasan tersebut berhubungan dengan penataan

yang akan dilakukan. Potensi yang diidentifikasi berdasarkan atas enam poin berikut :

Terdapat pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar/pedestrian sebagai area berjualan (JL. Otista)

Street furniture tidak lengkap,

seperti tidak ada tempat sampah,

sign age, dll

Sistem drainase tidak berfungsi dengan baik,

sehingga banyak terdapat

genangan air. (JL. Otista)

Tidak tersedianya pagar pembatas antara jalur pedestrian dengan riol kota (JL. R.Pajajaran)

Tidak tersedianya area peristirahatan untuk para pejalan kaki di sepanjang pedestrian lingkar Kebun Raya Bogor

Tidak adanya halte sebagai tempat pemberhentian angkutan umum, membuat

sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan menjadi tidak teratur (JL.Otista)

Jumlah zebracross yang kurang

mencukupi, dan terdapat underpass

yang tidak berfungsi (JL. R.

Pajajaran)

Page 4: Proposal 6b

Potensi sektor unggulan produksi dan jasa,

Persediaan prasarana & sarana dalam menunjang produksi dan jasa,

Pendukung pelayanan jasa publik,

Kualitas sarana & prasarana,

Pendukung sarana sistem transportasi, dan

Tingkat aksesibilitas eksternal kawasan.

Namun melihat pada kawasan Kebun Raya Bogor yang lebih cenderung pada

daerah/kawasan pariwisata, maka hanya empat poin identifikasi potensi yang berhasil

didapatkan, yakni pendukung pelayanan jasa publik, kualitas sarana dan prasarana,

pendukung sarana sistem transportasa, dan tingkat aksesibilitas eksternal kawasan.

Keempat potensi kawasan digambarkan pada peta berikut :

a. Pendukung pelayanan jasa publik

Page 5: Proposal 6b

b. Kualitas sarana dan prasarana

c. Pendukung sarana sistem transportasi

Page 6: Proposal 6b

Jalan tol Jakarta - Bogor

d. Tingkat aksesibilitas eksternal kawasan

3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari tugas perencanaan dan perancangan kawasan yang

berjudul Penataan Kawasan Sekita Kebun Raya Bogor adalah menata Kawasan sekitar

Kebun Raya Bogor yang mencakup koridor jalan, pemukiman penduduk, maupun

bangunan komersil yang berasa di lingkar Kebun Raya Bogor. Sehingga dapat

meningkatkan kembali kualitas kawasan secara visual dan estetika kawasan pun dapat

terpenuhi. Dengan meningkatnya kualitas kawasan diharapkan perekonomian peduduk

sekitar pun dapat meningkat sehingga tercipta penduduk yang mandiri dan kreatif demi

menjunjang pariwisata Kota Bogor.

Page 7: Proposal 6b

4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pembahasan pada penataan kawasan kali ini terbagi atas dua jenis,

yakni :

Ruang Lingkup Lokasi

Ruang lingkup lokasi penataan Kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

merupakan bagian administratif Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Bagian Kota

Bogor yang termasuk dalam penataan kawasan kali ini berada pada Kecamatan

Bogor Tengah yang meliputi bagian kecil dari 5 kelurahan yakni Kel. Pabaton, Kel.

Sempur, Kel. Tegalega, Kel. Babakan Pasar, dan Kel. Panaragan.

Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi penataan Kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

mengacu pada komponen-komponen perancangan kawasan berdasarkan Peraturan

Menteri PU Nomor 06/PRT/M/2007 tanggal 16 maret 2007 tentang Pedoman

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Komponen-komponen

perancangan kawasan meliputi kriteria :

Struktur Peruntukan Lahan

Intensitas Pemanfaatan Lahan

Tata Bangunan

Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Tata Kualitas Lingkungan

Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Pelestarian Bangunan dan Lingkungan

5. METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang di gunakan oleh kelompok kami adalah pendekatan

dengan survey langsung ke lapangan dan mengumpulkan data eksisting dari setiap titik

yang kita kunjungi.

Page 8: Proposal 6b

Melakukan pengamatan langsung ke kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya

PENGAMATAN/SURVEY LAPANGAN

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER

DATA SEKUNDER

Melakukan pengamatan dan wawancara dengan warga

sekitar

Mencari literatur dari internet, perda terkait, dan dan buku-

buku panduan lainnya

IDENTIFIKASI MASALAH

Mengidentifikasi masalah-masalah yang terlihat saat pengamatan langsung di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

ANALISIS PERMASALAHAN

Melakukan analisis sesuai dengan identifikasi masalah yang ada dan juga berdasarkan komponen-komponen perancangan terkait

SOLUSI DAN KONSEP PERANCANGAN

6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Pendahuluan

Page 9: Proposal 6b

Uraian tentang latar belakang pelaksanaan pekerjaan, maksud dan sasaran

pekerjaan, manfaat pekerjaan, keluaran yang diinginkan dan ruang lingkup pelaksanaan

pekerjaan.

Data Kawasan Secara Fisik dan Non - Fisik

Bab ini berisi mengenai data kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya. Data

kawasan tersebut meliputi batas wilayah dan luas kawasan, kependudukan, karakter/ciri

khas kawasan, potensi kawasan, dan masalah kawasan.

Studi Literatur, Studi Kasus, dan Studi Kebijakan

Dalam bab ini akan diuraikan tentang literatur dan kebijakan peraturan pemerintah

yang digunakan sebagai acuan penataan kawasan. Selain itu juga diuraikan mengenai studi

kasus yang terkait dengan kawasan Kebun Raya Bogor.

Gagasan Dasar

Dalam bab ini dijelaskan mengenai pendekatan pekerjaan kegiatan utama yaitu

delineasi kawasan, filosofi kawasan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, sistem

sirkulasi dan jalur penghubung, sistem parkir, sistem ruang terbuka dan tata hijau, tata

kualitas lingkungan, street furniture, dan sistem utilitas kawasan.

Konsep Perencanaan dan Perancangan Kawasan

Dalam bab ini dipaparkan mengenai konsep-konsep perencanaan dan perancangan

mengenai masalah-masalah yang dipaparkan dalam gagasan dasar yaitu delineasi kawasan,

filosofi kawasan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, sistem sirkulasi dan jalur

penghubung, sistem parkir, sistem ruang terbuka dan tata hijau, tata kualitas lingkungan,

street furniture, dan sistem utilitas kawasan.

II. DATA KAWASAN

Page 10: Proposal 6b

1. BATAS WILAYAH

Area penataan kawasan kami adalah lingkar luar Kebu Raya Bogor. Batas dari area

kawasan yang kami tata adalah :

Utara : Jl. Jalak Harupat (Rs. Umum Salak Bogor)

Selatan : Jl. Otto Iskandardinata – Paledang (Bogor Plaza, Pasar Bogor)

Barat : Jl. Insinyur Haji Juanda – Paledang (Museum Ethnobotani)

Timur : Jl. Raya Pajajaran (Rs. Palang Merah Indonesia)

2. KEPENDUDUKAN

Hasil sensus penduduk pada tahun 2010, menyatakan bahwa jumlah penduduk

Kota Bogor mencapai 949.066 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2,39 persen. Di

antaranya 484.648 laki-laki dan 464.418 perempuan.

Dari data itu juga disimpulkan, penduduk Kecamatan Tanah Sareal mengalami laju

pertumbuhan tertinggi dibanding kecamatan lainnya, yakni mencapai 3,43 persen

Sedangkan Kecamtan Bogor Barat menunjukkan penyebaran penduduk terbesar yaitu

berjumlah 210.450 jiwa atau 22,17 persen dari total penduduk di Kota Bogor.

Dengan luas wilayah kota Bogor sekitar 111,73 Km persegi yang didiami 949.066

orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk 8.494 orang per km persegi.

Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya, Kecamatan Bogor

Tengah sebanyak 12.791 orang per Km persegi.

Page 11: Proposal 6b

Tren jumlah penduduk Kota Bogor terus bertambah dari waktu ke waktu. Tahun

1961, saat sensus pertama kali diselenggarakan, jumlah penduduk Kota Bogor mencapai

154,1 ribu jiwa. Angka tersebut terus naik, dan sempat terjadi lonjakan penduduk pada

tahun 1990-2000 ketika wilayah Kota Bogor bertambah 46 kelurahan dari Kabupaten

Bogor berdasarkan PP No. 2/1995.

Sedangkan sebaran sex ratio penduduk Kota Bogor menurut jenis kelamin sebesar

104. Artinya, jumlah penduduk laki-laki empat persen lebih banyak dibanding jumlah

penduduk perempuan.

(sumber : www.poskota.co.id/berita.../penduduk-kota-bogor)

3. KARAKTER/CIRI KHAS KAWASAN

a. Profil Kota Bogor

Secara geografis, Kota Bogor terletak di antara 106’48’ BT dan6’26’ LS.

Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta

lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara merupakan potensi yang strategis

bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional

untuk industry, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata.

Luas wilayah Kota Bogor adalah sebesar 11.850 Ha yang terdiridari 6

kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330

meter dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap

bulannya adalah 26o C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata

terendah di Bogor adalah 21,8o C, paling sering terjadi pada bulan Desember dan

Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret

dipengaruhi angin muson barat.

Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0-15% dan sebagian kecil

daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30%. Jenis tanah hamper di seluruh

wilayah adalah latosol cokelat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari

90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor

terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan

Page 12: Proposal 6b

orografi. Angin laut dari laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke

pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung

terkondensasi dan menjadi hujan. Hamper setiap hari turun hujan di kota ini dalam

setahun (70%) sehingga dijuliki sebagai “Kota Hujan”. Keunikan iklim lokal ni

dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan Bogor

sebagai pusat peneliian botani dan pertanian, yang diteruskan hingga sekarang.

Kedudukan geografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten

Bogor sertaa lokasinya yang dekat dengan ibukota Negara, Jakarta, membuatnya

strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Kebun Raya dan

Istana Bogor merupakan tujuan wisata yang menarik. Kedudukan Bogor diantara

jalur tujuan Puncak/Cianjur juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan

ekonomi.

b. Sejarah Kota Bogor

Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini

terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah

wilayah Kabupaten Bogor. Luasnya 21,56 km2 dan jumlah penduduknya 834.000

jiwa (2003). Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan

yang sangat tinggi. Kota bogor terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg

(pengucapan boit’n-zorkh”, boeit’-) yang berarti “tanpa kecemasan” atau “aman

tenteram”. Hari jadi Kabupatan Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap tanggal 3

Juni, karena tanggal 3 juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai

raja dari Kerajaan Padjajaran.

Bogor (berarti “enau”) telah lama dikenal dijadikan pusat pendidikan dan

pertanian nasional. Di sinilah berbagai lembaga dan balai-balai penelitian pertanian

dan biologi berdiri sejak abad ke-19. Salah satunya yaitu, Institut Pertanian Bogor,

yang berdiri sejak awal abad ke-20.

Pada tahun 1745, Bogor ditetapkan sebagai Kota Boeitenzorg yang artinya

kota tanpa kesibukan dengan Sembilan buah kampong yang digabungkan menjadi

satu pemerintahan di bawah Kepala Kampung Baru yang diberi gelar Demang,

daerah tersebut disebut Regentsrap Boeitenzorg. Sewaktu masa pemerintahan

Page 13: Proposal 6b

Gubernur Jenderal Baron van Imhoff (1740) dibangunlah tempat peristirahatan pada

lokasi Istana Bogor sekarang yang diberi nama Boeitenzorg.

Pada tahun 1752 tersebut, di Kota Bogor belum ada orang asing, kecuali

Belanda. Kebun Raya sendiri baru didirikan tahun 1817. Letak Kampung Bogor

yang awal itu di dalam Kebun Raya ada pada lokasi tanaman kaktus. Pasar yang

didirikan pada lokasi kampung tersebut oleh penduduk disebut Pasar Bogor (sampai

sekarang). Pada tahun 1808, Bogor diresmikan sebagai pusat kedudukan dan

kediaman Resmi Gubernur Jenderal. Tahun 1904 dengan keputusan Gubernur

Jenderal Van Nederland Indie Nomor 4 Tahun 1904 Hoofplaats Boeitenzorg

mencantumkan luas wilayah 1.205 yang terdiri dari 2 kecamatan dan 7 desa,

diproyeksikan untuk 30.000 jiwa.

Pada tahun 1905 Boeitenzorg diubah menjadi GEMMENTE berdasarkan

Staatblad 1926 yang kemudian disempurnakan dengan Staatblad 1926 Nomor 328.

Tahun 1924 dengan keputusan Gubernur Jenderal Van Nederland Indie Nomor 289

tahun 1924 ditambah dengan desa Bantarjati dan desa Tegal Lega seluas 951 Ha,

sehingga mencapai luas 2.156 Ha, diproyeksikan untuk 50.000 jiwa.

Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1941, Boeitenzorg secara resmi

lepas dari Batavia dan mendapatkan otonominya sendiri. Keputusan dari gubernur

Jenderal Belanda di Hindia Belanda Nomor 11 tahun 1866, No. 208 tahun 1905 dan

Nomor 289 Tahun 1924 yang menyebutkan bahwa wilayah Bogor pada waktu itu

seluas 22 km2 yang trdiri dari 2 sub distrik dan 7 desa.

Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1950 Kota Bogor ditetapkan menjadi

Kota besar dan Kota Praja yang terbagi dalam 2 wilayah Kecamatan dan 16

lingkungan. Tahun 1981 jumlah kelurahan menjadi 22 Keluraha, 5 Kecamatan dan 1

Perwakilan Kecamatan. Berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1922 Perwakilan

Kecamatan, kini terdapat 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Ditengah-tengah kota terdapat Kebun Raya Bogor yang dibangun sejak

tahun 1817 oleh seorang ahli botani yaitu Prof. Dr. RC. Reinwardth dengan luas 87

Ha dan terdapat 20.000 jenis tanaman yang tergolong dalam 6000 spesies dan

merupakan Kebun Raya terbesar di Asia Tenggara. Kota Bogor adalah suatu pusaka

dari Kerajaan Padjajaran, hal ini dilukiskan dengan bentuk Kujang.

Page 14: Proposal 6b

4. POTENSI KAWASAN

Kota Bogor merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Barat, berjarak 60 Km dari

jakarta sebagai ibu kota negara republik Indonesia, dan 120 Km dari Bandung sebagai ibu

kota Propinsi Jawa Barat. Kota Bogor sering dijuluki sebagai kota hujan karena curah

hujan di sini sangat tinggi sekitar 3000 s/d 4000 mm per tahun.

Disamping kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintah

amanah, kota Bogor dalam mengembangkan perekonomian masyarakat dengan menitik

beratkan pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada terbukti

dengan beragam objek wisata dan potensi lainya yang dimiliki kota bogor, diantaranya

objek wisata ilmiah yang bertaraf internasional, wisata alam, olah raga, budaya,

cinderamata dan aneka makanan khas dan pusat-pusat perbelanjaan serta kegiatan

pariwisata dan budaya dapat disaksikan di kota Bogor.

(sumber : www.indotravelers.com/bogor)

Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta

lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat

Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor

diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi

pertumbuhan ekonomi.    

(sumber : www.kotabogor.go.id/index.php)

5. MASALAH KAWASAN

Kebun Raya Bogor yang menjadi ikon pariwisata Kota Bogor memiliki beberapa

masalah arsitektur yang pada akhirnya membuat Kawasan sekitar Kebun Raya Bogor

mengalami penurunan kualitas baik secara visual maupun perekonomian penduduk

setempat. Penurunan kualitas ini dipicu oleh banyaknya pedagang kaki lima yang

Page 15: Proposal 6b

berjualan di sepanjang trotoar/pedestrian lingkar Kebun Raya Bogor, banyaknya angkutan

umum yang berhenti tidak pada tempatnya sehingga mengganggu sirkulasi pejalan kaki

maupun sirkulasi kendaraan, penataan bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan

peraturan pemerintah, minimnya fasilitas pendukung dan street furniture, dan banyaknya

bangunan bersejarah yang tidak terawat dan beralih fungsi menjadi bangunan komersial.

Selain itu jalur pedestrian pada kawasan ini pun masih belum bisa memberikan

kenyamanan bagi para penggunanya karena kurangnya perawatan pada jalur pedestrian

seperti rusaknya jalan, drainase yang buruk, tidak adanya vegetasi sebagai peneduh, serta

banyaknya sampah yang masih berserakan karena kurangnya prasarana persampahan.

Berbagai masalah inilah yang mengakibatkan penurunan kualitas visual dan

perekonomian pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor. Penurunan kualitas ini pun dipicu

oleh penataan masa bangunan untuk pemukiman yang tidak teratur. Untuk itu perlu

dilakukan penataan kawasan lingkar Kebun Raya Bogor dan daerah pemukimannya agar

dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan perekonomian pada kawasan tersebut.

III. STUDI LITERATUR, STUDI KASUS & STUDI KEBIJAKAN

1. STUDI LITERATUR

2. STUDI KASUS

Berikut ini adalah salah satu contih dari studi kasus untuk penataan wilayah sekitar

Kebun Raya Bogor yang telah dilakaukan beberapa waktu yang lalu.

3. STUDI KEBIJAKAN

Page 16: Proposal 6b

IV. RANCANGAN PENATAAN ARSITEKTUR LINGKUNGAN

KAWASAN

1. DELINEASI KAWASAN

Kawasan Kebun Raya Bogor memiliki pembagian lima zona dengan ciri dan

karakteristik kawasan masing-masing. Kelima zona ini dibagi berdasarkan atas ciri . . .

Page 17: Proposal 6b

Kawasan Kolonial

Kawasan Pendidikan

Gambaran umum atas kelima zona pada kawasan Kebun raya Bogor adalah sebagai

berikut :

Namun pada proses perencanaan dan perancangan, kelompok kami memfokuskan

area penataan pada empat zona saja, yakni kawasan komersil, kawasan perdagangan,

kawasan pendidikan dan kawasan kolonial. Dari keempat zona tersebut, kawasan komersil

dibagi menjadi 2 titik/area penataan mengingat area tersebut yang lumayan luas cakupan

serta permasalahan. Sehingga area/titik penataan yang kami lakukan menjadi lima titik

penataan yang dapat dijadikan sebagai daerah percontohan penataan.

Berikut ini adalah peta titik-titik fokus penataan kami untuk penataan kawasan

sekitaran Kebun Raya Bogor.

Kawasan Komersil

Kawasan Perdagangan

Kawasan Kampung Arab

Page 18: Proposal 6b

2. STRATEGI/FILOSOFI PENGEMBANGAN KAWASAN

Strategi/filosofi yang kami gunakan untuk penataan Kawasan sekitar Kebun Raya

Bogor adalah mengembalikan citra kebun raya sebagai salah satu daerah peninggalan

kolonial Belanda. Selain itu kami juga ingin mengembangkan wilayah sekitaran kebun

raya tersebut menjadi sebuah kawasan yang mandiri agar penduduk di sekitaran kebun

raya mampu meningkatkan perekonomian, karena apabila ditinjau kembali wilayah

sekitaran kebun raya merupakan wilayah industri pariwisata yang memiliki potensial yang

cukup baik.

Perwujudan dari suasana atau citra kawasan yang bersifat kolonial akan

diwujudkan dalam bentuk desain yang menggunakan elemen-elemen ataupun corak-corak

yang sangat bercirikan kolonial. Mungkin perwujudannya seperti motif pada jalur

pedestrian, desain halte, serta street furniture yang akan melengkapi suasana Kebun Raya

menjadi semakin “kolonial” suasananya.

3. INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN

Intensitas pemanfaatan lahan yang ada sekarang, penduduk di kawasan sekitar

Kebun Raya Bogor banyak yang menempati wilayah-wilayah di sekitar kebun raya secara

Page 19: Proposal 6b

merata sehingga membuat kawasan yang pada awalnya direncanakan bukan sebagai area

permukiman berkembang menjadi area permukiman. Hal tersebut mejadi salah satu factor

yang menyebabkan bahwa Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang

memiliki tingkat kepadatan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan-

kecamatan lainnya.

4. TATA BANGUNAN

Skyline??..

5. SISTEM SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG

Keadaan sistem sirkulasi dan jalur penghubung yang sudah ada sekarang ini

sebenarnya sudah memadai namun kondisinya tidak terawat, terdapat bagian yang rusak,

serta kurang mendukung untuk terciptanya aktifitas bagi masyarakat sekitarnya. Selain itu

juga area atau jalur pedestrian yang sudah ada kondisinya banyak yang rusak, licin jika

terkena air hujan serta belum menyediakan area untuk penyandang cacat.

Pada area jalan, keberadaan area penyeberangan seperti zebra cross sangat langka

untuk dijumpai, sehingga banyak masyarakat atau pejalan kaki yang menyeberang di

sembarang tempat karena tidak adanya fasilitas penyeberangan bagi mereka.

6. SISTEM PARKIR

Pada sebagian area di sekitaran Kebun Raya Bogor banyak dijumpai mobil-mobil

yang parkir di pinggir-pinggir jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas serta tingkat

visual kawasan.

Untuk memecahkan masalah tersebut, kami merencanakan untuk mambuat sebuah

area parkir untuk sistem parkir komunal karena pada saat survey, kami menemukan

adanya sebuah area atau lahan kosonng yang sekiranya dapat menjadi sebuah area parkir

komunal bagi pengunjung yang sedang beraktifitas atau berwisata di sekitaran Kebun

Raya Bogor.

Page 20: Proposal 6b

Namun, selain itu sebagai alternatif yang kedua kami juga merencanakan untuk

membuat area parkir yang tetap berada di pinggiran jalan tetapi dengan sistem adanya

kantung-kantung jalan yang mampu menampung mobil-mobil yang akan parkir, tentunya

dengan desain dan sistem yang lebih teratur. Altenatif ini mungkin akan efektif apabila

alternatif pembuatan area parkir komunal yang kami rencanakan tidak mampu untuk

diwujudkan.

7. SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU

Dengan adanya Kebun Raya Bogor sebagai vocal point dari area penataan, maka

sebenarnya ruang terbuka dan tata hijau kawasan secara makro sudah mencukupi. Namun

ketika memasuki kawasan pemukiman warga, hampir tidak ditemukan ruang terbuka

sebagai area interaksi masyarakat dan kurangnya ruang terbuka hijau sebagai daerah

resapan dan taman ruang terbuka.

Dengan adaya hal ini, maka yang seharusnya dilakukan adalah dengan membuat

area hijau sebagai area resapan air hujan serta penyejuk lingkungan di area permukiman

warga.

8. TATA KUALITAS LINGKUNGAN

Untuk segi penataan kualitas lingkungan di wilayah sekitar Kebun Raya Bogor,

akan ditonjolkan atau diperkuat kembali identitas-identitas ataupun karakter serta

landmark kota yang sudah ada. Selanjutnya untuk yang masih kurang ataupun diperlukan

bagi peningkatan tata kualitas lingkungannya, kami memfokuskan penataannya hanya

pada wilayah atau 5 titik yang sudah kami delineasi sebelumnya, yaitu zona perdagangan,

zona komersil (mix use 1 dan mix use 2), zona kolonial, zona pendidikan dengan

pemberian sebuah karakter/citra bagi tiap-tiap zona tersebut, tentunya tetap dengan garis

besar tema colonial yang telah direncanakan sebelumnya.

9. STREET FURNITURE

Page 21: Proposal 6b

Sistem sirkulasi serta jalur penghubung akan semakin baik apabila dilengkapi juga

dengan sistem prasarana yang memadai seperti adanya street furniture. Street furniture

yang dimaksud antara lain adalah keberadaannya papan iklan atau reklame, lampu jalan,

halte, bangku taman, rambu-rambu jalan, bis surat, tempat sampah, dan lain-lain. Tentunya

penataan street furniture tersebut akan ditempatkan pada titik-titik tertentu dengan jarak

atau perhitungan yang sesuai dengan standart kebtuhannya dan tentunya juga tetap

menyesuaikan dengan tema, yaitu menonjolkan corak atau motif kolonialnya.

10. SISTEM UTILITAS KAWASAN

Untuk sistem utilitas atau prasarannya,

V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN

1. KONSEP DELINEASI KAWASAN

Page 22: Proposal 6b

2. KONSEP STRATEGI/FILOSOFI PENGEMBANGAN KAWASAN

3. KONSEP INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN

4. KONSEP TATA BANGUNAN

5. KONSEP SISTEM SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG

6. KONSEP SISTEM PARKIR

7. KONSEP SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU

8. KONSEP TATA KUALITAS LINGKUNGAN

9. KONSEP STREET FURNITURE

10. KONSEP SISTEM UTILITAS KAWASAN