Upload
rezy-arina-putri
View
228
Download
35
Embed Size (px)
DESCRIPTION
contoh proposal
Citation preview
HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP
PERAWATAN KAKI PADA PASIEN
DIABETES MELITUS
TAHUN 2015
Diajukan untuk ujian tengah semester
DisusunOleh kelompok 2
Arson kardela
Ihdatul ilyan
Selvi febrina
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan hiperglikemia karena gangguan
metabolisme hidrat arang, di samping adanya faktor genetik dan lingkungannya
yang berlangsung lama.Penyakit diabetes mellitus saat ini telah menjadi
penyakit epidemic. Hasil laporan dari World Health Organization (WHO) 2006,
menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 angka kesakitan diabetes
mellitus didunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
Diabetes adalah penyakit yang mengganggu kamampuan tubuh anda
untuk menggunakan sari-sari makanan secara efisiensi. Hormon insulin yang di
produksi di pangkreas membantu tubuh anda untuk mengubah makanan menjadi
insulin. Diabetes terjadi bila satu dari dua kondisi berikut terjadi pangkreas yang
gagal memproduksi insulin, atau tubuh andda tidak dapat menggunakan insulin
yang telah di produksi pangkreas. Saat ini komplikasi sering terjadi pada kaki
diabetes melitus karena masih kurang mendapat perhatian hingga masih muncul
konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan penyakit ini
Kaki diabetik yaitu kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik kaki Diabetes Mellitus.Merupakan salah satu gangguan
kesehatan komplikasi Diabetes Mellitus yang paling sering terjadi dimana
perubahan patologis pada anggota gerak bawah (kaki diabetik / diabetic foot)
Dalam kondisi keadaan kaki diabetik, yang terjadi adalah kelainan persarafan
(neuropati), perubahan struktural, tonjolan kulit (kalus), perubahan kulit dan
kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh darah. Keadaan kaki
diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi
suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki.
Neuropati merupakan salah satu komplikasi jangka panjang dari DM
pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati). Neuropati terdiri dari neuropati
perifer, otonom, proksimal, dan fokal. Neuropati dapat bersifat polineuropati dan
mononeuropati. Gejala umum neuropati perifer meliputi distal arastesia, nyeri
seperti kesakitan / terbakar, atau seperti tertusuk, dan kaki terasa dingin.
Manifestasi lain meliputi berkurangya sensasi proteksi (nyeri, suhu, sentuhan
getaran). Gejala ini akan lebih dirasakan pasien pada malam hari (Kohnle,
2008). Dampak dari kehilangan sensasi proteksi pada kaki meliputi stress yang
berulang, injuri yang tidak diketahui, deformitas struktur kaki. Terjadinya
neuropati perifer menyebabkan pasien DM beresiko mengalami injuri pada
daerah perifer khususnya kaki. Akibat yang paling sering terjadi adalah
terjadinya ulkus gangrene pada kaki akibat trauma karena proses neuropati
perifer. Jika kondisi terjadi maka pasien DM akan mengalami perawatan luka
dalam jangka waktu yang lama dan dengan biaya yg relative menambah beban
keuangan pasien. Jika sudah sampai tahap terjadi infeksi ke tulang
(osteomielitis) maka pasien beresiko dilakukan amputasi kaki. Jika hal ini
terjadi, maka akan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, sehingga
pengurangan gejala neuropati perifer sebagai pencegahannya penting dilakukan.
Perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus penting dilakukan karena
seseorang dengan diabetes mellitus beresiko untuk masalah kaki dan kuku akibat
suplai darah perifer kurang baik ke kaki, sensasi proteksi dikaki juga berkurang
sehingga trauma pada kaki sering kali tidak diketahui dan adanya kerusakan
kulit maka infeksi akan lebih mudah berkembang karena sirkulasi yang buruk.
Perawatan kaki dan kuku perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah infeksi,
bau kaki, dan cidera jaringan lunak.
Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang
keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan
kadar Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang
keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan
kadar gula secara mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
seperti perawatan kaki untuk menghindari komplikasi jangka panjang. Pelajaran
tentang perawatan kaki merupakan bahan yang paling penting dibicarakan pada
pasien yang berisiko mengalami infeksi pada kaki .
2 rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
kelompok tertarik untuk membahas apakah ada“ hubungan pengetahuan
dengan perawatan kaki pada pasien diabetes melitus Di Bukittingg Tahun 2015”.
3 tujuan
3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap perawatan
kaki pada pasien diabetes melitus di Bukittinggi Tahun 2015.
3.2 Tujuan Khusus
Diketahui ada hubungan pengetahuan terhadap perawatan kaki
pada pasien diabtes melitus di Bukittinggi Tahun 2015.
4 Manfaat
4.1 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi
masyarakat dan diterapkan sebagai upaya pencegahan terjadinya komplikasi
kaki pada pasien diabetes melitus
4.2 Bagi penderita diabetes melitus
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi
penderita diabetes melitus dan diterapkan sebagai upaya pencegahan
terjadinya komplikasi dengan perawatan kaki.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep diabetes melitus
1.1 Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial.
Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein serta lemak. (michael dkk, 2009)
1.2 Klasifikasi DM yaitu:
Tipe 1
ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau total β
pangkreas. Faktor penyebab yang masih belum dimengerti dengan jelas
tetapi beberapa virus tertentu, penyakit autoimun, dan faktor-faktor genetik
mungkin turut berperan. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi
diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Faktor-faktor
imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
Tipe 2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin diproduksi
dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak efektif.
Ada korelasi genetik yang kuat pada daibetes ini dan proses terjadi nya
berkaitan erat dengan obesitas. Ketoasidosis jarang ditemukan dan jika
terlihat keadaan ini berhubungan dengan stres atau penyakit lain yang
menjangkiti DM.
Diabetes gestasional
Merupakan intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hiperglekemia
dengan keparahan yang beragam dan onset atau deteksi pertama kali pada
saat hamil. Definisi ini berlaku berupa memandang apakah hormon insulin
digunakan atau tidak dalam penangananya ataukah keadaan tersebut tetap
bertahan setelah kehamilan berakhir. Intoleransi glukosa dapat mendahuli
kehamilan tetapi keadaan ini tidak diketahui sebelumnya. (michael
dkk,2009)
1.3 Penyebab Diabetes Mellitus
Orang yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya Diabetes Mellitus
adalah :
a. Usia diatas 45 tahun
Pada orang-orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun,
hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin
menjadi berkurang dan sensitifitas sel-sel jaringan menurun sehingga tidak
menerima insulin.
b. Obesitas atau kegemukan
Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga
dapat
memicu munculnya Diabetes Mellitus.
c. Pola makan
Pola yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian
masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh dapat menjadi penyebab Diabetes Mellitus, misalnya makanan
gorengan yang mengandung nilai gizi yang minim.
d. Riwayat Diabetes Mellitus pada keluarga
Sekitar 15-20 % penderita NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes
Mellitus)
mempunyai riwayat keluarga Diabetes Mellitus, sedangkan IDDM (Insulin
Dependen Diabetes Mellitus) sebanyak 57 % berasal dari keluarga Diabetes
Mellitus.
e. Kurangnya berolahraga atau beraktivitas
Olahraga dapat dilakukan 3-5 kali seminggu, kurang berolahraga dapat
menurunkan sensitifitas sel terhadap insulin dapat menurun sehingga dapat
mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh yang dapat menyebabkan
diabetes melitus
1.4 Patofisiologi
Pengelolaan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian kelambung
dan selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan makanan dipecah
menjadi bahan
dasar makanan karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino
dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh
usus kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh
tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ dalam tubuh sebagai bahan
bakar. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk
dulu kedalam sel supaya dapat diolah yang akhirnya adalah timbulnya energi
yang disebut dengan proses metabolisme.
Dalam proses metabolism itu insulin memegang peran yang sangat
penting yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel untuk selanjutnya
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau
hormon yang dikeluarkan oleh sel beta dipankreas. Insulin yang dikeluarkan
oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka
pintu masuknya glukosa kedalam sel, kemudian didalam sel glukosa itu
dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak aktif glukosa tidak dapat
masuk kedalam dengan akibat glukosa akan tetap berada didalam pembuluh
darah yang artinya kadarnya didalam meneingkat. Dalam keadaan seperti itu
badan akan menjadi lemah tidak ada sumber energi didalam sel. Pada
keadaan tadi jumlah kuncinya yang kurang, meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka
glukosa yang masuk sel akan sedikit sehingga akan kekurangn bahan bakar
(glukosa) dan glukosa didalam pembuluh darah meningkat.
1.5 Komplikasi
a. Impoten atau disfungsi ereksi dan kesemutan dikaki penderita, mampu
merusak jaringan saraf dan pembuluh darah baik pada kemaluan maupun
kaki, sehingga dapat menyebabkan impoten dan kesemutan.
b. Kerusakan ginjal.
c. Ganggren (infeksi berat pada kaki hingga membusuk).
d. Kebutaan.
e. Serangan stroke.
f. Serangan jantung koroner.
g. Kematian mendadak.
1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan,
pemantauan, terapi (jika dibutuhkan), Pendidikan. Penanganan di sepanjang
perjalanan penyakit diabetes akan bervariasi karena terjadinya perubahan
pada gaya hidup, keadaan fisik dan mental penderitanya di samping Karena
bberbagai kemajuan dalam metode terapi yang di hasilkan dari riset. Karena
itu, penatalaksanaan diabetes meliputi pengkajian yang konstan dan
modifikasi rencana penanganan oleh professional kesehatan disamping
penyesuaian terapi oleh pasien sendiri setiap hari. Meskipun tim kesehatan
akan mengarahkan penanganan tersebut, namun pasien sendirilah yang harus
bertanggung jawab dalam pelaksanaan terapi yang kompleks itu setiap
harinya. Karena alas an ini, pendidikan pasien dan keluarganya dipandang
sebagai komponen yang pentin g dalam menangani penyakit diabetes, sama
pentingnya dengan komponen lain pada terapi diabetes.
Penatalaksanaan diet
Prnsip Umum. Diet dan pengendalian berat badan merupakan
dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada
penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:
1. Memberikan semua unsure makanan esensial (misalnya vitamin,
mineral)
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis.
5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu
mengendalikan kadar glukosa, upaya mempertahankan konsistensi
jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam –jam makan
yang berbeda merupakan hal penting.Di samping itu, konsistensi interval
waktu di antara jam makan dengan mengkonsumsi camilan (jika
diperlukan), akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan
pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah.
Bagi pasien-pasien obesitas (khususnya pasien diabetes tipe II),
penurunan berat badan merupakan kunci dalam penanganan diabetes.
Secara umum penurunan berat badan bagi individu obesitas menjadi
factor utama untuk mencegah timbulnya penyakit diabetes. Obesitas
akan disertai peningkatan resistensi terhadap insulin dan merupakan
salah satu factor etiologi utama yang menyertai diabetes tipe II.
2. Konsep perawatan kaki diabetes
2.1 Pengertian Perawatan
Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan
sistematis terhadap sesuatu sehingga mencapai hasil/kondisi yang dapat
diterima atau di inginkan.
Perawatan kaki pada pasien diabetes mellitus penting dilakukan karena
seseorang dengan diabetes mellitus beresiko untuk masalah kaki dan kuku
akibat suplai darah perifer kurang baik ke kaki, sensasi proteksi dikaki juga
berkurang sehingga trauma pada kaki sering kali tidak diketahui dan adanya
kerusakan kulit maka infeksi akan lebih mudah berkembang karena sirkulasi
yang buruk. Perawatan kaki dan kuku perlu dilakukan secara rutin untuk
mencegah infeksi, bau kaki, dan cidera jaringan lunak. Pasien harus patuh
dalam melakukan perawatan kaki untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus
pada kaki
Kaki diabetik yaitu kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik kaki Diabetes Mellitus.Merupakan salah satu gangguan
kesehatan komplikasi Diabetes Mellitus yang paling sering terjadi dimana
perubahan patologis pada anggota gerak bawah (kaki diabetik / diabetic foot)
Dalam kondisi keadaan kaki diabetik, yang terjadi adalah kelainan
persarafan (neuropati), perubahan struktural, tonjolan kulit (kalus),
perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki, infeksi dan kelainan pembuluh
darah. Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat
berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki.
Ulkus kaki pada diabetes dapat melebar dan cenderung lama sembuh
akibat adanya infeksi. Kadar gula dalam darah yang tinggi merupakan
makanan bagi kuman untuk berkembang biak dan mengakibatkan infeksi
bertambah buruk. Infeksi yang semakin memburuk dan tidak segera
ditangani dapat menimbulkan gangren. Amputasi diperlukan untuk
mencegah gangren tidak meluas (Smeltzer & Bare, 2001). Prevalensi
penderita ulkus diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,
angka mortalitas 32%, dan ulkus diabetik merupakan sebab perawatan rumah
sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus (Hastuti, 2008).
Amputasi dapat dicegah sebesar 50%, dengan pasien diajarkan merawat kaki
dan mempraktikkannya setiap hari.
perawatan kaki yang terus-menerus dapat mencegah terjadinya ulkus dan
amputasi jari, namun penelitian menunjukkan bahwa pasien tidak
mempelajari perawatan kaki dengan tepat. Penelitian yang dilakukan Dewi
(2007) di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan adanya
hubungan aspek-aspek perawatan kaki dengan kejadian ulkus kaki diabetes
pada pasien diabetes.
Lima aspek perawatan kaki yang meliputi pemeriksaan visual kaki,
membersihkan kaki, memotong kuku, pemilihan alas kaki dan senam kaki
berhubungan dengan kejadian ulkus kaki diabetes. Kejadian ulkus kaki
diabetes banyak terjadi pada pasien dengan penerapan aspek-aspek
perawatan kaki yang buruk, dan sebaliknya kejadian ulkus kaki diabetik
kecil pada pasien diabetes mellitus dengan penerapan aspek-aspek perawatan
kaki yang baik. Pasien sarankan untuk melakukan perawatan kaki secara
teratur untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus kaki diabetes. (dwi anis
2013 p.4)
Penyulit-penyulit kaki diabetes termasuk gabungan dari berbagai
penyulit yaitu:
a. penyulit akut: ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik,
hipoglikemia
b. penyulit menahun: makrongiopati (pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak/stroke) mikroangiotopi
(retinopati diabetik) neuropati, rentan infeksi saluran kemih) kaki
diabetik gabungan 1 sampai 4)
gejala kaki diabetes melitus dimulai dengan adanya perubahan kalus (
pengerasan pada telapak kai akibat perubahan titik simpan berat badan).
Perubahan ini penting dilihat apakah penebalan kalu atau infeksi pada
jaringan bawah.
Menurut wagner kaki DM dibagi menjadi 6 yaitu:
kulit utuh tetapi ada kelainan benda kaki akibat neuropatik
draft 1: terdapat ulkus superfisial, terbatas pada kulit
draft 2: ulkus dalam menembus tendon
draft 3: ulkus dengan atau tanpa osteomilitus
draft 4: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan tanpa
selulitis (infeksi jaringan)
draft 5: ganggren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah. (
misnadiary 2006, p.40)
2.2 Faktor resiko terjadinya kaki diabetik
1. Penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia (usia pasien lebih dari 40
tahun) karena semakin tua usia penderita Diabetes Mellitus semakin mudah
untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya.
2. Lamanya menderita Diabetes Mellitus (menderita Diabetes Mellitus lebih
dari 10 tahun).
3. Riwayat merokok.
4. Penurunan denyut nadi perifer.
5. Penurunan sensibilitas.
6. Deformitas Anatomis (bagian yang menonjol).
7. Riwayat ulkus kaki / amputasi.
2.3 Gambaran klinis kaki diabetik
Adapun gambaran klinis kaki diabetik yang disebut 5P, yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan)
c. Parestesia (parestesia dan kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang).
e. Paralisis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
Fontaine, yaitu :
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan atau
gringgingan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten.
c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat.
d. Stadium IV : berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus).
2.4 Klasifikasi kaki diabetik
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam
derajat menurut Wagner,klasifikasi kaki diabetik yaitu ;
0 Kulit utuh; ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati
1 Tukak superfisial
2 Tukak lebih dalam
3 Tukak dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis dan atau
osteomielitis
4 Gangren jari
5 Gangren kaki
2.5 Upaya pencegahan kaki diabetik
Upaya pencegahan meliputi upaya pada penderita diabetes yang belum
mengalami komplikasi kaki diabetik,
1. Penyuluhan kesehatan DM, komplikasi dan kesehatan kaki.
2. Status gizi yang baik dan pengendalian DM (mengubah pola makan).
3. Pemeriksaan berkala DM dan komplikasinya (pengontrolan gula darah).
4. Pemeriksaan berkala kaki penderita.
5. Pencegahan / perlindungan terhadap trauma – sepatu khusus.
6. Higiene personal termasuk kaki.
7. Menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus.
8. Mengubah gaya hidup.
9. Minum obat secara teratur
Sedangkan upaya pencegahan pada penderita diabetes dengan komplikasi
kaki diabetik sama dengan yang belum mengalami komplikasi, hanya
ditambah dengan perawatan kaki yang baik. Perawatan kaki pada pasien
diabetes mellitus penting dilakukan karena seseorang dengan diabetes
mellitus beresiko untuk masalah kaki dan kuku akibat suplai darah perifer
kurang baik ke kaki, sensasi proteksi dikaki juga berkurang sehingga trauma
pada kaki sering kali tidak diketahui dan adanya kerusakan kulit maka
infeksi akan lebih mudah berkembang karena sirkulasi yang buruk.
Perawatan kaki dan kuku perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah
infeksi, bau kaki, dan cidera jaringan lunak.
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh manusia. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pada pasien diabetes melitus Pasien harus patuh dalam melakukan
perawatan kaki untuk mengurangi resiko terjadinya ulkus pada kaki.
Kepatuhan pasien adalah kunci dari konsep perawatan kesehatan
mempengaruhi semua bidang perawatan kesehatan termasuk diabetes Salah
satu bentuk kepatuhan pasien diabetes mellitus adalah melalukan
pemeliharaan kesehatan dengan perawatan kaki yang terus-menerus
(Uniformed Services University of the Health Science, 2012). Kepatuhan
mengacu pada kemampuan mempertahankan program-progam yang
berakaitan dengan kesehatan.
Upaya mengubah suatu perilaku pemeliharaan kesehatan yang
terusmenerus yang merupakan komponen dari kepatuhan diperlukan suatu
pendidikan kesehatan. Edukasi dan upaya peningkatan motivasi dibutuhkan
untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku menguraikan bahwa
pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis.
Perubahan perilaku bukan sekedar proses transfer materi akan tetapi
perubahan terjadi adanya kesadaraan dari individu, kelompok atau
masyarakat. Pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku
secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk lebih
mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.
Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang
keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan
kadar Pendidikan pada pasien diabetes mellitus tidak hanya belajar tentang
keterampilan merawat diri sendiri untuk mencegah penurunan atau kenaikan
kadar gula secara mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
seperti perawatan kaki untuk menghindari komplikasi jangka panjang.
Pelajaran tentang perawatan kaki merupakan bahan yang paling penting
dibicarakan pada pasien yang berisiko mengalami infeksi pada kaki .
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
dari pengelolaan diabetes mellitus ( dwi anis 2013 p. 6)
BAB III
ANALISA PENERAPAN EBN
1. Tinjauan Evidence Based Nursing Practice
1.1 Masalah klinik
P: Problem dan Population
1. Pada jurnal pertama sampel nya yaitu tujuh pasien dengan diabetes
mellitus yang mengalami cidera kaki yang di ambil dari rumah sakit
besar ditambah dengan rumah sakit umum yang terletak di Amman
ibukota yordania
2. Pada jurnal kedua populasinya semua pasien yang datang berobat ke
klinik 550 orang tapi dibagi menjadi dua kelompok pasien di klinik
perawatan kaki diabetes kami ; intensif dididik dan dilatih kelompok
A ( tersedia disesuaikan alas kaki juga ) dan pasien kelompok B.
3. Pada jurnal ketiga Survei ini dilakukan di tiga dari enam zona
geopolitik yang dapat dianggap sampel yang representatif dari pasien
diabetes . terdaftar total 352 pasien diabetes .
I: Intervensi
1. Pada jurnal pertama dilakukan pendekatan kualitatif dengan
terstruktur, tatap muka atau wawancara. Ini dilakukan untuk
mengetahui pandangan pasien tentang perawatan kaki diabetes
mellitus diyordania.
2. Pada jurnal kedua Pasien dibagi menjadi dua kelompok , kelompok A
pendidikan dan pelatihan dan B dilakukan pemeriksaan lisan dan
tertulis untuk mengetahui informasi dari pasien tentang perawatan
kaki.
3. Pada jurnal ketiga dilakukan cross-sectional, kuesioner diberikan
Diposkan Medis, dilakukan wawancara untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pasien tehadap komplikasi diabetes melitus pada kaki
C : Comparisson
1. Pada jurnal pertama didapatkan perbandingan setelah dilakukan
wawancara pasien belum menyadari pentinng nya pencegahan luka
kaki pada diabetes mellitus
2. Pada jurnal kedua stetelah dilakukan intervensi ternyata kelompok A
siap datang ke klinik dan lebih baik diuntungkan oleh pendidikan dan
pelatihan. tetapi didapatkan hasil dikelompok B bahwa mereka masih
ragu akan datang atau tidak ke klinik
3. Pada jurnal ketiga setalah dilakukan intervensi Mayoritas pasien
dengan praktek yang buruk memiliki pengetahuan rendah tentang
perawatan kaki diabetes melitus.
O : Outcome
1. Hasil jurnal pertama didapatkan didapatkan Pasien tidak berlatih
dalam perawatan kaki diabetes melitus karena keyakinan pribadi
peserta studi ini percaya tidak perlu pemeriksaan kaki secara teratur
ketika tidak ada bisul, luka aktif di kaki mereka.
2. Hasil jurnal kedua didapatkan tidak semua pasien melihat hasil yang
menguntngkan dari pendidikan kesehatan diabetes mellitus.
kelompok A siap datang ke klinik dan lebih diuntungkan oleh
pendidikan dan pelatihan. tetapi didapatkan hasil dikelompok B
bahwa mereka masih ragu akan datang atau tidak ke klinik.
3. Hasil jurnal ketiga banyak masyarakat yang menderita diabetes
mellitus memiliki pengetahuan rendah tentang pentingnya perawatan
kaki diabetes mellitus dikarnakan factor ekonomi, pendidikan yang
rendah
1.2 penulusan literatul
https://www.ecu.edu.au/__data/assets/pdf_file/0005/653747/ma-en-zaid-
abu-qamar-full-publications-list.pdf
http://www.ajol.info/index.php/gmj/article/view/68930
http://www.omicsonline.org/open-access/intervention-of-diabetes-foot-
care-practices-on-the-prevention-of-new-diabetic-foot-ulcers-in-patients-
with-type-diabetes-mellitus-2155-6156.1000494.php?aid=40012
1.3 validitas
wawancara dan dengan menggunakan kuesioner.
1.4 Reabilitas
Wawancara dan kuesioner valid dilakukan untuk perawatan kaki diabetes
melitus
1.5 important
Penelitian ini penting untuk diterapkan ke masyarakat, karena dari ke
tiga jurnal yang ada, terlihat bahwa pengetahuan sangat penting dalam
perawatan kaki diabetes melitus untuk mencegah terjadinya komplikasi.
1.6 Aplicability
Penelitian ini bisa diaplikasikan di Bukittinggi karena berguna bagi
penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetik.
2. Penelitian-penelitian terkait
2.1 Judul jurnal
2.1.1 Foot care within the Jordanian healthcare system: a qualitative
inquiry of patient’s perspectives
2.1.1.1. Penelitian oleh
Ma’en Zaid Abu-Qamar, Anne Wilson
2.1.1.2. Tujuan
Untuk menguraikan pandangan pasien perawatan kaki
diabetes mellitus dalam kesehatan yordania
2.1.1.3. Metode
pendekatan kualitatif dengan terstruktur tatap muka
wawancara digunakan dalam penelitian ini
2.1.1.4. Hasil yang diukur
Pengetahuan pasien
2.1.1.5. Sampel
7 0rang
2.1.1.6. Hasil penelitian
didapatkan Pasien tidak berlatih dalam perawatan kaki
diabetes melitus karena keyakinan pribadi peserta studi ini
percaya tidak perlu pemeriksaan kaki secara teratur
ketika tidak ada bisul, luka aktif di kaki mereka.
2.1.1.7. Kesimpulan
Harus dilakukan upaya pendidikan kesehatan
tentang perawatan pencegahan kaki diabetik dalam
konteks sistem kesehatan Yordania. Dengan demikian,
insiden dan keparahan diabetes ulserasi kaki dan
komplikasi lain nya dapat dikurangi.
2.1.2 Intervention Of Diabetes Foot Care Practices On The Prevention
Of New Diabetic Foot Ulcers In Patients With Type 2 Diabetes
Mellitus
2.1.2.1. Penelitian oleh
Sushil Kotru, Bharat Kotru* and Kumud Joshi
2.1.2.2. Tujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan pasien
tentang perawatan kaki diabetes mellitus
2.1.2.3. Metode
wawancara
2.1.2.4. Hasil yang diukur
Pengetahuan pasien
2.1.2.5. Sampel
550 pasien
2.1.2.6. Hasil penelitian
kelompok A siap datang ke klinik dan lebih diuntungkan
oleh pendidikan dan pelatihan. tetapi didapatkan hasil
dikelompok B bahwa mereka masih ragu akan datang atau
tidak ke klinik
2.1.2.7 kesimpulan
Diperkirakan 1 tahun kejadian ulkus kaki baru dalam
kelompok Pasien A adalah 18 % setelah pendidikan dan
pelatihan kaki dibandingkan dengan pasien dari kelompok
B di mana kejadian ulkus 31 % informasi standar yang
standar tanpa pelatihan.
2.1.3 Diabetic Foot Care: Self Reported Knowledge And Practice
Among Patients Attending Three Tertiary Hospital In Nigeria
2.1.3.1. Penelitian oleh
O. Desalu f. K. Salawu2
2.1.3.2. Tujuan
untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang diabetes
mellitus yang datang di tiga rumah sakit dinegeria
2.1.3.3. Metode
cross-sectional, wawancara
2.1.3.4. Hasil
Pengetahuan pasien
2.1.3.5. Sampel
352 pasien
2.1.3.6. Hasil penelitian
Dari pasien diabetes 352, pasien yang memiliki
pengetahuan yang baik 30,1 % dan 10,2 % memiliki
praktik yang baik dari DM kaki . Mayoritas 68% pasien
dengan praktek yang buruk memiliki pengetahuan rendah
tentang perawatan kaki diabetes melitus.
2.1.3.7. Kesimpulan
dari penelitian ini pengetahuan masyarakat kurang, karena
pendidikan yang rendah sehingga ada msyarakat yang
buta huruf, serta ekonomi yang rendah
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN EVIDENCE BASE NURSING PRACTICE
1. Pasien
Penderita pasien diabetes melitus
2. Tempat dan waktu
Tempat untuk menilai pengetahuan ibu adalah dipuskesmas 2
november 2015
3. Persiapan
Quesioner
4. Pelaksanaan
Wawancara dan dengan memberikan kuesioner kepada pasien
diabetes melitus
5. Anggaran dana
Quesioner (1 rangkap) :Rp.1000,-
Sampel : 100 orang
Jumlah :100.000