Upload
seprimendra
View
201
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH UTANG LUAR NEGERI, PENANAMAN
MODAL ASING, PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
SEPRIMENDRA
NPM : 0910011111003
Untuk memenuhi sebagai syarat
bimbingan proposal skripsi
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi dalam jangka
panjang. Di setiap periode sesuatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk
memproduksi barang dan jasa. Hal tersebut disebabkan oleh investasi masa lalu yang
akan menambah barang-barang modal dan kapasitas memproduksi masa kini.
Disamping itu investasi biasanya diikuti oleh perkembangan teknologi alat-alat
produksi dan ini akan mempercepat kemampuan memproduksi. Berbagai negara tidak
selalu dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan perkembangan
kemampuan memproduksi yang dimiliki oleh faktor-faktor produksi yang semakin
meningkat (Sadono Sukirno, 2005).
Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat melihat bagaimana peningkatan dan
perkembangan ekonomi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara itu dapat
bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode perekonomian
mengalami pertumbuhan yang positif, menandakan kegiatan ekonomi di negara tersebut
mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian mengalami
pertumbuhan yang negatif, menandakan bahwa kegiatan ekonomi di negara tersebut
mengalami penurunan.
Hal tersebut pernah terjadi pada negara Indonesia pada pertengahan tahun 1997
sampai pertengahan tahun 1998 yang mengambarkan keadaan perkembangan ekonomi
Indonesia menurun, hal tersebut yang membuat pembengkakan utang luar negeri
Indonesia. Selain itu penurunan perkembangan ekonomi Indonesia juga disebabkan
2
karena tabungan domestik rendah yang menyebabkan penanaman modal dalam negeri
(PMDN) menurun yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Walaupun
satu atau dua tahun setelah krisis ekonomi 1997-1998, ekonomi Indonesia sudah
kembali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini
pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara
tetangga yang juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand, atau masih jauh
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata per tahun yang pernah dicapai oleh
pemerintahan Orde Baru (ORBA). Salah satu penyebabnya adalah masih belum
intensifnya kegiatan investasi dalam negeri, termasuk arus investasi dari luar terutama
dalam bentuk penanaman modal asing (PMA). Padahal era ORBA membuktikan bahwa
investasi, khususnya PMA, merupakan faktor pendorong yang sangat krusial bagi
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Terutama melihat
kenyataan bahwa sumber perkembangan teknologi, perubahan struktural , dan
pertumbuhan ekspor di Indonesia selama ORBA sebagian besar karena kehadiran PMA
di Indonesia (Tulus Tambunan, 2006)
Solusi yang dianggap bisa diandalkan untuk mengatasi kendala rendahnya
penanaman modal dalam negeri adalah dengan mendatangkan modal dari luar negeri,
yang umumnya dalam bentuk hibah, utang Luar Negeri, arus modal swasta, seperti
utang bilateral dan multilateral; investasi swasta langsung (PMA); portfolio investment;
utang bank dan utang komersial lainnya. Modal asing ini dapat diberikan baik kepada
pemerintah maupun kepada pihak swasta (Atmadja, 2000).
3
Bagi negara berkembang termasuk Indonesia, pesatnya aliran modal asing
merupakan salah satu cara untuk memperoleh pembiayaan pembangunan ekonomi.
Dimana pembangunan ekonomi yang sedang dijalankan oleh pemerintah Indonesia
merupakan suatu usaha berkelanjutan yang diharapkan dapat mewujudkan masyarakat
adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, sehingga untuk dapat
mencapai tujuan itu maka pembangunan nasional dipusatkan pada pertumbuhan
ekonomi. Namun karena keterbatasan penanaman modal dalam negeri sedangkan
kebutuhan dana untuk pembangunaan ekonomi sangat besar. Maka cara untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi itu adalah dengan berusaha meningkatkan modal asing. Maupun
dari pemerintah dengan mengandalkan hutang luar negeri (Desmawati Sihombing;
2010).
Utang luar negeri memegang peranan penting dalam membiayai pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1999 utang luar negeri negara
Indonesia mencapai 150.991 juta US$ dengan pertumbuhan ekonomi 0,79 persen
setelah mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun 1998 yakni sebesar -13,13
persen. Tetapi permintaan utang luar negeri menurun pada tahun 2000 yaitu sebesar
144.407 juta US$ dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat menjadi 4.92 persen.
Pada tahun 2001 mengalami penurunan utang luar negeri yaitu sebesar 134.044 juta
US$ dengan pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami penurunan hingga hanya 3.64
persen. Dari tahun 2002 sampai tahun 2007 perkembangan utang luar negeri pemerintah
maupun swasta mengalami perkembangan yang fluktuatif, namun pada tahun 2007
samapi tahun 2012 jumlah hutang mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,7 persen
4
pertahun. Begitu juga halnya dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2007
sampai 2012 mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan ekonomi senesar 6,17
persen. Hal ini bisa kita lihat pada Tabel 1.1 .
Tabel 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Hutang Luar Negera Indonesia
TahunPertumbuhan Ekonomi (%)
Hutang Luar Negeri
(Juta US$)
Pertumbuhan Hutang Luar Negeri (%)
1990 7,24 69.872 -
1991 6,96 79.548 13,85
1992 6,46 88.002 10,63
1993 6,50 89.172 1,33
1994 7,54 107.824 20,92
1995 8,22 124.398 15,37
1996 7,82 128.941 3,65
1997 4,65 136.173 5,61
1998 -13,13 151.236 11,06
1999 0,79 150.991 -0,16
2000 4,92 144.407 -4,36
2001 3,64 134.044 -7,18
2002 5,00 132.208 -1,37
2003 4,78 135.402 2,42
2004 5,03 141.273 4,34
2005 5,69 134.504 -4,79
2006 5,00 132.633 -1,39
2007 6,35 141.180 6,44
2008 6,01 155.080 9,85
2009 4,58 172.871 11,47
2010 6,10 202.413 17,09
2011 6,51 225.375 11,34Sumber: Laporan Tahunan Bank Indonesia, berbagai edisi
Arus modal asing (capital inflows) juga berperan penting dalam menutup gap
devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi modal (capital account). Selain itu,
5
masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat
kurangnya modal bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain
sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran
industrialisasi dan modernisasi. Akan tetapi apabila modal asing tersebut tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang besar (Zulkarnaen Djamin;
1996).
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA)
di Indonesia dari tahun 1990 sampai tahun 1995 mengalami peningkatan dari 706,00
juta Dollar AS menjadi 1.940,90 juta Dollar AS pada tahun 1995 begitu pula dengan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)dari tahun 1990-1995 mengalami kenaikan
dari sebesar Rp 2.398,60 Milyar menjadi Rp.11.313,00 Milyar, namun pada tahun
19967 sampai akhir 1998 terjadi penurun Penanaman Modal Asing(PMA) dari
18.629,00 menjadi 16.513,00 juta Dollar AS berbeda hal nya dengan Penanaman Modal
Dalam Negeri(PMDN) dari sebesar Rp.3.473,40 Milyar meningkat menjadi
Rp.4.865,70 Milyar. Namun perkembangan Penanaman Modal Asing(PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) di Indonesia pada tahun 1999 sampai 2010
berfluktuasi, kemudian meningkat tajam pada tahun 2011 yang besar masing-masing
PMA sebesar 19.001,10 juta Dollar AS dan PMDN sebesar Rp.76.001,10 milyar.
Proporsi Penanaman Modal Dalam Negeri di dalam PDB dan pesatnya
pertumbuhan investasi tidak berarti pembangunan ekonomi berjalan dengan baik dan
begitu pula sebaliknya, karena yang penting bukan besarnya investasi dalam nilai uang
tetapi bagaimana pemanfaatan dari investasi tersebut.
6
Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing di Indonesia
Tahun
Penanaman Modal Dalam
Negeri (Rp. Milyar)
Pertumbuhan Penanaman
Modal Dalam Negeri (%)
Penanaman Modal Asing (Juta US$ )
Pertumbuhan Penanaman Modal Asing
(%)1990 2.398,60 - 706,00 -
1991 3.666,10 52,84 1.059,00 50,00
1992 5.067,40 38,22 1.940,90 83,28
1993 8.286,00 63,52 5.653,10 191,26
1994 12.787,00 54,32 3.771,20 -33,29
1995 11.313,00 -11,53 6.698,40 77,62
1996 18.610,00 64,50 4.628,20 -30,91
1997 18.628,80 0,10 3.473,40 -24,95
1998 16.512,50 -11,36 4.865,70 40,08
1999 16.286,70 -1,37 8.229,90 69,14
2000 22.038,00 35,31 9.877,40 20,02
2001 9.890,80 -55,12 3.509,40 -64,47
2002 12.500,00 26,38 3.082,60 -12,16
2003 12.247,00 -2,02 5.445,30 76,65
2004 15.409,40 25,82 4.572,70 -16,02
2005 30.724,20 99,39 8.911,00 94,87
2006 20.649,00 -32,79 5.991,70 -32,76
2007 34.878,70 68,91 10.341,40 72,60
2008 20.363,40 -41,62 14.871,40 43,80
2009 37.799,80 85,63 10.815,20 -27,28
2010 60.626,30 60,39 16.214,80 49,93
2011 76.001,10 25,36 19.001,10 17,18
Sumber :BPS, Bank Indonesia.
Investasi merupakan kegiatan untuk mentransformasikan sumber daya potensial
menjadi kekuatan ekonomi riil. Sumber daya alam yang ada di masing-masing daerah
diolah dan dimamfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara adil
dan merata. Namun dalam memanfaatkan sumberdaya alam perlu memperhatikan
kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan. Peranan investasi
7
di indonesia cedung meningkat sejalan dengan banyaknya dana yang di butuhkan untuk
melanjutkan pembangunan nasional. Investasi merupakan suatu faktor bagi proses
pembangunan ekonomi, atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang pembangunan
ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi di semua sektor ekonomi (Dadang
Firmansyah, 2008).
Berdasarkan latar belakang yang telah menguraikan fenomena pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dalam hubungannya dengan hutang luar negeri, penanaman
modal asing, dan penanaman modal dalam negeri di atas, dengan demikian perlu untuk
melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri, Penanaman
Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia ”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Seberapa besar pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia?
b. Seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ?
c. Seberapa besar pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia?
8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Utang luar Negeri terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap
Perumbuhan Ekonomi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diperoleh analisis tentang pengaruh hutang luar negeri, penanaman modal
asing, dan penanaman modal dalam negeri terhadap pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.
2. Sebagai bahan kajian bagi pengambil kebijakan khususnya analisis hutang
luar negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan di Indonesia
3. Dapat menjadi dasar penelitian empirik tentang pengaruh hutang luar negeri,
PMA dan PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
1.4 Hipotesis
9
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga terdapatnya pengaruh positif dan signifikan antara Hutang Luar
Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
2. Diduga terdapatnya pengaruh positif dan signifikan antara Penanaman
Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
3. Diduga terdapatnya pengaruh positif dan signifikan antara Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah
yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pemaparan mengenai landasan teori yang
digunakan sebagai acuan penelitian (pengertian pertumbuhan ekonomi,
modal luar, hutang luar negeri, penanaman modal dalam negeri),
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian, kerangka
pemikiran penelitian.
10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi pemaparan mengenai ruang lingkup penelitian penelitian
dan definisi operasionalnya, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data, serta metode analisis yang digunakan untuk menganalisis utang luar
negeri, penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri
terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro (2000) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai suatu
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
11
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu
sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-
penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai
tuntutan keadaan yang ada.
Menurut Boediono (1989), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output
per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila ada
kecenderungan output per kapita untuk naik yang bersumber dari kekuatan yang berada
dalam perekonomian itu sendiri, bukan berasal dari luar atau bersifat sementara.
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan dari suatu
perekonomian dalam memproduksi barang barang dan jasa-jasa. Dengan kata lain
pertumbuhan ekonomi lebih menunjukan pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan
biasannya diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto (GDP), atau
pendapatan perkapita. Produk domestik bruto (GDP) adalah total nilai pasar dari
barang-barang akhir dan jasa-jasa (final good and service) yang dihasilkan di dalam
negeri dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasannya satu tahun).
Konsep lain yang berkaitan dengan GDP adalah produk nasional bruto (GNP) yaitu
total nilai pasar dari barang- barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh penduduk
suatu negara selama kurun waktu tertentu. Jadi, perbedaan antara GDP dan GNP adalah
bahwa GDP mengukur pendapatan dari faktor-faktor produksi di dalam batas teritori
negara (nation’s teritory boundaries), tanpa mempersoalkan siapa yang menerima
pendapatan tersebut; sedangkan GNP mengukur pendapatan dari penduduk suatu negara
atau perekonomian, tanpa mempersoalkan apakah pendapatan itu dihasilkan oleh
12
produksi di dalam negeri ataukah produksi di luar negeri (Sachs and Larrain, 1993
dalam Muana Nanga, 2005).
Untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan
mengunakan formula sebagai berikut: (Muana Nanga, 2005)
g=(Y t+Y t−1
Y t−1)∗100 % ................................................................................... (2.1)
dimana:
g = laju pertumbuhan ekonomi.
Yt = produk domestik bruto (GDP) pada tahun t (tahun sekarang).
Yt-1= produk domestik bruto (GDP) pada tahun t-1( tahun sebelumnya).
Menurut Kuznets dalam Todaro (2000), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan
kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri
ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan yang
ada. Kuznets juga mengemukakan bahwa ada setidaknya enam karakteristik atau ciri
proses pertumbuhan ekonomi yang ditemui di hampir semua negara yang sekarang telah
menjadi negara maju (developed country) atau wilayah maju apabila berbicara dalam
konteks ekonomi regional. Karakteristik tersebut antara lain :
1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi.
2. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi.
13
3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi.
4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.
5. Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian dunia lainnya
sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.
6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar
sepertiga bagian penduduk yang ada.
Sedangkan dalam Sadono Sukirno (2005) dijelaskan bahwa dalam analisis
makroekonomi, “pertumbuhan ekonomi” memiliki dua segi pengertian yang berbeda.
Di satu pihak, pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan suatu
perekonomian telah mengalami perkembangan ekonomi dan mencapai taraf
kemakmuran yang lebih tinggi. Di segi lain, pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk
menggambarkan permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh suatu negara atau suatu
wilayah dalam jangka panjang. Masalah pertumbuhan ekonomi ini sendiri dibagi
menjadi tiga aspek, yaitu :
a. Aspek yang bersumber dari perbedaan antara tingkat pertumbuhan potensial
yang dapat dicapai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya
tercapai. Investasi yang dilakukan saat ini dapat menambah persediaan barang-
barang modal di masa yang akan datang sehingga potensi suatu negara atau
wilayah untuk menghasilkan barang dan jasa akan bertambah pula. Kemajuan
teknologi, pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan produktivitas
mereka juga dapat menambah produksi barang dan jasa. Namun, kenaikan
14
faktor-faktor tersebut tidak selalu meningkatkan pertumbuhan ekonomi ke taraf
potensialnya. Yang terjadi justru sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang
lambat, pengangguran yang makin besar, serta masalah di luar masalah
ekonomi (sosial, pilitik, pertahanan dan kemanan) yang bertambah rumit pula.
b. Aspek selanjutnya adalah meningkatkan potensi pertumbuhan itu sendiri.
Ketika suatu negara atau wilayah memerlukan pertumbuhan GDP sejumlah
tertentu untuk mengurangi permasalahan pengangguran yang terjadi, namun
pada kenyataannya pertumbuhan GDP yang tercapai tidaklah sesuai yang
direncanakan. Akibatnya, permasalahan pengangguran tidak dapat teratasi
sehingga negara atau wilayah tersebut perlu memikirkan cara-cara untuk
mempercepat laju pertumbuhan ekonominya.
c. Aspek yang terakhir adalah mengenai keteguhan pertumbuhan ekonomi yang
berlaku dari satu tahun ke tahun yang lainnya. Pergerakan pertumbuhan
ekonomi yang dihadapi suatu negara atau wilayah sifatnya selalu fluktuatif.
Ada akalanya berkembang pesat, dan ada kalanya berjalan lambat bahkan lebih
rendah dari tahun sebelumnya.
2.1.1 Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar yang menerangkan adanya korelasi positif antara tingkat
investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Alasan mengapa Harrod dan Domar
menetapkan investasi sebagai kunci pertumbuhan ekonomi adalah karena investasi
memiliki sifat ganda sebagai berikut (Jhingan, 1990 dalam P. Todaro, 2000) : Pertama,
15
ia menciptakan pendapatan, dan kedua, ia memperbesar kapasitas produksi
perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Bila kita asumsikan bahwa ada
hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal secara keseluruhan, atau K,
dengan GDP, atau Y. Maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan neto terhadap stok
modal dalam bentuk dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus
output nasional atau GNP (Todaro, 2000). Hubungan tersebut dikenal dengan rasio
modal-output.
Dengan menetapkan k sebagai rasio modal output, s sebagai rasio tabungan
nasional yang menjadi bagian dari output nasional, dan bahwa jumlah investasi (I) baru
yang besarnya ditentukan oleh jumlah tabungan total (S). Maka dapat disusun model
pertumbuhan ekonomi sebagai berikut (Todaro, 2000) :
1. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s, dari pendapatan
nasional (Y). Oleh karena itu, kita pun dapat menuliskan hubungan tersebut dalam
bentuk persamaan yang sederhana :
S = sY ............................................................................................................. (2.2)
2. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat
diwakili oleh ΔK, sehingga kita dapat menuliskan persamaan sederhana kedua
sebagai berikut:
I = ΔK ............................................................................................................. (2.3)
Akan tetapi, karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan
jumlah pendapatan nasional atau output Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio
modal-output, k, maka :
16
KY
=K atau∆ K∆ Y
...................................................................................................
(2.4)
atau, akhirnya
ΔK = k. ΔY ..................................................................................................... (2.5)
3. Terakhir, mengingat jumlah keseluruhan dari tabungan nasional (S) harus sama
dengan keseluruhan investasi (I), maka persamaan berikutnya dapat ditulis
sebagai berikut :
S = I .................................................................................................................. (2.6)
Jadi, jika persamaan-persamaan di atas diringkas akan menjadi :
S = I .................................................................................................................. (2.7)
s.Y = k. ΔY ........................................................................................................ (2.8)
SK
=∆ YY
..............................................................................................................
(2.9)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan nasional yang ditunjukkan oleh
besarnya GNP (ΔY/Y) ditentukan oleh rasio tabungan nasional (s) dan rasio modal-
output nasional (k) secara bersamaan.
2.2 Utang Luar Negeri
Hutang luar negeri adalah semua pinjaman yang menimbulkan kewajiban
membayar kembali terhadap pihak luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam
Rupiah. Termasuk dalam pengertian pinjaman luar negeri adalah pinjaman dalam negeri
17
yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap pihak luar negeri. Pinjaman
luar negeri Indonesia dibedakan dalam 2 kelompok besar, yaitu pinjaman luar negeri
yang diterima Pemerintah (public debt) dan pinjaman luar negeri yang diterima swasta
(private debt). Dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri dibedakan ke dalam
pinjaman multilateral, pinjaman bilateral dan pinjaman dindikasi. Sedangkan dilihat dari
segi persyaratan pinjaman, dibedakan dalam pinjaman lunak (concessional loan),
pinjaman setengah lunak (semi concenssional loan) dan pinjaman komersial (Bank
Indonesia, 2005).
Menurut Tribroto (2001) pinjaman luar negeri pada hakekatnya dapat ditelaah
dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dari sudut pandang pemberi pinjaman atau
kreditur, penelaahan akan lebih ditekankan pada berbagai faktor yang memungkinkan
pinjaman itu kembali pada waktunya dengan perolehan manfaat tertentu. Sementara itu
penerima pinjaman atau debitur, penelaahan akan ditekankan pada berbagai faktor yang
memungkinkan pemanfaatannya secara maksimal dengan nilai tambah dan kemampuan
pengembalian sekaligus kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian
yang lebih tinggi.
Dari aspek materiil, utang luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar ke
dalam negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam negeri. Aspek fomal
mengartikan utang luar negeri sebagai penerimaan atau pemberian yang dapat
digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan
ekonomi.Sehingga berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar negeri merupakan salah
satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan.
18
Utang pada dasarnya adalah suatu alternatif yang dilakukan karena berbagai
alasan yang rasional. Dalam alasan-alasan yang rasional itu ada muatan urgensi dan
adapula muatan ekspansi. Muatan urgensi tersebut maksudnya ialah utang dipilih
mungkin sebagai sumber pembiayaan karena derajat urgensi kebutuhan yang
membutuhkan penyelesaian segera. Sedangkan muatan ekspansi berarti utang dianggap
sebagai alternatif pembiayaan yang melalui berbagai hitungan teknis dan ekonomis
dianggap dapat memberikan keuntungan (dalam Desmawati Sihombing(2010).
Konsep atau pengertian utang luar negeri yang dipakai dan sudah diterima secara
luas ialah utang yang meliputi semua utang konsesional dan utang pemerintah, dalam
bentuk mata uang atau jasa yang benar-benar dimaksudkan untuk memindahkan
sumber-sumber daya dari negara-negara kaya ke negara-negara dunia ketiga (dan dari
negara-negara OPEC ke negara-negara dunia ketiga lainnya), dengan tujuan dasar untuk
pembangunan dan atau pemerataan pendapatan.
Pemikiran yang mengatakan bahwa modal asing berpengaruh positif terhadap
tabungan domestik, pembiayaan impor, dan pertumbuhan ekonomi juga mendapat
tantangan dari kubu ahli ekonomi pembangunan yang lain. Mereka berkesimpulan
bahwa hanya sebagian kecil modal asing berpengaruh positif terhadap tabungan
domestik dan pertumbuhan ekonomi, (Mudrajat Kuncoro, 1997).
Para penganut teori ketergantungan (dependencia) sependapat dengan
kesimpulan para penentang di atas. Samir Amin, Paul Baran, Cardoso, Gunder Frank,
Prebisch, Dos Santos adalah nama-nama yang sering disebut sebagai pendukung utama
teori ketergantungan. Hipotesis utama teori ketergantungan adalah PMA dan utang luar
19
negeri dalam jangka pendek memperbesar pertumbuhan ekonomi namun dalam jangka
panjang (5-20 tahun) menghambat pertumbuhan ekonomi; makin banyak negara
bergantung pada PMA dan utang luar negeri maka makin besar perbedaan penghasilan
dan pada gilirannya tujuan pemerintah tidak tercapai, (Mudrajat Kuncoro, 1997).
Menurut Tribroto (2001), utang luar negeri dapat ditinjau dari berbagai segi,
antara lain:
1. Dari segi jangka waktu, pinjaman luar negeri terdiri atas pinjaman jangka pendek,
yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun. Pinjaman jangka
menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 5 tahun sampai dengan 15
tahun. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15
tahun.
2. Dari segi status dana pinjaman, terdiri atas pinjaman pemerintah dan pinjaman
swasta.
3. Dari segi sumber dana pinjaman, terdiri atas pinjaman dari negara-negara dalam
kerangka IGGI/CGI berupa pinjaman multilateral, yaitu pinjaman yang berasal
dari badan-badan keuangan internasional dan regional seperti World Bank,
International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan Asian
Development Bank (ADB) yang pada dasarnya pinjaman bersyarat ringan.
Pinjaman bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari pemerintah suatu negara
melalui suatu lembaga atau badan keuangan yang dibentuk oleh negara
bersangkutan. Pinjaman dari negara-negara yang tergabung dalam kelompok non
20
IGGI/CGI berupa pinjaman yang berasal dari negara maupun lembaga atau badan
keuangan internasional dan regional yang bukan anggota CGI, baik dari pinjaman
multilateral maupun pinjaman yang berasal dari pemerintah suatu negara.
4. Dari segi persyaratan pinjaman, terdiri atas:
a. Pinjaman lunak (Concessional Loan) Merupakan pinjaman yang berasal
dari lembaga multilateral maupun negara bilateral yang dananya berasal dari
iuran anggota (untuk multilateral) atau dari anggaran negara yang
bersangkutan (untuk bilateral) dan ditujukan untuk meningkatkan
pembangunan, sehingga tingkat tingkat bunganya rendah (maksimum
3.5%), jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang
(grace period) cukup panjang (sekurang-kurangnya tujuh tahun). Selain itu,
biasanya pinjaman lunak mengandung hibah (grant) sekurang-kurangnya 35
persen dari total pinjaman.
b. Pinjaman setengah lunak (Semi-concessional Loan) Merupakan pinjaman
yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian lagi
komersial. Bentuk pinjaman yang masuk dalam kategori ini adalah fasilitas
kredit ekspor dan Purchasing and Installment Sales Agreement (PISA).
c. Pinjaman komersial Merupakan pinjaman yang bersumber dari bank atau
lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional
pada umumnya.
21
5. Dari segi bentuk pinjaman yang diterima, terdiri atas bantuan proyek yang
merupakan bantuan luar negeri yang digunakan untuk keperluan proyek
pembangunan dengan cara memasukkan barang modal, barang, dan jasa. Bantuan
teknik yaitu bantuan luar negeri dalam bentuk penguasaan tenaga-tenaga ahli dari
negara donor ke negara berkembang dalam rangka alih teknologi atau pemberian
peralatan untuk pelaksanaan proyek, juga dalam bentuk pelatihan pendidikan
kepada tenaga domestik di dalam dan di luar negeri. Bantuan program, yaitu
bantuan luar negeri yang berupa devisa kredit, bantuan pangan, dan bantuan non
pangan. Penggunaannya diserahkan kepada pemerintah Indonesia sendiri. Dana
Rupian bantuan program digunakan untuk membiayai proyek-proyek
pembangunan.
2.3 Modal Masuk (Capital Inflow)
Modal masuk adalah dana asing yang mengendap ke suatu negara dalam waktu
tertentu. Modal masuk juga dapat berasal dari pemilik modal domestik yang membawa
kembali uangnya yang ditanamkan di luar negeri. Ada beberapa cara dana asing masuk
ke suatu negara, yaitu: (1) penanaman modal asing langsung, dan (2) penanaman modal
asing tidak langsung (Salvator; 1997)
2.3.1 Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment)
Salvatore (1997) menyatakan bahwa penanaman modal asing langsung meliputi
investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrikpabrik, pengadaan
22
berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi,
pembelanjaan berbagai peralatan inventaris, dan sebagainya. Pengadaan modal asing itu
biasanya dibarengi dengan penyelenggaraan fungsifungsi manajemen, dan pihak
investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah
ditanamkannya.
Penanaman modal langsung, menurut IMF (2003) dan OECD (Organization of
Economic Corporation and Development) dalam Duce dan España (2003)
merefleksikan pada tujuan untuk mempertahankan kepentingan jangka panjang yang
dilakukan oleh kesatuan investor sebagai pelaku ekonomi kepada suatu perusahaan yang
dimiliki penduduk asli dalam ekonomi lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa investor asing menanam modal secara langsung
di negara lain:
1. Memperoleh keuntungan setinggi mungkin dan mendiversifikasikan atau
memecahkan resiko;
2. Menghindari pajak yang terlalu berat di suatu negara;
3. Mendukung kegiatan bisnis disuatu negara yang sarana infrastrukturnya belum
memadai;
4. Melakukan integrasi horizontal atau perluasan kegiatan produksi ke wilayah yang
lebih luas.
5. Melakukan integrasi vertikal. Integrasi jenis ini dilakukan oleh perusahaan asing
yang menanam modalnya untuk memperoleh kontrol atas jalur pasokan bahan-
bahan mentah atau komoditi primer yang mereka butuhkan. Hal ini dilakukan agar
23
investor asing memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan harga
yang lebih murah.
2.3.2 Penanaman Modal Asing Tidak Langsung
Penanaman modal asing tidak langsung sering disebut penanaman modal jangka
pendek. Investasi jenis ini berbentuk portofolio (portofolio investment). Mishkin (2001)
mengemukakan teori pilihan portofolio (theory of portofolio choice) yang menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli aset, yaitu: (1) kekayaan
(wealth), jika kekayaan seseorang semakin meningkat maka ia akan memiliki sumber
yang lebih banyak untuk membeli asetaset; (2) hasil yang diharapkan (expected return),
yaitu hasil yang mungkin didapatkan dengan memegang aset tersebut; (3) risiko (risk),
yaitu derajat ketidakpastian yang dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-
aset lainnya; (4) likuiditas (liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu aset diubah
dalam bentuk uang tunai (cash).
Teori di atas mengisyaratkan bahwa setiap tindakan investor dalam memegang
suatu aset akan didasarkan pada keempat faktor tersebut. Definisi aset di sini ialah
sesuatu yang dimiliki sebagai simpanan kekayaan atau nilai. Aset ini dapat berupa uang,
tanah, bangunan, mesin, valuta asing, obligasi, saham, dan lainnya. Investor asing
menanam modal dengan menguasai saham yang dapat dipindahkan (yang diterbitkan
atau dijamin oleh negara penerima modal). Penguasaan saham ini tidak secara otomatis
memberikan hak investor asing untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang
saham hanya memiliki hak atas dividen perusahaan. (Mishkin; 2001)
24
Penanaman Modal Asing menurut UU No. 1 Tahun 1967 dan diubah serta
ditambah oleh UU No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan mencakup
dalam 3 unsur pokok yang isinya :( http://www.jbs.co.id)
1) Penanaman modal secara langsung.
2) Pengunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia.
3) Resiko ditanggung pemilik modal/ investor( pasal 1).
Dimana pengertian Penanaman Modal Asing(PMA) adalah
1) Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa
Indonesia dan disetujui pemerintah untuk pembiayaan perusahaan di
Indonesia.
2) Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemn ditambah oleh unn
diubah duan baru milik asing dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam
Wilayah RI yang tidak dibiayai oleh devisa Indonesia.
3) Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi digunakan untuk
membiayai perusahaan di Indonesia (pasal 2).
Menurut undang undang No 11 tahun 1970, jenis PMA yang bisa secara
penguasaan penuh atas bidang usaha yang bersangkutan (100 persen asing) ataupun
kerjasama dengan modal Indonesia tersebut terdiri dari; hanya dengan pemerintah
(misalnya pertambangan) atau pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA
di Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang terbuka ataupun yang
tertutup ditentukan oleh pemerintah. Contoh bidang usaha yang tertutup adalah;
pelabuhan, listrik umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta
25
umum, pembangkit tenaga atom, media-massa dan bidang usaha yang berkaitan dengan
industri militer.( http://www.jbs.co.id).
2.4 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman modal
dalam negeri dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 2005 tentang
Penanaman Modal. Bidang usaha yang dapat menjadi garapan penanaman modal dalam
negeri adalah semua bidang usaha yang ada di Indonesia. Namun ada juga bidang-
bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib dilaksanakan oleh pemerintah .
misalkan: yang berkaitan dengan rahasia dan pertahanan Negara. Penanaman modal
dalam negeri di luar bidang-bidang tersebut dapat diselenggarakan oleh swasta nasional.
Misalkan seperti: perikanan,perkebunan, pertanian, telekomunikasi, jasa umum,
perdagangan umum. Penanaman modal dalam negeri dapat merupakan sinergi bisnis
antara modal Negara dan modal swasta nasional. Misalnya seperti: di bidang
telekomunikasi, perkebunan.
1. Fasilitas yang didapatkan oleh perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri:
a. Pajak penghasilan melalui netto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah
penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu.
26
b. Pembebesan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor
barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.
c. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin,
atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di
dalam negeri.
d. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku dan bahan penolong
untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan
tertentu.
2. Kriteria Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri yang mendapatkan
fasilitas antara lain:
a. Menyerap banyak tenaga kerja.
b. Melakukan alih teknologi.
c. Termasuk skala prioritas tertinggi.
d. Melakukan industri pionir.
e. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
f. termasuk pembangunan infrastruktur.
g. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain yang dianggap perlu.
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi.
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi.
27
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi didalam negeri.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri
a. Potensi dan karakteristik suatu daerah
b. Budaya masyarakat
c. Pemanfaatan era otonomi daerah secara proposional
d. Peta politik daerah dan nasional
e. Kecermatan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan lokal dan
peraturan daerah yang menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia
bisnis dan investasi
4. Syarat-syarat Penanaman Modal Dalam Negeri.
a. Permodalan: menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat
Indonesia (Ps 1:1 UU No. 6/1968) baik langsung maupun tidak langsung.
b. Pelaku Investasi : Negara dan swasta
Pihak swasta dapat terdiri dari orang dan atau badan hukum yang
didirikan berdasarkan hukum di Indonesia.
c. Bidang usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina,
dipelopori atau dirintis oleh pemerintah.
d. Perizinan dan perpajakan : memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah. Antara lain : izin usaha, lokasi, pertanahan, perairan,
eksplorasi, hak-hak khusus, dll.
28
e. Batas waktu berusaha : merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-
masing daerah.
f. Tenaga kerja: wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali
apabila jabatan-jabatan tertentu belum dapat diisi dengan tenaga bangsa
Indonesia. Mematuhi ketentuan UU ketenagakerjaan (merupakan hak
dari karyawan).
5. Tata Cara Penanaman Modal Dalam Negeri
a. Keppres No. 29/2004 tentang penyelenggaraan penanam modal dalam
rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri
melalui system pelayanan satu atap.
b. Meningkatkan efektivitas dalam menarik investor, maka perlu
menyederhanakan system pelayanan penyelenggaraan penanaman modal
dengan metode pelayanan satu atap.
c. Diundangkan peraturan perundang-undnagan yang berkaitan dengan
otonomi daerah, maka perlu ada kejelasan prosedur pelayanan
Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri
d. BKPM. Instansi pemerintah yang menangani kegiatan penanaman modal
dalam rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam
Negeri.
e. Pelayanan persetujuan, perizinan, fasilitas penanaman modal dalam
rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri
dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan pelimpahan kewenagan dari
29
Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Dept yang membina bidang-
bidang usaha investasi ybs melalui pelayanan satu atap
f. Gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangannya dapat melimpahkan
kewenangan pelayanan persetujuan, perizinan dan fasilitas penanaman
modal kepada BKPM melalui system pelayanan satu atap;
g. Kepala BKPM dalam melaksanakan system pelayanan satu atap
berkoordinasi dengan instansi yang membina bidang usaha penanaman
modal
h. Segala penerimaan yang timbul dari pemberian pelayanan persetujuan,
perizinan dan fasilitas penanaman modal oleh BKPM diserahkan kepada
isntansi yang membidangi usaha penanaman modal.
2.4.1 Latar Belakang PMDN
1) Penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional adalah untuk mempertinggi
kemakmuran rakyat, modal merupakan factor yang sangat penting dan
menentukan .Perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam
negeri dengan cara rehabilitasi pembaharuan, perluasan , pemnbangunan dalam
bidang produksi barang dan jasa .
2) Perlu diciptakan iklim yang baik, dan ditetapkan ketentuan-ketentuan yang
mendorong investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia .
3) Dibukanya bidang-bidang usaha yang diperuntukan bagi sector swasta .
30
4) Pembangunan ekonomi selayaknya disandarkan pada kemampuan rakyat
Indonesia sendiri .
5) Untuk memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing .
6) Penanaman modal (investment), penanaman uang aatau modal dalam suatu
usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dari usaha tsb. Investasi sebagai
wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan untuk dapat memelihara atau
menaikkan nilai atau memberikan hasil yang positif .
7) Pasal 1 angka 2 UUPM meneyebutkan bahwa PMDN adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri .
8) Sedangkan yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri adalah
perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI (Pasal 1 angka 5 UUPM) .
9) Bidang usaha yang dapat menjadi garapan PMDN adalah semua bidang usaha
yang ada di Indonesia .
10) Namun ada bidang-bidang yang perlu dipelopori oleh pemerintah dan wajib
dilaksanakan oleh pemerintah . misal: yang berkaitan dengan rahasia dan
pertahanan Negara .
11) PMDN di luar bidang-bidang tersebut dapat diselenggarakan oleh swasta
nasional. Midsal : perikanan,perkebunan, pertanian, telekomunikasi, jasa umum,
perdaganagan umum .
31
12) PMDN dapat merupakan sinergi bisnis antara modal Negara dan modal swasta
nasional. Misal: di bidang telekomunikasi,perkebunan
2.5 Studi Empiris
Beberapa hasil penelitian mengenai utang luar negeri, penanaman modal asing
dan perekonomian Indonesia yang pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia maupun
yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Novita Linda Sitompul (2007) yang hasil penelitiannya menemukan bahwa
invesatsi PMDN tahun sebelumnya, PMA tahun sebelumnya, jumlah tenaga kerja, dan
kondisi perkonomian berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 98.39%. Hal ini berarti bahwa
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara akan semakin meningkat dengan meningkatnya
investasi dan tenaga kerja.
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menggambarkan pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat yaitu pengaruh Utang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing dan
Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-
investasi baru sebagai stok modal. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah
atau kerjasama antara pemerintah dan swasta. Dengan demikian Utang Luar Negeri,
tingkat investasi baik PMA atau PMDN, diharapkan menjadi pendorong dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
32
Penanaman Modal Asing (PMA)
Utang luar Negeri(FDI)
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Berdasarkan pernyataan tersebut secara garis besar dapat dijelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam Penelitian ini
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel yang
mempengaruhinya dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
33
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data dan informasi empiris untuk memecahkan permasalahan dan menguji
hipotesis penelitian.
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai utang luar negeri (foreign debt)
dan Penanaman Modal Asing (PMA) dan PMDN sebagai faktor penentu pertumbuhan
ekonomi di indonesia.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan yaitu:
a. Variabel Pertumbuhan Ekonomi Indonesia berdasarkan harga konstan 2000
periode 1990-2011. Satuannya adalah persentase.
b. Variabel Utang Luar Negeri periode 1990-2011. Dinyatakan dalam satuan
juta US$.
c. Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia yang telah direalisasikan pada
periode 1990-2011. Satuan nilainya adalah Juta US$.
d. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia yang telah
direalisasikan pada periode tahun 1990-2011. Dalam satuan Milyar rupiah.
34
3.3 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun
waktu (time series) tahunan selama periode 1990 – 2011 dengan empat
variabel penelitian
b. Data sekunder ini bersumber dari Bank Indonesia (BI) dan dilengkapi dari
berbagai hasil laporan BPS dan berbagai literatur, referensi, textbook, jurnal
yang ada kaitannya dalam penelitian skripsi ini.
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data adalah melakukan pencatatan langsung mengenai data
yang dipergunakan seperti data pertumbuhan ekonomi Indonesia, jumlah penanaman
modal asing di Indonesia, jumlah penanaman modal dalam negeri di Indonesia dalam
bentuk time series data dari tahun 1990-2011.
3.5 Metode Analisis dan Prosedur Pengujian Statistik
3.5.1 Metode Analisis
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Hutang luar negeri (foreign debt),
modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri(PMDN) sebagai variabel
Independen yang mempengaruhi Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai variabel
dependen dapat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:
Y = f(X1, X2,,X3) ........................................................................................................(1)
35
Dengan metode statistik ekonometrika, selanjutnya fungsi diatas secara linear dapat
dibentuk kepersemaan regresi, sehingga fungsi diatas dapat dituliskan persamaanya
sebagai berikut: (J. Suprapto,1992)
Y =b0+b1X1 +b2X2 +b3 X3+ μ.....................................................................................(2)
dimana:
Y = Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ( Persen)
X1 = Utang luar negeri (jutaan U$)
X2 = Modal asing (jutaan U$)
X3 = Penanaman modal dalam negeri(PMDN) (milyar rupiah)
b0 = koefisien konstanta
b1 = koefisien regresi Utang Luar Negeri
b2 = koefisien regresi Modal asing
b3 = koefisien regresi penanaman modal dalam negeri
u = disturbance terms
Sedangkan untuk mengukur elastisitas dari variabel terikat terhadap variabel
bebas yaitu untuk menunjukan presentase perubahan pada variabel bebas maka dibentuk
logaritma, dari persamaan (2) ditransformasikan dalam bentuk persamaan (3) yang
berbentuk logaritma sebaagi berikut:
Log Y = b0 + b1 Log X1 + b2 Log X2 + b3 Log X3 + U..................................................(3)
36
3.5.2 Prosedur Pengujian Statistik
3.5.2.1 Uji Koefisien Regresi ( t-test)
Uji koefisien regresi (t statistik) melihat pengaruh antara variabel indipenden
secara individual terhadap variabel dependen.
t test = 1+ bise (bi)
dimana:
t test = Nilai t yang dihitung
bi = Elastisitas varibla (i)
se(bi) = Standar error (i)
dengan ketentuan :
1. t hitung < t tabel
hipotesa nol (Ho) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak, artinya tidak ada
hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.
2. t hitung > t tabel
hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat
hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.
3.5.2.2 Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian R2 atau koefisien detreminasi berguna untuk melihat seberapa besar
proporsi sumbangan seluruh variable bebas terhadap naik turunnya varibla tidak bebas.
R2 = ∑ x1 y 1
∑ x12∑ y12
37
Dimana:
R2 = Koefisien determinasi
Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1, suatu R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan
sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel
independen dan dependen.
3.5.2.3 Pengujian F (F-test)
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh seluruh variable bebas terhadap variable
terikat :
F test =R2 (k−1 )
1−R2(n−k )
Dimana ;
F test = Nilai F yang dihitung
R2 = Koefisisien Determinasi
k = Jumlah variable
n = Jumlah tahun pengamatan
dengan ketentuan:
1. F hitung< Ftabel
Hipotesa nol (Ho) diterima dab hipotesa alternatif (Ha) ditolak, artinya tidak
ada hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.
2. F hitung > F tabel
Hipoteas nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima, artinya
terdapat hubungan yang berarti antara variable bebas dengan variable terikat.
38
3.6. Uji Asumsi Klasik
Analisis data dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) memerlukan
asumsi-asumsi dalam Model Regresi Linear Klasik (MRLK) digunakan dalam penlitian
ini. OLS merupakan model yang paling popular digunakan untuk mempelajari
hubungan di antara variabel ekonomi.
Menurut Thomas (1997) bahwa metode ini dianggap mempunyai sifat-sifat yang
dapat diunggulkan oleh karena secara teknis sangat mudah dalam perhitungan dan
penarikan interpretasinya. Di samping itu, karena sifat penaksir OLS yang Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE), di mana nilai penaksir tak bias, mempunyai varians yang
minimum. OLS harus ditunjang oleh seperangkat asumsi yang harus dipenuhi agar
tercapai hasil yang optimum. Menurut Gujarati (2003) bahwa asumsi-asumsi dalam
MRLK yang perlu diuji adalah :
3.6.1. Multikolinearitas
Pendeteksian multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variables). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel
bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel-variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol. Gujarati (2009) bahwa untuk mendeteksi ada atau tidak ada
39
multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut :
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,
tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel terikat.
b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada
korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan
indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel
bebas tidak berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan
karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.
Menurut Gujarati (2009) bahwa pada dasarnya tidak ada alat diagnosa
multikolonieritas yang memberi jawaban lengkap atas masalah kolonieritas. Masalah
multikolonieritas adalah masalah derajat dan merupakan fenomena spesifik sampel.
Dalam beberapa situasi, mungkin multikolonieritas mudah terdiagnosa, tapi dalam
situasi lain tidak.
Dalam penelitian ini diagnosa multikolonieritas akan menggunakan metode
Auxiliary Regressions (AXR). Metode diagnosa AXR pada dasarnya adalah regresi
antar variabel bebas secara bergantian, yang kemudian menurut Gujarati (2009) nilai uji
F dapat dihitung berdasarkan :
F=R j
2 /( k−2 )
(1−R j2) / (N−k+1 )
40
Apabila nilai statistik Fhitung lebih besar daripada Ftabel, maka hipotesis nol
tentang tidak adanya multikolonieritas ditolak, dengan kata lain terjadi gejala
multikolonieritas. Sebaliknya apabila nilai statistik Fhitung lebih kecil daripada Ftabel,
maka hipotesis nol tentang tidak adanya multikolonieritas diterima, dengan kata lain
tidak terjadi gejala multikolonieritas.
Kesimpulan pendeteksian multikolonieritas dapat juga dilakukan dengan cara
hasil R j2
AXR dibandingkan dengan R2 regresi keseluruhan. Apabila R j2
lebih besar
daripada R2 regresi keseluruhan, maka disimpulkan bahwa terdapat persoalan
multikolonieritas. Tetapi jika R j2
lebih kecil daripada regresi R2 keseluruhan, maka
disimpulkan bahwa tidak terdapat persoalan multikolonieritas yang serius. Kriteria
tersebut berdasarkan pada Klein’s Rule of Thumb.
Apabila terjadi masalah multikolonieritas, maka menurut Gujarati (2009) dapat
diperbaiki dengan beberapa cara sebagai berikut :
1) Mengeluarkan salah satu atau lebih variabel kolonieritas. Namun mengeluarkan
variabel-variabel dari model membawa dampak kesalahan spesifikasi model.
2) Meningkatkan ukuran sampel.
3) Mengkaji ulang modelnya.
4) Memanfaatkan informasi sebelumnya tentang beberapa parameter.
5) Transformasi variabel.
3.6.2. Autokorelasi
41
Pendeteksian autokorelasi bertujuan mengetahui apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena kesalahan pengganggu tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
runtun waktu (time series) karena gangguan pada seseorang individu/ kelompok
cenderung mempengaruhi pada gangguan pada individu/kelompok yang sama pada
periode berikutnya.
Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang
berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Menurut
Insukindro (1999) bahwa ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (DW
Test) atau Uji Lagrange Multiplier (LM Test).
Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-
Godfrey (BG Test) dilakukan dengan meregres variabel pengganggu ut. Hal ini akan
dilakukan dengan autoregresive model sebagai berikut :
U t= ρ1 ut−1+ρ2ut−2+. . .. ..+ ρnu1−n+ε t
Dengan hipotesis nol (Ho) adalah ρ1 =ρ2 =….= ρn = 0. Koefisien autoregressive
secara simultan sama dengan nol yang menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi
pada setiap orde.
42
Dasar pengambilan keputusan adalah angka statistik F atau apabila ukuran
sampel besar dapat menggunakan dasar statistik 2 yang diperoleh dari ((n-p)R2)2p.
Secara manual, jika (n-p) * R2 atau χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel, maka hipotesis nol
yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model ditolak. Tetapi jika (n-p) *
R2 atau χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tabel, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa
tidak ada autokorelasi dalam model diterima. Uji ini menggunakan dasar hipotesis nol
bahwa semua koefisien autoregressive secara simultan sama dengan nol. Dengan kata
lain tidak terdapat autokorelasi pada setiap order pengamatan.
Apabila terjadi autokorelasi, menurut Gujarati (2009) dapat diatasi dengan
beberapa cara yaitu :
1) Metode Cohran-Orcut. Metode ini dilakukan dengan cara mentransformasi
persamaan utama dengan koefisien ρ dari autoregressive dalam error term. Proses
penaksiran dilakukan hingga mendapatkan nilai ρ yang paling baik. Transformasi
model regresi awal dilaksanakan berdasarkan nilai yang terbaik.
2) Metode Hidreth Lu. Metode ini mentransformasi model utama dengan nilai
koefisien ρ mulai dari 0,1 sampai dengan 1,0 untuk mentransformasi modelnya.
Hasil terbaik dipilih dengan melihat sum square terkecil dari regresi-regresi
tersebut.
3) Metode Durbin Watson. Metode ini mentransformasi model utama dengan nilai
koefisien ρ yang dihtung dari 1-d/2 (d adalah DW Statistik).
43
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, Adwin Surya, 2000. Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia:
Perkembangan dan Dampaknya, Jakarta: UKP.
Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE UGM Yogyakarta.
Djamin, Zulkarnain, 1996. Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara Berkembang,
Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Duce, M. dan Banco, E. 2003. “Definition of Foreign Direct Investment (FDI): A
Methodological Note”. Executive Summary
Firmansyah, Dadang. 2008.”Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Di Indonesia
Periode 1985-2004 [Skripsi]”. Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta,
Padang.
Gujarati, Damodar N. 2009, Basic Econometrics, Fifth Edition. McGraw Hill, USA.
Insukindro. 1999, Pemilihan Model Ekonomi Empirik dengan Pendekatan Koreksi
Kesalahan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.14
International Monetary Fund (IMF). International Financial Statistics (IFS).
www.imf.org [15 Februari 2006]
Mishkin, F. S. 1999. The Economics of Money, Banking, and Financial Market.
Columbia University, Boston.
Mudrajat, Kuncoro, 2001. Manajemen Keuangan Internasional: Pengatur Ekonomi dan
Bisnis Global, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE UGM Yogyakarta.
Nanga, Muana. 2000. “ Makro Ekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan Edisi Kedua”.
PT RajaGrafindo persada. Jakarta
44
Novita Linda Sitompul, 2007. Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap
PDRB Sumatera Utara, Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara.
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [penerjemah]. Erlangga,
Jakarta.
Siahaan, N. 2005. Pengaruh Foreign Direct Invesment terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sihombing, Desmawati. 2010. Analisis Pengaruh Hutang Luar Negeri terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi,Universitas
Sumatra Utara, Medan.
Sukirno, Sadono. 2005.Makro Ekonomi Modern: Perkembanga Pemikiran Dari Klasik
Hingga Keynesian Baru. PT RajaGrafindo persada. Jakarta
Supranto, J. 1992.”statistik: teoro dan aplokasi edisi kelima”. LPFEUI, Jakarta.
Tambunan, Tulus.2006. Iklim Investasi Di Indonesia : masalah, Tantangan Dan
Potensi :Kadin Indonesia, Jetra.
Todaro, Michael P, alih bahasa oleh Haris Minandar, 2000. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga edisi 8, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tribroto, 2001. “Kebijakan dan Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri”. Di dalam:
Sigalingging, Hotbin [editor]. Profil Pinjaman Luar Negeri Indonesia dan
Permasalahannya. Jakarta: www.google.co.id
www.bi.go.id, Laporan Tahunan Bank Indonesia.
http://www.jbs.co.id/penanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-menuperijinan-96.html
45