Upload
laode-yusmail-alisa
View
81
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi yang berkembang dengan pesat disegala bidang
berdampak luas pada aktivitas manusia, baik pada aktivitas sehari-hari maupun
pada aktivitas bekerja. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin
mempermudah manusia untuk saling berbagi informasi terbaru dengan cepat dan
lebih efektif serta efesien, saling bertukar data baik gambar, suara maupun video
serta dokumen-dokumen penting untuk keperluan pekerjaan dan aktivitas sehari-
hari.
Untuk dapat saling berbagi informasi diperlukan suatu alat terintegrasi yang
membentuk suatu jaringan yang saling terhubung dan dapat berkomunikasi satu
sama lainnya. Perangkat elektronik seperti radio, TV, telepon dan komputer
merupakan alat komunikasi dan informasi yang mampu membentuk suatu jaringan
yang umum digunakan oleh masyarakat saat ini. Agar dapat saling terhubung dan
berkomunikasi dengan baik, alat telekomunikasi tersebut memerlukan media
transmisi sebagai jalur pengiriman dan penerimaan data berupa sinyal analog
maupun sinyal digital.
Saat ini terdapat berabagai macam media transmisi yang berkembang dan
digunakan secara umum, salah satu diantaranya adalah media transmisi data yang
terbuat dari bahan tembaga (cooper media). Media transmisi tembaga (kabel
tembaga) ini biasa digunakan untuk mentransmisikan data pada jaringan telepon
2
rumah dan pada jaringan komputer. Jenis-jenis kabel yang dipakai untuk transmisi
data pada jaringan, yaitu: kabel koaksial, kabel STP (Shield Twisted Pair), dan
kabel UTP (Unshield Twisted Pair).
Dalam suatu jaringan, media transmisi berperan sebagai jalur pengiriman dan
penerimaan data. Dengan kata lain komunikasi dalam suatu jaringan akan
terganggu jika kualitas jalur pengiriman dan penerimaan datanya (media transmisi)
buruk. Dengan demikian diperlukan suatu alat yang mampu menguji kualitas dari
media transmisi yang digunakan, sehingga gangguan pada suatu jaringan dapat
dikurangi. Saat ini banyak alat uji yang dibuat dan dipasarkan, beberapa diantaranya
adalah kabel tester analog dengan tampilan antarmuka menggunakan LED.
Meskipun kemampuannya terbatas untuk mengetahui konfigurasi kabel, namun
harga yang terjangkau serta penggunannya yang mudah menjadi salah satu alasan
mengapa LAN tester analog dengan tampilan antarmuka menggunakan LED
banyak digunakan untuk menguji kabel LAN baik oleh pemula maupun teknisi ahli
sekalipun.
Pada awal tahun 2010 perusahaan elektronik asal Amerika Serikat Fluke
Network memberikan pilihan lain dalam melakukan pengujian kabel LAN dengan
membuat alat multimeter jaringan bernama LinkRunner Pro Network Multimeter
yang mampu menguji kualitas kabel tembaga konektor RJ-45, mengenali IP
address, MAC address, mendeteksi PoE power, DHCP, link speed (kecepatan
sambungan), mampu melakukan ping DNS server, mengetahui konfigurasi dasar
kabel (wiremap) RJ-45: short cable, open cable serta panjang kabel (pair length),1
1 ___, Technical Data LinkRunner Pro&Duo Network Multimeter (USA:Fluke Corporation,2010)
3
Produk lainnya yang juga mampu menguji kualitas media transmisi kabel
tembaga meskipun kemampuannya lebih sederhana jika dibandingkan dengan
LinkRunner buatan Fluke Network yaitu LAN CABLE HiTESTER 3665-20. LAN
tester hasil produksi dari perusahaan Jepang bernama HIOKI E.E.
CORPORATION sudah kompatibel dengan kabel CAT-6, mampu membedakan
kabel UTP atau STP, mengetahui panjang kabel, serta identifikasi wiremap seperti
straight kabel, cross kabel, dan menganalisa kesalahan wiremap seperti short kabel,
open kabel, atau split kabel.2
Jenis LAN tester digital seperti LinkRunner Pro produksi Fluke Network, dan
LAN CABLE HiTESTER 3665-20 produksi HIOKI merupakan alat yang sangat
dibutuhkan dalam pengujian awal pada suatu jaringan baik yang sudah terbentuk
maupun jaringan yang akan dibentuk. Selain tampilan antarmukanya sudah
menggunakan layar LCD sehingga mempermudah dalam mendapatkan informasi
hasil pengujian, LAN tester jenis digital memiliki fitur yang lengkap untuk
digunakan dalam pengetesan sebuah jaringan, dibandingkan dengan LAN tester
analog yang hanya mampu menguji wiremap saja. Namun harga LAN tester digital
yang relatif jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan LAN tester analog membuat
beberapa kalangan lebih memilih menggunakan LAN tester analog meskipun
dengan kemampuan yang sederhana.
Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis bermaksud untuk membuat
sebuah alat penguji kabel LAN berbasis mikrokontroller ATmega 8535 sebagai
pengolah data, yang mampu mengetahui urutan kabel (wiremap) dan memberikan
2 ___, DataSheet LAN CABLE HiTESTER 3665-20 (Japan: HIOKI E.E. CORPORATION,2010)
4
informasi jenis konfigurasi kabel straight, cross, rollover, atau fail dengan tampilan
antarmuka menggunakan layar LCD 16x2.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
“Bagaimana mendesain dan membuat alat penguji kabel LAN berbasis
mikrokontroler ?”
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah akan dibatasi pada:
1. LAN tester mampu menguji kabel kategori 5e berdasarkan standar
ANSI/TIA/EIA-568
2. Pengujian kabel meliputi urutan kabel dan jenis konfigurasi kabel
3. Antarmuka atau tampilan menggunakan layar LCD 16x2
4. Mikrokontroler yang digunakan yaitu ATmega 8535
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat alat penguji kabel LAN berbasis
mikrokontroler yang mampu menguji kabel UTP kategori 5e sesuai dengan standar
ANSI/TIA/EIA-568
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Mengaplikasikan mikrokontroler pada alat penguji kabel UTP
2. Mempermudah dalam pengujian kabel UTP
3. Memberikan alternatif pengujian kabel UTP
5
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Media Transmisi
Media transmisi adalah media yang menghubungkan antara pengirim dan
penerima informasi (data). Sebelum data di kirim melalui media transmisi, data
dari sumber informasi (source) terlebih dahulu diubah menjadi kode atau isyarat
oleh pengirim (transmitter) yang kemudian akan dimanipulasi dengan berbagai
macam cara untuk diubah kembali menjadi data oleh penerima (receiver)
sehingga data dapat sampai pada tujuan penerima informasi (destination).
Gambar 2.1 Model sederhana sistem telekomunikasi
Berdasarkan bentuk fisik, media transmisi di golongkan menjadi dua, yaitu
saluran fisik (guided) dan saluran non fisik (unguided). Media transmisi saluran
fisik memiliki ciri dapat dilihat dan disentuh keberadaanya, disebut media guided
karena ada yang mengarahkan yaitu dalam aplikasi jaringan adalah kabel.
Berdasarkan bahan pembuatan media transmisi kabel yang juga biasa disebut
6
dengan wireline dibagi menjadi dua, yaitu: media tembaga (cooper media) dan
media optik (optical media). Media tembaga dalam penulisan tugas akhir kabel
LAN tester berbasis mikron merupakan objek penelitian dengan fokus pengujian
pada kabel jenis pasangan berpilin (twisted pair) yaitu kabel UTP kategori 5e
dengan konektor RJ 45 yang terpasang pada kedua ujung kabel.
2.1.2 Kabel UTP
Kabel Unshielded Pwisted Pair (UTP) adalah jenis kabel jaringan yang
menggunakan bahan dasar tembaga, yang tidak dilengkapi dengan pelindung
(shield). Setiap kabel memiliki pasangan yang dipilin atau diputar dengan tujuan
untuk mengurangi atau meniadakan interferensi elektromagnetik dari luar seperti
radiasi elektromagnetik. UTP merupakan jenis kabel yang paling umum yang
sering digunakan di dalam jaringan lokal (LAN), karena memiliki harga yang
rendah, pemesangan yang mudah, fleksibel dan kinerja yang ditunjukkan relatif
bagus. Pada kabel UTP, terdapat bahan meterial (insulasi) satu lapis yang
melindungi kabel dari ketegangan fisik atau kerusakan tapi, tidak seperti kabel
Shielded Twisted Pair (STP), bahan meterial (insulasi) tersebut tidak melindungi
kabel dari interferensi elektromagnetik. Bentuk fisik kabel UTP dapat dilihat pada
gambar 2.2
Gambar 2.2 Kabel UTP dan kabel STP
UTP STP
7
Tabel 2.1 Kode warna kabel dan nomor pasangan kabel UTP
Nomor Kode warna
Pasangan kabel 1 Putih-biru dan Biru
Pasangan kabel 2 Putih -jingga dan Jingga
Pasangan kabel 3 Putih-hijau dan Hijau
Pasangan kabel 4 Putih -coklat dan Coklat
Kabel UTP memiliki impendansi 100 Ohm, memiliki diameter 24 AWG
(0.511 mm) dan tersedia dalam beberapa kategori yang ditentukan dari
kemampuan transmisi data yang dimiliki, seperti tertulis dalam tabel 2.1
Tabel 2.2 Kategori kabel UTP
Kategori kabel Kegunaan
UTP kategori 1 Kualitas suara analog seperti bel pintu, dan sistem alarm
UTP kategori 2 Transmisi suara digital seperti sistem telepon digital
UTP kategori 3 10Base-T, 4Mbps Token Ring
UTP kategori 4 16Mbps Token Ring
UTP kategori 5/5e 100Base-TX, 1000Base-T
UTP kategori 6 100Base-TX, 1000Base-T, 10 Gigabit Ethernet
Kategori kabel yang paling populer dan sering digunakan pada suatu
jaringan adalah kategori 5e, karena telah mendukung transmisi data dengan
kecepatan mencapai hingga 1 gigabit per detik, dan memiliki harga yang relatif
lebih murah jika dibandingkan dengan kategori 6 yang memang dirancang khusus
untuk mendukung transmisi hingga 10 gigabit per detik. Sehingga dalam
penelitian ini penulis memilih UTP kategori 5e sebagai objek penelitian untuk
membuat kabel LAN tester berbasis mikrokontroler.
2.1.3 Konektor RJ 45 (Registered Jack 45)
Konektor RJ 45 merupakan standar konektor yang dipasang pada ujung kabel
UTP kategori 3, kategori 4, kategori 5, kategori 5e dan kategori 6. Terdiri dari 8
8
pin konektor sehingga dikenal juga dengan nama 8P8C (8 Position 8 conductor).
Aplikasi RJ 45 biasa digunakan pada telepon dan ethernet. Bentuk fisik konektor
RJ 45 serta penomoran pin secara standar dapat dilihat pada gambar 2.3,
Gambar 2.3 Konektor RJ 45
2.1.4 Tang Krimping (Crimping tool)
Tang krimping merupakan alat yang digunakan untuk memasang kabel UTP
ke konektor RJ-45 atau RJ-11. Selain digunakan sebagai alat krimping pada
konektor RJ 45, beberapa produk tang krimping juga dilengkapi fungsi tambahan
seperti memotong dan mengupas kabel. Prinsip kerja alat yaitu dengan menjepit
konektor RJ 45 yang telah terpasang kabel UTP menggunakan tekanan tangan
secara manual. Bentuk fisik tang krimping dapat dilihat pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Tang krimping
2.1.5 Standar ANSI/TIA/EIA 568
Di masa lalu, perusahaan sering memiliki infrastruktur kabel tersendiri karena
tidak adanya sistem kabel tunggal yang mendukung semua aplikasi perusahaan.
Pada awal tahun 1985, sejumlah perusahaan besar yang mewakili industri
9
telekomunikasi dan komputer menyatakan keprihatinan atas kurangnya standar
untuk membangun sistem telekomunikasi kabel. Asosiasi Industri Komunikasi
Komputer (Computer Communications Industry Association = CCIA) meminta
Electronic Industries Alliance (EIA) untuk melakukan tugas mengembangkan
standar yang diperlukan.
Standar ANSI/TIA/EIA 568 menetapkan sistem telekomunikasi kabel generik
untuk bangunan komersial yang akan mendukung banyak produk, dan lingkungan
perusahaan. Standar ANSI/TIA/EIA 568 juga memberikan informasi yang dapat
digunakan untuk desain produk telekomunikasi untuk perusahaan-perusahaan
komersial. Salah satu standar ANSI/TIA/EIA 568 yang berhubungan dengan
penelitian kabel LAN tester berbasis mikrokontroler yang penulis buat adalah
delapan posisi pin pada Registred Jack 45 (RJ45) T568A dan T568B untuk
digunakan pada kabel UTP, yang dapat dilihat pada gambar 2.5
Gambar 2.5 Delapan posisi pin pada RJ45 T568A dan T568B
T568A T568B
10
Tabel 2.3 Fungsi pin RJ45 pada aplikasi jaringan 10Base-T dan 100Base-TX
Pin Fungsi
1 Transmit +
2 Transmit -
3 Receive +
4 Not Used
5 Not Used
6 Receive -
7 Not Used
8 Not Used
2.1.6 Modul MikroAVR 8535 V2.0
Modul MikroAVR 8535 V2.0 merupakan rangkaian sistem minimum untuk
mikrokontroler ATmega 8535 yang dibuat oleh klinik robot creative vision.
Modul MikroAVR 8535 V2.0 telah dilengkapi dengan kristal tambahan sebesar
8MHz, pengunduh USB AVR yang telah terhubung pada sistem program
sehingga dapat memasukan program secara langsung melalui port USB. Terdapat
daya tambahan sebesar 5Vdc, sehingga tidak memerlukan daya tambahan pada
saat melakukan download program, karena daya bisa didapat dari USB yang
terhubung pada komputer (PC). Selain digunakan untuk rangkaian sistem
minimum ATmega 8535, modul MikroAVR dapat juga digunakan untuk
rangkaian sistem minimum ATmega 16 dan sistem minimum ATmega 32.
Mendukung sistem operasi Windows XP, Vista, dan Windows 7. Bentuk fisik
modul MikroAVR 8535 V2.0 dapat dilihat pada gambar 2.6
Gambar 2.6 Modul MikroAVR 8535 V2.0
11
2.1.7 Mikrokontroler ATmega 8535
Mikrokontroler adalah sebuah sistem microprocessor yang di dalamnya
sudah terdapat CPU, ROM, RAM, I/O, dan Clock. Sehingga pengguna dapat
langsung memprogram isi ROM sesuai aturan penggunaan oleh pabrik yang
membuatnya.3
Istilah mikrokontroler berasal dari kata microcontroller atau pengendali
mikro. Disebut sebagai pengendali mikro karena mikrokontroler secara fisik
adalah sebuah keping kecil (microchip) yang merupakan komponen elektronika
terintegrasi, dan dalam pengaplikasiannya berfungsi untuk mengendalikan sebuah
pekerjaan tertentu secara terprogram.
Mikrokontroler adalah single chip komputer yang dapat diprogram dan
digunakan untuk tugas-tugas yang berorientasi kendali (control). Mikrokontroler
muncul dengan dua alasan utama, yaitu kebutuhan pasar (market need) dan
perkembangan teknologi baru (expansion of technology).
2.1.7.1 Fitur ATmega 8535
Adapun fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler ATmega 8535 adalah
sebagai berikut.4
1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16
MHz.
2. Memori flash 8 KB, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM sebesar 512 byte.
3. 8 kanal ADC 10 bit
3 Ardi Winoto, Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemrogramannya dengan Bahasa
C pada WinAVR, (Bandung: Informatika, 2008), 3. 4 M. Ary Heryanto dan Wisnu Adi P, Pemograman Bahasa C untuk Mikrokontroler ATMEGA
8535, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2008), 1-2.
12
4. Komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.
5. 6 pilihan sleep mode untuk penghematan daya listrik
6. 32 jalur I/O yang terbagi menjadi PORT A, PORT B, PORT C, PORT D.
7. Timer/counter: 2 buah 8 bit timer/counter, 1 buah 16 bit timer/counter, serta 4
kanal PWM
8. Komparator analog
2.1.7.2 Arsitektur ATMega8535
Mikrokontroler ATMega8535 menggunakan arsitektur Harvard yang
mempunyai ciri-ciri pada pemisahan memori untuk kode program dan memori
untuk data.
Gambar 2.7 Arsitektur ATmega 8535
13
Gambar 2.8 Blok Diagram ATmega 8535
2.1.7.3 Peta Memori ATmega 8535
14
ATMega8535 memiliki dua ruang memori utama, yaitu memori data dan
memori program. Selain dua memori utama, ATMega8535 juga memiliki
fitur EEPROM yang dapat digunakan sebagai penyimpan data.
Memori program atau disebut juga flash memory mempunyai ruang
penyimpanan sebesar 8 Kbytes. Karena semua instruksi menggunakan 16
atau 32 bit, maka memiliki organisasi memori 4 Kbyte x 16 bit dengan alamat
dari $000 hingga $FFF. Untuk keamanan software, memori flash dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian Boot Program dan bagian Application
Program seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.9. ATMega8535 memiliki 12 bit
Program Counter (PC) sehingga mampu mengalamati isi flash memory.
Gambar 2.9 Memori Program ATMega8535
ATMega8535 memiliki 608 alamat memori data (SRAM) yang terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu 32 buah register file, 64 buah I/O register dan 512
byte internal SRAM.
15
Gambar 2.10 Peta Memori Data ATMega8535
Tampak pada Gambar 2.10 bahwa alamat $0000-$001F ditempati oleh
register file. I/O register menempati alamat dari $0020-$005F. Sedangkan
sisanya sebagai internal SRAM sebesar 512byte ($0060 sampai dengan
$025F).
ATMega8535 juga memiliki memori data berupa EEPROM 8 bit sebesar
512 byte ($000 sampai dengan $1FF).
2.1.7.4 Konfigurasi Pin
Mikrokontroler yang digunakan dalam pembuatan LAN tester adalah
Mikrokontroler ATmega 8535 produksi ATMEL. Mikrokontroler ini mempunyai
40 pin yang masing-masing konfigurasi pin-nya dapat dilihat pada Gambar 2.11.
16
Gambar 2.11 Konfigurasi Pin ATmega 8535
Penjelasan konfigurasi Pin ATmega8535 secara fungsional.5
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya (10).
2. GND merupakan pin ground (11 dan 31).
3. Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC
(Analog Digital Converter) (33-40).
4. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
Timer/Counter, komparator analog, dan SPI (1-8).
5. Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan fungsi khusus, yaitu
heryanto, S.T.TWI, komparator analog, dan Timer Oscilator (22-29).
6. Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin khusus, yaitu
komparator analog, interupsi eksternal , dan komunikasi serial (14-21).
7. RESET merupakan pin yang brfungsi untuk me-reset mikrokontroler (9).
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal (12 dan 13).
9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC (30).
5 Lingga Wardhana, Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535 Simulasi,Hardware,dan
Simulasi, (Yogyakarta: ANDI, 2007), 1.
17
10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC (32).
2.1.7.5 Register I/O
Semua I/O dan peripheral ATmega8535 diletakkan di dalam ruang I/O. Lokasi
I/O diakses dengan IN dan OUT instruksi. I/O register dengan alamat antara 0x00
sampai 0x1F. Bila menggunakan instruksi IN dan OUT maka alamat I/O yang
digunakan harus dalam rentang $00 - $3F. Setiap Port ATmega8535 terdiri dari 3
register I/O yaitu DDRx, Portx dan PINx, dengan fungsi sebagai berikut:
1. DDRx (Data Direction Register)
Register DDRx digunakan untuk memilih arah pin. Jika DDRx = 1 maka Pxn
sebagai pin output. Jika DDRx = 0 maka Pxn sebagai input.
2. PORTx (Port Data Register)
Register Portx digunakan untuk 2 keperluan, yaitu untuk jalur output atau
untuk mengaktifkan resistor pullup.
a. PORTx berfungsi sebagai output jika DDRx = 1 (output) maka:
1. PORTxn = 1 maka pin Pxn akan memberikan logika high
2. PORTxn = 0 maka pin Pxn akan memberikan logika low
b. PORTx berfungsi untuk mengaktifkan resistor pullup jika DDRx = 0 (input)
untuk :
1. PORTxn= 1 maka pin Pxn sebagai pin input dengan resistor pull up
2. PORTxn = 0 maka pin Pxn sebagai output tanpa resistor pull up
3. PINx (Port Input Pin Address) digunakan sebagai register input.
18
Tabel 2.4 Konfigurasi Port I/O ATmega8535
DDRxn PORTxn I/O Pull up Comment
0 0 Input No Tri state (Hi-Z)
0 1 Input Yes Pull up aktif
1 0 Output No Output low
1 1 Output No Output High
2.1.8 Modul LCD 16x2
LCD (liquid crystal display) digunakan sebagai interaksi antara manusia
dengan mikrokontroler. LCD dapat membantu dalam proses pembuatan program,
karena dapat menampilkan hasil perhitungan, isi variable atau informasi lain ke
LCD dari hasil proses kerja mikrokontroler yang telah diprogram sebelumnya.
LCD yang digunakan adalah tipe LMB162A yang secara bentuk fisiknya dapat
dilihat pada Gambar 2.12 yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.12 Modul LCD LMB162A
LCD LMB162A mempunyai 2 baris dan 16 kolom yang dapat digunakan
untuk menampilkan karakter, lampu backlight berwarna biru, tampilan kontras
pada LCD dapat diatur dengan menambahkan satu buah resistor variabel. Modul
LCD LMB162A mempunyai 16 pin yang mempunyai fungsi seperti yang
ditunjukkan Tabel 2.5
Tabel 2.5 Pin Modul LCD LMB162A
Pin Simbol Kemungkinan Fungsi
1 Vss - Power supply (GND)
2 Vdd/Vcc - Power supply (+5V)
3 Vee/Vo - Contrast adjust
19
2.1.9 CodeVisionAVR C Compiler
CodeVisionAVR merup akan sebuah cross-compiler C, Automatic Program
Generator dan Integrated Development Environtment (IDE), yang didesain untuk
mikrokontroler buatan Atmel seri AVR. HP InfoTech S.R.L. telah merancang
CodeVisionAVR versi 2.05 untuk dapat dijalankan pada sistem operasi Windows
2000, XP, Vista dan Windows 7 32 bit maupun 64bit. Cross-compiler C mampu
menerjemahkan hampir semua perintah dari bahasa ANSI C, sejauh yang
diperbolehkan oleh arsitektur dari AVR, dengan tambahan beberapa fitur untuk
mengambil kelebihan khusus dari arsitektur AVR dan kebutuhan pada sistem
bawaan.
File object COFF hasil kompilasi dapat digunakan untuk keperluan debugging
pada tingkatan C, dengan pengamatan variabel menggunakan debugger Atmel
4 RS 0/1 0 = Instruction input / 1 = Data input
5 R/W 0/1 0 = Write to LCD module / 1 = Read from
LCD module
6 E 1,1 --> 0 Enable Signal
7 DB0 0/1 Data pin 0
8 DB1 0/1 Data pin 1
9 DB2 0/1 Data pin 2
10 DB3 0/1 Data pin 3
11 DB4 0/1 Data pin 4
12 DB5 0/1 Data pin 5
13 DB6 0/1 Data pin 6
14 DB7 0/1 Data pin 7
15 VB+ - Back light (+5V)
16 VB- - Back light (GND)
20
AVR Studio. IDE mempunyai fasilitas internal berupa software AVR Chip In-
System Programmer yang memungkinkan untuk melakukan transfer program
kedalam chip mikrokontroler setelah berhasil melakukan kompilasi atau assembly
secara otomatis. Software In-System Programmer didesain untuk dapat bekerja
pada Atmel Kanda Systems STK200+/STK300, STK500/AVRISP, AVR Dragon,
STK600, AVRISP MkII (USB), AVRProg (AVR910), Dontronics DT006, Vogel
Elektronik VTEC-ISP, Futurlec JRAVR dan MicroTronics' ATCPU/Mega2000
development boards. Tampilan jendela kerja CodeVision AVR C Compiler dapat
dilihat pada gambar 2.13
Gambar 2.13 Jendela kerja CodeVisionAVR C Compiler
Selain menyediakan library standar bahasa C, CodeVision AVR C Compiler
juga menyediakan library untuk:
1. Modul LCD alfanumerik
2. Jalur I2C
21
3. Sensor suhu National Semiconductor LM75
4. Real Time Clock Philips PCF8563, PCF8583, Dallas Semiconductor DS1302
dan DS 1307
5. Protokol 1 wire, Dallas Semiconductor
6. Sensor suhu Dallas Semiconductor DS1820/DS18S20
7. Termometer Dallas Semiconductor DS1621
8. EEPROM Dallas Semiconductor DS2430 dan DS2433
9. Waktu delay
10. Konversi kode gray
CodeVisionAVR juga mempunyai Automatic Program Generator bernama
CodeWizardAVR, yang memungkinkan untuk menulis program dalam hitungan
menit semua instruksi yang diperlukan untuk membuat fungsi-fungsi berikut:
1. Akses setup memori eksternal
2. Identifikasi sumber reset chip mikrokontroler
3. Inisialisasi port I/O
4. Inisialisasi interrupt eksternal
5. Inisialisasi timer/counter
6. Inisialisasi watchdog timer
7. Inisialisasi UART dan interrupt yang dikendalikan dengan komunikasi serial
8. Inisialisasi komparator analog
9. Inisialisasi ADC
10. Inisialisasi antarmuka SPI
22
11. I2C Bus, sensor suhu LM75, thermometer DS1621 dan inisialisasi RTC
PCF8563, PCF8583, DS1302, DS1307
12. Inisialisasi sensor suhu DS1820/DS18S20 dan 1 wire bus
13. Inisialisasi modul LCD
Gambar 2.14 Tampilan Jendela CodeWizardAVR
2.1.10 Bahasa C
Bahasa C dikembangkan pertama kali oleh Dennis M. Ritchie dan Brian
W. Kernighan pada awal tahun 1970, bahasa C berkembang dilingkungan UNIX.
Bahasa C merupakan salah satu bahasa pemrograman yang paling populer untuk
pengembangan program-program aplikasi yang berjalan pada sistem
mikroprosesor (komputer) dan kendali peralatan.
Kelebihan bahasa C yaitu mampu membuat kode yang compact, efisien,
dan mudah dalam pembacaannya. bahasa C merupakan bahasa pemrograman
yang sangat fleksibel dan tidak terlalu terikat dengan berbagai aturan yang rumit
dibandingkan dengan bahasa pemrograman tingkat tinggi lain seperti Pascal dan
Basic.
2.1.10.1 Struktur Penulisan Bahasa C
23
Struktur penulisan bahasa C secara umum terdiri atas empat blok, yaitu:
header, deklarasi konstanta global dan atau variable, fungsi dan atau prosedur, dan
program utama.
1. Header
Header berisi include file (.hex), yaitu library (pustaka) yang akan
digunakan dalam pemrograman.
Contoh:
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
#include <stdio.h>
….
2. Deklarasi konstanta global dan atau variabel
Penulisan konstanta adalah sebagai berikut:
a. Integer atau long integer dapat ditulis dengan format desimal (contoh
1234), biner dengan awalan 0b (contoh 0b01010011), heksadesimal
dengan awalan 0x (contoh 0xff)
b. Unsigned integer ditulis dengan diakhiri U (contoh 10000U)
c. Long integer ditulis dengan diakhiri L (contoh 99L)
d. Unsigned long integer ditulis dengan diakhiri UL (contoh 99UL)
e. Floating point ditulis dengan diakhiri F (contoh 1.234F)
f. Karakter konstanta harus dituliskan dalam tanda kutip (contoh ‘a’)
sedangkan konstanta string harus dalam tanda kutip dua (contoh “belajar
C”
24
g. Identifikasi label, variabel, dan fungsi dapat berupa huruf, angka, dan
karakter underscore (_). Identifikasi pada bahasa C adalah case is
significant, yaitu huruf besar dan kecil berbeda.
Tabel 2.6 merupakan daftar semua jenis data yang didukung oleh
kompiler C CodeVisionAVR, dengan rentang nilai masing-masing dan
batasan yang dimungkinkan.
Tabel 2.6 Tipe data bahasa C pada Codevision AVR
Tipe data Bit Batas
Bit 1 0 , 1
bool, _Bool 8 0 , 1
Char 8 -128 to 127
unsigned char 8 0 to 255
signed char 8 -128 to 127
Int 16 -32768 to 32767
short int 16 -32768 to 32767
unsigned int 16 0 to 65535
signed int 16 -32768 to 32767
long int 32 -2147483648 to 2147483647
unsigned long int 32 0 to 4294967295
signed long int 32 -2147483648 to 2147483647
Float 32 ±1.175e-38 to ±3.402e38
Double 32 ±1.175e-38 to ±3.402e38
3. Fungsi dan atau prosedur
Dalam suatu program ditemukan kelompok intruksi untuk suatu keperluan
tertentu yang sering dijalankan. Kelompok instruksu dibuat sebagai
prosedur atau fungsi.
a. Prosedur adalah suatu kumpulan intruksi untuk mengerjakan suatu
keperluan tertentu tanpa mengembalikan suatu nilai. Berikut adalah
struktur prosedur:
….
25
void nama_prosedur (parameter1, parameter2,… parameter)
{
Pernyataan-pernyataan;
}
….
b. Fungsi adalah suatu kumpulan instruksi untuk mengerjakan suatu
keperluan tertentu dengan hasil akhir pengembalian nilai dari keperluan
tersebut. Berikut adalah struktur fungsi:
….
type data nama_fungsi (parameter1, parameter2,…parameterN)
{
Pernyataan-pernyataan;
Return variable_hasil;
}
….
4. Program Utama
Secara umum, pemrograman C paling sederhana dilakukan dengan hanya
menuliskan program utama seperti:
void main (void)
{
….
}
2.1.10.2 Instruksi Bahasa C
1. Assignment
Assigment tidak boleh dilakukan bila <nama-informasi> bertipe string
atau array dalam sebuah karakter
<nama-informasi> = <ekspresi>;
<nama-informasi> <operator>= <operand>;
2. Kondisional
if (<ekspresi>) {<statement>};
26
if (<ekspresi>) {<statement>} else {<statement>};
switch (<ekspresi>) {
case <ekspresi-konstan-1>: <statement-1>; [break;]
case <ekspresi-konstan-2>: <statement-2>; [break;]
case <ekspresi-konstan-3>: <statement-3>; [break;]
default:
<statement>;}
3. Pengulangan
while (<ekspresi>) <statement>;
do <statement> while (<ekspresi>);
for (<ekspresi1>; <ekspresi2>; <ekspresi3>) <statement>;
4. Pencabangan
goto <label>;
continue;
break;
return <ekspresi>;
continue hanya boleh muncul dalam iterasi (for, do, while).
Statement ini menyebabkan kontrol pindah ke loop terdalam yang
melingkupinya.
Contoh:
while (...)
{continue;}
break hanya boleh muncul dalam iterasi atau switch. Statement ini
menyebabkan iterasi/switch terdalam dihentikan, dan kontrol pindah
ke statement sesudahnya.
<label> untuk goto harus terletak dalam fungsi yang sama.
Deklarasi label:
<identifier>: <statement>
2.1.10.3 ARRAY
27
Array adalah sekumpulan elemen bertipe sama, yang mempunyai sebuah
nama (nama array) dan setiap elemen dapat diacu melalui indeksnya. Variabel
array dideklarasikan dengan mencantumkan tipe dan nama variabel yang diikuti
dengan banyaknya lokasi memori yang ingin dibuat. Bahasa C secara otomatis
menyediakan lokasi memori sesuai dengan yang dideklarasikan, nomor indeks
pada suatu array selalu dimulai dari 0, contoh deklarasi variabel array:
int array [5];
mengandung pengertian bahwa nama variabel adalah array, tipe data interger,
jumlah lokasi memori lima, nilai masing-masing variabel belum ditentukan. Nilai
suatu variabel array dapat juga diinisialisasi secara langsung pada saat deklarasi,
misalnya:
int angka[5] = {-45, 0, 6, 72, 1543};
artinya setiap lokasi memori dari variabel array angka langsung diisi dengan
nilai-nilai yang dituliskan di dalam tanda kurung kurawal
Banyaknya lokasi memori dapat juga secara otomatis disediakan sesuai dengan
banyaknya nilai yang akan dimasukkan, contoh penulisan variabel array dengan
10 lokasi memori yang telah ditentukan nilai variabel:
int x[] = {10, 15, 12, 5, 13, 9, 6, 17, 25, 31};
Array dengan satu indeks disebut array berdimensi satu, vektor, larik atau
tabel. Array dengan dua indeks disebut array dua dimensi atau matriks, array juga
Variabel nilai angka [0] -45
angka [1] 0
angka [2] 6
angka [3] 72
angka [4] 1543
28
dapat mempunyai dimensi lebih dari dua. Contoh array dengan dua indeks sebuah
matrik B berukuran 2 x 3 dapat dideklarasikan dalam C seperti berikut:
int b[2][3] = {{2, 4, 1}, {5, 3, 7}};
yang akan menempati lokasi memori dengan susunan sebagai berikut:
b 0 1 2
0 2 4 1
1 5 3 7
dan definisi variabel untuk setiap elemen tersebut adalah:
b 0 1 2
0 b[0][0] b[0][1] b[0][2]
1 b[1][0] b[1][1] b[1][2]
Array dapat didefinisikan secara statik atau secara dinamik. Array statik
adalah array yang ukurannya ditentukan saat kompilasi. Sedangkan array dinamik
adalah array yang ukurannya didefinisikan pada saat program berjalan dengan
perintah alokasi memori.
2.1.10.4 STRING
Suatu string sepanjang n adalah array yang terdiri dari n karakter
penyusunnya dan diakhiri dengan sebuah null character yang dilambangkan
dengan '\0'. Dengan demikian, string "mikron" adalah terdiri dari array dengan isi
sebagai berikut:
'm' 'i' 'k' 'r' 'o' 'n' '\0'
Sehingga deklarasi variabel string dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
char s1[]="komputer"; atau
char s2[]={'k','o','m','p','u','t','e','r','\0'};
2.1.10.5 Operator
29
Operator adalah suatu simbol yang digunakan untuk memanipulasi nilai suatu
variabel. Contoh penggunaan operator adalah
x=y; if (x!=0) x++;
variabel x mempunyai nilai yang sama dengan variabel y, jika nilai dari variabel x
tidak sama dengan 0, maka nilai variabel x ditambah 1. Operator diklasifikasikan
menjadi 5:
1. Operator assignment, contoh: *=, /= , %=, +=, -=, <<=, >>=
2. Operator arihtmetic atau numerik, contoh: +, -, *, /, %, ++, --
3. Operator comparison atau relasional, contoh: >, >=, <, <=, ==,!=
4. Operator logical, contoh: &&, ||, !
5. Operator bit, contoh: <<, >>, ^, ~
2.2 Kerangka Berpikir
Alat penguji kabel LAN berbasis mikrokontroler dapat melakukan pengujian
terhadap kabel UTP kategori 5e dengan konektor RJ 45 pada kedua ujungnya,
sehingga dapat di ketahui urutan kabel dan jenis konfigurasi kabel yang
disesuaikan dengan standar ANSI/TIA/EIA 568, kemudian ditampilkan pada LCD
setelah melalui pengolahan data oleh mikrokontroler. Blok diagram alat penguji
kabel LAN berbasis mikron dapat dilihat pada gambar 2.15
Konektor
Kabel
UTP
Modul
MikroAVR
8535
LCD
16x2
RJ 45
Tx
RJ 45
RxCatu DayaPort A
Port C Port D
VCC
GND
30
Gambar 2.15 Blok diagram rancangan alat Penguji kabel LAN
Port mikrokontroler yang digunakan adalah Port A sebagai masukan atau
sebagai penerima data (Rx), Port C sebagai keluaran data (Tx), Port D sebagai
pengendali keluaran untuk LCD, sedangkan sumber daya yang dihasilkan dapat
diperoleh dari catu daya maupun baterai 9Vdc. Kedelapan Pin pada Port A dan C
digunakan secara maksimal, karena pada UTP yang akan diuji memiliki 8 kabel.
Pada Port C, keluaran yang dihasilkan berupa logika tinggi (1) dan rendah (0).
Masukan pada Port A merupakan aktif rendah untuk menghindari kesalahan
pembacaan logika yang bersifat ambang. LCD yang digunakan mempunyai
tampilan sebanyak 2 baris dan 16 kolom.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Komputer Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Negeri Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2010
sampai dengan bulan Juni 2010.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode eksperimen dan studi
pustaka dari buku petunjuk manual alat, tabel kebenaran, lembar data komponen,
spesifikasi produk, standarisasi organisasi internasional (ANSI/TIA/EIA), serta
tinjauan pustaka dari beberapa sumber mengenai media transmisi kabel UTP untuk
jaringan dan mikrokontroler sebagai pengendali. Fokus penelitian yang dilakukan
yaitu pada pengujian urutan kabel oleh mikron sehingga diketahui jenis konfigurasi
kabel yang disesuaikan dengan standar ANSI/TIA/EIA 568.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian terbagi menjadi dua bagian yaitu rancangan perangkat
keras dan perangkat lunak
Gambar 3.1 Rancangan penelitian alat penguji kabel LAN
32
3.3.1 Rancangan Modul MikroAVR 8535
Modul mikroAVR8535 digunakan sebagai rangkaian sistem minimum yang
akan digunakan untuk keperluan pengujian kabel LAN. Pemanfaatan port input dan
output mikrokontroler ATmega 8535 pada modul MikroAVR 8535 dalam aplikasi
alat penguji kabel LAN dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Pemanfaatan port ATmega8535 pada alat penguji kabel LAN
Port ATmega 8535 Fungsi
Port A.0 – A.7 Masukan (penerima/receiver/Rx)
Port C.0 – C.7 Keluaran (pengirim/transmitter/Tx)
Port D.0 Keluaran LCD (Pin 4 = RS)
Port D.1 Keluaran LCD (Pin 5 = R/W)
Port D.2 Keluaran LCD (Pin 6 = E)
Port D.4 Keluaran LCD (Pin 11 = D4)
Port D.5 Keluaran LCD (Pin 12 = D5)
Port D.6 Keluaran LCD (Pin 13 = D6)
Port D.7 Keluaran LCD (Pin 14 = D 7)
3.3.2 Rancangan Sumber Tegangan
Rangkaian regulator catu daya DC digunakan sebagai sumber tegangan pada
modul MikroAVR 8535. Terdiri dari transformator CT satu ampere, dioda bridge,
kapasitor elektrolit, dua IC regulator. Menghasilkan 2 keluaran tegangan yaitu
+5Vdc dan +9Vdc.
Gambar 3.2 Rancangan sumber tegangan DC
Selain rangkaian regulator catu daya DC, baterai 9Vdc juga dapat digunakan
sebagai sumber tegangan cadangan pada modul mikroAVR 8535.
Rangkaian catu daya
33
3.3.3 Rancangan Konektor RJ45 (Female)
Konektor RJ45 (female) digunakan sebagai penghubung kabel UTP dengan pin
modul MikroAVR 8535. Gambar layout konektor RJ45 (female) dapat dilihat pada
gambar 3.3
Gambar 3.3 Layout modular jack (RJ45 female)
3.3.4 Rancangan Kabel UTP
Kabel UTP digunakan sebagai objek pengujian alat, pada ujung kabel akan
dipasang konektor RJ45 male agar dapat dihubungkan pada konektor RJ45 female
yang terhubung ke mikrokontroler. Untuk keperluan pengujian digunakan kabel
UTP dengan 7 jenis konfigurasi seperti terlihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Rencana konfigurasi kabel UTP untuk pengujian
Konfigurasi kabel Warna kabel *Ujung 1 *Ujung 2
1. Straight
(Kondisi baik)
Putih-Biru Pin 5 Pin 5
Biru Pin 4 Pin 4
Putih-Jingga Pin 1 Pin 1
Jingga Pin 2 Pin 2
Putih-Hijau Pin 3 Pin 3
Hijau Pin 6 Pin 6
Putih-Coklat Pin 7 Pin 7
Coklat Pin 8 Pin 8
2. Cross
(Kondisi baik)
Putih-Biru Pin 5 Pin 5
Biru Pin 4 Pin 4
Putih-Jingga Pin 1 Pin 3
Jingga Pin 2 Pin 6
Putih-Hijau Pin 3 Pin 1
Hijau Pin 6 Pin 2
Putih-Coklat Pin 7 Pin 7
Coklat Pin 8 Pin 8
34
Konfigurasi kabel Warna kabel *Ujung 1 *Ujung 2
3. RollOver
(Kondisi baik)
Putih-Biru Pin 5 Pin 4
Biru Pin 4 Pin 5
Putih-Jingga Pin 1 Pin 8
Jingga Pin 2 Pin 7
Putih-Hijau Pin 3 Pin 6
Hijau Pin 6 Pin 3
Putih-Coklat Pin 7 Pin 2
Coklat Pin 8 Pin 1
4. Straight
(pin 4,5,7 atau 8
tidak baik)
Putih-Biru Pin 5 ------
Biru Pin 4 ------
Putih-Jingga Pin 1 Pin 1
Jingga Pin 2 Pin 2
Putih-Hijau Pin 3 Pin 3
Hijau Pin 6 Pin 6
Putih-Coklat Pin 7 ------
Coklat Pin 8 ------
5. Cross
(pin 4,5,7 atau 8
tidak baik)
Putih-Biru Pin 5 ------
Biru Pin 4 ------
Putih-Jingga Pin 1 Pin 3
Jingga Pin 2 Pin 6
Putih-Hijau Pin 3 Pin 1
Hijau Pin 6 Pin 2
Putih-Coklat Pin 7 ------
Coklat Pin 8 ------
6. Straight
(kondisi buruk)
Putih-Biru Pin 5 Pin 5
Biru Pin 4 Pin 4
Putih-Jingga Pin 1 Pin 1
Jingga Pin 2 Pin 2
Putih-Hijau Pin 3 Pin 3
Hijau Pin 6 ------
Putih-Coklat Pin 7 Pin 7
Coklat Pin 8 Pin 8
7. Tidak diketahui
Putih-Biru Pin 5 Pin 2
Biru Pin 4 Pin 4
Putih-Jingga Pin 1 Pin 5
Jingga Pin 2 Pin 3
Putih-Hijau Pin 3 ------
Hijau Pin 6 Pin 6
Putih-Coklat Pin 7 Pin 7
Coklat Pin 8 Pin 8 *) Ujung Pin RJ45 male
------ tidak terhubung
35
3.3.5 Rangkaian Skematik Modul LCD
LCD digunakan untuk menampilkan data hasil pengolahan oleh ATmega
8535. LCD yang digunakan memiliki 2 baris dan 16 kolom yang dapat
menampilkan berbagai macam karakter terprogram. Gambar skematik rangkaian
LCD dapat dilihat pada gambar 3.4
Gambar 3.4 Skema rangkaian LCD
Tampilan LCD pada saat menampilkan hasil pengolahan data akan dibagi menjadi
dua bagian, 8 kolom pertama digunakan sebagai tampilan kondisi kabel, satu kolom
selanjutnya merupakan karakter kosong sebagai jarak atau pembatas, dan 7 kolom
selanjutnya digunakan sebagai keterangan kondisi kabel.
Gambar 3.5 Rencana tampilan pada LCD
3.3.6 Rancangan Program
Pada saat alat penguji kabel LAN dihidupkan, LCD akan menampilkan
pemberitahuan bahwa alat penguji kabel LAN telah siap digunakan. Untuk
mengetahui ada atau tidak adanya kabel yang terpasang pada alat penguji kabel
Tx
Rx
Kondisi kabel Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 C R O S S
3 6 1 4 5 1 7 8 G O O D
LCD 16X2
36
LAN, mikrokontroler akan mengirimkan data dari semua port keluaran secara
bersamaan kemudian membaca data hasil keluaran pada port masukan. Apabila
tidak ada satupun data yang terbaca oleh port masukan mikrokontroler maka LCD
akan menampilkan pemberitahuan untuk memasangkan kabel pada konektor yang
tersedia.
Namun jika data dapat terbaca, maka mikrokontroler akan mengirim data
secara berurutan melalui port keluaran mikrokontroler (Port C.0 – C.7), kemudian
akan membaca secara berurutan port masukan (Pin A.0-A.7), disimpan untuk
kemudian dibaca kembali sebelum ditampilkan pada LCD.
Gambar 3.5 memperlihatkan alur kerja alat penguji kabel LAN secara umum,
untuk alur program secara terperinci dapat dilihat pada lampiran.
START
Inisialisasi:
PORTA=Input
PORTB=Input
PORTC=Output
PORTD=LCD
Aktifkan resistor
pull up pada
PORT A
Cek kabel
terpasang
Uji Kabel
Cek
konfigurasi
kabel
Pemberitahuan
alat penguji kabel
telah
Siap digunakan
Gambar 3.6 Alur kerja program secara umum
37
Program akan dipisahkan menjadi 3 bagian, yaitu: program cek kabel
terpasang, uji kabel, dan cek konfigurasi kabel. Untuk menghindari kesalahan
pembacaan pada data keluaran yang bersifat ambang (berada pada keadaan antara
0 dan 1), maka mikrokontroler akan diprogram aktif rendah (bekerja pada saat
diberikan data dengan nilai 0 atau rendah) dengan cara mengaktifkan resistor pull
up pada PORT A pada saat inisialisasi. Cuplikan program inisialisasi pada Port:
.....................................
// Input/Output Ports initialization
PORTA=0xFF; //aktifkan resistor pull up
DDRA=0x00; //Port A sebagai masukan
PORTB=0xFF;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0xFF; //Port C sebagai keluaran
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
.......................................
3.3.6.1 Rancangan Program Cek Kabel Terpasang
Program cek kabel terpasang akan menguji keberadaan kabel pada konektor
yang tersedia pada alat penguji kabel LAN (Port masukan = Rx). Program akan
memerintahkan mikrokontroler untuk mengeluarkan data 0 pada kaki-kaki di PortC
(Port keluaran = Tx), kemudian akan membaca kondisi masukan pada kaki-kaki di
Port A (Rx). Cuplikan program cek kabel terpasang adalah:
......................
PORTC=0x00;
delay_ms(500);
if (PINA==0xFF)
{warning();}
else
......................
38
Pada saat program dijalankan, apabila seluruh kaki pada Pin A (Port masukan)
terbaca nilai sama dengan FF heksadesimal, maka LCD akan menampilkan
peringatan untuk memasang kabel pada konektor penerima (Rx). Jika data yang
terbaca adalah selain FF heksadesimal maka program uji kabel akan dijalankan.
3.3.6.2 Rancangan Program Uji Kabel
Program uji kabel akan menguji dan membaca serta menyimpan data urutan
kabel untuk kemudian dianalisis pada progaram cek konfigurasi kabel. untuk
keperluan menyimpanan data digunakan fungsi array. Cuplikan program uji kabel:
...............
void kirim_data () // kirim data ke kabel
{
PORTC=~d;
d<<=1;
delay_ms(500);
}
void baca_data () // baca data kabel lalu simpan
{
if (PINA==0b11111110)
{simpan[a]=1;}
else if (PINA==0b11111101)
{simpan[a]=2;}
else if (PINA==0b11111011)
{simpan[a]=3;}
else if (PINA==0b11110111)
{simpan[a]=4;}
else if (PINA==0b11101111)
{simpan[a]=5;}
else if (PINA==0b11011111)
{simpan[a]=6;}
else if (PINA==0b10111111)
{simpan[a]=7;}
else if (PINA==0b01111111)
{simpan[a]=8;}
else
{simpan[a]=9;}
}
.......................
39
3.3.6.3 Rancangan Program Cek Konfigurasi Kabel
Program cek konfigurasi kabel akan menganalisa konfigurasi kabel apakah
straight, cross, atau rollover. Dalam menganalisa kabel, akan digunakan fungsi
logika and dan or. Berikut adalah cuplikan program cek konfigurasi kabel:
.........................................................................
void cek_kabel() //cek konfigurasi kabel
{
if (simpan[0]==1 && simpan[1]==2 && simpan[2]==3 && simpan[5]==6)
{if (simpan[3]==4 && simpan[4]==5 && simpan[6]==7 && simpan[7]==8)
{ lcd_gotoxy(9,0);
lcd_putsf("STRGHT");
lcd_gotoxy(9,1);
lcd_putsf("GOOD ");
}
else
{
lcd_gotoxy(9,0);
lcd_putsf("STRGHT");
lcd_gotoxy(9,1);
lcd_putsf(" ");
}
}
else if ((simpan[0]==1 && simpan[1]==2 && simpan[2]==3 && simpan[5]!=6) ||
(simpan[0]==1 && simpan[1]==2 && simpan[2]!=3 && simpan[5]==6) ||
(simpan[0]==1 && simpan[1]!=2 && simpan[2]==3 && simpan[5]==6) ||
(simpan[0]!=1 && simpan[1]==2 && simpan[2]==3 && simpan[5]==6))
{lcd_gotoxy(9,0);
lcd_putsf("STRGHT");
lcd_gotoxy(9,1);
lcd_putsf("FAIL! ");
}
..........
..........
else if (simpan[0]==9 && simpan[1]==9 && simpan[2]==9 && simpan[3]==9 &&
simpan[4]==9 && simpan[5]==9 && simpan[6]==9 && simpan[7]==9)
{lcd_clear();warning();}
else
{
lcd_gotoxy(9,0);
lcd_putsf("FAIL ");
lcd_gotoxy(9,1);
lcd_putsf("CONFIG!");
}
}
.....................................................
40
A
B
C
D
E
Gambar 3.7 Diagram logika untuk 4 konfigurasi kabel benar
C
D
B
A
C
D
B
A
C
D
B
A
C
D
B
A
E
Gambar 3.8 Diagram logika untuk 3 konfigurasi kabel benar
3.4 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Modul MikroAVR 8535 sebagai rangkaian sistem minimum pengujian
2. Mikroprosesor ATmega 8535 sebagai pengolah data
3. Kabel UTP kategori 5e sebagai objek pengujian
4. Konektor RJ 45 female dan male untuk menghubungkan kabel dengan mikron
41
5. Modul LCD LMB162A digunakan sebagai tampilan hasil pengolahan data dari
mikrokontroler
6. Baterai eveready +9Vdc digunakan untuk sumber tegangan mikrokontroler
7. AVOmeter digital HELES tipe UX-838TR, digunakan untuk mengukur besar
tegangan dan hambatan, digunakan pula untuk memeriksa hubungan jalur
rangkaian dan kabel penghubung
8. LinkRunner Pro Network Multimeter buatan fluke network digunakan sebagai
pembanding pengujian kabel UTP
9. Laptop merek Compaq tipe 515 dengan prosesor AMD dual core @2.00GHz,
digunakan untuk mendownload program yang telah dibuat.
10. Program CodeVisionAVR C Compiler 2.05 digunakan untuk membuat program
mikrokontroler yang menggunakan bahasa C.
11. Eagle Layout Editor 5.6 digunakan untuk membuat Gambar rangkaian dan
layout rangkaian.
12. Proteus ISIS 7.7 digunakan untuk debuging dan simulasi program.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Prosedur Pengujian Sumber Tegangan DC
Pengujian sumber tegangan DC dilakukan dengan cara mengukur keluaran
tegangan dari rangkaian catu daya pada masing-masing kaki IC regulator (7805 dan
7809) dengan menggunakan AVOmeter, seperti terlihat pada gambar 3.8.
Pengujian tegangan juga dilakukan pada keluaran yang dihasilkan oleh masing-
masing port mikrokontroler, untuk memastikan bahwa sumber tegangan yang
diberikan cukup bagi mikrokontroler untuk dapat bekerja dengan baik.
42
Gambar 3.9 Pengujian rangkaian catu daya
Gambar 3.10 Pengujian tegangan pada port mikrokontroler
3.5.2 Prosedur Pengujian Konektor RJ45 (Female)
Untuk mengetahui keberhasilan sambungan pada konektor RJ45 dilakukan
pengujian menggunakan AVOmeter dengan selektor pada posisi continuity .
Apabila sambungan konektor terhubung dengan baik maka AVOmeter akan
mengeluarkan bunyi yang dihasilkan oleh buzzer (jika resistansi kurang dari 50)
Gambar 3.11 Pengujian konektor RJ45
3.5.3 Prosedur Pengujian Kabel UTP
Untuk mengetahui kebenaran konfigurasi kabel UTP yang telah buat, maka
konfigurasi kabel UTP perlu diuji dengan alat penguji kabel LAN yang telah ada.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat LinkRunner Pro buatan Fluke
Network. Berikut adalah gambaran pengujian kabel UTP
Vdc
Vdc
43
Gambar 3.12 Pengujian kabel UTP
Penulis juga melakukan pengukuran hantaran tegangan pada kabel UTP dengan
tujuan untuk mengetahui rugi tegangan pada saat pengiriman data, pengukuran
dilakukan terhadap kabel UTP yang memiliki panjang berbeda-beda, setiap kabel
hanya diambil satu sampel dari tiap pasanganan kabel, misal: pengujian pada kabel
dengan panjang 1 meter diambil sampel yang berwarna hijau, pengujian pada kabel
dengan panjang 5 meter diambil sampel yang berwarna jingga. prosedur pengujian
diperlihatkan pada gambar 3.12
Gambar 3.13 Pengujian hantaran tegangan pada kabel UTP
3.5.4 Prosedur Pengujian Modul MikroAVR dan Modul LCD
Pengujian dilakukan dengan menyatukan modul mikroAVR dan modul LCD
serta menghubungkan port masukan dan keluaran menggunakan jumper untuk
menguji fungsi I/O pada mikrokontroler. Pin-pin pada modul LCD dihubungkan
pada port D mikrokontroler yang terpasang pada modul mikroAVR. Pengujian
Catu daya +5Vdc
Panjang kabel UTP
+
+
4,90
UTP Cat 5e
LinkRunner Pro
44
membutuhkan program sederhana yang kemudian diunduh kedalam sistem
mikrokontroler. Berikut cuplikan program pengujian modul mikroAVR dan modul
LCD.
while (1)
{
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf(" UJI PORT I/O ");
PORTC=0x00;
delay_ms(2000);
if (PINA==0x00)
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf(" PORT I/O = OK! ");
}
else
{
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_putsf("PERIKSA PORT I/O");
}
}
Port A dijadikan sebagai masukan dengan mengaktifkan resistor pull up
(PORTA=0x0FF dan DDRA=0x00), Port C sebagai keluaran (PORTC=0x00 dan
DDRC=0xFF) dan Port D digunakan untuk LCD. Program akan memerintahkan
mikrokontroler untuk mengeluarkan data 0 (rendah), lalu membaca data masukan
pada Port A untuk kemudian hasil pembacaan data dari Port A ditampilkan pada
LCD yang telah terhubung di Port D.
Gambar 3.14 Pengujian modul mikroAVR dan modul LCD
U J I P O R T I / O
P O R T I / O = O K !
Rancangan Tampilan Pengujian LCD 16X2
45
3.5.5 Pembuatan Program Menggunakan CodeVisionAVR
Pembuatan program dilakukan dengan menggunakan bantuan C compiler
hasil produksi dari HP InfoTech S.R.L. yaitu CodeVisionAVR versi 2.05. Untuk
memudahkan dalam melakukan pemrograman maka penulis menggunakan fungsi
CodeWizardAVR. Program yang telah dibuat akan dianalisis dan disimulasikan
menggunakan software ISIS Proteus 7.7
3.5.6 Simulasi Program Menggunakan ISIS Proteus
Setelah program selesai dibuat dengan menggunakan CodeVisionAVR versi
2.05, penulis melakukan proses analisis program (debuging) serta simulasi program
menggunakan ISIS Proteus 7.7. Untuk dapat melakukan simulasi penulis membuat
gambar rangkaian yang disesuaikan dengan alat penguji kabel LAN berbasis
mikrokontroler. Berikut adalah gambar rangkaian simulasi untuk pengujian kabel
tipe straight.
Gambar 3.15 Simulasi program menggunakan ISIS Proteus
46
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah mengumpulkan data-data dari hasil
pengukuran atau pengujian, kemudian menganalisa dan membandingkan hasil data
yang diperoleh dengan kesesuaian teori.
3.6.1 Teknis Analisis Data Sumber Tegangan DC
Tabel 3.3 Kriteria pengujian sumber tegangan DC
Jenis sumber
tegangan DC
Vs
(volt)
Vo
mikron
Tegangan
PORT A
Tegangan
PORT B
Tegangan
PORT C
Tegangan
PORT D
LM 7805
LM 7809
Baterai 9
Volt*
* diukur pada saat baterai dalam kondisi baru
3.6.2 Teknik Analisis Data Konektor RJ45 Female
Tabel 3.4 Kriteria pengujian konektor RJ45 female
RJ45 female 1 RJ45 female 2
Nomer Pin Bunyi
buzzer
Nomer Pin Bunyi
buzzer
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8
3.6.3 Teknis Analisis Data Kabel UTP
Tabel 3.5 Kriteria pengujian hantaran tegangan kabel UTP
Panjang Kabel Vs
(volt)
Vk
(volt)
1 meter
5 meter
10 meter
47
keterangan: Vs= tegangan sumber, Vk = tegangan sumber setelah melalui kabel
Tabel 3.6 Kriteria pengujian konfigurasi kabel UTP
Konfigurasi kabel LinkRunner Lan Tester 737rr*
Keterangan RJ45 (1) RJ45 (2) RJ45 (1) RJ45 (2)
1. Straight
(Kondisi baik)
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8
2. Cross
(Kondisi baik)
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8
3. RollOver
(Kondisi baik)
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8
4. Straight
(pin 4,5,7 atau 8
tidak baik)
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8
5. Cross
(pin 4,5,7 atau 8
tidak baik)
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
48
Konfigurasi kabel LinkRunner Lan Tester 737rr*
Keterangan RJ45 (1) RJ45 (2) RJ45 (1) RJ45 (2)
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8
6. Straight
(kondisi buruk)
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8
7. Tidak diketahui
Pin 1 Pin 1
Pin 2 Pin 2
Pin 3 Pin 3
Pin 4 Pin 4
Pin 5 Pin 5
Pin 6 Pin 6
Pin 7 Pin 7
Pin 8 Pin 8 * pengujian menggunakan alat penguji kabel LAN berbasis mikrokontroler, tabel diisi pada saat alat
telah jadi dan berfungsi dengan baik.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Pengujian Sember Tegangan DC
Terdapat dua sumber tegangan yanga akan digunakan untuk modul mikroAVR,
yaitu: sumber tegangan dari rangkaian catu daya +9Vdc dan +5Vdc, serta sumber
tegangan dari baterai +9Vdc. Sumber tegangan dengan besaran +9Vdc akan di regulasi
kembali oleh modul mikroAVR, sedangkan untuk besar tegangan +5Vdc akan digunakan
oleh modul mikroAVR tanpa proses regulasi.
Tabel 4.1 Hasil pengujian sumber tegangan DC
Jenis sumber
tegangan DC
Vs
(volt)
Vo
mikron
Tegangan
PORT A
Tegangan
PORT B
Tegangan
PORT C
Tegangan
PORT D
LM 7805 4,90 4,88 4,70 4,70 4,70 4,70
LM 7809 9,02 4,90 4,73 4,73 4,73 4,73
Baterai 9 Volt 9,16 4,92 4,73 4,73 4,73 4,73
Berdasarkan tabel 4.1 sumber tengangan DC bekerja dengan baik dan dapat digunakan
untuk memberikan tegangan pada modul mikroAVR. Untuk masukan tegangan +5Vdc
harus dilakukan proses regulasi tegangan tersendiri.
4.1.2 Hasil pengujian konektor RJ45 Female
4.1.3 Untuk dapat menghubungkan kabel UTP dengan modul mikroAVR
diperlukan dua buah konektor RJ45 female yang dipasangkan pada modul mikroAVR.
Konektor RJ45 membutuhkan 8 buah kabel jumper yang akan dihubungkan pada port
50
masukan dan keluaran mikrokontroler. Tabel 4.2 memperlihatkan data hasil pengujian
kabel jumper pada konektor RJ45 female.
Tabel 4.2 Hasil pengujian konektor RJ45 female
RJ45 female 1 RJ45 female 2
Nomer Pin
kabel
Bunyi buzzer Nomer Pin
kabel
Bunyi buzzer
Pin 1 Ya Pin 1 Ya
Pin 2 Ya Pin 2 Ya
Pin 3 Ya Pin 3 Ya
Pin 4 Ya Pin 4 Ya
Pin 5 Ya Pin 5 Ya
Pin 6 Ya Pin 6 Ya
Pin 7 Ya Pin 7 Ya
Pin 8 Ya Pin 8 Ya
Berdasarkan tabel 4.2 konektor RJ45 female berada dalam kondisi baik dan dapat
digunakan untuk menghubungkan kabel UTP dengan mikrokontroler.
4.1.4 Hasil Pengujian Modul MikroAVR dan Modul LCD
Pengujian dilakukan dengan menghubungkan modul mikroAVR 8535 dan modul
LCD (gambar 3.14) serta program sederhana yang terdiri dari program mengeluarkan data
dan membaca data kemudian menampilkan pada LCD. Program dibuat dengan
menggunakan perangkat lunak CodeVisionAVR 2.05, lalu di analisis dan disimulasikan
menggunakan perangkat lunak ISIS Proteus 7.7 untuk kemudian di download kedalam
mikrokonroler.
51
Gambar 4.1 Hasil analisis dan simulasi modul mikroAVR dan LCD
Gambar 4.2 Tampilan LCD Hasil pengujian modul
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa port masukan dan keluaran serta tampilan pada
LCD dapat bekerja dengan baik, sehingga bisa digunakan untuk melakukan pengujian
konfigurasi kabel UTP.
4.1.5 Hasil pengujian kabel UTP
Terdapat dua jenis pengujian pada kabel UTP, yaitu: pengujian hantaran tegangan
dan pengujian konfigurasi kabel setelah dipasangkan dengan RJ45 male. Pengujian
hantaran tegangan dilakukan dengan mengalirkan tegangan pada kabel UTP dengan
panjang yang berbeda-beda, kemudian membandingkan besar tegangan sebelum
dialirkan ke kabel dengan besar tegangan setelah dialirkan ke kabel, tabel 4.3
memperlihatkan hasil pengujian hantaran kebel UTP. Pengujian konfigurasi kabel
dilakukan setelah kedua ujung kabel UTP dipasang RJ45 male. Pengujian konfigurasi kabel
52
menggunakan network multimeter LinkRunner Pro sebagai acuan terhadap pengujian alat
penguji kabel LAN berbasis mikrokontroler yang penulis buat.
Tabel 4.3 Hasil pengujian hantaran tegangan pada kabel UTP
Panjang Kabel Vs (volt) Vk (volt)
1 meter 4,90 4,90
5 meter 4,90 4,90
10 meter 4,90 4,90
ket: Vs= tegangan sumber, Vk = tegangan sumber setelah melalui kabel
Tabel 4.4 Hasil pengujian konfigurasi kabel UTP
Konfigurasi kabel LinkRunner Lan Tester 737rr
Keterangan RJ45 (1) RJ45 (2) RJ45 (1) RJ45 (2)
8. Straight (Kondisi baik)
Pin 1 Pin 1 Pin 1 Pin 1 Sesuai
Pin 2 Pin 2 Pin 2 Pin 2 Sesuai
Pin 3 Pin 3 Pin 3 Pin 3 Sesuai
Pin 4 Pin 4 Pin 4 Pin 4 Sesuai
Pin 5 Pin 5 Pin 5 Pin 5 Sesuai
Pin 6 Pin 6 Pin 6 Pin 6 Sesuai
Pin 7 Pin 7 Pin 7 Pin 7 Sesuai
Pin 8 Pin 8 Pin 8 Pin 8 Sesuai
9. Cross (Kondisi baik)
Pin 1 Pin 3 Pin 1 Pin 3 Sesuai
Pin 2 Pin 6 Pin 2 Pin 6 Sesuai
Pin 3 Pin 1 Pin 3 Pin 1 Sesuai
53
Konfigurasi kabel LinkRunner Lan Tester 737rr
Keterangan RJ45 (1) RJ45 (2) RJ45 (1) RJ45 (2)
Pin 4 Pin 4 Pin 4 Pin 4 Sesuai
Pin 5 Pin 5 Pin 5 Pin 5 Sesuai
Pin 6 Pin 2 Pin 6 Pin 2 Sesuai
Pin 7 Pin 7 Pin 7 Pin 7 Sesuai
Pin 8 Pin 8 Pin 8 Pin 8 Sesuai
10. RollOver (Kondisi baik)
Pin 1 Pin 8 Pin 1 Pin 8 Sesuai
Pin 2 Pin 7 Pin 2 Pin 7 Sesuai
Pin 3 Pin 6 Pin 3 Pin 6 Sesuai
Pin 4 Pin 5 Pin 4 Pin 5 Sesuai
Pin 5 Pin 4 Pin 5 Pin 4 Sesuai
Pin 6 Pin 3 Pin 6 Pin 3 Sesuai
Pin 7 Pin 2 Pin 7 Pin 2 Sesuai
Pin 8 Pin 1 Pin 8 Pin 1 Sesuai
11. Straight (pin 4,5,7 atau 8
tidak baik)
Pin 1 Pin 1 Pin 1 Pin 1 Sesuai
Pin 2 Pin 2 Pin 2 Pin 2 Sesuai
Pin 3 Pin 3 Pin 3 Pin 3 Sesuai
Pin 4 ------ Pin 4 ------ Sesuai
Pin 5 ------ Pin 5 ------ Sesuai
Pin 6 Pin 6 Pin 6 Pin 6 Sesuai
Pin 7 ------ Pin 7 ------ Sesuai
Pin 8 ------ Pin 8 ------ Sesuai
12. Cross Pin 1 Pin 3 Pin 1 Pin 3 Sesuai
54
Konfigurasi kabel LinkRunner Lan Tester 737rr
Keterangan RJ45 (1) RJ45 (2) RJ45 (1) RJ45 (2)
(pin 4,5,7 atau 8
tidak baik)
Pin 2 Pin 6 Pin 2 Pin 6 Sesuai
Pin 3 Pin 1 Pin 3 Pin 1 Sesuai
Pin 4 ------ Pin 4 ------ Sesuai
Pin 5 ------ Pin 5 ------ Sesuai
Pin 6 Pin 2 Pin 6 Pin 2 Sesuai
Pin 7 ------ Pin 7 ------ Sesuai
Pin 8 ------ Pin 8 ------ Sesuai
13. Straight (kondisi buruk)
Pin 1 Pin 1 Pin 1 Pin 1 Sesuai
Pin 2 Pin 2 Pin 2 Pin 2 Sesuai
Pin 3 Pin 3 Pin 3 Pin 3 Sesuai
Pin 4 Pin 4 Pin 4 Pin 4 Sesuai
Pin 5 ------ Pin 5 ------ Sesuai
Pin 6 ------ Pin 6 ------ Sesuai
Pin 7 Pin 7 Pin 7 Pin 7 Sesuai
Pin 8 Pin 8 Pin 8 Pin 8 Sesuai
14. Tidak diketahui
Pin 1 Pin 5 Pin 1 Pin 5 Sesuai
Pin 2 Pin 3 Pin 2 Pin 3 Sesuai
Pin 3 ------ Pin 3 ------ Sesuai
Pin 4 Pin 4 Pin 4 Pin 4 Sesuai
Pin 5 Pin 2 Pin 5 Pin 2 Sesuai
Pin 6 Pin 6 Pin 6 Pin 6 Sesuai
55
Konfigurasi kabel LinkRunner Lan Tester 737rr
Keterangan RJ45 (1) RJ45 (2) RJ45 (1) RJ45 (2)
Pin 7 Pin 7 Pin 7 Pin 7 Sesuai
Pin 8 Pin 8 Pin 8 Pin 8 Sesuai
Dari hasil data pengujian hantaran tegangan (tabel 4.3) pada kabel UTP dapat
dilahat bahwa tidak ada perbedaan antara hantaran tegangan kabel pada panjang 1 meter
dengan panjang 5 meter maupun 10 meter. Pada awalnya pengujian hantaran kabel
dilakukan dengan maksud mencari perbandingan beda hantaran tegangan pada kabel
UTP yang memiliki panjang berbeda, agar diketahui panjang kabel UTP yang sedang diuji.
Tabel 4.4 memperlihatkan perbandingan pengujian konfigurasi kabel UTP antara
alat uji LinkRunner Pro buatan Fluke Network dengan alat uji yang penulis buat. Data hasil
pengujian menunnjukan bahwa pengujian kabel UTP dengan menggunakan LinkRunner
Pro mempunyai hasil yang sesuai dengan pengujian kabel UTP yang menggunakan alat
penguji kabel LAN buatan penulis (LAN Tester 737rr). Gambar hasil pengujian dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar pengujian dengan LinkRunner Pro Gambar pengujian dengan Lan Tester 737rr
1. Konfigurasi kabel Straight (Kondisi baik)
2. Konfigurasi kabel Cross (Kondisi baik)
56
Gambar pengujian dengan LinkRunner Pro Gambar pengujian dengan Lan Tester 737rr
3. Konfigurasi kabel RollOver (Kondisi baik)
4. Konfigurasi kabel Straight (pin 4,5,7 atau 8 tidak baik)
5. Konfigurasi kabel Cross (pin 4,5,7 atau 8 tidak baik)
6. Konfigurasi kabel Straight (kondisi buruk)
7. Konfigurasi kabel Tidak diketahui
57
4.2 Pembahasan
Alat penguji kabel LAN menggunakan mikrokontroler sebagai komponen utama
yang bertugas sebagai pengirim data dan pembaca data serta mengelola data untuk
kemudian ditampilkan pada LCD 16x2. Dibuat untuk mengetahui konfigurasi kabel serta
sambungan kabel pada pin-pin konektor RJ45. Alat penguji kabel LAN berbasis
mikrokontroler memiliki dua unsur utama yaitu: hardware dan software. Hardware
(perangkat keras) terdiri dari satu buah modul mikroAVR yang telah terpasang
mikrokontroler ATmega8535, dua buah konektor RJ45 female, dan modul LCD 16x2 serta
sumber tegangan DC +9V atau +5V. Software (perangkat lunak) dibuat menggunakan
aplikasi CodevisionAVR 2.05 dan dianalisis serta disimulasikan menggunakan aplikasi ISIS
Proteus 7.7
4.2.1 Pembahasan Hasil Pengujian Sumber Tegangan DC
4.2.2 Pembahasan Perangkat Keras (Hardware)
Hardware (perangkat keras) terdiri dari satu buah modul mikroAVR yang telah
terpasang mikrokontroler ATmega8535, dua buah konektor RJ45 female, dan modul LCD
16x2 serta sumber tegangan DC +9V atau +5V. Mikrokontroler ATmega8535 bertugas
sebagai pengirim data dan pembaca data serta mengelola data untuk kemudian
ditampilkan pada LCD 16x2.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Alat penguji kabel LAN berbasis mikrokontroler memiliki dua macam sumber
tegangan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu: sumber tegangan yang berasal
dari rangkaian catu daya +9Vdc atau +5Vdc dan sumber tegangan yang berasal dari
baterai +9Vdc.
2. Alat penguji kabel LAN berbasis mikrokontroler terdiri dari satu buah modul
mikroAVR dengan mikrokontroler produksi ATMEL ATmega8535, satu buah modul
LCD 16x2, dua buah konektor RJ45 female, dan satu buah rangkaian catu daya
+9Vdc dan +5Vdc.
3. Alat penguji kabel LAN berbasis mikrokontroler dapat mengetahui konfigurasi kabel
UTP, diantaranya: konfigurasi kabel straight, rollover, dan cross, serta dapat
mengetahui urutan pin pada RJ45 male yang tidak terhubung dengan kabel UTP.
5.2 Saran
Dalam pembuatan alat penguji kabel LAN masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Ada beberapa bagian dari sistem yang perlu dilakukan penyempurnaan agar
alat penguji kabel LAN dapat digunakan dengan baik, yaitu:
59
1. Daya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat penguji kabel LAN perlu dibuat lebih
efisien sehingga pada saat menggunakan sumber tegangan yang berasl dari baterai
dapat bertahan lama.
2. Fungsi pada alat agar dapat ditambahkan, tidak hanya untuk mengetahui konfigurasi
kabel namun juga dapat mengetahui panjang kabel dan letak kabel yang putus.
3. Ukuran alat perlu diperkecil agar mudah dibawa-bawa pada saat melakukan pengujian
kabel.