43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris dewasa ini telah memasuki era globalisasi sehingga mempelajari bahasa Inggris merupakan suatu kewajiban yang mau tidak mau harus dipahami dan dikuasai. Di Indonesia, bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang diajarkan di sekolah- sekolah atau madrasah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Kebutuhan akan kompetensi berbahasa Inggris ini semakin tinggi mengingat perkembangan dan globalisasi dunia saat ini. Kurikulum yang digunakan dewasa ini berorientasi pada kompetensi, artinya siswa dituntut untuk memiliki kompetensi tertentu atau kecakapan sebagai hasil proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah 1

Proposal PTK Ferry

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal PTK Ferry

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Inggris dewasa ini telah memasuki era globalisasi sehingga

mempelajari bahasa Inggris merupakan suatu kewajiban yang mau tidak mau

harus dipahami dan dikuasai. Di Indonesia, bahasa Inggris merupakan bahasa

asing yang diajarkan di sekolah-sekolah atau madrasah mulai dari tingkat dasar

sampai tingkat perguruan tinggi. Kebutuhan akan kompetensi berbahasa Inggris

ini semakin tinggi mengingat perkembangan dan globalisasi dunia saat ini.

Kurikulum yang digunakan dewasa ini berorientasi pada kompetensi, artinya

siswa dituntut untuk memiliki kompetensi tertentu atau kecakapan sebagai hasil

proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan berbasis kompetensi menekankan

pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan.

Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan

yang secara umum harus dikuasai lulusan. Ada empat kompetensi yang harus

dimiliki seorang pembelajar bahasa Inggris yaitu; Listening, Speaking, Reading

and Writing.

Paradigma lama pembelajaran bahasa Inggris, siswa selalu mempunyai

pandangan bahasa Inggris itu ’hantu, sulit dipelajari dan membosankan’ telah

sering kita dengar . Disinilah dituntut innovasi dan kreatifitas mengajar guru,

sehingga ,siswa akan lebih giat dan aktif dalam mempelajari bahasa Inggris dan

akan menjadikannya sebagai salah satu mata pelajaran favorit. Persoalan di dalam

1

Page 2: Proposal PTK Ferry

language acquisition adalah cara (Wahyudi, 2006:5). Cara yang tepat akan

berbias pada atmosfer psikologis “ menyenangkan or tidak menyenangkan”. dan

manusia cenderung menghindari yang ”tidak menyenangkan” dan memilih yang

”menyenangkan”. Semakin menyenangkan , semakin menimbulkan emosi ada

perhatian lebih, ada motivasi lebih, lebih mudah berekspresi, tidak malu dan lain-

lain. Bila pembelajaran bahasa Inggris dikondisikan dengan atmosfir psikologis

menyenangkan, maka diharapkan siswa khususnya young learners mampu belajar

bahasa dengan baik dan cepat, dalam konteks ini adalah mempelajari bahasa

Inggris.

Pelajaran bahasa Inggris di SMP berfungsi sebagai alat pengembangan diri

siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Setelah menamatkan

studi, mereka diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang

cerdas, terampil dan berkepribadian serta siap berperan dalam pembangunan

nasional (GBPP 1994). Pengajaran bahasa Inggris di SMP meliputi keempat

keterampilan berbahasa yaitu: membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis.

Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata

Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari

ke empat keterampilan berbahasa di atas, pembelajaran keterampilan berbicara

ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Siswa belum mampu

berkomunikasi walaupun dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana. Salah satu

penyebabnya adalah kurangnya kemampuan siswa dalam penguasaan Kosa Kata.

Siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Pusomaen misalnya, setelah belajar

bahasa Inggris belum mampu juga menggunakan bahasa Inggris dalam

2

Page 3: Proposal PTK Ferry

berkomunikasi sekalipun dalam bentuk yang sederhana. Bahkan yang lebih tragis

lagi, belakangan ini timbul kecenderungan bagi siswa untuk membenci pelajaran

bahasa Inggris karena mereka menganggap bahwa pelajaran bahasa Inggris

suatu yang membosankan dan menakutkan. Setelah ditelusuri ternyata salah satu

penyebab dari permasalah tersebut adalah karena kurangnya kemampuan siswa

dalam penguasaan Kosa Kata.

Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pusomaen pada umumnya memandang

Bahasa Inggris itu sebagai hal yang baru bagi mereka sehingga kemampuan

merekapun masih berada pada level dasar. Kurangnya pengetahuan mereka akan

pelajaran Bahasa Inggris karena mereka jarang diberikan pelajaran bahasa Inggris

waktu mereka duduk dibangku Sekolah Dasar. Hal ini menyebabkan penguasaan

kosa kata mereka kurang sehingga mereka mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dan berinteraksi dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti merasa

terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif model Word Square

terhadap peningkatan penguasaan kosa kata siswa dengan mengambil judul “

Meningkatkan kemampuan kosa kata Mata Pelajaran Bahasa Inggris Materi

Shopping List menggunakan model pembelajaran Word Square pada siswa kelas

VIIA SMP Negeri 1 Pusomaen”.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis

merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

3

Page 4: Proposal PTK Ferry

“ Apakah dengan model pembelajaran Word Square dapat meningkatkan

kemampuan Kosa Kata Mata Pelajaran Bahasa Inggris Materi Shopping

List pada siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pusomaen “.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan Kosa Kata pada siswa kelas

VII SMP Negeri 1 Pusomaen dengan menggunakan model pembelajaran

Word Square.

2. Memberikan gambaran mengenai perubahan prilaku siswa selama proses

belajar mengajar dengan metode kooperatif model Word Square.

3. Untuk membuktikan adanya peningkatan kemampuan penguasaan kosa

kata pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pusomaen dengan menggunakan

model pembelajaran Word Square.

D. MANFAAT PENELITIAN

* Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk dapat

meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata lewat penggunaan model

pembelajaran Word Square.

* Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang efektifitas penerapan model pembelajaran Word Square dalam

meningkatkan kemampuan penguasaan kosa kata siswa.

4

Page 5: Proposal PTK Ferry

* Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan

kosa kata pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KEMAMPUAN KOSA KATA

Pengertian Kosa Kata

5

Page 6: Proposal PTK Ferry

Menurut Poerwadarminta (2007: 524) disebutkan bahwa kosa kata

diartikan sebagai perbendaharaan kata. Dalam Bahasa Inggris diistilahkan

Vocabulary. Pada Kamus Inggris-Indonesia, kosa kata berarti

perbendaharaan kata atau daftar kata (Riwayadi & Anisyah, 2007: 308).

Pengertian yang lebih luas kosa kata diartikan :

a. Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa

b. Kosa kata yang dipakai segolongan orang

c. Kosa kata yang digunakan dalam satu bidang ilmu

d. Seluruh morfem yang ada dalam satu bahasa (linguistik)

e. Daftar sejumlah kata dari suatu bahasa yang disusun secara urut

berdasar huruf abjad disertai keterangan

Dari beberapa pendapat yang dikemukan tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa para ahli dalam memberi pengertian kosa kata hampir

sama dan saling melengkapi, sehingga bermanfaat bagi siswa yang belajar

berbahasa.

Namun didalam pelaksanaannya, penggunaan kosa kata harus

disesuaikan dengan tingkat kemampuan atau kematangan anak, baik

ditingkat praTK, TK, SD kelas rendah, SD kelas tinggi, dan seterusnya.

Untuk SD kelas tinggi tingkat awal, penggunaan kosa kata sudah agak

luas.

6

Page 7: Proposal PTK Ferry

Manfaat Kosakata

Tarigan (1986:3) berpendapat bahwa pengajaran kosakata sangat

bermanfaat disebabkan oleh 1) .Kuantitas dan kualitas tingkatan dan

kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik

bagi perkembangan mentalnya;2). Perkembangan kosakata merupakan

perkembangan konseptual, merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi

setiap sekolah;3). Semua pendidikan pada prinsipnya adalah

pengembangan kosakata yang juga merupakan pengembangan

konseptual;4). Suatu program yang sistematis bagi pengembangan

kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan,

kemampuan,bawaan dan status soci\al;5).Faktor-faktor geografis juga turut

menentukan atau mempengaruhi perkembangan kosakata dan6) Seperti

halnya dalam proses membaca yang membimbing seseorang dari yang

telah diketahui ke arah yang sama, dari kata-kata yang belum diketahui

menuju kata-kata yang belum atau tidak diketahui.

Hidayat (1992:449) mengatakan bahwa manfaat kosakata adalah

mempelajari kaidah-kaidah bagi perubahan kata-kata dari suatu jenis ke

jenis yang kata lain.Dengan demikian pengajaran kosakata sangat

berpengaruh terhadap identitas, serta penguasaan berbahasa sebaliknya

tingkat penguasaan kosakata siswa sangat berpengaruh terhadap

keterampilan berbahasa atau berpengaruh pula pada kemampuan mental.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dale (dalam Tarigan 1986:20)

bahwa tingkat penguasaan kosakata siswa merupakan indeks yang baik

7

Page 8: Proposal PTK Ferry

bagi kemampuan mental atau pikiran,karena disamping itu penguasaan

kosakata dapat pula dilakukan melalui strategi penemuan yakni melalui

komponen-komponen sebagai berikut:a) Masalah yakni Masalah kosakata

yang akan diberikan kepada siswa diambil dari GBPP, pokok bahasan atau

sub pokok bahasan sudah tertera dalam kurikulum, oleh karena itu guru

lebih dahulu mempertimbangkan apakah pokok bahasan itu layak

disajikan dengan strategi penemuan atau tidak,b)Data yakni Data sebagai

sumber bahan pengolahan dapat dibagi atas dua jenis yaitu data lisan dan

tulisan. Data lisan boleh saja diproduksi secara oral, tetapi boleh juga

dengan menggunakan alat bantu audio visual. Data tulisan dapat disajikan

dengan menggunakan buku siswa atau sumber lain yang diusahakan oleh

guru, seperti 1)Penyajian Masalah yakni Penyajian masalah terhadap siswa

merupakan kata pengantar tentang tujuan pelajaran dan pengajaran serta

penjelasan tentang kegiatan apa yang akan dilakukan siswa, 2) Kegiatan

Siswa yakni siswa diberi kesempatan menghayati data, melakukan proses

mental dalam waktu tertentu sesuai dengan bahan dan terbatasnya waktu

di kelas. Pada hakikatnya tidak ada

pembatasan waktu terhadap pelaksanaan strategi penemuan, tetapi

banyaknya bahan pelajaran atau tujuan yang harus dicapai disejajarkan

dengan waktu yang tersedia. Penemuan membutuhkan waktu yang lama

lebih baik dibuat sebagai pekerjaan rumah melalui a) Kegiatan Guru. Pada

saat siswa melakukan proses penemuan guru berkeliling di kelas

mengamati , mendengar pembicaraan antar siswa dan mengadakan

8

Page 9: Proposal PTK Ferry

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa kea rah penemuan atau

kesimpulan. Oleh karena proses mental yang terjadi bukan saja mencakup

ingatan, tetapi juga mencakup analisis, sintesis, dan aplikasi, maka guru

perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk merangsang proses mental

seperti itu.b) Penyelidikan Penemuan Siswa. Penemuan siswa dapat

diselidiki dengan jalan menyruh siswa merumuskan secara lisan atau

tulisan hal-hal yang telah ditemukannya dari data yang telah dihayatinya.

Boleh juga dengan menyuruh siswa mendemonstrasikan hasil temuannya,

misalnya dalam sajian yang menuntut keterampilan produksi bunyi,

berbicara atau menguraikan temuannya di papan tulis yang dapat

dilakukan melalui latihan siswa. Latihan siswa sebenarnya merupakan

variasi lain untuk menyelidiki siswa. Ada kemungkinan bahwa guru tidak

menuntut perumusan hal-hal yang ditemukannya, tetapi langsung

menyodorkan suatu latihan. Latihan ini diharapkan dapat diselesaikan

siswa setelah mereka menemukan aturan-aturan atau hukum-hukum dari

data yang dihayati dan diolahnya. Tarigan (1992:533)

Jenis-jenis Kosakata

Tarigan (1986: 12) membagi kosakata atas dua yakni: Kosakata

aktif yaitu kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau menulis

yang prosesnya tidak terlepas dari dari perkembangan kosakata itu

sendiri.Oleh sebab itu untuk mengembangkan kosakata aktif maka seorang

guru harus menolong para siswa untuk melihat persamaan-persamaan atau

perbedaan-perbadaan yang belum pernah mereka lihat atau dengar

9

Page 10: Proposal PTK Ferry

sebelumnya misalnya siswa akan mudah melihat dan mendengar atau

mempelajari bahwa penatar dan petatar berhubungan erat, keduanya

nomina, tetapi berbeda dalam makna, karena dalam pemakaiannya penatar

diartikan sebagai orang yang menatar sedangkan petatar diartikan sebagai

orang yang ditatar. Demikian pula walaupun kata petinju dan meninju ada

hubungan yang erat namun dalam arti atau maknanya akan berbeda. Kata

“peninju” dapat diartikan sebagai nomina sedangkan “ meninju” diartikan

sebagai verba, sedangkan kosakata pasif merupakan kosakata yang jarang

atau tidak pernah dipakai atau kosakata ini mempersoalkan kosakata yang

sudah langka atau tidak lazim dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa,hal

ini disebabkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang sangt pesat,

juga perubahan sosial yang mengakibatkan pemakaian bahasapun berubah

pula yang mengakibatkan banyak kata-kata baru yang dianggap lebih

serasi dengan tuntutan masyarakat pemakainya.Untuk kosakata aktif dan

kosakata pasif dapat dlihat pada contoh di bawah ini: Kosakata aktif

adalah bunga, kembang, matahari, angin, seperti,sebagai, hati, jiwa,

makan, duduk, muka sedangkan kosakata pasif adalah puspa, kusuma,

surya, mentari, bayu, purnama, bak,laksana/penaka, kalbu, sukma, santap,

bersemayam, paras. Berdasarkan contoh-contoh yang telah dikemukakan

di atas dapat disimpulkan bahwa kata-kata aktif mempunyai frekwensi

yang tinggi sedangkan kata-kata pasif mempunyai prekwensi rendah

Kemampuan Kosakata (Vocabulary)

10

Page 11: Proposal PTK Ferry

Kosa kata merupakan salah satu komponen yang penting dalam

belajar bahasa. Semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki

pembelajar, semakin tinggi keberhasilan akademik pembelajaran bahasa si

pembelajar itu sendiri. Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan

kata yang diketahui maknanya dan dapat digunakan oleh seseorang dalam

suatu bahasa,. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua

kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang

kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat

baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan

gambaran dari intelegensia atau tingkat pendidikannya.

Pemahaman kosakata secara umum dianggap sebagai bagian

penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan

kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid

sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran

tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan

kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif. Penguasaan

kosa kata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai

seseorang dalam pembelajaran bahasa inggris yang merupakan bahasa

asing. Bagaimana seseorang dapat mengungkapkan suatu bahasa apabila ia

tidak memahami kosakata dari bahasa tersebut. Apalagi kalau yang

dipelajari itu adalah bahasa asing, sehingga penguasaan kosakata bahasa

tersebut merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki oleh pembelajar bahasa..

11

Page 12: Proposal PTK Ferry

Apabila seorang siswa memiliki perbendaharaan kata bahasa

inggris yang memadai maka otomatis akan lebih menunjang pada

pencapaian empat kompetensi bahasa Inggris tadi. Demikian juga

sebaliknya tanpa memiliki kosa kata yang memadai seorang siswa akan

mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi berbahasa di atas.

Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29) adalah “pernyataan

yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat

yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang

dapat diamati dan diukur”. Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan

modal utama untuk bersaing di tingkat global, karena persaingan yang

terjadi adalah pada kemampuan sumber daya manusia. Oleh karena. itu,

penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan

lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global.

Becker (1997) menekankan tentang pentingnya pengembangan

kosakata yaitu menghubungkan berapa jumlah kosakata yang dikuasai

oleh para siswa dengan materi akademik pembelajaran bahasa. Dia

Menyatakan bahwa kurangnya pemahaman kosakata adalah penyebab

utama dari kegagalan akademik yang dialami siswa. Sebuah riset

menyatakan bahwa pemahaman suatu teks juga bergantung pada ukuran

kosakata yang dimiliki oleh seseorang.

Menurut Graves (1986) kosakata ideal yang harus dimiliki oleh

pembelajar pemula adalah antara 2500 sampai 5.000 kata untuk

12

Page 13: Proposal PTK Ferry

menunjang pembelajaran bahasa. Namun hal ini kurang dimiliki oleh para

pembelajar bahasa Inggris di negara kita, apalagi bahasa Inggris adalah

sebagai bahasa asing sehingga penggunaan bahasa tersebut hanya pada

beberapa hal dan kebutuhan saja.

B. MODEL BELAJAR WORD SQUARE

1.  Pengertian Model Belajar Word Square

Menurut Laurence Urdang (1968) Word Square is a set of words such that

when arranged one beneath another in the form of a square the read a like

Horizontally,  artinya  word  square  adalah  sejumlah  kata  yang  disusun

satu  di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara

mendatar dan menurun.  

Word  Square  menurut  Hornby  (1994)  adalah  sejumlah  kata  yang

disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke

belakang.

LKS Word square adalah salah satu alat bantu/media pembelajaran berupa

kotak-kotak kata yang berisi kumpulan huruf. Pada kumpulan huruf

tersebut terkandung konsep-konsep yang harus ditemukan oleh siswa

sesuai dengan pertanyaan yang berorientasi pada tujuan pembelajaran

(Anonim,1991).Metode observasi yang divariasikan dengan LKS Word

square berarti suatu cara mengajarkan materi pelajaran dengan mengajak

13

Page 14: Proposal PTK Ferry

siswa mengamati secara teliti suatu objek yang dipadukan dengan LKS

Word square.

 “Word Square” terdiri dari 2 kata Word dan Square. Word berarti kata

sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah

lapangan kata. Word Square adalah yaitu salah satu model-model

pembelajaran melalui sebuah permainan “belajar sambil bermain” yang

ditekankan adalah belajarnya.

Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi

perubahan yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman,

sebaliknya keduanya terdapat perbedaan pada tujuannya, kegiatan belajar

mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan. Sedangkan kegiatan

bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya diwaktu kegiatan permainan

itu berlangsung. Dalam model pembelajaran ini, para siswa dipandang

sebagai objek dan subyek pendidikan yang mempunyai potensi untuk

berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki, jadi

dalam hal ini guru sebagai fasilitator belajar.

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari

metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui

pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi

kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh

Mujiman (2007)

14

Page 15: Proposal PTK Ferry

Model Pembelajaran Word Square merupakan model

pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan

kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip

seperti mengisi  Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada

namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan

sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini

sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat

memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa

untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk

mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.

Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode

pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan

cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat

untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang

telah diajarkan. 

Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa

pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf

acak pada kolom yang telah disediakan.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square

15

Page 16: Proposal PTK Ferry

Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai

berikut :

1.      Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

2.      Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

3.      Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai

jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

4.      Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

Kelebihan dan Kekurangan Model belajar Word Square

Sudah menjadi ketentuan hukum alam bahwa sesuatu pastilah tidak

sempurna karena tidak ada sesuatu pun juga yang sempurna kecuali Allah

S.W.T. Demikian juga dengan model belajar Word Square mempumyai

kelebihan dan kekurangan di beberapa hal dalam penerapannya.

Adapun kelebihan  model belajar Word Square antara lain :  (1)

baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan

tentang istilah dan definisi (2) mudah diskor tanpa terikutserta pendapat

pemeriksa sedangkan kelemahannya yaitu terlalu mengandalakan pada

pengujian aspek ingatan. Untuk dapat menghindari kelemahan ini maka

konstruksi butir soal harus dipersiapkan secara hati-hati.

Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan,

16

Page 17: Proposal PTK Ferry

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya menurut Mohammad Surya (2004:7).

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan sumber belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata

lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang

manusia serta berlaku dimanapun dan kapanpun. Dalam kegiatan

pembelajaran, pengajaran dan pengaturan proses belajar mengajar

menentukan keberhasilan pembelajaran. Keduanya saling mendukung satu

sama lain. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris diperlukan

kesetimbangan antara keduanya.

Salah satu komponen pengajaran adalah pemanfaatan berbagai

strategi pembelajaran secara dinamis dan kemampuan guru untuk dapat

memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok bahasan

Bahasa Inggris. Penggunaan strategi pembelajaran Bahasa Inggris tidak

boleh diabaikan begitu saja karena dengan menggunakan strategi

pembelajaran bahasa Inggris siswa lebih mudah memahami konsep bahasa

Inggris dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

17

Page 18: Proposal PTK Ferry

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian Tindakan

18

Page 19: Proposal PTK Ferry

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:

8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru

sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d)

administrasi sosial eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,

penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian

tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru

secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun,

kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan

seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan

didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

19

Page 20: Proposal PTK Ferry

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian

untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri

1 Pusomaen

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini

dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil

tahun pelajaran 2013/2014.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 1 Pusomaen tahun

pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan I love things around me.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif

oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional

dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman

terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana

praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,

20

Page 21: Proposal PTK Ferry

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di

kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,

yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk

spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection

(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi,

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Penjelasan alur di atas adalah:

21

Page 22: Proposal PTK Ferry

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati

hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model

numbered head together.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

22

Page 23: Proposal PTK Ferry

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran

pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru

dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi

kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus,

dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses

pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar.

4. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan

untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep BAHASA INGGRIS pada

pokok bahasan I love things around me. Tes formatif ini diberikan setiap akhir

putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya

soal-soal ini berjumlah 20 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis

mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada

tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi

syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisis butir soal

adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes

23

Page 24: Proposal PTK Ferry

Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat

kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang

gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi

Product Moment:

r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )

√ {N ∑ X2−(∑ X )2}{N ∑Y 2−(∑ Y )2} (Suharsimi Arikunto, 2011: 72)

Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment

N : Jumlah peserta tes

ΣY : Jumlah skor total

ΣX : Jumlah skor butir soal

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal

b. Reliabilitas

Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai

berikut:

r11=2r1/21 /2

(1+r1/21/2 ) (Suharsimi Arikunto, 2011: 93)

Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

24

Page 25: Proposal PTK Ferry

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada

tabel product moment maka tes tersebut reliabel.

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks

kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:

P= BJs (Suharsimi Arikunto, 2011: 208)

Dengan: P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:

- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar

- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang

- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks diskriminasi.

25

Page 26: Proposal PTK Ferry

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai

berikut:

D=BA

J A−

BB

J B=PA−PB

(Suharsimi Arikunto, 2011: 211)

Dimana:

D : Indeks diskriminasi

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

PA=

BA

J A=

Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB=

BB

J B=

Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai

berikut:

- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek

- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup

- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik

26

Page 27: Proposal PTK Ferry

- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

E. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi

pengolahan belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui peningkatan penguasaan kosa kata yang dicapai siswa juga untuk

memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran model Word Square

serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya

dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-

rata tes formatif dapat dirumuskan:

27

Page 28: Proposal PTK Ferry

X=∑ X

∑ N

Dengan : X = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,

1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau

nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang

telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung

persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P=∑ Siswa . yang . tuntas . belajar

∑ Siswax100 %

28

Page 29: Proposal PTK Ferry

29