45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia 2008, angka kejadian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia cenderung meningkat dan dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Salah satu penyakit Jantung yang cukup banyak adalah Penyakit Jantung Bawaan. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Telah disebutkan bahwa penyakit jantung bawaan terjadi sekitar 1% dari keseluruhan bayi lahir hidup atau sekitar 6-8 per 1000 kelahiran. Pada negara Amerika Serikat setiap tahun terdapat 25.000-35000 bayi lahir dengan PJB.Terdapat hal menarik dari PJB yakni insidens penyakit jantung bawaan di seluruh dunia adalah kira-kira sama serta menetap dari waktu-waktu. Meski demikian pada negara sedang berkembang yang fasilitas kemampuan untuk menetapkan diagnosis spesifiknya masih kurang mengakibatkan banyak neonatus dan bayi muda dengan PJB berat telah meninggal sebelum diperiksa ke dokter. Pada negara maju sekitar 40-50% penderita PJB terdiagnosis pada umur 1 minggu dan 50-60% pada usia 1

Proposal TPP CHD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Congenital Heart Disease

Citation preview

Page 1: Proposal TPP CHD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia 2008, angka kejadian Penyakit

Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia cenderung meningkat dan dapat

menyebabkan kecacatan dan kematian. Salah satu penyakit Jantung yang cukup

banyak adalah Penyakit Jantung Bawaan. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah

penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang

dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan

struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

Telah disebutkan bahwa penyakit jantung bawaan terjadi sekitar 1% dari

keseluruhan bayi lahir hidup atau sekitar 6-8 per 1000 kelahiran. Pada negara

Amerika Serikat setiap tahun terdapat 25.000-35000 bayi lahir dengan PJB.Terdapat

hal menarik dari PJB yakni insidens penyakit jantung bawaan di seluruh dunia adalah

kira-kira sama serta menetap dari waktu-waktu. Meski demikian pada negara sedang

berkembang yang fasilitas kemampuan untuk menetapkan diagnosis spesifiknya

masih kurang mengakibatkan banyak neonatus dan bayi muda dengan PJB berat

telah meninggal sebelum diperiksa ke dokter.

Pada negara maju sekitar 40-50% penderita PJB terdiagnosis pada umur 1

minggu dan 50-60% pada usia 1 bulan. Sejak pembedahan paliatif atau korektif

sekarang tersedia untuk lebih 90% anak PJB, jumlah anak yang hidup dengan PJB

bertambah secara dramatis, namun keberhasilan intervensi ini tergantung dari

diagnosis yang dini dan akurat. Oleh sebab itu insidens penyakit jantung bawaan

sebaiknya dapat terus diturunkan dengan mengutamakan peningkatan penanganan

dini pada penyakit jantung bawaan tetapi juga tidak mengesampingkan penyakit

penyerta yang mungkin diderita. Hal ini ditujukan untuk mengurangi angka

mortalitas dan morbisitas pada anak dengan PJB.

Oleh karena itu, pada blok X semester III berjudul “Kardio Serebro Vaskular”

bertujuan agar mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dasar diagnosis awal

penderita yang memiliki gangguan jantung bawaan. Kegiatan TPP ini diharapkan

Page 2: Proposal TPP CHD

dapat menunjang mahasiswa untuk lebih memahami tentang masalah gangguan

jantung bawaan yang umumnya dapat diketahui ketika anak baru dilahirkan.

Berdasarkan tujuan dari blok tersebut, kami bermaksud untuk melaksanakan

kegiatan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) dengan judul “Observasi Penderita yang

memiliki Gangguan Jantung Bawaan”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada pelaksanaan TPP “Observasi Penderita yang

memiliki Gangguan Jantung Bawaan” adalah:

1. Apa saja faktor penyebab penyakit jantung bawaan?

2. Bagaimana gejala dari penderita yang memiliki penyakit jantung bawaan?

3. Bagaimana mendiagnosis penderita penyakit jantung bawaan?

4. Bagaimana penatalaksanaan penderita yang memiliki penyakit jantung

bawaan?

1.3 Tujuan Kegiatan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Sebagai standar kompetensi di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Untuk mengamati secara langsung pasien yang memiliki gangguan jantung

bawaan di masyarakat.

3. Untuk memahami kasus gangguan jantung bawaan di masyarakat kota

Palembang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit jantung bawaan

2. Untuk mengetahui gejala dari penderita yang memiliki penyakit

jantung bawaan

3. Untuk mengetahui cara mendiagnosis penderita yang memiliki

penyakit jantung bawaan

4. Untuk mengetahui tatalaksana penderita yang memiliki penyakit

jantung bawaan

Page 3: Proposal TPP CHD

1.4 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat dari Tugas Pengenalan Profesi kali ini, adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi, gejala, diagnosis dan tatalaksana

terhadap penderita yang memiliki penyakit jantung bawaan.

2. Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan terhadap penyakit jantung

bawaan.

3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung melakukan observasi pada

penderita yang memiliki penyakit jantung bawaan.

Page 4: Proposal TPP CHD

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penderita Jantung Bawaan

Penderita Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit yang dibawa oleh anak

sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna.

Proses pembentukan jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada

waktu jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada

kemungkinan mengalami gangguan. Gangguan pertumbuhan jantung pada janin

ini terjadi pada usia tiga bulan pertama kehamilan, karena jantung terbentuk

sempurna pada saat janin berusia empat bulan. (Harimurti, 2009)

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan abnormalitas

pada struktur maupun fungsi sirkulasi yang telah ada sejak lahir. Kelainan ini

terjadi karena gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase

awal pertumbuhan janin. (Harimurti, 2009)

Pada keadaan normal jantung berfungsi memompakan darah ke seluruh

tubuh untuk memenuhi tubuh akan kebutuhan metabolisme. Sebagai pompa

darah, kinerja jantung dipengaruhi oleh beban diastolik (preload), beban sistolik

(afterload), kontraktilitas dan laju jantung. Secara anatomis jantung terdiri dari 4

ruang yang terpisah oleh sekat yaitu 2 serambi (atrium) dan 2 bilik (ventrikel).

Pembuluh nadi utama (aorta) keluar dari bilik kiri, sedangkan pembuluh nadi

paru (arteri pulmonal) keluar dari bilik kanan jantung. Pembuluh balik besar

(vena kava) yang menampung darah dari seluruh tubuh, masuk ke dalam atrium

kanan sedangkan pembuluh balik paru (vena pulmonalis) masuk ke dalam atrium

kiri. (Guyton, 2008)

Darah yang mengandung oksigen tinggi dari ventrikel kiri, melalui aorta

akan dipompakan ke seluruh tubuh untuk memenuhi metabolisme tubuh.

Selanjutnya darah dengan saturasi rendah yang berasal dari seluruh tubuh melalui

vena kava masuk ke dalam atrium kanan yang kemudian masuk ke dalam

ventrikel kanan untuk selanjutnya dipompakan ke paru melalui arteri pulmonal

untuk dibersihkan di paru. Darah yang mengandung oksigen tinggi dari paru,

Page 5: Proposal TPP CHD

melalui vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, kemudian dialirkan ke ventrikel

kiri untuk selanjutnya dipompakan ke seluruh tubuh. (Guyton, 2008)

Penyakit jantung bawaan dapat berupa defek pada sekat yang membatasi

ke dua atrium atau ventrikel sehingga terjadi percampuran darah pada tingkat

atrium atau ventrikel, misalnya defek septum ventrikel atau defek septum atrium.

Dapat juga terjadi pada pembuluh darah yang tetap terbuka yang seharusnya

menutup setelah lahir seperti pada duktus arteriosus persisten. Kelainan lain

berupa kelainan yang lebih kompleks seperti tertukarnya posisi aorta dan arteri

pulmonalis atau kelainan muara vena pulmonalis. (Guyton, 2008)

Penyakit jantung bawaan juga bisa disebut dengan anomali kongenital.

Terdapat tiga jenis kelainan utama anomali kongenital jantung dan pembuluh

disekitar jantung yaitu stenosis saluran darah di beberapa tempat di jantung atau

di pembuluh darah utama yang berhubungan erat dengan jantung, suatu anomali

yang mengakibatkan darah mengalir kembali dari jantung kiri atau aorta ke

jantung kanan atau arteri pulmonal, dan anomali kelainan yang mengakibatkan

darah mengalir secara langsung dari jantung kanan ke jantung kiri, jadi tidak

mengalir melalui paru-paru (pintasan kanan ke kiri). (Guyton, 2008)

2.2 Embriologi Jantung

Sistem pemuluh darah mudigah manusia tampak pada pertengahan

minggu ketiga, pada saat mudigah tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan akan

zat makanan hanya melalui difusi saja. Pada tingkat ini, sel-sel lapisan mesoderm

splanknik pada mudigah presomit lanjut diinduksi oleh endoderm di bawahnya

untuk membentuk angioblas. Sel-sel ini berpoliferasi dan membentuk kelompok-

kelompok sel endotel tersendiri yang disebut angiokista. Pada mulanya sel-sel

tersebut berada di sisi lateral mudigah tapi kemudian secara cepat menyebar ke

daerah kepala. Dengan berlalunya waktu, kelompok-kelompok ini menyatu dan

membentuk pembuluh darah kecil yang berbentuk tapal kuda. Bagian sentral

pleksus ini dikenal sebagai daerah kardiogenik dan rongga selom intraembrional

yang terletak diatas daerah ini nantinya akan berkembang menjadi rongga

perikardium.Selain pleksus yang membentuk tapal kuda ini , kelompok-

kelompok sel angiogenik lain muncul bilateral, sejajar dan dekat garis tengah

Page 6: Proposal TPP CHD

cakram mudigah. Kelompok-kelompok ini juga memperoleh lumen dan

membentuk sepasang pembuluh memanjang, aorta dorsale. Pada tingkat lebih

lanjut, pembuluh-pembuluh darah ini berhubungan, melalui lengkung-lengkung

aorta, dengan pleksus membentuk tapal kuda tadi dan akan membentuk tabung

jantung. Pembentukan rongga jantung dimulai dengan memanjang dan terus

membengkoknya tabung jantung kearah ventral dan kaudal dan kekanan (hari ke

23), sementara bagian atrium (kaudal) bergeser ke arah dorso kranial dan kekiri.

Pembengkokan ini disebabkan oleh perubahan bentuk sel, membentuk rongga

jantung dan selesai pada hari ke-28

1. Septum Interatrial

Septum atrium terbentuk antara minggu keempat dan keenam masa

mudigah. Fase awal ditandai dengan pertumbuhan suatu septum primer

(Septum primum) dari dinding dorsal rongga atrium komunis kearah bantalan

endokardium yang sedang tumbuh sewaktu yang terakhir mulai memisahkan

rongga atrium dan ventrikel. Suatu celah, yang disebut ostium primum, mula-

mula memisahkan septum primum yang sedang tumbuh dari bantalan

endokardium akhirnya melenyapkan ostium primum; namun pada saat ini

lubangkedua, ostium sekundum, muncul dari bagian tengah septum primum.

Hal ini memungkinkan berlanjutnya aliran darah teroksigenasi dari atrium

kanan ke kiri yang esensial untuk kehidupan janin. Seiring dengan

Page 7: Proposal TPP CHD

membesarnya ostium sekundum, sebuah septum sekunder (septum

sekundum) muncul tepat disisi kanan ostium primum. Septum sekundum

berploriferasi untuk membentuk struktur seperti bulan sabit yang akan

mengelilingi suatu ruangan yang disebut foramen ovale. Foramen ovale

dijaga pada sisi kirinya oleh sebuah flap jaringan yang berasal dari septum

primum, yang berfungsi sebagai katup satu arah yang memungkinkan darah

terus mengalir dari kanan ke kiri selama kehidupan intrauterus. Saat lahir,

seiring dengan turunnya resisensi vaskular paru dan meningkatnya tekanan

arteri sistemik, tekanan di atrium kiri meningkat melebihi tekanan di atrium

kanan sehingga terjadi penutupan fungsional foramen ovale.

2. Septum Interventrikular

Septum interventrikular dibentuk antara minggu keempat dan kedelapan

getasi. Septum ini terbentuk oleh fusi suatu rigi otot intraventrikel yang

tumbuh keatas dari apeks jantung ke partisi membranosa tipis yang tumbuh

kebawah dari bantalan endokardium. Regio basal atau membranosa adalah

bagian terakhir dari septum yang tumbuh dan merupakan tempat dimana

sekitar 70 % defek septum berada.

3. Katup-katup Atrioventrikular

Setelah bantalan-bantalan endokardium bersatu, masing-masing

orifisium atrioventrikularis dikelilingi oleh proliferasi setempat jaringan

mesenkim. Ketika jaringan yang terletak diatas permukaan ventrikular

jaringan yang berploriferasi ini menjadi berongga dan menipis karena aliran

darah, terbentuklah katup-katup yang tetap menempel pada dinding ventrikel

melalui tali-tali otot. Akhirnya, jaringan otot di dalam tali-tali ini

berdegenerasi dan digantikan oleh jaringan penyambung padat. Katup-katup

ini kemudian terbentuk dari jaringan penyambung yang dibungkus oleh

endokardium dan dihubingkan ke trabekula-trabekula tebal di dinding

ventrikel, yaitu musculi papilares dan korda tendeniae. Sehingga terbentuklah

2 katup jantung (Bikuspidalis dan trikuspidalis)

Page 8: Proposal TPP CHD

2.3 Epidemiologi dan Faktor Resiko

Bayi baru lahir yang dipelajari adalah 3069 orang, 55,7% laki- laki dan

44,3% perempuan, 28 (9,1 per-1000) bayi mempunyai PJB. Patent Ductus

Arteriosus (PDA) ditemukan pada 12 orang bayi (42,9%), 6 diantaranya bayi

prematur. Ventricular Septal Defect (VSD) ditemukan pada 8 bayi (28,6%),

Atrial Septal Defect (ASD) pada 3 bayi (19,7%), Complete Atrio Ventricular

Septal Defect (CAVSD) pada 3,6% bayi, dan kelainan katup jantung pada bayi

yang mempunyai penyakit jantung sianotik (10,7%), satu bayi Transposition of

Great Arteries (TGA), dua lain dengan kelainan jantung kompleks sindrom

sianotik. (Harimurti, 2009)

Ditemukan satu bayi dengan sindrom Down dengan ASD, dengan ibu

pengidap diabetes. Satu orang bayi dilahirkan dari bapak dengan PJB, tidak ada

dari 4 orang ibu dengan PJB mempunyai bayi dengan PJB. Atrial fibrillation

ditemukan di satu orang bayi. Dari 28 bayi dengan PJB, 4 mati (14,3%) selama 5

hari pengamatan. Data menunjukkan ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B

Page 9: Proposal TPP CHD

secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali risiko bayi dengan PJB.

Merokok secara signifikan sebagai faktor risiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor risiko

lain secara statistik tidak berhubungan. (Harimurti, 2009)

Dalam hubungan keluarga yang dekat risiko terjadinya PJB yang terjadi

79,1%, untuk Heterotaxia, 11,7% untuk Conotruncal Defects, 24,3% untuk

Atrioventricular Septal Defect, 12,9% untuk Left Ventricular Outflow Tract

Obstruction, 7,1% untuk Isolated Atrial Septal Defect dan 3,4% untuk Isolated

Ventricular Septal Defect. Risiko terjadinya PJB dari jenis lain 2,68%, risiko

didapatnya PJB dari jenis yang sama berkisar 8,15%. Didapati hanya 2,2%

kejadian PJB pada populasi yang diamati. (Harimurti, 2009)

2.4 Jenis-jenis Gangguan Jantung Bawaan

Adapun jenis-jenis dari penyakit jantung bawaan yaitu:

1. Non Sianotik Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan non sianotik adalah kelainan struktur dan

fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis;

misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan,

kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau

pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing

mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai

berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru.

(Erawan, 2008)

a. Ventricular Septal Defect (VSD)

Pada VSD besarnya aliran darah ke paru ini selain tergantung

pada besarnya lubang, juga sangat tergantung pada tingginya tahanan

vaskuler paru. Makin rendah tahanan vaskuler paru makin besar aliran

pirau dari kiri ke kanan. Pada bayi baru lahir dimana maturasi paru belum

sempurna, tahanan vaskuler paru umumnya masih tinggi dan akibatnya

aliran pirau dari kiri ke kanan terhambat walaupun lubang yang ada cukup

besar. Tetapi saat usia 2–3 bulan dimana proses maturasi paru berjalan

dan mulai terjadi penurunan tahanan vaskuler paru dengan cepat maka

aliran pirau dari kiri ke kanan akan bertambah. Ini menimbulkan beban

Page 10: Proposal TPP CHD

volume langsung pada ventrikel kiri yang selanjutnya dapat terjadi gagal

jantung.

b. Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Pada PDA kecil umumnya anak asimptomatik dan jantung tidak

membesar. Sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan rutin

dengan adanya bising kontinyu yang khas seperti suara mesin (machinery

murmur) di area pulmonal, yaitu di parasternal sela iga 2–3 kiri dan di

bawah klavikula kiri. Tanda dan gejala adanya aliran ke paru yang

berlebihan pada PDA yang besar akan terlihat saat usia 1–4 bulan dimana

tahanan vaskuler paru menurun dengan cepat. Nadi akan teraba jelas dan

keras karena tekanan diastolik yang rendah dan tekanan nadi yang lebar

akibat aliran dari aorta ke arteri pulmonalis yang besar saat fase diastolik.

Bila sudah timbul hipertensi paru, bunyi jantung dua komponen pulmonal

akan mengeras dan bising jantung yang terdengar hanya fase sistolik dan

tidak kontinyu lagi karena tekanan diastolik aorta dan arteri pulmonalis

sama tinggi sehingga saat fase diastolic tidak ada pirau dari kiri ke kanan.

Penutupan PDA secara spontan segera setelah lahir sering tidak terjadi

pada bayi prematur karena otot polos duktus belum terbentuk sempurna

sehingga tidak responsif vasokonstriksi terhadap oksigen dan kadar

prostaglandin E2 masih tinggi. Pada bayi prematur ini otot polos vaskuler

Page 11: Proposal TPP CHD

paru belum terbentuk dengan sempurna sehingga proses penurunan

tahanan vaskuler paru lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan dan

akibatnya gagal jantung timbul lebih awal saat usia neonates.

c. Atrial Septal Defect (ASD)

Pada ASD presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada

di septum atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain

menyebabkan aliran ke paru yang berlebihan juga menyebabkan beban

volum pada jantung kanan. Kelainan ini sering tidak memberikan keluhan

pada anak walaupun pirau cukup besar, dan keluhan baru timbul saat usia

dewasa. Hanya sebagian kecil bayi atau anak dengan ASD besar yang

simptomatik dan gejalanya sama seperti pada umumnya kelainan dengan

aliran ke paru yang berlebihan yang telah diuraikan di atas. Auskultasi

jantung cukup khas yaitu bunyi jantung dua yang terpisah lebar dan

menetap tidak mengikuti variasi pernafasan serta bising sistolik ejeksi

halus di area pulmonal. Bila aliran piraunya besar mungkin akan

terdengar bising diastolik di parasternal sela iga 4 kiri akibat aliran deras

melalui katup trikuspid. Simptom dan hipertensi paru umumnya baru

timbul saat usia dekade 30 – 40 sehingga pada keadaan ini mungkin

sudah terjadi penyakit obstruktif vaskuler paru.

Page 12: Proposal TPP CHD

d. Aorta Stenosis (AS)

Aorta Stenosis derajat ringan atau sedang umumnya

asimptomatik sehingga sering terdiagnosis secara kebetulan karena saat

pemeriksaan rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik

ejeksi di area aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher.

Bayi dengan AS derajat berat akan timbul gagal jantung kongestif pada

usia minggu- minggu pertama atau bulan-bulan pertama kehidupannya.

Pada AS yang ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50

mmHg tidak perlu dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau

non bedah Balloon Aortic Valvuloplasty harus segera dilakukan pada

neonatus dan bayi dengan AS valvular yang kritis serta pada anak dengan

AS valvular yang berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg.

e. Coarctation Aorta (CoA)

Coartation Aorta pada anak yang lebih besar umumnya juga

asimptomatik walaupun derajat obstruksinya sedang atau berat. Kadang-

Page 13: Proposal TPP CHD

kadang ada yang mengeluh sakit kepala atau epistaksis berulang, tungkai

lemah atau nyeri saat melakukan aktivitas. Tanda yang klasik pada

kelainan ini adalah tidak teraba, melemah atau terlambatnya pulsasi arteri

femoralis dibandingkan dengan arteri brakhialis, kecuali bila ada PDA

besar dengan aliran pirau dari arteri pulmonalis ke aorta desendens. Selain

itu juga tekanan darah lengan lebih tinggi dari pada tungkai. Obstruksi

pada AS atau CoA yang berat akan menyebabkan gagal jantung pada usia

dini dan akan mengancam kehidupan bila tidak cepat ditangani. Pada

kelompok ini, sirkulasi sistemik pada bayi baru lahir sangat tergantung

pada pirau dari kanan ke kiri melalui PDA sehingga dengan menutupnya

PDA akan terjadi perburukan sirkulasi sistemik dan hipoperfusi perifer.

f. Pulmonal Stenosis (PS)

Status gizi penderita dengan PS umumnya baik dengan

pertambahan berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan PS

ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus

dengan PS berat atau kritis akan terlihat takipnu dan sianosis. Penemuan

pada auskultasi jantung dapat menentukan derajat beratnya obstruksi.

Pada PS valvular terdengar bunyi jantung satu normal yang diikuti

dengan klik ejeksi saat katup pulmonal yang abnormal membuka. Klik

akan terdengar lebih awal bila derajat obstruksinya berat atau mungkin

tidak terdengar bila katup kaku dan stenosis sangat berat. Bising sistolik

ejeksi yang kasar dan keras terdengar di area pulmonal. Bunyi jantung

dua yang tunggal dan bising sistolik ejeksi yang halus akan ditemukan

pada stenosis yang berat.

Page 14: Proposal TPP CHD

2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Sesuai dengan namanya manifestasi klinis yang selalu terdapat pada

pasien dengan PJB sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah warna kebiruan

pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya >5mg/dl hemoglobin

tereduksi dalam sirkulasi. Deteksi terdapatnya sianosis antara lain tergantung

kepada kadar hemoglobin.

a. Tetralogy of Fallot (ToF)

Tetralogy of Fallot merupakan salah satu lesi jantung yang defek

primer adalah deviasi anterior septum infundibular. Konsekuensi deviasi

ini adalah obstruksi aliran darah ke ventrikel kanan (stenosis pulmoner),

defek septum ventrikel, dekstroposisi aorta, hipertrofi ventrikuler kanan.

Anak dengan derajat yang rendah dari obstruksi aliran ventrikel kanan

menimbulkan gejala awal berupa gagal jantung yang disebabkan oleh

pirau kiri ke kanan di ventrikel. Sianosis jarang muncul saat lahir, tetapi

dengan peningkatan hipertrofi dari infundibulum ventrikel kanan dan

pertumbuhan pasien, sianosis didapatkan pada tahun pertama

kehidupan.sianosis terjadi terutama di membran mukosa bibir dan mulut,

di ujung- ujung jari tangan dan kaki. Pada keadaan yang berat, sianosis

langsung ditemukan

Page 15: Proposal TPP CHD

.

b. Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum

Saat duktus arteriosus menutup pada hari-hari pertama

kehidupan, anak dengan Pulmonary Atresia with Intact Ventricular

Septum mengalami sianosis. Jika tidak ditangani, kebanyakan kasus

berakhir dengan kematian pada minggu awal kehidupan. Pemeriksaan

fisik menunjukkan sianosis berat dan distress pernafasan. Suara jantung

kedua terdengar kuat dan tunggal, seringnya tidak terdengar suara

murmur, tetapi terkadang murmur sistolik atau yang berkelanjutan dapat

terdengar setelah aliran darah duktus.

Page 16: Proposal TPP CHD

c. Tranpotition of Great Arteries

Transposisi arteri besar (TAB) merupakan salah satu penyakit jantung

bawaan (PJB) tipe sianotik yang bermanifestasi pada periode bayi baru

lahir Kelainan penyerta tersering ditemukan defek septum ventrikel

(DSV), defek setum atrium (DSA), paten duktus artiousus (DAP), dan

left ventricular outflow tract obstruction.Pada TAB terjadi perubahan

tempat keluarnya arteri besar, yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan

terletak di sebelah anterior arteri pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis

keluar dari ventrikel kiri, terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya,

aorta menerima darah vena sistemik dari vena kava, atrium kanan,

ventrikel kanan, dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik serta darah

dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan

diteruskan ke arteri pulmonalis dan paru. Dengan demikian, maka kedua

sirkulasi sistemik serta paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat

berlangsung apabila ada komunikasi antara sirkulasi ini. Sampai saat

ini ,terdapat bermacam-macam klasifikasi transposisi arteri besar. Jaggers

dkk.menyatakan transposisi komplet aorta akan keluar dari ventrikel

kanan dan arteri pulmonal keluar dari ventrikel kiri, seakan-akan aorta

dan arteri pulmonalis berpindah melewati septum ventrikel. Transposisi

parsial, apabila hanya satu saja arteri besar yang berpindah melewati

septum, sedangkan arteri besar yang lain tetap berada di tempat

semula,dengan demikian kedua arteri besar akan keluar dari ventrikel

kanan (double outlet right ventricle), atau dari ventrikel kiri (double

outlet left ventricle).Transposisi komplet dan transposisi parsial sering

disertai kelainan penyerta lain yang akan berperan pada saat pengambilan

keputusan tentang jenis operasi yang akan dipilih untuk koreksi TAB.

Page 17: Proposal TPP CHD

d. Tricuspid Atresia

Sianosis terjadi segera setelah lahir dengan dengan penyebaran

yang bergantung dengan derajat keterbatasan aliran darah pulmonal.

Kebanyakan pasien mengalami murmur sistolik holosistolik di sepanjang

tepi sternum kiri. Suara jantung kedua terdengar tunggal. Diagnosis

dicurigai pada 85% pasien sebelum usia kehamilan 2 bulan. Pada pasien

yang lebih tua didapati sianosis, polisitemia, cepat lelah, dan sesak nafas

saat aktivitas berat kemungkinan sebagai hasil dari penekanan pada aliran

darah pulmonal. Pasien dengan Tricuspid Atresia berisiko mengalami

penutupan spontan VSD yang dapat terjadi secara cepat yang ditandai

dengan sianosis. (Harimurti, 2009).

2.5 Faktor Penyebab Gangguan Jantung Bawaan

Pada sebagian besar kasus, penyebab dari PJB ini tidak diketahui.

Beberapa faktor yang diyakini dapat menyebabkan PJB ini secara garis besar

dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu genetik dan lingkungan.

Pada faktor genetik, hal yang penting diperhatikan adalah adanya riwayat

keluarga yang menderita penyakit jantung. (Muaningsih, 2011)

Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa sekitar

10% penderita PJB mempunyai penyimpangan pada kromosom, misalnya pada

Page 18: Proposal TPP CHD

Sindroma Down. Untuk faktor lingkungan, beberapa hal yang perlu diperhatikan

adalah:

Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok.

Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan

menyebabkan penyakit jantung bawaan.

Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes

tidak terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit

jantung bawaan.

Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30%

untuk mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan.

Ectasy dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid, phenothiazin,

dan kokain akan meningkatkan insiden penyakit jantung bawaan.

(Muaningsih, 2011)

2.6 Gejala-gejala Gangguan Jantung Bawaan

Adapun gejala yang menunjukkan adanya penyakit jantung bawaan yaitu:

a. Gangguan pertumbuhan.

Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan

pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik,

gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan

pertumbuhan ini juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien

PJB. (Rudolph, 2008)

b. Sianosis.

Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah.

Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut.

Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada

sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan. Sianosis

perifer lebih jelas terlihat pada ujung- ujung jari. (Rudolph, 2008)

Page 19: Proposal TPP CHD

c. Toleransi latihan.

Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk

menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan jantung.

Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan berkurang.

Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua dengan

membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien cepat lelah, napas

menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau sesak napas dalam

keadaan istirahat. Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi menyusui. Apakah ia

hanya mampu minum dalam jumlah sedikit, sering beristirahat, sesak waktu

mengisap, dan berkeringat banyak. Pada anak yang lebih besar ditanyakan

kemampuannya berjalan, berlari atau naik tangga. Pada pasien tertentu seperti

pada tetralogi Fallot anak sering jongkok setelah lelah berjalan. (Rudolph,

2008)

d. Infeksi saluran napas berulang.

Gejala ini timbul akibat meningkatnya aliran darah ke paru sehingga

mengganggu sistem pertahanan paru. Sering pasien dirujuk ke ahli jantung

anak karena anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak

sedikit pasien PJB yang sebelumnya sudah diobati sebagai tuberkulosis

sebelum di rujuk ke ahli jantung anak. (Rudolph, 2008)

e. Bising jantung.

Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam

menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang

merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis kelainan

jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung pada pemeriksaan fisis,

tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga

menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang

untuk memastikan diagnosis. (Rudolph, 2008)

Page 20: Proposal TPP CHD

Adapun gejala lain jantung bawaan yaitu:

Ujung-ujung kuku, lidah, bibir berwarna biru.

Hemoglobin (Hb) tinggi (lebih dari 20). Normalnya 14.

Bayi sulit menyusu dan rewel.

Mudah tertular penyakit sehingga berat badan tidak naik-naik karena sering

sakit.

(Sudoyo, 2009)

2.7 Diagnosis

Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkan berdasarkan pada

anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan.

Pemeriksaan penunjang dasar yang penting untuk penyakit jantung bawaan

adalah foto rontgen dada, elektrokardiografi, dan pemeriksaan laboratorium rutin.

Pemeriksaan lanjutan (untuk penyakit jantung bawaan) mencakup ekokardiografi

dan kateterisasi jantung. Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk

visualisasi dan konfirmasi morfologi dan pato-anatomi masing-masing jenis

penyakit jantung bawaan memungkinkan ketepatan diagnosis mendekati seratus

persen. Kemajuan teknologi di bidang diagnostik kardiovaskular dalam dekade

terakhir menyebabkan pergeseran persentase angka kejadian beberapa jenis

penyakit jantung bawaan tertentu. Hal ini tampak jelas pada defek septum atrium

dan transposisi arteri besar yang makin sering dideteksi lebih awal. (Rudolph,

2008)

Makin canggihnya alat ekokardiografi yang dilengkapi dengan Doppler

berwarna, pemeriksaan tersebut dapat mengambil alih sebagian peran

pemeriksaan kateterisasi dan angiokardiografi. Hal ini sangat dirasakan

manfaatnya untuk bayi dengan PJB kompleks, yang sukar ditegakkan

diagnosisnya hanya berdasarkan pemeriksaan dasar rutin dan sulitnya

pemeriksaan kateterisasi jantung pada bayi. Ekokardiografi dapat pula dipakai

sebagai pemandu pada tindakan septostomi balon transeptal pada transposisi

arteri besar. Di samping lebih murah, ekokardiografi mempunyai keunggulan

lainnya yaitu mudah dikerjakan, tidak menyakitkan, akurat dan pasien terhindar

dari pajanan sinar X.

Page 21: Proposal TPP CHD

Bahkan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas pemeriksaan ekokardiografi,

foto toraks sebagai pemeriksaan rutinpun mulai ditinggalkan. Namun demikian

apabila di tangan seorang ahli tidak semua pertanyaan dapat dijawab dengan

menggunakan sarana ini, pada keadaan demikian angiografi radionuklir dapat

membantu. Pemeriksaan ini di samping untuk menilai secara akurat fungsi

ventrikel kanan dan kiri, juga untuk menilai derasnya pirau kiri ke kanan.

Pemeriksaan ini lebih murah daripada kateterisasi jantung, dan juga kurang

traumatis. Tingginya akurasi pemeriksaan ekokardiografi, membuat pemeriksaan

kateterisasi pada tahun 1980 menurun drastis. Sarana diagnostik lain terus

berkem- bang, misalnya digital substraction angiocardiography, ekokardiografi

transesofageal, dan ekokardiografi intravaskular. Sarana diagnostik utama yang

baru adalah magnetic resonance imaging, dengan dilengkapi modus cine sarana

pemeriksaan ini akan merupakan andalan di masa mendatang. (Rudolph, 2008)

2.8 Penatalaksanaan Gangguan Jantung Bawaan

Dengan berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak pasien dengan

penyakit jantung bawaan dapat diselamatkan dan mempunyai nilai harapan hidup

yang lebih panjang. Umumnya tata laksana penyakit jantung bawaan meliputi

tatalaksana non-bedah dan tata laksana bedah. Tatalaksana non-bedah meliputi

tata laksana medikamentosa dan kardiologi intervensi. Tata laksana

medikamentosa umumnya bersifat sekunder sebagai akibat komplikasi dari

penyakit jantungnya sendiri atau akibat adanya kelainan lain yang menyertai.

Dalam hal ini tujuan terapi medikamentosa untuk menghilangkan gejala dan

tanda di samping untuk mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat-

obatan tergantung pada jenis penyakit yang dihadapi.

Salah satu prosedur pilihan yang sangat diharapkan di bidang kardiologi

anak adalah kardiologi intervensi nonbedah melalui kateterisasi pada pasien

penyakit jantung bawaan. Tindakan ini selain tidak traumatis dan tidak

menimbulkan jaringan parut, juga diharapkan biayanya lebih murah. Beberapa

jenis kardiologi intervensi yaitu:

Balloon atrial septostomy (BAS) adalah prosedur rutin yang dilakukan pada

pasien yang memerlukan percampuran darah lebih baik, misalnya TAB

Page 22: Proposal TPP CHD

(transposisi arteri besar) dengan septum ventrikel yang utuh. Prosedur ini

dilakukan dengan membuat lubang di septum interatrium, dan biasanya

dilakukan di ruang rawat intensif dengan bimbingan ekokardiografi.

Balloon pulmonal valvuloplasty (BPV) kini merupakan prosedur standar

untuk melebarkan katup pulmonal yang menyempit, dan ternyata hasilnya

cukup baik, dan biayanya juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan

operasi.

Balloon mitral valvotomy (BMV) umumnya dikerjakan pada kasus stenosis

katup mitral akibat demam reumatik.

Balloon aortic valvuloplasty (BAV) belum dilakukan rutin dan kasusnya juga

jarang dijumpai.

Penyumbatan duktus arteriosus menggunakan coil Gianturco juga dikerjakan

pada beberapa kasus, namun belum dianggap rutin karena harga coil dan

peralatan untuk memasukkan coil tersebut cukup mahal. (Cunningham, 2008)

Serta jika menghadapi seorang anak yang dicurigai menderita penyakit jantung

bawaan, yang perlu dilakukan adalah:

1. Menempatkan pasien khususnya neonatus pada lingkungan yang hangat,

dapat dilakukan dengan membedong atau menempatkannya pada inkubator.

2. Memberikan oksigen

3. Memberikan cairan yang cukup dan mengatasi gangguan elektrolit serta asam

basa.

4. Mengatasi kegawatan dengan menggunakan obat-obatan jika terdapat tanda-

tanda seperti gagal jantung, serangan sianotik, renjatan kardiogenik. (Sudoyo,

2009)

2.9 Pencegahan Gangguan Jantung Bawaan

Adapun cara pencegahan dari penyakit jantung bawaan yaitu:

Pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan saat kehamilan yang rutin sangat

diperlukan. Dengan kontrol kehamilan yang teratur, maka PJB dapat

dihindari atau dikenali secara dini.

Page 23: Proposal TPP CHD

Kenali faktor risiko pada ibu hamil yaitu penyakit gula maka kadar gula

darah harus dikontrol dalam batas normal selama masa kehamilan, usia ibu di

atas 40 tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga seperti diabetes, kelainan

genetik down sindrom, penyakit jantung dalam keluarga. Perlu waspada ibu

hamil dengan faktor resiko meskipun kecil kemungkinannya.

Pemeriksaan antenatal juga dapat mendeteksi adanya PJB pada janin dengan

ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini sangat tergantung dengan saat

dilakukannya USG, beratnya kelainan jantung dan juga kemampuan dokter

yang melakukan ultrasonografi. Umumnya, PJB dapat terdeteksi pada saat

USG dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan lebih dari

20 minggu. Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan jantung pada janin,

maka penting untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan fetal

ekokardiografi. Dengan pemeriksaan ini, gambaran jantung dapat dilihat

dengan lebih teliti.

Pencegahan dapat dilakukan pula dengan menghindarkan ibu dari risiko

terkena infeksi virus TORCH (Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus dan

Herpes). Skrining sebelum merencanakan kehamilan. Skrining ini yang juga

dikenal dengan skrining TORCH adalah hal yang rutin dilakukan pada ibu-

ibu hamil di negara maju, namun di Indonesia skrining ini jarang dilakukan

oleh karena pertimbangan finansial. Lakukan imunisasi MMR untuk

mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil.

Konsumsi obat-obatan tertentu saat kehamilan juga harus dihindari karena

beberapa obat diketahui dapat membahayakan janin yang dikandungnya.

Penggunaan obat dan antibiotika bisa mengakibatkan efek samping yang

potensial bagi ibu maupun janinnya. Penggunaan obat dan antibiotika saat

hamil seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama

pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan

pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan

hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah

prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan

janinnya

Page 24: Proposal TPP CHD

Hindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa

kehamilan

Hindari paparan asap rokok baik aktif maupuin pasif dari suami atau anggota

keluarga di sekitarnya.

Hindari polusi asap kendaraan dengan menggunakan masker pelindung agar

tidak terhisap zat – zat racun dari karbon dioksida. (Widodo, 2012)

Page 25: Proposal TPP CHD

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Nama Kegiatan

Tugas Pengenalan Profesi dengan judul “Observasi Penderita Yang Memiliki

Gangguan Jantung Bawaan.”

3.2 Lokasi Pelaksanaan

Tugas pengenalan profesi blok X dilakukan di

3.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat : Masyarakat

Tanggal : Desember 2015

Waktu : Pukul WIB

3.4 Subyek Tugas Mandiri

Subyek tugas mandiri pada tugas pengenalan profesi blok X adalah penderita

yang memiliki gangguan jantung bawaan, di Masyarakat.

3.5 Alat dan Bahan

1. Alat Tulis

2. Kamera

3. Checklist dan pertanyaan terbuka

1.6 Langkah Kerja

1. Membuat proposal TPP dan konsultasi dengan pembimbing

2. Melakukan observasi terhadap penderita yang memiliki gangguan jantung

bawaan di Masyarakat.

3. Mencatat kembali hasil observasi

4. Membuat laporan TPP

5. Membuat kesimpulan observasi

Page 26: Proposal TPP CHD

CHECKLIST WAWANCARA

“Observasi Penderita Yang Memiliki Gangguan Jantung Bawaan”

Data Diri Narasumber

Nama :

Umur :

Nama Orangtua :

Pekerjaan Orangtua :

Umur Orangtua :

No. Pertanyaan Jawaban

1.

2.

Riwayat Keluarga:

Apakah Bapak menderita penyakit

jantung bawaan juga?

Adakah keluarga yang juga memiliki

penyakit jantung bawaan?

3.

4.

Riwayat Kehamilan:

Apakah selama masa kehamilan Ibu

teratur meminum vitamin B?

Apakah Ibu atau Bapak selama masa

kehamilan gemar merokok?

5.

Riwayat Kelahiran:

Apakah Adik (sebutkan nama pasien)

lahir cukup bulan?

6. Berapa usia Adik (sebutkan nama

pasien) saat Ibu/Bapak tahu jika Adik

(sebutkan nama pasien) mengalami

gangguan jantung bawaan?

7. Saat bayi:

- Saat lahir apakah terdapat

gangguan pernapasan pada Adik

(sebutkan nama pasien)?

Page 27: Proposal TPP CHD

- Apakah saat lahir Adik (sebutkan

nama pasien) sekujur tubuhnya

berwarna biru? (kebiruan dimulut,

lidah, ujung jari)

- Bagaimana Adik (sebutkan nama

pasien) sewaktu menyusu dulu?

(berkeringat tidak, sering berhenti

sejenak sewaktu menyusui lalu

baru mulai menyusu lagi, sedikit

menyusu, napas terengah-engah)

- Bagaimana perkembangan berat

badan Adik (sebutkan nama

pasien) sewaktu bayi?

- Apakah Adik (sebutkan nama

pasien) sering menderita batuk

dan sesak napas? (pneumonia,

bronkopneumonia)

- Apakah Adik (sebutkan nama

pasien) sering sakit sewaktu bayi?

- Apakah Adik (sebutkan nama

pasien) sewaktu bayi sering

menangis dan susah untuk

berhenti lalu tubuhnya membiru?

- Apakah Adik (sebutkan nama

pasien) pernah mengalami kejang

setelah menangis?

- Apakah gangguan jantung bawaan

yang dialami Adik (sebutkan nama

pasien) ditemukan secara sengaja

atau tidak sengaja?

8. Saat anak-anak:

- Bagaimana pertumbuhan dan

Page 28: Proposal TPP CHD

perkembangan Adik (sebutkan

nama pasien) Pak/Bu?

- Bagaimana dengan makan dan

minumnya sehari-hari Pak/Bu?

- Bagaimana Adik (sebutkan nama

pasien) dalam aktivitas bermain

sehari-hari? (biasanya anak cepat

lelah, sering jongkok saat bermain)

- Saat mulai membiru, bagaimana

keadaan Adik (sebutkan nama

pasien)? (napasnya, pingsan atau

tidak)

- Observasi apakah anak tampak

biru pada mulut, lidah, dan ujung-

ujung jari, ujung jari membulat

seperti pemukul genderang.

9. Saat remaja:

- Bagaimana pertmbuhan dan

perkembangan Adik (sebutkan

nama pasien)?

- Kapan Adik (sebutkan nama

pasien) mengalami haid

pertamanya?

- Bagaimana dengan tanda-tanda

perkembangan sekunder Adik

(sebutkan nama pasien)?

- Bagaimana aktivitas sehari-hari

Adik (sebutkan nama pasien)?

- Apakah Adik (sebutkan nama

pasien) sering mengalami batuk

dan sesak napas (terengah-

Page 29: Proposal TPP CHD

engah)?

- Bagaimana Adik (sebutkan nama

pasien) saat melakukan pekerjaan

berat?

- Apakah Adik (sebutkan nama

pasien) pernah nampak kebiruan?

(mulut, lidah, jari-jari).

10. Selanjutnya langkah apa yang Ibu

lakukan?

11. Pemeriksaan apa saja yang sudah

dilakukan? (foto rontgen dada,

pemeriksaan rekam listrik jantung

(elektrokardiografi=EKG), pemeriksaan

USG jantung/echokardiografi,

kateterisasi jantung, Ctscan, angiografi

3 dimensi dsb)

12. Obat-obatan apa saja yang diberikan?

13. Tindakan medis selanjutnya yang

dianjurkan dokter? Dan yang sudah

dilakukan?

14. Apakah sudah tampak komplikasi?

(CHF dll)

15. Berikan edukasi mengenai ‘jantung’

selama masa kehamilan agar orangtua

lebih memperhatikan pertumbuhan

dan perkembangan janin.