26
PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER DESKRIPSI DAN ANALISIS MADRASAH DINIYAH DI KALIMANTAN SELATAN Penelitian ini dibiayai dari dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) 2020 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2020

PROPOSALPENELITIAN PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER ... · PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER DESKRIPSI DAN ANALISIS MADRASAH DINIYAH DI KALIMANTAN SELATAN Penelitian ini dibiayai dari

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PROPOSALPENELITIAN

    PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER

    DESKRIPSI DAN ANALISIS

    MADRASAH DINIYAH DI KALIMANTAN SELATAN

    Penelitian ini dibiayai dari dana Bantuan Operasional

    Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) 2020

    LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

    BANJARMASIN

    2020

  • DESKRIPSI DAN ANALISIS

    MADRASAH DINIYAH DI KALIMANTAN SELATAN

    A. LATAR BELAKANG

    Paradigma baru pendidikan nasional1 telah menekankan bahwa lembaga-lembaga

    pendidikan Islam merupakan pendidikan berbasis kemasyarakatan (community based

    education)2. Begitu juga Madrasah Diniyah, sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam

    di Indonesia selama berabad-abad telah tumbuh dan berkembang dengan menunjukkan

    eksistensinya, Madrasah Diniyah berupaya konsisten untuk memberikan pelajaran khusus

    mengenai ajaran dan ilmu-ilmu keislaman. Madrasah diniyah adalah lembaga pendidikan

    non formal yang telah tumbuh dan berkembang seiring dengan penyebaran agama Islam di

    Indonesia.3 Madrasah diniyah adalah bentuk wadah pendidikan keagamaan pada jalur luar

    sekolah yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar dan pelajarannya

    secara klasikal dan nonklasikal.4

    Istilah Madrasah Diniyah dikenal juga dengan diksi dan bentuk lain, yaitu pengajian

    anak-anak, sekolah agama, sekolah kitab, sekolah sore, dan lain-lain5 dan bentuk legal

    penamaan Madrasah Diniyah secara formal tertuang dalam Peraturan Menteri Agama RI

    No. 13 tahun 1964 tentang pengertian, fungsi, dan tujuan Madarash Diniyah dan

    disempurnakan dengan Peraturan Menteri Agama No. 03 tahun 1983 tentang kurikulum

    Madrasah Diniyah dan juga munculnya kurikulum Madrasah diniyah Wustho tahun 1994.6

    Selanjutnya pada tahun 2007 muncul peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 55

    Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yang berisi rincian

    1 H.A.R Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 1; lihat juga

    pada Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi, (Jakarta:

    Kompas, 2002), h. 4 2 David Sobel, Place-based education: Connecting classrooms & communities, (Barrington: Orion

    Society, 2004), h. 61 https://fokt.pw/419.pdf dapat juga dilihat pada Gregory A. Smith dan David Sobel,

    Pace-And Community-Based Education in Schools, (New York: Routledge Taylor & Francis Group, 2014),

    h. 21. 3Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin,

    (Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari, 2011), h. 1. 4 A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah Daerah tentang

    Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kabupaten Pandeglang. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam,

    2(1), 2013 h. 8 http://150.107.142.43/index.php/TADIBUNA/article/view/534/430 5 Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

    h. 1 6 Ibid., h. 1.

    https://fokt.pw/419.pdfhttp://150.107.142.43/index.php/TADIBUNA/article/view/534/430

  • dari pertimbangan pelaksanaan ketentuan pasal 12 ayat (4) pasal 30 ayat (5) dan pasal 37

    ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Hal

    ini dalam rangka menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Agama dan

    Pendidikan Keagamaan. Adapun dalam PP RI No. 55 tahun 2007 terdapat pada pasal 25

    tentang Madrasah Diniyah, dan secara konkret disebutkan juga dalam PP tersebut bahwa

    pendidikan Diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan pada semua

    jalur dan jenjang pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal.

    Revisi konkret tentang Madrasah Diniyah diafirmasi dalam Peraturan Menteri Agama

    Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagaman Islam. Dalam

    PMA ini dijelaskan bentuk pendidikan diniyah yang terbagi menjadi pendidikan diniyah

    formal, pendidikan diniyah non formal, dan pendidikan diniyah informal. Hal ini menjadi

    affirmatif action bahwa Madrasah diniyah dalam eksistensinya menunjukkan

    perkembangan yang signifikan.

    Sebagai bagian dari lembaga Pendidikan Islam, Madarash Diniyah merupakan salah

    satu alternatif wadah arahan kepada pertumbuhan dan perkembangan generasi muslim

    kepada titik optimal ablility untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan

    kebahagiaan hidup di akhirat, apalagi di dalam era reformasi dan arus globalisasi7 di mana

    masyarakat bersifat dinamis yang juga tak luput dari terpaan materialis dan hedonis.8

    Sangat perlu adanya vehicle belajar agama yang di sini adalah Madrasah diniyah dengan

    kekhasannya untuk menjadi konstruksi idea mencukupi pemahaman Islam karena memang

    pendidikan di Madrasah Diniyah bagi orang tua merupakan salah satu bentuk manifestasi

    kebutuhan akan adanya pendidikan agama yang di sekolah umum dirasa belum cukup.9

    Madrasah Diniyah adalah sebagai penyempurna dalam meningkatkan keimanan,

    ketaqwaan dan akhlak mulia peserta didik pada jenjang pendidikan dasar yang secara

    fungsional maupun substansial berada di bawah pengendalian Kementerian Agama dari

    pusat hingga ke daerah10

    dan Madarasah Diniyah secara khittahnya adalah bentuk nyata

    7M. Ihsan Dacholfany, Reformasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi.

    AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 20(1), 2015, h. 185 bisa juga dilihat pada Afiful ikhwan, Kajian

    Sosio-Historis Pendidikan Islam Indonesia Era Reformasi.EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), Juni

    2017, h. 16. 8 Iskandar, Dakwah Dan Individualisme, Materialisme Dan Hedonisme. Jurnal Dakwah Tabligh, 13(1),

    Juni 2012, h. 20-22. 9 Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

    h. 2 10

    A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah Daerah..., h. 5

  • pendidikan Islam yang memiliki cita-cita11

    tentang hidup Islam untuk melestarikan,

    mengalihkan, menanamkan dan menstransformasikan nilai-nilai Islam kepada generasi

    penerus (anak-anak), sehingga keilmuan dan nilai-nilai Islam yang menjadi idea tetap

    berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari masa ke masa, dari generasi ke generasi.

    Pertumbuhan yang pesat akan eksistensi Madrasah Diniyah ini terlihat dari banyaknya

    jumlah Madrasah Diniyah di Indonesia. Untuk wilayah Kalimantan Selatan saja terdapat

    469 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 50.900 santri, yang tersebar di

    Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan. Secara konkret berdasarkan data dokumen dari

    Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam tahun 2017 disebutkan bahwa untuk kota

    Banjarmasin memiliki 14 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 1.804 orang, Kabupaten

    Batola memiliki 120 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 8.206 orang, kota Banjar

    Baru memiliki 14 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri 621 orang, Kabupaten Banjar

    memiliki 33 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri terbanyak se-provinsi kalsel yaitu

    21.853 orang santri, Kabupaten Tapin memiliki 52 Madrasah Diniyah dengan jumlah santri

    338 orang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki 21 Madrasah Diniyah dengan jumlah

    santri 2.203 orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki 48 Madrasah Diniyah dengan

    jumlah santri 3.512 orang, Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki 21 Madrasah Diniyah

    dengan jumlah santri 1.502 orang, Kabuptaen Balangan memiliki 16 Madrasah Diniyah

    dengan jumlah santri 696 orang, Kabupaten Tabalong memiliki 12 Madrasah Diniyah

    dengan jumlah santri 843 orang, Kabupaten Tanah Laut memiliki 61 Madrasah Diniyah

    dengan jumlah santri 5.427 orang, Kabupaten Tanah Bumbu memiliki 10 Madrasah

    Diniyah dengan jumlah santri 914 orang, dan Kabupaten Kotabaru memiliki 47 Madrasah

    Diniyah dengan jumlah santri 2.981 orang.12

    11

    Miftahol Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 1

    lihat juga pada Muhaimin, Sutiah, dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan

    Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2012) pada Jumal Ahmad & Manusia,

    A. P. K. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

    Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 3, 320. 2018, h. 9 12

    Dokumen Bidang Pakis Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan Th. 2017

  • Kenyataan eksistensi Madrasah Diniyah yang menjamur ini tidak bisa dilihat sebelah

    mata. Transformasi paradigma pendidikan Islam harus mampu memperkuat

    penyelenggaraan Madrasah Diniyah, baik dalam aspek perencanaan, implementasi, dan

    evaluasi kurikulum. Namun, prinsip pengembangan kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah ini

    belum optimal dalam praksisnya.13

    Fokus pendidikan pada kemampuan ritual dan

    keyakinan tauhid harus didukung dengan anggaran dan intensitas pembinaan yang

    dilakukan maupun profesionalsime ketenagaan dan kelembagaan, dan tentu perubahan

    birokrasi kelembagaan Kementerian Agama Republik Indonesia sudah seharusnya

    mendukung terhadap pembinaan Madrasah Diniyah. Kegiatan perencanaa, implementasi

    dan evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang harus lebih banyak lagi disosialisasikan

    dan dipopulerkan dalam lingkup Madrasah Diniyah, terlebih Madrasah Diniyah yang

    berada di pedesaan ataupun daerah terpencil. Realitas sumber daya pendidikan14

    yang

    minim juga sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah karena jika belum

    terakomodir maka realitas rendahnya kualitas hasil pendidikan dan jaminan kelangsungan

    hidup menjadi momok persoalan selanjutnya dalam lingkup Madrasah Diniyah.

    Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya pemetaan deskripsi bagaimana Madrasah

    Diniyah itu sesungguhnya, sehingga bisa menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah

    dan pemerhati Pendidikan Islam dalam memberikan kontribusi nyata untuk Madrasah

    Diniyah. Selain itu juga, diskursus tentang Madrasah ataupun Madrasah Diniyah

    khususnya dalam lingkup Kalimantan Selatan belum banyak yang mengkaji.15

    Pembahasan mengenai pertumbuhan dan narasi lembaga pendidikan Islam di kalangan

    muslim masih sedikit, sehingga perlu dideskripsikan sebagai bentuk argumentasi

    konstruktif persoalan Madrasah Diniyah di masa yang akan datang.

    13

    Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

    h. 2 lihat juga pada A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah

    Daerah..., h. 5 dan pada Nuriyatun Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis. Edukasia:

    Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1), Februari 2016, h. 193. 14

    Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, dan Amat Nyoto, Transformasi Pendidikan Abad 21

    Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global. In Prosiding Seminar Nasional

    Pendidikan Matematika, Vol. 1, No. 26, 2016, h. 271. 15

    Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin...

    h. 3-4 lihat juga pada Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Nusantara Abad XVII-XVIII, (Bandung: Mizan,

    1995), h. 251 dan pada Imam Solihin, Madrasah dan Pertumbuhan Keilmuan Dunia Islam: Sebuah

    Kajian Sosio-Historis. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(1), 2018, h. 102

  • Berdasarkan hal tersebut, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian guna

    mendeskripsikan dan menganalisis Madrasah Diniyah di Kalimantan secara komprehensif

    dan mendalam sehingga dari hasil penelitian akan melihat secara konkret dan menyeluruh

    tentang potret Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan. Selanjutnya, dari hasil penelitian

    ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi rekomendasi dalam upaya

    pembinaan dan pengembangan pendidikan Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan pada

    khususnya, dan lembaga pendidikan Islam secara general. Oleh karena itu, penelitian ini

    diberi judul: “Deskripisi dan Analisis Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan”.

    Madrasah Diniyah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Madrasah Diniyah

    Takmiliyah, yaitu lembaga pendidikan keagamaan Islam pada jalur pendidikan non

    formal yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang di luar pesantren, sebagai

    pelengkap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan Dasar dan

    Menengah.16

    B. FOKUS MASALAH

    Fokus masalah dari penelitian ini menyoroti bagaimana kebijakan program Madrasah

    Diniyah di Kalimantan Selatan, bagaimana kurikulum dan pembelajarannya serta

    bagaimana pengelolaannya.

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara komprehensif dan mendalam

    tentang Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan dengan menganalisis secara kritis baik

    inward dan outward looking, meliputi: kebijakan, kurikulum dan pembelajaran, serta

    pengelolaannya yang meliputi personalia, sarana dan prasarana, keuangan, serta

    hubungan Madrasah Diniyah dengan masyarakat.

    D. KAJIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

    Selama ini kajian atau studi terhadap Madrasah Diniyah yang dikaitkan dengan

    manajemen pendidikan, supervisi pendidikan ataupun unsur penting dalam pendidikan

    belum banyak dilakukan oleh para peneliti. Adapun penelitian yang membahas tentang

    16

    Peraturan Menteri Agma Ri No 13 Tahun 2014, Bab I pasal 1 ayat 8 dan10.

  • Madarsah Diniyah secara umum dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh

    beberapa peneliti.

    Pertama, oleh Nuriyatun Nizah17

    tentang Dinamika Madraash diniyah: Suatu tinjauan

    historis (2016) yang dari penelitiannya terkait dengan perkembangan Madrasah Diniyah

    secara umum, disebutkan bahwa dalam PP 73, Pasal 22 ayat 3 disebutkan bahwa

    Madrasah Diniyah termasuk kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang

    dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan

    agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama. Sepanjang perjalanan sejarah madrasah

    diniyah mengalami dinamika, sehingga terjadi pasang surut dalam perkembangannya.Ada

    beberapa kelemahan dalam penerapan kurikulum yang selama ini masih diberlakukan di

    madrasah diniyah, dan kurang sesuai, diantaranya: 1) belum ada kurikulum tertulis, 2)

    tidak adanya standar kompetensi maupun kompetensi dasar. 3) fokus pada menamatkan

    buku secara berjenjang, dan 4) SDM yang belum optimal dan minim. Dari hasil

    penelitiannya memberikan rekomendasi bahwa untuk mempertahankan eksistensi

    Madrasah Diniyah agar tetap diminati masyarakat maka perlu ada strategi di antaranya: 1)

    Penyelenggaraan dan pembekalan bagi guru-guru/ustadz-ustadzah di Madrasah Diniyah;

    2) Distribusi buku-buku pelajaran yang berstandar; 3) Adanya pengawasan pembinaan,

    dan pendampingan 4) Menjalin kerjasama dengan pemerintahan khususnya dalam

    pendanaan.

    Kedua, penelitian yang lain, yaitu penelitian kelompok yang dilakukan oleh A.

    Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin dan Affandi Muchtar18

    tentang Kebijakan Pemerintah

    Daerah tentang Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di kabupaten Pandeglang.

    Dari hasil penelitian ditemukan bahwa peraturan perundang-undangan yang dijadikan

    instrumen sebagai dasar kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang tentang

    Wajib Belajar MDA di Kabupeten Pandeglang yaitu:Peraturan Daerah No. 27 Tahun 2007

    tentang Wajib Belajar MDA;Peraturan Bupati No. 01 Tahun 2008 tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Program Wajib Belajar MDA; dan Peraturan Teknis lainnya yang diterbitkan

    oleh Kantor Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang. Latar

    17

    Nuriyatun Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis. Edukasia: Jurnal Penelitian

    Pendidikan Islam, 11(1), Februari 2016. 18

    A. Rahmat Rosyadi, Endin Mujahidin, & Affandi Muchtar, Kebijakan Pemerintah Daerah tentang

    Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kabupaten Pandeglang. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam,

    2(1), 2013 h. 8 http://150.107.142.43/index.php/TADIBUNA/article/view/534/430

    http://150.107.142.43/index.php/TADIBUNA/article/view/534/430

  • belakang kebijakan ini memunculkan fakta adanya peningkatan warga dalam belajar di

    Madrasah Diniyah, dan guru/ustadz-ustadzah di Madarash Diniyah juga meningkat;

    Standar kurikulum MDA beracuan pada standar kurikulum nasional yang diterbitkan oleh

    Direktorat Pendidikan Diniyah dan pondok Pesantren Ditjen Pendais Kementerian

    Agama, Perda dan Perpub Kab. Pandeglang; selain itu dari kebijakan yang ada, juga

    muncul peningkatan drastis dalam jumlah Madrasah Diniyah di Pandeglang yang semula

    501 MDA pada tahun 2007 menjadi 824 MDA pada tahun 2009.

    Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki

    Mubarak19

    pada tahun 2011 tentang Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin. Dari

    hasil penelitian didapatkan temuan bahwa Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin pada

    umumnya terletak di pinggir kota dan berstatus swasta, tercatat di Kementerian Agama

    Kota Banjarmasin dan mendapat Nomor Statistik Diniyah (NSD) dan juga lembaga ini

    didirikan dengan sistem perorangan/ yayasan.

    Kurikulum di Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin adalah dibuat sendiri oleh

    pihak madrasah; fokus bagian kesiswaan adalah hanya pada rekrutmen/ sosialisasi

    penerimaan siswa baru;sedangkan manajemen personalianya adalah dengan sistem

    tim/kolektif; sarana dan prasarana kebanyakan dari waqaf dan fasilitas bersifat

    konvensional. Adapun untuk keuangan Madrasah Diniyah di kota Banjarmasin diperoleh

    dari SPP, uang pendaftaran, sumbangan donatur tetap/pengusaha, masyarakat, zakat,

    infak, dan sadaqah. Adapun kerjasama yang dilakukan Madrasah Diniyah di Kota

    Banjarmasin adalah dengan masyarakat setempat dan pemerintah dalam bentuk dukungan

    moril, fisik, material dan imaterial (pemikiran).

    Keempat, penelitian yang dilakuakn oleh A. Basid20

    pada tahun 2015 tentang

    Madrasah Diniyah Takmiliyah dalam perspektif Standar Pelayanan Minimal di kabupaten

    Cirebon. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa Madrasah Diniyah Takmiliyah

    Awaliyah dikelola secara „tradisional,‟ sesuai dengan pemahaman para pengelola dan

    guru, dan dalam realitasnya Madarash diniyah di Cirebon belum sesuai dengan Standar

    Pelayanan Minimal (SPM) yang ditentukan oleh SK Dirjen Pendis Nomor 3201 Tahun

    19

    Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota Banjarmasin,

    (Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari, 2011) 20

    Basid, A, Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten

    Cirebon. Penamas, 28(3), 445-462.

  • 2013. Adapun terkait dukungan dan hambatan dalam penyelenggaraan MDA di Cirebon

    adalah terjadi pada unsur internal sendiri.

    Kelima, penelitian tentang Peran Madrasah Diniyah Takmiliyah yang dipublikasikan

    dalam jurnal „Anil Islam Vol. 9 Momor 1, Juni 2016 dengan tema Madrasah Diniyah

    Takmiliyah (MDT) Sebagai Pusat Pengetahuan Agama Masyarakat Pedesaan (Studi

    tentang Peran MDT di Desa Gapura Tumur Gapura Sumenap).

    Penelitian ini menggambarkan bahwa keberadaan MDT merupakan kebutuhan dasar

    bagi masyarakat terutama di pedesaan dalam rangka memberikan pendidikan berupa

    ajaran-ajaran agama yang mendasari anak tentang keimanan, peribadatan dan akhlakul

    karimah di tengah-tengah merosotnya moral bangsa ini. Oleh karena itu, MDT sebagai

    wadah pendidikan non formal keagamaan perlu diperhatikan pengembangan dan

    pengelolaannya.

    Keenam, kajian madrasah diniyah yang dipublikasikan oleh Ismail dengan tema

    Madrasah Diniyah dalam Multi Perspektif dalam jurnal Kabilah vol. 2 No. 2 Desember

    2017. Menurut Ismail selama ini kajian dan penelitian terhadap MDT dilakukan secara

    parsial hanya pada satu perspektif, tidak menyeluruh. Ismail mengarahkan kajiannya

    terhadap MDT dalam beberapa perspektif, idiologis filosofis, historis, politik, manajemen

    dan metodologis. Penelitian menunjukkan bahwa: 1) penyelenggaraan pendidikan MDT

    sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki landasan ideologis filosofis yang bersumber

    dari Al-Qur‟an dan Hadits; 2) MDT memiliki akar sejarahnya sendiri yang sejalan dengan

    sejarah Islam dan muslim Indonesia; 3) MDT memiliki posisi strategis secara politik; 4)

    untuk meningkatkan kualitas, secara manajemen madrasah diniyah perlu mendapatkan

    perhatian yang serius dari stakeholders pendidikan agar MDT semakin fungsional bagi

    bangsa; dan 5) peningkatan sumber daya manusua MDT sangat dibutuhkan guna

    meningkatkan mutu pendidikan madrasah, utamanya dalam pembelajaran, sehingga

    terlaksana dengan pembelajaran yang kontekstual.

    Ketujuh, penelitian yang dilaksanakan oleh Agus Supian dan Najib Amrullah yang

    dipublikasikan dalam jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah pada edisi 1 No 1 2018,

    dengan judul Keberadaan Madrasah Diniyah Takmiliyah Ushuluddin dalam Pembinaan

    Anak-Anak di Jl. Kuranji Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru

    Penelitian ini menggambarkan tentang keberadaan Madrasah Diniyah Takmiliyah

    Ushuluddin dalam upayanya untuk pembinaan agama Islam anak-anak di daerah ini

  • sangat penting dan berperan dengan baik. Ini misalnya membekali anak membaca Al-

    Qur‟an dengan tajwid yang baik, menulis huruf Al-Qur‟an, menulis Arab Melayu,

    mempelajari hukum dan cara ibadah, dan lain-lain. Keberadaan Madrasah ini diperlukan

    oleh masyarakat dalam mempelajari dasar ajaran Islam. Namun demikian, keberadaan

    madrasah ini dipengaruhi oleh faktor-faktor guru, lingkungan, santri, dan alolasi waktu

    yang tersedia.

    Berdasarkan studi pendahuluan tersebut disimpulkan bahwa belum ada kajian dan

    penelitian tentang Madrasah Diniyah secara komprehensif khususnya di wilayah

    Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, penelitian ini urgen untuk dilaksanakan dan menjadi

    distingsi sendiri karena lingkup Kalimantan Selatan.

    E. KONSEP ATAU TEORI

    1. Madrasah Diniyah

    Dalam modernitas dewasa ini pendidikan memegang peranan yang sangat penting

    untuk menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut. Oleh karena itu

    pendidikan Islam21

    merupakan usaha guna melestarikan dan mengalihkan serta

    mentransformasikan nilai-nilai dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi

    selanjutnya. Untuk mendapatakan capture pelaksanaan pendidikan Islam bisa melihat

    salah satu lembaga pendidikan Islam itu sendiri.

    Salah satu lembaga pendidikan Islam adalah Madraash Diniyah. Madrasah Diniyah

    adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam jalur luar sekolah.22

    Sistem

    belajar di madrasah Diniyah merupakan evolusi dari sistem belajar yang dilaksanakan di

    pesantren salafyah, karena pada awalnya dalam penyelenggaraan pendidikannya

    dilakukan dengan cara tradisonal. Adapun ciri khas untuk mempertahankan tradisi

    pesantren adalah mempertahankan paradigma penguasaan “kitab kuning”.23

    21

    Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,

    (Jakarta:Kencana, 2012), h. 141. 22

    Husnul Yaqin, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak, Profil Madrasah Diniyah di Kota

    Banjarmasin....h. 9. 23

    Headari Amin, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Diva

    Pustaka, 2006), h. 18. Lihat juga pada N. Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis.

    Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 11(1), 2016, h. 187, dan pada Abdurrahman, Pemikiran

    tentang Pendidikan Pesantren, Jurnal Pusaka Media Kajian dan Pemikiran Islam, Vol. 5 Nomor 2 Tahun

    2018, h. 52.

  • Madrasah Diniyah yang diatur dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 13 tahun

    1964 dijelaskan bahwa Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan

    pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan Agama Islam kepada

    pelajar bersama-sama sedikitnya berjumlah 10 (sepuluh) orang atau lebih diantara anak-

    anak yang berusia 7 (tujuh) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun; Pendidikan dan

    pengajaran (pada madrasah Diniyah) selain bertujuan untuk memberi tambahan

    pengetahuan agama kepada pelajar-pelajar yang merasa kurang menerima pelajaran

    agama di sekolah-sekolah umum; Madrasah diniyah ada tiga tingkatan yakni; diniyah

    awaliyah, diniyah wustho, dan diniyah ulya24

    2. Kurikulum Madrasah Diniyah

    Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

    pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

    mengajar di suatu lembaga pendidikan.25

    Kurikulum dalam kajian khazanah dasar

    Pendidikan Islam dibagi ke dalam dua bagian, peringkat dasar, dan peringkat menengah.

    Pada peringkat Dasar (Usia Baligh/ 6 tahun – 14 tahun), yaitu kurikulum peringkat

    dasar ini meletakkan pengajian al-Qur‟an sebagai azasnya. Mata pelajaran yang

    seharusnya diajarkan meliputi: Belajar mengenal huruf dan membaca, belajar membaca

    al-Qur‟an, menulis beberapa ayat setiap hari dan menghafalannya, mempelajari hadits

    Rasulullah, dan mempelajari kata-kata, ucapan dan cerita-cerita Nabi dan cerita-cerita

    yang berkaitan dengan keagungan Islam yang menekankan aspek akhlak, kemasyarakatan

    dan kejiwaan.26

    Tujuan dari penyusunan kurikulum untuk peringkat dasar dalam perspektif Islam

    adalah untuk melahirkan rasa cinta terhadap kemuliaan di dalam pikiran kanak-kanak,

    untuk menanamkan di hati mereka dengan kepribadian yang murni, mulia, akhlak yang

    baik (Uswah Hasanah, keperwiraan, kejujuran, keadilan, persaudaraan, dan perasaan

    persamaan.

    24

    N. Nizah, Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis.... h. 187-188, lihat juga pada

    Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta;

    Kencana, 2018), h. 9 25

    Tim Dosen FT UIN Maulana Malik Ibrahim, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik hingga

    Kontemporer, (Malang: UIN Malang Press, 2011). h 168 lihat juga pada Syamsul Bahri, Pengembangan

    Kurikulum Dasar dan Tujuannya. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 11(1), 2017, h. 17-21. 26

    Tim Dosen FT UIN Maulana Malik Ibrahim, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik hingga

    Kontemporer... h. 169.

  • Kurikulum Madrasah Diniyah Peringkat Menengah dan Tinggi (umur 15 tahun dan ke

    atas) lebih menekankan pada pencapaian suatu mata pelajaran tertentu secara tuntas,

    bukan kelulusannya. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi mata pelajaran wajib (fardhu

    ‘ain) dan mata pelajaran pilihan (fardhu kifayah).

    3. Pembelajaran

    Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang saling berkaitan dalam

    memacu atau menghasilkan perubahan pada proses pembelajaran. Belajar dimaknai

    sebagai aktivitas yang dilakukan baik sengaja atau tidak sengaja yang menghasilkan

    perubahan.27

    Teori Belajar Gagne, yaitu teori belajar yang merupakan perpaduan antara

    behaviorisme dan kognitivisme: belajar merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah,

    akan tetapi hanya terjadi dengan kondisi tertantu. Yaitu kondisi internal yang merupakan

    kesiapan peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari, kemudian kondisi eksternal yang

    merupakan situasi belajar yang secara sengaja diatur oleh pendidik dengan tujuan

    memperlancar proses belajar.28

    Dalam teori Islam tentang Fitrah, pada dasarnya peserta

    didik lahir telah membawa bakat dan potensi-potensi yang cenderung kepada kebaikan

    dan kebenaran, yang digambarkan dalam QS. Ar-Ruum: 30. Potensi-potensi ini tidak

    begitu saja berkembang , namun demikian perlu proses belajar mengajar yang sungguh-

    sungguh.

    Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan

    peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.29

    Mengingat aktivitas pembelajaran merupakan kegiatan yang berproses, maka

    pembelajaran tentu saja harus dilaksanakan secara sistematis dan terprogram dalam

    lembaga yang memiliki aturan. Kemudian didukung dengan adanya komponen-komponen

    pendidikan yang selalu saling keterkaitan.

    Komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi: pendidik/ustadz, pelajar/santri,

    sarana prasarana pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi serta pelaksana/personalia

    atau yayasan yang menaungi program pendidikakan ini dapat terlaksana.30

    Selain

    27

    Ainurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 36. 28

    Ainurrahman, Belajar …, h. 13:47. 29

    Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung:

    Rosda, 2013), Cet. XI, h. 173-174 16. 30

    Hamalik D., Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 2011, 5-25.

  • komponen tersebut juga ada faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya program

    pendidikan MDT dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Tujuan Pembelajaran

    Komponen paling mendasar dalam proses desain pembelajaran adalah tujuan dan

    standar kompetensi yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam

    pelaksanaan pembelajaran diperlukan rumusan tujuan pembelajaran yang merupakan

    aspek fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran yang baik dan materi

    pembelajaran.31

    b. Guru/Ustadz/Ustadzah

    Istilah pendidik, dalam perspektif Islam menggunakan istilah al-mu’allim (guru),

    al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik), al-walid (orang tua).32

    Secara umum

    pendidik/ guru/ustadz33

    adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab atas

    pendidikan dan pengajaran yakni orang yang membimbing, meningkatkan,

    menyempurnakan dan mensucikan hati sehingga dekat dengan Allah swt. Tugas ini

    didasarkan pada ungkapan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan kesempurnaan

    manusia terletak pada kesucian hatinya. Mengajar dan mendidik merupakan hal yang

    sangat mulia, dan secara naluriah, orang yang berilmu akan dimuliakan oleh orang lain,

    karena ilmu adalah mulia dan mengajarkannya adalah memberikan kemuliaan.34

    Akan

    tetapi, posisi pengajar dalam masa modern dewasa ini35

    telah dipandang sebagai petugas

    semata yang mendapat gaji dan tanggung jawab tertentu, serta tugas yang dilimitasi dalam

    dinding sekolah yang merupakan dampak dari komersialisme pendidikan, matrialisme dan

    modernisasi, sehingga terciptalah jarak antara pendidik dan peserta didik. Dalam

    pandangan Islam, tugas mengajarkan ilmu menduduki posisi terhormat dan mulia. Dengan

    31

    Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran: Disesuaikan Dengan Kurikulum 2013,

    (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. III, h. 80-81. 32

    Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991), h. 50. 33

    Saragih, A. H, Kompetensi minimal seorang guru dalam mengajar. Jurnal Tabularasa, 5(1), tahun

    2008, h. 27. 34

    Muhammad Muchlis Solichin, Belajar dan Mengajar Dalam Pandangan Al-Ghazâlî. TADRIS:Jurnal

    Pendidikan Islam, 1(2) tahun 2006, h. 151. 35

    Sakti, B. P. Etika dan Profesi Guru SD Di Tengah Perkembangan Zaman. Proceeding PGSD

    Universitas Kuningan 2016, 1(1), tahun 2016, h. 100. Dikases pada

    https://proceeding.uniku.ac.id/index.php/pgsd2016/article/view/10

  • kemuliaannya tersebut, maka tugas seorang guru tidak hanya diorientasikan pada gaji

    semata, melainkan perlu adanya keteladanan bagi peserta didik dan penanaman nilai-nilai

    moral islam.

    Seorang guru merupakan orang yang termulia yang mendidik hati, jiwa, akal dan

    roh manusia. Tugas seorang guru sangatlah penting, ia bertugas untuk mengembangkan

    ilmu pengetahuan serta memperbaiki masyarakat. Segala amal perbuatan, perilaku, akhlak

    dan kepribadian seorang pendidik sangatlah penting, bahkan lebih penting dari pada ilmu

    penetahuan yang dimilikinya. Karena kepribadian seorang pendidik menjadi teladan dan

    akan ditiru oleh anak didiknya.36

    Yang paling rumit dari tugas seorang guru adalah

    pendidikan akhlak bagi para muridnya.37

    Perlu adanya penanaman nilai-nilai ajaran Islam

    dan membentuk kepribadian baik muridnya sehingga tujuan dan kepribadian peserta didik

    dapat terarahkan sesuai jalan yang diridhoi oleh Allah.

    Seorang guru harus konsekuen dan mampu menjaga keharmonisan antara

    perkataan, ucapan, perintah dan larangan dengan amal perbuatan guru, karena yang

    terpenting adalah amal perbuatannya, bukan ucapannya.38

    Karena kepribadian seorang

    pendidik menjadi teladan dan akan ditiru oleh anak didiknya.

    36

    Rahendra Maya, Esensi Guru dalam Visi-Misi Pendidikan Karakter. Edukasi Islami: Jurnal

    Pendidikan Islam, 2(03), tahun 2017, h. 281. 37

    Abdul Halim Tamuri, Muhammad Faiz Ismail, dan Kamarul Azmi Jasmi, Komponen Asas untuk

    Latihan Guru Pendidikan Islam [Basic Components for Islamic Education Teacher Training]. Global

    Journal Al-Thaqafah, 2(2), 53-63 tahun 2012, h. 57. 38

    Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali... h. 50.

  • c. Peserta Didik/Santri

    Peserta didik yaitu orang yang mempunyai potensi dalam dirinya untuk dibimbing,

    didik dan diajar agar dapat mencapai tujuan pendidikan dan hasil yang baik.39

    Peserta didik40

    merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam

    proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan

    pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai

    pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan

    edukatif/pedagogis.41

    d. Strategi/Metode Pembelajaran

    Metode atau strategi pembelajaran dapat dimaknai sebagai cara pembelajaran yang

    dilaksanakan oleh pendidik agar pembelajaran dapat diserap dan dicapai peserta didik dalam

    kegiatan belajar mengajar. Abdul Majid menyoroti pentingnya metode atau cara mengajar

    harus digunakan oleh guru agar dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar42

    .

    e. Media Pembelajaran

    Media adalah segala alat untuk menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

    Gagne mendefinisikan media belajar sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang

    dapat merangsangnya untuk belajar.43

    Media pembelajaran tersebut dapat berupa gambar,

    model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta

    mempertinggi daya serap dan retensi belajar.44

    Kemudian seiring perkembangan informasi

    dan teknologi, media pembelajaran pun semakin berkembang dan lebih luas dan memberikan

    kesan belajar yang sangat tajam.

    39

    Keke T. Aritonang, Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal pendidikan

    penabur, 7(10), 11-21, tahun 2008, h. 11 40

    Siti Aisyah, Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h.

    27 41

    Peserta Didik https://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik 42

    Abdul Majid. Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 135. 43

    Arief S. Sadiman, dkk. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. (Jakarta:

    Rajawali Press, 2009), h. 6. 44

    Ibid., h. 6.

  • 1

    f. Evaluasi Pembelajaran

    Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi,

    pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil

    belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai

    tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.45

    Evaluasi pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Memberikan informasi

    tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan- tujuan belajar melalui berbagai

    kegiatan belajar 2) Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-

    kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu 3)

    Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa,

    menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial (perbaikan)

    4) Memberi informasi yang digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa

    dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsannya untuk melakukan upaya

    perbaikan 5) Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru

    dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas 6)

    Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan

    yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya.46

    4. Pengelolaan Program Pendidikan Diniyah

    Selain proses pembelajaran yang harus terlaksana dengan baik, keberhasilan program

    pendidikan tidak terlepas dari pengelolaan program dan lembaga pendidikan tersebut dengan

    baik. Hal ini tentu saja harus dilaksanakan oleh pengelola, personalia lembaga pendidikan

    tersebut, serta didukung oleh faktor-faktor lainnya seperti pendanaan, hubungan dengan

    masyarakat, dan lain-lain.

    45

    Oemar.Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 159. 46

    Ibid., h. 161.

  • 2

    a. Personalia

    Personalia pendidikan47

    adalah semua orang yang memberikan pelayanan dalam

    dunia pendidikan, dan ini dimaksudkan sebagai semua orang yang terlibat dalam tugas-tugas

    pendidikan, yaitu para guru sebagai pemegang peranan utama, manajer/administrator, para

    supervisor, dan para pegawai. Diharapkan dengan adanya personalia, maka sistem pelayanan

    pendidikan bisa terlaksana, karena yang melaksanakan pelayanan adalah manusia. Personalia

    disini adalah semua orang yang terlibat, artinya di dalam organisasi dibutuhkan beberapa

    tenaga yang sesuai dalam bidangnya, sehingga menimbulkan hubungan timbal balik dalam

    organisasi tersebut baik antara kepala, wakil, tenaga pengajar, pegawai, dan lainnya.

    b. Sarana dan Prasarana

    Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

    menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42

    menyebutkan bahwa : (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi

    perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

    habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran

    yang teratur dan berkelanjutan; (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang

    meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata

    usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi,

    ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain,

    tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

    pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.48

    c. Keuangan

    Menurut Depdiknas49

    bahwa pengelolaan keuangan merupakan tindakan

    pengurusan dan ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,

    pertanggung jawaban dan pelaporan. Dengan demikian, pengelolaan keuangan sekolah dapat

    47

    M. Nazar Almasri, Manajemen Sumber Daya Manusia: Implementasi dalam Pendidikan Islam.

    Kutubkhanah, 19(2), tahun 2017, h. 133. 48

    Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA, P. R.

    (2006) dan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. 49

    Depdiknas. Manajemen Sekolah. (Jakarta: Dirjen Dikdasmen, 2000)

  • 3

    diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,

    pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung jawaban keuangan sekolah.

    d. Hubungan dengan Masyarakat

    Hubungan masyarakat dengan Madrasah diniyah adalah sebagai mediasi untuk

    menyampaikan informasi tentang pendidikan dan juga untuk melayani masyarakat dalam

    memahami dunia pendidikan.50

    Hubungan yang dijalin antara sekolah dan masyarakat yaitu

    antara orangtua dan juga masyarakat sekitar lembaga pendidikan ataupun masyarakat yang

    masih ada hubungan dengan sekolah.

    F. METODE DAN TEKNIK PENGGALIAN DATA

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan (Field Research),

    yaitu dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, di mana data tidak

    berbentuk angka yang diperoleh melalui rekaman, pengamatan, wawancara, atau bahan

    tertulis. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

    tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara

    kuantifikasi. Penelitian kualitatif menekankan pada quality atau hal terpenting suatu barang

    atau jasa, berupa kejadian, fenomena, dan gejala sosial di mana makna di balik kejadian

    tersebut dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan konsep teori.51

    Penelitian

    lapangan yang akan dilaksanakan ini diarahakan pada penelitian terhadap Madrasah Diniyah

    di Kalimantan Selatan

    2. Metode Penelitian

    Metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode analisis

    deskriptif. Menurut Whitney yang dikutip oleh Moh. Nazir metode deskriptif adalah pencarian

    fakta dengan interpretasi yang tepat. Mempelajari masalah-masalah dalam masayarakat, serta

    tata cara yang berlaku di masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,

    50

    Munirwan Umar, Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat Dalam Pendidikan. JURNAL

    EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), tahun 2016, h. 28. 51

    M. Djunaidi Ghony & F. Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

    2012), h. 25.

  • 4

    kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung

    dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.52

    Penelitian ini akan menganalisis secara kritis

    Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan.

    3. Populasi dan Sampel

    a) Populasi

    Secara keseluruhan terdapat 469 lembaga Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan

    dengan rincian: Banjarmasin 14 buah, Barito Kuala 120 buah, Banjarbaru 14 buah, Banjar 33

    buah, Tapin 52 buah, HSS 21 buah, HST 48 buah, HSU21 buah, Balangan 16 buah,

    Tabalong 12 buah,Tanah Laut 61 buah, Tanah Bumbu 10 buah, dan Kotabaru 47 buah. Dari

    keseluruhan total Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan tersebut, penelitian ini akan

    dilaksanakan berdasarkan pertimbangan efektifitas dan efesiensi waktu, tenaga, dan biaya.

    Oleh karena itu, dari jumlah tersebut diambil sampel dengan menggunakan porpusive

    sampling.

    b) Sampel Penelitian

    berdasarkan populasi tersebut ditentukan sampel dengan indikator mengambil Madrasah

    Diniyah dalam sistem zona Hulu Sungai (Tapin, HSS, HST, HSU, Balangan, Tabalong)

    diambil 1, kemudian kabupaten Zona Pelaihari (Pelaihari, Tanah Bumbu, Kotabaru) diambil

    1 kabupaten, Kemudian Zona Batola (Barito Kuala) diambil 1 kabupaten, dan Zona Banjar

    (Banjarmasin, Martapura, Banjarbaru) diambil 1 kabupaten. Dari tiap zona diambil 2

    Madrasah Diniyah secara random dengan dasar kabupaten/kota tersebut memiliki banyak

    jumlah santri. Berikut adalah sampel yang mengambil objek penelitian sebagaimana tabel

    berikut:

    52

    Moh. Nazir, Metedologi Penelitian, Cetakan Ketujuh, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h.55.

  • 5

    Tabel 1. Madrasah Diniyah yang dijadikan lokasi penelitian

    NO NSDT NAMA MADRASAH

    DINIYAH

    ALAMAT

    ZONA HULU SUNGAI

    1 311263070026 Nurul Islam Jl. H. Hasan Baseri RT 06

    RW 02 Kelurahan Barabai

    Barat, Barabai, Hulu Sungai

    Tengah

    2 311263070041 Al Amanah Hulu Sungai Tengah Desa

    Pamangkih Labuan Amas Utara

    ZONA PELAIHARI

    3 311263010058 Aunul Mubtadi‟in Jl. Ahmad Yani RT 01/01

    Gg. Keluarga Tanah Merah,

    Tanah Laut.

    4 211263010034 Raudhatul Jannah Jl. A. Yani Km.30 Desa

    Liang Anggang Bati-Bati

    ZONA BATOLA

    1 311263040110 Majalisus Saniyah

    (Awwaliyah)

    Jl. Panglima Batur RT 04

    Marabahan

    2 311263040113 Al Ma‟arif Baiturrahim

    (Awwaliyah) Jl. Aes Nasution Marabahan

    3 311263040070 Raudlatul Ulum

    (Awwaliyah)

    Desa Belawang RT. 07 No. 1

    Belawang Kab. Barito Kuala

    4 311263040007 Subulussalam

    (Awwaliyah)

    Sei. Telan Kecil Tabunganen

    Kab. Barito Kuala

    ZONA BANJAR

    1 311263030102 Nurul Hikmah

    (Awwaliyah)

    Jl. Mentari Empat Keraton

    Martapura

    2 311263030301 Darul Aman

    (Awwaliyah)

    Jl. A. Yani Km. 43,5 Tambak

    Anyar Ilir Martapura Timur Kab.

    Banjar

    3 311263030002 Al Khairiah

    (Awwaliyah)

    Jl. Mesjid Jami Da‟watul Haq

    Pinggiran Ilir Astambul Kab.

    Banjar

    4 321263030195 Miftahul Huda

    (Awwaliyah)

    Jl. Barakat RT. 01 Ds. Pulau

    Nyiur Karang Intan Kab. Banjar

    5 321263030005 Izharussalam

    (Wustha)

    Keliling Benteng Ulu Martapura

    Barat Martapura

    6 321263030169 Darul Aman

    (Wustha)

    Jl. A. Yani Km. 43,5 Tambak

    Anyar Ilir Martapura Timur Kab.

    Banjar

    7 321263030008 Fita‟limissibyan

    (Wustha)

    Desa Lokbaintan Kec. Sungai

    Tabuk Kab. Banjar

    8 321263030175 Thoriqul Ma‟arif Jl. A. Yani Km. 52.700 Danau

  • 6

    (Wustha) Salak Astambul Kab. Banjar

    4. Objek Penelitian

    Objek penelitian ini adalah Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan dengan fokus

    sebagai berikut:

    a. Kebijakan tentang Madrasah Diniyah seperti dasar hukum pelaksanaan program

    pendidikan, tujuan serta visi dan misi Madrasah Diniyah Takmiliyah)

    b. Kurikulum yang meliputi tujuan kurikulum, silabus dan mata pelajaran yang

    dilaksanakan di MDT, dan referensi yang digunakan.

    c. Pembelajaran dengan komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari: 1) Tujuan

    pembelajaran, 2) strategi serta metode; 3) media pembelajaran; 4) evaluasi

    pembelajaran. Hal ini disoroti dengan pertanyaan bagaimana perencanaan, pelaksanaan

    dan monitoringnnya).

    d. Pengelolaan MDT yang meliputi:

    1) Kesiswaan, yaitu: a) input santri; b) pembinaan input.

    2) Personalia, yaitu: a) kepala Madrasah Diniyah; b) dewan guru/ustadz/ustadzah.

    3) Sarana dan Prasarana (Gedung dan sarana/fasilitas penunjang pembelajaran)

    4) Keuangan, yaitu: a) SPP; 2b) Infaq; c) Sadaqah; d) sumber bantuan dana lainnya

    baik dari masyarakat/pemerintah.

    5) Keterlibatan masyarakat, yaitu: keterlibatan masyarakat terhadap kelangsungan

    Madrasah Diniyah.

    5. Sumber Data

    Dalam penelitian ini sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh yaitu

    kepala Madrasah Diniyah, dewan guru/ustadz/ustadzah, personalia, dan masyarakat di sekitar

    Madrasah Diniyah. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi. Dokumentasi dipakai untuk menggali data

    tentang gambaran umum Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan, yaitu kurikulum, jumlah

    siswa, dan kondisi personalia. Wawancara digunakan untuk menggali data yang terkait

    dengan pengembangan kurikulum pengajaran, pengembangan kesiswaan/santri, personalia,

    sarana dan prasarana, keuangan dan keterlibatan masyarakat terhadap Madarash Diniyah.

  • 7

    Observasi digunakan untuk menggali data yang terkait dengan proses pembelajaran, kondisi

    siswa/santri, personalia, dan sarana prasarana. Semua data yang terkumpul nantinya akan

    dilakukan pemeriksaan keabsahan data dengan cara triangulasi.

    G. RENCANA PEMBAHASAN

    Peneliti akan membagi lima bagian utama pembahasan di dalam laporan hasil penelitian

    nantinya. Di bab pertama, peneliti akan memaparkan latar belakang, fokus penelitian, tujuan

    penelitian, kajian riset terhdahulu yang relevan (kajian pustaka), signifikansi penelitian, dan

    sistematikan pembahasan. Di bab dua, peneliti akan memaparkan konsep ataupun landasan

    teori yang digunakan, yakni berupa Madrasah Diniyah secara umum, kurikulum,

    pembelajaran, dan pengelolaan program pendidikan. Sedangkan di bab tiga, peneliti akan

    memaparkan dan mengilustrasikan metodologi penelitian secara komprehensif, meliputi jenis

    dan pendekatan penelitian yang digunakan, subjek dan instrumen data penelitian, objek

    penelitian, sumber data penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan

    cara/prosedur penelitian yang dilakukan. Di bagian bab empat peneliti akan memaparkan

    hasil temuan penelitian dan melakukan pembahasan atau analisis mendalam. Adapun rencana

    pembahasana dalam bab ini peneliti akan memaparkan deskripsi profil lokasi penelitian,

    memaparkan secara komprehensif dan mendalam disertai analisis kritis terkait kurikulum dan

    pembelajaran, kesiswaan/ santri, personalia, sarana prasarana, keuangan, dan keterlibatan

    masyarakat terhadap Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan yang secara keseluruhan

    merupakan bagian manajemen pengelolaan. Selanjutnya peneliti juga akan merumuskan

    idealitas Madrasah Diniyah sebagai temuan utama penelitian tersebut. Di bab terakhir adalahg

    penutup. Di sini peneliti akan menarik sebuah kesimpulan dari penelitian besar ini dan

    memberikan rekomendasi terkait Madrasah Diniyah di Kalimantan Selatan. Semua yang

    peneliti tulis dalam laporan akan mengacu pada referensi yang dipilih peneliti untuk

    mendukung argumen, afirmasi dan pendapat yang diutarakan dalam penelitian ini.

    H. BIBLIOGRAFI

    Abdurrahman. (2018). Pemikiran tentang Pendidikan Pesantren, Jurnal Pusaka Media Kajian

    dan Pemikiran Islam, Vol. 5 Nomor 2, 48-70.

  • 8

    Aisyah, S. (2015). Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar. Yogyakarta:

    Deepublish.

    Ahmad, J., & Manusia, A. P. K. (2002). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya

    Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

    Almasri, M. N. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia: Implementasi dalam Pendidikan

    Islam. Kutubkhanah, 19(2), 133-151.

    Amin, Headri. (2006). Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.

    Jakarta: Diva Pustaka.

    Arifin, H. M. (1991). Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

    Aritonang, K. T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

    Jurnal Pendidikan Penabur, 7(10), 11-21.

    Azra, A. (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi.

    Jakarta: Kompas.

    _____. (1995). Jaringan Ulama Nusantara Abad XVII-XVIII. Bandung: Mizan

    Alia, Nur. (2015). Madrasah Diniyah Takmiliyah Dalam Perspektif Standar Pelayanan

    Minimal di Kabupaten Cirebon. Penamas, 28(3), 445-462.

    Bahri, S. (2017). Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya. Jurnal Ilmiah Islam

    Futura, 11(1), 15-34.

    Dacholfany, M. I. (2015). Reformasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi.

    AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 20(1), 173-194.

    Daulay, Haidar Putra. (2018). Sejarah Pertumbuhan & Pembaruan Pendidikan Islam di

    Indonesia. Jakarta; Kencana.

    Depdiknas. (2000). Manajemen Sekolah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen

    Departemen Agama, R.I. (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan

    dan Perkembangannya. Jakarta: Departemen Agama RI.

    Ghony, M. D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-

    Ruzz Media.

    Hamalik, Oemar. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

    Ikhwan, A. (2017). Kajian Sosio-Historis Pendidikan Islam Indonesia Era Reformasi.

    EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 14-32.

    Iskandar, I. (2012). Dakwah dan Individualisme, Materialisme dan Hedonisme. Jurnal

    Dakwah Tabligh, 13(1), 17-30.

    Majid, Abdul (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

    Maya, R. (2017). Esensi Guru dalam Visi-Misi Pendidikan Karakter. Edukasi Islami: Jurnal

    Pendidikan Islam, 2(03).

    Nata, Abuddin (2012). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di

    Indonesia. Kencana.

  • 9

    Nazir, Moh. (2011). Metedologi Penelitian, Cetakan Ketujuh, Bogor : Ghalia Indonesia

    Nizah, N. (2016). Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis. Edukasia: Jurnal

    Penelitian Pendidikan Islam, 11(1).

    Rosyadi, A. R., Mujahidin, E., & Muchtar, A. (2013). Kebijakan Pemerintah Daerah tentang

    Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah di Kabupaten Pandeglang. Ta'dibuna:

    Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 1-16.

    Saragih, A. H. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar. Jurnal

    Tabularasa, 5(1), 23-34.

    Sakti, B. P. (2016). Etika dan Profesi Guru SD Di Tengah Perkembangan Zaman.

    Pendidikan Guru Sekolah Dasar Proceeding PGSD Universitas Kuningan 2016,

    1(1), 99–107. https://proceeding.uniku.ac.id/index.php/pgsd2016/article/view/10

    Solichin, M. M. (2006). Belajar dan Mengajar Dalam Pandangan Al-Ghazâlî.

    TADRIS:Jurnal Pendidikan Islam, 1(2).

    Sobel, D. (2004). Place-Based Education: Connecting Classroom and Communities,

    Barrington, Orion Society.

    Smith, G. A., & Sobel, D. (2014). Place-and Community-Based Education in Schools. New

    York: Routledge Taylor and Francis Group.

    Solihin, I. (2018). Madrasah dan Pertumbuhan Keilmuan Dunia Islam: Sebuah Kajian

    Sosio-Historis. Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(1), 97-106.

    Tamuri, A. H., Ismail, M. F., & Jasmi, K. A. (2012). Komponen Asas untuk Latihan Guru

    Pendidikan Islam [Basic Components for Islamic Education Teacher Training].

    Global Journal Al-Thaqafah, 2(2), 53-63.

    Tim Dosen FT UIN Maulana Malik Ibrahim. (2011). Pendidikan Islam dari Paradigma

    Klasik hingga Kontemporer, Malang: UIN Malang Press.

    Tilaar, H. A. R. (2000). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

    Umar, M. (2016). Manajemen Hubungan Sekolah Dan Masyarakat Dalam Pendidikan.

    JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), 18-29.

    Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi pendidikan abad 21

    sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era global. In Prosiding

    Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 26, pp. 263-278).

    Yaqin, Husnul, Norlaila, dan Ahmad Zakki Mubarak. (2011). Profil Madrasah Diniyah di

    Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Puslit IAIN Antasari

    Zainuddin. (1991). Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta:Bumi Aksara

    Peraturan Menteri Agama RI No. 13 tahun 1964 tentang Pengertian, Fungsi, dan Tujuan

    Madarash Diniyah

    Peraturan Menteri Agama No. 03 tahun 1983 tentang Kurikulum Madrasah Diniyah

  • 10

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama

    dan Pendidikan Keagamaan

    Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan

    Keagaman Islam

    Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

    Sadiman, Arief S. dkk. (2009). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan

    Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.

    Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional.

  • 11

    I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini rencananya akan dilakukan selama 8 bulan, yakni dari bulan Januari

    2020 sampai dengan bulan Agustus 2020. Berikut jadwal rencana pelaksanaan penelitian:

    No Kegiatan Bulan/Tanggal Minggu ke

    1

    Penyusunan Proposal

    Juli 2019 I, II, III, !V

    2 Agustus 2019 I, II, III, !V

    3 Revisi Proposal Januari 2020 I, II, III, !V

    4 Seminar Proposal Februari 2020 I, II, III, !V

    5 Persiapan bahan Penelitian Maret 2020 I dan II

    6

    Tahap Pengumpulan Data

    Maret 2020 III dan IV

    7 April 2020 I, II, III, !V

    8 Mei I, II, III, !V

    9 Juni 2020 I, II, III, !V

    10 Juli 2020 I, II, III, !V

    11 Penyusunan LAporan Agustus 2020 I dan II

    12 Seminar Akhir Agustus 2020 III

    13 Revisi Laporan Agustus 2020 IV

    14 Penyusunan Laporan dan

    Penggandaan Data

    September 2020 I, II, III