Upload
eddysupartono
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROPOSAL TERINTEGRASI (INTEGRATED PROPOSAL)
JASA KONSULTANSI
TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI
1. PENYUSUNAN CELL PLAN UNTUK PENATAAN ZONASI MENARA TELEKOMUNIKASI BERSAMA
2. PENYUSUNAN AUDIT MENARA UNTUK PERHITUNGAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI
3. PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI UNTUK PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI (SIDALMENTEL)
4. PEMBERDAYAAN PERUSDA/BUMD MENARA TELEKOMUNIKASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
DAFTAR ISI:
1. LATAR BELAKANG
2. PARA PIHAK DALAM INDUSTRI MENARA TELEKOMUNIKASI
3. LEGALITAS YANG TERKAIT MENARA TELEKOMUNIKASI
4. POKOK-POKOK KEGIATAN PEMDA
5. CELL PLAN UNTUK PENATAAN ZONASI MENARA TELEKOMUNIKASI
6. AUDIT MENARA UNTUK RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA
TELEKOMUNIKASI
7. SISTEM INFORMASI UNTUK PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI
8. PEMBERDAYAAN PERUSDA MENARA TELEKOMUNIKASI
9. JANGKA WAKTU PENGERJAAN
10. ESTIMASI BIAYA
11. MANFAAT BAGI PEMDA
12. PENUTUP
1. LATAR BELAKANG
Industri telekomunikasi nasional telah mengalami perubahan yang sedemikian pesat,
sejak diberlakukannya UU no. 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi sampai dengan UU
No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang salah satu pasalnya
tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Semua Pemda mencita-citakan sebuah kota yang mapan dan terkoneksi di segala bidang
kebutuhan masyarakat, mulai dari bidang pendidikan, sosial, ekonomi, dan berbagai
bidang lainnya dapat terhubung dalam sebuah koneksi konstruktif yang berinteraksi satu
sama lain, dan arus informasi digital berjalan lebih cepat, efektif dan tepat sasaran.
Termasuk secara simultan bisa terlaksananya e-government yang nantinya membuka
akses transparansi pengelolaan pemerintahan dan efisiensi birokrasi.
Kota yang mapan dan terkoneksi di segala bidang digambarkan sebagai konsep kawasan
dengan infrastruktur teknologi informasi memadai, baik dari sisi konektivitas jaringan
terpadu, kapasitas bandwidth, internet nirkabel dan kabel, dan infrastruktur serat optik
mencukupi serta sarana pusat riset yang dikelola bersama perguruan tinggi dan swasta.
Dan tempat bertemunya penyedia infrastruktur teknologi informasi dengan pembeli dari
berbagai segmen dan bidang industri. Atau secara sederhana adalah kota yang terintegrasi
melalui fasilitas berjaringan telekomunikasi dalam rangka kemudahan aksesibiltas
masyarakat yang lebih optimal.
Selain untuk penggunaan secara umum, penggunaan jaringan telekomunikasi juga untuk
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dalam pelayanan masyarakat yang sangat
bermanfaat. Minimal ada 3 manfaat yang dapat diambil dalam pelaksanaan sebuah
konsep kota yang mapan dan terkoneksi di segala bidang, antara lain:
1. Komunikasi Data,
2. Pelayanan Masyarakat,
3. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. PARA PIHAK DALAM INDUSTRI MENARA TELEKOMUNIKASI
Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) kembali memberikan pernyataan tegas
bahwa investor asing tidak boleh masuk ke bisnis menara telekomunikasi. Dalam
Peraturan Menkominfo No. 2/2008 dan Peraturan Bersama Tiga Menteri dan Kepala
BKPM tahun 2009 disebutkan dengan jelas bahwa penyedia menara dan kontraktor
menara harus perusahaan nasional.
Sedikitnya ada empat pihak yang berperan dalam industri menara telekomunikasi di
Indonesia; (1) penyedia menara (baik sebagai operator telekomunikasi maupun bukan),
(2) konsultan penyusun cell plan, (3) Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai Regulatir di
Daerah, dan (4) masyarakat dan akademisi.
Pihak pertama dalah penyedia menara melakukan investasi dengan membangun menara
untuk disewakan kepada para operator telekomunikasi. Penyedia menara dapat bertindak
juga sebagai pengelola menara yang diharuskan merawat menara, dan dapat pula
mengalihdayakan kepada kontraktor maupun pengelola menara di daerah, termasuk
mengalihdayakan kepada Perusda.
Pihak Kedua adalah konsultan penyusun cell plan yang bekerja membantu
Pemkab/Pemkot dalam membuat zonasi peletakan menara telekomunikasi, baik eksisting
maupun yang akan datang. Konsultan yang mengkhususkan diri dibidang ini sangat
sedikit karena dibutuhkan keahlian khusus yang memadukan unsure telekomunikasi dan
urnsur pembangunan ekonomi daerah. Disamping itu konsultan penyusun cell plan juga
harus memiliki perangkat lunak radio engineering network yang mampu melakukan
prediksi coverage dan capacity yang akurat sehingga dapat dijadikan pedoman dalam
mengatur industry menara telekomunikasi di daerah.
Pihak ketiga adalah Pemkab/Pemkot itu yang menjembatani dan mengharmonisasi
berbagai kepentingan industri menara telekomunikasi di daerahnya. Pemkab/Pemkot
sebagai pemberi ijin mendirikan menara sekaligus pengatur berkembangnya bisnis
telekomunikasi di daerahnya.
Pihak keempat adalah warga masyarakat dan akademisi yang menerima manfaat dengan
adanya layanan telekomunikasi di wilayahnya baik untuk komunikasi suara maupun data.
Atau warga masyarakat yang berada di sekitar radius berdirinya.
Mengingat banyak pihak yang saling bersinggungan , maka diperlukan integrasi dengan
melibatkan para pemangku kepentingan industri menara. Kegiatan integrasi ini dapat
dilakukan oleh Pemkab/Pemkot dengan cara memanggil semua operator telekomunikasi
untuk menjelaskan keberadaan menara telekomunikasi yang saat ini telah berdiri dan
menjelaskan rencana pengembangan BTS kedepan, dengan demikian Pemkab/Pemkot
dapat melakukan penataan dan pengendalian pertumbuhan menara telekomunikasi yang
akan datang di daerahnya.
Tentu saja pekerjaan tersebut dapat dibantu oleh konsultan yang memiliki keahlian dan
pengalaman di Industri Telekomunikasi, khususnya dalam bidang: (1) penyusunan cell
plan, (2) penyusunan audit menara, (3) penyusunan sistem informasi pengendalian
menara telekomunikasi, dan (4) pemberdayaan perusda/BUMD menara telekomunikasi.
3. LEGALITAS YANG TERKAIT MENARA TELEKOMUNIKASI
a) UU No.39/1999 tentang Telekomunikasi
b) PP Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi
c) Permen Kominfo tahun 2008 tentang Pedoman Penggunaan Menara Bersama
d) PMB 3 Menteri tahun 2009 tentang Pedoman Pembangunan Menara Bersama
e) UU No.26/2007 tentang Tata Ruang
f) PP nya
g) Permen PU 2009 tentang Substansi Tata Ruang
h) Surat Edaran Dirjen Tata Ruang Kementrian PU 2011 Tentang Kriteria Penentuan
Lokasi Menara Telekomunikasi.
i) UU Pajak Daerah & Retribusi Daerah, no.28 tahun 2009, khususnya yang berkaitan
dengan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
j) PP No.69 2010 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
k) Pemenkeu No.11/2010 tentang Tata Cara dan Ketentuan di Bidang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
l) SE Dirjen Pajak tahun 2003 tentang Penilaian Bangunan Menara Telekomunikasi
4. POKOK-POKOK KEGIATAN PEMDA
Perubahan lingkungan global dan perkembangan teknologi telekomunikasi yang
berlangsung sangat cepat telah mendorong terjadinya perubahan mendasar dan
melahirkan lingkungan telekomunikasi yang baru dan cara pandang yang baru dalam
penyelenggaraan menara telekomunikasi sebagai salah satu infrastruktur penting dalam
industri telekomunikasi.
Pertumbuhan ekonomi daerah setiap tahunnya membutuhkan penggunaan layanan
telekomunikasi yang semakin besar. Kebutuhan lahan untuk penempatan menara
telekomunikasi juga semakin bertambah namun ruang dan lahan yang ada sifatnya
terbatas. Apabila tidak terkendali, maka akan terjadi semakin berkurangnya lahan hijau,
mempengaruhi estetika kota, dan adanya potensi ketidaksesuaian dengan tata ruang kota.
Dua sisi berbeda harus dijalankan Pemda, yaitu di satu sisi harus memenuhi kebutuhan
pelayanan informasi dan komunikasi bagi seluruh penduduk, namun di sisi lain Pemda
harus mampu menata dan mengendalikan pertumbuhan dan pembangunan menara
telekomunikasi.
Beranjak dari kompleksitas permasalahan yang terkait dengan menara telekomunikasi
inilah maka perlu dibuat Proposal Terintegrasi Tentang Penataan dan Pengendalian
Menara Telekomunikasi yang berisi 4 kegiatan pokok:
1. Cell Plan untuk Penataan Zonasi Menara Telekomunikasi Bersama
2. Audit Menara Telekomunikasi untuk Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
3. Sistem Informasi untuk Pengendalian Menara Telekomunikasi
4. Pemberdayaan Perusda/BUMD Menara Telekomunikasi
5. CELL PLAN DAN PENATAAN ZONASI LOKASI MENARA TELEKOMUNIKASI
Maksud kegiatan ini adalah menyusun perencanaan pembangunan menara
telekomunikasi di Wilayah Kota. Adapun tujuan pekerjaan sebagai berikut:
a. Membuat Cell Plan Menara Telekomunikasi Bersama
b. Membuat pedoman penataan dan pembangunan menara telekomunikasi
c. Mengurangi dampak negatif pembangunan menara terhadap lingkungan sekitar.
d. Melaksanakan identifikasi terhadap kondisi eksisting dari menara yang sudah ada.
e. Mendapatkan zonasi lokasi yang optimal bagi pembangunan menara
telekomunikasi bersama dalam rangka mengakomodasi kebutuhan coverage
maupun capacity layanan selular.
Langkah-langkah penyusunan cell plan menara telekomunikasi bersama antara lain:
a) Survey Menara dan BTS (base transmission station) eksisting
b) Survey wilayah kota untuk mempelajari kondisi geografis
c) Survey kondisi umum wilayah
d) Tinjuan terhadap bisnis telekomunikasi secara umum
e) Tinjauan terhadap tata ruang Kota
f) Perencanaan penempatan zonasi menara telekomunikasi bersama
g) Pembuatan laporan, Pembuatan Peta dan Gambar
h) Pembuatan rancangan Perwal tentang Penataan Menara Telekomunikasi
Keluaran / output dari pekerjaan ini adalah :
1. Buku pedoman cell plan dibuat lengkap sesuai dengan cakupan kegiatan Penataan
Menara Telekomunikasi Bersama sebanyak 5 eksemplar .
2. Album gambar dan peta pendukung sebanyak 5 eksemplar.
3. CD hasil studi penyusunan Cell Plan Menara Telekomunikasi Bersama sebanyak
5 buah.
6. AUDIT MENARA DAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA
Audit Menara Telekomunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan perbaikan dan
peningkatan atas industri telekomunikasi bagi semua pelaku industri menara
telekomunikasi. Demikian pula menjadi pedoman bagi pembuat kebijakan/regulasi dalam
penataan dan pengendalian menara telekomunikasi secara lebih komprehensif dan
terpadu dengan mensinkronkan pemanfaatan lahan secara tepat dan potensi pendapatan
asli daerah dari Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Retribusi pengendalian menara telekomunikasi telah diatur ketentuannya dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Objek
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110
ayat (1) huruf n adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan
memperhatikan 3 ketentuan; (1) aspek pengendalian tata ruang, (2) aspek keamanan, dan
(3) kepentingan umum.
Mengingat tingkat penggunaan jasa pelayanan yang bersifat pengawasan dan
pengendalian sulit ditentukan serta untuk kemudahan penghitungan maka tarif retribusi
ditetapkan paling tinggi 2% (dua persen) dari Nilai Bangunan Menara Telekomunikasi.
Besaran retribusi dikaitkan dengan jumlah frekuensi pengawasan dan pengendalian
menara telekomunikasi tersebut.
Adapun tujuan pekerjaan Audit Menara Telekomunikasi ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut :
a) Melakukan pendataan baru atau pendataan ulang secara detail atas komponen
yang terdapat dalam suatu site menara telekomunikasi
b) Memberikan temuan (findings) dan rekomendasi atas dugaan
penyimpangan/penyalahgunaan suatu menara
c) Mendapatkan estimasi nilai bangunan menara telekomunikasi dan potensi
pedapatan retribusi pengendalian menara telekomunikasi
d) Penyusunan Draft Raperda Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Proses penilaian dimulai ketika penilai mengidentifikasikan masalah penilaian dan
berakhir dengan diserahkannya laporan penilaian kepada klien. Setiap real properti itu
bersifat unik dan berbagai macam tipe nilai dapat diestimasi terhadap suatu properti.
Tugas yang biasanya harus dilakukan adalah untuk menentukan estimasi nilai pasar, dan
proses penilaian terdiri atas semua tahapan yang diperlukan sesuai dengan tugas yang
harus dilakukan. Dalam tugas menentukan estimasi nilai pasar, tujuan akhir dari proses
penilaian didukung dengan baik oleh nilai yang dihasilkan yang mencerminkan semua
faktor yang mempengaruhi nilai pasar dari properti yang dinilai. Untuk mencapai tujuan
itu maka penilai harus mempelajari properti dari berbagai pandangan, sesuai dengan 3
pendekatan tradisional dalam melakukan penilaian, yaitu :
1. Nilai diindikasikan oleh penjualan baru-baru ini atas properti serupa di pasar (the
sales comparison/market approach).
2. Nilai adalah biaya saat ini yang diperlukan untuk memproduksi
kembali/menggantikan bangunan yang ada, dikurangi dengan berkurangnya nilai
akibat depresiasi ditambah dengan nilai tanah dari lokasi tersebut (cost
approach).
3. Niali adalah kemampuan dari properti untuk menghasilkan pendapatan, yang
didasarkan pada kapitalisasi pendapatan (income capitalization approach).
Sedangkan langkah-langkah Audit Menara Telekomunikasi sebagai berikut :
a) Pendataan atas Informasi Site.
Variable yang tercakup di dalamnya diantaranya : Id site, Nama site,Tipe site, Kategori
BTS atau BSC, Deskripsi site, Foto site
b) Pendataan atas Geolokasi Site.
Variable yang tercakup di dalamnya diantaranya : Koordinat GPS, Alamat site, Luas
site, Kawasan Tata Guna Lahan
c) Pendataan atas Konstruksi Menara.
Variable yang tercakup di dalamnya diantaranya : Tinggi menara, Space penempatan
antenna, Struktur menara, Beban maksimal menara
d) Pendataan atas Sarana Pendukung Menara.
Variable yang tercakup di dalamnya diantaranya : Grounding system, Sistem proteksi
petir, Sistem proteksi kebakaran, Sistem kelistrikan, Catu daya / power supply, Sistem
AC, Genset, Sistem penerangan / pencahayaan, Sistem penerangan penerbangan
(marka)
e) Pendataan atas Perangkat Telekomunikasi.
Variable yang tercakup di dalamnya diantaranya : Antena BTS, Antena Transmisi /
Microwave Radio, Shelter BTS
f) Pendataan Dokumen Legal Kepemilikan Menara.
Variable yang tercakup di dalamnya diantaranya : Identitas pemilik menara, Identitas
pengguna menara, Status lahan (hak sewa / hak milik), Identitas pemilik lahan, No.
IMB, Tahun pendirian menara
g) Perhitungan dan Estimasi Nilai Bangunan Menara.
Variable yang tercakup di dalamnya diantaranya : Identifikasi Objek, Estimasi Nilai
Bangunan Menara Telekomunikasi, Estimasi Nilai Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi
7. PEMBERDAYAAN PERUSDA MENARA TELEKOMUNIKASI
Maksud kegiatan Pemberdayaan Perusda Menara Telekomunikasi adalah untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Non Pajak dan Non Retribusi. Salah
satu sumber penerimaan daerah yang amat potensial dan menjanjikan bagi daerah dalam
usaha meningkatkan sumber PAD-nya adalah berasal dari sektor hasil perusahaan milik
daerah.
Dalam hal ini pemerintah daerah melalui perusahaan-perusahaan daerah miliknya
(Perusda) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dapat melakukan aktivitas usaha
untuk mencari profit (laba) seperti layaknya perusahaan-perusahaan swasta dalam
berbagai bentuk badan hukum seperti Perseroan, PT, CV, Koperasi, Yayasan dan lain-
lainnya.
Adapun langkah-langkah pemberdayaan Perusda atau BUMD Menara Telekomunikasi
antara lain:
a) Penyusunan Rencana Bisnis Perusda/BUMD Menara Telekomunikasi
b) Penyusunan Standar Operasi untuk Perawatan Menara Telekomunikasi
c) Penyusunan Perangkat Pemasaran bagi Perusda
d) Memperkenalkan Perusda sebagai salah satu Penyedia Menara
e) Membantu Perusda dalam menyusun Nota Kesepahaman dan Perjanjian
Kerjasama dengan Para Operator Telekomunikasi dan Penyedia Menara
f) Mendampingi Perusda/BUMD dalam masa alihdaya Perawatan Menara
g) Mendampingi Perusda/BUMD dalam penerapan Good Corporate Governance
8. PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN MENARA
Sistem Informasi untuk Pengendalian Menara Telekomunikasi (Sidalmentel) atau Tower
Telecom Management Information System adalah aplikasi web based dimaksudkan dapat
melakukan pengelolaan database dan pelaporan menara telekomunikasi yang ada di suatu
wilayah kota. Sidalmentel menjadi salah satu system aplikasi penting dalam penataan,
pembangunan, dan perawatan menara telekomunikasi, sehingga mampu meningkatkan
produktivitas dan efisensi pekerjaan.
Beberapa modul yang dimiliki dalam aplikasi ini diantaranya adalah :
Dashboard
Site Information
Tower Status
Grounding Status
Shelter Status
Air Conditioner Status
Electricity Status
Genset Status
9. JANGKA WAKTU PENGERJAAN
1. Penyusunan Cell Plan => 3 Bulan
2. Penyusunan Audit Menara => 3 Bulan
3. Penyusunan Sistem Informasi Pengendalian => 3 Bulan
4. Pemberdayaan Perusda/BUMD Menara => 3 Bulan
10. ESTIMASI BIAYA
1. Penyusunan Cell Plan => 100 sd 400 Juta Rupiah
2. Penyusunan Audit Menara => 100 sd 400 Juta Rupiah
3. Penyusunan Sistem Informasi Pengendalian => 100 sd 400 Juta Rupiah
4. Pemberdayaan Perusda/BUMD Menara => 100 sd 400 Juta Rupiah
11. MANFAAT BAGI PEMDA
Dengan adanya cell plan maka Pemda Kabupaten/Kota telah melaksanakan fungsi
regulator sebagai peata dan pengendali tata ruang. Sebagai contoh, setiap perpanjangan
perijinan menara eksisting dan/atau setiap permohonan perijinan menara baru perlu
dicocokan apakah di laur zona cell plan atau di dalam zona cell plan. Dengan demikian
fungsi pelayanan memberikan kepastian hukum dan keadilan dalam proses perijinan dan
pembangunan.
Dengan adanya audit menara yang dapat mengidentifikasi kepemilikan menara
telekomunikasi dan perhitungan Nilai bangunan Menara Telekomunikasi maka Pemda
Kabupaten/Kota dapat melakukan pemungutan Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi sebagai penambah PAD dari sumber retribusi. Sebagai contoh, bila
setiap menara bernilai Rp.1 Miliar dan Tarif Retribusi 2%, maka pungutan Retribusi
Pengendalian Menara Telekomunikasi sebesar Rp.20Juta/Menara/Tahun. Dengan
demikian apabila dalam suatu Kota terdapat 100 menara telekomunikasi yang dikenai
pungutan retribusi tersebut, akan diperoleh pendapatan Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi sebanyak Rp.2Miliar/tahun.
Dengan pemberdayaan Perusda Menara Telekomunikasi maka Pemda Kabupaten/Kota
dapat meningkatkan peranan Pemda dalam usaha menara telekomunikasi sehingga
menambah PAD dari sumber non retribusi, sekaligus memberdayakan warga masyarakat
sekitar yang dapat dilatih menjadi tenaga perawat menara sesuai tingkat kemampuannya.
Sebagai contoh bila harga jasa perawatan menara Rp1juta/menara/bulan dan ada
sebanyak 100 Menara Telekomunikasi di suatu Kota yang dikelola atau dirawat oleh
Perusda/BUMD maka akan dapat dperoleh Pendapatan Jasa Perawatan Menara
Telekomunikasi sebanyak Rp.1,2Miliar per tahun
Dengan memiliki Sistem Informasi Pengendalian Menara Telekomunikasi maka Pemda
Kabupaten/Kota dapat menjadikan egov dan ebusiness berjalan dengan baik, sehingga
dapat terjadi singkronisasi database dan aplikasi yang dapat diakses antar Satuan
Perangkat Kerja Daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik.
12. PENUTUP
Demikian Proposal Terintegrasi Tentang Menara Telekomunikasi Bagi suatu Pemda
Kabupaten/Kota. Adapun rincian tenaga ahli, jadwal waktu pengerjaan, dan biaya akan
dibuat selanjutnya sesuai batasan dan ruang lingkup masing-masing.