46
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ` Dalam beberapa saat terakhir, kita banyak di kejutkan oleh bencana massal yang menyebabkan kematian banyak orang, seperti jatuhnya pesawat, tabrakan massal yang menyebabkan kematian banyak orang dan sebagianya. Selain itu kasus kejahatan yang banyak memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus semacam ini, tidak jarang kita jumpai banyak korban yang tidak di kenal dan karenanya perlu diidentifikasi. Identifikasi pada kasus-kasus ini di perlukan karena status kematian korban memiliki dampak yang cukup besar dalam berbagi aspek kehidupan keluarga keluarga yang ditinggalkanya. Jika korban telah diketahui bahwa koraban adalah si A, maka didapatkan kepastian bahwa sia A telah meninggal maka dapat diserahkan kepada keluarganya dan dapat di kuburkan. Odontologi forensik adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah dikenal sejak era Sebelum Masehi. Kehandalan tehnik identifikasi ini bukan saja disebabkan karean ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi juga karena kenyataan bahwa gigi (dan 1

Prosedur dan kegunaan odontologi forensik dalam pengidentifikasian jenajazah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dalam beberapa saat terakhir, kita banyak di kejutkan oleh bencana massal yang menyebabkan kematian banyak orang, seperti jatuhnya pesawat, tabrakan massal yang menyebabkan kematian banyak orang dan sebagianya. Selain itu kasus kejahatan yang banyak memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus semacam ini, tidak jarang kita jumpai banyak korban yang tidak di kenal dan karenanya perlu diidentifikasi.

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang`Dalam beberapa saat terakhir, kita banyak di kejutkan oleh bencana massal yang menyebabkan kematian banyak orang, seperti jatuhnya pesawat, tabrakan massal yang menyebabkan kematian banyak orang dan sebagianya. Selain itu kasus kejahatan yang banyak memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus semacam ini, tidak jarang kita jumpai banyak korban yang tidak di kenal dan karenanya perlu diidentifikasi.Identifikasi pada kasus-kasus ini di perlukan karena status kematian korban memiliki dampak yang cukup besar dalam berbagi aspek kehidupan keluarga keluarga yang ditinggalkanya. Jika korban telah diketahui bahwa koraban adalah si A, maka didapatkan kepastian bahwa sia A telah meninggal maka dapat diserahkan kepada keluarganya dan dapat di kuburkan.Odontologi forensik adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah dikenal sejak era Sebelum Masehi. Kehandalan tehnik identifikasi ini bukan saja disebabkan karean ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi juga karena kenyataan bahwa gigi (dan tulang) adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Dalam kasus sehari-hari, kita kerapkali mendapatkan bahwa hanya gigi saja yang tersisa dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu.Inti dari proses identifikasi adalah mengenali seseorang dari komponen yang ada pada orang tersebut misalnya karakteristik alami atau ciri fisik yang relatif stabil seperti pola gigi, pola iris, sidik jari dan lain-lain. Karakteristik gigi pada seseorang dapat digunakan sebagai dasar identifikasikarena sangat bervariasinya struktur gigi pada manusia (Abiyanto dkk, 2011).Berdasarkan pasal 179KUHP Pidana (Moeljatno, 1996), setiap orang yang di minta pendapatnya sebagai ahli kedikteran kehakiman (forensik) atau dokter, berkewajiban memberikan keterangan ahli demi keadilan.demikian juga pasal 53 ayat 2 undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan di tegaskan bahwa tenaga kesehartan dapat dilibatkan dalam upaya pebuktian dengan melakukan tindakan medis tertentu baik dalam perkara pidana maupun perkara lainya melalui permintaan tertulis oleh pejabat yang berwewenang yang mengenai kasus tersebut.1.2Rumusan MasalahAdapun perumusan masalah dalam pembahasan skenario ini antara lain:1. Bagaimana prosedur mengidentifikasi jenazah melali gigi ?2. Hal-hal apa saja yang dapat ditentukan melalui pemeriksaan gigi ?3. Data lain apa yang mendukung pengindentifikasian jenazah melalui pemeriksaan gigi ?4. Mengapa gigi dapat digunakan untuk mengindentifikasi jenazah ?5. Apa peran dokter gigi dalam pemeriksan dental forensik ?1.3Tujuan PembelajaranAdapun tujuan pembelajaran dalam pembahasan skenario ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan: 1. Teknik pemeriksaan dental forensik pada jenazah.2. Cara mengidentifikasi jenazah dengan pemeriksaan gigi.3. Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk diidentifikasi jenazah.4. Metode dalam mengidentifikasi manusia melalui pemeriksaan gigi.5. Peran seorang dokter gigi dalam pemeriksaan forensik.6. Bukti yang diperlukan untuk pemeriksaan dental forensik.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1ODONTOLOGI FORENSIK2.1.1 Defenisi Odontologi ForensikPengertian forensik menurut Dorland (2010), forensik adalah berkaitan dengan suatu tempat jual-beli atau tempat pertemuan umum berkenaan dengan atau dilakukan dalam peristiwa hukum (Harmaini N, 2001). Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan gigi serta cara evaluasi dan presentasi termuan gigi tersebut untuk kepentingan identifikasi.Pengertian forensik menurut identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik. Yang dimaksud dengan identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik adalah semua aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait dalam suatu penyidikan dalam memperoleh data-data post moterm, berguna untuk menetukan otentitas dan identitas korban maupun pelaku demi kepentingan hukum dalam suatu proses peradilan dan menegakkan kebenaran (Lukman, 2006).Gigi merupakan salah stu saran identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data, misalnya rekam medik dibuat secara baik dan benar. Salin itu, data berupa radiografi gigi semasa hidup dapat dipakai sebagai data pembanding dengan hasil pemeriksaan jenazah. Bahkan, dari gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, dan bentuk wajah atau raut muka korban. Apabila seorang dokter gigi dengan surat permintaan sebagai anggota penyidik, anggota tim identifikasi, dan sebagai ssaksi ahli apabila hakim sulit memutuskan sesuatu perkara dalam suatu sidang peradilan sedangkan pada tubuh korban terdapt pola bekas gigitan, menggunakan gigi palsu, serta seluruh data-data gigi yang telah dilakukan dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi maka hakim akan meminta seorang ahli untuk memastikan hal tersebut diatas demi memantapkan keputusan yang akan diambilnya (Lukman, 2006).

Identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik ada beberapa macam antara lain:1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi ragawi.2. Identifikasi seks atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang rahang serta antropologi ragawi.3. Identifikasi umur korban ( janin) melalui benih gigi.4. Identifikasi umur melalui gigi sementara (decidui).5. Identifikasi umur korban melalui gigi campuran.6. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap.7. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.8. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi.9. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur.10. Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi.11. Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam rongga mulut.12. Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya.13. Identifikasi wajah korban dari rekontruksu tulang rahang dan tulang facial.14. Identifikasi wajah korban.15. Identifikasi korban melalui gigitan pelaku.16. Identifikasi korban melalui eksklusi pada korban masal.17. Radiologi ilmu kedokteran gigi forensik.18. Fotografi ilmu kedokteran gigi forensik.19. Victim Identification form (Lukman, 2006).Semua data-data yang diperoleh dalam identifikasi di atas dituangkan dalam formulir baku mutu nasional yaitu ke dalam formulir korban tindak pidana yang berwarna merah yang disebut data postmortem, pada korban hidup tetap pula ditulis ke dalam formulir yang sama sedangkan data-data semasa hidup ditulis ke dalam formulir antemortem yang berwarna kuning. Hal ini berlakku pula pada pelaku, ia mempunyai kedua penulisan data pula antemortem dan postmortem pada kertas yang berwarna kuning dan merah. (Lukman, 2006).

2.1.2 Identifikasi Secara Umum Odontologi ForensikPerlu pula kita ketahui identifikasi ilmu kedokteran forensik umum karena pada negara-negara maju tim penyidik dan tim identifikasi anggotanya terdapat dokter gigi dengan demikian ada baiknya dokter gigi mengetahui identifikasi secara umum (Lukman, 2006). Identifikasi secara umum antara lain:1. Dokumen yang terdapat pada busana korban berupa : KTP, SIM, kartu kredit, kartu sekolah, kartu mahasiswa, kartu karyawan, name tag dari instansi korban. Adakalanya mayat tanpa sepucuk surat identifikasi pun pada tubuhnya, sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap mayat tersebut.2. Pakaian atau busanaBentuk pakaian berupa celana panjang / pendek, gaun, sarung kebaya dsb, Corak pakaian contohnya bunga-bunga, garis-garis, motif tertentu dsb, Merk pakaian yang dikenakan dapat diketahui dari konfeksi, tukang jahit, dsb, Nomor binatu (laundry mark) yang kemungkinan ada dipakaian yang digunakan (Lukman, 2006).3. Perhiasan yang biasanya dapat di identifikasikan adalah bentuk perhiasan tersebut terbuat dari apa perhiasaan tersebut, inkripsi, dan merk perhiasan tersebut. 4. Korban sendiri yang meliputi : Ciri-ciri umum : tinggi atau berat badan, jenis kelamin, umur, warna kulit, rambut, rambut kepala, kumis, jenggot, mata, hidung, mulut, gigi geligi. Ciri-ciri khusus : tahi, lalat, tompel, bekas hamil, dsb. Ciri-ciri tambahan : tindik, tattoo, dsb. Cacat : sumbing, patah tulang (Lukman, 2006)Urutan identifikasi umum pada tubuh mayat yaitu memperlihatkan mayat berdiri dengan urutan identifikasi secara umum oleh karena umumya sebagian besar manusia di dunia ini menggunakan tangan kanan maka tangan dan kaki kanan terlebih dahulu di identifikasi baru kemudian tungkai kiri. Apabila mayat kidal maka kebalikannya (Lukman, 2006).Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sbb:1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap permbusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrim.2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang itnggi.3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi (dental record) dan data radiologis.4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.5. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 4000C.6. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih utuh (Lukman, 2006).Kekurangan penggunaan gigi dalam odontologi forensik1. Untuk memperoleh gigi antemortem, dental record, kesulitan yang dijumpai, pertama adalah adanya kenyataan bahwa sebelum semua orang terarsipkan data gigi dengan baik, untuk mengatasi hal ini maka hendaknya dapat diupayakan pencatatan data gigi pada setiap pemeriksaan atau perawatan gigi semua orang terutama pada orang-orang yang tugasnya mempunyai resiko jiwa (Lukman, 2006).2. Keadaan gigi setiap orang dapat berubah karena pertumbuhan, kerusakan, perkembangan serta perawatannya (Lukman, 2006).2.1.3 Ruang Lingkup Odontologi ForensikAdapun ruang lingkup dari odontologi forensik antara lain :1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial.2. Penentuan umur dari gigi.3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).4. Penentuan ras dari gigi.5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.6. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.7. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal (Lukman, 2006).2.1.4 Peran Dokter Gigi dalam Kedokteran Gigi ForensikAdapun Peranan dokter gigi forensik adalah : 1. Identifikasi korban meninggal massal melalui gigi geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang. Contoh : Pada kasus bom Bali, korban yang teridentifikasi berdasarkan gigi geligi mencapai 60% dan Gigi bisa mengidentifikasi korban termasuk tokoh utama terorisme di Indonesia, DR. Azahari.2. Dokter gigi berperan penting dalam melakukan identifikasi korban bencana karena korban yang hangus terbakar dan mengalami pembusukan tingkat lanjut sulit untuk dikenali dan sudah tidak dapat dilakukan identifikasi melalui pemeriksaan visual (Unair, 2008).2.1.5Jenis Identifikasi Odontologi ForensikIdentifikasi odontologi forensik dibagi menjadi 2, yaitu:1. Identifikasi KomparatifIdetifikasi komparatif, yaitu apabika bersedia data post-mortem (pemeriksaan jenazah) dan ante mortem (data sebelum meninggal mengenai ciri-ciri fisik, pakaian, identitas khusus berupa tahi lalat, bekas luka / operasi, dll), dalam komunitas yang terbatas.a. Post-Mortem atau otopsi adalah prosedur bedah yang sangat khusus yang terdiri dari pemeriksaan menyeluruh terhadap mayat untuk menentukan penyebab dan cara kematian dan untuk mengevaluasi setiap penyakit atau cedera yang mungkin ada.b. Ante-Mortem adaah data-data pribadi dari korban seperti ciri-ciri fisik, pakaian, identitas khusus (tanda lahir), bekas luka/operasi, dan sebagainya sebelum korban meninggal.2. Identifikasi RekonstruktifIdentifikasi rekostruktif, yaitu dilakukan apabila tidak tersedia data ante-mortem pada korban (contoh : penemuan jasad tanpa identitas) dan dalam komunitas yang tidak terbatas. Data ante-mortem merupakan syarat utama yang harus ada apabila identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data ante-mortem tersebut berupa dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan keadaan gigi pada waktu pemeriksaan, pengobatan dan perawatan gigi. Data-data yang harus dipenuhi dalam pembuatan ante-mortem adalah :1. Foto rontgen gigi.2. Cetakan gigi.3. Prosthesis gigi atau orthodonsi.4. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi.5. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpah.Untuk data gigi post-mortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antara lain:1. Gigi yang ada dan tidak ada, bekas gigi yang tidak ada apakah masih baru atau sudah lama.2. Gigi yang ditambal, jenis dan klasifikasi bahan tambal.3. Anomali bentuk dan posisi.4. Karies atau kerusakan yang ada.5. Jenis dan bahan restorasi.6. Atrisi dataran kunyah gigi merupakan proses fisiologis untuk fungsi mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur.7. Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum.8. Ciri-ciri populasi ras dan geografis.

2.1.6 Jenis Identifikasi Khusus2.1.6.1 Identifikasi UsiaDalam mengidentifikasi usia ada beberapa metode yang sering digunakan untuk seseorang berdasar pemeriksaan gigi antara lain :1. Metode Schour dan MasslerPertumbuhan gigi geligi dimulai dari lahir sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu kedokteran gigi klinis untuk merencanakan atau mengevaluasi perawatan gigi. Tabel ini biasa digunakan untuk mempelajari gigi geligi dimana yang sudah seharusnya tanggal atau seharusnya sudah tumbuh pada umur tertentu. Untuk penetuan umur penggunaannya justru melihat gigi yang sudah ada didalam mulut dan menentukan umurnya dengan bantuan tabel Schour dan Massler (Stimson, 1997).2. Tabel Gustaffson dan KochPada prinsipnya sama dengan Schour dan Massler, hanya pada tabel Gustaffson untuk setiap gigi ini diberikan perkiraan jadwal yang lebih lengkap, mulai dari pembentukan, mineralisasi, pertumbuhan ke dalam mulut sapai pada penutupan foramen apicalis, sejak dalam kandungan hingga umur 16 tahun (Stimson, 1997).3. Metode GustaffsonPenentuan umur berdasarkna tabel Gustaffson-Koch pada umumnya bermanfaat selama gigi masih dalam masa pertumbuhan. Untuk memperkirakan umur seseorang setelah masa itu digunakan 6 metode dari Gustaffson adalah sebagai berikut:a. Atrisi, Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai dengan bertambahnya usia.b. Sekunder dentin, Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk sekunder dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usia maka sekunder dentin akan semakin tebal.c. Gingiva Attachment, Pertambahan usia juga dimulai dengan besarnya jarak antara perlekatan gusi dan gigi.d. Pembentukan foramen apikalis, Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen apikalis.e. Transparansi akar gigi, Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.f. Sekunder sement, Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya usia ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah (Stimson, 1997).4. Neonatal dan Von Ebner LinesGaris-garis incremental Von Ebner dan Neonatal, dapat dilihat pada gigi yang telah disiapkan dalam bentuk sediaan asahan dengan ketebalan 30-40 mikron. Pada gigi susu Molar 1 (yaitu gigi-gigi yang ada pada waktu kelahiran), akan ditemukan neonatal line berupa garis demarkasi yang memisahkan bagian dalam email (yang terbentuk setelah lahir).Selanjutnya juga akan ditemukan garis-garis incremental Von Ebner yang merupakan transisi antara periode pertumbuhan cepat dan pertumbuhan lambat yang berselang-seling (Stimson, 1997). Jarak rata-rata antara garis ini adalah 4 mikron yang merupakan kecepatan deposisi dentin dalam 24 jam. Apabila pembentukan gigi belum selesai, perhitungan garis Von Ebner dari neonatal line dapat membantu penentuan umur (Clark, 1992).5. Metode Asam AspartatHapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein terbanyak pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang ditemukan pada tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid dipercaya mempunyai proses metabolisme yang lambat dan tiap bagiannya mempunyai laju pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio dekomposisi yang lebih lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan penghapusan paling tinggi dari semua asam amino (Clark, 1992).Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk mempelajari perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20 subyek dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak ditemukan pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan perubahan lingkungan (Clark, 1992).Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin untuk menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal tersebut metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia dibandingkan dengan parameter yang lain. Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan premolar pertama. Mereka menentukan perkiraan umur yang lebih baik dari fraksi total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi peptide yang asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut dan fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine dan asam aspartat yang lebih tinggi.2.1.6.2 Identifikasi Jenis KelaminUkuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiamter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin (Julianti dkk, 2008).2.1.6.3 Identifikasi RasDahulu kala didunia ini hanya ada tiga ras, yaitu caucasoid, mongoloid, dan ras negroid. Tetapi akibat terjadinya peperangan antar negara (perang dunia I dan perang dunia II) juga penjajahan mengakibatkan terjadinya perkawinan campuran antara ras caucasoid, mengoloid, dan negroid. Akibatnya terdapat ras khusus dan ras australoid yaitu ras amborogin dan ras-ras kecil dikepulauan pasifik.a) Ras Mongoloid- Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20 % mongoloid. Lengkungan palatum berbentuk elips. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus (Julianti dkk, 2008).b) Ras Kaukasoid Cups carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula. Maloklusi pada gigi anterior. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola. Dagu menonjol (Julianti dkk, 2008)2.1.6.4 Identifikasi Golongan DarahMenurut James dan Standison pada tahun 1982, identifikasi golongan darah dapat dibuat dari sediaan yang diambil dari bagia tubuh diantaranya akar rambut, jaringan tulang, jaringan kuku, jaringan ikat, air mata, saliva, dan cairan darah. Akan tetapi dalam ilmu kedokteran gigi forensik, identifikasi golongan darah dapat diketahui dari analisa jaringan pulpa gigi (Lukman, 2006).Menurut Alfonsius dan penelitian Ladokpol pada tahun 1992, dan Forum Ilmiah Internasional FKG Usakti 1993, bahwa analisa golongan darah dari pulpa gigi merupakan identifikasi golongan darah untuk pelaku maupun korban adalah dengan cara Absorpsi-Ellusi. Analisa laboratoris dengan metode Absorpsi-Ellusi dari jaringan pulpa gigi dibuat sebagai berikut (Lukman, 2006) :1. Gigi yang masih terdapat jaringan pulpa diambil sebagai bahan.2. Gigi tersebut ditumbuk dalam lubang besi sehingga hancur menjadi bubuk.3. Bubuk gigi tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang terbagi menjadi tiga tabung.4. Kemudian ke dalam masing-masing tabung dimasukkan Antisera : ke tabung I, ke tabung II, ke tabung III.5. Ketiga tabung tersebut dimasukkan / disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 50C selama 24 jam sehari-semalaman.6. Kemudian dicuci dengan Saline Solution sebanyak 7 kali.7. Larutan saline dibuang dari tabung tetapi endapa tidak terbuang.8. Ketiga tabung diteteskan aquades sebanyak 2 tetes dengan pipet.9. Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan dengan suhu 560C selama 12 menit.10. Tabung-tabung tersebut kemudian diangkat dari tungku pemanas.11. Kemudian kedalam ketiga tabung tersebut dimasukkan sel Indikator: A, B, dan O dengan konsentrasi 3%-5%.12. Kemudian ketiga tabung tersebut disentrifuge dengan alat pemutar agar terjadi penggumpalan (aglutinasi).13. Dan akhirnya dilihat pada tabung mana yang menjadi penggumpalan (aglutinasi).Pada tabung yang terlihat penggumpalan merupakan identifikasi golongan darah dari hasil analisa laboratoris tersebut. Apabila hasil tersebut sebagai berikut (Lukman, 2006) :1. Dikatakan positif adalah jelas terlihat dengan visual terjadinya aglutinasi.2. Apabila hasilnya meragukan maka penggumpalan tidak jelas.3. Hasilnya dikatakan negatif bila tidak terjadi aglutinasi.2.1.6.5 Identifikasi DNADNA merupakan kepanjangan dari Deoxyribonucleic Acid yang merupakan suatu materi dari tubuh manapun yang terdapat di dalam inti sel. Prof. Alec Jeffrey menemukan bahan DNA berbeda pada setiap individu, bahkan pada kembar identik sekalipun (Lukman, 2006).

Proses analisa DNA adalah sebagai berikut :1. Isolasi, ialah mengeluarkan dan memurnikan DNA dari dalam inti sel. Inti sel terlindungi oleh bagian-bagian jaringan dan sel. Pemisahan jaringan, pemisahan sel, pemecahan inti sel, pembersihan DNA dari sisa-sisa sel yang tidak diperlukan.2. Restriksi, iala memotong DNA yang telah dimurnikan. DNA yang dihasilkan dari pemurnian sangat panjang karenanya harus dipotong-potong terlebih dahulu dengan enzim.3. Elektroforesa, iala mengelompokkan hasil potongan DNA menurut panjang potongan tersebut.4. Pelacakan atau probing, ialah menandai area khas yang dicari. Pelacak adalah potongan DNA pada lokasi indent yang khas di tengah untai DNA. (Lukman, 2006).2.1.5 Keuntungan Gigi Sebagai Objek PemeriksaanKeuntungan gigi sebagai objek pemeriksaan antara lain :1. Gigi-geligi merupakan rangkaian lengkungan secara anatomis, antropologis dan morfologis mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi sehingga apabila trauma mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu.2. Gigi-geligi sukar untuk membusuk kecuali gigi tersebut sudah mengalami nekrotik atau gangren, biarpun dikubur, umumnya organ-organ tubuh lain bahkan tulang telah hancur tetapi gigi tidak (masih utuh)3. Gigi-geligi didunia ini tidak ada yang sama karena menurut SIMS dan Furnes bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua milyar.4. Gigi-geligi mempunyai ciri-ciri yang khusus apabila ciri-ciri gigi tersebut rusak atau berubah maka sesuai dengan pekerjaan dan kebiasaan menggunakan gigi bahkan setiap ras mempunyai ciri yang berbeda5. Gigi-geligi tahan asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh dan direndam di dalam drum berisi asam pekat, jaringan ikatnya hancur sedangkan giginya masih utuh6. Gigi-geligi tahan panas, apabila terbakar sampai dengan suhu 400 derajat celcius gigi tidak akan hancur terbukti pada peristiwa Parkman yang terbunuh dan terbakar tetapi giginya masih utuh. Kemudian pada peristiwa aktor perang dunia kedua yaitu Hitler, Eva Brown, dan Arthur Boormann mereka membakar diri kedalam tungku yang besar didalam bunker tahanan tetapi giginya masih utuh dan gigi palsunya dapat dibuktikan.Kecuali dikremasi karena suhunya diatas 1000 derajat celcius. Gigi menjadi abu sekitar suhu lebih dari 649 derajat celcius. Apabila gigi tersebut ditambal menggunakan amalgam maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar diatas 871 derajat celcius, sedangkan bila gigi tersebut memakai mahkota logam atau inlay alloy emas maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu 871 1093 derajat celcius.7. Gigi-geligi dan tulang rahang secara Roentgenografis, biarpun terdapat pecahan-pecahan rahang pada roentgenogramnya dapat dilihat (interpretasi) kadang-kadang terdapat anomali dari gigi dan komposisi tulang rahang yang khas 8. Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umumnya ia memakai gigi palsu dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat ditelusuri atau diidentifikasi. Menurut Scott apabila gigi palsu akrilik akan terbakar menjadi abu pada suhu 538 649 derajat celcius. Apabila memakai jembatan dari porselein maka akan menjadi abu pada suhu 1093 derajat celcius 9. Gigi-geligi merupakan sarana terakhir didalam identifikasi apabila sarana-sarana lain atau organ tubuh lain tidak ditemukan.2.1.7 Pencatatan Data Semasa Hidup dan Data Setelah KematianPencatatan data semasa hidup disebut dengan data Antemortem sedangkan pencatatan data setelah kematian, disebut juga data Postmortem. Pencatatan data Antemortem telah terdapat buku panduan serta format formulirnya yang diterbitkan DEPKES tahun 2004 dengan judul STANDAR NASIONAL REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI yang di dalamnya terdapat formulir odontogram.Hingga kini karena belum dikenalnya buku tersebut oleh seluruh pelayan medik di tanah air, maka para pelayan medik tersebut penulisannya belum dalam format baku nasional tetapi menurut caranya masing masing sehingga kemungkinan nomenklatur dan format penulisannya saling berbeda.2.1.7.1 Pencatatan Data AntemortemPencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya, biasanya berisikan antara lain:1. Identitas pasien2. Keadaan umum pasien3. Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan)4. Nama perawatan Kedokteran gigi5. Nama dokter gigi yang merawat6. Hanya sedikit sekali dokter gigi yang membuat surat persetujuan tindak medik (Inform consent) baik praktek pribadi atau di rumah sakitBila menurut buku DEPKES tentang penulisan data gigi dan rongga mulut yang berisikan standar baku mutu nasional antara lain :1. Pencatatan identitas pasien mulai dari nomor file sampai dengan alamat pekerjaan serta kelengkapan alat komunikasinya.2. Keadaan umum pasien yaitu berisikan tentang golongan darah, tekanan darah, kelainan kelainan darah, kelainan penyakit sistemik, kelainan penyakit hormonal, kelainan alergi terhadap makanan dan obat obatan, alergi terhadap debu, serta kelainan dari virus yang berkembang saat ini.3. Odontogram, Semua data gigi dicatat dalam formulir odontogram dengan denah dan nomenklatur yang baku nasional.4. Data perawatan kedokteran gigi yaitu berisikan waktu awal perawatan, runtut waktu kunjungan, keluhan dan diagnosa, gigi yang dirawat, tindakan lain yang digunakan oleh dokter tersebut.5. Roentgenogram yang dimaksud adalah baik intra oral maupun ekstra oral. Roentgenogram intra oral antara lain : periapikal, proximal, dan oclusal sedangkan ekstra oral terdapat banyak sekali roentgenogram yang dapat dilakukan tetapi yang umum yaitu panoramik tau orthopantomogram, lateral oblique tulang rahang, cephalogram, kemungkinan terdapat pula PA untuk sinus maxilaris yang terkenal dengan proyeksi Water. Apabila terjadi fraktur tulang zygomaticus baik kiri maupun kanan maka dibuat roentgenogram proyeksi George Fuller.6. Pencatatan status gigi, mempunyai kode tertentu sesuai dengan standar Interpol, dengan kata lain Kodifikasi Informasi Gigi menurut Interpol (International Police). Kode kode pencatatan gigi ini selain dengan huruf huruf, istilah istilah, warna, dan gambar yang berbeda beda untuk pengisian odontogram.7. Formulir data Antemortem dalam buku DEPKES ditulis dengan warna kertas kuning. Di dalam formulir ini terdapat pula catatan data orang hilang.2.1.7.2 Pencatatan Data PostmortemPencatatan data postmortem menurut DEPKES berwarna merah dengan catatan Victim Identification (identifikasi korban) pada mayat atau Dead Body (tubuh korban). Pencatatan data postmortem ini mula mula dilakukan fotografi kemudian proses pembukaan rahang bila kaku mayat untuk memperoleh data gigi dan ronga mulut, dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah, apabila terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga lengkung rahang bebas dari lidah baru dilakukan pencetakan, untuk rahang atas tidak bermasalah kerena lidah kaku ke bawah. Kemudian studi model rahang korban juga merupakan suatu barang bukti.Pencatatan gigi pada formulir odontogram sedangkan kelainan kelainan di rongga mulut dicatat pada kolom kolom tertentu. Catatan ini semua merupakan lampiran dari visum et repertum korban. Kemudian dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan internasional, setelah itu dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan laboratoris dengan formulir baku mutu nasional pula.Setelah diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratoris maka dilakukan pencatatan ke dalam formulir lengkap barulah dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai dengan KUHAP demi proses peradilan dalam menegakkan keadilan. Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran lampirannya serta barang bukti dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum pidana.2.1.7.3 Visum Et RepertumVisum Et Repertum pada dasarnya memuat suatu penyidikan akhir yang dibenarkan oleh pasal KUHAP pidana pasal 50.Bentuk penulisan Visum Et Repertum sebagai berikut : 1. PENDAHULUAN, Memuat keterangan tentang :a. Identitas korban, yang meminta pemeriksaan, yang melakukan pemeriksaan dan yang di periksa.b. Jenis pemeriksaan yang dilakukanc. Yang tersebut di atas semua sesuai dengan apa yang diatur dalam KUHAP pasal 133.2. Kesimpulan kesimpulan ini memuat pendapat dokter yang memeriksa dan ahli lain yang memeriksa sebagai hasil pemeriksaan sesuai dengan KUHAP pasal 20 ayat 1 Visum ini dibuat dengan sumpah sesuai dengan KUHAP pasal 120 ayat 2. Hal ini sesuai dengan KUHAP pasal 118 ayat 1 yang berbunyi :Keterangan tersangka dan atau saksi dicatat dalam berita acara yang ditanda tangani oleh penyidik dan oleh yang memberi keterangan itu setelah mereka menyetujui isinya. Dan KUHAP pasal 160 ayat 3 yang berbunyi Sebelum memberi keterangan, saksi wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agama masing masing, bahkan ia akan memberi keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya.

2.2 MIND MAPPING

Mayat tidak dikenal ditemukan didalam hutan

Bagian tidak hancur : gigi

Dibawa ke rumah sakit pemerintah

Di panggil dokter gigi

Pengidentifikasian mayat

Post MortemAnte Mortem

Analisa

Perbandingan Data

BAB 3PEMBAHASAN

Dari skenario diketahui beberapa hari yang lalu ditemukan mayat tidak dikenal didalam hutan, dengan kondisi mengenaskan. Jasad dibawa ke rumah sakit pemerintah untuk diidentifikasi sambil menunggu pihak keluarga yang merasa kehilangan. Akan tetapi jasad tidak bias dikenali sama sekali karena sudah membusuk. Untuk membantu penyidik mengidentifikasi salah satu cara adalah memanfaatkan bagian bagian yang tidak hancur, yaitu gigi. Oleh karena itu, penyidik mengundang seorang dokter gigi.Pengidentifikasian jenazah menggunakan pemeriksaan gigi, merupakan salah satu cara pengidentifikasian terakhir yang dilakukan oleh pihak forensik apabila sarana sarana lain atau organ tubuh lain tidak ditemukan. Ini disebabkan oleh karena gigi manusia mempunyai beberapa kelebihan yaitu yang paling umum adalah dikarenakan gigi geligi setiap manusia berbeda tidak ada yang sama. Dan juga gigi merupakan rangkaian lengkungan anatomis, antropologis dan juga morphologis yang mempunyai letak terlindungi dari otot otot bibir dan pipi sehingga apabila trauma akan mengenai otot otot tersebut terlebih dahulu.Kemudian gigi manusia tidak mudah hancur, walaupun dalam suhu yang tinggi, kecuali dikremasi hingga 1000oC Gigi juga tidak mudah membusuk, kecuali dalam beberapa keadaan seperti gigi yang sudah mengalami nekrotik atau gangren dam juga gigi geligi juga tahan terhadap asam keras. Gigi geligi dan tulang rahang juga secara roentgenografis, biarpun terdapat pecahan pecahan rahang pada rentgenogramnya dapat dilihat (interpretasi) serta terkadang terdapat anomali dari gigi dan komposisi tulang rahang yang khas.Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umunya ia memakai gigi palsu dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat ditelusuri dan diidentifikasi. Ada beberapa ruang lingkup yang dicangkup menggunakan pemeriksaan gigi diantaranya berdasarkan jejas gigi, morfologi dan ciri khas gigi jenazah, serta perawatan gigi semasa hidup jenazah. Dimana hal hal yang dapat ditentukan melalui pemeriksaan gigi adalah umur jenazah, jenis kelamin jenazah, ras dan etnik jenazah, golongan darah pasien serta DNA jenazah. Kemudian dimana data data tersebut dicocokkan dengan identitas korban (jenazah). Dimana data tersebut dibagi 2 yaitu data primer dan data sekunder.Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan pengidentifikasian jenazah berdasarakan objek utama (jenazah), dimana harus dilakukannya lagi penelitian di laboratorium oleh pihak dokter forensik dan yang dapat termasuk sebagai data primer adalah DNA, finger prints serta morfologi gigi, dll. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan para pihak berwenang dimana yang terdapat disekitar korban ditemukan atau TKP (tempat lokasi perkara) dan yang dapat termasuk data sekunder adalah KTP, passport, jam tangan, dan lain sebagainya.Dalam kasus ini, peran seorang dokter gigi harus memenuhi panggilan pihak forensik jika adanya panggilan. Dimana panggilan tersebut bertujuan untuk membantu pihak forensik untuk mengidentifikasikan jenazah melalui dental forensik. Dimana sebagai dokter gigi ada beberapa cara metode dalam pengidentifikasian jenazah melalui pemeriksaan gigi, salah satunya dengan menggunakan odontogram. Dimana ontogram merupakan pengumpulan data yang menggunakan perbangdingan data antemortem dan postmortem. Dimana data antemortem pencatatan gigi dan rongga mulut semasa hidupnya, biasanya dapat berisikan antara lain: identitas pasien, keadaan umum pasien, odontogram (data gigi yang menjadi keluhan), data perawatan kedokteran gigi, nama dokter gigi yang merawat, namun hanya sedikit sekali dokter gigi yang membuat surat persetujuan tindak medic (inform consent) baik praktek pribadi atau di rumah sakit.Sedangkan data postmortem merupakan data pencatatan victim identification (identifikasi korban) pada mayat atau dead body (tubuh korban). Pencatatan data postmortem mula mula dilakukan fotografi kemudian proses pembukaan rahang bila kaku mayat untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut.Namun jika jenazah korban sudah lebih dari 6 jam, maka jenazah sudah mengalami kaku mayat dimana pembukaan rahang harus menggunakan teknik 2 jari. Jari telunjuk terhadap rahang maksila dan jari tengah terhadap rahang mandibula. Lalu pencatatan gigi pada formulir odontogram berisikan kelainan kelainan di rongga mulut dan dicatat pada kolom kolom tertentu dan lampiran tersebut merupakan bagian dari visum et repertum korban.Visum et repertum merupakan suatu penyidikan akhir yang dibenarkan oleh KUHAP pidana pasal 50 dan yang memuat pendapat dokter dan ahli lain yang memeriksa. Kemudian dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan internasional, yang kemudian dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan laboratoris.

BAB 4PENUTUP

4.1KesimpulanDari skenario diatas dapat disimpulkan bahwa 1. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi digunakan terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana alam atau huru-hara yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka.2. Dikarenakan yang masih utuh dan dapat digunakan untuk pemeriksaan hanya gigi, maka peran dokter gigi sangat diperlukan untuk membantu identifikasi korban yaitu melalui identifikasi primer. 3. Identifikasi primer merupakan identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik identifikasi primer yaitu berupa pemeriksaan DNA, pemeriksaan sidik jari dan pemeriksaan gigi pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif.4. Pemeriksaan gigi meliputi pencatatan data gigi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar x, cetakan gigi serta rahang.5. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya.6. Bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda, bahkan kembar identik sekalipun.7. Peran dokter gigi sangat penting dan harus bekerja sama dengan dokter ahli forensik agar dapat mengetahui pasien dan mengidentifikasi pasien.

4.2 Saran 1. Dokter ahli forensikAgar lebih teliti lagi dalam mengidentifikasi pasien sehingga tidak terjadi kesalahan. 2. Dokter GigiKepada dokter gigi agar bekerja sama dengan dokter ahli forensik dan dapat juga terjun ke lapangan tempat jenazah ataupun hanya memberikan riwayat perawatannya.3. MahasiswaKepada mahasiswa agar lebih memahami dan mempelajari bagaimana cara mengidentifikasi pasien selayaknya dokter ahli forensik.

DAFTAR PUSTAKAClark, D. H. Practical Forensic Odontology. Melksham, Great Britain : Butterworth-Heinemann Ltd, 1992.Evans KT, Knight b, Whittker DK. Forensic Radiology. Ocford: Blackwell Scientific Publication, 1981.Harmaini N. Odontologi Forensik dan Identifikasi Gigi. Medan : USU Press, 2001.Lukman, D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2. Jakarta : Sagung Seto, 2006; 5-129.Sopher, IM. Forensic Dentistry. Springfield. Charles C Thimas Publisher, 1976.Stimson, P. G, Mertz, C. A. Forensic Dentistry. New York : CNC Press Boca Raton, 1997.

LAMPIRAN

DINAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN POLRILEMBAGA KEDOKTERAN KEPOLISIAN

PRO YUSTITIASURAT PERSETUJUANPEMERIKSAAN KEDOKTERAN UNTUK KEPENTINGANPENYIDIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama: Kelamin: Pria / WanitaUmur: Alamat: Setelah mendapat penjelasan dari dokter pemeriksa, menyatakan bahwa :1. Setuju untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran terhadap diri saya untuk kepentingan penyidikan.2. Setuju untuk dilakukan pengambilan cairan tubuh diri saya untuk kepentingan pemeriksaan laboratorium.3. Setuju untuk pengambilan foto foto perlukaan pada tubuh saya untuk kelengkapan pemeriksaan.4. Setuju hasil pemeriksaan tersebut dibuat surat keterangan untuk diserahkan kepada penyidik.5. (Khusus untuk orang periksa yang tidak dapat menanda tangani pernyataan oleh karena situasi dan kondisi)Setuju untuk dilakukan pemeriksaan seperti diatas terhadap :Nama: Umur: TahunAlamat: Hubungan Keluarga : Persetujuan ini saya tanda tangani setelah menyadari sepenuhnya kepentingan dari pemeriksaan pemeriksaan tersebut diatas.Jakarta, DOKTER PEMERIKSA

( ) ( )

DEPARTEMEN PERTAHANANLAMPIRAN: C1.SKEP KAPOLRIMARKAS BESAR No. POL.: Skep / / /KEPOLISIAN NEGARA INDONESIATANGGAL:

FORMULIR IDENTIFIKASI DENGAN SARANA GIGI DAN MULUTSTATUS MAYAT

TANGGAL PEMERIKSAAN:1)

JENIS KELAMIN:Pria / Wanita2)PERKIRAAN UMUR:tahun3)TANGGAL KEMATIAN:4)

DUGAAN LAMA: s/b 4 jam, 4 - 6 jam, 6 - 12 jam, 12 - 24 jam,KEMATIAN: 24 28 jam, 48 jam lebih.5)CARA KEMATIAN: Kecelakaan Pesawat Terbang, di kapal, di lapangan, Pembunuhan, Bunuh Diri, sakit, Tenggelam, lain lain, keterangan ....6) KEADAAN MAYAT: SEGAR, PETI ES, BUSUK, BUSUK, LANJUT, TERPOTONG POTONG, TERBAKAR DAN LAIN LAIN ..............7)M U L U T

KEADAAN RAHANG ATAS:Utuh / Fraktur (Regio .....................)8)KEADAAN RAHANG BAWAH:Utuh / Fraktur (Regio ..................)9)OCCLUSI:I, II, III10)KAKU RAHANG:I, II, III, IV, V11)TORUS MAXILARIS:Ada, Tidak ada12)TORUS MANDIBULARIS:Ada, Tidak ada (Regio ................)13)PLATUM:Dalam, Sedang, Rendah14)GINGIVA:Normal, Ginggivitis (Regio .........)15)Lain lain .....................................PIGMENTASI:16)RETRAKSI:Ada (gigi)......................................)17)Tidak ada.

/ KEADAAN.................... LAMPIRAN: C1 . SKEP KAPOLRINo.POL: Skep / 1884 / I / 1994TANGGAL: 29 Januari 1999

KEADAAN GIGIRA KaRA Ki.18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 2848 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38RB Ka.RB Ki.

STAINING GIGI: 19)STAINING RAHANGATAS: LABIAL 20) PLATAL 21)STAINING RAHANGBAWAH: LABIAL 22) LINGUAL 23)KARANG GIGI: 24)ATRISI: I 25) II III IV DIASTEMA: 26)RESTORASI27)KETERANGAN :28)..............................., tgl ...... 29)

DOKTER GIGI30)

KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

Drs. ROESMAN HADI, SHJENDERAL POLISI

FORMULIR VII : ODONTOLOGI JENAZAHNomor label : .........................................

Tanggal periksa: Jenis kelamin: Pria / WanitaUmur (keterangan): tahunTanggal kematian: Lama kematian: jam, - 2 jam, 2 6 jam, 6 12 jam, 12 24 jam, 24 36 jam, 36 48 jam, 48 jam lebih.Sebab kematian: K.L.L., Pembunuhan, Bunuh diri, Sakit, Tenggelam, Lain lain. Keterangan Keadaan mayat: Segar, Peti es, Busuk, Busuk lanjut.MulutKeadaan rahang atas: Utuh / fraktur (regio : ) Keadaan rahang bawah: Utuh / fraktur (regio : )Occlusi: I, II, III.Kaku rahang: I, II, III, IV, V.Jaringan Lunak Torus maxilaris: Ada, Tidak ada.Torus mandibularis: Ada, Tidak ada (regio : )Palatum: Dalam, Sedang, Rendah.Gingiva: Normal, Gingiva (regio) ) Lain lain : Pigmentasi: R e t r a k s i: Ada (gigi ) Tidak ada.Keadaan gigi :

VIVIIIIIIIIIIIIIVV87654321123456788765432112345678

STAINING GIGI: Tobacco, Tea / coffeStaining Rahang Atas: Labial: Palatal: Staining Rahang Bawah: Labial: Lingual: KARANG GIGI: A T R I S I: I: II: III: IV: D I A S T E M A: RESTORASI :ODONTOGRAM

1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2.7 2,8 3,8 3,7 3,6 3,5 3,4 3,3 3,2 3,1 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5 4,6 4,7 4,8

Pemeriksaan Ro. Foto Pernah/Tidak

1