24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Rasio antara bakteri aerob dengan anaerob berbanding 10:1 sampai 100:1. Organisme-organisme ini merupakan flora normal dalam mulut yang terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mucus membrane, dorsum lidah, saliva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1) lewat penghantaran yang pathogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu keseimbangan flora yang endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril secara normal. Infeksi odontogenik adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulcus gingival, dan mukosa mulut. Etiologi tersering adalah bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif, dan batang anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies, gingivitis, dan periodonititis. Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih

INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah

lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Rasio antara bakteri aerob dengan anaerob berbanding

10:1 sampai 100:1. Organisme-organisme ini merupakan flora normal dalam mulut yang

terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mucus membrane, dorsum lidah, saliva dan

mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan

limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi

nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1)

lewat penghantaran yang pathogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu

keseimbangan flora yang endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang

vital dan steril secara normal.

Infeksi odontogenik adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan

flora normal dalam mulut, yaitu bakteri dalam plak, dalam sulcus gingival, dan mukosa

mulut. Etiologi tersering adalah bakteri kokus aerob gram positif, kokus anaerob gram positif,

dan batang anaerob gram negative. Bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan karies,

gingivitis, dan periodonititis. Jika bakteri mencapai jaringan yang lebih dalam melalui

nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogenik.

Apabila perkembangbiakan telah terjadi maka, pada jaringan akan mengalami

berbagai macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang sangat berat bahkan dapat

berakibat fatal seperti: Abses, Selulitis juga Phlegmon atau Ludwigs Angina.

Infeksi odontogenik juga sering dijumpai pada anak-anak, sehingga mengakibatkan

berbagai kerusakan yang sangat membahayakan benih gigi tetap pengganti.

Page 2: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

1.2 Tujuan

Tujuan Instruksional Umum

Setelah membuat makalah ini, diharapkan dapat menunjang aktivitas perkuliahan khususnya

mata kuliah Ilmu Kedokteran Gigi Anak , serta dapat mengetahui masalah infeksi

odontogenik pada anak dan berabagai macam infeksi odontogenik yang ada pada anak.

Tujuan Instruksional Khusus

Menjelaskan pengertian, etiologi, serta berbagai manifestasi dari infeks odontogenik

Menjelaskan penyebaran infeksi odontogenik pada anak

Menjelaskan infeksi odontogenik yang sering dijumpai pada anak

Page 3: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infeksi Odontogenik

Infeksi: masuknya kuman patogen atau toksinnya kedalam

tubuh manusia serta menimbulkan gejala penyakit, sedangkan inflamasi adalah

reaksi lokal dari tubuh terhadap adanya infeksi/iritasi dalam berbagai bentuk.

Penyakit itu sendiri timbul setelah mengalami beberapa proses fisiologi yang

telah dirubah oleh kuman yang masuk. Sehingga tubuh mengadakan reaksi atau

perlawanan yang disebut peradangan/inflamasi.masuk dan berkembang biaknya

mikroorganisme didalam tubuh yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan

tubuh.

Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari adanya

kerusakan pada gigi.

2.2 Etiologi

Infeksi odontogenik dapat disebabkan karena trauma, infeksi post-operasi dan

sekunder dari infeksi jaringan periodontal atau perikoronal. Bakteri penyebab infeksi

umumnya bersifat endogen dan bervariasi berupa bakteri aerob, anaerob maupun infeksi

campuran bakteri aerob dan anaerob. Disebutkan mikroba penyebab tersering yaitu

Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp yang memiliki aktivitas produksi asam yang

tinggi.2

Disebutkan bahwa etiologi dari infeksi odontogenik berasal dari bakteri komensal

yang berproliferasi dan menghasilkan enzim. Pada saat bayi baru dilahirkan, proses

kolonisasi bakteri dimulai dan dikatakan predominan terdiri atas Streptococcus salivarius.

Pada saat gigi pertama tumuh, yaitu pada saat bayi berusia 6 bulan, komunitas bakteri

berubah menjadi predominan S.sanguis dan S.mutans dan pada saat gigi selesai tumbuh

terdapat komunitas heterogen antara bakteri aerobik dan anaerobik. Diperkirakan terdapat

700 spesies bakteri yang berkolonisasi di mulut dimana 400 dari spesies tersebut dapat

ditemukan pada area subgingival.

Page 4: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Infeksi odontogenik merupakan suatu infeksi polimikrobial dan campuran. Infeksi

tersebut merupakan hasil dari perubahan bakteri, hubungan antar bakteri dengan morfotipe

yang berbeda dan peningkatan jenis bakteri. Perubahan bakteri yang terjadi berupa perubahan

yang pada awalnya predominan gram positif, fakultatif dan sakarolitik menjadi predominan

gram negatif, anaerobik dan proteolitik.

Tabel 1. Mikroorganisme penyebab infeksi odontogenik

Mikroorganisme penyebab Jumlah pasien Persentase (%)

Aerobik 28 7

Anaerobik 133 33

Aerobik-Anaerobik 243 60

Tabel 2. Mikroorganisme penyebab infeksi odontogenik

Mikroorganisme penyebab Persentase (%)

Aerobik

Coccus gram(+):

Streptococcus spp.

Streptococcus spp.(grup D)

Stafilococcus spp.

Eikenella spp.

Coccus gram(-):

Neisseria spp.

Batang gram(+):

Corynebacterium spp.

Batang gram(-):

Haemophillus spp.

Lainnya

25

85

90

2

6

2

2

3

6

4

Page 5: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Anaerobik

Coccus gram(+):

Streptococcus spp.

Peptostreptococcus spp.

Coccus gram(-):

Viellonella spp.

Batang gram(+):

Eubacterium spp.

Lactobacillus spp.

Actinomyces spp.

Clostridia spp.

Batang gram(-):

Bacteroides spp.

Fusobacterium spp.

Lainnya

75

30

33

65

4

14

50

75

25

6

2.3 Patofisiologi Infeksi Odontogenik

Page 6: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Berikutnya akan dijelaskan mengenai kepatogenesisan fisiologi yangvmenyebabkan adanya

infeksi, dinataranya adalah:

2.3.1 Virulensi dan Resistensi

Flora normal biasanya hidup secara komensalisme dengan host. Apabila keadaan

memungkinkan terjadinya invasi, baik oleh flora normal ataupun asing, maka dapat terjadi

perubahan hubungan menjadi parasitisme.Lingkungan biokimia jaringan setempat akan

menentukan kerentanan dan ketahanan hospes terhadap mikrorganisme. Serangan

mikroorganisme diawali dengan terjadinya luka langsung, sehingga memungkinkan

mikroorganisme melakukan invasi, mengeluarkan eksotoxin, endotoxin dengan cara autolisis

(pada dinding sel bakteri gram negatif). Sedangkan host dapat menunjukkan reaksi alergi

terhadap produk mikrobial atau kadang-kadang menimbulkan gangguan langsung terhadap

fungsi metabolisme sel oleh sel-sel hospes.

2.3.2 Pertahanan Sel

Respon lokal dari host adalah terjadinya peradangan. Proses ini diawali dengan

dilatasi kapiler, terkumpulnya cairan edema, penyumbatan limfatik oleh fibrin. Didukung

oleh kemotaksis maka akan terjadi fagositosis. Daerah tersebut menjadi sangat asam dan

protease selular cenderung menginduksi terjadinya lisis terhadap leukosit. Akhirnya

makrofag mononuklear timbul, memangsa debris leukositik, membuka jalan untuk pemulihan

terhadap proses infeksi dan penyembuhan.

2.3.3 Pertahanan Humoral

Respon sistemik host adalah pertahanan humoral, yaitu reaksi antigenantibodi.

Antibodi menetralkan toksin bakteri, mencegah perlekatan dan mengaktifkan komplemen.

Komplemen berperan dalam pengenalan host terhadap bakteri dan memicu proses fagositosis.

2.3.4 Gambaran Klinis Infeksi

Page 7: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Akibat perubahan jaringan yang disebabkan karena aktivitas bakteri dan pertahanan

lokal dari host serta mekanisme serupa yang bekerja secara sistemik), menimbulkan

gambaran klinis infeksi. Rasa sakit tekan, eritema dan edema mudah dikenali sebagai

manifestasi suatu peradangan. Kadang-kadang bakteri yang memproduksi gas bisa memicu

dan mendukung terjadinya respon pembengkakan. Pernanahan adalah akibat langsung dari

mekanisme lokal pertahanan virulensi bakteri.

2.4 Jalur Penyebaran Infeksi Dental

Infeksi odontogenik memiliki 2 sumber yaitu:

2.4.1 Periapikal

Berawal dari nekrosis pulpa yang dilanjutkan dengan invasi bakteri ke jaringan

periapikal.

Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang

disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat

saprofit namun juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang memang bersifat patogen.

Nekrosis pulpa sebagian besar terjadi oleh komplikasi dari pulpitis baik yang akut mapun

yang kronik yang tidak ditata laksana dengan baik dan adekuat.

Trauma/cedera

Pulpitis akut Pulpitis kronik

Nekrosis Pulpa

Pulpa Normal

Page 8: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Tahap terjadinya Nekrosis Pulpa

Etiologi nekrosis pulpa yang paling sering adalah karies dentis, trauma, dan iatrogenik.

Nekrosis pulpa sebagian besar berawal dari pulpitis yang disebabkan oleh karies dentis.

Trauma dapat menyebabkan pulpitis yang berakhir dengan nekrosis pulpa. Menurut

Robertson dkk, pada obliterasi kanal pulpa akibat trauma pada gigi insisivus permanen

didapatkan 16% kasus mengalami nekrosis pulpa melalui tes elektrikal pulpa. Nekrosis juga

dapat disebabkan prosedur medik yang dilakukan oleh klinisi. Menurut Poul dkk, dari 617

gigi dari 51 pasien yang dilakukan osteotomi pada fraktur Le Fort I didapatkan 0,5% gigi

mengalami nekrosis pulpa.

JALUR INFEKSI ODONTOGENIK

2.4.2 Periodontal

Berawal dari poket periodontal yang dalam yang memudahkan bakteri masuk ke

jaringan lunak. Ketika bakteri subgingival berkembang dan membentuk kompleks dengan

bakteri periodontal patogen yang mengekspresikan faktor virulensi, maka akan memicu

respon imun host yang secara kronis dapat menyebabkan periodontal bone loss. Abses

periodontal dapat berasal dari eksaserbasi periodontitis kronik, defek kongenital yang dapat

memfasilitasi bakteri(fusion dari akar, development grooves, dll), maupun iatrogenik karena

impaksi dari kalkulus pada epitel periodontal pocket selama scaling. Beberapa abses akan

invasi membentuk fistula dan menjadi kronik yang pada umumnya bersifat asimptomatik

ataupun paucisimptomatik.

Page 9: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

2.5 Gejala Klinis

    Penderita biasanya datang dengan keluhan sulit untuk membuka mulut (trismus), tidak bisa

makan karena sulit menelan (disfagia), nafas yang pendek karena kesulitan bernafas. Penting

untuk ditanyakan riwayat sakit gigi sebelumnya, onset dari sakit gigi tersebut apakah

mendadak atau timbul lambat, durasi dari sakit gigi tersebut apakah hilang timbul atau terus-

menerus, disertai dengan demam atau tidak, apakah sudah mendapat pengobatan antibiotik

sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda infeksi yaitu ;

1. Rubor: permukaan kulit yang terlibat infeksi terlihat kemerahan akibat vasodilatasi,

efek dari inflamasi

2. Tumor: pembengkakan, terjadi karena akumulasi nanah atau cairan exudat

3. Calor: teraba hangat pada palpasi karena peningkatan aliran darah ke area infeksi

4. Dolor: terasa sakit karena adanya penekanan ujung saraf sensorik oleh jaringan yang

bengkak akibat edema atau infeksi

5. Fungsiolaesa: terdapat masalah denagn proses mastikasi, trismus, disfagia, dan

gangguan pernafasan.

2.6 Infeksi Odontolgi pada Anak

Merupakan infeksi orofasial yang disebakan oleh infeksi gigi. Sering dijumpai pada

anak, terutama bila karies telah mencapai pulpa non vital atau tertinggal sisa akar. Dimulai

dari karies gigi yang tidak di rawat, maka proses infeksi akan terus berlanjut mencapai pulpa

hingga mengakibatkan kematian jaringan pulpa, penyebaran dilanjutkan ke bifurkasi pada

gigi sulung atau sekitar periapikal karena akar gigi sulung mengalami resobsi yang tidak

beraturan.

Sebagian besar infeksi orofasial berasal dari odontogenik, dan bersifat self-limiting,

yang memiliki karakteristik berupa drainase spontan. Perawatan didasarkan pada dua prinsip:

eliminasi penyebab yang mendasarinya, serta drainase dan debridemen lokal. Jika infeksi

lokal tidak dirawat, infeksi akan menyebar ke bagian atas dan bawah wajah.

Prosedur dental invasif akan meningkatkan resiko bakterimia transien. Hanya sejumlah

Page 10: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

spesies bakteri yang diimplikasikan dalam infeksi. Jika diindikasikan, antibiotik harus

diadministrasi segera sebelum melakukan prosedur dental. Jika prosedur semacam itu

dilakukan di sekitar jaringan yang terinfeksi, dibutuhkan dosis tambahan.

Beberapa penelitian telah mengevaluasi prevalensi dan perluasan bakterimia akibat berbagai

macam prosedur dental pada anak-anak.

Dalam kaitan ini, telah dibuktikan bahwa menyikat gigi menyebabkan bakterimia pada lebih

dari sepertiga anak-anak, dan pemasangan/pelepasan wedge/splint dan braket atau band

meningkatkan jumlah kasus bakterimia dalam kasus pediatrik secara bermakna.

Tingkat oral higiene sangat mempengaruhi tingkat bakterimia. Oleh karena itu, oral higiene

yang optimal merupakan faktor paling penting untuk mencegah komplikasi yang mungkin

timbul akibat bakterimia meskipun menurut beberapa penulis, dibutuhkan lebih banyak

perawatan antibiotik.

Pencabutan gigi sederhana dapat menyebabkan bakterimia pada 40-50% kasus.

Tingkat bakterimia tertinggi disebabkan oleh injeksi intraligamen dalam prosedur yang

dilakukan di bawah kondisi anestesi lokal [96,6% anak].

Trauma gigi merupakan salah satu faktor resiko infeksi rongga mulut, terutama jika

terjadi pembukaan pulpa dan/atau perubahan ruang periodontal. Kecenderungan infeksi akan

meningkat jika trauma pada jaringan keras gigi atau pendukungnya mengakibatkan luka

membran mukosa atau kulit terbuka.

Pada infeksi yang berjalan kronis akan terjadi kerusakan tulang disekitar gigi dan sangat

membahayakan benih gigi tetap pengganti. Sifat penyebar infeksi odontogen antara lain:

1. Cepat menyebar ke tempat yang lebih dalam

2. Dapat merusak benih gigi tetap (Turner Hipoplasia)

3. Dapat merusak pusat-pusat pertumbuhan yakni condilus mandibula

4. Dapat menyebabkan cellulitis yakni penyebaran toksin bakteri dari produknya ke

jaringan ikat jarang di seekitar wajah termasuk orbital nasal

Penjalaran infeksi pada anak adalah sebagai berikut:

1. Menimbulkan rasa tidak nyaman, kadang-kadang disertai rasa sakit

2. Perluasan penyebaran tergantung dari gravitasi dan bentuk anatomi

Page 11: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

3. Arah penyebaran ke maksila yakni ke palatum, pipi, dan sinus maksilaris, sedangkan

di mandibular yakni di bawah gingiva, dan lidah.

4. Proses penyebaran berlangsung sanga cepat karena tulang alveolar belum kompak dan

dalam tahap tumbuh dan kembang

5. Dapat merusak ata akibat penyebaran mengenai saraf trigeminus sehingga untuk

melakukan pencabutan gigi atas harus berhati-hati

6. Proses penyebaran berasal dari infeksi jarigan pulpa yang menembus ke tulang

periapikal, kemdian cortical plate, tulang alveolar, perosteum dan jaringan lunak

7. Bila infeksi dibiarkan maka dapat meluas aliran darah (septikemi) sehingga dapat

menyebar ke organ dalam lainnya, misalnya hati ginjal, dan jantung.

2.7 Macam-Macam Infeksi Odontogenik pada Anak

1. Gingival abses atau Gum boil :

Suatu pembengkakan gingival yang berasal dari gigi atau poket gigi dengan diagnosis

gigi dapat vital maupun non vital. Abses gingival sebenarnya adalah komplikasi

daripada karies gigi. Bisa juga disebabkan oleh trauma gigi (misalnya apabila gigi

patah atau hancur). Email yang terbuka menyebabkan masuknya bakteri yang akan

menginfeksi bagian tengah (pulpa) gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke akar gigi dan

tulang yang menyokong gigi. Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan nanah

(terdiri dari jaringan tubuh yang mati, bakteri yang telah mati atau masih hidup dan

sel darah putih) dan pembengkakan jaringan dalam gigi. Ini menyebabkan sakit gigi.

Jika struktur akar gigi mati, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan meluas

terus menerus sehingga menjalar ke jaringan yang lain.

Page 12: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

2. Sub mukosa abses

Lokasi anatomi. Abses ini berlokasi tepatnya dibawah bukal atau labial mukosa

vestibula pada maksila atau mandibula,dan juga region palatal atau lingual,, masing-

masing ke gigi yang bertanggungjawab terhadap infeksi.

Etiologi. Faktor yang bertanggungjawab pada abses intraalveolar juga menyebabkan

abses tipe ini. Gigi yang normalnya dianggap bertanggung jawab terhadap

perkembangan dari abses palatal adalah molar dan insisivus lateral dari maksila.

Gambaran klinis. Pembengkakan pada mukosa dengan fluktuasi nyata yang terlihat,

sensivitas selama palpasi, dan penghilangan dari mukobukal fold pada area infeksi.

Sepanjang palatal abses menjadi kekhawatiran, pembengkakan secara nyata dibatasi,

masing- masing pada gigi yang terlibat. Mukosa terlihat kemerah-merahan,sementara

sensivitas dapat diamati selama palpasi dan fluktuasi.

3. Sub palatal/sub lingual abses

Ada dua ruang sublingual diatas musculus mylohyoid, kekanan dan kekiri dari garis

tengah. Ruang ini dibagi oleh ketebalan fascia. Abses yang terbentuk pada ruang ini

diketahui sebagai abses sublingual.

Lokasi anatomi. Ruang sublingual pada bagian atas dibatasi oleh mukosa pada dasar

mulut,bagian bawah oleh musculus mylohyoid,bagian anterior dan lateral oleh

permukaan sebelah dalam badan mandibula, medial oleh septum lingual,dan posterior

oleh tulang hyoid.

Ruang ini mengandung saluran submandibular (Wharton’s duct),glandula

sublingual,nervus lingual dan sublingual, cabang terminal dari arteri lingual dan

bagian dari glandula submandibular.

Etiologi. Gigi yang sebagian besar berperan terhadap infeksi ruang sublingual yaitu

gigi anterior mandibula,premolar dan molar pertama, yang apeksnya ditemukan diatas

perlekatan musculus mylohyoid. Juga, infeksi dapat menyebar ke ruang ini dari ruang

lain yang berdampingan dengan yang berhubungan dengannya ( submandibular,

submental, lateral pharyngeal).

Gambaran klinis. Abses sublingual muncul dengan karakteristik pembengkakan pada

mukosa pada dasar mulut, menyebabkan pengangkatan dari lidah kearah palatal dan

lateral. Sulkus lingual mandibula menghilang dan mukosa tampak berwarna kebiru-

Page 13: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

biruan. Pasien berbicara dengan kesulitan, karena edema, dan pergerakan dari lidah

yang menimbulkan rasa sakit.

4. Sub mandibular abses

Lokasi anatomi. Ruang mandibular dibatasi pada bagian lateral oleh garis inferior dari

badan mandibula, medial oleh perut anterior musculus digastricus, posterior oleh

ligament stylohyoid dan perut posterior dari musculus digastricus, superior oleh

musculus mylohyoid dan hyoglossus, dan inferior oleh lapisan superficial dari deep

servikal fascia. Ruang ini mengandung glandula saliva submandibular dan

submandibular lymphanodes.

Etiologi. Infeksi pada ruang ini berasal dari molar kedua dan ketiga dari

mandibula,jika apeksnya ditemukan dibawah perlekatan dari musculus mylohyoid. Ini

juga dapat sebagai akibat dari penyebaran infeksi dari ruang sublingual atau

submental.

Gambaran klinis. Infeksi ini menimbulkan pembengkakan sedang pada area

submandibular, yang tersebar, memunculkan edema yang lebih besar yang lama dan

kemerahan pada lapisan kulit, Juga, sudut dari mandibula hilang, sementara sakit

selama palpasi dan trismus sedang disebabkan oleh keterlibatan dari musculus

pterygoid yang dapat diamati.

5. Dento Alveolar Abses

Abses menyebar ke tulangalveolar yang berasal dari infeksi gigi.

Dento alveolar abses dapta akut atau kronis tergantung dari perjalanan penyakit,

virulensi bakteri dan daya tahan tubuh.

1. Gejala dan penyebab Dento Alveolar Abses Akut (DAAA) adalah:

Secara klinis karies mencapai pulpa dapat vital sebagian/non vital,

pemeriksaan perkusi (+), dan tekanan (+), fistula (-).

Secara radiografis tampak ruang pulpa terbuka, di sekitar akar atu furkasi tidak

beraturan

Keadaan umum anak, sakit sekitar gigi terinfeksi, demam, pembengkakan

gingiva

Diagnosis ditulis sebagai berikut:

Regio DAAA: karena karies mencapai pulpa non vital

Page 14: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Merupakan inflamasi purulen akut yang mengenai jaringan periapikal,dimunculkan

oleh gigi nonvital,khususnya ketika mikroba keluar dari saluran akar gigi yang

terinfeksi kedalam jaringan periapikal. Secara klinis, karakteristiknya

diklasifikasikan dalam gejala lokal dan sistemik.

Sakit. Keparahan dari rasa sakit bergantung pada tahap perkembangan dari inflamasi.

Pada tahap awal rasa sakit tumpul dan berlanjut dan lebih buruk selama perkusi dari

respon gigi atau ketika berkontak dengan gigi antagonis. Jika sakit sangat parah dan

berdenyut, itu berarti akumulasi dari pus berada dalam tulang atau dibawah

periosteum. Pengurangan dari rasa sakit dimulai pada saat pus perforasi dari

periosteum dan keluar ke jaringan lunak. Edema muncul diluar atau didalam mulut

dan itu biasanya berlokasi pada bukal dan lebih jarang pada palatal atau lingual. Pada

tahap awal pembengkakan lunak dari jaringan lunak pada sisi yang terpengaruhi

dapat diamati, disebabkan oleh reaksi refleks pengaturan saraf pada

jaringan,khususnya pada periosteum. Pembengkakan ini muncul sebelum supurasi,

terutama di area dengan jaringan longgar, seperti pada regio sublingual, bibir atau

kelopak mata. Biasanya edema lunak dengan kemerahan pada kulit. Selama tahap

akhir, pembengkakan berfluktuasi, khususnya pada mukosa dari kavitas oral. Tahap

ini dianggap paling cocok untuk drainase dan insisi dari abses.

Gejala lain. Ada kecenderungan pada elongasi dari gigi yang terlibat dan sedikit

kegoyangan,gigi terasa memiliki perbedaan bersar ketika disentuh ,sementara

kesulitan menelan juga dapat diamati. Gejala sistemik yang biasanya dapat

diamati:demam,dengan suhu 39-400,dingin, malaise dengan sakit pada otot dan

persendian,anoreksia,susah tidur,mual dan muntah. Tes laboratorium menunjukkan

leukositosis atau jarang dengan leukopenia, yang meningkatkan laju sedimentasi

eritrisit,andraised C-reactive protein (CRP) level.

2. Gejala dan penyebab Dento Alveolar Abses Kronik (DAAK)

Secara klinis karies mencapai pulpa non vital, pemeriksaan perkusi (+), dan

tekanan (+), gingiva kemerahan, fistula (+), pus (-)

Secara radiografis tampak radiolusen sekitar akar furkasi

Rasa sakit (-), demam (-), pembengkakan gingival (+)

Diagnosis ditulis sebagai berikut:

Regio DAAK; karena karies mencapai pulpa non vital.

Page 15: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Perawatan yang dilakukan:

1. Lokal (DAAA dan DAAK)

Open bur gigi dengan menggunakan high speed bur dengan terlebih dahulu

difiksasi

Kemudian kavitas ditutup dengan kapas

Selanjutnya perawatan endodontic konvensional dan restorasi

Bila menyebabkan selulitis maka dilakukan pencabutan gigi

2. Sistemik (DAAA dan DAAK), bila diperlukan maka diberikan.

Antibiotic

Analgesik’anti inflamasi

TKTP/VIT (Tinggi Kalori Tinggi Protein/Vitamin; karena dalam tahap

pertumbuhan).

Pada abses timbul rasa sakit karena kuman memproduksi gas H2S yang ,menekan saraf

sehingga menimbulkan rasa sakit. Pada keadaan akutmaka tidak boleh dilakukan pencabutan

gigi karena dapat terjadi septikemi, sehingga perlu dilakukan perawatan abses secara lokal

dan bila abses telah mereda baru dilakukan pencabuan gigi penyebab. Untumenghindari

rekurens

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari

adanya kerusakan pada gigi.

Merupakan infeksi orofasial yang disebakan oleh infeksi gigi. Sering dijumpai

pada anak, terutama bila karies telah mencapai pulpa non vital atau tertinggal

sisa akar. Dimulai dari karies gigi yang tidak di rawat, maka proses infeksi

akan terus berlanjut mencapai pulpa hingga mengakibatkan kematian jaringan

pulpa, penyebaran dilanjutkan ke bifurkasi pada gigi sulung atau sekitar

periapikal karena akar gigi sulung mengalami resobsi yang tidak beraturan.

Page 16: INFEKSI ODONTOLOGI PADA ANAK

Bila infeksi telah menyebar ke jaringan ikat maka akan terbentuk abses

dengan gejala sebagai berikut:

-Kalor, rubor, dolor, tumor, function laesa

-Malaise, nausea, muntah.

-Jumlah darah putih meningkat

-Dehidrasi akibat panas

Pada anak sering dijumpai infeksi odontogen sebagai berikut:

1. Dento Alveolar Abses : abses menyebar ke tulang alveolar yang berasal dari

infeksi gigi

2. Gingival abses atau Gum boil : suatu pembengkakan gingival yang berasal

dari gigi atau poket gigi dengan diagnosis gigi dapat vital maupun non vital

3. Sub mukosa abses: abses yang terdapat di bawah mukosa, berasal dari gigi

atau bukan gigi

4. Sub palatal/sub lingual abses: abses yang menjara ke palatum atau lingual dan

disebabkan oleh infeksi gigi

5. Sub mandibular abses: abses yang menjalar ke region mandibular dan berasal

dari gigi