Upload
ricardo-sibagariang
View
157
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia bisnis selalu mengalami ketidakpastian sebagai akibat siklus perekonomian yang terus
berubah, selain itu perkembangan ekonomi di Indonesia tiap tahun tidak menentu sehingga
menuntut kemampuan untuk melakukan berbagai kebijakan yang diharapkan mampu mendorong
perkembangan khususnya di bidang perbankan di Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Untuk mengantisipasi dan meninjau persaingan antara bank satu dengan bank yang lain, maka
dana yang dihimpun harus bisa direncanakan dengan baik dan maksimal sehingga dapat
disalurkan kepada masyarakat melalui bentuk pinjaman kredit.
Bank merupakan lembaga yang berusaha untuk menyalurkan kredit sebanyak-banyaknya, begitu
juga dengan BPR. BPR merupakan Lembaga Keuangan Bank yang berfungsi untuk
meningkatkan kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat menengah. BPR
memberikan jasa layanan simpanan dan kredit seperti layaknya bank umum, tetapi BPR tidak
memberikan layanan giro ataupun kegiatan valuta asing dan asuransi. Keuntungan yang
diperoleh bank dari penyaluran kredit tersebut berasal dari selisih antara bunga kredit dan bunga
simpanan yang merupakan sumber pendapatan bank yang utama. Akan tetapi BPR memiliki
tingkat suku bunga yang tidak terlalu tinggi. Dalam hal ini kredit BPR wajib melaksanakan
langkah-langkah yang tepat saat melaksanakan mekanisme penyaluran dan pencairan kredit,
yaitu: tahap-tahap permohonan, investigasi, analisis, keputusan persetujuan atau penolakan
permohonan, pencairan kredit, administrasi, pengawasan dan pembinaan, serta pelunasan
kredit. Permasalahan dalam pemberian perkreditan ini adalah permasalahan multikriteria dimana
bank harus tetap memperhatikan prinsip kehati-hatiannya dalam melakukan penyaluran kredit
dan harus memperhatikan azas-azas perkreditan yang sehat agar tidak menimbulkan suatu resiko.
1
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
PROFIL PT. BPR PIJER PODI KEKELENGEN
Pendirian bank perkreditan rakyat di lingkungan pelayanan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
digagas oleh Pdt. Borong Tarigan setelah pada tahun 1976 mengikuti kursus Dewan Gereja Asia
yang diadakan di Filipina. Pada pertemuan tersebut muncul kesadaran bahwa Gereja bisa efektif
berpartisipasi dalam pembangunan global jika memiliki lembaga keuangan yang berorientasi
pada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Gagasan tersebut juga disampaikan kepada rekan-
rekan sesama Pendeta GBKP dan mendapat sambutan hangat terhadap tujuan pokoknya, yaitu
untuk memerangi praktek rentenir demi meningkatkan kesejahteraan jemaat dan masyarakat.
Namun terhadap gagasan bahwa sarana yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah bank
perkreditan, banyak yang tidak antusias bahkan menentangnya. Kalangan yang berbeda pendapat
menganggap bahwa Gereja belum siap untuk memiliki bank dan lebih baik memilih sarana
koperasi/CU yang lebih sederhana.
Walaupun kontroversi masih terjadi namun gagasan Pdt. Borong Tarigan tersebut kemudian
didukung penuh oleh rekan-rekannya terutama yaitu Pdt. DR. E. P. Gintings, Pdt. Musa
Sinulingga, Pdt. Selamat Barus, Pdt. Usman S. Meliala, dan Pt. Drs. Jhony Ginting. Pdt. Borong
Tarigan yang kemudian Kepala Biro Padat Karya pada Departemen Partisipasi Pembangunan
GBKP mengakomodasi gagasan untuk mengembangkan CU namun hal tersebut dilaksanakan
tetap dalam rangka mewujudkan gagasan yang lebih besar yaitu pendirian Bank Perkreditan
Rakyat yang mungkin lebih rumit daripada CU tetapi diyakini lebih kokoh secara manajerial dan
lebih mampu meraih kepercayaan masyarakat.
Dalam perkembangannya, walaupun terdapat beberapa pendapat namun secara umum telah
muncul kesadaran di kalangan Pendeta GBKP bahwa praktik rentenir di Tanah Karo sangat
2
merugikan dan menjajah masyarakat luas dan jemaat GBKP khususnya. Manakala perlawanan
terhadap cengkeraman rentenir itu tidak dapat lagi sepenuhnya diharapkan dari pihak-pihak lain
termasuk pemerintah maka Gereja perlu ikut terjun langsung untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Gereja perlu membangun lembaga perekonomian mikro sebagai sumbangsih Gereja
terhadap masyarakat dan jemaat dengan melampaui batas-batas suku, agama, ras, dan golongan
(SARA).
Karena tidak ada rohaniawan GBKP yang memiliki pengalaman dan kemampuan teknis untuk
mendirikan bank perkreditan rakyat maka gagasan yang telah ada sejak tahun 1976 tersebut tak
kunjung terwujud. Baru pada tahun 1990 Pdt. Borong Tarigan menemukan orang yang memiliki
kemampuan tersebut, yaitu Mangara Pintor Ambarita, mantan Kepala Cabang BRI Kabanjahe,
yang juga memiliki komitmen untuk memajukan lembaga keuangan mikro. M.P. Ambarita
kemudian diundang dan diminta untuk secara teknis mewujudkan gagasan yang telah ada
tersebut agar menjadi kenyataan. M.P. Ambarita kemudian membuat surat dan dokumen-
dokumen yang diperlukan untuk pengurusan ijin operasional PT. BPR Pijer Podi Kekelengen.
Melalui surat No. 001/BPR-PPK/1991 tanggal 23 Desember 1991 yang ditandatangani oleh Pdt.
Borong Tarigan tentang pengajuan permohonan persetujuan prinsip pendirian PT. Bank
Perkreditan Rakyat Pijer Podi Kekelengen yang diterima oleh Departemen Keuangan Republik
Indonesia pada tanggal 27 Desember 1991 maka akhirnya melalui surat nomor:
S-149/MK.13/1992 tertanggal 28 Januari 1992 Departemen Keuangan RI memberikan
persetujuan prinsip pendirian bank perkreditan rakyat yang harus diikuti dengan pengajuan ijin
operasional.
Persiapan demi persiapan terus dilakukan untuk melengkapi persyaratan pengajuan permohonan
ijin operasional, namun kendala demi kendala terus juga mengiringi yang hampir menimbulkan
keputusasaan. Surat permohonan ijin operasional diajukan kepada Departemen Keuangan dengan
surat bernomor 002/BPR-PPK/1992 dan 003/BPR-PPK/1992 namun masih belum memenuhi
syarat. Kemudian dengan bantuan Ir. Jusman Purba yang melakukan penyempurnaan proposal
permohonan ijin operasional tersebut, maka diajukan kembali permohonan ijin operasional
kepada Departemen Keuangan melalui surat no. 04/BPR-PPK/1992 tertanggal 1 Oktober 1992.
3
Surat tersebut akhirnya direspon oleh Departemen Keuangan RI dengan menerbitkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: Kep-081/KM.17.1992 tentang
Pemberian Ijin Usaha/Operasional BPR-Pijer Podi Kekelengen tertanggal 13 Nopember 1992.
Sehubungan dengan persiapan-persiapan operasionalnya maka baru pada tanggal 11 Januari
1993, PT. BPR-Pijer Podi Kekelengen memulai operasionalnya kepada publik.
Pada awal berdirinya perusahaan ini hanya memiliki modal dasar sebesar Rp. 78 juta dimana
hanya Rp. 28 juta dalam bentuk uang tunai. Hingga Mei 2010, modal perusahaan mencapai Rp.
1,5 milyar dengan total aset sebesar Rp. 33,15 milyar.
Wilayah Operasional
Kantor Pusat
Jl. Jamin Ginting Km.45 Sukamakmur
Kecamatan Sibolangit Kab. Deli Serdang
Telp. 0628-97266
Kantor Cabang Berastagi
Jl. Veteran No. 156 Kab. Karo
Telp. 0628-91965
Kantor Cabang Hamparan Perak
Jl. Medan-Tanjung Pura Km. 31,5 Tandem Hilir
Kecamatan Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang
Telp. 061-8826075
Kantor Cabang Medan
Jl. Karet Raya No. 19-20 Kel. Pokok Mangga
Kec. Medan Tuntungan, Kota Medan
Telp. 061-8361980
4
SISTEM PROSEDUR PERKREDITAN DI
PT. BPR PIJER PODI KEKELENGEN
Berdasarkan
SURAT EDARAN
Direksi PT. BPR Pijer Podi Kekelengen
Nomor : 36-Pers/BPR-PPK/XII/2011
Tentang : Tata Kelola PT. BPR-Pijer Podi Kekelengen
Ditetapkan di Sukamakmur,
30 Desember 2011
Dewan Komisaris
Pdt. Agustinus Purba, S.Th
(Komisaris Utama)
Direksi
Pdt. B. T. Tarigan, M.M
(Direktur)
PROSEDUR PERKREDITAN
Prosedur Permohonan Kredit
1. Nasabah/Calon Nasabah mengajukan permohonan kredit kepada Account Officer (di
Team Pelayanan) atau petugas di front desk (di kantor) dengan mengisi Formulir
Permohonan Kredit (KTP harus ada).
2. Petugas di front desk meyerahkan Formulir Permohonan Kredit kepada Analisis Kredit.
5
3. Analisis Kredit melakukan interview terhadap Nasabah/Calon Nasabah dan meninjau
lokasi usaha dan tempat tinggal Nasabah/Calon Nasabah serta barang-barang yang
hendak dijadikan agunan oleh yang bersangkuta.
4. Analisis kredit meneliti kebenaran data yang disampaikan oleh Nasabah/Calon Nasabah
dan menggali seluruh informasi yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan bagi
pejabat yang berwenang dalam memutus kredit. Penggalian informasi juga dilakukan
dengan meminta Staff Administrasi dan Pelaporan untuk meneliti track record yang
bersangkutan melalui SID.
5. Analisis kredit membuat resume atas point no. 3 dan 4 sebagaimana tersebut di atas dan
mengajukannya kepada komite kredit.
6. Komite kredit meneliti kelayakan permohonan kredit yang diajukan tersebut dan
memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada pemutus kredit.
7. Pemutus kredit (Direktur Kredit di Kantor Pusat atau Pemimpin Cabang di Kantor
Cabang) membuat keputusan atas permohonan kredit paling lambat 24 jam setelah
Komite Kredit menyampaikan rekomendasi/pertimbangannya.
8. Staff Administrasi Kredit membuat Surat Informasi Keputusan Kredit atas Permohnan
yang diajukan Nasabah/Calon Nasabah dan menyampaikannya kepada yang
bersangkutan.
9. Bila Nasabah/Calon Nasabah setuju dengan keputusan sesuia dengan yang tertera dalam
Surat Informasi Keputusan Kredit maka yang bersangkutan diharapkan secepatnya
melapor ke Kantor PT. BPR Pijer Podi Kekelengen untuk melengkapi persyaratan-
persyaratan dan mengisi formulir-formulir yang diperlukan serta voucher realisasi kredit.
10. Staff Administrasi Kredit mengumpulkan seluruh formulir, bukti agunan, dan voucher
realisasi kredit ke dalam satu berkas (map).
11. Berdasarkan berkas yang telah lengkap tersebut, Staff Perkreditan memasukkan data
nasabah yang bersangkutan ke dalam system Microtech.
12. Staff Administrasi Kredit menyerahkan voucher realisasi kredit kepada nasabah untuk
diberikan kepada Teller.
13. Teller melakukan verifikasi kebenaran angka yang tertera dalam voucher realisasi kredit
dan mencatatkan transaksi realisasi kredit tersebut ke dalam program Microtech.
14. Staff Administrasi dan Pelaporan memvalidasi transaksi tersebut.
6
15. Teller memberikan uang dan voucher kepada nasabah.
16. Staff Administrasi Kredit menyimpan berkas kredit nasabah ke dalam ruang khasanah.
Prosedur Penyetoran Angsuran Kredit
1. Nasabah datang ke front desk dan menyatakan niatnya untuk menyetor angsuran kredit.
2. Petugas di front desk (customer service/staff perkreditan) memberikan voucher
penyetoran angsuran kredit kepada nasabah.
3. Nasabah mengisi voucher penyetoran angsuran kredit dengan lengkap.
4. Petugas di front desk memeriksa kelengkapan pengisian voucher angsuran kredit
membandingkannya dengan data rekening nasabah pada program Microtech.
5. Setelah semua lengkap, petugas di front desk mempersilahkan nasabah untuk melakukan
penyetoran angsuran kredit di counter Teller.
6. Teller menerima dan menghitung kesesuaian serta keabsahan uang setoran nasabah dan
mencatatkan transaksi penyetoran angsuran kredit tersebut ke dalam sistem Microtech.
7. Staff Administrasi dan Pelaporan memverifikasi dan memvalidasi transaksi tersebut.
8. Teller memberikan voucher penyetoran kredit kepada nasabah.
Prosedur Penyetoran Angsuran Kredit Antar Kantor
1. Nasabah datang ke front desk atau kepada Collection Officer dan menyatakan niatnya
untuk menyetor angsuran kredit.
2. Petugas di front desk (customer service/staff tabungan) memberikan Voucher penyetoran
angsuran kredit kepada nasabah.
3. Nasabah mengisi voucher penyetoran angsuran kredit dengan lengkap.
4. Petugas memeriksa kelengkapan pengisian voucher dan meminta pengecekan nomor
rekening nasabah di kantor yang dituju melalui komunikasi antar kantor untuk
memastikan pembayaran pokok dan bungan pinjaman yang seharusnya dibayar nasabah.
7
5. Setelah dipastikan kelengkapan dan kebenarannya, petugas di front desk mempersilahkan
nasabah untuk melakukan penyetoran angsuran kredit di counter Teller.
6. Teller menerima dan menghitung kesesuaian serta keabsahan uang nasabah dan
mencatatkan transaksi penyetoran angsuran kredit pada aplikasi Microtech dan
membukukan sebagai Kas Masuk pada Antar Kantor yang dituju.
7. Staff Administrasi pada Pelaporan memverifikasi dan memvalidasi transaksi tersebut.
8. Teller menyerahkan hasil validasi voucher storan angsuran kredit ke nasabah. Teller
melakukan komunikasi Antar Kantor bahwa transaksi tersebut telah dilakukan.
9. Teller membuat fotocopy voucher setoran nasabah yang telah divalidasi dan fotocopy
voucher dikirim ke kantor tujuan.
10. Teller dan Staff Administrasi Kantor yang dituju membuat transaski overbooking setoran
angsuran kredit melalui Anatr Kantor yang dituju dan memvalidasinya.
8
ANALISIS DAN TINJAUAN TEORITIS
Pengertian BPR
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersa makan dengan itu dan menyalurkan
dana sebagai usaha BPR.
Pengertian Kredit
Kata kredit adalah berasal dari bahasa latin, yaitu kata “credere” yang artinya
“kepercayaan”sehingga seseorang yang mendapat kredit adalah orang yang menerima
kepercayaan dari pihak yang memberikan kepercayaan tersebut (creditor), tentunya setelah
dilakukan penilaian atas kemampuan dan nilai baiknya.
Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemiliki kepada
pemakai dengan harapan memperoleh keuntungan. Kredit diberikan berdasarkan kepercayaan
orang lain yang memberikannya terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam.
Kredit menurut Undang-undang Perbakan No.10 Tahun 1998 mendefinisikan pengertian kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.
(Thomas Suyatno, dkk, 1999:153)
Fungsi Kredit
Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para
pengusaha dibidang permodalan, sehingga para measyarakat bisa mendirikan suatu usaha.
Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
9
Sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional
Meningkatkan utility suatu barang
Sebagai alat stabilitas ekonomi
Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan
Tujuan Kredit
Profitability
bahwa didalam menjalankan usaha selalu berpedoman memperoleh laba atau keuntungan
Safety
bahwa keamanan, fasilitas yang diberikan benar-benar terjamin hingga tujuan
profitability tercapai tanpa hambatan yang berarti.
Jenis-Jenis Kredit
Kredit menurut cara penarikannya :
Pinjaman rekening koran (R/K) adalah pinjaman yang diberikan bank kepada nasabah
sesuai dengan kebutuhannya. Dengan pinjaman kredit ini dihitung dari bagian yang
benar-benar telah ditariknya atau sudah diambil.
Pinjaman persekot adalah pinjaman yang penarikannya dilakuakn sekaligus pada saat
realisasi dan pelunasan angsuran dilakukan secara bulanan yang besarnya telah
ditetapkan menurut cara perhitungan tersebut.
Kredit berdasarkan ciri dan tujuannya :
Kredit Modal Kerja
kredit jangka pendek yang diberikan suatu bank kepada perusahaan untuk
membiayai kebutuhan modal kerjanya.
Kredit Investasi
fasilitas kredit yang diberikan untuk membantu pembiayaan pemohon dalam
memperoleh barang modal selain tanah yang tercermin dalam aktiva perusahaan.
Kredit Perdagangan
10
kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang
perdagangan.
Kredit Konsumtif
kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan konsumtif yang diperlukan
pemohon dan sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari penghasilan
atau gaji pemohon.
Kredit Produktif
kredit yang diberikan untuk tujuan memperlancar jalannya proses produksi.
Kredit Transaksi Khusus
kredit yang hanya sekali pakai yang disetujui untuk suatu tujuan atau beberapa
tujuan tertentu.
Pengelompokan kredit berdasarkan cara pelunasannya :
Kredit dengan angsuran tetap merupakan kredit-kredit yang tergolong bagi konsumtif,
yang dalam angsuran tetap tersebut telah dimsukkan angsuran untuk pokok dan bunga.
Kredit dengan plafon tetap pada umumnya ditujukan untuk kredit modal kerja yang
berjangka waktu pendek, misalnya 1 tahun.
Kredit dengan plafon menurun secara periodik pada umumnya ditujukan untuk kredit-
kredit jangka panjang.
Pengelompokan kredit berdasarkan jangka waktu :
Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur dengan jangka
waktu lebih dari tiga bulan.
Kredit jangka pendek yaitu kredit yang diberikan kepada calon debitur dengan jangka
waktu paling lama satu tahun.
Kredit jangka menengah adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk jangka waktu lebih
satu tahun, namun kurang atau sama dengan tiga tahun.
11
Analisis Penyaluran Kredit
Analisis prinsip 5C dalam pemberian kredit sebagai berikut :
1. Character (watak)
Penilaian character nasabah merupakan masalah yang cukup komplek karena
berkaitan dengan watak dan perilaku seseorang baik secara individu maupun
dalam komunitas atau lingkungan usahanya.
2. Capacity (kemampuan)
Kemampuan peminjam dalam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian
memperoleh laba sesuai yang diperkirakan
3. Capital (modal)
Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang
memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya.
4. Collateral (jaminan)
Untuk mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan dapat menutup resiko
kegagalan pengembalian kewajiban debitur.
5. Condition Of Economic
Faktor kondisi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi usaha calon debitur
terutama dalam kondisi persaingan bisnis yang sangat pesat.
Unsur-Unsur Kredit
Beberapa unsur pokok yang terkandung dalam pengertian kredit (Usman, 2001:283), yaitu :
a. Prestasi
Berupa nilai ekonomi atau barang ataupun uang yang diserahkan oleh pihak kepada pihak
lain dan harus dikembalikan atau dilunasi sesuai jangka waktu yang telah disepakati.
b. Kepercayaan
12
Berkaitan dengan kepercayaan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan tersebut
benar-benar akan diterima kembali dimasa yang akan datang sebagaimana yang telah
disepakati atau ditetapkan bersama.
c. Waktu
Antara pemberian kredit dan pengambilan atau pelunasan dibatasi oleh suatu masa atau
jangka waktu tertentu yang disepakati bersama.
d. Resiko
Merupakan akibat-akibat yang mungkin dalam masa kredit digunakan, mulai saat
pemberian kredit sampai saat kredit dilunasi atau dikembalikan.
Dari beberapa referensi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kredit merupakan kegiatan pinjam
meminjam sesuatu baik berupa uang. Kredit merupakan kemampuan untuk menyediakan uang
atau barang untuk dipinjamkan kepada pihak lain yang membutuhkan dana dengan pembayaran
pada masa yang akan datang. Berdasarkan kepastian dan kesepakatan kedua belah pihak dalam
pemberian kredit tentunya bank selaku kreditur tidak luput dari suatu resiko yang tinggi maka
dalam pemberian kredit memerlukan analisis penyaluran kredit sesuai dengan ketentuan yang
ada, lebih berhati-hati, teliti dan selektif serta memerlukan pengawasan yang sedemikian rupa
sehingga kredit bisa berjalan dengan lancar.
Prinsip 7P
1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku dari calon debitur yang akan
digunakan sebagai dasar pemberian kredit.
2. Party adalah mengklarifikasikan nasabah berdasarkan golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, karakter dan loyalitasnya dimana tiap golongan memperoleh fasilitas
yang berbeda dari bank.
3. Purpose adalah tujuan dari penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah untuk kegiatan
produkti dan konsumtif.
4. Prospect adalah prospek usaha tersebut dimasa depan, apakah menguntungkan atau
merugikan.
13
5. Payment adalah bagaimana pembayaran kembali akan dilakukan asas ini dilakukan untuk
mengetahui kelancaran pengambilan kredit.
6. Profitability adalah untuk menganalisa bagaimana usaha nasabah dalam memperoleh
laba.
7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan memperoleh perlindungan.
Prinsip 3R
1. Return adalah sebagai penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur
setelah memperoleh kredit.
2. Repayment adalah perhitungan kemampuan, jadwal dan jangka waktu pembayaran kredit
oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
3. Risk Bearing Ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon
debitur untuk menghadapi resiko, apakah resikonya besar atau kecil.
Pengelompokan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Pengelompokan kredit berdasarkan sektor ekonomi dilakukan untuk kepentingan perencanaan
ekspansi secara sektoral. Bank Indonesia dalam laporan bulanan mengelompokkan kredit
berdasarkan sektor ekonomi antara lain:
1. Kredit sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian
2. Kredit sektor pembangunan
3. Kredit perindustrian
4. Kredit sektor ekonomi listrik, gas dan air
5. Kredit sektor ekonomi kontruksi
6. Kredit sektor ekonomi perdagangan, restoran dan hotel
7. Kredit sektor ekonomi pengangkutan, pergudangan dan komunikasi
14
Kendala-kendala yang dihadapi BPR Pijer Podi Kekelengen
Kendala yang sering dihadapi oleh BPR Pijer Podi Kekelengen adalah kredit macet atau nasabah
melanggar perjanjian kredit yang sudah disepakati ketika akad kredit.
Kriteria kredit macet
Pengikaran terhadap isi perjanjian kredit.
Non perfoming loan, kredit tersebut dapat dikategorikan kurang lancar, diraukan,atau
macet.
Penyebab terjadinya kredit macet
Penyebab terjadinya kredit bermasalah dapat muncul dari beberapa factor:
Kesalahan Bank.
Kesalahan Debitur
Faktor Eksternal seperti kondisi perekonomian, dan persaingan perbankan yang cukup
ketat.
Kerugian yang diakibatkan kredit bermasalah.
Solusi penangan kredit macet yang dilakukan oleh BPR Pijer Podi Kekelengen
Setelah dilakukan analisis dan hasil analisis menunjukkan adanya gejala kredit bermasalah, maka
BPR Pijer Podi Kekelengen akan mengambil solusi atau penyelesaian agar kredit tersebut tidak
menjadi kredit yang bermasalah. Solusi yang diambil oleh BPR Pijer Podi Kekelengen adalah:
Memeriksa seluruh file kredit dan memperhatikan yang berkaitan dengan aspek yuridis,
nilai agunan serta kelemahan-kelemahan yang tampak.
Membuat rencana penanganan dan membicarakannya dengan debitur serta menjalin kerja
sama yang baik dengan debitur.
Menyusun pola penanganan dan membicarakannya dengan debitur serta meminta
persetujuan debitur.
15
Jenis penanganan yang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan dari berbagai hal.
Jenis-jenis solusi yang diberikan oleh BPR Pijer Podi Kekelengen
Penyelematan
Mengatur kembali jadwal angsuran, merubah jumlah angsuran serta memperpanjang
jangka waktu kredit.
Penyelesaian
Mengakhiri hubungan debitur dengan bank dengan cara menjual asset perusahaan atau
menjual perusahaan. Kegiatan penyelesaian ini dapat dilakukan dengan dua cara, dengan
sukarela atau paksaan secara hukum.
Menghapus Kredit
Apabila kredit menjadi macet dan menurut pertimbangan bank sudah sulit untuk
melakukan proses penagihan maka kredit akan dihapuskan atau dihapus bukukan.
Penghapusan kredit harus disertai keputusan dewan komisaris.
Pengambilalihan Agunan
Ini merupakan upaya bank untuk menyelesaikan kredit, ini bersifat sementara dan bank
wajib segera menjual agunan tersebut untuk membayar kembali kewajiban kreditur.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Koordinasi dalam melengkapi permohonan kredit antara bagian informasi dan petugas lapangan
kadangkala tidak sama, sehingga berpengaruh pada saat nasabah melengkapi berkas-berkas pada
saat proses pengajuan kredit.
Saran
Adanya kesinambungan informasi antara bagian informasi dan petugas lapang, sehingga
informasi yang dberikan kepada nasabah benar dan menghindari kesalahpahaman antara pihak
bank dan pihak nasabah.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Pandu, Drs Suharto. 1988. Sejarah Pendirian Bank Perkreditan Rakyat. Jakarta: Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia
Pandu, Drs Suharto. 1991. Peran Masalah dan Prospek Bank Perkreditan Rakyat. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia
Pudjo, Mulyono Teguh. 1987. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPFE
Suhardjono. 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah. Yogyakarta: UPP
STIE, Perbanas. 1991. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
http://aamkoplak.blogspot.com
http://gbkp.net
18