Proses Penyembuhan Luka

Embed Size (px)

Citation preview

Proses Penyembuhan Lukaoleh : sahabat Tags: luka bakar, mengobati luka bakar, Proses Penyembuhan

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan respons vaskular, aktivitas seluler dan substansi mediator di daerah luka. Setiap proses penyembuhan luka akan melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta tergantung pada jenis dan derajat luka. Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau fase yaitu: 1. Fase inflamasi Fase ini terjadi sejak terjadinya luka hingga sekitar hari kelima. Dalam fase inflamasi terjadi respons vaskular dan seluler yang terjadi akibat luka atau cedera pada jaringan yang bertujuan untuk menghentikan perdarahan dan membersihkan daerah luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri. Pada awal fase inflamasi, terputusnya pembuluh darah akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha untuk menghentikannya (hemostasis), dimana dalam proses ini terjadi:y y y

Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi) Agregasi (perlengketan) platelet/trombosit dan pembentukan jala-jala fibrin Aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah

Proses tersebut berlangsung beberapa menit dan kemudian diikuti dengan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) setempat yang menyebabkan edema (pembengkakan). Selain itu juga terjadi rangsangan terhadap ujung saraf sensorik pada daerah luka. Sehingga pada fase ini dapat ditemukan tanda-tanda inflamasi atau peradangan seperti kemerahan, teraba hangat, edema, dan nyeri. Aktivitas seluler yang terjadi berupa pergerakan sel leukosit (sel darah putih) ke lokasi luka dan penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh leukosit. 2. Fase proliferasi Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, yang berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai sekitar akhir minggu ketiga. Pada fase ini, sel fibroblas berproliferasi (memperbanyak diri). Fibroblas menghasilkan mukopolisakarida, asam amino dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen yang akan mempertautkan tepi luka. Fase ini dipengaruhi oleh substansi yang disebut growth factor. Pada fase ini terjadi proses:

y

y

Angiogenesis, yaitu proses pembentukan kapiler baru untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka. Angiogenesis distimulasi oleh suatu growth factor yaitu TNF-alpha2 (Tumor Necrosis Factor-alpha2). Granulasi, yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler pada dasar luka dengan permukaan yang berbenjol halus (jaringan granulasi). Kontraksi

y

Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka. Proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGFbeta (Transforming Growth Factor-beta).y

Re-epitelisasi

Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel baru pada permukaan luka. Selsel epitel bermigrasi dari tepi luka mengisi permukaan luka. EGF (Epidermal Growth Factor) berperan utama dalam proses ini. 3. Fase maturasi atau remodelling Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung berbulan-bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan yang lebih kuat dan berkualitas. Pembentukan kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi menjadi kolagen yang lebih matang. Pada fase ini terjadi penyerapan kembali sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru serta pemecahan kolagen yang berlebih. Selama proses ini jaringan parut yang semula kemerahan dan tebal akan berubah menjadi jaringan parut yang pucat dan tipis. Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal pada luka. Selain pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecah. Kolagen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka tidak akan menutup dengan sempurna. Referensi: 1. Sjamsuhidajat R. Luka, trauma, syok dan bencana. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong W, ed. Buku Ajar ilmu Bedah. Edisi 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC 1997: 72-3. 2. Keast D, Orsted H. The Basic Principles of Wound Healing. http://www.pilonidal.org/pdfs/Principles-of-Wound-Healing.pdf