13
PROSIDING SEMINAR NASIONAT SASTRA DAN BUDAYA III MENGKAII SASTRA DAN BUDAYA MEMBANGUN DEMOKRASI YANG SEHAT DENPASA& 28 - 29 NTARET ?OLB EAKIJUTAS ILMU BUDAYA,,,, UNIVERSITAS UDAYANA " 20TB

PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

PROSIDINGSEMINAR NASIONAT SASTRA DAN BUDAYA III

MENGKAII SASTRA DAN BUDAYAMEMBANGUN DEMOKRASI YANG SEHAT

DENPASA& 28 - 29 NTARET ?OLB

EAKIJUTAS ILMU BUDAYA,,,,

UNIVERSITAS UDAYANA "

20TB

Page 2: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

SMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan

Yang Maha Esa karena atas osung kerta wara nugraha-Nya maka Buku Kumpulan

Abstrak untuk SeminarNasional Sastra dan Budaya III (SNSB III) yang mengusung

tema 'Mengkaji Sastra dan Budaya Membangun Demokrasi yang Sehat' dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Tema ini menjadi sangat penting karena kita

dapat memahami hubungan yang sangat erat arfiara Sastra dan Budaya sehingga

Sastra dan Budaya. merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan. Melalui karya

sastra yang penulisnya memiliki latar belakang budaya berbeda akan mampu

memperindah karya-karya sastra yang dihasilkan baik kebutuhan sebagai bahan ajar

maupun untuk dihayati.

Fakultas Ilmu Budaya, UniVi:rsitas Udayana mengembangkan ilmu-ilmu

Sastra dan Budaya. Dengan mengungkap hasil karya sastra yang berisikan

kandungan budaya diharapkan dapatmembangun karakter masyarakat dan bangsa

Indonesia dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dapat terwujud

dengan baik. SNSB III dilaksanakan untuk mendiskusikan dan menginterpretasikan

hu6ungan yang begitu eratarfiarasastra dan Budaya sehingga muncul pemahaman,

dan apresiasi terhadap keanekaragaman dan persamaan budaya untuk mewujudkan

multikulturalisme. Multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui dan

mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individu maupun

budaya. Perbedaan dan persamaan Sastra dan Budaya dipandang sebagai landasan

dalam multikulturalisme, yaitu peradaban manusia melalui rentang waktu dan

tempat untuk ikut berkontribusi dalam membangun demokrasi yang sehat.

Berkaitan dengan hal ini, perlu diperhatikan hubungan Sastra dan Budaya untuk

pendidikan multikulturalisme yang terdiri atas:

1. Menginterpretasikan perbedaan Sastra dan budaya berdasarkan persam&m;

2. Membuat hubungan dan perb4ndingan secara lintas budaya (uoss Cultural

Connections and Comparis ons),'

3. Menunjukkan konteksnya; dan

4. Menyeimbangkan antara konteks (ecologt) dan komparasi (uoss-culture)

dalam Sastra dan Budaya.

Melalui kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

lll

Page 3: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

l. Para Koordinator Program Studi di lingkungarrFakultas Ilmu Budaya,

Universitas Udayana atas kerjasamayangbaik sehingga SNSB III bisa

dilaksanakan secara berkesinambungan.

2. Bapak Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum., dari Universitas Negeri

Yogyakarta sebagai pembicara kunci, pemakalah utama, dan para

pemakalah pendamping lainnya yang terdiri atas dosen bahasa,

pengamat sastra, budayawan, dll.

3. Peserta SNSB III, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana yang

terdiri atas, peneliti dan/atau dosen bahasa, sastra, dan budaya, guru,

mahasiswa, pekerja dan pengamat media, sastra dan budaya, yalg

terlalu panjang bila disebutkan semuanya.

4. Panitia SNSB III Fakultas Ilmu Qtidaya, Universitas Udayana yang telah

bekerja keras mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan

penyelengg ar aan seminar ini dengan sebaik-b aiknya.

Semoga SNSB III yang diselenggarakan atas kerjasama semua Program

Studi di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dapat memberikan

pencerahan tentang hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara Sastra dan

Budaya, dan diharapkan bermuara pada penyatuan Visi Fakultas Ilmu Budaya,

Unud yaifi, memiliki keunggulan dan kemandirian dalam bidnng pendidikan,

penelitian, dun pengabdian kepada masyarakat dengan aplikasi keilmuan yang

berlandas kan keb udayaan.

Melalui kesempatan ini sekali lagi kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran

pelaksanaan SNSB III, dengan harapan semoga Tuhan YME memberikan imbalan

yang setimpal dengan pengorbanan Bapak/Ibu sekalian. Kami juga tidak lupa

mohon maaf apabrla ada hal-hal yang kurang berkenan dan semoga Buku ini

bermanfaat untuk kita semua.

Fakultas Ilmu BudayaUniversitas UdayanaDekan,

Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.

IV

Page 4: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............i

KATA PENGANTAR-.......... .................ii

SAMBUTAi\ .......iii

DAFTAR ISI............ .................. .............. v

PEMAKALAH KUNCI

MENGKAJI SASTRA DAN BUDAYA MEMBANGUN DEMOKRASI YANG SEHAT

Suwardi Endraswara............... .................. 1

PEMAKALAH UTAMA':i

MEMAKNAI DEMOKRASI SPIRITUAL DAI,AM TAHUN POLITIK 2OI8............ 22

I Ketut Ardhana

PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN DALAM SASTRA TUTUR BAGAWANKAMANDAKA: ANALISIS PERCAKAPAN......... .................37

I Nyoman Suarka

PEMAKALAH PENDAMPING

PRAKTEK SEJARAH LISAN SEBAGAI PENGALAMAN PRIBADI .....,,,........,,,... 47

Anak Agung Inten Asmariati

PUBLIC STIGMA DAN SELF STIGMA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA..53Bambang Dharwiyanto Putro

BUDAYA DUAN LOLATDI TENGAH ARUS JAMAN IBU KOTA JAKARTA ......63

Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo

RENDAH HATI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL ORANG BALI MELALUIPUPUH ...............7rI Gede Budiasa

KESEMESTAAN BAE{ASA: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK ....................78

I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa

MULTIKULTURAL DALAM MEDIA KAMPANYE CAGUB BALI KAJIANWACANA ...........84

I Gusti Ngurah Parthama, Ni Luh Kade Yuliani Giri

Page 5: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

MAKNA BAHASA FIGURATIF PADA LIRIK LAGU KISS FROM A ROSE OLEH

SEAL........ ...........90

I Gusti Ayu Agung Nila WijaYanti

BAHASA KIAS DAN PENGGUNAANNYA DALAM TUTURAN RESMI......,.......95

I Ketut Darma Laksana

RESI WISWAMITRA MENGUJI KEBIJAKAN SANG DASARARTHA SEBAGAI

PEMTMPIN .......103

I Ketut Jirnaya

KALIMAT DIREKTIF DALAM KARANGAN ILMIAH SISWA SMA SURYA

WISATA KEDIRI, KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TA8ANAN................ 1 1 II Ketut Nama

IKONISITAS SEKSUAL DALAM KUMPULAN CERPEN CALONARANG KARYA:,,

MADE SUARSA .r{..i............ ................118

I Ketut Ngurah Sulibra, I Nyoman Duana Sutika, Luh Putu Puspawati

BEBERAPA FENOMENA FONOLOGIS PADA TATARAN SINTAKSIS DI

DALAM BAHASA BALI .................... 128

I Made Madia

..BERAGAM" DAN "SERAGAM" DALAM CERPEN MEONG-MEONG KARYAMADE SANGGRA ............ 141

I Made Suarsa

KURSI PEMILUJ SASTRA DAN BUDAYA DEMOKRASI PRA REFORMASI..... 148

I Nyoman Suaka

ESTETIKA SEBAGAI YOGA SANG KAWI DALAM KAKAWIN SUTASOMA..I'7I Nyoman Sukarttra

KEKOHESIFAN DALAM WACANA NARATIF BAHASA MELAYU BALI........ 164

I Nyoman Suparwa

WACANA ..KERAJAAN MAJAPAHIT BALI,,: DINAMIKA PURI DALAMPUSARAN POLITIK IDENTITAS KONTEMPORER....... ....172

I Putu Gede Suwitha

MAKNA KOLOFON GEGURITAN WIRA CARITA,PUPUTAN MARGAMNA....... 180

I Wayan Cika

GANESHA: DEWA BERKEPALA GAJAH, SEBUAH TARINGNYA PATAH...... 187

I Wayan Redig, Kadek Dedy Prawirajaya R

vi

Page 6: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

EKSI STENS I UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN "S O S TAL MASYARAKAT

BALI........ ..........195

I Wayan Srijaya dan Kadek Dedy Prawirajaya R

BUDAYA DEMOKRASI DALAM SENI MAGEGITAN INTERAKTIF DI RADIODAN TV............ ..................204

I Wayan Suardiana

WACANA PULUNG (JABATANDALAM KONTEKS PEMILIHAN PEMIMPINBERKARISMA......... ..........211

I Wayan Suwena

PENGGLINAAN BAHASA DI RUANG PUBLIK: KAJIAN PEMAKAIAN BAHASADI KAWASA}{ HERITAGE KOTA DENPASAR.............. .....217

I Wayan Teguh, I Wayan Simpen

DINAMIKA PENGGUNAAN RAGAM BAHASA DIALEK JAWA BARAT:ANTARA POLITIK DAN DEMOKRASI ............. ..................224

Juanda

PENGARUH PILKADA SERENTAK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYABERDEMOKRASI DI INDONESIA: REFLEKSI KASUS PILKADA DI BALI.......229Ketut Darmana

NILAI DEMOKRASI DALAM CERPEN "SUKRENI DI LOVINA" KARYA I.B.WWIDIASA KENITEN .......,.238

Ketut Yarsama

KEINDAHAN YANG TERPANTUL DALAM KIDUNG TANTN RAGA WINASA

Komang Paramarth4 I Nyoman Sukartha

GEGURITAN ARIUNA WIWAHA: ANALISIS STRUKTUR DAN KARAKTERTOKOHNYA ....257

Luh Putu Puspawati, Made Suastika

MEMORI BUDAYA DAN PENULISAN KARYA SASTRA DALAMPEMBERDAYAAN BAHASA IBU ....,..... ....,......,264

Maria Matilidis Banda

TUTURAN BERSIPUNG SUKU PASER PEMATANG KABUPATEN PASER

KALIMANTAN TIMUR DITINJAU DARI ASPEK PUISI LA]VIA DAN NILAIBUDAYA ..........271

Mursalim

vu

Page 7: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

MEMORI BUDAYA DAN PENULISAN KARYA SASTRA DALAM

PEMBERDAYAAN BAHASA IBU

Oleh

Maria Matilidis Banda

FIB Unud

E-mail : mbanda1 7 4@ gmail. com

Abstrak

Pemberdayaan bahasa ibu berkaitan dengan sikap bahasa. Bahasa bukan hanyasebuah sistem tanda tetapi juga sebagai penampakan hakikat "ada" pada manusia(Gadamer). Hakikat "ada" tampak dalam bahasa sebagai bagian dari pikiran,perasaan, perkataan, dan perbuatan. Bahasa sebagai kehidupan itu sendiri dengan

segenap pemahaman dan penghayatan.Tujuan penulisan makalah ini untuk mendapatkan pemahaman tentang

memori budaya dan penulisankaryasastra dalam pemberdayaan hakikat "ada" pada

manusia dalam bahasatulis maupun lisan. Memori budaya (Liliweri, 2005) adalahsebuah sistem dalam diri manusia (cultural memory system) yang memilikikemampuan menyimpan dan mentransmisikan.

Metode yang digunakan adalah metode desktiptif analitik dengan pemahaman

teori fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat untuk bekerja sama dalamsuatu kelompok sosial (Simpen, 2011). Hasilnya menjelaskan bahwa kosa kata dandiksi yang termuat dalam memori budaya adalah bagian integral dalam penulisankarya sastra pragmatik yang penting untuk pemberdayaan bahasa ibu.

Kata Kunci: Memori Budaya, Penulisan Karya Sastra, dan Pemberdayaan Bahasa.

I. Pendahuluan

Makalah ini ditulis setelah mengikuti Internqtional Conference on Local

Language (ICLL) I yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas

Udayana bekerja sama dengan Asosiasi Pemerhati Bahasa Lokal (APBL), 23 - 24

Februari 2018. ICLL diselenggarakan dengan tema "empowerment and

preservation of local language "(pemberdayaan dan pelestarian bahasa lokal).

Tema tersebut mengisyaratkan pentingnya pemberdayaan dan pelestarian

bahasa lokal dan (bahasa ibu) yang disinyalir mengalami "ancaman kepunahan"

dari aspek ekstemal dan intemal. Pertumbuhan ekonomi, pasar bebas, dan

perkembangan teknologi komunikasi secara eksternal mengancam keberadaan

bahasa ibu. Sementara itu keberadaan bahasa ibu secara internal belum (atau tidak)

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIIDenpasar, 28 -29 Maret 2018

264

Page 8: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIIDenpasar, 28 -29 Maret 2018

265

dapat menyaingi derasnya arus pertumbuhan teknologi komunikasi. Kedua aspek

ini berpengaruh pada menurunnya tingkat penguasaan dan penggunaan

(pemberdayaan) bahasa ibu, terutamapada anak-anak dan generasi muda (Purnama,

201 8).

Pemberdayaan bahasa ibu berkaitan dengan sikap bahasa yaitu posisi mental

terhadap bahasa sendiri atau bahasa yarug lain (Kridalaksana, 2001197). Sikap

mental - salah satunya- berhubungan dengan memori budaya dan fungsi bahasa

dalam komunikasi lisan maupun tertulis. Tingkat penguasaan kosa kata bahasa ibu

yang ada dalam memori seorang anak hanya 2A%o misalnya, jika tidak digunakan,

maka selanjuhya berkurang dan cenderung menjadi hilang. Akan tetapi apabila

kosa kata dalam memori digunakan r.:u:u aktif, jumlah kosa kata dalam memori

akan cenderung bertambah secara jernih,"alitit dan kreatif.

Makalah ini akan menjelaskan bagaimana memori budaya dan penulisan karya

sastra berkaitan dengan pemberdayaan bahasa. Tujuannya untuk mendapatkan

gambaran tentang memori budaya serta pemberdayaan bahasa ibu dalam penulisan

karya sastra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Teorinya

adalah teori fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat untuk bekerja sama

dalam suatu kelompok sosial (Simpen, 2011:7).

II. Pembahasan

Memori Budaya dan Penulisan Karya Sastra

Teks tentang bahasa ibu mesti direncanakan untuk menjadi bagian dari

proses belajar dan proses komunikasi. Sebagaimana dijelaskan oleh I Putu Sutama

(2018) dalam satu teks pelajaran bahasa pada level yang sama di tingkat Sekolah

Dasar, masing-masing kosa kata untuk Bahasa Bali (bahasa ibu) 300, Bahasa

Indonesia 1.500, dan Bahasa Inggris 2.500. Kondisi ini menjelaskan bahwa pada

level-level berikutnya bahasa ibu kurang memiliki ruang untuk bertumbuh sebab

posisinya "kalah bersaing" dangan bahasa lain.

Berkurangnya dan bahkan kepunahan kosa kata dapat terjadi lebih cepat jika

rangsangan dari luar (aspek eksternal) lebih memiliki kekuatan untuk memberi

pengaruh. Dengan demikian langkah-langkah praktis dan akademis mesti dilakukan

Page 9: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

266 Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIIDenpasar, 28 - 29 Maret 2018

agar memori tentang kosa kata (klausa, frase, dan kalimat) bahasa ibu tetap

tersimpan, bertambah, dan diberdayakan.

Manusia adalah pemberdaya kata yang hebat dalam memori dan dalam

kreasi. Sastrawan yang menulis dengan bahasa ibu memiliki peluang lebih besar

dalam menyimpan memori secara tertulis dan peluang untuk mentransmisikan

secara lisan. Artinya, bahasa itu hidup kalau digunakan secara aktif dan terekam

secara pasti dalam memory budaya seseorang dengan kepastian transmisi (Banda,

2018).

Memori budaya adalah sebuah sistem dalam diri manusia(cultural memory

system) yang memiliki kemampuan menyimpan dan mentransmisikan. Sistem

tersebut berguna untuk mengelaborasi rangsangan (termasuk pola dan prilaku

budaya) dari luar melalui pola-pola bud4ya. (Liliweri, 2005:374). Rangsangan

tersebut memiliki potensi menggerakkan dan membangkitkan imajinasi yang

dipelajari melalui pola-pola budaya tertentu dan diwujudkan dalam bentuk karya

sastra. I Gede Gita Purnama A.P (2018) melakukannya melalui alih wahana cerita

rakyat Bali ke dalam cerita bergambar (komik) Bali. Sebuah upaya pemberdayaan

bahasa dimana rangsangan, gerakkan, dan imajinasi dalam kosa kata dan gambar

yang dihasilkan lahir dari memorinya akan bahasa dan cerita rakyat Bali.

Kemampuan membawa, menerima, dan menyimpan rangsangan dari cerita

rakyat dan bagaimana proses transmisinya menjadi cerita bergambar (komik)

dengan kosa kata dan diksi bahasa ibunya menjelaskan bagaimana efektifitas pola-

pola budaya ditransmisi (Liliweri, 2005:374). Proses transmisi (secara lisan

maupun tertulis) itu didukung oleh: 1) kerja samanya dengan Made Taro (penulis

cerita rakyat Bali) memberdayakan penggunaan unsur-unsur bahasa seperti kosa

kata, klausa, frase, dan kalimat secara aktif dalam teks sastra (cerita rakyat); 2)

Komunitas Dasa Studio yaitu seniman muda yang memiliki perhatian pada usaha-

usaha pengembangan dan pelestarian bahasa Bali (Purnama, 2018).

Penulisan karya sastra -termasuk. di dalamnya cerita rakyat bergambar

(komik)- adalah salah satu jalan yang ditempuh untuk itu. Dalam hal ini fungsi

bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai alat kerja sama

sebagaimana dijelaskan Simpen (2011) untuk memperkaya ke"ada"an manusia.

Fungsi dan hakikat bahasa bukan hanya sebagai sebuah sistem tanda tetapi juga

Page 10: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIIDenpasar, 28-29 Maret 2018

267

sebagai penampakan hakikat "ada" pada manusia (badamer, melalui Kaelan,

2017:210-2l l). "Ada" sebagai manusia artinya bahasa adalah bagian dari pikiran,

perasaan, perkataan, bahkan perbuatan.

"Ada" debagai manusia artinya bahasa adalah kehidupan sasfuawan (sebagai

penulis kreatif) dan memiliki potensi untuk menulis dalam bahasa ibu dengan

segenap pemahamannya tentang estetika sastra prosa (alur, latar, dan perwatakan

tokoh), diksi (pilihan \utu), dialog dan konflik (penggerak serta penguat alur dan

karakter), kosa kata, dilsi, dan lain-lain. Pemahaman tentang "ada" manusia dalam

bahasa penting baik dari sudut pandang sastra sebagai dokumen sosial budaya

(mimetik), pembaca (resepsi), karya(obyektif), maupunpengarang (ekspresif) yang

tersimpan dalam memori budaya dan ditransmisi melalui karya sastra.

,r"'*

Pemberdayaan Bahasa lbu

Pemahaman tentang bahasa sebagai hakikat dari "ada" manusia ini

berpangkal dari asal mula bahasayafigpertama adalahbahasa sebagai bahasa tutur

(lisan). Ada pun bahasatulis adalah sebagai yang datang kemudian demi efektivitas

dan kelestarian bahasa tutur (lisan). Oleh karena itu diwujudkannya bahasa menjadi

bahasa tulis terdapat berbagai kelemahan, antara lain bahasa terlepas dari konteks

peristiwa kebahasaannya, kehilang andayaekspresif sehingga bahasa akan menjadi

lemah (Kaelan, 2Afi:210). Kondisi ini mesti disadari oleh penulis karya sastra dan

pemerhati bahasa pada umumnya. Langkah-langkah strategis perlu diambil agar

daya ekspresif bahasa dapat dipertahankan dalam karya sastra, diapresiasi oleh

pembaca, dan selanjutnya pemertahanan bahasa dilakukan dengan

mengimplementasikanny a.

Pemertahanan bahasa ibu pada prinsipnya lebih mudah dilakukan apabila

tradisi sastranya diberdayakan. Karena bahasa ibu memiliki "daya tahan" tersendiri

yang disebut sistem formula (Lord, 1976: 34) yaitu unsur-unsur bahasa yang

tersedia (stock in trade), disiapkan untuk tersimpan dalam memori budaya dan

digunakan secara aktif.

Penulis melalui karya-karya sastra berupaya semaksimal mungkin untuk

mengungkapkan daya ekspresif dan pragmatik bahasa. Dengan demikian pembaca

dalam memahami karyasastra sebenarnya, terjadi pfoses pembacaan, pemahaman,

l

i

il

Page 11: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

268 Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIIDenpasar, 28 -29 Maret 2018

dan penghayatan makna karya sastra tersebut (Poespoprcjo, 1987:10 melalui

Kaelan, 2017:210). Penghayatan akan mempengaruhi proses implementasi dan

transmisi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis yang menjelaskan "ada" nya

manusia. Karenanya langah-langkah strategis dilakukan melalui penulisan karya

sasta yang -menurut Horace- indah (dulce) dan berguna (utile) dengan bahasa ibu

(bahasa lokal) sebagai media. Beberapa contoh di antalanya sebagai berikut.

1. Penulisan karya sastra modern (cerpen, puisi, novel, drama, d11) dalam

bahasa ibu seluruhnya. Misalnya kumpulan cerpen Gedeh Ombak Gedeh

Angin tahun 2007, Calon Arang tahun 2015, dar. Luh Luh tahttn 2016 (I

Made Suarsa); kumpulan puisi Pukeng Moe Lamalera (Bruno Dasion, )

dalam bahasa Lamaholot dan bahasa Indonesia.

2. Penulisan karya sastra modern (sastra'etnografi, sastra antropologi, sastra

ekologi, dll) dengan menggunakan kosa kata bahasa lokal sesuai latar.

Misalnya novel Liontin Sakura Patah tahun 2000 dengan latar daerah

Bajawa, Ngadha Flores dan Suara Samudra tahun 2017 denganlatar daerah

Lamalera Lembata (Maria Matildis Banda).

3. Penulisan cerita rakyat Bali dengan model alih wahana dari cerita rakyat ke

cerita bergambar (komik) yang dilakukan Purnama bersama Komunitas

Dasa Studio. Misalnyal Durma, Ni Ketimun Mss, I Lutung, danSiap Selem.

Ketiga contoh tersebut adalah sebagian kecil dari banyak hal yang sudah

dilakukan sebagai upaya pemberdayaan bahasa ibu (dan bahasa lokal lainnya).

Kosa kata, tradisi sastra, serta tradisi budaya pada umumnya mesti ada dan teqaga

dalam memori budaya, untuk diberdayakan melalui penulisan karya sastra.

II. Penutup

Demikianlah makalah "Memori budaya dan Penulisan Kreatif dalam

Perdayaan Bahasa lbu." Beberupa catalan penting yang dapat disimpulkan adalah

sebagai berikut.

Memori budaya ada dalam diri setiap manusia. Kosa kata dalam memori

budaya seseorang perlu diberdayakan karena pada prinsipnya bahasa bukan hanya

sebuah sistem tanda, tetapi juga sebagai penampakan hakikat "ada" pada manusia

(Gadamer). Tradisi sastra dan penulisan karyu sastra adalah ruang untuk

Page 12: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIII)enpasar, 28 -29 Maret 2018

269

penampakan "ada" dengan menggarisbawahi duyu lkspresif dan pragmatik bahasa.

Dengan demikian kosa kata yang tersimpan dalam memori budaya seseorang akan

bertambah dan tidak terlupakan (atau hilang) jika diimplementasikan secara

terstruktur dalam komunikasi lisan maupun tertulis.

Langkah-langkah praktis yang perlu dilakukan adalah penulisan karya

sastra dengan menggunakan bahasa ibu (atau bahasa lokal lainnya), kosa kata

bahasa lokal dalam karya sastra berbahasa Indonesia dengan latar tertentu.

Demikian pula alih wahana (misalnya dari cerita rakyat ke komik) dengan

memperhatikan perkembangan teknologi komunikasi dan kemampuan adaptif dari

bahasa dalam menghadapi tantangan eksternal maupun intemal.

DATTIR PUSTAKA

Banda, Maria Matildis. 2018. "Cultural Memory in Su'i Uvi Substainability atNgadha Flores," dalam Prosiding ICLL. Denpasar: FIB UniversitasUdayana.

Banda, Maria Matildis. 2017. "Wacana Kekuasaan dan Kebenaran dalam Puisi. Lisan Sa Ngaza." dalam Jurnal Mozaik Humaniora (Vol. 17 No. I Januari

- Juni 2017). Surabaya: Universtitas Airlangga.

Dillistone, F.W. 2002. The Power of Simbol. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas BudayaMasyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKIS (Lembaga Pengkajian Islamdan Sosial).

Lord, AlbertB.1976. The Singer of Tales. Harvard University Press.

Kaelan, M.S. 2017. Filsafat Bahasa Hakikat dan Realitas Bahasa.Yogyakarta:Penerbit Paradigma

Purnama, I Gede Gita. 2018. "Balinese Comics: an Effort to Sustain and Enforcethe Balinese Language among Children in Bali"dalam Prosiding ICLL.Denpasar: FIB Universitas Udayana.

Simpen, I Wayan. 2011. "Fungsi Bahasa dan Kekerasan Verbal dalam Masyarakat"Orasi

Ilmiah Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Sasha Unud.Denpasar:Unud.

Sutama,I Putu. 2018. "Sthrengthening and Developing Local Language Literation

Page 13: PROSIDING SEMINAR NASIONAT III

270 Seminar Nasional Sastra dan Budaya IIIDenpasar, 28 -29 Maret 2018

Through Local Content Curiculum of Primary S.t oot, Systemic-FunctionalLinguistic Perspective" dalam Prosiding ICLL. Denpasar: FIB UniversitasUdayana.

Wiyatmi, dkk.2016. Pendidikan Lingkungan Melalui Sastra.Yogyakarta: JurusanPBSI Fakultas Bahasa dan Seni LINS.

Dr. Dra. Maria Matildis Banda, M.S. Dosen Prodi Sasindo dan Program 52 dan 53Linguistik Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud. Penulis novel Suara SamudaraCatatan dari Lamalera (2017).