27
Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB International Convention Center Bogor, Indonesia Tema: Penguatan kemandirian melalui peningkatan kualitas penyelenggaraan penginderaan jauh untuk mendukung Pembangunan Nasional Prosiding ini berisi makalah-makalah yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Penginderaan Jauh yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional pada tanggal 21 April 2014 di IPB International Convention Center, Bogor, Indonesia. Prosiding dicetak pada Mei 2014 Dewan Penyunting: a. Ir. Mahdi Kartasasmita, MS, Ph.D. b. Dr. Bidawi Hasyim, M.Si c. Dr. Ir. Dony Kushardono, M.Sc. d. Dr. Erna Sri Adiningsih, M.Si e. Dra. Ratih Dewanti, M.Sc f. Dr. Katmoko Ari Sambodo, M.Eng. Dipublikasikan oleh Panitia Seminar Penginderaan Jauh Nasional 2014 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. LAPAN No 70 Pekayon, Pasar Rebo Jakarta 13710 Indonesia Telephone: 021-8710786, Fax: 021 8717715 Website: http://sinasinderaja.lapan.go.id ISBN : 978-979-1458-77-1

Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014

21 April 2014

IPB International Convention Center

Bogor, Indonesia

Tema: Penguatan kemandirian melalui peningkatan kualitas penyelenggaraan

penginderaan jauh untuk mendukung Pembangunan Nasional

Prosiding ini berisi makalah-makalah yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional

Penginderaan Jauh yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional pada tanggal 21 April 2014 di IPB International Convention Center, Bogor,

Indonesia. Prosiding dicetak pada Mei 2014

Dewan Penyunting:

a. Ir. Mahdi Kartasasmita, MS, Ph.D.

b. Dr. Bidawi Hasyim, M.Si

c. Dr. Ir. Dony Kushardono, M.Sc.

d. Dr. Erna Sri Adiningsih, M.Si

e. Dra. Ratih Dewanti, M.Sc

f. Dr. Katmoko Ari Sambodo, M.Eng.

Dipublikasikan oleh

Panitia Seminar Penginderaan Jauh Nasional 2014

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Jl. LAPAN No 70

Pekayon, Pasar Rebo Jakarta 13710

Indonesia

Telephone: 021-8710786, Fax: 021 8717715

Website: http://sinasinderaja.lapan.go.id

ISBN : 978-979-1458-77-1

Page 2: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 iii

TIM PENYUSUN PROSIDING

I. Pengarah

a. Drs. Taufik Mualana, MBA

b. Dr. Orbita Roswintiarti, M.Sc.

c. Ir. Dedi Irawadi

II. Penanggung Jawab: Dr. Orbita Roswintiarti, M.Sc.

III. Redatur Pelaksana

a. Dipl.-Ing. Rahmat Arief (Ketua)

b. Yenni Vetrita, S.Hut, M.Sc.

c. Adhi Pratomo, S.Sos

IV. Editor Pelaksana

a. Syarif Budhiman, S.Pi, M.Sc. (Ketua)

b. Muchammad Soleh, S.T.

c. Emiyati, S.Si, M.Si.

d. Kuncoro Teguh, S.Si, M.Si

e. Dinari Niken Sulastrie Sirin, S.T

V. Dewan Penyunting

a. Ir. Mahdi Kartasasmita, MS, Ph.D.

b. Dr. Bidawi Hasyim, M.Si

c. Dr. Ir. Dony Kushardono, M.Sc.

d. Dr. Erna Sri Adiningsih, M.Si

e. Dra. Ratih Dewanti, M.Sc

f. Dr. Katmoko Ari Sambodo, M.Eng.

Page 3: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 iv

PANITIA PELAKSANA SEMINAR

I. Steering Commitee (SC)

a. Pengarah : Deputi Penginderaan Jauh

b. Penanggung Jawab : Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh

c. Ketua : Kepala Pusat Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh

d. Anggota : Dr.Ir. Erna Sri Adiningsih

Dra. Ratih Dewanti, M.Sc.

II. Organizing Commitee (OC)

a. Ketua Penyelengara : Ir. Rubini Jusuf, M.Si

b. Ketua Bidang substansi : Dra. Maryani Hartuti, M.Sc

c. Koordinator Pelaksana : Dipl.-Ing.Rahmat Arief

d. Seksi Keuangan : Heri Sulyantoro, S.Si, M.Sc

Noer Syamsu, S.Sos

e. Sekretariat& Publikasi : Yenni Vetrita, S.Hut, M.Sc

Dinari Niken Sulastrie Sirin, S.T

Marendra Eko Budiono, S.Si

Faulina, S.T

f. Seksi Makalah : Muchammad Soleh, S.T

Emiyati, S.Si, M.Si

g. Seksi Acara : Parwati, S.Si, M.Sc

Fadila Muchsin, S.T, M.Si

h. Seksi Akomodasi & Perlengkapan : Rita Silviana Arlis, S.T

Anang Dwi Purwanto, S.T

Iskandar Syarifudin

III. Tim Pembahas

a. Ir. Mahdi Kartasasmita, MS, Ph.D.

b. Dr. Bidawi Hasyim, M.Si

c. Dr. Ir. Dony Kushardono, M.Sc.

d. Dr. Erna Sri Adiningsih, M.Si

e. Dra. Ratih Dewanti, M.Sc

f. Dr. Katmoko Ari Sambodo, M.Eng.

Page 4: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 v

KATA PENGANTAR DARI DEWAN PENYUNTING

Pada 21 April 2014 telah dilaksanakan Sinas Inderaja 2014 di IPB International Convention Center,

Bogor, Indonesia, dengan Tema “Penguatan kemandirian melalui peningkatan kualitas

penyelenggaraan penginderaan jauh untuk mendukung Pembangunan Nasional”. Dibawah ini

disampaikan tinjauan Program Teknis Seminar tersebut di atas.

Tema diatas melandasi Program Teknis Sinas Inderaja 2014 ini yaitu adanya keinginan kuat untuk

meningkatkan kemampuan serta kualitas penyelenggaraan penginderaan jauh (inderaja) dalam

mendukung usaha besar Pembangunan Nasional di Indonesia yang kita cintai ini yang pada

gilirannya sebagai konsekuensinya maka penguatan kemandirian bangsa Indonesia dapat dicapai

khususnya dalam ilmu, teknologi serta ketrampilan dalam penyelenggaraan inderaja.

Penyelenggaraan inderaja dimaksud meliputi kegiatan perolehan (akuisisi) data dengan

menggunakan dan termasuk pengembangan serta pembangunan beberapa jenis wahana

pembawanya seperti satelit, pesawat terbang dan lain-lain serta berjenis-jenis sensor yang

mungkin dapat mengindera bumi. Pembangunan, pengembangan serta pengoperasian ruas

(stasiun) bumi inderaja agar dapat melaksanakan fungsi menangkap data dari sensor yang

dipasang pada wahana inderaja di bumi. Pengembangan serta pelaksanaan pengolahan data yang

secara sederhana dapat dikategorikan dalam koreksi data, baik yang bersifat geometris maupun

radiometris (termasuk koreksi atmosferik yang sangat berdampak dalam cuaca tropis seperti di

Indonesia), pengolahan data untuk mengenali kelas atau pola-pola (pattern recognition) yang

berbeda di bumi secara tepat dalam daerah yang luas pada waktu yang relatif cepat dan

berkesinambungan, pendeteksian atau pengestimasian parameter geobiofisik yang diturunkan dari

data inderaja yang juga meliputi daerah yang luas pada waktu yang relatif cepat dan

berkesinambungan. Yang juga tidak kurang pentingnya adalah pengelolaan yang efisien dan efektif

atas data yang diterima maupun informasi yang telah dapat diturunkan dari data inderaja untuk

dapat didesiminasikan kepada pengguna secara cepat efektif dan efisien.

Kesemua aspek (teknis) penyelenggaraan inderaja yang digambarkan secara singkat di atas pada

ujungnya akan menghasilkan keluaran, yaitu informasi (tentang kelas atau jenis obyek serta

parameter geobiofisik) permukaan bumi yang diturunkan dari data inderaja, yang mempunyai

kualitas yang tinggi ditinjau dari ketepatan dan ketelitiaannya, serta ketepatan waktu dalam

penyampaiannya kepada pengguna dan secara khusus untuk negara kita yang sangat luas dan

berbentuk kepulauan agar dapat mencakup seluruh daerah di Indonesia serta berkesinambungan

mengikuti dinamika (perubahan) muka bumi Indonesia yang kita cintai ini.

Keluaran inderaja yaitu informasi tentang muka bumi (khususnya Indonesia) diperoleh melalui

bermacam-macam metodologi yang padat pengetahuan untuk dapat menghasilkannya dengan

kualitas (ketelitian dan lain-lain) seperti tersebut diparagraf sebelumnya. Oleh sebab itu

penguasaan tentang metodologi yang meliputi dasar pengetahuan (ilmu)nya, teknologi serta teknis

pelaksanaan metodologi tersebut pada seluruh aspek penyelenggaraan inderaja menjadi sangat

penting untuk dapat mencapai kondisi seperti digambarkan pada Tema Seminar yang disebut di

atas.

Kriteria untuk seleksi makalah yang dipresentasikan pada Sinas Inderaja 2014 ini dibangun

berdasarkan pemikiran diatas yaitu dengan urutan dari bobot yang paling tinggi yaitu pertama

dapat mengusulkan suatu metode baru, kedua adaptasi metodologi (relatif baru digunakan di

Indonesia atau digunakan pada data jenis yang baru diperkenalkan Indonesia) yang sudah

dikembangkan di luar negeri dengan berdasarkan analisis ilmiah yang kuat untuk dapat digunakan

Page 5: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 vi

pada keadaan geografis Indonesia, ketiga kajian ilmiah (scientific critical review) yang mendalam

dan rinci dan/atau membandingkan beberapa metodologi yang telah dikembangkan di luar

negeri untuk pada akhirnya dapat diadaptasikan di Indonesia (meningkat menjadi memenuhi

kriteria kedua di atas), selanjutnya keempat adalah validasi metode yang digunakan untuk

mengetahui secara empiris dan eksperimental kualitas dari informasi keluarannya dan yang kelima

adalah implementasi/aplikasi metodologi dimana implementasi/aplikasi metodologi ini telah

(sering, straight implementation with very little analysis toward all aspects of the method) dilakukan

di Indonesia.

Dengan menggunakan urutan kriteria di atas maka telah dilakukan seleksi abstrak/makalah yang

ingin dipresentasikan di Sinas Inderaja 2014, yang hasilnya sebagai berikut. Abstrak yang masuk

berjumlah 85 buah dan setelah seleksi jumlah Makalah Lengkap yang diterima adalah 75 buah.

Dilihat dari institusi sumbernya dari Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, LAPAN, terdapat

23 makalah, dari Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN terdapat 32 makalah, dari Institusi

di luar LAPAN (IPB, Universitas Brawijaya, UGM, BMKG, APTRG-ITT-TELKOM, Universitas Jendral

Soedirman, ITS, Dinas PU Provinsi Jambi, Balitbang Kem. Kes.) 18 makalah. Dari keseluruhan

makalah yang diterima di atas 36 dipresentasikan secara Lisan (Oral) dengan proporsi 15 makalah

dari Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, 15 makalah dari Pusat Pemanfaatan

Penginderaan Jauh, dan 6 makalah dari Institusi lain serta sisanya dipresentasikan secara Poster.

Adapun pengelompokan presentasi didasarkan tahapan teknis penyelenggaraan Inderaja yaitu

sebagai berikut Sesi Akuisisi dan Koreksi Data Inderaja, Sesi Pengolahan Data dan Pengenalan Pola,

Sesi Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Inderaja, yang kesemuanya telah dilaksanakan

pada 21 April 2014 di IPB International Convention Center, Bogor.

Kesemua usaha di atas dimaksud agar pada waktu yang tidak terlalu lama maka harapan yang di

gambarkan dalam Tema Sinas Inderaja 2014 ini dapat dicapai sehingga penguasaan Ilmu dan

Teknologi dari segala aspek penyelenggaraan Inderaja menjadi bagian yang inherent dan nyata

(real) dari kemandirian masyarakat, bangsa dan budaya Indonesia.

Terima Kasih Atas Partisipasi dan Perhatiannya

Jakarta, 30 Mei 2014

Ketua Dewan Penyunting

Ir. Mahdi Kartasasmita MS, Ph.D

Page 6: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 vii

SAMBUTAN KEPALA LAPAN

Tiga kata kunci dalam seminar hari ini, kemandirian, penyelenggaraan penginderaan jauh, dan

pembangunan nasional merupakan hal yang sangat penting sekali. Pertama, terkait dengan

kemandirian UU keantariksaan No. 21 tahun 2013 yang menjadi dasar kegiatan keantariksaan di

Indonesia menuju kearah kemandirian. Ini perlu diketahui bersama oleh karena itu, nanti talkshow

ini menjadi sangat penting juga untuk memahami apa sebetulnya UU keantariksaan tersebut.

Yang kedua, terkait dengan penyelenggaraan penginderaan jauh didalam UU keantariksaan

disebutkan bahwa penyelenggaraan penginderaan jauh tersebut, meliputi mulai dari pengumpulan

atau akusisi data pengolahan, penyimpanan, dan distribusi, sampai dengan pemanfaatan dan

diseminasi, luas sekali. Terkait dengan aktifitas penginderaan jauh tersebut, penguatan

kemandirian bermakna bahwa kita semestinya bisa menyediakan secara lengkap kebutuhan-

kebutuhan yang memang kita butuhkan, terkait dengan penginderaan jauh mulai dari sistem untuk

akusisi datanya, pengolahan datanya, penyimpanannya, sampai nanti distribusi, pemanfaatan dan

diseminasi.

Tentu lebih ideal lagi kalau kita juga mandiri sampai dengan wahana dan satelitnya, itu memang

menjadi cita-cita bersama. Lapan dengan UU keantariksaan ini juga dituntut kemandirian dengan

teknologi keantariksaan. Seminar pada hari ini selain kita berupaya untuk memahami amanat-

amnat yang ada dalam UU keantariksaan khususnya terkait dengan penginderaan jauh, seminar ini

juga sebenarnya membangkitkan impian visi kita ke depan terkait dengan keantariksaan di

Indonesia khususnya dengan penginderaan jauh. Apa yang seharusnya kita siapkan, apa yang

seharusnya kita kejar dan kita wujudkan.

Amanat yang juga penting dalam UU keantariksaan adalah amanat untuk membuat rencana induk

25 tahun ke depan, tentu termasuk di dalamnya itu adalah kegiatan penginderaan jauh. 25 tahun ke

depan kita seperti apa terkait dengan penginderaan jauh, bagaimana sistem penerimaan data kita

pengolahannya, penyimpanannya, sampai dengan pemanfaatan dan diseminasi. Tentu kita

berharap bahwa penginderaan jauh nantinya menjadi suatu bagian dari kehidupan masyarakat

yang memudahkan kita dalam melaksanakan kegiatan keseharian termasuk juga tentu kata kunci

ketiga dari tema ini pembangunan nasional.

Kalau saat ini dianggap data-data dalam penginderaan jauh masih relatif agak sulit, kemudian juga

masih kalangan terbatas yang memanfaatkannya. Nanti kita mencita-citakan teknologi

penginderaan jauh dan pemanfaatannya adalah bagian dari keseharian kita, seperti halnya

sekarang kita memanfaatkan telekomunikasi itu dengan gadget-gadget yang sudah dipegang oleh

masing-masing orang. Teknologi antariksa menjadi bagian keseharian kita apa lagi dengan makin

globalnya aktifitas ekonomi kita.

Tuntutan-tuntutan yang lebih juga akan kita hadapi tahun 2015 ini, sering diingatkan juga sebagai

awal dari masyarakat ekonomi ASEAN, pasar bebas ASEAN, tentu banyak sekali kegiatan-kegiatan

akan terpengaruh disana, SDM kita, infrastuktur kita, dan segala service layanan itu akan

terpengaruh.Bagaimana kita harus mempersiapkan semua itu, penginderaan jauh tidak akan pas

dengan hal-hal yang terkait dengan pasar bebas ASEAN tersebut, dari segi SDM-nya, dari segi

infrastrukturnya, dari segi layanannya, semuanya akan terkait, jadi seminar ini menjadi bagian

yang sangat penting sekali untuk membagun kesadaran bahwa pengindaan jauh bukan hanya

sekedar aspek dari litbang saja, sekarang sudah mengarah bagaimana penginderaan jauh menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan manusia, bagian yang seharusnya mempermudah dan juga membawa kita kepada

Page 7: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 viii

pengambilan keputusan berdasarkan kepada data, bukan hanya data-data yang sifatnya numerik

tetapi sudah mengarah kepada data-data yang bersifat temporalspasial.

Menjadi kebahagiaan bagi Lapan kalau masyarakat penginderaan jauh juga semakin kuat, bisa

memberikan kontribusi-kontribusi, terobosan-terobosan sehingga amanat yang diberikan dalam

UU keantariksaan yang didalamnya memberikan peran yang lebih besar kepada Lapan untuk

mengumpulkan, mengolah, penyediakandata-data penginderaan jauh, dan mendorong

pemanfaatan dalam aspek yang lebih luas dalam penginderaan jauh. Tentu saja ini juga sekaligus

menjadi tantangan bagi Lapan untuk berkinerja lebih baik lagi.Mudah-mudahan yang kita harapkan

dan kita upayakan dari seminar ini, muncul terobosan-terobosan, gagasan-gagasan yang nanti bisa

menjadi masukan dalam pembuatan rencana induk keantariksaan khususnya terkait dengan aspek

penginderaan jauhnya.

Aspek yang terkait dengan teknologinya mungkin juga dimasukan, ada gagasan bahwa Lapan

semula sekedar mengembangkan satelit yang terkait dengan eksperimen kemudian mengarah

kepada satelit operasional.Lalu satelit operasional terkait dengan penginderaan jauh, kemudian

terkait dengan telekomunikasi hanya ditangani oleh Lapan tentu itu sangat berat, maka ada

gagasan bahwa ini harus kita mulai membangun suatu konsorsium nasional untuk pengembangan

satelit penginderaan jauh dan satelit telekomunikasi. Tentu dalam kaitanya dengan seminar pada

hari ini, perlu dirumuskan satelit seperti apa yang cocok untuk kita kembangkan dalam konteks

konsorsium satelit nasional tersebut. Dalam konteks seperti itu tahapan-tahapan yang realistis

tentu harus kita siapkan, mimpi boleh tinggi tetapi kita juga harus paham dengan hal hal yang

mungkin menjadi kendala.

Dalam mengembangkan teknologi dan juga pemanfaatan penginderaan jauh, keduanya perlu

bersinergi, juga selaras dengan bagaimana Indonesia menyiapkan program-program perencanaan

pembangunannya sehingga antara mimpi dan upaya untuk merealisasikannya bisa sejalan, itu yang

kami harapkan. Sehingga seminar ini bisa memberikan landasan penguatan kemandirian sesuai

dengan tema agar penyelenggaraan penginderaan jauh betul-betul bisa memberikan kontribusi

yang lebih pada pembangunan nasional.

Kepala LAPAN

Prof Dr. Thomas Djamaludin, M.Sc.

Page 8: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 ix

DAFTAR ISI

Kata Pengantar dari Dewan Penyunting ........................................................................................................... v

Sambutan Kepala LAPAN ........................................................................................................................................ vii

Daftar Isi .......................................................................................................................................................................... ix

Topik 1: Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

1. ANALISIS CARRIER TO INTERFERENCE TRANSMISI GELOMBANG MIKROWAVE LINK X

BAND DENGAN DOWNLINK SATELIT PENGINDERAAN JAUH

Arif Hidayat, Sutan Takdir Ali Munawar, Panji Rachman Ramadhan, Nurmajid Setyasaputra ....................... 2

2. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM SENSING DAN GROUND SEGMENT UNTUK

QUADROTOR APTRG

Riyadhi Fernanda, Fajar Septian, Nurmajid Setyasaputra, Burhanuddin Dirgantoro ....................................... 12

3. SERTIFIKASI SISTEM STASIUN BUMI PENGINDERAAN JAUH LAPAN UNTUK

PENERIMAAN DATA LANDSAT-8

Ali Syahputra Nasution, Dinari Niken Sulastrie Sirin, Hidayat Gunawan, Ayom Widipaminto .................... 21

4. MENENTUKAN SPESIFIKASI SENSOR SATELIT PENGINDERAAN JAUH NASIONAL

BERDASARKAN INFORMASI KEBUTUHAN PENGGUNA

Dony Kushardono, Syarif Budhiman, Bambang Trisakti, Suwarsono, Ahmad Maryanto,

Ayom Widipaminto, M. Rokhis Khomarudin, Winanto .................................................................................................. 33

5. ANALISIS PARAMETER-PARAMETER UTAMA UNTUK DESAIN SENSOR SAR PADA LSA

(LAPAN SURVEILLANCE AIRCRAFT)

Muchammad Soleh, Rahmat Arief ............................................................................................................................................ 49

6. PENGEMBANGAN HDRM MODEM UNTUK SISTEM PENERIMAAN DAN PEREKAMAN

SATELIT AQUA

Nurmajid Setyasaputra, Arif Hidayat, Panji Rachman Ramadhan, Sutan Takdir Ali Munawar .................... 59

7. SISTEM PENGOLAHAN DATA PENGINDERAAN JAUH SATELIT SUOMI NPP UNTUK

PRODUKSI CORRECTED REFLECTANCE

Budhi Gustiandi, Andy Indradjad, Islam Widia Bagdja ................................................................................................... 70

8. PENGEMBANGAN METODA KOREKSI RADIOMETRIK CITRA SPOT 4 MULTI-SPEKTRAL

DAN MULTI-TEMPORAL UNTUK MOSAIK CITRA

Kustiyo, Ratih Dewanti, Inggit Lolitasari ...................................................................................................................... 79

9. KALIBRASI ARAH ANTENA DENGAN METODE SUN POINTING

PADA ANTENA 3 SUMBU

Arif Hidayat, Sutan Takdir Ali Munawar, Ahmad Luthfi Hadiyanto, Panji Rachman Ramadhan ................. 89

10. PLATFORM UNMANNED AERIAL VEHICLE UNTUK AERIAL PHOTOGRAPHY

AEROMODELLING AND PAYLOAD TELEMETRY RESEARCH GROUP (APTRG)

Nurmajid Setyasaputra, Fajar Septian, Riyadhi Fernanda, Suharmin Bahri, Ikhsan Dwi Rahmatio,

Burhanuddin Dirgantoro .............................................................................................................................................................. 98

11. FACO (FIRST AID COPTER) AUTONOMOUS AEROROBOT FOR BRING MEDICINE OR FOOD

TO VICTIMS CATASTROPHE WITH PEOPLE DETECTION CAMERA AND STREAMING OVER

IP

Agil Setiawan, Yusfi Florianto, M. Fadhil Abdullah ........................................................................................................ 110

Page 9: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 x

Topik 2: Pengolahan Data dan Pengenalan Pola

12. KLASIFIKASI HUTAN-NON HUTAN DATA ALOS PALSAR MENGGUNAKAN METODE

RANDOM FOREST

Katmoko Ari Sambodo, Mulia Inda Rahayu, Novie Indriasari, M.Natsir ............................................................... 120

13. KLASIFIKASI PENUTUPAN LAHAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN BUDURAN,

KABUPATEN SIDOARJO, PROPINSI JAWA TIMUR, DENGAN CITRA TERRASAR-X HIGH

RESOLUTION

Rudi Eko Setyawan, Nining Puspaningsih, Muhammad Buce Saleh ......................................................... 129

14. PENENTUAN BASE FOREST PROBABILITY BAGI KLASIFIKASI MULTI TEMPORAL HUTAN

DAN NON HUTAN DI PULAU SERAM

Tatik Kartika, Ita Carolita, Salira Vidyan ............................................................................................................................ 142

15. CUMULONIMBUS PREDICTION USING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK BACK

PROPAGATION WITH RADIOSONDE INDECES

Agie Wandala Putra, Chidchanok Lursinsap ..................................................................................................................... 153

16. PEMANFAATAN CITRA SPARSA BUATAN UNTUK PENAJAMAN CITRA PENGINDERAAN

JAUH

M. Natsir ........................................................................................................................................................................................... 167

17. ANALISIS PENGARUH WINDOWING DALAM PEMBENTUKAN CITRA SAR TERFOKUS

PADA RAW DATA SAR

Musyarofah, Rahmat Arief, Muchammad Soleh .............................................................................................................. 178

18. CLOUD MASKING DATA SPOT-6 DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN NILAI

REFLEKTANSI DAN GEOMETRI

Danang Surya Candra, Kustiyo, Hedy Ismaya................................................................................................................... 189

19. METODE PENAJAMAN (PANSHARPEN) CITRA LANDSAT 8

Dianovita, Fadilah Muchsin ...................................................................................................................................................... 199

20. TINJAUAN METODE DETEKSI PARAMETER KEKERINGAN BERBASIS DATA

PENGINDERAAN JAUH

Erna Sri Adiningsih ...................................................................................................................................................................... 210

21. APLIKASI ALGORITMA VAN HENGEL DAN SPITZER UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI

BATIMETRI MENGGUNAKAN DATA LANDSAT

Kuncoro Teguh Setiawan, Takahiro Osawa , I. Wayan Nuarsa ................................................................................. 222

22. ANALISIS SEBARAN DAN KERAPATAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8

DI SEGARA ANAKAN, CILACAP

Anang Dwi Purwanto, Wikanti Asriningrum, Gathot Winarso, Ety Parwati....................................................... 232

23. STUDI KOMPARASI BEBERAPA TEKNIK ANALISIS CITRA LANDSAT MULTIWAKTU

UNTUK PEMETAAN LAHAN SAWAH (STUDI KASUS TANGGAMUS-LAMPUNG)

I Made Parsa .................................................................................................................................................................................... 243

24. KAJIAN KETELITIAN GEOMETRI CITRA LANDSAT 8 LEVEL 1T

Dianovita, Riyan Mahendra ...................................................................................................................................................... 254

25. RANCANG BANGUN PENGOLAHAN DATA LANDSAT BERBASIS PEMROGRAMAN PARALEL

Marendra Eko Budiono, Kustiyo, Yudhi Prabowo .......................................................................................................... 261

26. PENGEMBANGAN MODUL KONVERSI METADATA LDCM/LANDSAT-8 SESUAI FORMAT

ISO 19115/19139

Ogi Gumelar ..................................................................................................................................................................................... 271

Page 10: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 xi

27. KLASIFIKASI PALSAR MULTI-POLARISASI DI DAERAH ACEH

M. Natsir ............................................................................................................................................................................................ 280

28. PENGEMBANGAN MODUL OTOMATISASI PRODUKSI DATA PADA APLIKASI BROWSE

KATALOG BDPJN

Riyan Mahendra Saputra ........................................................................................................................................................... 289

Topik 3: Deteksi Parameter Geobiofisik dan Diseminasi Penginderaan Jauh

29. PENGKAJIAN PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH MULTI SKALA/RESOLUSI

UNTUK KEGIATAN MITIGASI BENCANA

M. Rokhis Khomarudin, Dedi Irawadi, Suwarsono, Parwati ...................................................................................... 301

30. VALIDASI HOTSPOT MODIS DI WILAYAH SUMATERA DAN KALIMANTAN BERDASARKAN

DATA PENGINDERAAN JAUH SPOT-4 TAHUN 201

Any Zubaidah, Yenni Vetrita, M. Rokhis Khomarudin .................................................................................................. 310

31. PEMETAAN PERUBAHAN KERAPATAN KANOPI HUTAN DI HUTAN RAKYAT, KABUPATEN

KUNINGAN, JAWA BARAT

Nugrahadi Ramadhan Tohir, Lilik Budi Prasetyo, Agus Priyono Kartono ........................................................... 322

32. MODEL PERTUMBUHAN TANAMAN PADI DI PULAU SUMATERA MENGGUNAKAN DATA

EVI MODIS MULTITEMPORAL

Dede Dirgahayu, Heru Noviar, Silvia Anwar ..................................................................................................................... 333

33. DETEKSI WILAYAH PERMUKIMAN PADA BENTUKLAHAN VULKANIK MENGGUNAKAN

CITRA LANDSAT-8 OLI BERDASARKAN PARAMETER NORMALIZED DIFFERENCE BUILD-

UP INDEX (NDBI)

Suwarsono, M. Rokhis Khomarudin ..................................................................................................................................... 345

34. DISEMINASI INFORMASI GEOSPASIAL SUMBER DAYA ALAM WILAYAH PULAU

SULAWESI BERBASIS PENGINDERAAN JAUH DAN PEMETAAN WEB

Sarno ................................................................................................................................................................................................... 358

35. PENDEKATAN BARU INDEKS KERUSAKAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA

PENGINDERAAN JAUH

Gathot Winarso, Anang Dwi Purwanto ............................................................................................................................... 368

36. PENGEMBANGAN MODEL IDENTIFIKASI DAERAH TERGENANG (INUNDATED AREA)

MENGGUNAKAN DATA LANDSAT-8

Wiweka, Suwarsono, Jalu T Nugroho ................................................................................................................................... 381

37. PEMANFAATAN DATA PENGINDERAN JAUH UNTUK MEMANTAU PARAMETER STATUS

EKOSISTEM PERAIRAN DANAU (STUDI KASUS: DANAU RAWA PENING)

Bambang Trisakti, Nana Suwargana dan Joko Santo Cahyono ................................................................................. 393

38. KAJIAN E-FORM UNTUK MENDUKUNG PROSES BISNIS PELAYANAN DATA BDPJN

Andie Setiyoko, Rubini Jusuf .................................................................................................................................................... 404

39. PENGEMBANGAN MODUL KONVERSI METADATA SPOT 5 VIRTUAL RECEPTION SESUAI

FORMAT ISO 19115/19139

Rita Silviana Arlis, Riyan Mahendra Saputra .................................................................................................................... 414

40. DESAIN KONSOLIDASI SAN DAN NAS SISTEM BDPJN MENGGUNAKAN STORAGE

DYNAMIC PROVISIONING

Babag Purbantoro, Yayat Hidayat ......................................................................................................................................... 422

Page 11: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 xii

41. PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT DARI SATELIT DI PERAIRAN INDONESIA UNTUK

MENDUKUNG “ONE MAP POLICY”

Jonson Lumban Gaol, Risti Endriyani Arhatin, Marisa Mei Ling .............................................................................. 433

42. ANALISA SEDIMEN TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED MATTER) DI PERAIRAN TIMUR

SIDOARJO MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DAN SPOT

Rashita Megah Putra.M, Bambang Semedi, M.Arif Zainul Fuad, Syarif Budhiman........................................... 444

43. EOMAP SATELLITE-DERIVED BATHYMETRY (SDB)

Abhay S Mittal ................................................................................................................................................................................. 456

44. IMPLEMENTASI KATALOG PARAMETER KELAUTAN UNTUK SUHU PERMUKAAN LAUT

DAN KLOROFIL-A DARI DATA SATELIT TERRA/AQUA MODIS DAN NOAA AVHRR

Rossi Hamzah ................................................................................................................................................................................. 462

45. ANALISIS MULTITEMPORAL SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LOMBOK

MENGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH MODIS

Emiyati, Kuncoro Teguh Setiawan, Anneke KS. Manopo, Syarif Budhiman, Bidawi Hasyim ...................... 470

46. ANALISIS PANSHARPENING CITRA SPOT 5

Sukentyas Estuti Siwi, Hendayani Yusuf............................................................................................................................. 480

47. VALIDASI HOTSPOT DI WILAYAH RAWAN KEBAKARAN TAHUN 2012: KASUS LAHAN

GAMBUT DAN KEBAKARAN KECIL

Yenni Vetrita, Any Zubaidah, M. Priyatna,Kusumaning D.A.Sukowati .................................................................. 491

48. RUANG TERBUKA HIJAU DI DKI JAKARTA BERDASARKAN ANALISIS SPASIAL DAN

SPEKTRAL DATA LANDSAT 8

Nur Febrianti, Parwati Sofan ................................................................................................................................................... 498

49. PERBANDINGAN METODE KLASIFIKASI SUPERVISED MAXIMUM LIKELIHOOD DENGAN

KLASIFIKASI BERBASIS OBJEK UNTUK INVENTARISASI LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN

MAROS

Yennie Marini, Emiyati, Siti Hawariyah, Maryani Hartuti ........................................................................................... 505

50. ANALISIS ALGORITMA EKSTRAKSI INFORMASI TSS MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 8

DI PERAIRAN BERAU

Ety Parwati, Anang Dwi Purwanto ........................................................................................................................................ 518

51. PEMETAAN INDEKS RESIKO GERAKAN TANAH MENGGUNAKAN CITRA DEM SRTM DAN

DATA GEOLOGI DI KECAMATAN PEJAWARAN, KABUPATEN BANJARNEGARA

Udhi Catur Nugroho, Fahrudin, Suwarsono ...................................................................................................................... 529

52. KAJIAN KONDISI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU KERINCI BERDASARKAN

PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DAN KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN

Mukhoriyah, Bambang Trisakti .............................................................................................................................................. 543

53. IDENTIFIKASI THERMAL FRONT DARI DATA SATELIT TERRA/AQUA MODIS

MENGGUNAKAN METODE SINGLE IMAGE EDGE DETECTION (SIED)(STUDI KASUS:

PERAIRAN UTARA DAN SELATAN PULAU JAWA)

Rossi Hamzah, Teguh Prayogo, Wawan K. Harsanugraha .......................................................................................... 552

54. ANALISIS ARUS GEOSTROPIK PERMUKAAN LAUT BERDASARKAN DATA SATELIT

ALTIMETRI

Sartono Marpaung, Teguh Prayogo ...................................................................................................................................... 561

55. KARAKTERISTIK SEBARAN ANOMALI TINGGI MUKA LAUT DI PERAIRAN BAGIAN

SELATAN DAN UTARA PULAU JAWA

Page 12: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 xiii

Sartono Marpaung, Wawan K. Harsanugraha .................................................................................................................. 569

56. PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN

LAHAN TERHADAP DISTRIBUSI SPASIAL DAERAH BAHAYA BANJIR DI DKI JAKARTA DAN

KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN

Indah Prasasti, Parwati Sofan, Nur Febrianti, Totok Suprapto ................................................................................ 577

57. ANALISIS CITRA ALOS AVNIR-2 UNTUK PEMETAAN TERUMBU KARANG (STUDI KASUS:

BANYUPUTIH, KABUPATEN SITUBONDO)

Nana Suwargana ............................................................................................................................................................................ 588

58. EKSTRAKSI INFORMASI KETERLINDUNGAN PERAIRAN DARI DATA PENGINDERAAN

JAUH UNTUK KESESUAIAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PULAU LOMBOK

Anneke K S Manoppo, Emiyati, Syarif Budhiman, Bidawi Hasyim .......................................................................... 598

59. EVALUASI KEJADIAN BANJIR KAMPUNG PULO DKI JAKARTA DAN ANALISIS

PENGURANGAN RESIKONYA BERBASIS DATA UNMANNED AIR VEHICLE (UAV) DAN

PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI TINGGI

M. Rokhis Khomarudin, Suwarsono, Dini Oktavia Ambarwati, Gunawan Prabowo ....................................... 611

60. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR INFORMASI SISTEM PEMANTAUAN BUMI

NASIONAL PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH

Sarno ................................................................................................................................................................................................... 621

61. DETEKSI LIMBAH ACID SLUDGE MENGGUNAKAN METODE RED EDGE BERBASIS DATA

PENGINDERAAN JAUH

Nanik Suryo Haryani, Hidayat, Sayidah Sulma, Junita Monika Pasaribu .............................................................. 632

62. KAJIAN KRITERIA STANDAR PENGOLAHAN KLASIFIKASI VISUAL BERBASIS DATA

INDERAJA MULTISPEKTRAL UNTUK INFORMASI SPASIAL PENUTUP LAHAN

Samsul Arifin, Taufik Hidayat .................................................................................................................................................. 642

63. PEMETAAN PERUBAHAN FOREST CANOPY DENSITY DI KPH KUNINGAN

Ardhianto Muhammad, Lilik Budi Prasetyo, Agus Priyono Kartono ...................................................................... 652

64. ANALISIS DINAMIKA FLUKTUASI TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) SEPANJANG DAS-

MUARA-LAUT DI PERAIRAN BERAU KALIMANTAN TIMUR

Ety Parwati ...................................................................................................................................................................................... 662

65. PENILAIAN PERUNTUKAN RUANG DI KABUPATEN SAROLANGUN MELALUI APLIKASI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) BERDASARKAN PENGKELASAN KEMAMPUAN

LAHAN

Syahru Ramadhan, Yudhi Achnova, Mohd.Zuhdi ............................................................................................................ 672

66. ANALISIS MEKANISME PEMBENTUKKAN LAHAR BERDASARKAN KAJIAN RETENSI AIR

DI SUB DAS OPAK, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Ahmad Cahyadi, Henky Nugraha, Anggit Priadmodjo .................................................................................................. 682

67. PEMETAAN ZONASI RUANG SEBAGIAN KABUPATEN SLEMAN MENGGUNAKAN CITRA

QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Dwi Santy Ratnasari, Puspa Kusumawardani .................................................................................................................. 693

68. KARAKTERISTIK SPEKTRAL ENDAPAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI

2010

Seftiawan Samsu Rijal, Henky Nugraha .............................................................................................................................. 701

69. PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

UNTUK PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN TELUK GERUPUK,

PULAU LOMBOK, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Page 13: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 xiv

Arlina Ratnasari, Kukuh Nirmala, Syarif Budhiman, Emiyati, Bidawi Hasyim .................................................. 710

70. PENGOLAHAN DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMETAAN TOTAL SUSPENDED

SOLID (TSS) DI DANAU RAWA PENING PROVINSI JAWA TENGAH

Pinastika Nurandani .................................................................................................................................................................... 722

71. PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM

IDENTIFIKASI FOKUS BARU SCHISTOSOMIASIS DI DATARAN TINGGI BADA KABUPATEN

POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

Mujiyanto, Jastal ............................................................................................................................................................................ 732

72. ANALISIS PERUBAHAN POLA DAN PENUTUP LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO DENGAN

MENGGUNAKAN CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH MULTITEMPORAL

Fidiyawati, Danang Surya Candra.......................................................................................................................................... 740

73. SISTEM MENEJEMEN DATA CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI TINGGI

UNTUK KEBUTUHAN NASIONAL

Jakondar Bakara ............................................................................................................................................................................ 751

74. KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN

TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

Rahayu, Danang Surya Candra ................................................................................................................................................ 763

75. IDENTIFIKASI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN DI SELAT MADURA WAKTU

TERJADI EL NINO BERDASARKAN DATA PENGINDERAAN JAUH

Bidawi Hasyim ............................................................................................................................................................................... 770

Lampiran 1. Jadwal Acara ........................................................................................................................................................... 785

Lampiran 2. Daftar Peserta ....................................................................................................................................................... 788

Page 14: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 1

TOPIK 1: AKUSISI DAN KOREKSI DATA PENGINDERAAN JAUH

Page 15: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 2

ANALISIS CARRIER TO INTERFERENCE TRANSMISI GELOMBANG

MIKROWAVE LINK X BAND DENGAN DOWNLINK SATELIT

PENGINDERAAN JAUH

Arif Hidayat*), Sutan Takdir Ali Munawar*), Panji Rachman Ramadhan*), Nurmajid Setyasaputra*) *) Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, LAPAN

e-mail: [email protected]

Abstract Ideal communication systems required low noise. Remote sensing satellite transmitter has been designed to

have sufficient power to be able transmit signal remote sensing data from satellites to ground station. Ground Station satellite receives transmission electromagnet waves assuming no external noise interference in addition to the noise of nature and the internal noise of the device. Interference is main signal disruption by noise signals from other transmitters. Remote sensing satellite using X- band frequencies, the frequency used are from 7.8 to 8.5 GHz. To obtain the appropriate data as standart quality processes from satellite to earth transmissions should not be disturbed . Base Transceiver Station (BTS) send information from the mobile phone to MSC (Mobile Switching Center) using mikrowave transmission media or using fiber optics . The problem occurs when the microwave frequency used is equal to the frequency of remote sensing satellite. This paper analyzes the Carrier to Noise (C / N) ideal when no interference and C / I satellites when exposed to interference , and microwave power received at the ground station antenna.

Key Words: Carrier to Interference (C/I), Carrier to Noise (C/N), BER, Microwave Link

Abstrak

Sistem komunikasi yang ideal membutuhkan noise yang rendah. Pemancar satelit penginderaan jauh telah di desain untuk memiliki power yang mencukupi untuk dapat mememancarkan data hasil penginderaan jauh dari satelit ke stasiun bumi. Stasiun bumi menerima pancaran gelombang electromagnet dari satelit dengan asumsi tanpa ada gangguan noise external selain noise dari alam dan noise dari perangkat internal. Interferensi adalah proses terganggunya sinyal utama oleh sinyal noise dari pemancar lain. Satelit penginderaan jauh menggunakan frekuensi X Band 7.8 sampai dengan 8.5 Ghz. Untuk mendapatkan data yang sesuai kualitas proses transmisi dari satelit ke bumi tidak boleh terganggu. Base Transceiver Stasiun (BTS) mengirimkan informasi dari telepon seluler ke penyambungan MSC (Mobile Switching Center) menggunakan media transmisi mikrowave atau menggunakan serat optik. Masalah terjadi apabila frekuensi mikrowave yang digunakan sama dengan frekuensi satelit penginderaan jauh.Pada tulisan ini dilakukan analisis mengenai Carrier to Noise (C/N) ideal satelit saat tidak terkena interference dan C/I Satelit saat terkena interference, serta power mikrowave yang diterima di antenna stasiun bumi.

Kata Kunci: Carrier to Interference (C/I), Carrier to Noise (C/N), BER, Mikrowave Link

1. Pendahuluan

Base Transceiver Stasiun (BTS) mengirimkan informasi dari telepon seluler ke penyambungan

MSC (Mobile Switching Center) menggunakan media transmisi mikrowave atau menggunakan serat

optik.

Gambar 1-1. Ilustrasi Penggunaan Mikrowave Link Basestasion

Page 16: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 3

Interferensi pada sistem komunikasi satelit ialah diterimanya sinyal yang tidak diinginkan oleh

sistem penerima stasiun bumi, yang berasal dari sistem lain dan mempunyai frekwensi yang sama.

Standar frekuensi ITU (International Telecommunication Union) yang mendekati frekuensi kerja satelit

adalah standart ITU-R 386 anex 1 dan ITU-R 2 anex 3. Apabila standart ITU-R 386 annex 1 dan atau ITU

R annex 3 digunakan di sekitar stasiun bumi satelit penginderaan jauh maka mikrowave itu akan menjadi

sumber interference bagi stasiun bumi

Gambar 1-2. Ilustrasi Proses Interference Mikrowave Link

Satelit penginderaan jauh yang menggunakan frekuensi X Band yang di rekam di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 2-1

2. Parameter Satelit dan Standar ITU

ITU merekomendasikan frekuensi X Band sebagai frekuensi mikrowave link. Berdasarkan

rekomendasi dari ITU, frekuensi mikrowave point to point menggunakan channel dari 7747.7 Mhz

sampai dengan 8412 dengan bandwidth sebesar 29.65 Mhz dan 28 Mhz. Alokasi kanal frekuensi dan

pengkanalannya dapat dilihat pada table berikut. Sebagai ilustrasi kanal frekuensi mikrowave ITU R 386

Annex 1 dapat dilihat pada Gambar 1-2 Komunikasi yang dilakukan dengan 2 arah sehingga diperlukan

frekuensi pengirim dan penerima.

Tabel 2-1. Parameter Satelit Penginderaan Jauh

Satelit Frequency Bandwidth (MHz) EIRP (dBW) Jarak Orbit Apogee (Km)

Spot-5 8253 50 19 826

Spot-5 8365 50 19 826

Spot-6 8150.00 300 26 695

Terra 8212.50 60 17.6 705

Aqua 8160.00 40 19.2 705

NPP 7812.00 30 17 824

LANDSAT 7 8342.5 150 21.2 704

LDCM 8150 374 20.5 718

Page 17: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 4

Standart ITU (International Telecommunication Union) Frekuensi Mikrowave

Tabel 2-2. Alokasi Frekuensi ITU-R 386 Annex1

Dengan Kanal Spasi 29.65

Tabel 2-3. ITU-R 386 Annex-3 Dengan Kanal Spasi

28MHz

Channel Fn (MHz) F’n (MHz)

Channel Fn (MHz) F’n (MHz)

1 7747.7 8059.02

1 8293 8412

2 7777.35 8088.67

2 8307 8426

3 7807 8118.32

3 8321 8440

4 7836.65 8147.97

4 8335 8454

5 7866.3 8177.62

5 8349 8468

6 7895.95 8207.27

6 8363 8482

7 7925.6 8236.92

8 7955.25 8266.57

Kanal tersebut memiliki bandwidth 29.65 pada setiap kanal frekuensinya. Standar ITU R 386

Annex1 memiliki 8 kanal, terdiri dari 1 kanal uplink dan 1 kanal downlink.

Tabel 2-4. Perbandingan Standar ITU R 386 Annex

1 Dengan Frekuensi Downlink Satelit

Tabel 2-5. Perbandingan Standar ITU R 386 Annex 2

Dengan Frekuensi Downlink Satelit

ITU-R 386 Annex 1

ITU-R 386 Annex 2

No Fn (Mhz)

F'n

(Mhz) Frekuensi Satelit

No Fn (Mhz) F'n (Mhz) Frekuensi Satelit

1 7747.7 8059.2

1 8293 8412 SPOT 5

2 7777.35 8088.67

2 8307 8426 LANDSAT-7, SPOT-5

3 7807 8118.32 SPOT-6, AQUA, NPP

3 8321 8440 LANDSAT-7, SPOT-5

4 7836.65 8147.97 SPOT-6, AQUA, NPP

4 8335 8454 LANDSAT-7, SPOT-5

5 7866.3 8177.62 SPOT-6, AQUA, NPP

5 8349 8468 LANDSAT-7, SPOT-5

6 7895.95 8207.27 LDCM, AQUA

6 8363 8482 LANDSAT-7, SPOT-5

7 7925.6 8236.92 LDCM, AQUA, TERRA

8 7955.25 8266.57 LDCM, AQUA, TERRA

Jika diamati lebih jauh terlihat beberapa frekuensi mikrowave link tersebut berada di bandwidth

frekuensi downlink satelit penginderaan jauh.

Page 18: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 5

Gambar 2-1. Standart ITU R 386 Annex1

3. Energi Bit Per Noise Dan Bit Error Rate

Agar informasi diterima dengan benar di sisi penerima (demodulator), maka demulator harus mampu

menterjemahkan setiap kode yang dikirimkan oleh pemancar.

Gambar 3-1. Perbandingan Power Terhadap Noise Dalam 1 Hertz

Parameter untuk mengetahui kemampuan tersebut adalah EB/No. Eb/No didefinisikan sebagai rasio

Energi bit (Eb) dengan Noise Spektral Densiti (No). Secara harafiah Noise (No) adalah perbandingan

noise yang ada dengan bandwidth (Hz) satuannya adalah watt/hz. No dapat didekati dengan mengalikan

konstanta bolzmant dengan suhu dalam Kelvin (No = kT).

Gambar 3-2. EB/No Dibandingkan Dengan Modulasi

Page 19: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 6

Eb/No digunakan sebagai pengukuran sinyal to noise rasio pada komunikasi digital. Eb/No diukur di

input receiver dan digunakan sebagai basic pengukuran besaran sinyal. Jenis modulasi berbeda

membutuhkan nilai EB/No yang berbeda pada nilai BER yang sama. Persamaan untuk mendapatkan BER

pada nilai EB/No tertentu adalah

��� =�

����� ��/� (3-1)

Gambar 3-2 menunjukkan modulasi dengan nilai BER dan EB/No yang dibutuhkan. BPSK, QPSK,

QAM memiliki nilai EB/No sendiri. Semakin tinggi nilai modulasi yang digunakan pada BER yang sama

maka nilai EB/No semakin tinggi. Tingginya nilai EB/No ini menyebabkan power pada sisi pemancar

harus dinaikkan. Demikian juga redaman dari pemancar sampai penerima harus diminimalkan. Sebagai

contoh sebuah satelit mensyaratkan BER yang boleh diterima adalah 10 E -6, dengan menggunakan

modulasi QPSK. Maka nilai EB/No yang di syaratkan adalah 11.5 dB. EB/No

4. Carrier To Noise Rasio

Salah satu parameter kualitas signal adalah carrier to noise rasio (C/N) Carrier to Noise adalah

perbandingan power sinyal informasi dengan noise yang dihasilkan oleh internal perangkat. Untuk

membandingang keseluruhan Noise terhadap setiap symbol informasi dalam bandwidth tertentu

digunakan Carrier to noise. Secara analitik carrier to noise dapat dihitung menggunakan formula :

�=

��

��.��

, (4-1)

fb adalah bit rate total yang dibawa oleh pemancar tersebut sedangkan Bw adalah bandwidth

frekuensi kerja dari sistem.

Gambar 4-1. Ilustrasi Carrier To Noise Rasio (C/N)

Carrier to noise ini menunjukkan perbandingan kuat sinyal radio dan noise yang ditimbulkan oleh

perangkat internal. Semakin tinggi nilai carrier to noise semakin bagus sistem itu dalam menerima

informasi. Carrier to noise yang bagus menghindari kerusakan sinyal sehingga BER (Bit Error Rate) atau

probabiltias kerusakan bit rendah.

Page 20: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 7

5. Carrier to Interference

Carrier to Interference adalah perbandingan antara power sinyal informasi (carrier) dengan rata rata

co-channe interference power I atau cross- talk, dari transmitter lain. Sinyal interference ini menjadi noise

bagi sinyal satelit penginderaan jauh. Carrier to interference ini menunjukkan kualitas BER (Bit Error

Rate). Semakin tinggi nilai carrier to interference nilai BER semakin rendah. Sebaliknya apabila nilai

carrier to rendah semakin besar nilai maka bit error rate semakin tinggi.

Gambar 5-1. Ilustrasi Inteference Pada Channel Frekuensi

Carrier to Interterference ini menjadi parameter kualitas selain C/N. Semakin tinggi nilai C/I maka

semakin bagus. Dengan demikian nilai C/I satelit dapat diderinisikan sebagai berikut

C/I = Power Satelit/Power Interference (5-1)

disisi penerima. Jika kita hitung dalam logaritmik (dB), maka nilai C/I adalah power satelit dikurangi

power interference. Apabila nilai carrier terhadap interference mencapai negatif, maka power satelit sama

sekali tidak diterima oleh demodulator. Untuk mendapatkan nilai carrier to interference dapat dilakukan

dengan menghitung power satelit dibandingkan dengan power interference.

6. Pengukuran C/N dan C/I Pada Satelit AQUA

Satelit Aqua memilki bandwith 40 MHz dan bekerja di frekuensi 8160, noise yang terukur di

perangkat penerima adalah -56 dBm, pada saat carrier Aqua diterima oleh antenna power yang terukur

diperangkat menunjukkan nilai -30 dBm. Sehingga nilai C/N terukur adalah mendekati -26 dB.

Sinyal satelit Aqua tidak mengalami gangguan interference dari sinyal mikrowave. Pengukuran

carrier to interference dilakukan dengan mengukur power interference dibandingkan dengan power

satelit. Sinyal mikrowave link terdeteksi di elevasi rendah di bawah 3 derajat, pada azimuth tertentu

muncul carrier mikrowave. Dengan demikian dapat diukur power mikrowave link yang menjadi

interference downlink frekuensi AQUA.

Page 21: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 8

Gambar 6-1 Noise Floor Gambar 6-2 Carrier Maksimum

Gambar 6-1 menunjukkan noise floor di penerima. Gambar 6-2 menunjukkan sinyal satelit Aqua

pada transmisi penuh dengan elevasi tinggi. Dalam perhitungan logaritmik didapat dapat di terjemahkan

menjadi sinyal carrier to noise adalah:

C/I= Sinyal Carrier Satelit- Sinyal Interference (6-1)

(a) (b)

Gambar 6-3. (a). Menunjukkan Satelit Pada Elevasi Rendah (dibawah 3 derajat), (b) Satelit Bekerja Pada

Elevasi Tinggi.

Dengan demikian besaran nilai C/I untuk satelit AQUA adalah -39-(-44)= 5 dB. Sedangkan channel

yang menggangu adalah ch 4 dengan frekuensi uplink 7836.65 dan frekuensi downlink 8147.97. Pada

elevasi rendah sinyal interference terukur di penerima tinggi semakin tinggi elevasi semakin rendah sinyal

interference.

7. C/I Dan C/N Minimum Studi Kasus AQUA

BER satelit AQUA adalah 10 -3 dengan demikian EB/No yang dipersyaratkan adalah 6.8 dB sesuai

dengan grafik pada Gambar 3-2 nilai ini juga sesuai dengan dokumen ground station satelit AQUA.

Page 22: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 9

C/N minimum dapat dianalisis dari persamaan (4-1).

C/N= 6.8 +10log(15.000.000/15000.000)

=6.8 dB+0

Sehingga pada pengukuran di lapangan perbandingan antara sinyal carrier dan sinyal noise

maupun interference adalah 6.8 dB. Pada hasil pengukuran diatas didapat nilai C/N 5 dB hal ini

mempengaruhi kualitas citra yang diterima.

8. Analisis Jarak Isolasi dan Daya Pancar Pada Satelit AQUA

Hasil pertemuan dengan depkominfo dilakukan kebijakan melakukan isolasi pada radius 6

kilometer pada jarak ini dilarang menggunakan frekuensi X Band pada frekuensi 7.5 GHz sd 8.5

GHz. EIRP 1 Watt (30 dBm) menjadi simulasi acuan dalam melakukan perhitungan. Besarnya

power 1 Watt dibandingkan dengan jarak minimum yang diperbolehkan pemancar dan C/N

standart 6.8 dB agar tidak mengganggu. Pada simulasi grafik di bawah menunjukkan pada EIRP 1

Watt 30 dBm, masih mengganggu. Elevasi interference di bawah 3 derajat tidak mengganggu dalam

proses tracking. Karena daerah lintasan satelit masih di luar Indonesia, elevasi interference diatas 3

derajat akan mengganggu penerimaan karena diatas 3 derajat sudah meliput wilayah Indonesia.

Gambar 8-1. Grafik Simulasi Power EIRP 1 Watt (30 dBm) dengan C/I

9. Kesimpulan dan Saran

Frekuensi mikrowave standart ITU-R 386 anex 1 dan ITU-R 2 anex 3, sama dengan frekuensi

yang digunakan satelit penginderaan jauh. Untuk menghindari interference dengan mikrowave

perlu dilakukan isolasi area sehingga satelit penginderaan jauh tidak terganggu penerimaannya.

Dari hasil analisis Jarak Isolasi 6 km belum bisa menghilangkan interference pada EIRP mikrowave

30 dBm. Pengukuran dan analisis pada satelit dengan bandwidth lebar dan bit rate tinggi.

0

10

20

30

40

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25

Po

we

r d

B

Perbandingan C/N Microwave dengan C/I Pada

Elevasi Maksimum

C/N

Microwave

C/I Pada

Elevasi Max

Jarak Km

Page 23: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 10

10. Daftar Rujukan

Alaydrus, Mudrik.2011. Antena Prinsip Dan Aplikasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Earth Observation Center Japan Aerospace Exploration Agency, 2006 . AMSR-E Data Users Handbook..

Japan Aerospace Exploration Agency

Freeman, Roger R. 1998. Telecommunication Transmission Handbook. JHON WILEY & SONS. New

York

Goddard Space Flight Center. 2003. Interface Description Document For Eos Aqua X-Band Direct

Broadcast. Greenbelt, Maryland

Goddard Space Flight Center. 2003. Eos Pm-1 Spacecraft To Eos Ground SystemInterface Control

Document Eos Pm Project. Greenbelt, Maryland

Mainil, Anil K. 2011. Satellite Technology. Jhon Wiley & Sons, New York.

Maral, G. 1986. Satellite Communication System. Jhon Wiley & Sons, New York

Seaspace, 2009.Axyom Model 50antenna Positioning System Operations And Maintenance Manual.

Seaspace, Sand Diego Ca.

Simanjuntak,T.L.H. 2004. Sistem Komunikasi Satelit. Pt Alumni, Bandung, London, Pp.48.

Setiawan, Deni.2010. Alokasi Frekuensi Kebijakan Dan PerencanaanSpektrum Indonesia. Departemen

Komunikasi Dan Informatika

Page 24: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 11

ANALISIS CARIER TO INTERFERENCE TRANSMISI GELOMBANG MICROWAVE

LINK X-BAND DENGAN DOWNLINK SATELIT PENGINDERAAN JAUH

Presenter: Arif Hidayat

Pertanyaan dan saran:

a. Mahdi Kartasasmita, LAPAN: bagaimana dengan simulasi yang menggunakan asumsi daya 1

watt, apakah dalam perhitungan internal antenanya? Berapa watt kondisi dari antenna?

b. Winanto, LAPAN: apakah masih diperlukan atau masih dilakukan koordinasi lebih lanjut terkait

gangguan frekuensi setelah sertifikasi?

c. Suhermanto, LAPAN: terkait dengan interferensi bahwa band frekuensi X-band yang digunakan

berdasarkan ITU merupakan sharing antara Space to earth dan earth to earth. Di dalam negeri

pengaturan tentang frekuensi ini dilakukan oleh kementrian Kominfo. Untuk proses perlindungan

terhadap stasiun bumi perlu adanya pengurusan ijin penggunaan radio dan harus sudah

tersertifikasi di dalam negeri. Pada kasus LAPAN stasiun bumi kita tidak ada ISR (ijin), maka

pada tahun 2012 ada pembuatan ijin yang dilakukan LAPAN untuk perlindungan frekuensi dalam

jarak 5 km tidak ada microwave yang menggunakan semua frekuensi. Karena perlu adanya ijin

(ISR) ini maka vendor alat yang digunakan LAPAN juga harus memiliki sertifikasi yang

dikeluarkan di Indonesia. LAPAN merupakan sebagai operator stasiun bumi penginderaan jauh

hanya saja tetap membutuhkan ijin ISR sehingga ini menjadi masalah utama. Tidak adanya berita

acara untuk kondisi setelah perlindungan frekuensi, apakah tidak ada gangguan lagi sehingga ISR

bisa segera terbit. Karena hanya dengan cara itu bisa melindungi stasiun bumi, sehingga

permasalahan bisa selesai. Kedepan ada wacana di ITU untuk memperluas frekuensi space to

earth 7.7-8.6 GHz, apakah memang perlu diperluas.

Jawaban:

a. Dalam perhitungan sudah diperhitungkan pada saat tertentu bisa sekitar 30 dBm. Pada saat

sertifikasi karena hanya 1 titik dan sudah ada koordinasi dengan Balmon. Terkadang 1 tower ada

banyak antenna dari berbagai perusahaan sehingga sulit untuk mengetahui provider mana yang

menjadi masalah.

b. Koordinasi memang masih terus dilakukan selain itu juga sudah ada sosialisasi dengan seluruh

operator, tetapi masih ada saja yang menggunakan frekuensi tanpa ijin.

Page 25: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 12

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM SENSING DAN

GROUND SEGMENT UNTUK QUADROTOR APTRG

Riyadhi Fernanda*), Fajar Septian*), Nurmajid Setyasaputra**), Burhanuddin Dirgantoro*) *)

Aeromodelling and Payload Telemetry Research Group (APTRG) Universitas Telkom **)

Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, LAPAN

e-mail: [email protected]

Abstract This paper describes the design and realization of the Sensing System Ground Segment for AMUAS. In

Quadrotor Test contains various sensors for monitoring and surveillance of a particular place. The sensors will measure parameters such as compass, accelerometer, temperature, pressure, altitude, and also visualization place monitored. Sensing system is controlled using a microcontroller and delivery of data using the XBee-PRO, so that the sensing system can be used to obtain the data in real time in the Ground Segment (GS).

Key Words: APTRG Quadrotor, System Sensing, Telemetry

Abstrak Paper ini menjelaskan tentang perancangan realisasi Sistem Sensing dan Ground Segment untuk AMUAS.

Pada Quadrotor Test berisi berbagai macam sensor untuk melakukan pemantauan dan pengawasan pada suatu tempat. Sensor tersebut akan mengukur parameter seperti kompas, akselerometer, suhu, tekanan, ketinggian, dan juga visualisasi tempat yang dipantau. Sistem sensing dikendalikan dengan menggunakan mikrokontroler dan pengiriman datanya menggunakan Xbee-PRO, sehingga sistem sensing tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan data secara real time di Ground Segment (GS). Kata Kunci: APTRG Quadrotor, System Sensing, Telemetry

1. Pendahuluan

Pemantauan dan pengukuran sebenarnya cukup mudah untuk dilakukan, dengan membawa alat ke

lokasi, melakukan pengukuran, dan mendapatkan hasil dari pemantauan dan pengukuran tersebut. Data

yang didapat pada umumnya dianalisa untuk mendapatkan informasi dan bahan penelitian, yang nantinya

akan berguna bagi kepentingan masyarakat. Tetapi bagaimana jika lokasi yang akan dituju sulit untuk

dijangkau dan rawan bencana, maka hal tersebut dapat jadi penghambat yang berarti dan akan

mengeluarkan dana yang tidak sedikit bila harus pergi ke tempat tersebut untuk melakukan pengukuran

dan pemantauan langsung di sana.

Ada alternatif lain untuk memudahkan mencapai tempat yang sulit dijangkau, dan tetap bisa

melakukan pemantauan dan pengukuran. Yaitu dengan menggunakan sebuah alat yang dikendalikan dari

jauh, dan berisi sensor-sensor yang dibutuhkan untuk pengukuran sehingga dapat mengukur parameter-

parameter yang ingin diketahui dari tempat berbeda. Alat ini memuat sistem pengukuran menggunakan

sensor yang dapat mengukur suhu, tekanan, ketinggian dan melakukan pemantauan dengan menggunakan

kamera .

Sistem sensing yang dibuat ditempatkan pada quadcopter. Alat ini terdiri dari sensor CMPS10 untuk

mendapatkan data kompas, sikap alat, dan akselerometer. Sensor HP03S untuk mendapatkan data suhu

dan tekanan. Sensor ultrasonic untuk pengukur ketinggian dan juga kamera wireless untuk memantau

tempat yang sulit dijangkau. Setiap sensor akan dikendalikan menggunakan mikrokontroler ATMega16

dan semua data dari sensor yang terhubung pada mikrokontroler akan diproses secara otomatis sesuai

dengan program yang dibuat. Data yang telah didapat dikumpulkan dan akan langsung dikirimkan kesisi

ground segment menggunakan wireless module.

Page 26: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 13

2. Fungsi Utama Sistem

Sistem sensing yang digunakan untuk mengawasi dan memantau keadaan suatu tempat yang

nantinya akan menghasilkan data suhu, tekanan, ketinggian, kemiringan, dan juga data gambar ini

memiliki beberapa bagian, yaitu:

a. Parameter,

b. Sensor,

c. ATmega16,

d. Xbee-PRO,

e. Receiver kamera, dan

f. Computer.

Sensor HP03S akan mengukur suhu, tekanan dan juga ketinggian dari permukaan laut, lalu CMPS10

mengukur kemiringan dataran yang diamati, juga akan menunjukkan arah hadap dari quadcopter.

Ultrasonic range sensor akan mengukur ketinggian dari tempat terdekat yang ada di bawah quadcopter.

Dan yang terakhir kamera wireless akan mengirimkan video ke komputer. Spesifikasi dari sistem sensing

yang dibuat ini adalah sebagai berikut:

1. Mikrokontroler ATmega 16 sebagai antarmuka dari sensor ke wireless module Xbee-PRO.

2. Sensor CMPS10

3. Sensor suhu dan tekanan DT-Sense Barometric Pressure & Temperature Sensor.

4. Sensor jarak HC-SR04.

5. Catu Daya berupa baterai dengan keluaran 5 Volt.

6. wireless module Xbee-PRO.

Sistem sensing dimuat pada quadcopter yang berukuran 45cm x 45 cm (Gambar 2-1 dan 2-2),

diletakkan di tengah dan di dalam chasing berbentuk bulat berdiameter 10cm.

Gambar 2-1 Sistem Sensing pada Quadcopter

Gambar 2-2 Sistem Keseluruhan pada Quadcopter

Page 27: Prosiding Seminar Penginderaan Jauh 2014 21 April 2014 IPB ...sinasinderaja.lapan.go.id/files/prosiding/2014/bukuprosiding_i-xiv.pdf · penguasaan tentang metodologi yang meliputi

Akusisi dan Koreksi Data Penginderaan Jauh

Seminar Nasional Penginderaan Jauh 2014 14

2.1 Perancangan dan Realisasi Hardware

Pada perancangan hardware sistem sensing untuk pengawasan dan pemantauan ini dilakukan dalam

enam langkah yaitu perancangan alat ukur akselero dan kompas, perancangan alat ukur ketinggian,

perancangan alat ukur suhu dan tekanan udara, perancangan sismin dan catu daya, koneksi kamera ke

receiver yang terhubung pada komputer serta perancangan koneksi perangkat wireless module dari

perangkat ke komputer.

2.1.1 Perancangan Alat Ukur Akselerometer, pitch, roll, dan Kompas

Menggunakan sensor CMPS10, berkomunikasi dengan mikrokontroler melalui jalur I2C, yaitu

menggunakan 2 pin pada mikrokontroler (Gambar 2-3). Pin yang digunakan pada ATmega16 untuk

komunikasi I2C yaitu SDA PINC.1 dan SCL PINC.0. Alamat device adalah 0xC0 dalam bentuk hexa.

Pemilihan sensor CMPS 10 dikarenakan sensor ini dapat digunakan untuk kompas, kemiringan, dan

akselerometer sekaligus. Lebih unggul dibanding pendahulunya yang hanya bisa untuk kompas yaitu

sensor CMPS03

CMPS10 dapat mengeluarkan data kompas, roll, pitch, yaw, kselerometer, dan magnetometer. Pada

proyek akhir ini data yang dipakai adalah kompas, roll, pitch, dan akselerometer, yaw tidak diperlukan

karena nilainya sama dengan data kompas, sedangkan magnetometer tidak digunakan. Nilai roll dan pitch

memiliki rentang dari 0-255, dan akan dikonversi menjadi ± 0-85 di sisi ground segment. Nilai kompas

adalah 0-359 yang merupakan satu putaran penuh. Dan terakhir adalah nilai akselerometer, memiliki

rentang dari 0-300, yang merepresentasikan nilai 3g, dimana 1 g adalah perpindahan data setiap bernilai

100.

2.1.2 Perancangan Alat Ukur Suhu dan Tekanan Udara

HP03S adalah sebuah modul sensor digital untuk mengukur tekanan relatif dan suhu yang memiliki

keluaran digital dan telah terkalibrasi. Sensor ini menggunakan interface I2C ke mikrokontroler yaitu

menggunakan 2 pin pada mikrokontroler. Pin yang digunakan pada ATmega16 untuk komunikasi I2C

yaitu SDA PINC.1 dan SCL PINC.0. Alamat device yang digunakan adalah 0xE4 dalam bentuk hexa.

Pada Proyek akhir ini digunakan modul sensor DT-Sense Barometric Pressure & Temperature Sensor

yang berisikan sensor HP03S. Sensor ini dipilih karena bisa mengukur tekanan yang nantinya akan

dikonversi ke dalam ketinggian, sehinnga dapat mengetahui seberapa tinggi dataran yang diukur.

� ��������� ������ = �76 − ��������� ∗ 0.075�� ∗ 100 (2-1)

Gambar 2-3 Konfigurasi Pin pada CMPS10 Gambar 2-4 DT-Sense Barometric Pressure &

Temperature Sensor