17
PROSPEK DAN PERSIAPAN BAHAN TANAM KELAPA SAWIT Disusun Oleh : Khadijah Khairunnisa H0413020 PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyuluhan komunikasi pertanian

Citation preview

Page 1: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

PROSPEK DAN PERSIAPAN BAHAN TANAM

KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :

Khadijah Khairunnisa

H0413020

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI

PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit sebagai tanaman tahunan telah menjadi penting di

Indonesia. Hal tersebut dikarenakan tanaman kelapa sawitmempunyai banyak

manfaat. Pertama sebagai sumber utama untuk makanan manusia, kedua sebagai

pakan ternak dan ketiga untuk pembuatan berbagai produk dalam negeri seperti

kosmetik, sabun dan detergen. Sabut pada tanaman kelapa sawit dapat digunakan

sebagai minyak goreng, biji kelapa sawit dapat diolah menjadi CPO 

(Glastra et al. 2002 dalam Syahrinudin 2005).

Tanaman kelapa sawit tumbuh optimal pada tanah ber pH 4-6, ketinggian 1-

400 m dpl, membutuhkan sinar matahari langsung dengan lama penyinaran 5-7

jam/hari, dengan suhu optimal 28-34˚C, curah hujan optimum berkisar 2000-3000

mm. Akar kelapa sawit berasal dari pangkal batang dan terdiri dari 4 jenis akar.

Akar primer memiliki diameter 8-10 mm dengan panjang bisa mencapai 18 m.

Akar sekunder memiliki diameter 2-4 mm, dimana berfungsi sama seperti akar

primer sebagai penyerap air. Akar kwartier memiliki diameter 0,7-1,5 mm dengan

panjang 5 cm untuk menyerap nutrisi. Akar tersier memiliki diameter 0,1-0,5 mm

dengan panjang sekitar 1-4 mm. Sistem perakaran membentuk sudut sudut seperti

siku-siku terhadap jenis akar berikutnya (Setyamidjaja 2006).

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang

pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)

dan bakal akar (radikula). Pada umumnya bunga jantan dan bunga betina tanaman

kelapa sawit terdapat pada satu pohon akan tetapi pada kasus tertentu didapati

yang terpisah. Bunga jantan dan bunga betina tidak terbentuk secara bersamaan

dalam satu pohon dan setiap bunga berasal dari ketiak daun. Bertambahnya umur

tanaman maka jumlah bunga jantan lebih banyak dibanding dengan bunga betina.

Buah kelapa sawit berasal dari bunga betina (Lubis 2008).

Pemupukan kelapa sawit dilakukan dengan membuat piringan 20 cm

dimulai dari lingkaran luar kanopi masuk ke dalam menuju titik pusat lingkaran

batang. Hal ini dilakukan sebab penyerapan unsur hara yang optimal dilakukan

oleh jaringan akar meristematik yang terletak bi bagian luar lingkaran

kanopi. Strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep

Page 3: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Pelaksanaan pemupukan harus

memperhatikan 5 komponen, diantaranya adalah jenis pupuk yang

digunakan,  dosis pupuk yang digunakan,  penentuan waktu aplikasi,  cara

pengaplikasian, kualitas pupuk (Pahan 2011 dalam Suriah 2013).

Kelapa sawit merupakan tanaman C-4 dimana dapat melakukan fotosintesis

lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi. Sinar matahari mendorong

pertumbuhan vegetatif, pembentukan bunga dan buah. Pengunaan jarak tanam

yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh sinar

matahari. Kelapa sawit yang hidup ditempat terlindung dan kurang cukup

mendapat cahaya matahari pertumbuhanya akan meninggi, tidak normal, jumlah

daun sedikit, mengurangi produksi karbohidrat, bunga dan buah

(Wahyu 2011 dalam Suriah 2013).

Produksi kelapa sawit yang rendah bisa disebabkan oleh curah hujan yang

cukup tinggi, maka luapan air akan menggenangi lahan. Tergenangnya bagian

perakaran tanaman dengan sering, memicu tanaman mengalami stres karena tidak

mampu bekerja secara optimal. Proses respirasi akar akan terhambat yang akan

mengakibatkan proses penyerapan hara juga terhambat (Suriah 2013).

1. Prospek Tanaman Kelapa Sawit

Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang

diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam

rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkembangan pada berbagai subsistem

yang sangat pesat pada agribisnis kelapa sawit sejak menjelang akhir tahun

1970-an menjadi bukti pesatnya perkembangan agribisnis kelapa sawit. Dalam

dokumen praktis ini digambarkan prospek pengembangan agribisnis saat ini

hingga tahun 2010, dan arah pengembangan hingga tahun 2025. Masyarakat

luas, khususnya petani, pengusaha, dan pemerintah dapat menggunakan

dokumen praktis ini sebagai acuan.

Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang

diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta.

Pada tahun 2003, luas areal perkebunan rakyat mencapai 1.827 ribu ha

(34,9%), perkebunan negara seluas 645 ribu ha (12,3%), dan perkebunan besar

Page 4: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

swasta seluas 2.765 ribu ha (52,8%). Ditinjau dari bentuk pengusahaannya,

perkebunan rakyat (PR) memberi andil produksi CPO sebesar 3.645 ribu ton

(37,12%), perkebunan besar negara (PBN) sebesar 1.543 ribu ton (15,7 %),

dan perkebunan besar swasta (PBS) sebesar 4.627 ribu ton (47,13%). Produksi

CPO juga menyebar dengan perbandingan 85,55% Sumatera, 11,45%

Kalimantan, 2%, Sulawesi, dan 1% wilayah lainnya. Produksi tersebut dicapai

pada tingkat produktivitas perkebunan rakyat sekitar 2,73 ton CPO/ha,

perkebunan negara 3,14 ton CPO/ha, dan perkebunan swasta 2,58 ton CPO/ha.

Pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan juga didukung secara

handal oleh enam produsen benih dengan kapasitas 124 juta per tahun. Pusat

Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfin, PT. Lonsum, PT. Dami Mas, PT.

Tunggal Yunus, dan PT. Bina Sawit Makmur masing-masing mempunyai

kapasitas 35 juta, 25 juta, 15 juta, 12 juta, 12 juta, dan 25 juta. Permasalahan

benih palsu diyakini dapat teratasi melalui langkah-langkah sistematis dan

strategis yang telah disepakati secara nasional. Impor benih kelapa sawit harus

dilakukan secara hati-hati terutama dengan pertimbangan penyebaran

penyakit.

Dalam hal industri pengolahan, industri pengolahan CPO telah

berkembang dengan pesat. Saat ini jumlah unit pengolahan di seluruh

Indonesia mencapai 320 unit dengan kapasitas olah 13,520 ton TBS per jam.

Sedangkan industri pengolahan produk turunannya, kecuali minyak goreng,

masih belum berkembang, dan kapasitas terpasang baru sekitar 11 juta ton.

Industri oleokimia Indonesia sampai tahun 2000 baru memproduksi olekimia

10,8% dari produksi dunia.

Secara umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan agribisnis kelapa

sawit masih mempunyai prospek, ditinjau dari prospek harga, ekspor dan

pengembangan produk. Secara internal, pengembangan agribisnis kelapa sawit

didukung potensi kesesuaian dan ketersediaan lahan, produktivitas yang masih

dapat meningkat dan semakin berkembangnya industri hilir. Dengan prospek

dan potensi ini, arah pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah

pemberdayaan di hulu dan penguatan di hilir.

Page 5: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, tujuan utama

pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah 1) menumbuhkembangkan

usaha kelapa sawit di pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi

pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, dan 2) menumbuhkan industri pengolahan CPO dan produk

turunannya serta industri penunjang (pupuk, obata-obatan dan alsin) dalam

meningkatkan daya saing dan nilai tambah CPO dan produk turunannya.

Sedangkan sasaran utamanya adalah 1) peningkatan produktivitas menjadi 15

ton TBS/ha/tahun, 2) pendapatan petani antara US$ 1,500 – 2,000/KK/tahun,

dan 3) produksi mencapai 15,3 juta ton CPO dengan alokasi domestik 6 juta

ton.

Arah kebijakan jangka panjang adalah pengembangan sistem dan usaha

agribisnis kelapa sawit yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan

terdesentralisasi. Dalam jangka menengah kebijakan pengembangan agribisnis

kelapa sawit meliputi peningkatan produktivitas dan mutu, pengembangan

industri hilir dan peningkatan nilai tambah, serta penyediaan dukungan dana

pengembangan.

Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit diantaranya adalah

integrasi vertikal dan horisontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka

peningkatan ketahanan pangan masyarakat, pengembangan usaha pengolahan

kelapa sawit di pedesaan, menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan

dalam rangka pemanfaatan sumber daya perkebunan, dan pengembangan

pasar. Strategi tersebut didukung dengan penyediaan infrastruktur (sarana dan

prasarana) dan kebijakan pemerintah yang kondusif untuk peningkatan

kapasitas agribisnis kelapa sawit. Dalam implementasinya, strategi

pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung dengan program-program

yang komprehensif dari berbagai aspek manajemen, yaitu perencanaan,

pelaksanaan (perbenihan, budidaya dan pemeliharaan, pengolahan hasil,

pengembangan usaha, dan pemberdayaan masyarakat) hingga evaluasi.

Kebutuhan investasi untuk perluasan kebun kelapa sawit 60.000 ha per

tahun untuk lima tahun ke depan adalah Rp. 12,7 trilyun. Kebutuhan investasi

Page 6: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

di Indonesia Barat adalah Rp. 5,8 trilyun, investasi petani plasma sebesar Rp.

3,4 trilyun perusahaan inti sebesar Rp. 1,9 trilyun pemerintah sebesar Rp.

587milyar. Kebutuhan investasi di Indonesia Timur adalah Rp. 6,8 trilyun

(investasi petani plasma sebesar Rp. 3,9 trilyun, perusahaan inti sebesar Rp.

2,3 trilyun dan pemerintah sebesar Rp. 649 milyar.

Kebutuhan investasi untuk peremajaan kebun kelapa sawit 100.000 ha per

tahun untuk lima tahun ke depan adalah Rp. 14,6 trilyun. Kebutuhan investasi

untuk peremajaan 80.000 ha di Indonesia Barat adalah Rp. 10,7 trilyun

(investasi petani plasma sebesar Rp. 8 trilyun perusahaan inti sebesar Rp. 2,4

milyar dan pemerintah sebesar Rp. 349,912,500,000). Kebutuhan investasi

untuk peremajaan 20.000 ha di Indonesia Timur adalah Rp.3,9 trilyun

(investasi petani plasma sebesar Rp. 3 trilyun perusahaan inti sebesar Rp.

741milyar dan pemerintah sebesar Rp. 113 milyar Total biaya investasi yang

diperlukan dalam 5 tahun ke depan sekitar Rp. 27,3 trilyun.

Dalam implementasinya, pengembangan agribisnis kelapa sawit baik

melalui perluasan maupun peremajaan menerapkan pola pengembangan inti-

plasma dengan penguatan kelembagaan melalui pemberian kesempatan

kepada petani plasma sebagai pemilik saham perusahaan. Pemilikan saham ini

dilakukan melalui cicilan pembelian saham dari hasil potongan penjualan hasil

atau dari hasil outsourcing dana oleh organisasi petani.

Kebutuhan investasi untuk pengembangan pabrik biodiesel kapasitas 6.000

ton per tahun (6.600 kl per tahun) dan kapasitas 100.000 ton per tahun

(110.000 kl per tahun) masing-masing adalah Rp. 12 milyar dan Rp. 180

milyar. Apabila setiap tahun dibangun satu pabrik skala kecil dan besar, maka

total biaya investasi yang diperlukan dalam lima tahun ke depan Rp. 860

milyar. Nilai investasi tersebut diperlukan untuk membeli peralatan dan

mendirikan bangunan pabrik. Dukungan kebijakan sarana dan prasarana serta

regulasi diperlukan untuk mencapai sasaran investasi dan pengembangan

agribisnis sawit ini. Dukungan kebijakan diharapkan diperoleh dari

Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Deparetemen

Keuangan, Bank Indonesia, Kantor Menteri Negara BUMN, Departemen

Page 7: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Koordinasi Penanaman Modal,

Kantor Menteri Negara Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, Pemerintah

Daerah, dan Kejaksaan Agung serta Kepolisian.

2. Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

Tujuan pembibitan kelapa sawit adalah menghasilkan bibit kelapa sawit

yang bermutu tinggi dan tersedia untuk penanaman di lahan ataupun untuk

dijual. Pelaksanaan pembibitan kelapa sawit terdiri dari 3 tahapan:

1. Tahapan persiapan pembibitan

2. Tahapan Pre-nursery (Pembibitan Awal)

3. Tahapan Main-nursery (Pembibitan Utama)

I. Tahapan Persiapan Pembibitan

a. Pemilihan Lokasi Pembibitan

Sebelum menentukan lokasi pembibitan, perlu dilakukan survey ke calon

lokasi untuk mengetahui sumber air yang terjamin dan bersih.  Secara umum

faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi pembibitan adalah:

Lokasi pembibitan diusahakan lahan datar, topografi rata (< 15 %),

berdrainase baik, dan tidak banjir.

Calon lokasi pembibitan dekat dengan sumber air bersih dan baik, pH

minimum 4.5.

Mempunyai akses jalan yang baik, bisa dilewati truk, untuk menghindari

biaya lansir material.

Lokasi pembibitan aman dari gangguan hama, ternak, dan manusia

Luas areal pembibitan minimal 1 – 1.5 % dari luas areal pertanaman yang

direncanakan

Untuk 1 ha pembibitan sawit dibutuhkan jalan pengawasan 200 m x 5 m

b. Bahan Tanaman (kecambah asli)

Bahan tanaman kelapa sawit unggul (kecambah asli) dapat di pesan pada

beberapa institusi yang telah ditunjuk oleh Menteri Pertanian dengan SK

Menteri Pertanian Nomor KB.320/261/Kpts/5/1984 antara lain: PPKS Medan,

PT Socfindo, SMART, Asian Agri.  Pada umumnya kebutuhan kecambah

mencapai  140 % dari jumlah bibit yang akan ditanam, dengan perincian untuk

Page 8: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

seleksi kecambah  = 2,5 %, seleksi di pre nursery   = 10 %, seleksi di main

nursery= 15 %, dan cadangan penyisipan =  5 %.

Misalnya, Jika kita ingin menanam sawit 1 Ha berapa kebutuhan

kecambah.  Jadi kebutuhan  Kecambah = 100/97,5 x 100/90 x 100/85 x 100/95

= 1,40 x jumlah pohon/ha.  Untuk kerapatan tanam 130 pokok/Ha di kali 1,40

berjumlah 180 pokok/Ha.  Sedangkan untuk populasi tanaman 143 pokok/ha,

kebutuhan kecambah adalah 200 kecambah/Ha.  Sebaiknya sebelum pemesanan

kecambah harus diketahui kapan kecambah tersebut dapat dikirim, supaya

persiapan dilapangan telah siap sebelum kecambah diterima.  Kecambah yang

telah diterima langsung ditanam ( maksimal 3-5 hari setelah penerimaan ).

Sistem Pembibitan Kelapa sawit terdiri dari  dua model, yaitu:

Single stage  : Penanaman kecambah dilakukan langsung di pembibitan utama

Double stage: Penanaman kecambah dilakukan dua tahap, di polybag kecil (Pre

nursery ) dan kemudian dipindahkan ke polybag besar (Main nursery).

Pre nursery      = 3 bulan di polybag kecil

Main nursery    = 9 -12 bulan sampai   bibit siap tanam

Masing-masing model pembibitan mempunyai keuntungan dan kekurangan. 

Tetapi sistem Double stage lebih disarankan  karena kemudahan dalam

pengawasan dan pemeliharaan, tersedia waktu untuk mempersiapkan

pembibitan utama, bibit lebih terjamin karena terdapat proses seleksi, seleksi

yang ketat dapat mengurangi penggunaan tanah dan polybag.

c. Persiapan Media Tanam

Media tanam (tanah) sangat menentukan pertumbuhan kecambah. 

Kecambah akan tumbuh subur jika media tanam kaya dengan unsure hara. 

Syarat untuk media tanam adalah:

Tanah bagian atas (top soil)

Gembur, bebas dari OPT

Tanah yang kurang gembur dapat dicampur dengan pasir (3:1)

Tanah diayak dengan ayakan 2 cm

Ukuran polybag perlu diperhatikan.  Ukuran polybag untuk  Pre nursery 22

x 14 cm, tebal 0,07 mm, hitam/putih, berlubang Ø 0,3 cm jumlah lobang 24

Page 9: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

buah, dan untuk Main nursery  Ukuran 50 x 40 cm, tebal 0,2 mm, hitam,

berlubang Ø 0,5 cm jumlah lobang 60 buah.

Naungan pada pembibitan kelapa sawit sangat dibutuhkan untuk mencegah

masuknya sinar matahari langsung, dan menghindari terbongkarnya tanah

akibat hujan.  Intensitas naungan pada umur 0 – 1,5 bulan setelah penanaman

kecambah  100 persen. Untuk 1,5 – 2,5 bulan 50 persen, dan naungan

dihilangkan bertahap jika umur kecambah lebih dari 2.5 bulan. 

d. Penanaman Kecambah

Kecambah diusahakan segera ditanam, maksimal lima hari setelah

penerimaan.  Keterlambatan penanaman kecambah di polybag dapat

menyebabkan plumula dan radikula memanjang sehingga menyulitkan

penanaman; kecambah rusak oleh jamur; dan kecambah akan menjadi

kering/mati. Beberapa permasalahan yang harus diperhatikan saat penanaman

kecambah adalah kecambah harus ditanam secara benar, dengan radikula

menghadap ke bawah, dan plumula tertutup oleh lapisan tanah. 

II. Tahapan Pre Nursery (Pembibitan Awal)

 Pada tahapan Pre Nursery (Pembibitan Awal), beberapa  hal yang sangat

diperhatikan adalah penyiraman.  Penyiraman kecambah yang telah ditanam di

polybag harus disiram dua kali sehari, karena setiap bibit memerlukan 0,1 –

0,25 liter/ penyiraman.  Selanjutnya adalah penyiangan.  Penyiangan

dilakukan untuk menjaga kodisi bibit bebas dari gulma.  Penyiangan

dilakukan di dalam polybag dan luar polybag.  Pada saat umur kecambah

masih muda penyiangan sebaiknya secara manual untuk membuang rumput

atau gulma lain.  Rotasi penyiangan dua minggu sekali.

Pemeliharan selanjutnya adalah konsolidasi bibit.  Periksa semua kondisi

polybag, jika ada tanah yang kurang segera di tambah lagi supaya polibag

kokoh dan tegak.  Pemupukan segera dilakukan setelah umur bibit sepuluh

hari.  Pupuk diberikan adalah urea dan majemuk NPK.  Dosis pupuk urea 2

gram/lt air untuk 100 bibit, dan pupuk majemuk 2,5 gr/polybag.  Frekuensi

pemberian pupuk seminggu sekali.  Pengamatan terhadap hama dan penyakit

di pembibitan Pre Nursery dilaksanakan setiap hari.Hama utama di Pre

Page 10: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

Nursery adalah semut, jangkrik, belalang, tikus, untuk penyakit pada

umumnya yang menyerang adalah penyakit : Helminthosporium,

Antrachnosa, blast.

III. Tahapan Main Nursery (Pembibitan Utama)

Tahapan ini terdiri dari:

Persiapan fasilitas Penyiraman harus sudah selesai  1 bulan sebelum

pemindahan bibit dari pre nursery ke main nursery.

Pengisian tanah di polybags  harus sudah  selesai  untuk menerima

pemindahan bibit dari pre nursery sesuai jumlah bibit yang akan

dipindahkan dan terus berlanjut sampai siap untuk menampung semua

kecambah.

Ukuran Polybag  50 cm x 40 cm x 0,2 cm, 500 lubang , jenis black UV

stabilized)

Pompa dan mesin berkapasitas 30 kva untuk melayani  10 ha bibit di

main nursery

Jumlah pipa dan perlengkapannya harus di hitung sesuai design di

lapangan.

Page 11: Prospek Dan Persiapan Bahan Tanam Kelapa Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Lubis 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) di Indonesia. Edisi 2. Medan: Pusat

Penelitian Kelapa Sawit.

Setyamidjaja, D 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen, Pengolahan.

Yogyakarta: Kanisius.

Suriah 2013. “Tinjauan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.)Swadaya Masyarakat pada Lahan Gambut Kecamatan Bangko

PusakoKabupaten Rokan Hilir”. Jurnal Agroteknologi 2013. Jili,

(online).http://repository.unri.ac.id diakses 15 September 2015.

Syahrinudin 2005. Ecology and Development

Series. http://books.google.co.iddiakses pada 15 September 2015.