Upload
syahrulfathi
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perancangan sistem informasi e-recruitment di lapan
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KASUS PADA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
TUGAS METODOLOGI PENELITIAN & PENULISAN ILMIAH
SYAHRUL FATHI
1206302825
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
SALEMBA APRIL, 2013
ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iii Sejarah Perusahaan .................................................................................................. 1 Visi dan Misi ........................................................................................................... 1 Tugas pokok dan fungsi .......................................................................................... 1 Identifikasi Masalah ................................................................................................ 2 Analisis Masalah ..................................................................................................... 3 Perumusan Masalah ................................................................................................ 4 Rational Unified Process (RUP) ............................................................................. 5 Unified Modeling Language (UML) ....................................................................... 7 Diagram-Diagram UML .......................................................................................... 9
Diagram Use Case ............................................................................................... 9 Diagram Activity ............................................................................................... 10 Diagram Sequence ............................................................................................ 11 Diagram Class ................................................................................................... 11 Diagram Collaboration ...................................................................................... 12
Penelitian Terkait .................................................................................................. 13 Metodologi Terkait ................................................................................................ 14
Rational Unified Process (RUP) ....................................................................... 14 Inception Phase ............................................................................................. 15 Elaboration Phase ......................................................................................... 16 Construction Phase ....................................................................................... 17 Transaction Phase ......................................................................................... 18 Iteration ......................................................................................................... 19
Metodologi Perancangan Sistem Informasi ...................................................... 19 Teoritikal Framework ............................................................................................ 20 Endnote ................................................................................................................. 23
iii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Fishbone diagram .................................................................................. 4 Gambar 2 Proses RUP ............................................................................................ 7 Gambar 3 Use case diagram .................................................................................. 9 Gambar 4 Activity Diagram ................................................................................. 10 Gambar 5 Sequence diagram ............................................................................... 11 Gambar 6 Class diagram ..................................................................................... 12 Gambar 7 Collaboration Dagram ........................................................................ 13 Gambar 8 Framework penelitian usability e-recruitment .................................... 14 Gambar 10 Metodologi RUP ............................................................................... 15 Gambar 11 Metodologi penelitian perancangan informasi PT FMI .................... 20 Gambar 12 Metodologi penelitian ....................................................................... 21
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel perbandingan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan oleh LAPAN .................................................................................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan wawancara di LAPAN ....................................................... 22
Universitas Indonesia
1
Sejarah Perusahaan
Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama
RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku
Sekretaris Dewan Penerbangan RI). Tanggal 22 September 1962, terbentuknya
Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil
membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya. Tanggal
27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN.
Visi dan Misi
Visi LAPAN adalah “Terwujudnya Kemandirian dalam IPTEK pernebangan dan
ANTARIKSA untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa”.
Misi LAPAN adalah:
• Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan
teknologi roket, satelit dan penerbangan.
• Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan
teknologi dan data penginderaan jauh.
• Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan
sains antariksa dan atmosfer.
• Mengembangkan kajian kebijakan Penerbangan dan antariksa nasional.
• Mengembangkan sistem manajemen kelembagaan.
Tugas pokok dan fungsi
Tugas pokoknya adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN
menyelenggarakan fungsi-fungsi:
• Pengkajian dan penyusunan kebijaksanaan nasional di bidang penelitian
dan Pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
• Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN.
Universitas Indonesia
2
• Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
• Penyelenggaraaan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga.
Lingkup kegiatan LAPAN mencakup pengembangan teknologi dan pemanfaatan
penginderaan jauh, pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa,
pengembangan teknologi dirgantara, dan pengembangan kebijakan kedirgantaraan
nasional.
Identifikasi Masalah
LAPAN menggunaan sistem informasi e-recruitment untuk proses penerimaan
pegawai. E-recruitment dibentuk pada tahun 2007 dan digunakan pada tahun 2007
juga. E-recruitment dibuat oleh Budi Riyanto, staf Bagian Kepegawaian dan E-
recruitment digunakan oleh Bag. Kepegawaian. E-recruitment dibentuk
berdasarkan kebijakan pimpinan yang bertujuan memudahkan proses rekrutmen
pegawai LAPAN, menghindari unsur KKN dan transparasi proses rekrutmen
pegawai sampai mendapatkan NIP. Namun dalam implementasinya ternyata
ekpektasi e-recruitment ini masih belum tercapai. Berikut beberapa kendala
berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Ratih selaku penanggungjawab bidang
kepegawaian: (Sumber hasil wawancara dengan Ibu Ratih Pratiwi sebagai
penanggung jawab bidang kepegawaian di LAPAN)
• Masih tergantungnya sistem dengan orang kepegawaian
• Otomasi sistem belum tercapai. Masih ada tahapan dalam proses
rekrutmen yang harus dilakukan secara manual oleh pegawai LAPAN.
Masih ada proses rekrutmen yang belum termasuk dalam e-recruitment
• Infrastruktur yang digunakan belum memadai. Ketika masuk waktu
proses rekrutmen, orang yang mengakses e-recrutment akan semakin
banyak sehingga Sistem akhirnya tidak dapat diakses
Universitas Indonesia
3
Dari analisis diatas, kondisi saat ini dan kondisi yang diharapakan LAPAN
terhadap e-recruitment ternyata belum tercapai. Tujuan LAPAN untuk
mempercepat proses rekrutmen belum tercapai. Untuk itu perlu dianalisis lebih
lanjut untuk mengetahui akar masalah dari e-recruitment di LAPAN.
Tabel 1 Tabel perbandingan kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan oleh LAPAN
Kondisi Saat ini Kondisi yang diharapkan
Sistem informasi e-recruitment yang
sekarang ternyata belum membuat proses
rekrutmen di LAPAN cepat dan akurat.
Masih ada bisnis proses yang belum
terintegrasi sehingga otomasi sistem tidak
tercapai. Infrastruktur juga belum memadai
sehingga menghambat proses yang berada
di e-recruitment
Dengan adanya e-recrutment maka akan
membuat proses rekrutmen pegawai lebih
cepat, akurat, dan transparan.
Analisis Masalah
Gap yang dihasilkan dari identifikasi masalah tersebut harus dianalisis lebih lanjut
menggunakan fishbone diagram. Fishbone diagram akan membantu menentukan
akar masalah tentang e-recruitment di LAPAN. Setelah dianalisis terdapat 4 akar
permasalahan e-recruitment milik LAPAN. Akar pertama adalah dalam hal
manajemen sistem informasinya. Pada proses e-recruitment ternyata masih ada
proses bisnis yang belum terintegrasi. Jadi masing-masing proses tersebut
terpisah, tidak menyatu dalam e-recruitment. Seharusnya proses tersebut masuk
kedalam proses bisnis milik e-recruitment sehingga tidak ada waktu jeda dan
integritas data lebih terjaga. Hal tersebut juga mengakibatkan otomasi belum
tercapai dalam penggunaan e-recruitment.
Akar kedua adalah dalam hal Infrastrukturnya. Ketika sistem menerima load yang
besar saat jadwal rekrutmen dibuka, sistem tidak dapat menangani load tersebut
sehingga sistemnya down. Data yang seharusnya terintegrasi masih disimpan
dalam format excel. Ini akan mempersulit proses audit dan tracking data ketika
dibutuhkan.
Universitas Indonesia
4
Akar ketiga masalah ini adalah pada pihak SDM. E-recruitment tersebut masih
bergantung dengan SDM untuk operasionalnya. Akar masalah terakhir adalah
dalam hal birokrasi. Masih ada campur tangan pihak lain di proses rekrutmen
LAPAN. Berikut gambar fishbone diagramnya.
Gambar 1 Fishbone diagram
Penulis mengambil akar masalah perancangan sistem informasi untuk dianalisis
lebih lanjut. Diharapkan ketika perancangan sistem informasi e-recruitment
diproses dengan baik, maka permasalahan lainnya dapat diminimalisir. Jika
perancangan sistem informasinya baik, maka diharapkan ekspektasi LAPAN
untuk proses rekrutmennya secara cepat dan akurat akan tercapai.
Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah tersebut, maka dapat dibentuk research question
yaitu:
Bagaimana rancangan sistem informasi e-recruitment di LAPAN?
Universitas Indonesia
5
Berikut akan dijelaskan 3 teori yang relevan dengan penelitian ini. Yaitu Rational
Unified Process (RUP), Unified Modeling Language (UML), dan diagram-
diagram UML. Setelah itu akan dibahas tiga penelitian yang berhubungan dengan
e-recruitment. Lalu dijelaskan dua metodologi penelitian yang terkait dengan
perancangan sistem informasi. Pada bagian terakhir dibentuk kerangka penelitian
yang dibuat oleh penulis untuk pengerjaan penelitian ini.
Rational Unified Process (RUP)
Rational Unified Process (RUP) adalah framework pengembangan software
engineering. RUP mengatur bagaimana development membagi tugas dan
tanggung jawab saat proses pengembangan software di organisasi. Tujuannya
untuk membuat software yang memiliki kualitas tinggi dan memenuhi kebutuhan
user dengan waktu yang terjadwal dan biaya yang seefisien mungkin. RUP dapat
digunakan sebagai panduan penggunaan Unified Modeling Language (UML)
secara efektif.i
RUP menjelaskan bagaimana membuat software komersial di dalam
pengembangan software kepada developer. Semua itu adalah best practice atau
sekumpulan metode yang telah teruji secara sukses di industri. RUP menyediakan
panduan, templates, dan berbagai tools untuk membangun software yang
berkualitas dengan best practice yang terdiri dari:
• Develop software iteratively
• Manage requirements
• Use component-based architectures
• Visually model software
• Verify software quality
• Control changes to software
Untuk mendapatkan software yang memuaskan berdasarkan kebutuhan konsumen
sangatlah sulit. Mengetahui semua kebutuhan user di awal pengembangan
software tidaklah mudah. Terkadang ketika ditengah proses development, ada
penambahan proses bisnis yang tidak terdeteksi pada tahap awal analisis.
Pendekatan secara iteratif diperlukan untuk melengkapi bisnis proses yang tidak
Universitas Indonesia
6
terdeteksi saat analisis awal ketika sedang masa development software. RUP
mendukung pendekatan secara iteratif untuk menanggulangi berbagai resiko di
semua lifecycle development. Setiap iterasi dalam proses ini menghasilkan suatu
versi software yang siap pakai sehingga tim development tetap produktif
menghasilkan produk selagi proses koreksi tetap berjalan dan akan
diimplementasikan di iterasi berikutnya.
RUP menjelaskan bagaimana cara untuk memperoleh, mengorganisasikan
kebutuhan fungsional dokumen, tracking setiap aktifitas development, dan
memudahkan mendapatkan bisnis proses apa saja yang dibutuhkan. Penggunan
use case dan skenario saat mendeskripsikan bisnis proses terbukti sebagai cara
yang paling ampuh untuk mendapatkan kebutuhan fungsional dan memastikan
desain, implementasi dan software testing sesuai dengan kebutuhan user.
Dalam RUP fokus pada awal development adalah untuk membuat baseline
arsitektur yang kuat sebelum melakukan pengembangan dengan skala penuh. Hal
tersebut menjelaskan bagaimana membangun arsitektur yang fleksibel, dapat
mengakomodasi perubahan, mudah dimengerti secara intuitif, dan mendukung
reusable software. RUP mendukung pengembangan software secara component-
based dan pendekatan yang sistematik untuk menentukan infrastruktur
menggunakan komponen baru atau yang sudah ada.
Setiap proses pada RUP memperlihakan secara visual software model agar dapat
menentukan jenis arsitektur dan komponen software tersebut. Visualisasi secara
abstrak dapat membantu mengkomunikasikan berbagai aspek di software
development. Unified Modeling Language (UML) adalah pondasi dasar suksesnya
visual modeling.
Rendahnya performa aplikasi dan reability dari sebuah software adalah
permasalahan software yang sering ditemui. Karenanya, harus ada review kualitas
terhadap kebutuhan berdasarkan realibilitas, fungsionalitas, performa aplikasi dan
performa sistem. RUP memandu tim development saat perencanaan, desain,
implementasi, eksekusi, dan evaluasi sesuai kualitas yang ditentukan.
Universitas Indonesia
7
Kemampuan mengatur perubahan memungkinkan setiap perubahan itu diterima
serta kemampuan menelusuri perubahan sangat dibutuhkan di dalam software
development. Proses tersebut menjelaskan bagaimana untuk mengontrol,
mengikuti, dan memonitor perubahan untuk menunjang software development
yang iteratif. Hal tersebut juga membimbing kita membuat lingkungan
development yang aman untuk developer dengan cara menyediakan isolasi dan
kontrol terhadap perubahan di semua artifak software.
Proses yang terjadi di RUP pada Gambar 1 dibagi menjadi dua dimensi. Bagian
yang horizontal melambangkan waktu dan aspek lifecycle dari development yang
terbagi menjadi empat fase yaitu inception, elaboration, construction, dan
transition. Bagian yang vertikal melambangkan aspek dasri setiap proses
development. Bagian tersebut menjelaskan aktifitas, artifak, developer, dan alur
kerja.
Gambar 2 Proses RUP
Unified Modeling Language (UML)
The Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa modeling visual yang
universal dan digunakan secara spesifik untuk membuat spesifikasi, menggambar,
dan membentuk artifak untuk sebuah software system. UML digunakan untuk
memudahkan saat desain, konfigurasi, maintain dan mengontrol informasi di
Universitas Indonesia
8
sebuah sistem. Hal ini dimaksudkan agar dapat digunakan disemua tahapan proses
development, tahapan lifecycle, aplication domain, dan media. UML meliputi
konsep semantik, notasi dan guidelines. UML tidak mendefinisikan standar
proses, tetapi berguna pada saat proses development yang iteratif.ii
UML menangkap informasi dari sistem yang bersifat statis maupun dinamis.
Sebuah sistem dimodelkan sebagai sekumpulan dari objek yang berbeda yang
saling berinteraksi untuk melakukan suatu pekerjaan yang berguna bagi user.
Elemen yang bersifat statis mendefinisikan bermacam objek yang penting
terhadap sistem beserta implementasinya. Elemen yang bersifat dinamis
mendefinisikan perubahan objek dari waktu ke waktu dan hubungan komunikasi
antar objek untuk mencapai tujuan objek tersebut. UML juga mendukung
konstruksi organisasi untuk mengatur model kedalam paket-paket yang digunakan
tim development untuk memecah sebuah sistem yang besar menjadi beberapa
bagian, yang mudah dimengerti dan dapat dikontrol di lingkungan development
yang sangat rumit. UML bukanlah bahasa pemograman namun sebuah sistem
dapat mengubah suatu notasi UML menjadi berbagai macam bahasa pemograman.
Tujuan dibentuknya UML adalah memudahkan berbagai macam permodelan.
Penggunaannya tidak ekslusif dan dibuat oleh persetujuan komunitas komputasi.
UML tidak dibuat untuk menjadi development method yang menyeluruh. UML
juga tidak menyediakan step-by-step proses development. UML dan proses yang
menggunakan UML adalah hal yang berbeda. UML menyediakan semua konsep
untuk mendukung metode software development yang moderen dan iteratif
berdasarkan arsitekur yang kuat untuk menyelesaikan permasalahan user. Yang
termasuk dalam konsep area milik UML adalah:
• Static Structure
• Dynamic Behaviour
• Implementation constructs
• Model Organization
• Extensibility Mechanisms
Universitas Indonesia
9
Diagram-Diagram UML
Berikut adalah beberapa diagram yang ada di UML beserta penjelasan dan contoh
notasinya.
Diagram Use Case
Diagram use case adalah unit eksternal yang terlihat secara fungsional yang
disediakan oleh unit sistem dan mengekspresikan secara sekuensial pertukaran
pesan oleh unit sistem diantara satu atau lebih aktor dalam sistem unit. Tujuan
dari use case adalah mendefinisikan bagian dari keterhubungan tanpa
memperlihatkan struktur internal dari sistem. Definisi use case termasuk semua
tingkah laku dari semua variasi yang normal maupun yang eksepsional. Dari sudut
pandang user, ini adalah kondisi yang tidak biasa, tetapi dari sisi sistem variasi ini
harus didefinisikan dan dapat ditanggulangi
Di dalam model, eksekusi dari setiap use case tidak tergantung dari use case yang
lain, walaupun dalam implementasinya use case secara implisit dependen
terhadap dua objek. Use case yang bervariasi dapat di gambarkan melalui UML
seperti state chart diagram, sequence diagram, collaboration diagrams atau
informal text description. Ketika use case di implementasi, setiap use case pada
akhirnya saling berkolaborasi. Diagram use case Terdiri dari aktor, dan
lingkungan atau ruang lingkup use case tersebut.
Gambar 3 Use case diagram
Universitas Indonesia
10
Diagram Activity
Activity diagram adalah notasi dari activity graph. Activity diagram memiliki
beberapa simbol spesial yang disusun berdasarkan tingkat kenyamanan. Simbol
tersebut dapat berupa state chart diagram.
Setiap fase aktivitas ditampilkan dalam bentuk box rounded. Notasi untuk transisi
yang selesai digambarkan dengan garis panah. Percabangan dibentuk dengan garis
atau diamond dengan berbagai label sesuai kondisi kebutuhan sistem.
Penggabungan setelah percabangan digambarkan seperti state chart dengan garis
panah. Untuk situasi eksternal, input dari sebuah event dapat ditampilkan sebagai
trigger untuk transisi.
Gambar 4 Activity Diagram
Universitas Indonesia
11
Diagram Sequence
Sequence diagram menggambarkan interaksi dengan grafik dua dimensi. Bagian
yang vertikal adalah dimensi waktu. Bagian horizontal adalah klasifikasi dari
berbagai objek sesuai dengan peran objek tersebut. Ketika objek sedang aktif,
maka notasi akan berbentuk garis putus-putus. Sendangkan ketika prosedur
sedang aktif, garis akan digambarkan dengan garis yang double.
Gambar 5 Sequence diagram
Diagram Class
Static view konsep di dalam model aplikasi adalah bagian dari internal
implementasi. Hal ini bersifat statis karena tidak menggambarkan waktu dari
sistem yang digambarkan di permodelan yang lain. Objek utama dari static view
adalah class dan relationshipnya beserta asosiasi, generalisasi, dan beberapa
macam dependensi. Class adalah gambaran dari konsep dari aplikasi domain.
Class digambarkan persegi panjang. List atribut dan operasi di tampilkan di
bagian bawahnya. Relationship antar class digambarkan oleh garis yang
menghubungakn class satu dengan yang lain.
Universitas Indonesia
12
Gambar 6 Class diagram
Diagram Collaboration
Diagram collaboration adalah class diagram yang berisi tentang klasifikasi dan
asosiasi terhadap peran suatu objek. Peran tersebut menerangkan konfigurasi dari
objek dan menghubungkanya ketika instance dari kolaboration dijalankan. Ketika
kolaborasi terbentuk, objek bergantung dengan classifier role dan
menghubungkannya dengan asociation roles. Asociation rolse dapat berperan
sebagai penghubung sementara seperti prosedur argumen, atau lokal variabel
prosedur.
Hanya objek yang tergabung dengan kolaborasi ditampilkan meskipun masih ada
yang lain di keseluruhan sistem. Dengan kata lain, kolaborasi model diagram dari
objek dan links bersatu di dalam tahap implementasi dari hasil interaksi dan
menghiraukan yang lain
Universitas Indonesia
13
Gambar 7 Collaboration Dagram
Penelitian Terkait
Karetsos & Manouselis (2009) melakukan penelitian tentang modeling untuk e-
government untuk skala small medium enterprise (SME) di pedesaan
menggunakan UML dan RUP. Mereka ingin mengetahui pengaruh ICT di daerah
pedesaan yang tidak terlalu maju dibandingkan di kota. Mereka fokus pada
analisis, design dan implementasi e-government untuk daerah SME dengan
modelling language UML serta berdsarkan RUP untuk software life cycle
approach. Tujuan penelitian ini untuk menggerakan SME mendapatkan informasi
dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah, selagi mereka mendapatkan akses
untuk menggunakan e-learning seperti menggunakan service yang adaiii. Proses
penelitian mereka menggunakan empat proses workflow RUP yaitu business
modeling, requirements use case modeling, analysis & design, dan
implementation.
Musa et al (2006) melakukan penelitian tentang sistem e-recruitment di
pemerintahan Serawak, Malaysia. Peneliti fokus pada usability dari penggunan
website e-recruitment. Kriteria dari usability adalah navigasi berupa hyperlinks,
panjang halaman, penempatan layout pencarian ataupun informasi user. Dalam
penelitian ini, yang diteliti adalah penggunaan warna dan gambar, layout website,
dan konsistensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria tersebut menentukan
sukses atau tidaknya sebuah sistem informasi e-recruitment. Karena pengguna
sistem adalah orang yang sering melakukan lamaran secara tradisional, usability
dari website tersebut adalah hal yang vital yang memfasilitasi proses rekrutmen
Universitas Indonesia
14
secara efektif dan efisieniv. Berikut adalah framework yang digunakan dalam
penelitian diatas:
Gambar 8 Framework penelitian usability e-recruitment
Manzoni & Price (2003) melakukan penelitian tentang asesmen pada proses RUP
berdasarkan CMM. Dalam penelitiannya, setiap key practice (KP) diidentifikasi
untuk setiap key process area (KPA), RUP dinilai untuk menentukan apakah
hasilnya sesuai dengan KP atau tidak. Untuk setiap KPA, presentase dari key
practice yang disupport dijumlahkan. Hasilnya berupa seberapa besar proses area
yang mendukung dari hasil RUP yang mendukung CMMI level 2 dan level 3.
Kesimpulannya dari penelitian ini adalah asesmen dari RUP dapat memenuhi
beberapa kebutuhan CMM tetapi ada beberapa aspek manajerial yang tidak dapat
didukung. RUP memang dibentuk untuk pendekatan software manajemen dan
proses software engineering, tetapi bukan untuk pendekatan sistem manajemen.
Karena RUP tidak mencakup cost management, human resources management,
communication management, dan contracts management.v
Metodologi Terkait
Rational Unified Process (RUP)
Rational Unified Process (RUP) adalah framework pengembangan software
engineering. RUP mengatur bagaimana development membagi tugas dan
Universitas Indonesia
15
tanggung jawab saat proses pengembangan software di organisasi. Tujuannya
untuk membuat software yang memiliki kualitas tinggi dan memenuhi kebutuhan
user dengan waktu yang terjadwal dan biaya yang seefisien mungkin. RUP dapat
digunakan sebagai panduan penggunaan Unified Modeling Language (UML)
secara efektif
Gambar 9 Metodologi RUP
Inception Phase
Pada tahap inception, tim development menentukan kasus bisnis yang akan ada di
sistem dan menentukan batasan dari project tersebut. Untuk mencapai hal
tersebut, tim harus menentukan semua entitas yang berinteraksi ke sistem dan
definisikan interaksi tersebut dalam high level. Proses ini melibatkan identifikasi
semua use case dan definisikan yang penting-penting saja. Hal itu termasuk
kriteria sukses, risk assesment, estimasi sumber daya yang dibutuhkan, dan
milestone di software developement tersebut. Keluaran dari proses ini adalah:
• Vision document
• Use case model (10% – 20%)
• Tahap awal project glosary
• Tahap awal pengembangan bisnis case
• Tahap awal risk assesment
• Project plan (perlihatkan fase dan iterasinya)
• Bisnis model jika diperlukan
Universitas Indonesia
16
• Beberapa prototipe
Akhir dari fase ini adalah tahap awal dari milestone yaitu lifecycle objectives
milestone. Kriteria evaluasi dari fase inception adalah:
• Stakeholder
• Requirement understanding
• Credibility of the cost
• Depth and breadth
• Actual expenditures
Project dapat dibatalkan atau didevelop ulang jika tidak memenuhi kriteria diatas
Elaboration Phase
Tujuan fase elaboration adalah menganalisa problem domain, menentukan
pondasi arsitektural, membuat project plan, dan menghilangkan elemen yang
mempunyai resiko paling tinggi di dalam project. Untuk tujuan tersebut,
developer harus tau secara luas dan mendalam aplikasi yang akan dibuat.
Keputusan untuk membuat sebuah arsitektur harus dibuat dengan pengetahuan
akan keseluruhan sistem, cakupan aplikasi sesuai requirements, kebutuhan
fungsional dan nonfungsional sistem.
Fase elaboration adalah fase terpenting diantara empat fase yang ada di RUP. Fase
ini menentukan apakah proses berlanjut ke pembuatan fase konstruksi dan fase
transisi. Fase ini juga memastikan apakah arsitektur, kebutuhan dan rencana sudah
matang atau belum. Sehingga tim development dapat memprediksi biaya dan
jadwal yang dibutuhkan untuk pengembangan aplikasi ini.
Di fase elaboration, arsitektur prototype yang siap pakai adalah hasil dari
beberapa iterasi development tergantung dari batasan, besar dan resiko dari suatu
project. Fase tersebut minimal menunjukan use case yang penting yang di dapat
pada fase inception, yang biasanya mendapatkan major technical risk yang
terdapat dalam project. Keluaran dari fase ini adalah:
Universitas Indonesia
17
• Use case model minimal 80%
• Supplementary requirements menangkap semua non functional
requirements
• Deskripsi arsitektur software
• Arsitektur prototype yang siap pakai
• List revisi dari resiko dan bisnis case
• Development plan dari keseluruhan project
• Update dari development case
• Preliminary user manual (optional)
Akhir dari fase ini adalah bagian terpenting kedua di dalam proses RUP karena
pada fase ini sudah mendapatkan secara detil objektif sistem dan ruang
lingkupnya, arsitektur apa yang akan dipakai, dan resolusi dari resiko yang major.
Kriteria evaluasi pada tahap ini adalah:
• Apakah product vision sudah stable?
• Apakah arsitektur sudah stable?
• Apakah demo project sudah mencakup semua major risk yang sudah
diperbaiki?
• Apakah plan dari fase konstruksi sudah secara mendetail dan akurat?
• Apakah semua stakeholders setuju versi yang sekarang ini dan
arsitektur yang sekarang jika dieksekusi dapat membangun
keseluruhan sistem?
• Apakah resource expenditure yang sekarang dan expenditure yang
direncanakan sudah dapat diterima?
Construction Phase
Pada saat fase konstruksi, semua komponen dan fitur aplikasi yang tersisa sudah
dibuat dan diintegrasikan kedalam produk dan sudah diuji. Pada fase ini cara
pandang berubah dari pengembangan intelektual properti di fase inception dan
elaboration menjadi pengembangan produk di fase construction dan transition.
Minimal fase ini menghasilkan:
Universitas Indonesia
18
• Software produk yang terintegrasi ke platform
• User manuals
• Deskripsi dari rilis yang terbaru
Setelah fase ini tim development menentukan apakah software sudah layak rilis
dan dapat digunakan secara layak. Biasanya produk rilis ini disebut produk beta.
Kriteria evaluasi pada tahap ini diantaranya:
• Apakah produk ini sudah stabil dan layak dioperasikan oleh komunitas
pengguna?
• Apakah semu stakeholders sudah siap dengan transisi ke komunitas
pengguna?
• Apakah resource expenditure yang sekarang dan expenditure yang
direncanakan sudah dapat diterima?
Transaction Phase
Tujuan tahap ini adalah melakukan transisi produk yang telah dibangun ke
komunitas user. Setelah produk sudah diberikan ke user, biasanya muncul
masalah yang harus diperbaiki pada rilis selanjutnya. Masa transisi ini terjadi
ketika baseline sekiranya sudah cukup matang untuk di jalankan pada end user.
Tahapan ini membutuhkan beberapa subset yang berfungsi dan diterima oleh
batas kualitas tertentu sehingga menghasilkan hasil yang positif bagi semua pihak.
Fase ini menghasilkan:
• Beta testing untuk validasi apakah sistem ini sesuai dengan kebutuhan
user
• Melakukan operasi yang paralel selagi mengganti sistem yang lama
• Konversi database
• Pelatihan untuk user
• Memberitahukan kepada tim di bagian marketing, distribusi dan sales
Fase transition fokus kepada aktifitas yang dibutuhkan untuk menyampaikan
produk ke user. Biasanya fase ini terdiri dari beberapa iterasi termasuk beberapa
beta rilis. Objektif utama dari fase transisi termasuk:
Universitas Indonesia
19
• Memperoleh dukungan dari user
• Memperoleh kepastian dari stakeholder apakah baseline sudah cukup
matang, konsisten dan sesuai dengan kriteria dari visi produk
• Memperoleh baseline produk yang efektif secara cost
Fase ini memiliki rentang kesulitan dari simpel hingga kompleks tergantung dari
tipe produknya. Sebagai contoh, produk baru yang menggantikan produk lama
dapat dilakukan dengan mudah, tetapi jika dalam konteks produk yang besar hal
tersebut sangat sulit dilakukan. Pada titik ini, tim menentukan apakah objek telah
terpenuhi dan tim akan mulai melakukan iterasi berikutnya. Kriteria untuk
evaluasi tahap ini adalah:
• Apakah user sudah puas?
• Apakah resource expenditure yang sekarang dan expenditure yang
direncanakan sudah dapat diterima?
Iteration
Setiap fase pada RUP dapat dipecah menjadi beberapa iterasi. Iterasi adalah
sebuah perulangan secara menyeluruh pada tahap development yang
menghasilkan suatu produk release. Iterasi termasuk dari bagian sebuah final
product, yang berkembang dari iterasi ke iterasi selanjutnya. Keuntungan
menggunakan pendekatan iterasi adalah:
• Resiko akan terdeteksi lebih cepat
• Sebuah perubahan dapat lebih mudah diatur
• High level penggunaan ulang suatu bagian software
• Team project dapat belajar bertahap dari iterasi ke iterasi yang lain
• Mendapatkan kualitas yang lebih baik
Metodologi Perancangan Sistem Informasi
Metodologi perancangan sistem informasi ini diambil dari karya akhir Irman
Triharyanto, MTI UI 2006. Penelitiannya berjudul “Perancangan Sistem
Informasi Terpadu Jaringan Apotek PT. FMI”. Peneliti melakukan tahapan
penelitiannya berawal dari tahap wawancara, studi literatur, melakukan survey,
Universitas Indonesia
20
tahap analisis, tahap perancangan dan tahap pelaporan. Peneliti menggunakan
metode analisis FAST untuk merumuskan langkah-langkah yang ditempuh untuk
menyelesaikan tahap analisa permasalahan. vi
Gambar 10 Metodologi penelitian perancangan informasi PT FMI
Dalam penelitiannya, problem analysis FAST digunakan untuk meliputi domain-
domain: memahami problem domain, menganalisa masalah dan peluang-peluang,
dan menganalisa proses bisnis, dan menentukan system improvement objectives.
Untuk identifikasi masalah dan peluang-peluang arahan yang ada dalam sistem
tersebut, peneliti menggunakan PIECES framework.
Teoritikal Framework
Untuk rencana pengerjaan penelitian, dibentuk teoritikal framework untuk
panduan langkah-langkah pengerjaan penelitian perancangan sistem informasi e-
recruitment di LAPAN. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data awal.
Data ini berupa informasi permasalahan apa yang ditemui oleh organisasi?
Apakah permasalahan tersebut dapat diselesaikan menggunakan pendekatan
secara ilmiah? Apakah memungkinkan data yang diperlukan mudah didapat? dan
sebagainya.
Universitas Indonesia
21
Gambar 11 Metodologi penelitian
Dari masalah tersebut dibentuk pertanyaan penelitian untuk membuat ruang
lingkup pengerjaan penelitian lebih sempit agar pengerjaannya lebih fokus dan
terarah. Setelah pertanyaan penelitian di dapat, dicarilah teori-teori pendukung
yang dapat membantu menyelesaikan masalah. Setelah teori pendukung diperoleh,
maka dirancang metode penelitian untuk menentukan tahapan penelitian. Untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut diperlukan data yang lengkap sesuai
kebutuhan penelitian, maka dilakukan penggalian data lebih lanjut menggunakan
teknik wawancara atau pengambilan data yang lain. Setelah data diperoleh maka
dibentuk mulai masuk tahapan development menggunakan RUP seperti yang telah
dijelaskan di bagian atas. Hasilnya dibahas untuk mengetahui lebih lanjut. Pada
proses terakhir ditarik kesimpulan berdasrkan hasil analisa penelitian yang telah
dilakukan.
Universitas Indonesia
22
Lampiran 1 Laporan wawancara di LAPAN
Hari, Tanggal pelaksanaan: Kamis, 28 Maret 2013
Waktu Pelaksanaan: 10:00 – 17-00
Media Pelaksanaan: email
Narasumber: Ratih Pratiwi (Penanggung jawab sebagai Kabag. Kepegawaian)
Pewawancara: Syahrul Fathi
Tema Wawancara: Penggunaan Sistem Informasi e-recruitment di LAPAN
Tujuan Wawancara: Untuk mengetahui apakah e-recruitment ini sudah berjalan sesuai strategi LAPAN.
• Pertanyaan: Ibu Ratih menjabat sebagai apa di LAPAN? Jawaban: Penanggungjawab Kabag. Kepegawaian
• Pertanyaan: E-recruitment ini dibentuk tahun berapa? Dan kapan mulai digunakan? Jawaban: E-recruitment ini dibentuk tahun 2007 dan mulai digunakan tahun 2007 juga.
• Pertanyaan: Siapa yang membuat sistem informasi ini? Jawaban: Budi Riyanto, staf Bagian Kepegawaian
• Pertanyaan: Siapa yang menggunakan aplikasi ini? Jawaban: Aplikasi ini digunakan oleh Bag. Kepegawaian
• Pertanyaan: Apa alasan dibentuknya aplikasi ini? Jawaban: e-recruitment dibentuk karena berdasarkan kebijakan pimpinan. Dengan aplikasi ini juga diharapkan dapat mengurangi unsur KKN dalam proses rekrutmen di LAPAN. Transparasi juga hal yang perlu diperhatikan dalam proses rekrutmen di LAPAN. Sehingga setiap rekrutmen yang ada dapat dipertanggungjawabkan
• Pertanyaan: Apa tujuan dan ekspektasi untuk e-recruitment di lapan? Jawaban: Diharapkan proses rekrutmen di LAPAN dapat berlangsung cepat dan akurat. Serta diharapkan dapat mengenalkan LAPAN ke masyarakat luas.
• Pertanyaan: Apakah ekspektasi tersebut sudah tercapai? Jawaban: Ekspektasinya belum semuanya tercapai
• Pertanyaan: Apa saja kendalanya? Jawaban: Masih tergantungnya sistem dengan orang kepegawaian. Otomatisasi sistem belum tercapai. Masih ada tahapan dalam proses rekrutmen yang harus dilakukan secara manual oleh pegawai LAPAN. Infrastruktur yang digunakan belum memadai. Ketika masuk waktu proses rekrutmen, orang yang mengakses e-recrutment akan semakin banyak sehingga Sistem akhirnya tidak dapat diakses
Universitas Indonesia
23
Endnote
i Process, Rational Unified. Best practices for software development teams. A Rational Software ii James Rumbaugh, Ivar Jacobson, and Grady Booch. 2004. Unified Modeling Language
Reference Manual, the (2nd Edition). Pearson Higher Education.
iii Karetsos, S., Manouselis, N., & Costopoulou, C. (2011). Modeling an e-government observatory
for rural SMEs using UML with RUP. Operational Research, 11(1), 59-75. doi:
http://dx.doi.org/10.1007/s12351-009-0060-8 iv Musaa, N., Junaini, S. N., & Bujang, Y. R. (2006, January). Improving usability of e-recruitment
website: A preliminary study on Sarawak government website. In Pacific Asia Conference on
Information Systems (10). v Manzoni, L. V., & Price, R. T. (2003). Identifying extensions required by RUP (rational unified
process) to comply with CMM (capability maturity model) levels 2 and 3. IEEE Transactions on
Software Engineering, 29(2), 181-192. doi: http://dx.doi.org/10.1109/TSE.2003.1178058 vi Triharyanto, I. 2006. Perancangan sistem informasi terpadu jaringan apotek PT. FMI. Program
Magister Teknologi Informasi. Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Indonesia, 2006.