Psychologi Pend

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGManusia adalah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Di dalam kehidupan sosial tersebut manusia mempelajari seluk beluk kehidupan. Dalam hidupnya manusia tidak lepas dari belajar. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pandangan umum di Indonesia ini, belajar diidentikan sebagai pendidikan di sekolah yang berkisar antara umur 6-18 tahun atau bahkan jika melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi tentu lebih banyak jangka usianya. Tetapi kita akan lebih membahas tentang pendidikan di sekolah. Terutama tingkat dasar dan menengah yang dalam kebijakan pemerintah inilah yang disebut wajib belajar 9 tahun. Setiap orang mempunyai sisi psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal tindakannya. Atau bisa disebut gejala jiwa. Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia yang mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik atau siswa. Dalam tulisan in akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Gejala jiwa yang ada pada diri manusia sangat mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas dalam dunia pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik. Gejala jiwa misalnya: sensasi, persepsi, memori, berpikir, intelegensi, emosi dan motivasi mempengaruhi pola perilaku belajar siswa. Hal tersebut nantinya bisa mempengaruhi kualitas hasil akhir dalam belajar.

B.

PERMASALAHAN1. 2. 3. 4. 5. 6. Apa yang dimaksud dengan pengindraan (sensasi) dan persepsi ? Apa yang dimaksud dengan memori? Apa saja macam-macam memori? Apa yang dimaksud dengan berfikir ? Apa yang dimaksud dengan inteligensi dan perannya? Apa yang dimaksud dengan emosi dan motivasi, serta perannya ?

C.

TUJUANSetelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan

berbagai bentuk gejala jiwa, antara lain : sensasi dan persepsi, memori, berpikir, inteligensi, emosi dan motivasi serta penerapan bentuk-bentuk gejala jiwa tersebut dalam bidang pendidikan.

BAB II PEMBAHASANA. PENGINDRAAN (SENSASI) DAN PERSEPSIPengertian Perilaku manusia diawali dengan adanya pengindraan atau sensasi. Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia. Setelah stimulus masuk ke alat indra manusia, maka otak akan menerjemahkan stimulus tersebut. Kemampuan otak untuk menerjemahkan stimulus seseorang satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat diindra. Begitu pula pelajaran yang disampaikan pengajar tidak semua bisa ditangkap oleh seseorang, persepsi pun akan berlainan. Pengindraan sangat berkontribusi dalam proses pembelajaran untuk menangkap sepenuhnya stimulus yang diberikan oleh pengajar dan sebaliknya. Maka dari itu, diperlukan ukuran stimulus yang cukup untuk di indra, alat indra yang sehat, dan adanya perhatian penuh dalam proses belajar mengajar agar materi apa yang disampaikan oleh pengajar dapat diindra/ditangkap sepenuhnya oleh seorang peserta didik. Kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus disebut dengan persepsi. Persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan stimulus yang masuk ke alat indra. Persepsi berkontribusi dalam proses pembelajaran, karena dalam proses ini terjadi proses aktif seseorang dalam memilah, mengelompokkan, serta memberi makna pada informasi yang di terimanya. Jika persepsi seorang peserta didik tentang suatu stimulus/materi dari pengajar sesuai dengan apa yang dimaksudkan, tentunya hal ini akan memudahkan proses belajar seseorang kedepannya. Pada hakekatnya ada banyak stimulus yang ada disekitar manusia, namun tidak semua stimulus tersebut berhasil untuk diindra. Suatu stimulus akan berhasil untuk diindra karena memiliki syarat-syarat berikut : 1. 2. 3. Ukuran stimulus yang cukup besar untuk diindra. Alat indra kita sehat. Adanya perhatian manusia untuk mengamati stimulus disekitarnya. Dalam dunia pengindraan pengamatan memegang peranan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari. Pengamatan adalah usaha untuk mengenal dunia disekitar dengan menggunakan alat indra. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun stimulus yang diindra atau diamati sama namun bisa menimbulkan interpretasi hasil atau persepsi yang berbeda-beda. Apabila dilihat dari sudut pandang pengamatan, aspek pengaturan

pengamatan dapat dibedakan menjadi : 1. Pengaturan menurut sudut pandang ruang. Menurut sudut pandang ini, arah suatu ruangan akan berpengaruh pada hasil pengamatan. Misalnya: atasbawah, samping kanan-samping kiri, jauh-dekat. 2. Pengamatan menurut sudut pandang waktu. Menurut sudut pandang ini, kapan suatu stimulus diamati akan mempengaruhi hasil pengamatan. Misalnya: kemarin dan hari ini, lima menit pertama dan lima menit berikutnya, saat istirahat dan saat bekerja. 3. Pengaturan menurut sudut pandang Gestalt. Menurut sudut pandang Gestalt, manusia cenderung mengamati suatu stimulus sebagai suatu kesatuan yang utuh dibandingkan melihat sesuatu yag detail. Misalnya melihat suatu bangunan, dilihat sebagai suatu bangunan rumah yang utuh dan bagus, bukan melihat sesuatu yang detail seperti gentengnya, pintunya, ataupun dindingnya. 4. Pengaturan menurut sudut pandang arti. Dalam sudut pandang ini, stimulus yang diamati dilukiskan berdasarkan artinya bagi kita. Misalnya jika dilihat dari bangunan fisik, bangunan rumah dan tempat ibadah memiliki bangunan fisik yang sama, tetapi memiliki arti yang berbeda. Perbedaan hasil pengamatan atau persepsi juga dipengaruhi oleh individu atau orang yang mengamati. Dilihat dari individu atau orang yang mengamati, adanya perbedaan hasil pengamatan dipengaruhi oleh: 1. 2. 3. 4. Pengetahuan, pengalaman atau wawasan seseorang. Kebutuhan seseorang. Kesenangan atau hobi seseorang. Kebiasaan atau pola hidup sehari-hari.

Perbedaan Pengamatan dan Persepsi dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Seharihari Dari sudut pandang tertentu ketika kita mengamati, perilaku akan mempengaruhi persepsi yang terbentuk. Persepsi yang ada pada seseorang akan mempengaruh bagaimana perilaku orang tersebut. Secara umum apabila kita mengamati seseorang dari depan maka tampak kecantikannya, tetapi jika yang diamati bagian belakang maka kecantikan itu tidaklah tampak, demikian pula kapan kita mengamati juga akan memberika hasil yang belum tentu sama. Dengan demikian perbedaan sudut pandang pada pengamatan akan menghasilkan perbedaan persepsi. Persepsi manusia, baik berupa persepsi positif maupun negatif akan memepengaruhi tindakan yang tampak. Tindakan positif biasanya akan

muncul apabila kita mempersepsi seseorang secara positif dan sebaliknya. Sebagai contoh ketika kita mempersepsi siswa A adalah siswa yang pandai maka kita akan memperlakukan ia dengan menghargainya dan memberi kesempatan baginya untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya apabila kita menilai siswa B adalah siswa yang lambat belajar maka kita akan memeperlakukannya berbeda dengan siswa A. Mengamati seseorang anak memerlukan kehati-hatian seorang pendidik. Dari sudut pandang mana pengamatan dilakukan akan menentukan keadaan anak selanjutnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan untuk mengamati orang lain dari sudut pandang negatif atau kekurangan-kekurangannya akan berdampak buruk bagi anak. Hasil akan berbeda jika anak lebih banyak ditinjau dari sudut pandang yang positif atau kelebihannya. Penemuan Jack Canfield menunjukkan bahwa orang tua atau guru yang lebih tertarik memperhatikan kekurangan-kekurangan anak dan cenderung mengabaikan kelebihan atau perilaku positif anak akan mengakibatkan anak kurang dapat mengenal, menghargai maupun mengembangkan sikap dan perilaku yang positif, serta cenderung lebih peka dalam sikap dan perilaku positif.

B.

MEMORIMemori merupakan kemampuan untuk memasukkan (encoding), menyimpan (storage),

Pengertian Memori

dan memunculkan kembali (retrieval) informasi

yang kita terima. Contohnya yaitu ketika

seorang mahasiswa baru mengikuti kegiatan ospek dan di sana ia berkenalan dengan sesorang Amin. Ke esokan harinya mereka bertemu kembali dan masih mengenalinya. Mahasiswa tersebut memasukkan nama Amin ke dalam ingatan. Tahap ini disebut dengan encoding dimana kita mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai dengan nama yang diucapkan (Amin) menjadi kode-kode yang diterima ingatan, dan dia menyimpannya kedalam ingatannya. Dia mempertahankan ingatan dari ospek hari tersebuthingga pagi hari merupakan storage. Dan dia masih dapat mengenali bahwa orang tersebut adalah Amin, merupakan tahapan mengingat kembali (retrieval). Terkait dengan upaya memunculkan kembali informasi yang sudah diterima dibedakan menjadi recall dan recognize. Recall merupakan upaya memunculkan kembali informasi yang sudah diterima tanpa diberikan stimulus yang membantu, misalnya siswa mengerjakan soal-soal essay atau menjawab pertanyaan isian, mengingat kembali kejadian pada masa lalu. Sedangkan recognize merupakan upaya memunculkan kembali informasi yang sudah diterima dengan bantuan informasi yang tersedia, misalnya mengerjakan soal pilihan ganda, benar-salah maupun menjodohkan. Contoh lainnya yaitu ketika seseorang pergi ke suatu tempat dan mengingat

kembali rutenya dengan melihat bangunan atau benda lain yang menjadi tanda kemana jalan menuju tempat tersebut.

Macam-macam Memori Jika dilihat dari rentang waktu informasi bertahan dalam otak kita, memori dibedakan menjadi memori jangka pendek, memori kerja, dan memori jangka panjang. 1. Memori Jangka Pendek Memori jangka pendek disebut juga immediate memory atau short term memory. Informasi dalam memori jangka pendek bertahan hanya beberapa detik. Rentang waktu bertahannya informasi yaitu sekitar 15-30 detik. Memori ini mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu atau kombinasi dari panca indera yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui kulit dan perabaan melalui kulit. Contoh dari memori jangka pendek yaitu ketika seorang siswa mencontek jawaban teman ketika sedang ulangan. Pada saat mencontek ia akan mengikat kata atau jawaban dari temnnnya tersebut. Dan setelah menuliskannya dalam kertas jawabannya ia akan lupa apa jawaban dari temannya tadi. Contoh lainnya yaitu ketika kita sedang mengetik di komputer. Pertama pasti kita akan melihat ke teks yang akan kita ketik, kemudian kita akan menghafalkan beberapa kata dari teks tersebut dan mengetikkanya ke komputer. Setelah kta terebut terketik kita akan beralih ke kata selanjutnya dan akhirnya kita lupa kata apa saja yang telah kita ketik. Kapasitas memori jangka pendek berkisar antara 5 9 digit, dan biasanya akan mengalami kesulitan jika menghafal lebih dari 9 digit. Namun kemampuan penyimpanan memori anatara orang yang satu dengan orang yang lain berbeda-beda dan di pengaruhi oleh banyak faktor.

2. Memori Kerja Memori kerja atau biasa disebut dengan working memory merupakan kemampuan menyimpan informasi dalam beberapa menit hingga beberapa jam dan member waktu yang cukup untuk secara sadar memproses melakukan refleksi dan melaksanakan suatu kegiatan berpikir. Informasi dalam memori kerja juga memungkinkan masuk ke memori jangka panjang jika informasi tersebut bermakna dan sering diulang. Contonya yaitu ketika siswa melakukan belajar dengan cara sistem kebut semalam. Informasi yang masuk dalam memori ini dapat bertahan cukup lama, namun karena informasi tersebut kadang tidak berarti bagi siswa, maka cenderung hilang apabila sudah tidak digunakan.

3. Memori Jangka Panjang Memori jangka pagjang atau bisa disebut dengan long term memory merupakan kemampuan menyimpan informs yang cenderung menetap atau permanen. Informasi dalam memori jangka panjang dapat bertahan dalam beberapa bulan, tahun bahkan seumur hidup. Beberapa faktor yang berpengaruh tehadap penyimpanan informasi jangka panjang adalah : Informasi yang berhubungan dengan keselamatan hidup Informasi yang membangkitkan emosi Informasi yang masuk akal dan berarti

C.

BERPIKIRPara ahli mendefinisikan berpikir sebagai suatu proses mental yang bertujuan untuk

Definisi

memecahkan masalah. Menurut Solso (1988) berpikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi dan pemecahan masalah. Berpikir melibatkan berbagai bentuk gejala jiwa seperti sensasi, persepsi, maupun memori. Menurut Mayer, berpikir meliputi tiga komponen pokok, yaitu: 1. Berpikir merupakan aktifitas kognitif. 2. Berpikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif. 3. Berpikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah.

Berpikir Otak Kiri dan Otak Kanan Berdasarkan hasil penelitian Roger Spery (1960), otak terdiri dari dua hemifer, yaitu hemifer kiri dan kanan yang masing-masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Karakteristik kerja otak kiri adalah hal-hal yang berurutan, detail ke global, membaca berdasar pada fonetik, berupa kata-kata, simbol , dan huruf, focus pada internal, serta informasinya bersifat factual. Sedangkan karakter berpikir otak kanan bersifat acak, global ke detail, membaca menyeluruh, bentuk berupa gambar dan grafik, proses yang dilalui diawali dulu dengan melihat dulu atau mengalami sesuatu dan selanjutnya terjadi proses belajar spontan dan alamiah, serta berfokus pada eksternal. Sedangkan menurut DePorter (1999) menjelaskan bahwa karakteristik berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Cara berpikirnya sesuai dengan

tugas-tugas teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik serta simbolisme. Sedangkan karakteristik pada otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Otak kanan banyak terlibat pada kegiatan nonverbal seperti, perasaan dan emosi, kesadaran yang terkait dengan perasaan, kesadaran spatial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.

Berpikir Kreatif Menurut Chandra (1994) kreativitas merupakan kemampuan mental yang khas pada manusia yang melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, baru, indah, efisien, tepat sasaran, dan tepat guna. Sedangkan menurut pendapat Guilford, kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki berbagai macam jawaban dari suatu persoalan. Berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir yang menyebar. Dalam berpikir divergen, orang tidak hanya dapat memandang suatu stimulus sebagaimana apa adanya orang biasa memandang stimulus tersebut, tetapi ia dapat juga melihat stimulus tersebut dari berbagai sudut pandang. Rhodes menyebutkan empat cirri kreativitas sebagai Four Ps Creativity atau empat P, yaitu : 1. Person, merupakan keunikan individu dalam pikiran dan ungkapannya. 2. Proses, yaitu kelancaran, fleksibilitas dan orisinilitas dalam berpikir. 3. Press, merupakan situasi kehidupan dan lingkungan sosial yang memberi kemudahan dan dorongan untuk menampilkan tindakan kreatif. 4. Product, diartikan sebagai kemampuan dalam menghasilkan karya yang baru dan orisinil dan bermakna bagi individu dan lingkungannya.

D.

INTELIGENSI

Inteligensi berasal dari bahasa Latin intelligentia, yang berarti kekuatan akal manusia. Sudah banyak sekali definisi yang dibuat para ahli mengenai inteligensi. Orang awam seringkali mengartikan ini sebagai kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Para psikolog mendefinisikan intelegensi berdasar orientasi teoritis yang dikembangkan, sehingga melahirkan pengertian inteligensi yang berbeda satu sama lain (Anastasi, 1997). Secara garis besar berbagai konsep atau definisi operasional mengenai inteligensi dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu Kelompok pertama memandang inteligeni sbagai kemampuan menyesuaikan diri (Tyler, 1956, Wechsler1958, Sorenson, 1977). Tokoh yang tergabung dalam kelompok ini antara lain Tyler mengkaitkan inteligensi dengan pengetahuan penalaran, kemampuan berbuat secara efektif

dalam menghadapi situai baru dan kemampuan mendapatkan dan memanfaatkan informasi secara tepat. Selanjutnya Wechsler memberikan pengertian inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan bertujuan, berfikir seara rasional dan kemampuan menghadapi lingkungan secara efektif. Sorenson menyatakan bahwa seseoarang yang inteligensinya tinggi akan cepat mengerti atau memahami situasi yang dihadapi serta memiliki kecepatan dalam berfikir. Ketiga teori diatas menekankan intelegeni sebagai kemampuan untuk memahami dan bertindak dengan tepat pada situai yang dihadapi. Dengan demikian inteligensi kemampuan untuk berfikir cepat dan tanggap pada situasi yang dihadapi, serta mengambil keputusan yang akan dilakukan. Kelompok kedua memandang inteligensi sebagai kemampuan untuk beljar. Freeman menyatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan untuk belajar. Flynn menyatakan inteligensi merupakan kemampuan berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Kedua teori tersebut menekankan inteligensi sebagai kemampuan belajar. Jadi semakin tinggi inteligensi seseorang maka akan cepat belajar dari pengalaman yang didapat. Misalnya seorang anak yang dilatih unuk membaca maka dia akan cepat menerima pelajaran itu dan membaca. Kelopok ketiga memndang inteligensi sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak. Mehrens menyatakan intelignsi sebagai kemampuan individu untuk berfikir abstrak. Berfikir abstrak disni diartikan sebagai kemampuan untuk memahami simbol-simbol verbal, numerical dan matematika. Terman mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan berfikir abstrak. Stoddard menyatakan inteligensi sebagai kemampuan menyelesaikan masalah-masalah yang mempunyai karakteristaik: memiliki kesulitan, kompleks, abstrak, ekonomis, terarah pada tujuan dan mempunyai nilai sosial dan beral dari sumbernya. Jadi dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa intligensi sebagai kemampuan memahami tentang ide-ide, simbol-simbol dan yang bersifat abstrak. Seorang yang inteligensinya tinggi akan cepat dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan angka dan masalah aplikasi-aplikasi. Meskipun telah banyak perbedaan definisi dalam inteligensi. Tapi, Ahli-ahli psikologi memusatkan perhatian pada masalah perilaku inteligensi itu sendiri daripada membuat batasan apa yang dimaksud dengan inteligensi. Ini karena ada anggapan bahwa inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi, sedangkan perilaku inteligensi lebih konkrit batasan dan ciri-cirinya sehingga lebih bermanfaat untuk dipelajari (Azwar, 2004). Dengan mengidentifikasi ciri-ciri dan indikator-indikator perilaku inteligensi maka dengan sendirinya definisi inteligensi akan terkandung di dalamnya. Secara umum inteligensi dapat didenisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berfikir abtrak. Kemampuan umum sering disebut juga dengan faktor umum. Faktor umum ini berbeda dengan

kemampuan khusus yang langsung melihat kemampuan manusia pada bidang-bidang atau keahlian yang dimiliki. Misalnya kemampuan matematika, bahasa, musik. Hasil test inteligensi dapat menunjukkan kmampuan seseorang secara umum tetapi tidak secara khusus atau kemampuan khusus yang cenderung dikuasai. Pada awal abad 20 muncul teori yang memandang inteligensi tidak hanya dipandang sebagai kemampuan kognitif, tetapi juga kemampuan lain yang terkait bagi seseorang untuk memecahkan masalah. Muncullah teori emosional inteligensi, moral inteligensi, social inteligensi, spiritual inteligensi. Teori-teori tersebut menyatakan bahwa inteligensi tidak hanya dalam bidang kognitif. Jadi seseorang yang sukses tidak hanya memnbutukan kemampuan dalam bidang pengetahuan saja tetapi juga kemampuan dalam bersosial, bergama, bertindak, dan mengatur emosional. Manusia mengembangkan berbagai macam ketrampilan penting dalam hidupnya. Misalnya seorang pedagang, pelaut, penari, olahragawan, guru, dan lain-lain tentu menggunakan caranya masingmasing dala memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dan mengembangkan kemampuan dirinya sendiri untuk menghasilkan produk yang berbeda. Berbagai inteligensi manusia: D. Inteligensi linguistic E. Inteligensi matematik-logika F. Inteligensi spasial G. Inteligensi kinedtetik-jasmani H. Inteligensi musical I. Inteligensi interpersonal J. Inteligensi intrapersonal K. Inteligensi naturalistic

Peran Inteligensi dalam keberhasilan belajar Beberapa penelitian yang dilakukun untuk melihat seberapa penting peran Inteligensi dalam hidup manusia. Penelitian yang dilakukan oleh heller, monks, dan passow menunjukan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan Inteligensi tinggi belum tentu memiliki kesuksesan dan kesenangan dalam hidunya. Seratus anak yang memiliki IQ tinggi di California diteliti sejak tahun 1920 hingga sekarang. Diantara mereka ada yang menjadi orang sukses tetapi ada juga yang menjadi orang susah. Dengan penelitian ini menunjukan bahwa IQ bukanlah satu-satunya hal yang membuat orang berhasil dalam hidupnya.

Penelitia serupa juga dilakukan oleh harjito dkk pada siswa SMA yang memiliki nilai rendah dan kesuitan dalam belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang memiliki nilai rendah dan kesulitan belajar berasal dari anak yang memiliki Inteligensi rendah. Kenyataan siswa yang memiliki IQ diatas rata-rata memiliki prestasi belajar yang rendah. Tetapi sebaliknya siswa yang memiliki Inteligensi rendah malah mempunyai prestasi yang baik. Hasil ini memperkuat pada penelitian yang dilakukan heller. Banyak peneliti yang meneliti korelasi antara Inteligensi dengan prestasi belajar dan seberapa besar pengaruh Inteligensi pada proses belajar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa ada korelasi atau hubungan yang positif antara Inteligensi dengan prestasi belajar. Nunnaly, (dalam azwar, 1996) menyebutkan bahwa korelasi antara tes prestasi di sekolah dengan factor yang mendasari keberhasilan tes dalam kemampuan umum berada di sekitar r=0.70. freeman (1962) meneliti skor WISC dengan prestasi belajar anak di sekolah, mendapatkan nilai korelasi sebesar r = 0.76. apabila dilihat besarnya pengaruh Inteligensi, tampak bahwa Inteligensi memberikan sumbangan pada prestasi belajar sekitar 50%. Beberapa penelitian lain juga menunjukan bahwa Inteligensi member sumbangan belajar antara 16-36 persen. Di Indonesia, Wulan (1986) mengkorelasikan IQ performance dengan prestasi belajar pada murid kelas 6 SD dan mendapat korelasi r=0.41. sedangkan IQ verbal korelasi sebesar 0.161. dengan demikian IQ performance memiliki sumbangan belajar sekitar 16% dan IQ verbal memberikan sumbangan kurang dari 4%. Beberapa penelitian diatas telah membuktikan bahwa Inteligensi yang diukur dengan IQ member pengaruh terhadap prestasi belajar, namun bukanlah menjadi pengaruh 100% dalam memwujudkan keberhasilan manusia. Beberapa factor lain yang belum diteliti dari tes Inteligensi dengan IQ bias jadi menjadi pendorong, peran yang besar dalam terciptanya kehidupan yang sukses. Sebagai contoh yaitu seorang yang memiliki IQ tinggi tapi dalam hidupnya malasmalasan tentu dia tidak akan memperoleh kehidupan yang sukses, tapi sebaliknya jika orang yang memiliki Inteligensi rendah tapi rajin dan berusaha dengan giat dalam hidupnya maka dia akan menemukan kesuksesan dalam hidupnya.

E.

EMOSI DAN MOTIVASI

Emosi diartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubaha-prubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar (Kartono, 1987). Emosi member warna pada perilaku manusia sehari-hari. Dengan emosi manusia bias merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut, semangat, dan sebagainya. Emosi sering dikaitkan dengan motivasi. Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang

member arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku siswa antara lain: F. Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi. G. Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar. H. Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi. Dengan demikian, emosi akan mendasari motivasi seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Misalnya, siswa sebelumnya memiliki prestasi yang sangat buruk. Karena mengalami prestasi yang buruk ini, maka ia berusaha untuk belajar lebih serius daripada sebelumnya. Dulu, saat belajar, dia hanya sebentar dan asal-asalan saja, kini dia belajar lebih lama dan lebih gigih daripada sebelumnya. Dari contoh ini dapat dilihat bahwa buruknya prestasi yang diperolehnya akhir-akhir ini telah membawanya kepada suatu emosi tertentu, hingga akhirnya dia termotivasi untuk belajar dengan lebih serius, dan lebih intensif daripada yang sebelumnya. Peran emosi dan motivasi dalam proses pembelajaran Emosi berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses pembelajaran. Emosi juga membantu proses pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. Berbagai penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara emosi dan struktur otak manusia. Goleman dkk (dalam DePorter, 2000) menyatakan bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak kurang mampu merekatkan pelajaran dalam ingatan. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan dan negatif atau tidak menyenangkan membawa pengaruh pada cara kerja struktur otak manusia dan akan berpengaruh pula dalam proses dan hasil belajar. Sebagaimana dikatakan Goleman (1995) ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil, otak dibajak secara emosional dan dituntut untuk bertempur atau kabur menghadapi ancaman atau tekanan. Dalam hal ini kapasitas otak beroperasi hanya pada tingkat bertahan hidup. Otak tidak dapat mengakses secara maksimal. Fenomena tersebut dikenal dengan downshifting. Fenomena seperti itu muncul pada saat kondisi emosi marah, sedih, ketakutan, dan suasana emosi lain yang membuat kita tertekan dan terancam. Ketika kita belajar dalam kondisi demikian, maka kemampuan belajar menjadi kurang maksimal karena adanya hambatan emosi. Jal ini dirasakan pada saat seorang anak dipaksa belajar oleh guru atau orang tuanya, padahal anak tersebut tidak menyukai pelajaran tersebut. Maka yang terjadi adalah kerja otak anak tersebut hanyalah untuk bertahan agar tidak mendapat amarah atau hukuman dari guru atau orang tua, namun bukan untuk mempelajari materi secara maksimal. Meskipun saat itu anak tersebut sudah berusaha belajar, akan tetapi pelajaran yang

dipelajari menjadi sulit, baik untuk menambah pengetahuan diri maupun untuk mengubah sikap atau perilakunya. Sebaliknya dengan tekanan positif atau suportif, otak akan terlibat secara emosional dan memungkinkan sel-sel saraf bekerja maksimal. Fenomena ini dikenal dengan eustress. Pada kondisi ini otak terlibat secara emosional, dan memungkinkan sel-sel saraf bekerja secara maksimal. Fenomena seperti ini muncul pada kondisi senang dan semangat dalam belajar. Dalam kondisi senang, seseorang akan belajar lebih lama dan lebih giat. Hasil belajar akan menjadi maksimal. Dengan demikian suasana emosional positif perlu dibangun dalam proses pembelajaran. Suasana emosional juga mempengaruhi memori atau ikaran dalam menerima dan memunculkan kembali informasi yang sudah dipelajari. Seorang ilmuwan syaraf, Dr Joseph LeDoux (dalam DePorter, 2000) menyatakan bahwa ..Perangsangan amigdala agaknya lebih kuat mematrikan kehadian dengan perangsangan emosional dalam memori. Karena itulah seseorang menjadi lebih mudah mengingat, misalnya tempat pertama kali bertemu, atau apa yang dilakukan saat mendengar pesawat ulang-alik Challenger meledak. Semakin kuat rangsangan amigdala, semakin kuat pula pematrian.

BAB III KESIMPULANAda beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang banyak muncul dalam bidang pendidikan. Diantaranya pengindraan dan persepsi, memori, berfikir, inteligensi, emosi, serta mptivasi. Bentuk-bentuk gejala jiwa tersebut sangat mendasari dan mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik perilaku seorang pendidik atau guru maupun perilaku peserta didik atau siswa. Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus kedalam alat indra manusia. Setelah stimulus masuk ke alat indra manusia, maka otak akan menerjemahkan stimulus tersebut. Kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus disebut dengan persepsi. Sudut pandang pada pengamatan dan persepsi manusia baik berupa persepsi positif maupun negatif akan mempengaruhi tindakan manusia, termasuk perilaku guru maupun siswa. Memori merupakan kemampuan untuk memasukkan (encoding), menyimpan (storage), dan memunculkan kembali (retrieval) informasi yang kita terima. Menurut rentang waktu

informasi bertahan dalam otak, memori dibedakan menjadi memori jangka pendek, memori kerja, memori jangka panjang. Para ahli mendefinisikan berpikir sebagai suatu proses mental yang bertujuan untuk memecahkan masalah. Menurut Roger Spery otak dibedakan menjadi dua hemisfer otak, yaitu hemisfer kiri dan kanan yang masing-masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Karakteristik kerja otak kiri adalah Karakteristik kerja otak kiri adalah halhal yang berurutan, detail ke global, membaca berdasar pada fonetik, berupa kata-kata, simbol , dan huruf, focus pada internal, serta informasinya bersifat factual. Sedangkan karakter berpikir otak kanan bersifat acak, global ke detail, membaca menyeluruh, bentuk berupa gambar dan grafik, proses yang dilalui diawali dulu dengan melihat dulu atau mengalami sesuatu dan selanjutnya terjadi proses belajar spontan dan alamiah, serta berfokus pada eksternal. Orang yang kreatif dalam berfikir mamu memandang sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan dapat menyelasaikan masalah yang berbeda dari orang pada umumnya. Dalam berfikir dikenal dengan istilah berfikir kreatif. Orang yang kreatif dalam berfikir mampu memandang sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan dapat menyelesaikan maslah yang berbeda dari orang umumnya. Secara umum inteligensi dapat didenisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau berfikir abtrak. Kemampuan umum sering disebut juga dengan faktor umum. Faktor umum ini berbeda dengan kemampuan khusus yang langsung melihat kemampuan manusia pada bidang-bidang atau keahlian yang dimiliki. Emosi siartikan sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, jantung berdebar. Motivasi diartikan sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.