Upload
fanny-nuraini
View
599
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas Makalah Praktikum Teknik Pangan
Sistem Pengolahan Air Limbah Perusahaan Teh
PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo
Beverages “Tekita”
Disusun oleh:
Kelompok 5
Golongan P4
Dwiyanto Kurniawan (F24100019)
Amelia Septiany (F24100028)
Striwicesa H. (F24100102)
Dian Joanita (F24100106)
Stephanie Angka (F24100127)
Livia Angela G. (F24100128)
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ABSTRACT
There are two beverages industries that will be explained in this paper,
PT. Sinar Sosro and PT. Pepsi Cola Indo Beverages. Each factory produces tea
bottle drink named “The Botol Sosro” and “Tekita”. The two factories have the
waste management system, especially the liquid waste treatment system. Each
factory has the similar equipments and the steps for the treatment, but there are
some differences between two factories. PT. Sinar Sosro does the separation of
the solid and oil parts include decreasing the temperature up to 30o C, same as
the environment. PT. Pepsi Cola doesn’t use that step. PT. Sinar Sosro does the
aeration step by active sludge which has the rich of microorganisms, but PT.
Pepsi Cola doesn’t use the active sludge. Aeration step produces the first
sedimentation. At the clarifying step, PT. Sinar Sosro uses the fishes in the tank to
make sure that the water is already clear. Sludge must be separated from the
water. PT. Pepsi Cola does the pH neutralization and addition of chlorine to
coagulate and minimize the population of microorganisms. The step produces the
second sedimentation and clearer water. Both of the factories use sand filter and
active carbon filter which in the end they will be used for cleaning the floor.
BAB I
Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang
Setiap perusahaan yang ingin menghasilkan produk akhir yang
baik dapat dipastikan menghasilkan limbah baik dalam bentuk padat
maupun cair. Limbah tersebut dapat dikategorikan aman ataupun
berbahaya bagi lingkungan. Karena itu perusahaan harus jeli dan hati- hati
dalam pengolahan dan pembuangan limbah, terutama jika perusahaan
tersebut beroperasi di daerah pemukiman warga. Oleh karena itu timbul
pertanyaan, apakah perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memahami
dan melaksanakan pengolahan limbah pabrik mereka dengan benar sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Ketika kita melewati kantin atau tempat yang menjual makanan, di
tempat tersebut umumnya terdapat orang yang menjual minuman seperti
teh botol “Sosro” dan “Tekita”, dan minuman sejenisnya. Hampir setiap
hari kita melihat banyak orang mengonsumsi minuman tersebut. Oleh
karena itu timbul pertanyaan bagaimana proses pembuatan teh botol
tersebut, banyak produksi hariannya, serta pengolahan limbahnya. Selain
itu, selama ini kita sering mendengar kata atau mempelajari water
treatment, akan tetapi tidak pernah secara jelas memahami bagaimana
pelaksanaan nyata water treatment dari perusahaan yang ada. Untuk itu
pada makalah ini akan dibahas mengenai pengolahan air limbah pada
pabrik teh botol PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo
Beverages “Tekita” ditinjau dari jenis limbah yang dihasilkan dan
penanganan limbah tersebut.
Dalam produksi minuman teh botol terdapat dua jenis limbah,
yakni limbah padat dan limbah cair. Pengolahan limbah cair dibagi
menjadi dua yakni pre-treatment dan pengolahan limbah secara aerobik.
Pre-treatment adalah pengolahan awal limbah cair teh yang baru dibuang
dari pabrik, terdiri dari seleksi kotoran, persiapan masuk bak equalisasi,
pendinginan limbah, homogenisasi dengan agitator, dan penetralan pH
limbah. Selanjutnya masuk ke pengolahan secara aerobik yang terdiri dari
proses pengolahan oleh bakteri lumpur aerob, pengendapan, dan pengujian
air dengan kolam indikator yang berisi ikan. Limbah padat diolah dengan
tahap- tahap berikut, yaitu pengolahan dengan jamur dan bakteri thermofil,
atau cacing. Untuk penjelasan yang lebih detil akan dibahas pada bab
berikutnya.
1. 2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini antara lain:
a. Mengetahui tahap pengolahan air limbah yang dihasilkan oleh pabrik teh
botol PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo Beverages
“Tekita”; serta
b. Membandingkan pengolahan limbah dari kedua pabrik tersebut.
1. 3 Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:
a. Bagaimana tahap pengolahan air limbah dari pabrik teh botol PT. Sinar
Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo Beverages “Tekita”?
b. Apa saja perbedaan dan perbandingan tahap pengolahan limbah dari
masing-masing pabrik?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Limbah
Menurut BAPEDAL (1998) limbah merupakan merupakan sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan, dapat berupa cairan, padatan, suara,
maupun udara buangan. Limbah cair sendiri adalah campuran berbagai
jenis buangan berbentuk cairan yang berasal dari rumah tangga dan
industri (Sugiharto 1987). Komponen-komponen dalam limbah cair
terbawa sebagai suspensi, larutan, dan koloid. Sebagian besar dari limbah
yang berupa bahan-bahan organik digunakan oleh mikroorganisme sebagai
substrat untuk metabolismenya. Limbah cair yang belum dioleh
mengandung senyawa yang tidak diinginkan yang dapat merusak
lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
Menurut Kalsum (1989) bagian terbesar dari limbah industri
pangan adalah air limbahnya. Air limbah ini terdiri dari campuran mineral
dan bahan organik, dalam berbagai bentuk, ukuran, baik partikel yang
besar maupun yang kecil, bahan padatan, koloid maupun larutan murni.
Oleh karena itu, Sugiharto (1987) mengelompokkan bahan-bahan yang
terkandung dalam air limbah yaitu air dan bahan padatan. Bahan padatan
itu sendiri terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik.
Parameter limbah dapat diketahui secara biologi, kimia dan fisika.
Secara fisika, limbah dapat diidentifikasi dari parameter suhu, warna, zat
pada yang tersuspensi, dan bau. Secara biologi, limbah dapat diketahui
melalui kandungan mikroorganismenya. Secara kimia, limbah
diidentifikasi dengan pH (Kalsum 1989).
2.2 Pengolahan Air Limbah secara Umum
Pada dasarnya pengolahan air limbah industri pangan dapat
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pengolahan pendahuluan (pre-
treatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment), dan
pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment).
Tujuan pengolahan pendahuluan antara lain mengurangi zat padat
kasar baik yang melayang, mengendap, atau terapung dengan cara
penyaringan fisik, pengambilan benda mengendap melalui bak penangkap
pasir, pemisahan dengan menambah bahan kimia seperti kapur sehingga
terjadi endapan, dan proses penetralan dengan menambahkan asam atau
basa (Kalsum 1989). Pengolahan pendahuluan dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, yaitu sedimentasi, penambahan bahan penggumpal
(koagulan), atau pengendapan dengan cara pengadukan perlahan-lahan
tanpa menambah bahan kimia. Selain proses di atas dapat juga dilakukan
proses flotasi, yaitu proses yang berdasarkan kemampuan partikel
tersuspensi untuk naik ke permukaan. Proses pendahuluan juga dapat
digunakan oleh alat clarifier yang bertujuan meminimumkan jumlah
padatan di dalam air buangan limbah yang telah diberi perlakuan.
Pengolahan tahap pertama yaitu penanganan secara biologis untuk
mengurangi BOD. Tiga metode yang sering dipakai adalah penggunaan
lumpur aktif, penyaringan tetesan, atau kolam oksidasi. Tujuan pengolahan
secara biologis adalah untuk mengurangi jumlah kandungan padatan
tersuspensi dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat terendapkan
oleh flokulasi mikroorganisme.
Kalsum (1989) menyatakan bahwa berdasarkan kebutuhan oksigen
yang digunakan maka penanganan air limbah secara biologi dapat dibagi
dalam dua proses, yaitu aerobik dan anaerobik. Penanganan air limbah
secara aerobik memanfaatkan sejumlah oksigen agar mikroorganisme
mampu mengubah bahan organik dalam air limbah. Ada beberapa cara
penanganan biologis aerobik yaitu:
a. Kolam stabilisasi adalah kolam yang berfungsi untuk menguraikan
bahan-bahan organik sampai menjadi stabil dan dapat pula
berfungsi sebagai kolam pengendapan.
b. Danau aerasi yaitu memanfaatkan proses terlarutnya oksigen dalam
air yang dapat terjadi secara alamiah melalui pelarutan oksigen dari
udara yang dipengaruhi oleh faktor seperti tekanan atmosfir, suhu
air atau padatan tersuspensi.
c. Parir oksidasi, hamper sama dengan aerasi dan menyuplai oksigen
menggunakan aerator.
d. Lumpur aktif, digunakan apabila luas tanah yang tersedia sangat
terbatas dan kadar BOD dalam air limbah relatif tinggi.
Pada dasarnya proses anaerobik adalah mengubah bahan buangan
menjadi metana dan karbon dioksida dalam keadaan hampa udara.
Keuntungan cara ini yaitu penggunaan energi yang sedikit, memproduksi
gas yang dapat dimanfaatkan, lumpur yang dihasilkan sedikit dan mampu
menguraikan susunan bahan organik yang lebih kompleks dengan
konsentrasi tinggi, bau tidak timbul dan cocok untuk operasional yang
aman. Ada tiga proses anaerobik yaitu: single stage, two stage with solid
return, dan filter anaerobik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengolahan Limbah PT. Sinar Sosro
Limbah yang dihasilkan PT. Sinar Sosro adalah limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair ini banyak mengandung padatan organik
terlarut yang berasal dari bagian produksi. Limbah cair berasal dari unit
kitchen, pengolahan air, mesin pencucian botol dan krat, dan pencucian
lantai. Limbah ini mempunyai pH > 10, suhu ± 50⁰ C, kandungan COD
1000 ppm, BOD 750 ppm, dan berwarna kuning keruh. Sedangkan limbah
padat terdiri dari ampas teh, botol-botol cacat dan pecah, tutup botol,
plastik-plastik gula dan sedotan plastik.
Instalasi pengolahan limbah cair terdiri dari bak penampung,
cooling tower atau menara pendingin, kolam equalisasi, kolam aerasi, bak
pengendap, kolam clarifier, divider, digester, dan filter press. Sementara
pada makalah ini tidak akan dijelaskan cara PT. Sinar Sosro mengolah
limbah padat. Berikut pengolahan limbah cair PT. Sinar Sosro berdasarkan
pengamatan Nurhayati (1995).
a. Bak Pump-pit (bak penampungan)
Semua limbah cair yang berasal dari bagian produksi dengan
kapasitas 30 m3/jam ditampung dalam bak penampungan (pump-pit)
yang dilengkapi dengan penangkap minyak dan padatan terapung. Bak
ini merupakan penampungan sementara dan juga untuk mengurangi
terikutnya kotoran dan padatan, serta terjadi penurunan suhu air
limbah. Baik ini berkapasitas 10 m3 yang berukuran 2 x 2 x 1.5 m (p x
l x t).
b. Cooling Tower (menara pendingin)
Di dalam proses ini terjadi penurunan suhu ± 30⁰ C sesuai suhu
lingkungan. Air limbah diangkut ke menara dengan bantuan pompa
yang berkapasitas 60 m3/jam yang terdiri dari 2 unit (1 cadangan),
kemudian dengan bantuan kipas yang digerakkan blower
mendinginkan air yang bergerak perlahan secara bertahap. Air limbah
kemudian dialirkan dengan pompa spray ponds berkapasitas 60 m3/
jam ke bak equalisasi.
Gambar 1. Cooling Tower
c. Bak Equalisasi (kolam anaerob)
Di dalam bak equalisasi yang berkapasitas 450 m3, air limbah
didiamkan selama ± 15 jam sehingga suhu dan pH dapat diturunkan.
Proses yang terjadi adalah secara biologi, di mana limbah organik
didegradasi oleh bakteri anaerob. Kemudian limbah dialirkan ke bak
aerasi dengan bantuan pompa spray ponds.
d. Tangki Aerasi (aerator)
Setelah diolah di bak equalisasi, limbah dialirkan ke aerator
yang mempunyai tujuan mengaerasi air limbah yang dimasukkan ke
dalamnya untuk dijernihkan dengan cara biologis dan oksidasi zat-zat
pengotor yang dikandung air limbah, dengan bantuan lumpur aktif
yang kaya akan mikroorganisme aerobik. Bak aerasi dengan dengan
kapasitas 2400 m3 dilengkapi dengan diffuser udara yang dihasilkan
oleh blower untuk menyuplai oksigen ke mikroba aerobik dengan cara
mengaduk atau mencampurkannya dengan lumpur aktif bersama
dengan air limbah, serta pompa spray yang menghasilkan air
bertekanan untuk memecah busa ke tangki aerasi. Aktivitas lumpur
aktif yaitu dengan penambahan “makanan” seperti urea dan sodium
fosfat melalui tangki yang masing-masing berkapasitas 3300 liter.
Air limbah yang didegradasi oleh mikroba harus mengandung nutrien
yang cukup bagi kelangsungan hidupnya, yaitu mempunyai
perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1. Bila kondisi tersebut tidak
tercapai, maka proses degradasi dan oksidasi limbah oleh mikroba
tidak efisien.
Gambar 2. Tangki Aerator
e. Clarifier
Limbah yang sudah terdegradasi, kemudian dipindahkan ke bak
clarifier. Tujuannya untuk memisahkan air hasil olahan terhadap
lumpur aktif yang terjadi pada tangki aerasi. Prinsip kerjanya adalah
lumpur yang mengendap secara terus-menerus dipompakan balik ke
tangki pembagi lumpur (divider), sebagian besar ke tangki aerasi dan
sebagian lagi ke tangki pemekat lumpur (The Sludge Thickening Tank).
Tangki clarifier dengan kapasitas 452 m3 menghasilkan air
yang sudah jernih, tidak berbau dan tidak mengandung bahan-bahan
berbahaya, hal ini dibuktikan dengan dipeliharanya ikan-ikan di dalam
tangki tersebut. Di sekitar tangki ini terdapat kanal atau saluran untuk
membantu mengalirkan air ke bak penampungan untuk diklorinasi
yang dilengkapi dengan pipa udara untuk membantu proses klorinasi.
f. Tangki Lumpur (Digestor)
Tujuan untuk mengurangi jumlah lumpur yang dihasilkan
dalam proses lumpur aktif. Lumpur diolah dalam kondisi aerobik dan
volume lumpur akan dikurangi. Kapasitas 45 m3 yang dilengkapi
diffuser untuk memasukkan udara dari blower.
Lumpur yang tidak dipakai kemudian dikeringkan di filter
press. Padatan dari filter press ditampung untuk sementara dan
dibuang bersama limbah padatan lainnya yang tidak mengandung
bahan beracun.
Air yang dihasilkan dari unit pengolahan limbah diklorinasi
kemudian disaring di dalam tangki sand filter dan carbon filter
sebelum digunakan untuk keperluan pencucian lantai, dan tidak
digunakan sebagai bahan baku pembuatan teh botol.
3.2 Pengolahan Limbah TEKITA PT. PEPSI COLA INDO BEVERAGES
Mekanisme pengolahan limbah Tekita PT. Pepsi Cola Indo
Beverages berdasarkan pengamatan Kurniawan (1999), yaitu:
a. Bak I (Equalisasi)
Pada bak pertama, limbah yang masuk mengalami
pencampuran dengan limbah flok buangan dari clarifier pada sistem
pengolahan air PT. PEPSI COLA INDO BEVERAGES. Flok ini
sebagian terdiri dari sisa-sisa kapur, larutan klorin, sisa-sisa PACl
dan FeSO4.7H2O. Setiap hari flok ini selalu bertambah karena
berasal dari penggunaan larutan kapur untuk proses klarifikasi pada
pengolahan air yang dilakukan selama produksi berlangsung,
sedangkan pembuangan rutin harian dilakukan untuk mengurangi
flok yang dihasilkan oleh clarifier. Adapun jumlah flok yang
dibuang rata-rata 3-4 m3 perhari dengan kandungan kapur rata-rata
10-20%.
Karena kandungan zat-zat di dalam flok tersebut, limbah pada
bak pertama yang mengalami proses pencampuran dengan flok
mengalami proses perbaikan kualitas limbah meliputi pengurangan
warna, penurunan pH, penurunan bau, penurunan jumlah
mikroorganisme, pengurangan total padatan terlarut, dan mengalami
proses koagulasi.
Gambar 3. Bak untuk Equilasi
Kapur dalam koagulasi adalah untuk menyediakan alkalinitas
buatan dari air yang diberi perlakuan dengan PACl dan Fe Sulfat
(Jenie 1988). Selain itu kapur dapat menyerap warna dan bau, juga
bisa mengurangi jumlah mikroorganisme.
Penggumpalan yang terjadi pada proses ini disebabkan oleh
adanya sisa-sisa PACl, Klorin, dan kapur. Penurunan pH terjadi
sekitar 0.5 poin. Kandungan klorin sebanyak 8 ppm mampu
mengurangi populasi bakteri dan mikroorganisme lainnya,
menurunkan warna, menyebabkan terjadinya penggumpalan dan
pengendapan.
b. Bak II ( Bak Pengendapan I)
Sisa-sisa kapur dan partikel pada limbah yang berasal dari bak
I (equalisasi), akan melayang-layang pada larutan limbah. Hasil
penggumpalan yang belum mengendap akan mengalami
pengendapan pada bak ini.
c. Parit Penetralan pH dan Penambahan Klorin
Pada tahap ketiga ini, limbah yang sudah mengalami
pengendapan pertama dinetralkan pH-nya hingga pH 6.5 – 7.5.
Sebagai penetral digunakan HCl teknis dengan konsentrasi 37%
sebanyak 10%, dengan rata-rata penggunaan asam ini adalah 1 liter
HCl 10% pada 20 liter limbah. Selain untuk menetralkan, HCl juga
berfungsi untuk mengurangi warna dan kapur yang belum
mengendap pada bak pengendapan I.
Reaksi HCl dengan kapur atau kaustik soda:
2HCl + Ca(OH)2 CaCl2 + 2H2O
HCl + NaOH NaCl + H2O
Gambar 4. Parit Penetralan pH dan Penambahan Klorin
Namun, karena basa NaOH memiliki sifat yang lebih kuat
dibandingkan Ca(OH)2 maka yang terutama bereaksi adalah HCl
dengan NaOH. Selanjutnya, HCl akan bereaksi dengan kapur. Hal
ini menyebabkan masih adanya kapur yang lolos setelah proses
penetralan pH.
Setelah pH dinetralkan, dilakukan penambahan klorin
dengan tujuan mengurangi intensitas warna limbah, menjadi
disinfektan, dan membantu penggumpalan zat padat tersuspensi dan
terlarut yang lolos. Penambahan klorin pada produk tekita rata-rata
sebesar 15-20 ppm.
d. Bak III ( Bak Pengendapan II)
Pada tahap ke 4, limbah yang akan diproses telah memiliki
intensitas warna yang berkurang, jernih dan masih memiliki sisa-
sisa padatan tersuspensi dan terlarut. Pada tahap pengendapan kedua
ini, bak dibagi menjadi 2, yaitu IIA dan IIB. Limbah dari tahap
penetralan masuk ke dalam bak IIA yang akan meluap melalui
bagian atas bak dan selanjutnya memasuki bak IIB dari sisi bawah
sehingga dihasilkan pengendapan yang lebih sempurna dan
dihasilkan air yang jernih.
e. Tangki Sand Filter
Limbah yang sedah pengalami pengendapan kedua
kemudian disedot ke dalam tangki sand filter dengan debit yang
sama dengan debit aliran limbahnya untuk menjaga proses berjalan
kontinyu. Dari hasil analisa terjadi penurunan total padatan terlarut
rata-rata sebesar 6-17%.
Gambar 5. Tangki Sand Filter
f. Tangki Karbon Aktif Filter
Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat,
penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan mikro
misalnya zat organik maupun anorganik, detergen, bau, senyawa
fenol dan lain sebagainya. Pada saringan arang aktif ini terjadi
proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat - zat yang akan
dihilangkan oleh permukaan arang aktif. Apabila seluruh
permukaan arang aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi
menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi,
sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
Untuk mengurangi kesadahan (hardness) pada air dapat
digunakan filtrasi (penyaringan) dengan media karbon aktif yang
memiliki sifat kimia dan fisika, di antaranya mampu menyerap zat
organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai penukar kation,
dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi. Karbon aktif adalah
sejenis adsorben (penyerap), berwarna hitam, berbentuk granula,
bulat, pelet ataupun bubuk. Jenis karbon aktif tempurung kelapa ini
sering digunakan dalam proses penyerap rasa dan bau dari air, dan
juga penghilang senyawa-senyawa organik dalam air.
Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca)
dan Magnesium (Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk
sulfat, klorida, dan hidrogen karbonat. Kesadahan air alam biasanya
disebabkan garam karbonat atau garam asamnya. Kesadahan
merupakkan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air
dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan
air yang berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa.
Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang
dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya
ion-ion Ca2+, Mg2
+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-
ion lain dari polivalen metal (logam bervalensi banyak) seperti Al,
Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan
bikarbonat dalam jumlah kecil.
Gambar 6. Tangki Karbon Aktif Filter
g. Bak Aerasi
Bak aerasi dilengkapi dengan aerator yang berfungsi untuk
menyuplai oksigen ke dalam air limbah untuk dimanfaatkan oleh
mikroorganisme dalam menguraikan bahan-bahan organik menjadi
CO2 dan air. Setelah perlakuan aerasi selama waktu tertentu limbah
sudah memenuhi syarat untuk dibuang ke perairan umum.
Gambar 7. Bak Aerasi
Gambar 7. Skema Pengolahan Air Limbah
Berdasarkan pemaparan di atas, telah disebutkan bahwa setiap industri
memiliki sistem pengolahan limbah agar limbah yang dihasilkan oleh pabrik
tersebut tidak mencemari lingkungannya. Bahkan ada pula yang memakai
buangan limbah yang sudah bersih kembali sebagai media pembersih lantai
industri tersebut. Itu artinya setiap industri memperhatikan proses pengolahan
limbahnya agar tetap aman bagi lingkungan bahkan dapat digunakan kembali dan
tidak mencemari.
Pada kedua industri tersebut terdapat perbedaan dalam mengolah
limbahnya masing-masing. PT. Sinar Sosro melakukan pemisahaan padatan dan
minyak serta pendinginan suhu terlebih dahulu karena suhu buangannya sekitar
500
C. Suhunya diturunkan hingga mencapai 300C sehingga sesuai dengan suhu
lingkungan sekitarnya. Kemudian dilakukan ekualisasi dalam kolam anaerob. Hal
ini berlaku pada limbah kedua industri.
Setelah itu PT. Sinar Sosro melakukan aerasi agar mengoksidasi zat-zat
pengotor dengan bantuan lumpur aktif yang kaya akan mikroorganisme aerobik.
Sedangkan PT. Pepsi Cola Indo Beverages menggunakan kapur dalam
mengkoagulasi, menurunkan pH dan klorin untuk menggumpalkan serta
mengurangi populasi bakteri dan mikroorganisme serta menurunkan intensitas
warna. Kemudian kedua industri mengendapkan hasil proses ekualisasi tersebut
sehingga memisahkan endapan pertama dari masing-masing tahap awal.
Pada tahap clarifier tadi, PT. Sinar Sosro memelihara ikan-ikan dalam
tangki tersebut membuktikan bahwa air yang dihasilkan sudah jernih, tidak berbau
dan tidak mengandung bahan-bahan berbahaya. Setelah itu lumpur benar-benar
dipisahkan dan dikeringkan dalam filter press. Sedangkan pada PT. Pepsi Cola
Indo Beverages melakukan tahap penetralan pH dan penambahan klorin agar pH
netral dan mengurangi warna dan kapur yang belum mengendap pada tahap awal
tadi. Baru setelah itu benar-benar dipisahkan endapan yang lebih sempurna dan air
yang lebih jernih.
Kemudian kedua industri sama-sama melakukan sand filter dan Carbon
filter sebelum akhirnya dipakai untuk pencucian lantai. PT. Pepsi Cola Indo
Beverages menambahkan proses aerasi yang mensuplai oksigen ke dalam air
limbah agar menguraikan bahan-bahan organik menjadi CO2 dan air.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penjabaran, dapat disimpulkan bahwa pabrik minuman
teh PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages memiliki persamaan dan
perbedaan dalam sistem pengolahan air limbah produksi minuman teh mereka.
Pabrik Sinar Sosro memiliki bak penampungan limbah sementara sebelum air
limbah diolah. Kemudian PT. Sinar Sosro juga menggunakan menara pendingin
atau cooling tower untuk mendinginkan limbah cair secara bertahap sebelum air
limbah dialirkan menuju bak equalisasi.
PT. Pepsi Cola Indo Beverages memiliki tambahan tangki dengan fungsi
tertentu, sehingga tangki yang digunakan lebih banyak daripada yang dimiliki PT.
Sinar Sosro. Tangki tersebut antara lain tangki sand filter dan karbon aktif filter
secara terpisah yang masing-masing berfungsi untuk menjaga aliran debit air
limbah dan menyerap logam serta kotoran dari air limbah. Sistem pengolahan air
limbah masing-masing pabrik memiliki keunggulan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDAL. 1998. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan Seri I.
Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
Jenie BSL. 1988. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas IPB.
Kalsum N. 1989. Sanitasi dan Penanganan Limbah Industri Pangan. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB Bogor.
Kurniawan Y. 1999. Pembuatan model sistim pengolahan limbah produksi
minuman berkarbonasi dan Tekita di Pepsi Cola Indo Beverages,
Ungaran Semarang. Laporan Magang. Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Nurhayati. 1995. Mempelajari aspek teknologi produksi dan pengolahan limbah di
PT. Sinar Sosro Jakarta. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press.