19
Tugas Makalah Praktikum Teknik Pangan Sistem Pengolahan Air Limbah Perusahaan Teh PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo Beverages “Tekita” Disusun oleh: Kelompok 5 Golongan P4 Dwiyanto Kurniawan (F24100019) Amelia Septiany (F24100028) Striwicesa H. (F24100102) Dian Joanita (F24100106) Stephanie Angka (F24100127) Livia Angela G. (F24100128) DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PTP Limbah Teh (3)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PTP Limbah Teh (3)

Tugas Makalah Praktikum Teknik Pangan

Sistem Pengolahan Air Limbah Perusahaan Teh

PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo

Beverages “Tekita”

Disusun oleh:

Kelompok 5

Golongan P4

Dwiyanto Kurniawan (F24100019)

Amelia Septiany (F24100028)

Striwicesa H. (F24100102)

Dian Joanita (F24100106)

Stephanie Angka (F24100127)

Livia Angela G. (F24100128)

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: PTP Limbah Teh (3)

ABSTRACT

There are two beverages industries that will be explained in this paper,

PT. Sinar Sosro and PT. Pepsi Cola Indo Beverages. Each factory produces tea

bottle drink named “The Botol Sosro” and “Tekita”. The two factories have the

waste management system, especially the liquid waste treatment system. Each

factory has the similar equipments and the steps for the treatment, but there are

some differences between two factories. PT. Sinar Sosro does the separation of

the solid and oil parts include decreasing the temperature up to 30o C, same as

the environment. PT. Pepsi Cola doesn’t use that step. PT. Sinar Sosro does the

aeration step by active sludge which has the rich of microorganisms, but PT.

Pepsi Cola doesn’t use the active sludge. Aeration step produces the first

sedimentation. At the clarifying step, PT. Sinar Sosro uses the fishes in the tank to

make sure that the water is already clear. Sludge must be separated from the

water. PT. Pepsi Cola does the pH neutralization and addition of chlorine to

coagulate and minimize the population of microorganisms. The step produces the

second sedimentation and clearer water. Both of the factories use sand filter and

active carbon filter which in the end they will be used for cleaning the floor.

Page 3: PTP Limbah Teh (3)

BAB I

Pendahuluan

1. 1 Latar Belakang

Setiap perusahaan yang ingin menghasilkan produk akhir yang

baik dapat dipastikan menghasilkan limbah baik dalam bentuk padat

maupun cair. Limbah tersebut dapat dikategorikan aman ataupun

berbahaya bagi lingkungan. Karena itu perusahaan harus jeli dan hati- hati

dalam pengolahan dan pembuangan limbah, terutama jika perusahaan

tersebut beroperasi di daerah pemukiman warga. Oleh karena itu timbul

pertanyaan, apakah perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memahami

dan melaksanakan pengolahan limbah pabrik mereka dengan benar sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Ketika kita melewati kantin atau tempat yang menjual makanan, di

tempat tersebut umumnya terdapat orang yang menjual minuman seperti

teh botol “Sosro” dan “Tekita”, dan minuman sejenisnya. Hampir setiap

hari kita melihat banyak orang mengonsumsi minuman tersebut. Oleh

karena itu timbul pertanyaan bagaimana proses pembuatan teh botol

tersebut, banyak produksi hariannya, serta pengolahan limbahnya. Selain

itu, selama ini kita sering mendengar kata atau mempelajari water

treatment, akan tetapi tidak pernah secara jelas memahami bagaimana

pelaksanaan nyata water treatment dari perusahaan yang ada. Untuk itu

pada makalah ini akan dibahas mengenai pengolahan air limbah pada

pabrik teh botol PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo

Beverages “Tekita” ditinjau dari jenis limbah yang dihasilkan dan

penanganan limbah tersebut.

Dalam produksi minuman teh botol terdapat dua jenis limbah,

yakni limbah padat dan limbah cair. Pengolahan limbah cair dibagi

menjadi dua yakni pre-treatment dan pengolahan limbah secara aerobik.

Pre-treatment adalah pengolahan awal limbah cair teh yang baru dibuang

dari pabrik, terdiri dari seleksi kotoran, persiapan masuk bak equalisasi,

pendinginan limbah, homogenisasi dengan agitator, dan penetralan pH

Page 4: PTP Limbah Teh (3)

limbah. Selanjutnya masuk ke pengolahan secara aerobik yang terdiri dari

proses pengolahan oleh bakteri lumpur aerob, pengendapan, dan pengujian

air dengan kolam indikator yang berisi ikan. Limbah padat diolah dengan

tahap- tahap berikut, yaitu pengolahan dengan jamur dan bakteri thermofil,

atau cacing. Untuk penjelasan yang lebih detil akan dibahas pada bab

berikutnya.

1. 2 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini antara lain:

a. Mengetahui tahap pengolahan air limbah yang dihasilkan oleh pabrik teh

botol PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo Beverages

“Tekita”; serta

b. Membandingkan pengolahan limbah dari kedua pabrik tersebut.

1. 3 Rumusan Masalah

Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:

a. Bagaimana tahap pengolahan air limbah dari pabrik teh botol PT. Sinar

Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages Indo Beverages “Tekita”?

b. Apa saja perbedaan dan perbandingan tahap pengolahan limbah dari

masing-masing pabrik?

Page 5: PTP Limbah Teh (3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah

Menurut BAPEDAL (1998) limbah merupakan merupakan sisa

suatu usaha dan/atau kegiatan, dapat berupa cairan, padatan, suara,

maupun udara buangan. Limbah cair sendiri adalah campuran berbagai

jenis buangan berbentuk cairan yang berasal dari rumah tangga dan

industri (Sugiharto 1987). Komponen-komponen dalam limbah cair

terbawa sebagai suspensi, larutan, dan koloid. Sebagian besar dari limbah

yang berupa bahan-bahan organik digunakan oleh mikroorganisme sebagai

substrat untuk metabolismenya. Limbah cair yang belum dioleh

mengandung senyawa yang tidak diinginkan yang dapat merusak

lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.

Menurut Kalsum (1989) bagian terbesar dari limbah industri

pangan adalah air limbahnya. Air limbah ini terdiri dari campuran mineral

dan bahan organik, dalam berbagai bentuk, ukuran, baik partikel yang

besar maupun yang kecil, bahan padatan, koloid maupun larutan murni.

Oleh karena itu, Sugiharto (1987) mengelompokkan bahan-bahan yang

terkandung dalam air limbah yaitu air dan bahan padatan. Bahan padatan

itu sendiri terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik.

Parameter limbah dapat diketahui secara biologi, kimia dan fisika.

Secara fisika, limbah dapat diidentifikasi dari parameter suhu, warna, zat

pada yang tersuspensi, dan bau. Secara biologi, limbah dapat diketahui

melalui kandungan mikroorganismenya. Secara kimia, limbah

diidentifikasi dengan pH (Kalsum 1989).

2.2 Pengolahan Air Limbah secara Umum

Pada dasarnya pengolahan air limbah industri pangan dapat

dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pengolahan pendahuluan (pre-

treatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment), dan

pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment).

Page 6: PTP Limbah Teh (3)

Tujuan pengolahan pendahuluan antara lain mengurangi zat padat

kasar baik yang melayang, mengendap, atau terapung dengan cara

penyaringan fisik, pengambilan benda mengendap melalui bak penangkap

pasir, pemisahan dengan menambah bahan kimia seperti kapur sehingga

terjadi endapan, dan proses penetralan dengan menambahkan asam atau

basa (Kalsum 1989). Pengolahan pendahuluan dapat dilakukan dengan

berbagai macam cara, yaitu sedimentasi, penambahan bahan penggumpal

(koagulan), atau pengendapan dengan cara pengadukan perlahan-lahan

tanpa menambah bahan kimia. Selain proses di atas dapat juga dilakukan

proses flotasi, yaitu proses yang berdasarkan kemampuan partikel

tersuspensi untuk naik ke permukaan. Proses pendahuluan juga dapat

digunakan oleh alat clarifier yang bertujuan meminimumkan jumlah

padatan di dalam air buangan limbah yang telah diberi perlakuan.

Pengolahan tahap pertama yaitu penanganan secara biologis untuk

mengurangi BOD. Tiga metode yang sering dipakai adalah penggunaan

lumpur aktif, penyaringan tetesan, atau kolam oksidasi. Tujuan pengolahan

secara biologis adalah untuk mengurangi jumlah kandungan padatan

tersuspensi dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat terendapkan

oleh flokulasi mikroorganisme.

Kalsum (1989) menyatakan bahwa berdasarkan kebutuhan oksigen

yang digunakan maka penanganan air limbah secara biologi dapat dibagi

dalam dua proses, yaitu aerobik dan anaerobik. Penanganan air limbah

secara aerobik memanfaatkan sejumlah oksigen agar mikroorganisme

mampu mengubah bahan organik dalam air limbah. Ada beberapa cara

penanganan biologis aerobik yaitu:

a. Kolam stabilisasi adalah kolam yang berfungsi untuk menguraikan

bahan-bahan organik sampai menjadi stabil dan dapat pula

berfungsi sebagai kolam pengendapan.

b. Danau aerasi yaitu memanfaatkan proses terlarutnya oksigen dalam

air yang dapat terjadi secara alamiah melalui pelarutan oksigen dari

udara yang dipengaruhi oleh faktor seperti tekanan atmosfir, suhu

air atau padatan tersuspensi.

Page 7: PTP Limbah Teh (3)

c. Parir oksidasi, hamper sama dengan aerasi dan menyuplai oksigen

menggunakan aerator.

d. Lumpur aktif, digunakan apabila luas tanah yang tersedia sangat

terbatas dan kadar BOD dalam air limbah relatif tinggi.

Pada dasarnya proses anaerobik adalah mengubah bahan buangan

menjadi metana dan karbon dioksida dalam keadaan hampa udara.

Keuntungan cara ini yaitu penggunaan energi yang sedikit, memproduksi

gas yang dapat dimanfaatkan, lumpur yang dihasilkan sedikit dan mampu

menguraikan susunan bahan organik yang lebih kompleks dengan

konsentrasi tinggi, bau tidak timbul dan cocok untuk operasional yang

aman. Ada tiga proses anaerobik yaitu: single stage, two stage with solid

return, dan filter anaerobik.

Page 8: PTP Limbah Teh (3)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Limbah PT. Sinar Sosro

Limbah yang dihasilkan PT. Sinar Sosro adalah limbah cair dan

limbah padat. Limbah cair ini banyak mengandung padatan organik

terlarut yang berasal dari bagian produksi. Limbah cair berasal dari unit

kitchen, pengolahan air, mesin pencucian botol dan krat, dan pencucian

lantai. Limbah ini mempunyai pH > 10, suhu ± 50⁰ C, kandungan COD

1000 ppm, BOD 750 ppm, dan berwarna kuning keruh. Sedangkan limbah

padat terdiri dari ampas teh, botol-botol cacat dan pecah, tutup botol,

plastik-plastik gula dan sedotan plastik.

Instalasi pengolahan limbah cair terdiri dari bak penampung,

cooling tower atau menara pendingin, kolam equalisasi, kolam aerasi, bak

pengendap, kolam clarifier, divider, digester, dan filter press. Sementara

pada makalah ini tidak akan dijelaskan cara PT. Sinar Sosro mengolah

limbah padat. Berikut pengolahan limbah cair PT. Sinar Sosro berdasarkan

pengamatan Nurhayati (1995).

a. Bak Pump-pit (bak penampungan)

Semua limbah cair yang berasal dari bagian produksi dengan

kapasitas 30 m3/jam ditampung dalam bak penampungan (pump-pit)

yang dilengkapi dengan penangkap minyak dan padatan terapung. Bak

ini merupakan penampungan sementara dan juga untuk mengurangi

terikutnya kotoran dan padatan, serta terjadi penurunan suhu air

limbah. Baik ini berkapasitas 10 m3 yang berukuran 2 x 2 x 1.5 m (p x

l x t).

b. Cooling Tower (menara pendingin)

Di dalam proses ini terjadi penurunan suhu ± 30⁰ C sesuai suhu

lingkungan. Air limbah diangkut ke menara dengan bantuan pompa

yang berkapasitas 60 m3/jam yang terdiri dari 2 unit (1 cadangan),

kemudian dengan bantuan kipas yang digerakkan blower

mendinginkan air yang bergerak perlahan secara bertahap. Air limbah

Page 9: PTP Limbah Teh (3)

kemudian dialirkan dengan pompa spray ponds berkapasitas 60 m3/

jam ke bak equalisasi.

Gambar 1. Cooling Tower

c. Bak Equalisasi (kolam anaerob)

Di dalam bak equalisasi yang berkapasitas 450 m3, air limbah

didiamkan selama ± 15 jam sehingga suhu dan pH dapat diturunkan.

Proses yang terjadi adalah secara biologi, di mana limbah organik

didegradasi oleh bakteri anaerob. Kemudian limbah dialirkan ke bak

aerasi dengan bantuan pompa spray ponds.

d. Tangki Aerasi (aerator)

Setelah diolah di bak equalisasi, limbah dialirkan ke aerator

yang mempunyai tujuan mengaerasi air limbah yang dimasukkan ke

dalamnya untuk dijernihkan dengan cara biologis dan oksidasi zat-zat

pengotor yang dikandung air limbah, dengan bantuan lumpur aktif

yang kaya akan mikroorganisme aerobik. Bak aerasi dengan dengan

kapasitas 2400 m3 dilengkapi dengan diffuser udara yang dihasilkan

oleh blower untuk menyuplai oksigen ke mikroba aerobik dengan cara

mengaduk atau mencampurkannya dengan lumpur aktif bersama

dengan air limbah, serta pompa spray yang menghasilkan air

bertekanan untuk memecah busa ke tangki aerasi. Aktivitas lumpur

aktif yaitu dengan penambahan “makanan” seperti urea dan sodium

fosfat melalui tangki yang masing-masing berkapasitas 3300 liter.

Page 10: PTP Limbah Teh (3)

Air limbah yang didegradasi oleh mikroba harus mengandung nutrien

yang cukup bagi kelangsungan hidupnya, yaitu mempunyai

perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1. Bila kondisi tersebut tidak

tercapai, maka proses degradasi dan oksidasi limbah oleh mikroba

tidak efisien.

Gambar 2. Tangki Aerator

e. Clarifier

Limbah yang sudah terdegradasi, kemudian dipindahkan ke bak

clarifier. Tujuannya untuk memisahkan air hasil olahan terhadap

lumpur aktif yang terjadi pada tangki aerasi. Prinsip kerjanya adalah

lumpur yang mengendap secara terus-menerus dipompakan balik ke

tangki pembagi lumpur (divider), sebagian besar ke tangki aerasi dan

sebagian lagi ke tangki pemekat lumpur (The Sludge Thickening Tank).

Tangki clarifier dengan kapasitas 452 m3 menghasilkan air

yang sudah jernih, tidak berbau dan tidak mengandung bahan-bahan

berbahaya, hal ini dibuktikan dengan dipeliharanya ikan-ikan di dalam

tangki tersebut. Di sekitar tangki ini terdapat kanal atau saluran untuk

membantu mengalirkan air ke bak penampungan untuk diklorinasi

yang dilengkapi dengan pipa udara untuk membantu proses klorinasi.

f. Tangki Lumpur (Digestor)

Tujuan untuk mengurangi jumlah lumpur yang dihasilkan

dalam proses lumpur aktif. Lumpur diolah dalam kondisi aerobik dan

Page 11: PTP Limbah Teh (3)

volume lumpur akan dikurangi. Kapasitas 45 m3 yang dilengkapi

diffuser untuk memasukkan udara dari blower.

Lumpur yang tidak dipakai kemudian dikeringkan di filter

press. Padatan dari filter press ditampung untuk sementara dan

dibuang bersama limbah padatan lainnya yang tidak mengandung

bahan beracun.

Air yang dihasilkan dari unit pengolahan limbah diklorinasi

kemudian disaring di dalam tangki sand filter dan carbon filter

sebelum digunakan untuk keperluan pencucian lantai, dan tidak

digunakan sebagai bahan baku pembuatan teh botol.

3.2 Pengolahan Limbah TEKITA PT. PEPSI COLA INDO BEVERAGES

Mekanisme pengolahan limbah Tekita PT. Pepsi Cola Indo

Beverages berdasarkan pengamatan Kurniawan (1999), yaitu:

a. Bak I (Equalisasi)

Pada bak pertama, limbah yang masuk mengalami

pencampuran dengan limbah flok buangan dari clarifier pada sistem

pengolahan air PT. PEPSI COLA INDO BEVERAGES. Flok ini

sebagian terdiri dari sisa-sisa kapur, larutan klorin, sisa-sisa PACl

dan FeSO4.7H2O. Setiap hari flok ini selalu bertambah karena

berasal dari penggunaan larutan kapur untuk proses klarifikasi pada

pengolahan air yang dilakukan selama produksi berlangsung,

sedangkan pembuangan rutin harian dilakukan untuk mengurangi

flok yang dihasilkan oleh clarifier. Adapun jumlah flok yang

dibuang rata-rata 3-4 m3 perhari dengan kandungan kapur rata-rata

10-20%.

Karena kandungan zat-zat di dalam flok tersebut, limbah pada

bak pertama yang mengalami proses pencampuran dengan flok

mengalami proses perbaikan kualitas limbah meliputi pengurangan

warna, penurunan pH, penurunan bau, penurunan jumlah

mikroorganisme, pengurangan total padatan terlarut, dan mengalami

proses koagulasi.

Page 12: PTP Limbah Teh (3)

Gambar 3. Bak untuk Equilasi

Kapur dalam koagulasi adalah untuk menyediakan alkalinitas

buatan dari air yang diberi perlakuan dengan PACl dan Fe Sulfat

(Jenie 1988). Selain itu kapur dapat menyerap warna dan bau, juga

bisa mengurangi jumlah mikroorganisme.

Penggumpalan yang terjadi pada proses ini disebabkan oleh

adanya sisa-sisa PACl, Klorin, dan kapur. Penurunan pH terjadi

sekitar 0.5 poin. Kandungan klorin sebanyak 8 ppm mampu

mengurangi populasi bakteri dan mikroorganisme lainnya,

menurunkan warna, menyebabkan terjadinya penggumpalan dan

pengendapan.

b. Bak II ( Bak Pengendapan I)

Sisa-sisa kapur dan partikel pada limbah yang berasal dari bak

I (equalisasi), akan melayang-layang pada larutan limbah. Hasil

penggumpalan yang belum mengendap akan mengalami

pengendapan pada bak ini.

c. Parit Penetralan pH dan Penambahan Klorin

Pada tahap ketiga ini, limbah yang sudah mengalami

pengendapan pertama dinetralkan pH-nya hingga pH 6.5 – 7.5.

Sebagai penetral digunakan HCl teknis dengan konsentrasi 37%

sebanyak 10%, dengan rata-rata penggunaan asam ini adalah 1 liter

HCl 10% pada 20 liter limbah. Selain untuk menetralkan, HCl juga

berfungsi untuk mengurangi warna dan kapur yang belum

mengendap pada bak pengendapan I.

Reaksi HCl dengan kapur atau kaustik soda:

2HCl + Ca(OH)2 CaCl2 + 2H2O

Page 13: PTP Limbah Teh (3)

HCl + NaOH NaCl + H2O

Gambar 4. Parit Penetralan pH dan Penambahan Klorin

Namun, karena basa NaOH memiliki sifat yang lebih kuat

dibandingkan Ca(OH)2 maka yang terutama bereaksi adalah HCl

dengan NaOH. Selanjutnya, HCl akan bereaksi dengan kapur. Hal

ini menyebabkan masih adanya kapur yang lolos setelah proses

penetralan pH.

Setelah pH dinetralkan, dilakukan penambahan klorin

dengan tujuan mengurangi intensitas warna limbah, menjadi

disinfektan, dan membantu penggumpalan zat padat tersuspensi dan

terlarut yang lolos. Penambahan klorin pada produk tekita rata-rata

sebesar 15-20 ppm.

d. Bak III ( Bak Pengendapan II)

Pada tahap ke 4, limbah yang akan diproses telah memiliki

intensitas warna yang berkurang, jernih dan masih memiliki sisa-

sisa padatan tersuspensi dan terlarut. Pada tahap pengendapan kedua

ini, bak dibagi menjadi 2, yaitu IIA dan IIB. Limbah dari tahap

penetralan masuk ke dalam bak IIA yang akan meluap melalui

bagian atas bak dan selanjutnya memasuki bak IIB dari sisi bawah

sehingga dihasilkan pengendapan yang lebih sempurna dan

dihasilkan air yang jernih.

e. Tangki Sand Filter

Limbah yang sedah pengalami pengendapan kedua

kemudian disedot ke dalam tangki sand filter dengan debit yang

sama dengan debit aliran limbahnya untuk menjaga proses berjalan

kontinyu. Dari hasil analisa terjadi penurunan total padatan terlarut

rata-rata sebesar 6-17%.

Page 14: PTP Limbah Teh (3)

Gambar 5. Tangki Sand Filter

f. Tangki Karbon Aktif Filter

Karbon aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat,

penyerap gas, penyerap logam, menghilangkan polutan mikro

misalnya zat organik maupun anorganik, detergen, bau, senyawa

fenol dan lain sebagainya. Pada saringan arang aktif ini terjadi

proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat - zat yang akan

dihilangkan oleh permukaan arang aktif. Apabila seluruh

permukaan arang aktif sudah jenuh, atau sudah tidak mampu lagi

menyerap maka kualitas air yang disaring sudah tidak baik lagi,

sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.

Untuk mengurangi kesadahan (hardness) pada air dapat

digunakan filtrasi (penyaringan) dengan media karbon aktif yang

memiliki sifat kimia dan fisika, di antaranya mampu menyerap zat

organik maupun anorganik, dapat berlaku sebagai penukar kation,

dan sebagai katalis untuk berbagai reaksi. Karbon aktif adalah

sejenis adsorben (penyerap), berwarna hitam, berbentuk granula,

bulat, pelet ataupun bubuk. Jenis karbon aktif tempurung kelapa ini

sering digunakan dalam proses penyerap rasa dan bau dari air, dan

juga penghilang senyawa-senyawa organik dalam air.

Air sadah adalah air yang mengandung ion Kalsium (Ca)

dan Magnesium (Mg). Ion-ion ini terdapat dalam air dalam bentuk

sulfat, klorida, dan hidrogen karbonat. Kesadahan air alam biasanya

disebabkan garam karbonat atau garam asamnya. Kesadahan

merupakkan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa

apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air

Page 15: PTP Limbah Teh (3)

dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan

air yang berkesadahan tinggi tidak akan membentuk busa.

Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang

dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya

ion-ion Ca2+, Mg2

+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-

ion lain dari polivalen metal (logam bervalensi banyak) seperti Al,

Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan

bikarbonat dalam jumlah kecil.

Gambar 6. Tangki Karbon Aktif Filter

g. Bak Aerasi

Bak aerasi dilengkapi dengan aerator yang berfungsi untuk

menyuplai oksigen ke dalam air limbah untuk dimanfaatkan oleh

mikroorganisme dalam menguraikan bahan-bahan organik menjadi

CO2 dan air. Setelah perlakuan aerasi selama waktu tertentu limbah

sudah memenuhi syarat untuk dibuang ke perairan umum.

Gambar 7. Bak Aerasi

Page 16: PTP Limbah Teh (3)

Gambar 7. Skema Pengolahan Air Limbah

Berdasarkan pemaparan di atas, telah disebutkan bahwa setiap industri

memiliki sistem pengolahan limbah agar limbah yang dihasilkan oleh pabrik

tersebut tidak mencemari lingkungannya. Bahkan ada pula yang memakai

buangan limbah yang sudah bersih kembali sebagai media pembersih lantai

industri tersebut. Itu artinya setiap industri memperhatikan proses pengolahan

limbahnya agar tetap aman bagi lingkungan bahkan dapat digunakan kembali dan

tidak mencemari.

Pada kedua industri tersebut terdapat perbedaan dalam mengolah

limbahnya masing-masing. PT. Sinar Sosro melakukan pemisahaan padatan dan

minyak serta pendinginan suhu terlebih dahulu karena suhu buangannya sekitar

500

C. Suhunya diturunkan hingga mencapai 300C sehingga sesuai dengan suhu

lingkungan sekitarnya. Kemudian dilakukan ekualisasi dalam kolam anaerob. Hal

ini berlaku pada limbah kedua industri.

Setelah itu PT. Sinar Sosro melakukan aerasi agar mengoksidasi zat-zat

pengotor dengan bantuan lumpur aktif yang kaya akan mikroorganisme aerobik.

Sedangkan PT. Pepsi Cola Indo Beverages menggunakan kapur dalam

mengkoagulasi, menurunkan pH dan klorin untuk menggumpalkan serta

mengurangi populasi bakteri dan mikroorganisme serta menurunkan intensitas

Page 17: PTP Limbah Teh (3)

warna. Kemudian kedua industri mengendapkan hasil proses ekualisasi tersebut

sehingga memisahkan endapan pertama dari masing-masing tahap awal.

Pada tahap clarifier tadi, PT. Sinar Sosro memelihara ikan-ikan dalam

tangki tersebut membuktikan bahwa air yang dihasilkan sudah jernih, tidak berbau

dan tidak mengandung bahan-bahan berbahaya. Setelah itu lumpur benar-benar

dipisahkan dan dikeringkan dalam filter press. Sedangkan pada PT. Pepsi Cola

Indo Beverages melakukan tahap penetralan pH dan penambahan klorin agar pH

netral dan mengurangi warna dan kapur yang belum mengendap pada tahap awal

tadi. Baru setelah itu benar-benar dipisahkan endapan yang lebih sempurna dan air

yang lebih jernih.

Kemudian kedua industri sama-sama melakukan sand filter dan Carbon

filter sebelum akhirnya dipakai untuk pencucian lantai. PT. Pepsi Cola Indo

Beverages menambahkan proses aerasi yang mensuplai oksigen ke dalam air

limbah agar menguraikan bahan-bahan organik menjadi CO2 dan air.

Page 18: PTP Limbah Teh (3)

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penjabaran, dapat disimpulkan bahwa pabrik minuman

teh PT. Sinar Sosro dan PT. Pepsi Cola Indo Beverages memiliki persamaan dan

perbedaan dalam sistem pengolahan air limbah produksi minuman teh mereka.

Pabrik Sinar Sosro memiliki bak penampungan limbah sementara sebelum air

limbah diolah. Kemudian PT. Sinar Sosro juga menggunakan menara pendingin

atau cooling tower untuk mendinginkan limbah cair secara bertahap sebelum air

limbah dialirkan menuju bak equalisasi.

PT. Pepsi Cola Indo Beverages memiliki tambahan tangki dengan fungsi

tertentu, sehingga tangki yang digunakan lebih banyak daripada yang dimiliki PT.

Sinar Sosro. Tangki tersebut antara lain tangki sand filter dan karbon aktif filter

secara terpisah yang masing-masing berfungsi untuk menjaga aliran debit air

limbah dan menyerap logam serta kotoran dari air limbah. Sistem pengolahan air

limbah masing-masing pabrik memiliki keunggulan yang berbeda.

Page 19: PTP Limbah Teh (3)

DAFTAR PUSTAKA

BAPEDAL. 1998. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan Seri I.

Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Jenie BSL. 1988. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas IPB.

Kalsum N. 1989. Sanitasi dan Penanganan Limbah Industri Pangan. Fakultas

Teknologi Pertanian IPB Bogor.

Kurniawan Y. 1999. Pembuatan model sistim pengolahan limbah produksi

minuman berkarbonasi dan Tekita di Pepsi Cola Indo Beverages,

Ungaran Semarang. Laporan Magang. Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Nurhayati. 1995. Mempelajari aspek teknologi produksi dan pengolahan limbah di

PT. Sinar Sosro Jakarta. Laporan Praktek Lapang. Fakultas Teknologi

Pertanian IPB.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press.