Upload
nabila-sindami-alwi
View
245
Download
24
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ptp P2M puskesmas bukit sangkal
Citation preview
BAB IV
MASALAH DAN PEMECAHANNYA
4.1 Identifikasi Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi Masalah
dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis
program, cakupan, mutu dan ketersediaan sumber daya.
Setelah menganalisa situasi berdasarkan data yang ada, penulis mengemukakan
masalah, yaitu :
1. Belum tercapaianya cakupan penemuan kasus diare yaitu 60% pada tahun 2010 yang
target nya 100%, kemudian pada tahun 2012 cakupan penemuan kasus diare masih
60% sedangkan targetnya 100%.
2. Belum tercapainya cakupan pada penemuan kasus TB Paru BTA+ yaitu 47,7% pada
tahun 2010 sedangkan targetnya 70%, lalu pada tahun 2011 targetnya 80% juga
masih jauh cakupan TB Paru hanya 38%. Kemudian pada tahun 2012 pun belum
mencapai target 85% hanya mampu mencakup 25%.
3. Belum tercapainya target penemuan kasus pneumonia pada balita yaitu 50,41% kasus
sedangkan targetnya 100% pada tahun 2010. Lalu pada tahun 2011 masih belum
mencapai target 100% yakni mencakup 35,88%. Kemudian pada tahun 2012 hanya
mencapai 69% dari target 100%.
4.2 Prioritas Masalah
Tidak semua masalah kesehatan yang ada dapat diselesaikan secara bersama.
Untuk itu dilakukan prioritas masalah untuk menentukan masalah mana yang akan
diselesaikan terlebih dahulu. Dengan membuat skala prioritas dalam bentuk table seperti
dibawah ini, dengan menggunakan Metode Pair Comparision dan PAHO sehingga
didapatkan satu masalah prioritas untuk diselesaikan.
Tabel 4.1
Metode Pair Comparision
Aspek UrgencyAspek
Serioussness Aspek Growth
A : B = A
A : C = C
B : C = C
A : B = B
A : C = C
B : C = C
A : B = B
A : C = C
B : C = C
Jumlah
A = 1
B = 0
C = 2
Jumlah
A = 0
B = 1
C = 2
Jumlah
A = 0
B = 1
C = 2
Keterangan
A : Diare
B : TB Paru BTA +
C : Pneumonia
Tabel 4.2
Rekap Metode Pair Comporation
No Masalah Urgency Serioussness Growth Total Rangking
1
2
3
Diare
TB Paru BTA +
Pneumonia
3
0
2
0
1
3
0
1
3
3
2
8
II
III
I
Keterangan
1. Urgency : Berapa lama waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah/besarnya
masalah yang bias diselesaikan dalam waktu yang relative singkat.
2. Serioussness : Seberapa pengaruh negative sebuah masalah/derajad kefatalan masalah
(masalah yang diyakini paling besar berpengaruh negative)
3. Growth : Komplekbilitas sebuah masalah / trend pertumbuhan ( masalah paling
komplek )
Dari hasil metode di atas, maka prioritas masalah yang dipilih adalah yang
mendapatkan skor tertinggi yaitu : Penyakit Pneumonia pada balita (ISPA) di wilayah
kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang ditambah dengan cakupannya masih rendah
atau belum mencapai target.
Tabel 4.3
Metode Skoring ( PAHO )
No Masalah M S V CC PC Skor Rangking
1
2
3
Diare
TB Paru BTA +
Pneumonia
2
2
4
1
1
3
2
1
4
3
2
3
2
3
4
10
9
18
II
III
I
Keterangan :
M : Magnitude ( Besarnya Masalah )
S : Saverity ( Tingkat Kefatalan Masalah )
V : Vulnerability ( Kemudahan Mengatasi Masalah )
CC : Community concern ( Persepsi Masyarakat terhadap Masalah )
PC : Political commitment ( Komitmen politis )
Nilai : 1 = Sangat Kecil 4 = Besar / Luas
2 = Kecil 5 = Sangat Besar
3 = Sedang
Dari kedua metode yang digunakan maka dapat dilihat bahwa yang menjadi
prioritas masalah adalah penyakit ISPA dimana cakupan penemuan kasus pneumonia
pada balita belum mencapai target yaitu pada tahun 2010 sebesar 50,41% sedangkan
targetnya 100%, lalu pada tahun 2011 mencakup 35,88% dan yahun 2012 yaitu 69%.
4.3 Perumusan Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan pencapaian target penemuan kasus Pneumonia pada program
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) ISPA di wilayah kerja Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang.
Tujuan Khusus
1. Menjamin ketersediaan dan kemampuan tenaga kesehatan terlatih dan UPK
dasar yang memberikan diagnosa dan tatalaksana program P2ISPA
khususnya kasus Pneumonia.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam
penindaklaksanaan kasus Pneumonia pada balita
3. Mengoptimalkan kebijakan yang sudah ada agar dapat menjalankan program
dengan maksimal
4. Mengoptimalkan kegiatan evaluasi agar dapat memperbaiki program-program
yang belum terlaksana dan tercapai.
4.4 Identifikasi Penyebab Masalah
Dalam pengidentifikasian penyebab masalah dapat menggunakan faktor
determinan dan juga diagram Fish Bone agar didapatkan kalisifikasi penyebab masalah
yang lebih terarah dan tidak melenceng terlalu jauh dengan masalah yang dihadapi.
Diagram Fish Bone
Belum tercapainya target penemuan kasus pneumonia pada balita
tahun 2010-2012
Man Money Material
Mechine MarketMethod
Petugas merangkap program
Kurangnya dana untuk melaksanakan
Program P2M
Keadaan ekonomi masyarakat yang berakibat keadaan
sosial
Kurangnya kesadaran masyarakat akan
kebersihan lingkungan
Saran dan prasaran untuk melaksanakan
program kurang
Kerjasama dengan lintas program
kurang
Kurangnya sosialisasi petugas kesehatan kepada
masyarakat tentang penyakit Pneumonia
sehingga banyak warga yang belum
mengenal pneumonia
Pendekatan yang kurang menarik bagi masyarakat sehingga masyarakat kurang
perduli terhadap penyakit pneumonia
Pemberdayaan masyarakat dan UKBM belum
optimal
Berdasarkan analisis penyebab masalah yang dilakukan maka didapatkan
penyebab-penyebab masalah, antara lain :
1. Petugas kesehatan yang memegang rangkap ( lebih dari 1 program ) beberapa
program di puskesmas Bukit Sangkal Palembang
2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan tempat tinggal ditambah lagi
tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah di wilayah kerja puskesmas Bukit
Sangkal sehingga mereka sedikit acuh dengan kebersihan lingkungan.
3. Kurangnya sosialisasi petugas kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit
pneumonia sehingga banyak masyarakat yang belum mengenal secara mendalam
mengenai pneumonia.
4. Kurangnya dana dan kerjasama lintas sector untuk melaksanakan program P2M.
4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah diketahui penyebab masalah maka dapat diuraikan beberapa alternative
pemecahan masalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Penyebab Pemecahan Masalah
Cakupan penemuan
kasus pneumonia pada
tahun 2010–2012
belum mencapai target
yang ditetapkan
(Program P2M
Penyakit ISPA )
Masih kurangnya kesadaran
masyarakat akan kebersihan
lingkungan tempat tinggal
Melakukan penyuluhan tentang
criteria lingkungan yang baik
Petugas kesehatan di
puskesmas merangkap
beberarapa program
Menambah jumlah tenaga
kesehatan di puskesmas Bukit
Sangkal Palembang
Kurangnya dana untuk
melaksanakan program P2M
Mencari dana untuk
melaksanakan program P2M
khususnya untuk program P2M
Penyakit Pneumonia
Sarana dan Prasarana untuk
melaksanakan program kurang
tersedia
Menyediakan sarana dan
prasarana untuk melaksanakan
program P2M Penyakit
Pneumonia
Kerjasama dengan lintas
program kurang
Meningkatkan kerjasama
dengan lintas program
Kurangnya sosialisasi
petugas kesehatan kepada
masyarakat tentang penyakit
Pneumonia
Melakukan sosialisasi tentang
penyakit pneumonia agar
masyarakat lebih mengenal
mengenai pneumonia
Pendekatan yang kurang
menarik bagi masyarakat
sehingga masyarakat kurang
perduli terhadap penyakit
pneumonia
Melakukan pendekatan terhadap
masyarakat (jemput bola) dan
melakukan screening pada balita
yang ada di posyandu
4.6 Pemecahan Masalah Terpilih
Tabel 4.5
Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
No Pemecahan Masalah
Efektifitas Efisiensi
( C )
Nilai
M.I.V / CM I V
1 Melakukan penyuluhan tentang criteria lingkungan yang baik
3 2 2 3 4
2 Menambah jumlah tenaga kesehatan di puskesmas 1 Ulu Palembang
4 3 3 4 9
3 Mencari dana untuk melaksanakan program P2M khususnya untuk program P2M Penyakit Pneumonia
3 2 3 2 9
4 Menyediakan sarana dan prasarana untuk melaksanakan program P2M Penyakit Pneumonia
3 2 2 4 3
5 Meningkatkan kerjasama dengan lintas program
2 3 2 3 4
6 Melakukan sosialisasi / penyuluhan tentang penyakit pneumonia agar masyarakat lebih mengenal mengenai pneumonia
4 3 3 3 12
7 Melakukan pendekatan terhadap masyarakat (jemput bola) dan melakukan screening pada balita yang ada di posyandu.
5 5 5 5 25
Dari banyaknya penyebab masalah yang ada hanya beberapa masalah yang
dianggap dominan dalam melatar belakangi terjadinya masalah tersebut yaitu dengan
melakukan pendekatan kepada masyarakat (jemput bola) dan melakukan screening pada
balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
4.7 Penyusunan Rencana Operasional dan Penyusunan Jadwal Waktu
4.7.1 Penyusunan Rencana Operasional
Tabel 4.6
Rencana Operasional ( RO )
Kegiatan : Screening Penyakit Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
No Kegiatan Tujuan Sasarana Biaya Tempat danWaktu
Penanggung Jawab
Rencana Evaluasi Ket
1. Persiapan-Rapat Pembentukan panita dan penyususnan jadwal penyuluhan
Tersusunnya pembagian tugas panitia
Pelaksana Rp. 100.000,00 PKM Bukit Sangkal4 Maret 2013
Penanggung jawab program dan staf
- Daftar hadir- Notulen- Susunan panitia
-Menentukan jadwal dan anggaran kegiatan
Menyusun Kegiatan
Pelaksana Rp. 100.000,00 PKM Bukit Sangkal4 Maret 2013
Penanggung jawab program dan staf
Tersusunya jadwal kegiatan
-Penyiapan ATK dan bahan/alat untuk pelaksanaan screening
Menyiapkan ATK panitia
Panitia Rp. 150.000,00 PKM Bukit Sangkal4 Maret 2013
Penanggung jawab program dan staf
Tersedianya ATK panitia, dan bahan/alat yang diperlukan untuk screening
-Pembuatan leaflet atau brosur tentang pneumonia pada balita
Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat
Panitia Rp. 200.000,00 PKM Bukit Sangkal6 Maret 2013
Penanggung jawab program dan staf
Tersedianya leaflet atau brosur tentang pneumonia pada balita
78
-Membuat surat tugas dan pemberitahuan pelaksanaan kegiatan
Memberitahukan jadwal pelaksanaan screening pneumonia pada balita
Panitia dan Kader posyandu
Rp. 100.000,00 PKM Bukit Sangkal6 Maret 2013
Penanggung jawab program dan staf
Tersedianya surat tugas dan surat pemberitahuan kegiatan
2 PelaksanaanScreening penyakit Pneumonia pada balita
Mengetahui jumlah kasus pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
Balita di wilayah Kerja PKMBukit Sangkal ( Posyandu )
Rp. 150.000,00 Posyandu di wilayah kerja PKM Bukit Sangkal Palembang11 – 23 Maret 2013
Ketua Panitia dan Petugas P2M
Terditeksinya jumlah kasus pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Bukit Sangkal Palembang
3 Evaluasi-Pembuatan Laporan Kepala Dinkes
mendapatkan Informasi yang jelas tentang kasus pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
Pimpinan Puskesmas dan kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang
Rp. 200.000,00 PKM Bukit Sangkal25 – 29 Maret 2013
Sekretaris dan ketua panitia
Laporan kegiatan diterima oleh atasan atau kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang
-Pembubaran panitia Menutup kegiatan Seluruh panitia
Rp. 100.000,00 PKM Bukit Sangkal29 Maret 2013
Ketua Panitia Kegiatan selesai sesuai dengan harapan
4.7.2 Rencana Jadwal Waktu
Tabel 4.7
Jadwal Waktu Kegiatan
No
Kegiatan Bulan Maret 20134 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1. PersiapanRapat Pembentukan panita dan penyususnan jadwal screeningMenentukan jadwal dan anggaran kegiatanPenyiapan ATK dan bahan/alat untuk pelaksanaan screeningPembuatan leaflet atau brosur tentang penyakit Pneumonia pada balita
Membuat surat tugas dan pemberitahuan pelaksanaan kegiatan
2 PelaksanaanScreening penyakit Pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
3 EvaluasiPembuatan LaporanPembubaran Panitia
81
80
4.8 Kerangka Acuan Kegiatan / TOR
Kerangka Acuan
Pelaksanaan Screening Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
1. Latar Belakang
Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk hidup,karena setiap
manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan.dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
menerapkan system kesehatan nasionalyang melibatkankan peran serta masyarakat
secara aktif dan dinamis.masalah kesehatan di negara berkembang seperti indonesia,saat
ini masih mendapatkan perhatian khususnya masalah kesehatan.
ISPA meliputi infeksi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan
bagian bawah (Klinikita, 2007). Salah satu yang termasuk dalam infeksi saluran
pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan,
influenza, bronchitis dan sinusitis sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah
saluran napas seperti paru itu salah satunya adalah pneumonia. Pneumonia merupakan
predator balita nomor satu di negara berkembang. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia pada balita berumur kurang dari 2 bulan (Depkes RI, 2007).
Penyakit ini disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan ditandai dengan
demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik, seperti menggigil/ kedinginan sakit
kepala, malaise, dan anoreksia; kadang pada anak- anak ada gangguan gastrointestinal.
Tanda-tanda lokal juga terjadi diberbagai lokasi saluran pernafasan; bila hanya satu
gejala atau kombinasi, seperti rhinitis, faringitis, atau tonsillitis, laryngitis,
laringotrakelitis, bronchitis, pneumonitis atau pneumonia (DepKes RI, 2005)
Tersebar di dunia, penyakit ini muncul di daerah beriklim sedang dengan insiden
tertinggi pada musim gugur dan musim salju, terkadang juga pada musim semi. Di
daerah tropis, infeksi saluran pernafasan lebih sering terjadi pada musim dingin dan
basah. Pada masyarakat dengan jumlah masyarakat besar, beberapa jenis virus muncul
menyebabkan penyakit secara konstan, biasanya dengan sedikit pola musiman (DepKes
RI, 2005).
Menurut Sutrisna (1993), faktor risiko yang menyebabkan ISPA pada balita
adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang tua), status gizi,
tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara), sedangkan Depkes
(2002) menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah berat badan bayi
lahir rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat
tinggal dan lingkungan fisik.
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam
dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit
pneumonia pada balita
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adanya peningkatan cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita dalam
program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Penyakit ISPA di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
b.Tujuan Khusus
1.Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit pneumonia
2. Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit Peumonia dan cara
mencegahnya
3. Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan agar terhindar
dari penyakit pneumonia khususnya pada balita
4. Terciptanya lingkungan yang bersi dan sehat sehingga meningkatkan cakupan
penemuan kasus pneumonia pada balita
3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan screening pneumonia pada balita di Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang adalah balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang ( Di Posyandu )
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan screening pneumonia pada balita yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang adalah Pimpinan Puskesmas sebagai
Penanggungjawab kegiatan, Petugas P2M dan Panitia kegaiatan.
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu kegiatan screening pneumonia pada balita di Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang yaitu pada tanggal 11 – 24 Maret 2013 di Posyandu yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
6. Jenis Kegiatan / Macam Kegaiatan
Jenis atau macam kegiatan screening pneumonia pada balita di Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang adalah sebagai berikut :
1. Menyebarkan informasi tentang pneumonia pada balita kepada ibu dalam bentuk
leaflet atau brosur
2. Melaksanakan pemeriksaan kepada para balita yang ada di Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
7. Metode dan Alat
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan screening di posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang adalah pemeriksaan secara langsung balita
yang ada di posyandu-posyandu Puskesmas Bukit Sangkal sesuai dengan jadwal.
Sedangkan alat yang digunakan adalah stetoskop, senter, thermometer dan timbangan
BB balita.
8. Pembiayaan Kegaiatan
Pembiayaan yang digunakan dalam pelaksanaan screening pneumonia pada
balita di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang berasal dari dana BOK ( Bantuan
Operasional Kesehatan ) Puskesmas Bukit Sangkal Palembang.
9. Penutup
Demikianlah Kerangka Acuan pelaksanaan screening pneumonia pada balita
untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang. Kerangka Acuan ini dibuat sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan screening pada balita.
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil pengamatan dan data sekunder
program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) diketahui terdapat tiga masalah utama
yang dianggap penting, masalah tersebut adalah :
1. Belum tercapaianya cakupan penemuan kasus diare yaitu 60% pada tahun 2010 yang
target nya 100%, kemudian pada tahun 2012 cakupan penemuan kasus diare masih
60% sedangkan targetnya 100%.
2. Belum tercapainya cakupan pada penemuan kasus TB Paru BTA+ yaitu 47,7% pada
tahun 2010 sedangkan targetnya 70%, lalu pada tahun 2011 targetnya 80% juga
masih jauh cakupan TB Paru hanya 38%. Kemudian pada tahun 2012 pun belum
mencapai target 85% hanya mampu mencakup 25%.
3. Belum tercapainya target penemuan kasus pneumonia pada balita yaitu 50,41% kasus
sedangkan targetnya 100% pada tahun 2010. Lalu pada tahun 2011 masih belum
mencapai target 100% yakni mencakup 35,88%. Kemudian pada tahun 2012 hanya
mencapai 69% dari target 100%.
Masalah ini diketahui dari data penilaian kinerja Puskesmas Bukit Sangkal dari
tahun 2010-2012. Rendahnya jumlah penemuan kasus disebabkan karena kurangnya
tenaga kesehatan di puskesmas Bukit Sangkal dimana satu petugas merangkap beberapa
program, kurangnya sarana dan prasarana untuk melaksanakan program serta belum
maksimalnya sosialisasi/promosi kesehatan mengenai program Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M).
Dari beberapa masalah yang ditemukan, dilakukan prioritas masalah dengan
menggunakan kriteria pair comparison dan PAHO sehingga didapatkan masalah yaitu
rendahnya cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Bukit Sangkal Palembang. Hal ini dikarenakan di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
untuk penyakit ISPA dimana cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita belum
mencapai target yaitu pada tahun 2009 sebesar 68,5% sedangkan targetnya 86%,
meningkat pada tahun 2010 yaitu 72,61 % sedangkan targetnya 100%, kemudian
menurun pada tahun 2011 yaitu 61,19% dengan target 100%.
Tujuan yang ingin dicapai dengan mengangkat masalah kasus pneumonia pada
balita, agar ada peningkatan target penemuan kasus pneumonia pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang. Karena Pneumonia adalah suatu peradangan
pada parenkim paru. Definisi lainnya disebutkan Pneumonia Balita merupakan salah
satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut, yaitu terjadi peradangan atau iritasi pada
salah satu atau kedua paru, yang disebabkan oleh infeksi. Setiap anak dapat terkena
Pneumonia (Ostapchuk, 2004 dalam Machmud,R, 2006: 7).
Jika dilihat secara umum ISPA di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan
yang penting karena menyebabkan kematian balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Sekitar 40%-60% dari kunjungan di puskesmas adalah penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30% kematian,
yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada balita berumur kurang dari 2
bulan (Klinikita, 2007).
Status kesehatan masyarakat di suatu tempat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
lingkungan, prilaku, pelayanaan kesehatan dan keturunan. Berpengaruh langsung pada
kesehatan. Makin ke arah faktor lingkungan makin besar pengaruhnya terhadap
peningkatan status kesehatan masyarakat. Pengaruh faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat secara bersama-sama memberikan kontribusi 70% terhadap peningkatan
status kesehatan masyarakat (H.L. Blum dalam Ryadi&Wijayanti, 2011:22).
Dari banyaknya penyebab masalah tidak tercapainya target penemuan kasus
pneumonia pada balita yang ada di puskesmas Bukit Sangkal Palembang seperti
kurangnya tenaga kesehatan dimana banyak petugas yang merangkap dalam menangani
program kesehatan sehingga tidak dapat secara optimal menangani program ISPA,
belum tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang program ISPA serta kurannya
dana untk melaksanakan program tersebut dan akibatnya banyak sekali masyarakat
kurang perduli dan kurang mendapatkan informasi terhadap penyakit pneumonia.
Akan tetapi hanya dipilih satu masalah yang dianggap berperan dominan dalam
menlatarbelakangi terjadinya masalah tersebut, yaitu pendekatan yang kurang menarik
bagi masyarakat sehingga masyarakat kurang perduli terhadap penyakit pneumonia
sehingga mereka enggan memeriksakannya ke puskesmas.
Dari hasil penemuan prioritas pemecahan masalah terpilih, maka pemecahan
masalah terpilih adalah melakukan pendekatan terhadap masyarakat (jemput bola) dan
melakukan screening pada balita yang ada di posyandu di wilayah kerja puskesmas
Bukit Sangkal Palembang. Sesuai dengan tujuan screening yaitu mendeteksi dini
penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang-orang yang tampak
sehat, tetapi mungkin menderita penyakit yaitu orang yang mempunyai risiko untuk
terkena penyakit (population at risk). Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat
dilakukan pengobatan secara tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak
membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan tidak menjadi sumber penularan
hingga epidemi dapat dihindarkan
Hal ini dirasa efektif untuk mengatasi masalah rendahnya cakupan penemuan
kasus pneumonia pada balita sesuai dengan fungsi puskesmas yaitu melaksanakan
kegiatan usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit termasuk imunisasi.
Jadi data yang didapat oleh pemegang program P2M ISPA tidak hanya dari data
pengunjung pasien di puskesmas Bukit Sangkal, melainkan jika screening dilakukan
maka para penderita pneumonia pada balita yang ada di wilayah Puskesmas Bukit
Sangkal Palembang yang tidak datang ke puskesmas dapat disaring/ditemukan sehingga
penderita pneumonia pada balita dapat ditangani/diobati sehingga tidak menjadi sumber
penularan di lingkungan tempat tinggalnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan dan pengumpulan data di Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang, dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah menganalisa situasi berdasarkan data yang ada. Maka identifikasi masalah
yang ada di program P2M di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang yaitu :
a. Belum tercapainya cakupan program Pemberantasan Penyakit Menular
meliputi penemuan kasus Diare
b. Belum tercapainya cakupan program Pemberantasan Penyakit Menular
meliputi penemuan kasus TB Paru BTA +
c. Belum tercapainya cakupan program Pemberantasan Penyakit Menular
meliputi penemuan kasus Pneumonia pada balita
2. Prioritas masalah yang ada di program Pemberantasan Penyakit Menular meliputi
penemuan kasus Pneumonia pada balita yang belum mencapai target penyakit ISPA
dimana cakupan penemuan kasus pneumonia pada balita belum mencapai target
yaitu 50,41% kasus sedangkan targetnya 100% pada tahun 2010. Lalu pada tahun
2011 masih belum mencapai target 100% yakni mencakup 35,88%. Kemudian pada
tahun 2012 hanya mencapai 69% dari target 100%.
3. Tujuan yang ingin dicapai pada program Pemberantasan Penyakit Menular di
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang adalah meningkatnya kinerja petugas
kesehatan proram P2M sehingga tercapainya cakupan penemuan kasus pneumonia
pada balita.
4. Identifikasi penyebab masalah pada program Pemberantasan Penyakit Menular di
Puskesmas Bukit Sangkal Palembang antara lain yaitu :
a. Petugas kesehatan yang memegang rangkap ( lebih dari 1 program ) beberapa
program di puskesmas Bukit Sangkal Palembang
b. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan tempat tinggal ditambah lagi
tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah di wilayah kerja puskesmas
Bukit Sangkal sehingga mereka sedikit acuh dengan kebersihan lingkungan.
c. Kurangnya sosialisasi petugas kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit
pneumonia sehingga banyak masyarakat yang belum mengenal secara mendalam
mengenai pneumonia.
d. Kurangnya dana dan kerjasama lintas sector untuk melaksanakan program P2M.
5. Alternatif pemecahan masalah dan masalah terpilih pda program Pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) adalah melakukan pendekatan terhadap masyarakat (jemput
bola) serta melakukan screening pneumonia pada balita di Puskesmas Bukit Sangkal
Palembang.
6. Pemecahan masalah terpilih dari rendahnya cakupan pada program Pemberantasan
Penyakit Menular untuk penemuan kasus pneumonia pada balita adalah dengan
menggunakan metode Pair Comparation.
7. Tersusunnya Rencana Operasional (RO) dari pelaksanaan screening pneumonia pada
balita di posyandu-posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
8. Tersusunnya kerangka Acuan / TOR dari pelaksanaan kegiatan Screening Pneumonia
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bukit Sangkal Palembang
6.2 Saran
1. Puskesmas Bukit Sangkal Palembang agar dapat menambah tenaga kesehatan di
semua bidang, khususnya di progam Pemberantasan Penyakit Menular, sehingga
mempermudah petugasnya dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat
2. Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk menunjang keberhasilan program
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) khususnya penyakit Pneumonia pada balita.
3. Petugas puskesmas di harapkan lebih banyak memberikan informasi atau penyuluhan
terutama pada penyakit ISPA ( Pneumoia pada balita )
4. Diharapkan kepada petugas Puskesmas agar lebih terampil dalam menangani dan
memecahkan masala pada program-program yang ada terutama pada program
Pemberantasan Penyakit Menular pada program ISPA (Pneumonia pada Balita).