29
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK SEREH WANGI TERHADAP PENGENDALIAN SITOPHILUS ZEAMAIS PADA BENIH JAGUNG EFFECTIVENESS TEST OF CITRONELLA GRASS EXTRACT IN CONTROLLING SITOPHILUS ZEAMAIS ON CORN SEED Endang Mariyani1), Dian Astriani2) Wafit Dinarto3) 1Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Yogyakarta 2)Dosen Ir. Dian Astriani dan 3)Ir. Wafit Dinarto Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRACT Post-harvest pests can be categorized into primary pest, which pest is able to eat overall healthy seed and cause damage. Maize weevil is included in this category. One of organic ingredients that can be utilized as biopesticide is citronella grass (Cymbopogon nardus). The study was aimed to find out the toxicity, determine its best concentration and influence of citronella grass extract against Sitophilus zeamais and quality of corn seed during 4 months in storage. This research was conducted in Agronomy Laboratory, Agrotechnology Study Program, Faculty of Agroindustry, Yogyakarta Mercu Buana University. The study had been done from August to December 2019. The method used in this research was a single-factor experiment which was compiled in Completely Randomized Design (CRD) and consisted of 4 concentrations of citronella grass extract and replicated 4 times, thus there were 20 experiment units obtained. The treatments of the research were 0%, 20%, 30%, 40% concentrations of critonella grass extract and without extract as a control. The results of the research indicated that the critonella grass extract had insect reppelent, could increase adult mortality, decrease the population of eggs and adults, had contact and feed toxicity to S. zeamais,

eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK SEREH WANGI TERHADAP PENGENDALIAN SITOPHILUS ZEAMAIS PADA BENIH JAGUNG

EFFECTIVENESS TEST OF CITRONELLA GRASS EXTRACT IN CONTROLLING SITOPHILUS ZEAMAIS ON CORN SEED

Endang Mariyani1), Dian Astriani2) Wafit Dinarto3) 1Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Yogyakarta 2)Dosen Ir. Dian Astriani dan 3)Ir. Wafit Dinarto Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu

Buana Yogyakarta, Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRACT

Post-harvest pests can be categorized into primary pest, which pest is able to eat overall healthy seed and cause damage. Maize weevil is included in this category. One of organic ingredients that can be utilized as biopesticide is citronella grass (Cymbopogon nardus). The study was aimed to find out the toxicity, determine its best concentration and influence of citronella grass extract against Sitophilus zeamais and quality of corn seed during 4 months in storage. This research was conducted in Agronomy Laboratory, Agrotechnology Study Program, Faculty of Agroindustry, Yogyakarta Mercu Buana University. The study had been done from August to December 2019. The method used in this research was a single-factor experiment which was compiled in Completely Randomized Design (CRD) and consisted of 4 concentrations of citronella grass extract and replicated 4 times, thus there were 20 experiment units obtained. The treatments of the research were 0%, 20%, 30%, 40% concentrations of critonella grass extract and without extract as a control. The results of the research indicated that the critonella grass extract had insect reppelent, could increase adult mortality, decrease the population of eggs and adults, had contact and feed toxicity to S. zeamais, with LC50 value 18.0409% and 24.9644% respectively. Citronella grass extract at concentrations of 40% was the most effective to decrease the eggs and adults population of S. zeamais, suppress the weight decrease of seed powder which was caused by S. zeamais attactks, but did not affect the quality of corn seeds, until 4 months in storage.

Keywords: corn seed, Sitophilus zeamais, citronella grass

I. PENDAHULUANDi Indonesia jagung

merupakan komoditas tanaman pangan penting kedua setelah padi. Jagung selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan

sebagai bahan baku industri biofuel atau bioetanol (KEMENTAN 2016). Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri dimanfaatkan untuk kebutuhan

Page 2: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

pakan ternak, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, selebihnya untuk kebutuhan industri dan benih (Kasryno, 2010).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (2015), produksi jagung pada tahun 2014 sebesar 19.008.426 ton dan meningkat pada tahun 2015 menjadi 19611704 ton. Di indonesa kebutuhan pakan ternak rata-rata mencapai 950.000 ton per bulan yang terdiri dari 700.000 untuk industri pakan dan 250.000 untuk perternak mandiri. Adapun produksi jagung tercatat meningkat signifikan dari 19,6 juta ton pada tahun 2015 menjadi 23,5 juta ton pada tahun 2016. Sementara itu, untuk tahun 2017 diprediksi produksi mencapai 27,9 juta ton.

Peningkatan produksi jagung harus disertai dengan usaha penyelamatan dan penanganan hasil untuk menghindari kerusakan dan penyusutan hasil baik susut kualitas maupun susut kuantitas (Surtikanti, 2004). Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesa dihadapkan pada berbagai permasalahan, salah satunya serangan hama gudang. Penyimpanan jagung oleh petani, pedagang, produsen benih dilakukan untuk berbagai kepentingan, antara lain untuk keamanan pangan, kebutuhan benih untuk musim berikutnya, didistribusi ke tempat lain atau menunggu harga yang lebih baik. Selama penyimpanan biji jagung dapat terserang oleh berbagai spesies serangga hama gudang.

Hama gudang dapat dikategorikan ke dalam hama utama (primary pest) yaitu hama yang mampu makan keseluruhan biji yang sehat dan menyebabkan kerusakan. Kumbang bubuk S. zeamais. termasuk ke dalam kategori ini. Selain itu, dikenal hama sekunder yaitu hama yang menyerang dan bertahan pada biji yang telah rusak, misalnya Tribolium sp. (Bergvinson 2002).

Di Indonesia, kehilangan hasil akibat serangan oleh kumbang bubuk diperkirakan mencapai 26 – 29% (Semple, 1985 dalam Surtikanti, 2004). Menurut (Tandiabang dkk, 1998 dalam Surtikanti, 2004) kerusakan biji yang disimpan selama 6 bulan di Maros (Sulawesi Selatan) mencapai 85 % yang menyebabkan penyusutan bobot 17 %. Sedangkan menurut (Bergvinson 2002) Kehilangan hasil oleh kumbang bubuk ditempat penyimpanan dapat mencapai 30%. Biji rusak mencapai 100% bila disimpan selama 6 bulan di daerah tropis Meksiko.

Kerusakan biji jagung akibat serangan S.zeamais. dapat mencapai 45,91% (Surtikanti dan Suherman, 2003). Selain mengakibatkan kerusakan biji dan susut bobot, serangan S. zeamais juga menyebabkan penurunan mutu benih jagung sehingga daya berkecambah benih jagung tinggal 43% pada penyimpanan benih jagung selama 3 bulan (Dinarto dan Astriani, 2008).

Pengendalian hama S.zeamais biasannya dilakukan dengan menggunakan pestisida

Page 3: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

sintetik, penggunaan pestisida sintetik yang terus menerus dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti terjadinya resistensi dan ikut terbunuh mahluk hidup yang bukan sasaran dan pencemaran terhadap lingkungan serta dapat membahayakan kesehatan manusia (Nasahi, 2009).

Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari teknik pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan. Pengendalian Organisme Penggaggu Tanaman (OPT), seperti disebutkan dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, PP No. 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Kepmentan No. 887 tahun 1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT, dilaksanakan dengan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu suatu cara pengendalian yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dengan mempertimbangkan antara lain secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial budaya diterima masyarakat dan secara ekologi dapat dipertanggung jawabkan (Nurmansyah, 2010).

Biopestisida adalah bahan yang berasal dari alam seperti tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida adalah sereh wangi (Cymbopogon nardus). Keunggulan dari biopestisida ini yaitu: 1) teknologi pembuatannya mudah dan murah

sehingga dapat dibuat dalam skala rumah tangga, 2) tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun makhluk hidup sehingga relatif aman untuk digunakan, 3) tidak berisiko menimbulkan keracunan pada tanaman sehingga tanaman lebih sehat dan aman dari cemaran zat kimia berbahaya, 4) tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama sehingga aman bagi keseimbangan ekosistem, dan 5) hasil pertanian lebih sehat dan bebas dari residu pestisida kimiawi (Suriana, 2012 dalam Hidayanti dan Ambarwati, 2016). Tanaman ini mampu mengendalikan dan menekan perkembangan S. zeamais serta mempertahankan viabilitas benih jagung tetap baik (Dinarto dan Astriani, 2005).

Sereh wangi mempunyai mekanisme pengendalian anti serangga, insektisida, antifeedan, repelen, anti jamur dan anti bakteri. Daun dan batangnya mengandung saponin, flavonoid dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri mengandung komponen sitronela, sitral, geraniol, metilheptenon, eugenol-metilester, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol dan limonen. Bagian tanaman yang berpotensi mengendalikan hama adalah daun dan minyak atsirinya. Kandungan senyawa sereh wangi antara lain geraniol 55-65% dan sitronela 7-15% (Grainge dan Ahmed 1988 dalam Saenong 2016).

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biopestisida sereh wangi terhadap mortalitas

Page 4: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

hama bubuk S.zeamais dan benih jagung dalam penyimpanan.

Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui pengaruh

ekstrak sereh wangi terhadap hama S. zeamais pada penyimpanan benih jagung.

2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak sereh wangi yang tepat

untuk pengendalian hama pada penyimpanan benih jagung.

3. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak sereh wangi terhadap kualitas

4. benih jagung pada penyimpanan selama 4 bulan.

Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di

Laboratorium Agronomi, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2019.

Bahan dan AlatBahan penelitian yang

digunakan terdiri dari benih jagung varietas Bisma yang diperoleh dari UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPPTPH) Jalan Yogyakarta-Wonosari km 33 Gading Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Imago S. zeamais, ekstrak sereh

wangi (A. nardus), pasir, aseton, Air,

COOH, Fuchsin Acid (C.I.

42685).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cawan petri diameter 15 cm, oven, gelas plastik, toples, plastik 200 g dengan ketebalan 0,8 mm, kamera handphone, blender, Camera hama, pinset, sealer, botol kaca 100 ml, corong, kain saring, pisau, saringgan tepung ukuran 30 mesh, gunting, beaker glass 100 ml, gelas ukur 10 ml, batang pengaduk, timbangan, bak perkecambahan 30 x 50 cm, Olfaktometer dan hand sprayer.

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 perlakuan dengan 4 taraf konsentrasi larutan ekstrak sereh wangi dan setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga diperoleh 20 percobaan. Perlakuan tersebut yaitu

S0= 0% S1= 20%, S2=30% dan S3= 40% dan Kontrol.

Pelaksana Penelitian1. Pembiakan Hama S. zeamais.2. Pembuatan larutan ekstrak

sereh wangi3. Uji pendahuluan ekstrak larutan

sereh wangi4. Uji utama

Page 5: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

Variabel Pengamatan1. Uji Toksisitas 2. Populasi hama S. zeamais.3. Uji Repelensi4. Presentase Bobot Bubuk

Jagung5. Presentase penyusutan

bobot benih6. Uji Kadar Air7. Daya berkecambah8. Waktu rata-rata

berkecambah

Analisis DataData yang diperoleh

dianalisis secara statistik menggunakan uji F pada jenjang nyata 5 % dan Jika uji F menunjukan pengaruh nyata maka dilanjutkan uji Duncan Multiple

Range Test (DMRT) dengan taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASANA. HASIL

Berdasarkan hasil penelitian terdiri atas dua tahap, yaitu uji pendahuluan dan uji utama. Variabel yang dianalisis pada penelitian ini adalah uji toksisitas kontak setelah 24 jam, uji toksisitas pakan setelah 7 hari, populasi hama Sitophilus zeamais, uji kadar air, uji daya kecambah, uji waktu rata-rata berkecambah, uji replensi, presentase bubuk, presentase penyusutan bobot benih.

1. Uji toksisitas ekstrak sereh wangi terhadap S. zeamais.

Tingkat mortalitas S. zeamais pada uji kontak dan uji pakan dengan formulasi ekstrak sereh wangi ditunjukkan pada Tabel 2. Tingkat mortalitas pada uji kontak tersebut digunakan untuk melakukan analisis probit sehingga diperoleh persamaan regresi 5=-22,6062x+5,2521, dan pada uji pakan diperoleh persamaan regresi 5=-30.9065x+6.6527. Berdasarkan

persamaan regresi tersebut dapat dilakukan penghitungan nilai LC50

formulasi ekstrak sereh wangi terhadap kumbang bubuk jagung. Nilai LC50 pada uji kontak dan uji pakan masing-masing sebesar 18,0409 % dan 24,9644 %. Semakin kecil nilai LC50 menunjukkan bahwa formulasi semakin tinggi toksisitasnya terhadap S. zeamais.

Tabel 2. Mortalitas S. zeamais (%) pada penyimpanan benih jagung selama 4 bulan penyimpanan.

Perlakuan Ekstrak Sereh

Wangi %

Rata-rata Mortalitas

Kontak (%) Pakan (%)Mortalitas S. zeamais.

0% 17,50 d 3,75 c20% 63,75 c 36,25 b30% 76,25 b 57,50 b40% 92,50 a 87,50 a

K 2,50 e 2,50 c

Page 6: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

2. Populasi hama S. zeamais.Hasil analisis dengan sidik

ragam pada populasi hama S. zeamais setelah penyimpanan empat bulan menunjukkan bahwa ekstrak sereh wangi pada konsentrasi 30% dan 40% dapat

meningkatkan mortalitas imago, menurunkan populasi imago hidup dan telur S. zeamais namun jumlah larva dan jumlah pupa tidak berbeda dengan kontrol (Tabel 3).

Tabel 3. Populasi hama S.zeamais pada benih jagung dengan berbagai konsentrasi ekstrak sereh wangi setelah penyimpanan 4 bulan.

konsentrasi ekstrak sereh

wangi (%)

Imago

Telur Larva PupaHidup (%)

Mati (%)

Total

0% 62,14b37,86

c25,75a

641abc

20,21a

20,05a

20% 36,46c63,54

b24,00a 896a

10,02a

20,038a

30% 24,00c76,00

a25,00a 435bc 9,95a 0a

40% 23,71c76,29

a24,25a 281c 0a 0a

K 72,73a27,27

c27,50a 735ab

29,81a

9,98a

Keterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

3. Uji RepelensiHasil penelitian menunjukan

bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak sereh wangi dapat menolak (repelensi) terhadap S. zeamais (Tabel 4).

Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi

ekstrak sereh wangi 40% mempunyai daya replensi (tolak) yang sangat tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 30%, 20% dan 0%, serta dapat mengendalikan hama S.zeamais.

Page 7: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

Tablel 4. Daya repelensi (%) benih jagung dengan perlakuan berbagai kosentrasin ekstrak sereh wangi pada S.zeamais.

KONSENTRASIDaya Replensi

Kontrol (%) Perlakuan (%)0% 18,75 b 81,25 a p

20% 13,75 b 86,25 a p

30% 22,5 b 77,5 a p

40% 11,25 b 86,25 a p

Keterangan : Nilai purata diikuti huruf sama pada baris yang sama (a,b) menunjukan tidak beda nyata menurut uji T taraf 5% dan nilai yang diikuti huruf sama pada satu kolom menunjukan tidak beda nyata (p,q) menurut uji DMRT taraf 5%.

4. Persentase Bobot BubukHasil analisis dengan sidik

ragam pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak sereh wangi terhadap mutu benih jagung persentase penyusutan bobot bubuk setelah penyimpanan selama empat

bulan menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 5).

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak sereh wangi 40% mampu menekan persentase bobot bubuk benih sehingga menjadi paling kecil.

Tablel 5. Persentase bobot bubuk (%) benih jagung pada berbagai konsentrasi ekstrak sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Perlakuan Persentase Bobot Bubuk (%)

0% 0,044 a20% 0,043 a30% 0,046 a40% 0,022 b

K 0,047 aKeterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

5. Persentase Penyusutan Bobot Benih

Page 8: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

Hasil analisis sidik ragam pada persentase penyusutan bobot benih jagung setelah penyimpanan empat bulan menunjukkan

berpengaruh nyata dan konsentrasi ekstrak sereh wangi 20, 30 ataupun 40% mampu menekan penyusutan bobot benih (Tabel 6).

Tablel 6. Persentase penyusutan bobot benih jagung pada berbagai konsentrasi ekstrak sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Perlakuan Presentase Penyusutan Bobot Benih

(%)

0% 0,757 a20% 0,501 b30% 0,399 b40% 0,385 b

K 0,822 aKeterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

6. Uji Kadar AirHasil analisis sidik ragam

pada kadar air benih jagung awal dan akhir penyimpanan selama

empat bulan menunjukkan tidak berbeda nyata ( Tabel 7 ).

Tabel 7. Kadar air (%) benih jagung pada berbagai konsentrasi sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Perlakuan Pengamatan Kadar Air (%)

Kadar Air Awal Kadar Air Akhir

0% 11,00 a 11,00 a20% 11,00 a 11,00 a30% 11,00 a 10,75 a40% 11,25 a 11,25 a

K 10,75 a 11,00 aKeterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%.

7. Uji Daya Berkecambah

Page 9: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

Hasil analisis dengan sidik ragam terhadap daya kecambah benih jagung awal sebelum penyimpanan dan akhir sesudah

penyimpanan selama empat bulan menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 8).

Tablel 8. Daya berkecambah benih jagung pada berbagai konsentrasi ekstrak sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Perlakuan Daya Bercambah (%)

Daya Kecambah Awal Daya Kecambah Akhir0% 82,50 a 83,00 a20% 88,00 a 85,00 a30% 90,50 a 83,00 a40% 89,00 a 82,00 a

K 90,50 a 86,00 aKeterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%.

8. Uji Waktu Rata-rata BerkecambahHasil analisis dengan sidik

ragam terhadap waktu rata-rata berkecambah benih jagung pada awal sebelum penyimpanan menunjukkan waktu rata-rata berkecambah yang tidak signifikan

pada semua perlakuan. Namun setelah penyimpanan selama 4 bulan seluruh perlakuan konsentrasi ekstrak sereh wangi mempunyai waktu rata-rata berkecambah yang lebih lama daripada kontrol.

Tabel 9. Waktu rata-rata berkecambah benih jagung pada berbagai konsentrasi ekstrak sereh wangi pada penyimpanan benih jagung.

Perlakuan Rata-rata Waktu Berkecambah (hari)

Awal Akhir0% 3,470 a 3,591 a20% 3,379 a 3,565 a30% 3,471 a 3,573 a40% 3,558 a 3,621 a

K 3,298 a 3,320 bKeterangan : Nilai purata yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

Page 10: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

B. Pembahasan1. Efektivitas ekstrak

sereh wangi terhadap S. zeamais.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan ekstrak sereh wangi dengan konsentrasi 40 % mengakibatkan mortalitas yang sangat tinggi selama penyimpanan. Mortalitas hama S. zeamais tertingggi yaitu sebesar 92,5 % pada uji kontak dan sebesar 87,5 % pada uji pakan (Tabel 1).

. Adanya mortalitas diakibatkan oleh kandungan yang terdapat pada ekstrak sereh wangi yaitu saponin, flavonoid, dan polifenol, selain itu daunnya juga mengandung minyak atsiri. Menurut Astriani (2012) yang telah mengkaji bioaktivitas formulasi serai (sereh) dan akar wangi (serai wangi) terhadap hama kumbang bubuk pada benih jagung, akar wangi dan serai wangi dosis 520% dalam formulasi larutan (ekstrak) mempunyai toksisitas kontak dan pakan terhadap hama kumbang bubuk pada benih jagung selama penyimpanan 9 minggu. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa Nilai LC50 kontak sebesar 18,0409% dan sebesar sebesar 24,9644% pada LC50 pakan. Semakin kecil nilai LC50 menunjukkan bahwa formulasi yang

digunakan semakin bersifat toksik terhadap S. zeamais.

Kematian hama S. zeamais disebabkan oleh adanya senyawa toksik dalam daun serai. Menurut Roger dan Hamraqui (1996) dalam Shahabuddin dan Anshary (2010) tanaman serai mengandung minyak atsiri yang bersifat racun dan mengurangi kemampuan reproduksi serangga. Minyak atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farmesol methil heptenol dan dipentena. Kandungan yang paling besar adalah sitronela yaitu sebesar 35 % dan geraniol sebesar 35-40%. Senyawa sitronela merupakan racun kontak dan menyebabkan dehidrasi sehingga serangga kehilangan cairan terus menerus dan mengakibatkan kematian (Setiawati dkk., 2008) dalam (Shahabuddin dan Anshary, 2010) .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan ekstrak sereh wangi terhadap jumlah imago hidup, jumlah imago mati dan jumlah telur per unit ( 1 unit 200 g). menunjukkan adanya beda nyata (Lampiran 4). Sedangkan pada jumlah imago total, jumlah larva dan jumlah pupa tidak ada beda nyata (Tabel 2), (Lampiran 4). Hal ini disebabkan karena sereh

Page 11: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

wangi mengandung 3 komponen utama yaitu sitronelol, sitronelal dan geraniol yang dapat menyebabkan mortalitas yang cukup tinggi. Dapat dilihat pada konsentrasi 40 % dan 30 % mengakibatkan mortalitas imago yang sangat tinggi, ditunjukkan pada jumlah imago mati sebesar 76,29 % dan 76,00% berbeda nyata terhadap perlakuan konsentrasi 20%, 0% dan kontrol.

Menurut penelitian Wiratno dkk. (2011), sereh wangi sangat baik untuk menekan populasi hama S. zeamais yang terus meningkat selama waktu penyimpanan benih jagung. Hal ini berkaitan dengan hama yang terus berkembang biak selama penyimpanan benih, Kartasapoetra (1987) dalam Ismana (2018) juga menyebutkan bahwa populasi hama S .zeamais akan terus meningkat seiring bertambahnya waktu. Siklus S. zeamais dari stadia telur hingga stadia imago membutuhkan waktu ± 36 hari. Hal ini membuktikan semakin lama penyimpanan benih menyebabkan populasi hama semakin meningkat karena siklus hidup hama akan terus berlangsung selama waktu penyimpanan.

Hama S. zeamais yang mati karena diperlakukan dengan ekstrak sereh wangi mengalami keracunan perut akibat memakan benih jagung yang telah tercampur ekstrak sereh wangi. Menurut Kardinan (2010) dalam Soekamto dkk., (2019), kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman sereh wangi dapat bersifat sebagai penyebab desikasi pada tubuh serangga, apabila serangga terluka maka serangga tersebut akan terus menerus kehilangan cairan tubuhnya dan selanjutnya mengalami kematian dan juga merupakan bahan beracun yang dapat bekerja sebagai racun perut dan fumigan yang akan menguap dan menembus secara langsung ke integument serangga. Kandungan senyawa dalam tanaman sereh wangi selain sifat kerjanya sebagai racun kontak yang dapat menyebabkan desikasi pada tubuh serangga dan mengakibatkan mortalitas, senyawa ini juga mempunyai sifat sebagai racun perut, dimana senyawa aktif tersebut masuk ke tubuh serangga melalui mulut (oral) dan dapat menimbulkan mortalitas lebih tinggi karena kandungan senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri sereh wangi bersifat

Page 12: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

insektisidal yang masuk melalui sistem pencernaan S. zeamais.

Selain sebagai racun perut, senyawa yang terkandung dalam sereh wangi juga berpengaruh terhadap mortalitas hama S.zeamais sesuai dengan pernyataan Santoso (2007) dalam Soekamto dkk., (2019) senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak sereh wangi sebagai racun kontak, racun perut dan racun pernapasan, senyawa ini pula dapat bersifat antifeedan (menghambat aktivitas makan) sehingga dapat mengakibatkan hama S. zeamais tidak makan dan berakibat kepada kematian hama tersebut. Diduga kandungan bahan aktif dari ekstrak sereh wangi yaitu senyawa silikal, sitral, sitronella, geraniol, mirsenal, nerol, farsenol, mehtal heptenon dan diptena, yang banyak terdapat pada konsentrasi 40% ekstrak sereh wangi dapat bersifat antifeedan sehingga dapat menghambat aktivitas makan dari hama, sehingga dapat mengakibatkan mortalitas lebih besar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak sereh wangi konsentrasi 40% pada benih jagung menyebabkan jumlah populasi imago dan telur S. zeamais yang paling

kecil, serta larva dan pupa yang cenderung lebih sedikit (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 40% adalah konsentrasi yang paling efektif menekan populasi S. zeamais dan menghambat perkembangan hama tersebut.

Menurut Solichah dan Menurut Cremlyn (1991) dalam Soekamto dkk., (2019), menyatakan bahwa senyawa minyak atsiri dari tanaman sereh wangi dapat bekerja sebagai racun syaraf pada serangga. Hal ini dapat dilihat dari gejala keracunannya seperti terjadi eksitasi, kejang, tubuh menjadi lemah dan akhirnya mati. Senyawa minyak atsiri sereh wangi dapat menyerang syaraf serangga khususnya saraf otot yang menyebabkan saraf ini tidak aktif akibatnya serangga mati. Mekanisme penetrasi senyawa tersebut diawali dengan penembusan membran sel oleh nikotin, kemudian mengikat reseptor acetycoline pada sambungan saraf otot akibatnya terjadi tarikan saraf sehingga saraf rusak atau tidak berfungsi yang menyebabkan kematian dan menekan populasi telur,larva dan pupa.

Hasil penelitian menunjukkan beda nyata pada variabel uji replensi,

Page 13: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

dimana pada perlakuan yang diberi konsentrasi 40% lebih banyak memiliki daya tolak (replensi) terhadap benih jagung yang sudah diberi perlakuan, dibandingkan dengan konsentrasi 30%, 20% dan 0% yang hanya sedikit memberikan daya tolak (replensi) terhadap benih yang diberi perlakuan.

Pada Tabel 3. menunjukan bahwa ekstrak sereh wangi dengan konsentrasi 40 % adalah konsentrasi yang paling bagus untuk menolak memakan benih jagung sebagai pakan utama selama penyimpanan benih jagung. Dengan begitu populasi hama S. zeamais semakin kecil bahkan mengakibatkan kematian yang cukup tinggi. Menurut Rizal (2009), ekstrak tanaman sereh wangi dapat bersifat penolak (reppelent) hama.

Hasil penelitian menunjukkan bedan yata pada variabel persentase bobot bubuk dan penyusutan bobot benih. Dimana pada perlakuan yang diberi konsentrasi 40% lebih sedikit menghasilkan bubuk benih dan lebih kecil penyusutan bobot benih setelah penyimpanan, dibandingkan dengan konsentrasi 30%, 20%, 0% dan kontrol.

Pada Tabel 4. dan Tabel 5. menunjukkan bahwa ekstrak sereh wangi dengan konsentrasi 40 % adalah konsentrasi yang paling efektif untuk menekan persentase bobot bubuk dan penyusutan bobot benih selama empat bulan penyimpanan. Hal tersebut selaras dengan data populasi dimana populasi imago paling kecil dan mortalitas paling besar sehingga kerusakan akibat S. zeamais juga akan lebih rendah.

Harinta (2013), menyatakan besarnya kerusakan dan penyusutan bobot benih di tempat penyimpanan tergantung dari tinggi rendahnya kepadatan populasi hama (Tabel 2). Pada populasi yang semakin sedikit, maka kerusakan dan penyusutan bobot benih semakin sedikit.2. Efektivitas ekstrak

sereh wangi terhadap mutu benih jagung setelah penyimpanan benih.

Penyimpanan benih merupakan bagian penting dari usaha memproduksi benih bermutu. Sutopo,(2004) mengatakan bahwa tujuan utama penyimpanan benih adalah mempertahankan viabilitas benih yang maksimal untuk mendapatkan mutu fisiologis benih yang telah diperoleh

Page 14: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

dengan menekan laju kemunduran benih seminimal mungkin sehingga pada saat benih akan ditanam dapat diperoleh keseragaman tanaman. Namun sebaik apapun peroses penyimpanan, kemunduran benih tetap terjadi. Hal tersebut dapat dicegah dengan mengontrol faktor-faktor yang mengurangi laju kemunduran benih selama penyimpanan. Factor tersebut yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).

Hasil penelitian selama penyimpanan empat bulan menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak sereh wangi tidak berbeda nyata terhadap semua variabel mutu benih kecuali waktu rata-rata berkecambah ahir, presentase penyusutan bobot benih dan presentase bubuk .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air benih pada konsentrasi 40 % tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 30%,20%,0% dan kontrol. Hal tersebut menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi yang diberikan tidak berpengaruh terhadap mutu benih jagung setelah 4 bulan peyimpanan. Tetapi pada perlakuan kontrol kadar air benih meningkat setelah 4 bulan penyimpanan.. (Tabel 6). Menurut Saenong dkk.

(2006), Kadar air benih merupakan suatu fungsi dari kelembaban relatif udara sekitarnya sampai dicapai titik keseimbangan. Pada saat nilai kadar air benih lebih rendah dari pada nilai kelembaban relatif udara sekitarnya, benih akan menyerap uap air (absorbsi) sehingga kadar air benih meningkat, sebaliknya pada saat kadar air benih lebih tinggi dari pada kelembaban relatif sekitarnya maka benih akan melepaskan sebagian kandungan airnya (desorbsi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya berkecambah benih setelah penyimpanan 4 bulan dan diberikan perlakuan konsetrasi tertiggi yaitu 40 % sebesar 82% tetapi tidak menunjukan penurunan mutu benih yang signifikan. Pada dasarnya benih yang digunakan masih cukup baik , hal tersebut dapat dilihat pada perlakuan yang tidak diberi perlakuan (kontrol) sebesar 86 % .(Tabel 7).

Artinya benih-benih tersebut masih memiliki mutu yang baik . Daya berkecambah dan indeks vigor benih jagung setelah penyimpanan selama empat bulan penyimpanan. Menurut Saenong dkk, (2006) dalam Astriani & Dinarto (2010) mengatakan bahwa

Page 15: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

penyimpanan benih jagung dapat dilakukan pada kadar air yang rendah (di bawah 10%) maka daya berkecambahnya masih cukup tinggi (lebih dari 90%) walaupun telah disimpan selama satu tahun pada suhu kamar. Penyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara 90,0-98,7% dan penyimpanan pada kadar air 9,8% daya berkecambah benih 88,0-100%. Nampak perbedaan daya berkecambah pada masing-masing penyimpanan dengan kadar air yang berbeda, namun benih masih layak ditanam ditinjau dari segi daya berkecambah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata waktu berkecambah benih jagung tumbuh pada hari ke tiga dan ke empatpada semua perlakuan. Tetapi pada rata-rata waktu berkecambah akhir menunjukan adanya bedanyata pada perlakuan Kontrol terhadap semua perlakuan. Semakin lama jumlah hari yang diperlukan untuk proses berkecambah

maka hal tersebut dapat mempengaru mutu benih jagung yang kurang baik.(Tabel 8).Hal ini disebabkan karena perlakuan dengan pemberian ekstrak sereh wangi dapat menekan populasi hama S.zeamais dan menjaga mutu benih jagung pada saat penyimpanan.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah selama 3 hari atau dengan kata lain bahwa benih jagung tersebut berkecambah rata-rata berada pada hari ke tiga. AOSA (1983) dalam Ismana (2018), mengatakan bahwa semakin pendek waktu yang dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah maka semakin baik mutu benih, maka benih tersebut masih memiliki mutu yang baik ditinjau dari nilai vigornya atau benih tersebut masih mempunyai potensi berkecambah yang tinggi bilamana ditanam pada lingkungan sub optimum. Arief., dkk (2010) menambahkan kecepatan berkecambah benih dikatakan tinggi apabila pada hari ketiga atau keempat

benih sudah berkecambah.

Page 16: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil

penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak sereh wangi pada perlakuan benih jagung menunjukkan daya repelensi, meningkatkan mortalitas imago, menekan populasi telur dan

imago S. zeamais, serta mempunyai toksisitas kontak dan pakan masing-masing dengan nilai LC50 sebesar 18,0409% dan 24,9644%.

2. Ekstrak sereh wangi pada konsentrasi 40% paling efektif untuk pengendalian S. zeamais tetapi tidak mempengaruhi mutu benih jagung sampai penyimpanan selama 4 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Astriani, D., & Dinarto, W. 2010. Uji toksisitas beberapa gulma sebagai pestisida nabati hama bubuk pada penyimpanan benih jagung. Jurnal Agrisains, 1(2).

Astriani, D. 2012. Kajian Bioaktivitas Formulasi Akar Wangi Dan Sereh Wangi Terhadap Hama Bubuk Jagung Sitophilus Spp. Pada Penyimpanan Benih Jagung. Jurnal Agrisains, 1.

Astriani, D., Wafit Dinarto dan Reo Sambodo. 2014. Pengaruh Jenis Pelarut dan Konsentrasi Ekstrak Kulit Biji Mete Terhadap Sitophilus Zea mays pada Penyimpanan Benih Jagung. Prosiding SNKP 2014 ISBN: 978-602-71704-0-7.

Badan Pusat Statistika . 2015. Produksi Jagung Menurut Provinsi (Ton) Tahun 1993-2015. http//bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/868.

Bergvinson, D. 2002. Postharvest Training Manual. Major Insect Pest Maize in Storage. CIMMYT, Mexico.

Dadang; J. Priyono; dan Sunjaya. 2005. Penggunaan Ekstrak Tumbuhan sebagai Teknologi Alternatif yang Ramah Lingkungan dalam Pengelolaan Hama Gudang. Laporan Penelitian (Intisari). http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/45428. Diunduh 15 Mei 2019.

Dinarto, W. dan D. Astriani. 2005. Pengendalian Sitophilus spp. Dengan

Page 17: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

ladadan cabai rawit dalam usaha mempertahankan viabilitas benih jagung dalam penyimpanan. Proses ending Seminar Nasional dan Workshop Perbenihan dan Kelembagaan.11 November 2008. Fakultas Pertanian UPN ”Veteran” Yogyakarta. HalIII-74–80.

Dinarto, W. Dan D. Astriani. 2008. Pengaruh wadah penyimpanan dan kadar air terhadap kualitas benih jagung dan populasi hama kumbang bubuk (Sitophilus zea mays Motsch). Proseeding Seminar Ilmiah Komunikasi Hasil-hasil Penelitian. 27 Agustus 2005. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal 168-175.

Dinarto, W.2010. Pengaruh Kadar Air dan Wadah Simpanter hadap Viabilitas Benih Kacang Hijau dan Populasi Hama Kumbang Bubuk Kacang Hijau Calloso bruchus ChinensisL. Jurnal Agrisains, 1(1).

Fajriani,E.R. 2017. Sintesis 4-(4ꞌ-Hidroksi-3ꞌ-Metoksifenil)-3,4-Dihidrolsibutan2-On Melalui Reaksi Oksidasi Seyawa Hasil Sintesis Antara Vanilin Dan Aseton.2017. Fakultas

Matematika .Universitas Negeri Yogyakarta

Harinta,Y.W.2013. Efektifitas Tepung Daun Sirsak (Annonamuricata) Untuk Mengendalikan Kumbang Bubuk Kedelai (Callosobruchusanalis F) Pada Biji Kedelai (Glycine maxL.) .Agrovigor, 6(2), 121-127.

Hidayanti, E. dan D. Ambarwati. 2016. Pestisida nabati sebagai alternative pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/pesnab%20web.pdf.

Ismana,M.N. J. 2018. Pemanfaatan ekstrak daun sirsak untuk mengendalikan hama Sitophilus SPP pada penyimpanan benih jagung. Fakultas Agroindustri Universitas Mercubuana Yogyakarta.

Karta sapoetra, A.G.1987. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Bina Aksara Jakarta.146 hlm.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Kasryno, F 2010. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia selama

Page 18: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

empat dekade yang lalu dan implikasinya bagi indonesa. Badan litbang: Nsional Agribisnis Jagung.

Kementrian Pertanian. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan.http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/arsip-outlook/81-outlook tanaman-pangan/432-outlook-jagung-2016.

Lesilolo, M.K., Riry, J., dan Matatula, E.A. 2013 . Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Jenis Tanaman Yang Beredar Di Pasaran Kota Ambon. Fakultas Pertanian, Unpatti.

Margaretha dan Rahmawati, 2010. Evaluasi Mutu Benih Jagung Tingkat Petani Di Provinsi Sulawesi Selatan. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros.

Nasahi, C. 2009. Laporan hasil percobaan pengujian lapangan efikasi fungisida Rizolex 50 WP (metil tolkofos 50%) (385/PPI/8/2008) Terhadap penyakit busuk daun phytophthora infestans pada tanaman kentang. Kerja sama: PT. Sumitomo Indonesa. Bandung:Universitas Padjajaran.Retrieved

fromhttp://pustaka.unpad.ac,id/wpcontent/uploads/2010/06/pengujian_lapangan_efikasi_fungisida.pdf.

Nonci, N.,&Muis,A.2015. Biologi, Gejala Serangan, Dan Pengendalian Hama Bubuk Jagung Sitophilus Zea mais Motschulsky (Coleoptera: Curculionidae). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian,34(2), 61-70.

Nurmansyah. 2010. Efektivitas serei wanggi terhadap hama pengisap buah kakao Helopeltis Anatonii. Bul. Littro., 22(2), 205-213.

Oktavia, V. 2017. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Terhadap pengaruh dosis dan waktu pemuukan pupuk cair bio-slurry. Fakultas Pertanian Universitas Bandar Lampung.

Parker, S. 2014. Life cycle of the maize weevil Sitophilus zea mais. www.Parker.com/about_5371323_life-maize-weevil sitophilus zea mais.html. [2 December 2014].

Peadt, R.C. 1978. Fundamental of Applied Entomology. 3rd Edition. 595.Mac Millan

Page 19: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

Publ, Co. Inc., New York. pp. 591

Rifai,G, Wayan,I.R.W dan Ayu,K.N.2018. Pengaruh Jenis Pelarut dan Rasio Bahan dengan Pelarut Terhadap Kandungan Senyawa Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.).Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana.

Rizal, Molide. 2009. Pemanfaatan Tanaman Atsiri sebagai Pestisida Nabati. Balitro Bogor.

Robi’in. 2007. Perbedaan Bahan Kemasandan Periode Simpan dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Air Benih Jagung Dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin Teknik PertanianVol. 12. No. 1.

Santoso, H.B. 2007a. Akar Wangi – Bertanam dan Penyulingan. Cetakanke-10. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 55hal.

Santoso, H.B.2007b. Sereh Wangi – Bertanam dan Penyulingan. Cetakanke-10. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 70hal

Saenong, S, Azrai, M, Rahmawati. 2006. Pengelolaan Benih Jagung. Balai Penelitian

Tanaman Serealia, Maros, Ha l29.

Saenong, S.M. 2009. Kajian aspektingkah laku serangga hama kumbang bubuk Sitophilus zea mays Motsch dilaboratorium. Prosiding Nasional Serealia Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Saenong, M. S. 2016. Tumbuhan Indonesia Potensial Sebagai Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Hama Kumbang Bubuk Jagung (Sitophilus Spp.). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 35(3), 131-142.

Shahabuddin dan Anshary,A. 2010. Uji Aktivitas Ekstrak Daun Serai Terhadap Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella L.). Di Laboratorium. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako.

Subandi, M, Syam dan A.

Widjono,1998. .Jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan,Bogor, 423 hal.

Sukarman dan Hasnah, M. 2003. Perbaikan Mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan Melalui Cara Panendan Penanganan Benih.Jurnal Litbang Pertanian, 22(1).

Page 20: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/8596/1/Naskah Publikasi... · Web viewPenyimpanan pada kadar air 11,6% daya berkecambah benih masih tinggi, berkisar antara

Surtikanti dan Suherman. 2003. Reaksi 52 galur/varietas jagung terhadap serangan kumbang bubuk. Berita Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan. 26: 3-4.

Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zea mays Motsch. Jurnal Litbang Pertanian. 23(4):123 –128.

Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. CV Rajawali Pers, Jakarta.

Soekamto, M.H, Ohorella, Z, dan Ijie, J.R. 2019. Perlakuan Benih Padi Yang Disimpan Dengan Pestisida Nabati Sereh Wangi Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophilus oryzae L.) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sorong.

Takahashi, N. 1981. Application ofbiologically natural product sinagri cultural fields. InProc. Regional Seminaron Recent Trendin Chemistry of Natural Product Research (pp. 110-132).

Wirawan, B., & Wahyuni, S. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat: Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta, 120.

Wiratno, Siswanto, Luluk, dan Suriati, S. 2011. Efektivitas Beberapa Jenis Tanaman Obat dan Aromatik sebagai Insektisida Nabatiuntuk Mengendalikan Diconocoris hewetti Dist. Bul. Littro. 22 (2): 198-204.