Upload
nisa-nisa
View
31
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fkg
Citation preview
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU. Dr. Syaiful Anwar
PS. Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
PENGARUH EKSTRAK ETANOL BUNGA MAWAR MERAH (Rosa indica fragrans hybrids) TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans SECARA IN VITRO
Sri Winarsih*, Aunur Rofiq**, Puput Fiohana***
Abstrak
Candida albicans merupakan jamur opportunistik yang paling sering menyebabkan kandidiasis. Bunga Mawar merah dipilih sebagai alternatif pengobatan Candida albicans dalam penelitian ini karena dalam bunga Mawar merah diduga memiliki zat yang bersifat antijamur, antara lain geraniol, eugenol, citronellol, limonen, flavonoid, dan tanin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol bunga Mawar merah terhadap pertumbuhan Candida albicans secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode dilusi tabung. Konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dengan masing-masing menggunakan empat isolat Candida albicans yang berasal dari swab vagina pasien yang berbeda. Kadar Hambat Minimal (KHM) diperoleh dengan membandingkan tingkat kekeruhan pada masing-masing tabung uji. Sedangkan, Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari penelitian ini didapat dengan cara penanaman dengan penggoresan (streaking) masing-masing jamur uji pada lempeng Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa KHM masing-masing jamur uji pada keempat isolat berada pada 4%. Sedangkan, KBM pada empat isolat dalam penelitian ini berada pada konsentrasi yang sama, yaitu 6%. Dari Uji ANOVA satu arah didapatkan perbedaan bermakna antara masing-masing konsentrasi ekstrak etanol bunga mawar Merah (p=0,00). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol bunga Mawar merah dapat menghambat dan membunuh Candida albicans secara in vitro. Kata kunci: bunga Mawar merah, Candida albicans, KHM, KBM
Abstract
Candida albicans is an opportunistic fungus that most commonly cause candidiasis. Red Roses was chosen as an alternative treatment of Candida albicans in this study as the flower was suspected to have anti-fungal substances such as geraniol, eugenol, citronellol, limonene, flavonoids and tannins. The objective of this study was to determine the effect of red Roses ethanol extract on Candida albicans growth in vitro. This was an experimental study using the tube dilution method. The concentrations of red Roses ethanol extract used in this study were 0%, 2%, 3%, 4%, 5% and 6% with each using four isolates of Candida albicans from the vaginal swabs of different patients. The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was obtained by comparing the level of turbidity in each test tube. Meanwhile, the Minimum Fungicidal Concentration (MFC) was obtained by inoculating each samples on Sabouraud Dextrose Agar (SDA) plates. The results showed that the MIC of the four isolates was found at the concentration of 4%, while the MFC was found at 6%. The one-way ANOVA test showed significant differences between each red Roses ethanol extract concentrations (p = 0.00). It can be concluded that the red Roses ethanol extract can both inhibit and kill Candida albicans in vitro. Keywords: Red Roses, Candida albicans, MIC, MFC
2
PENDAHULUAN
Candida albicans merupakan jamur
yang secara normal terdapat pada kulit
dan membran mukosa misalnya vagina,
mulut, ataupun rectum. Jamur ini juga
dapat berpindah melalui aliran darah dan
mempengaruhi tenggorokan, intestinal,
dan katup jantung. Candida albicans dapat
menjadi agen infeksius ketika terdapat
beberapa perubahan pada lingkungan
tubuh yang menyebabkan pertumbuhan
Candida albicans menjadi tidak terkontrol
(The Health Central Network, 2009).
Candida albicans merupakan spesies yang
sering menyebabkan kandidiasis
(Anaissie,2009).
Kandidiasis dibagi dalam dua
macam, kandidiasis superfisial yang
berinfeksi lokal pada kutan atau membran
mukosa dan kandidiasis yang bersifat
invasif hingga menyebabkan infeksi
sistemik (Emily, 2007). Contoh kandidiasis
superfisial misalnya: vulvovaginitis,
kandidiasis kutan, onikomikosis, dan
sebagainya. Sedangkan kandidiasis
sistemik contohnya: kandida pada sistem
pencernaan, kandidosis paru, kandidosis
pada saluran kemih (Perhimpunan
Mikologi Kedokteran Manusia dan Hewan
Indonesia, 2001).
Dalam dua dekade terakhir, insiden
terjadinya infeksi oleh Candida albicans
semakin meningkat dan telah menjadi
salah satu penyebab infeksi nosokomial
pada pasien-pasien di rumah sakit
(Vazquez, 2005). Literatur lain mengatakan
bahwa diperkirakan, sekitar 75 % wanita
usia subur pernah mengalami infeksi
Candida albicans pada traktus genitalis
setidaknya satu kali selama hidupnya
(Dwikarya, 2004).
Saat ini, antifungi untuk pengobatan
infeksi karena Candida albicans memang
sudah ditemukan, namun pemakaian obat
antifungi lokal maupun sistemik dalam
pengobatannya tidak hanya memiliki efek
yang menguntungkan saja, namun juga
sering menimbulkan efek samping yang
tidak menyenangkan, misalnya pusing,
demam, mual, muntah, diare, kerusakan
pada kulit, efek toksik pada organ lain, dan
kelainan faal darah (Ganiswara,1995). Hal
ini dikarenakan obat antifungi mempunyai
toksisitas selektif yang rendah, sehingga
seringkali mengganggu sel hospes
manusia (Dzen dkk, 2003). Sedangkan
obat dengan toksisitas selektif yang lebih
baik ditawarkan dengan harga lebih tinggi.
Hal ini akan berimplikasi pada peningkatan
biaya kesehatan, perpanjangan waktu
perawatan maupun peningkatan angka
kesakitan dan kematian. Maka dari itu, hal
tersebut merupakan tantangan bagi para
ahli di bidang kesehatan untuk mencari
obat antifungi alternatif yang memiliki
efektivitas lebih baik dengan harga
terjangkau (Ganiswara, 1995).
Saat ini, perkembangan pengobatan
dengan bahan-bahan tradisional semakin
marak digunakan. Selain pertimbangan
harga, efek samping yang konon minimal,
3
serta kemudahan dalam mendapatkannya,
pengobatan alternatif ternyata juga
memiliki khasiat yang tak kalah penting
dibandingkan pengobatan kimiawi. Salah
satu contoh tanaman tradisional yang
dapat digunakan dalam pengobatan
adalah bunga Mawar.
Bunga Mawar (Rosaceae) telah
banyak dibudidayakan di negara
Indonesia, misalnya saja di daerah sentra
produsen bunga-bungaan Cipanas,
Lembang (Jawa Barat), Brastagi (sumatera
Utara), Malang (Jawa Timur), dan
beberapa tempat lainnya. Selain karena
memiliki bentuk yang cantik, Mawar yang
dikenal sebagai “Ratu Bunga” ini ternyata
juga memiliki nilai ekonomi dan sosial
cukup tinggi untuk dijadikan komoditas
perdagangan atau komersial. Tidak banyak
orang yang mengetahui fungsi lain dari
tanaman Mawar selain sebagai penghias
taman, bunga potong, dan bunga tabur
untuk upacara adat dan ziarah
pemakaman. Sesungguhnya Mawar
adalah tanaman multifungsi. Selain dapat
menghias taman dan rangkaian bunga,
Mawar juga memiliki banyak fungsi, yaitu
sebagai bahan aroma therapy, simplisia
obat, parfum, bahan tambahan makanan,
dan ramuan untuk kosmetik (Lingga,
2008).
Dalam bidang pengobatan, Mawar
telah dirintis sejak masa Perang Dunia II di
Inggris sebagai sumber vitamin C. Para
tabib China memanfaatkan minyak bunga
Mawar sebagai “Yin” yang berfungsi untuk
menenangkan syaraf, memperlancar
sirkulasi darah, menguatkan otot dinding
perut besar, dan menyehatkan pembuluh
kapiler. Ada anggapan pula bahwa minyak
Mawar dapat meningkatkan jumlah sperma
kaum laki-laki yang mengalami impotensi
dan juga dapat menormalkan siklus haid
wanita. Bahkan suku Indian memanfaatkan
ramuan dari rebusan ujung bunga Mawar
liar untuk diminum seperti teh sebagai
penyembuh kencing nanah (gonorrheae)
(Rukmana, 1995).
Bunga Mawar merah (Rosa indica
fragrans hybrids) atau yang sering dikenal
di masyarakat sebagai Mawar holland
merupakan jenis mawar yang paling
banyak di Indonesia. Bunga Mawar ini
merupakan jenis atau varietas mawar yang
berasal dari Holland (Belanda). Kelebihan
dari Mawar ini adalah tingkat
produktivitasnya yang cukup tinggi
sehingga lebih mudah untuk didapat
(Rukmana, 1995).
Dalam bunga Mawar merah, terdapat
zat aktif seperti eugenol, geraniol,
citronellol, limonene dan beberapa vitamin
yang dapat berfungsi sebagai antiseptik
dan daya tahan tubuh (Rukmana, 1995;
Lingga, 2008). Dari kandungan zat aktif
bunga Mawar merah tersebut diduga
bunga Mawar merah dapat digunakan
sebagai pengobatan alternatif antifungi
untuk Candida albicans. Manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah untuk
menambah wacana dalam dunia
kedokteran tentang obat tradisional, dalam
rangka pemanfaatan keanekaragaman
hayati yang ada di Indonesia sebagai obat
4
alternatif, serta dapat menjadi dasar
penelitian lebih lanjut supaya ekstrak
etanol bunga Mawar merah dapat
digunakan sebagai obat antifungi pada
manusia. Oleh karena itu, maka perlu
dilakukan penelitian eksperimental in vitro
untuk mengetahui efek antijamur bunga
Mawar merah terhadap Candida albicans
dan melihat pengaruh berbagai
konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar
merah terhadap pertumbuhan Candida
albicans secara in vitro.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental in vitro dengan metode
dilusi tabung (tube dilution test) dan
menggunakan empat sampel isolat
Candida albicans. Tube dilution test
meliputi dua tahap, yaitu pengujian tingkat
kekeruhan tabung yang ditujukan untuk
mengetahui nilai Kadar Hambat Minimal
(KHM) dan tahap penanaman dengan cara
streaking (penggoresan) pada SDA plate
yang ditujukan untuk mengetahui nilai
Kadar Bunuh Minimal (KBM). Keempat
sampel yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang yang berasal dari swab vagina
pasien penderita vaginitis.
Pembuatan ekstrak etanol bunga
Mawar merah meliputi proses
pengeringan, proses ekstraksi (maserasi)
dan evaporasi. Proses pengeringan diawali
dengan mencuci bersih bunga Mawar yang
akan digunakan sebagai bahan uji dalam
penelitian, kemudian bunga Mawar yang
sudah dicuci dikupas dan diambil masing-
masing bagiannya menjadi kecil-kecil, lalu
dimasukkan dalam oven dengan suhu
80°C sampai kering. Proses ekstraksi
dilakukan dengan menyiapkan bunga
mawar yang sudah kering, kemudian
dihaluskan dengan menggunakan blender,
lalu ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik sebanyak 100 gr
(sampel kering). Sampel kering tersebut
dimasukkan dalam gelas erlenmeyer
berukuran 1 liter dan direndam dalam
etanol sampai volume 900 ml. Kemudian
kocok selama ± 30 menit sampai benar-
benar tercampur. Campuran diinapkan
selama semalam sampai mengendap.
Hasil ekstraksi siap untuk dievaporasi.
Proses evaporasi diawali dengan
mengambil lapisan atas campuran etanol
dengan zat aktif yang sudah terambil,
masukkan dalam labu evaporasi berukuran
1 liter. Kemudian pasang labu evaporasi
pada evaporator dan isi waterbath dengan
air sampai penuh. Setelah itu, pasang
semua rangkaian alat, termasuk rotary
evaporator, pemanas water bath (atur
sampai 90°C), kemudian sambungkan
dengan aliran listrik. Selanjutnya, biarkan
etanol menguap dan ditunggu proses
berjalan sampai aliran etanol berhenti
menetes pada labu penampung (± 1,5
hingga 2 jam untuk satu labu). Hasil
evaporasi dimasukkan dalam botol plastik
kemudian disimpan di dalam freezer dan
siap untuk digunakan.
5
Identifikasi Candida albicans
dilakukan dengan pewarnaan gram dan uji
germinating tube. Konsentrasi Candida
albicans yang digunakan dalam penelitian
adalah 103 CFU/ml (Murray et al., 1999).
Medium yang digunakan adalah medium
cair Sabouraud Dextrose dan medium
padat Sabouraud Dextrose Agar (SDA).
Uji Dilusi Tabung diawali dengan
menyediakan tabung reaksi steril yang
telah ditandai KC (kontrol C.albicans), 1, 2,
3, 4, 5, KB (Kontrol Bahan). Kemudian,
tabung KC diisi dengan suspensi kuman
Candida albicans dengan kepadatan (1-5)x
103 CFU/ml sebanyak 2 ml. Digunakan
sebagai kontrol (+). Tabung 1, 2, 3, 4, 5
diisi dengan aquades steril masing-masing
sebanyak 0,96 ml; 0,94 ml; 0,92 ml; 0,90
ml, dan 0,88 ml. Selanjutnya, tabung 1, 2,
3, 4, 5 diisi dengan ekstrak bunga mawar
masing-masing 0,04 ml; 0,06 ml; 0,08 ml;
0,10 ml, dan 0,12 ml. Sehingga
konsentrasi bunga mawar berturut-turut
adalah 4% v /v , 6% v /v , 8% v /v , 10% v /v , 12%
v /v . Konsentrasi tersebut didapatkan dari
hasil eksplorasi sebelum penelitian
dilakukan.
Langkah selanjutnya yaitu
memasukkan suspensi kuman Candida
albicans dengan kepadatan (1-5) x 103
CFU/ml pada tabung 1, 2, 3, 4, 5 masing-
masing sebanyak 1 ml, sehingga
konsentrasi bunga mawar sekarang pada
tabung 1, 2, 3, 4, 5 berturut-turut 2% v /v ,
3% v /v , 4% v /v , 5% v /v , 6% v /v .
Tabung KB diisi dengan ekstrak
bunga mawar dengan menggunakan
mikropipet sebanyak 2 ml (100%). Tabung
ini digunakan sebagai kontrol (-).
Kemudian kesembilan tabung divortex lalu
diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24-
48 jam. Setelah diinkubasikan, semua
tabung dikeluarkan dari inkubator dan
dilakukan pengamatan pada kekeruhan
tabung untuk menentukan kadar hambat
minimal (KHM). Setelah itu, seluruh tabung
divortex, lalu diambil 1 ose dan dilakukan
streaking pada medium SDA. Lalu
diinkubasikan lagi selama 24-48 jam pada
suhu 37°C. Setelah diinkubasikan, hitung
koloni yang tumbuh pada SDA untuk
menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM)
Candida albicans terhadap larutan ekstrak
etanol bunga Mawar merah tersebut.
Variabel bebas pada penelitian ini
adalah konsentrasi ekstrak etanol bunga
Mawar merah 0% (Kontrol C.albicans), 2%
v/v , 3% v
/v , 4% v/v , 5% v
/v , 6% v/v . Variabel
tergantung pada penelitian ini adalah
jumlah koloni jamur Candida albicans yang
tumbuh pada SDA.
Data dari pengamatan perbenihan
Candida albicans dengan berbagai
konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar
merah secara kuantitatif dianalisis
menggunakan uji statistik uji ANOVA satu
arah yang kemudian dilanjutkan dengan uji
korelasi untuk menentukan kekuatan dan
arah hubungan antara konsentrasi ekstrak
bunga mawar dengan pertumbuhan
Candida albicans secara in vitro (Santoso,
2010). Sebelum uji ANOVA satu arah
dijalankan, perlu dilakukan uji normalitas
data dan uji homogenitas varians karena
6
syarat uji Anova satu arah adalah data
yang akan diuji harus berdistribusi normal
dan varians data harus sama (Santoso,
2010). Rencana analisis data terhadap
data yang didapat akan dilakukan dengan
menggunakan program SPSS (Stastitical
Product of Service Solution) for Windows
versi 18.0.
Untuk melihat adanya perbedaan
yang signifikan antara rata-rata
pertumbuhan koloni pada masing-masing
konsentrasi maka dilakukan uji Anova satu
arah. Dengan uji ini akan diperoleh
perbandingan rata-rata jumlah koloni
Candida albicans pada ketujuh kelompok
konsentrasi, sehingga dapat disimpulkan
apakah pemberian ekstrak etanol bunga
Mawar merah menyebabkan penurunan
jumlah koloni Candida albicans secara
signifikan. Pada penelitian ini, tingkat
kepercayaan yang dipakai adalah 95%
untuk tingkat signifikasi (α=0,05).
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Pengaruh Ekstrak Etanol
bunga Mawar merah terhadap Candida
albicans
Berdasarkan pengamatan kekeruhan
pada metode dilusi tabung dan didukung
dari data penurunan jumlah koloni
terbanyak hasil streaking pada SDA plate,
diperoleh nilai Kadar Hambat Minimal
(KHM) pada konsentrasi 4% v /v , sedangkan
berdasarkan jumlah pertumbuhan koloni
hasil streaking pada SDA plate diperoleh
nilai Kadar Bunuh Minimal (KBM) pada
konsentrasi 6% v /v . Hal ini juga ditunjukkan
pada ketiga sampel Candida albicans lain
yang digunakan pada penelitian ini.
Hasil penghitungan jumlah koloni
pada SDA plate diperoleh data seperti
pada Tabel 1 dan histogram rerata masing-
masing jumlah pertumbuhan koloni dapat
dilihat pada gambar 1.
Tabel 1.
Hasil Penghitungan Jumlah Koloni Candida albicans pada SDA plate
Sampel
Perlakuan (konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar merah)
0%
(KC) 2%
v/v 3%
v/v 4%
v/v 5%
v/v 6%
v/v
100%
(KB)
I 2281 811 413 89 24 0 0
II 1963 548 262 71 11 0 0
III 2090 683 342 86 16 0 0
IV 2376 1009 509 130 38 0 0
Rerata 2177,5 762,75 381,5 94 22,25 0 0
Standar
Deviasi
±185,993
±196,167
±105,022
±25,258 ±11,786 0 0
7
0
500
1000
1500
2000
2500
0% 2% 3% 4% 5% 6% 100%
Re
rata
Ju
mla
h K
olo
ni
C. a
lbic
an
s
Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Mawar Merah (v/v)
Data pada Tabel 1 memiliki kisaran
data yang besar sehingga mempersulit
analisis. Karena itu data ini perlu
dilakukan transformasi ke dalam bentuk
akar pangkat 4 seperti pada pada Tabel 2.
Histogram rerata masing-masing jumlah
pertumbuhan koloni Candida albicans
terhadap Konsentrasi Ekstrak etanol
bunga Mawar merah dapat dilihat pada
gambar 2. Hasil uji normalitas data
Kolmogorov-Smirnov didapatkan
didapatkan bahwa data jumlah koloni
Candida albicans yang diuji (berdasarkan
hasil transformasi akar pangkat 4)
menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,925 (Sig 0,05). Karena Sig 0,05
berarti bahwa data tersebut berdistribusi
normal. Syarat uji ANOVA selanjutnya
adalah dengan menggunakan uji
Homogenitas Varians Levene. Dari uji
Homogenitas, didapatkan nilai Sig.
sebesar 0,06 (nilai diatas 0,05). Maka
dapat disimpulkan bahwa varians data
adalah sama. Kemudian dilakukan analisis
data statistik dengan menggunakan uji
ANOVA satu arah. Dari uji ANOVA satu
arah ini didapatkan nilai Sig. sebesar
0,000 yang berada di bawah nilai 0,05,
jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata
pertumbuhan koloni Candida albicans
pada ketujuh kelompok berbeda secara
signifikan. Sedangkan hasil uji
Homogenous Subsets (Uji Identik antar
Kelompok) pada Tabel 3 terlihat bahwa
kelompok konsentrasi 6% v /v dan 100%
berada pada satu kolom yang sama. Hal
ini menunjukkan rata-rata pertumbuhan
koloni Candida albicans pada kelompok
konsentrasi 6% v/v dan 100% (Kontrol
Bahan) tidak berbeda secara signifikan.
Hasil uji Korelasi menunjukkan nilai
koefisien korelasi Pearson (R) sebesar -
0,978 dengan nilai Sig. 0,000
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara konsentrasi ekstrak bunga Mawar
dengan jumlah koloni Candida albicans.
Tanda negatif (-) pada koefisien korelasi
Pearson (R) menyatakan hubungan yang
berbanding terbalik, yaitu kenaikan
konsentrasi ekstrak etanol bunga mawar
Gambar 1. Histogram
Rerata Jumlah Koloni
Candida albicans
terhadap Konsentrasi
Ekstrak Etanol bunga
Mawar merah
8
Koloni
Tukey HSD a
4 ,0000 4 ,0000 4 2,1275 4 3,0950 4 4,3900 4 5,2250 4 6,8250
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Konsentrasi 6,00 100,00 5,00 4,00 3,00 2,00 ,00 Sig.
N 1 2 3 4 5 6 Kelompok dengan tingkat kepercayaan= .05
Rata-rata dari kelompok pada tiap konsentrasi percobaan .
merah (X) akan mengakibatkan
penurunan jumlah koloni Candida albicans
(Y). Sedangkan 0,978 menyatakan derajat
hubungan yang kuat antara variabel X dan
Y, dikatakan kuat apabila R 0,5.
Tabel 2. Jumlah Koloni Candida albicans setelah ditransformasi ke dalam Bentuk Akar Pangkat 4 ( √
)
Sampel
Perlakuan (konsentrasi ekstrak etanol bunga Mawar merah)
0% (KC) 2% v/v 3%
v/v 4%
v/v 5%
v/v 6%
v/v
100%
(KB)
I 6.91 5.33 4.50 3.07 2.21 0 0
II 6.65 4.83 4.02 2.90 1.82 0 0
III 6.76 5.11 4.30 3.04 2.00 0 0
IV 6.98 5.63 4.74 3.37 2.48 0 0
Rerata 6.82 5.22 4.39 3.09 2.12 0 0
Tabel 3. Uji Identik Antar Kelompok
0
1
2
3
4
5
6
7
0% 2% 3% 4% 5% 6% 100%
Re
rata
Ju
mla
h K
olo
ni
C.a
lbic
an
s
Konsentrasi Ekstrak Etanol Bunga Mawar Merah (v/v)
Gambar 2.
Histogram Rerata
Jumlah Koloni Candida
albicans Dalam Bentuk
Akar Pangkat 4
Terhadap Konsentrasi
Ekstrak Etanol Bunga
Mawar Merah.
9
PEMBAHASAN
Penelitian eksperimental ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak etanol bunga Mawar merah (Rosa
indica fragrans hybrids) terhadap
pertumbuhan Candida albicans secara in
vitro. Metode yang digunakan adalah
metode dilusi tabung (tube dilution test).
Tube dilution test meliputi dua tahap, yaitu
pengujian tingkat kekeruhan tabung yang
ditujukan untuk mengetahui nilai Kadar
Hambat Minimal (KHM) dan tahap
penanaman dengan cara streaking pada
SDA plate yang ditujukan untuk
mengetahui Kadar Bunuh Minimal (KBM).
Selanjutnya jumlah koloni pada SDA plate
dihitung dengan colony counter,
kemudian dianalisis dengan uji statistik.
Isolat Candida albicans didapatkan
dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Sebelum dilakukan penelitian, isolat jamur
diidentifikasi terlebih dahulu dengan
pembiakkan koloni pada SDA plate,
pewarnaan Gram, dan Germinating Tube
Test. Pembiakan koloni dilakukan pada
SDA plate, didapatkan koloni mukoid,
agak mengkilat, lunak, berwarna putih
kekuningan, dan berbau seperti tape.
Dengan pewarnaan Gram serta
pengamatan di bawah mikroskop dengan
pembesaran 100x, didapatkan gambaran
budding cell berwarna ungu yang bersifat
gram positif (+). Dengan Germinating
Tube Test, didapatkan germ tube
(pemanjangan sel jamur). Isolat tersebut
kemudian dibuat biakan cair yang
distandarkan menjadi 1,5x103 CFU/ml.
Bahan uji yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu bunga Mawar merah
dari spesies Rosa indica fragrans hybrids
atau yang sering dikenal sebagai mawar
Holland atau hybrid tea berasal dari petani
bunga di desa Sidomulyo, Batu. Dalam
eksperimen ini, metode ekstrak dipilih
karena sebagian besar zat antimikroba
yang terkandung dalam bunga mawar
bersifat tidak larut air, yaitu eugenol,
geraniol, citronellol, limonen, dan
flavonoid. Sedangkan tanin bersifat larut
air dan sedikit larut dalam etanol. Proses
ekstraksi bunga mawar ini dilakukan di
Laboratorium Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Eugenol, geraniol, dan citronellol
membunuh Candida albicans dengan cara
menghambat biosintesis ergosterol dalam
sel jamur. Penghambatan biosintesis
ergosterol ini mengakibatkan penumpukan
metilsterol. Metilsterol ini dapat merusak
kerapatan rantai asil pada fosfolipid,
merusak fungsi sistem enzim yang terikat
pada membran tertentu, misalnya saja
enzim-enzim sistem transpor elektron.
Hal ini mengakibatkan gangguan pada
permeabilitas membran sel jamur
sehingga mudah lisis. Efek yang sama
didapatkan dari limonen yang bekerja
dengan cara merusak membran sel oleh
senyawa lipofilik yang dapat
mengakibatkan kebocoran komponen-
komponen essensial dari membran sel
10
jamur, sehingga membran sel menjadi
lebih mudah lisis.
Tanin yang terkandung dalam bunga
Mawar dapat mengakibatkan kerusakan
pada DNA dan RNA jamur sehingga
menyebabkan tidak terjadinya replikasi
pada sel jamur. Tanin juga memiliki
mekanisme kerja dengan cara
menginaktivasi adhesin, enzim, protein
transport dinding sel, perusakan substrat
dan berikatan dengan polisakarida dinding
sel kuman. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa tanin dapat berikatan
dengan dinding sel bakteri, menghambat
aktifitas protease dan inaktivasi
mikroorganisme secara langsung (Cowan,
1999; Naim, 2004). Daya antimikroba
tanin sangat toksik terhadap filamentous
fungi, yeast, dan bakteri. Tannin juga
memiliki kemampuan menghambat enzim
reverse transcriptase dari sel mikroba
(Scalbert, 1991).
Flavonoid yang juga terdapat dalam
bunga Mawar bekerja dengan cara
berikatan dengan dinding sel jamur.
Dinding sel jamur berfungsi sebagai
struktur pemberi bentuk sel dan
melindungi sel dari lisis osmotic. Hasil dari
pengikatan flavonoid pada dinding sel
akan menyebabkan kestabilannya
terganggu sehingga akan menyebabkan
sel lisis (Marjorie, 1999).
Penelitian ini dilakukan untuk
menguji secara in vitro efek ekstrak etanol
bunga Mawar merah terhadap Candida
albicans. Kadar Bunuh Minimal (KBM)
pada keempat sampel dalam penelitian ini
adalah 6%, yang merupakan konsentrasi
terendah ekstrak bunga Mawar yang
mampu membunuh Candida albicans.
Sedangkan Kadar Hambat Minimal (KHM)
pada penelitian ini yaitu pada konsentrasi
4%, dimana dapat diamati dari kekeruhan
tabung yang mulai menghilang pada
konsentrasi tersebut.
Dengan melihat fakta hasil
penelitian bahwa kenaikan konsentrasi
ekstrak etanol bunga Mawar merah dapat
menyebabkan penurunan jumlah koloni
Candida albicans dan diperkuat dengan
adanya data bahwa ekstrak bunga Mawar
merah mengandung bahan aktif yang
memiliki daya antifungi termasuk terhadap
Candida albicans, maka dapat dibuat
kesimpulan bahwa hipotesis penelitian ini
yaitu “Ekstrak etanol bunga Mawar merah
memiliki efek antijamur terhadap Candida
albicans dan dapat menghambat dan
membunuh Candida albicans secara in
vitro, semakin tinggi konsentrasi ekstrak
etanol bunga Mawar merah semakin
berkurang jumlah koloni Candida albicans”
telah terbukti kebenarannya.
Kandungan bahan aktif dalam
bunga Mawar merah tentunya juga
memiliki beberapa efek samping jika
digunakan pada seseorang yang sensitif
ataupun digunakan dalam jumlah yang
berlebihan. Efek samping eugenol dan
flavonoid misalnya, dapat menimbulkan
gangguan nafas serta nyeri pada perut
jika digunakan secara berlebihan (UMMC,
2010). Sedangkan geraniol dan citronellol
dapat menimbulkan kemerahan pada kulit
11
pada seseorang yang sensitif (WebMD
Journal, 2010; Herbs, 2000). Dari data
literatur efek samping kandungan bahan
aktif bunga Mawar merah tersebut, maka
untuk mengaplikasikan pemanfaatan
ekstrak etanol bunga Mawar merah
sebagai obat antifungi pada manusia,
diperlukan penelitian lebih lanjut secara in
vivo guna mengetahui toksisitas, dosis,
dan efek samping yang ditimbulkan dari
ekstrak etanol bunga Mawar. Selain itu,
dapat pula dilakukan penelitian tambahan
dengan memanfaatkan spesies bunga
Mawar lain untuk pengobatan alternatif,
baik sebagai antifungi, maupun
antimikroba lainnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Ekstrak etanol bunga Mawar merah
memiliki efek antijamur terhadap Candida
albicans dan dapat menghambat dan
membunuh Candida albicans secara in
vitro yang dibuktikan dengan semakin
tinggi konsentrasi ekstrak etanol bunga
Mawar merah, semakin rendah
pertumbuhan Candida albicans. Kadar
Hambat Minimal (KHM) ekstrak etanol
bunga Mawar merah terhadap Candida
albicans adalah pada konsentrasi 4% v /v .
Sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM)
ekstrak etanol bunga Mawar merah
terhadap Candida albicans adalah pada
konsentrasi 6% v /v .
SARAN
Diperlukan penelitian lebih lanjut
secara in vivo supaya ekstrak etanol
bunga Mawar dapat digunakan sebagai
obat untuk infeksi jamur Candida albicans
pada masyarakat. Selain itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk menguji
pengaruh ekstrak etanol bunga Mawar
merah terhadap mikroba lain selain
Candida albicans. Penelitian lain untuk
menguji pemanfaatan ekstrak bunga
Mawar pada spesies lain untuk
pengobatan alternatif juga diperlukan, baik
sebagai antimikroba maupun antifungi lain
selain Candida albicans.
DAFTAR PUSTAKA
Anaissie EJ, McGinnis MR, Pfaller MA.
2009. Clinical Mycology Second Edition. USA: Churchill Livingstone Elsevier.
Cowan, MM. 1999. Clinical Microbiology
Reviews-Plant Productas Antimicrobial Agent. Ohio Departement of Microbiology, Miamy University. Vol.4, no.2, P562-582. (online). (http://smccd.net/accounts//case/ref/564.pdf, diakses pada tanggal 27 November 2009).
Dwikarya, M. 2004. 75 Persen Perempuan
di Dunia Pernah Keputihan. (Online). (http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=149677&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=190, diakses 13 November 2009).
Dzen SM, dkk. 2003. Bakteriologi Medik.
Banyumedia Publishing. Malang. Hal. 127-128.
Emily, A. 2007. Candidiasis.
http://www.emedicine.com/emerg/topi
12
c76.htm. diakses tanggal 4 Desember 2009.
Ganiswara, SG. 1995. Farmakologi dan
Terapi Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI. Hal 560-570.
Herbs. 2000. Flavonoids. (Online).
(http://www.herbs2000.com/h_menu/flavonoids.htm, diakses tanggal 21 Oktober 2010).
Lingga, L. 2008. Mawar. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Marjorie, M.C. 1999. Plant Products as
Antimicrobial Agents. New York: American Society for Microbiology.
Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba dari
tanaman. (online). (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm, diakses pada tanggal 15 November 2010).
Perhimpunan Mikologi Kedokteran
Manusia dan Hewan Indonesia. 2001. Tata Laksana Mikosis Sistemik. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rukmana, R. 1995. Mawar: Bunga “Cinta
Abadi” Menjanjikan Keuntungan “Abadi”. Jogjakarta: Kanisius.
Santoso, S. 2010. Mastering SPSS 18.
Jakarta: Elex Media Kompetindo. Scalbert, A. 1991. Antimicrobial Properties
of Tannins. Journal of Antimicrobial Chemotheraphy. (online). (http://www.esi-topics.com/fmf/2004/may04-SantosScalbert.html, diakses pada tanggal 20 Oktober 2009).
The Health Central Network. 2009.
Candida albicans. (http://www.healthscout.com/ency/68/312/main.html, diakses 27 November 2009).
UMMC ( University of Maryland Medical
Center). 2010. Eugenol Oil Overdose.
(Online). ( http://www.umm.edu/ency/article/002647all.htm, diakses 21 Oktober 2010).
Vazques, JA. 2005. Epidemiology,
Management and Prevention of Candidiasis. (Online). (http://www.medscape.com/viewarticle/462510, diakses 27 November 2009).
WebMD Journal. 2010. Citronella Oil.
(Online). (http://www.webmd.com/vitamins-supplements/ingredientmono-627-CITRONELLA%20OIL.aspx?activeIngredientId=627&activeIngredientName=CITRONELLA%20OIL, diakses tanggal 25 Oktober 2010).