24

Click here to load reader

rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

  • Upload
    ngocong

  • View
    216

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

TUGAS INDIVIDUALSKALA PSIKOLOGI BIDANG KARIR

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Instrumen dan Media Bimbingan dan KonselingDosen Pengampu:Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd. & Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

Oleh:

Nama : Rahajeng Bellinda Nastiti

Nim : 17713251022

Kelas : B / Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018

Page 2: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

1. Pengertian Skala Psikologi

Skala adalah perangkat pertanyaan yang disusun untuk mengungkap atribut tertentu

melalui respon terhadap pertanyaan tersebut. (Saifuddin Azwar, 2017: 17).

Skala psikologi menurut Wahyu Widhiarso (widhiarso.staff.ugm.ac.id) adalah

instrumen pengukuran untuk mengidentifikasi konstrak psikologis. Seringkali dinamakan

dengan tes, namun dalam hal ini skala psikologis digunakan sebagai istilah untuk atribut

afektif, sedangkan kata tes digunakan untuk atribut kognitif.

Dengan demikian skala psikologi adalah suatu instrumen yang berupa pertanyaan

atau pernyataan yang digunakan untuk mengukur serta mengidentifikasi atribut psikologis

responden.

2. Karakteristik Skala Psikologi

Sebagai alat ukur, skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang

membedakannya dari berbagai bentuk instrumen pengumpulan data yang lain seperti angket

(questionnaire), daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Meskipun dalam percakapan sehari-

hari biasanya istilah skala disamakan saja dengan istilah tes namun (dalam pengembangan

instrumen alat ukur) umumnya istilah tes digunakan untuk penyebutan alat ukur kemampuan

kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak dipakai untuk menamakan alat ukur atribut

non-kognitif.

Dengan pengertian tersebut, maka dapat diuraikan beberapa di antara karakteristik

skala menurut Saifuddin Azwar (2017: 5-7) sebagai alat ukur psikologi, yaitu:

a. Stimulus atau aitem dalam skala psikologi berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak

langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator

perilaku dari atribut yang bersangkutan. Meskipun subjek dapat dengan mudah

memahami isi aitemnya namun tidak mengetahui arah jawaban yang dikehendaki oleh

aitem yang diajukan sehingga jawaban yang diberikan subjek akan banyak tergantung

pada interpretasinya terhadap isi aitem. Karena itu jawaban yang diberikan atau dipilih

oleh subjek lebih bersifat proyeksi diri dan perasaannya dan merupakan gambaran tipikal

reaksinya.

b. Dikarenakan atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator

perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka

Page 3: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

skala psikologi selalu berisi banyak aitem. Jawaban subjek terhadap satu aitem baru

merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan

kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis diperoleh berdasarkan respon terhadap semua

aitem.

c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua

jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Skor

yang diberikan hanyalah kuantitas yang mewakili indikasi adanya atribut yang diukur.

Karakteristik tersebut menjadi ciri pengukuran terhadap performansi tipikal, yaitu

atribut yang manifestasinya menjadi karakter tipikal seseorang dan cenderung dimuncul-kan

secara sadar atau tidak sadar dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang

dihadapi. Dalam penggunaannya sebagai alat psikodiagnosis dan penelitian psikologi, skala-

skala performansi tipikal digunakan untuk pengungkapan aspek-aspek afektif seperti minat,

sikap, dan berbagai variabel kepribadian lain semisal agresivitas, self-esteem, locus of

control, motivasi, resiliensi, kecemasan, kepemimpinan, dan lain sebagainya.

3. Faktor-Faktor yang Melemahkan Validitas Skala Psikologi

Validitas dalam pengertiannya yang paling umum, adalah ketepatan dan kecermatan

dalam menjalankan fungsi ukurnya. Artinya, validitas menunjuk pada sejauh mana skala itu

mampu mengungkap dengan akurat dan teliti data mengenai atribut yang dirancang untuk

mengukurnya.

Validitas adalah karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap alat ukur.

Apakah suatu skala berguna atau tidak sangat ditentukan oleh tingkat validitasnya. Oleh

karena itu sejak tahap awal perancangan skala sampai dengan tahap administrasi dan

pemberian skornya, usaha-usaha untuk menegakkan validitas harus selalu dilakukan. Dalam

rangka itulah perancang skala perlu mengenali beberapa faktor yang dapat mengancam

validitas skala psikologi. Faktor-faktor yang dimaksud menurut Saifuddin Azwar (2017: 10-

14), antara lain:

a. Konsep Teoritik Tidak Cukup Dipahami

Untuk mengukur “sesuatu” maka sesuatu itu harus dikenali terlebih dahulu dengan

baik. Bila konsep mengenai atribut yang hendak diukur tidak dikenali dengan baik maka

perancang skala mungkin hanya memiliki gambaran yang tidak komprehensif atau

bahkan keliru mengenai atribut yang bersangkutan. Gambaran yang tidak tepat akan

Page 4: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

melahirkan aspek dan indikator keperilakuan yang juga tidak tepat, yang pada akhirnya

bila dijadikan acuan dalam penulisan aitem akan menghasilkan aitem-aitem yang tidak

valid.

b. Aspek Keperilakuan Tidak Operasional

Indikator keperilakuan diciptakan berdasarkan batasan konseptual mengenai atribut

yang diukur menjadi rumusan operasional yang terukur (measurable). Bila perumusan ini

tidak cukup operasional atau ternyata masih menimbulkan penafsiran ganda mengenai

bentuk-bentuk perilaku yang dinginkan, atau sama sekali tidak mencerminkan konsep

yang akan diukur, maka akan melahirkan aitem-aitem yang tidak valid. Pada gilirannya,

aitem-aitem yang tidak valid tidak akan menjadi skala yang valid.

c. Penulisan Aitem Tidak Mengikuti Kaidah

Aitem yang sukar dimengerti maksudnya oleh pihak responden karena terlalu

panjang atau karena kalimatnya tidak benar secara tata-bahasa, aitem yang mendorong

responden untuk memilih jawaban tertentu saja, aitem yang memancing reaksi negatif

dari pihak responden, aitem yang mengandung muatan social desirability tinggi, dan

aitem yang memiliki cacat semacamnya hampir dapat dipastikan adalah hasil dari proses

penulisan aitem yang mengabaikan kaidah-kaidah penulisan yang standar. Aitem-aitem

seperti itu tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan.

d. Administrasi Skala Tidak Berhati-Hati

Skala yang disajikan dan diadministrasikan kepada responden dengan cara

sembarangan dapat menghasilkan data yang tidak valid mengenai keadaan responden.

Administrasi skala memerlukan berbagai persiapan dan antisipasi dari pihak penyaji.

Beberapa di antara banyak hal yang berkaitan dengan kehati-hatian administrasi ini

adalah:

1) Penampilan skala (validitas tampang)

Skala psikologi bukan sekedar kumpulan aitem-aitem yang diberkas menjadi satu.

Dari segi penampilan, skala harus dikemas dalam bentuk yang berwibawa sehingga

mampu menimbulkan respek dan apresiasi dari pihak respondennya.

2) Situasi ruang

Situasi ruang menunjuk pada kondisi di dalam tempat pelaksanaan penyajian atau

administrasi skala. Ruang harus cukup nyaman, cukup pencahayaan, dan tidak bising.

Page 5: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

Tidak boleh ada gangguan atau kehadiran pihak orang ketiga yang dapat

mempengaruhi respon subjek.

3) Kondisi subjek

Skala psikologi hanya boleh disajikan pada subjek yang kondisinya (baik fisik

maupun psikologis) memenuhi syarat. Jangan mengharapkan jawaban yang valid

apabila responden harus membaca dan menjawab skala dalam keadaan sakit, lelah,

tergesa-gesa, tidak berminat, merasa terpaksa dan semacamnya.

e. Pemberian Skor Tidak Cermat

Sekalipun disediakan “kunci” skor, namun kadang-kadang masih dapat terjadi

kesalahan dari pihak pemeriksa dikarenakan salah dalam penghitungan skor atau keliru

cara penggunaan kunci jawaban. Pada skala yang menggunakan konversi skor, kesalahan

dapat terjadi sewaktu mengubah skor mentah menjadi skor derivasi karena salah liat pada

tabel konversi.

f. Keliru Interpretasi

Penafsiran terhadap hasil ukur skala merupakan bagian penting dari proses

diagnosis psikologis. Sekalipun disediakan norma penilaian sebagai acuan interpretasi

terhadap skor skala namun harus selalu diingat bahwa skor yang diperoleh dari

pengukuran psikologi tidak sempurna reliabilitas dan validitasnya sehingga tetap dituntut

kecermatan interpretasi.

4. Langkah-Langkah Penyusunan Skala Psikologi

Langkah-langkah dasar dalam konstruksi skala psikologi menurut Saifuddin Azwar

(2013: 14-20) memberikan gambaran alur kerja umum mengenai prosedur yang biasanya

dilakukan oleh para penyusun skala. Alur kerja yang diilustrasikan dalam gambar 1.1. tentu

saja tidak selalu dapat dan tidak perlu untuk diikuti secara ketat disebabkan model dan format

skala yang dibuat banyak ragamnya dan oleh karena itu dalam pelaksanaannya menuntut

keluwesan dari pihak perancang dan penyusun skala.

Page 6: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

Keterangannya sebagai berikut:

a. Identifikasi Tujuan Ukur

Awal kerja penyusunan suatu skala psikologi dimulai dari melakukan identifikasi

tujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi, mengenali dan memahami dengan seksama

teori yang mendasari konstrak psikologi atribut yang hendak diukur.

b. Pembatasan Domain Ukur

Pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan pada konstrak yang didefinisikan

oleh teori yang dipilih. Pembatasan domain dilakukan dengan cara menguraikan konstrak

teoretik atribut yang diukur menjadi beberapa rumusan dimensi atau aspek keperilakuan

yang konsep keperilakuannya lebih jelas.

c. Operasionalisasi Aspek

Sekalipun dimensi keperilakuan, sudah lebih jelas konsep keperilakuannya,

biasanya masih konseptual dan belum terukur sehingga perlu dioperasionalkan ke dalam

bentuk keperilakuan yang lebih konkret sehingga penulis aitem akan memahami benar

arah respon yang harus diungkap dari subjek. Operasionalisasi ini dirumuskan ke dalam

bentuk indikator keperilakuan (behavioral indocators).

Page 7: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

d. Kisi-kisi (Blue-print) dan Spesifikasi Skala

Himpunan indikator-indikator keperilakuan beserta dimensi yang diwakilinya

kemudian dituangkan dalam kisi-kisi atau blue-print yang setelah dilengkapi dengan

spesifikasi skala, akan dijadikan acuan bagi para penulis aitem.

e. Penskalaan

Berbeda dari prosedur penyusunan tes kemampuan kognitif yang dalam penentuan

pilihan format aitemnya memerlukan beberapa pertimbangan menyangkut keadaan

subjek, materi uji, dan tujuan pengukuran, pada perancangan skala psikologi penentuan

format aitemnya tidak terlalu mempertim-bangkan keadaan subjek maupun tujuan

penggunaan skala. Biasanya pemilihan format skala lebih tergantung pada keunggulan

teoretik dan sisi praktis penggunaan format yang bersangkutan.

f. Penulisan Aitem

Penulisan aitem harus selalu memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang sudah

ditentukan. Pada tahapan awal penulisan aitem, umumnya dibuat aitem yang jumlahnya

jauh lebih banyak daripada jumlah yang direncanakan dalam spesifikasi skala, yaitu

sampai tiga kali lipat dari jumlah aitem yang nanti akan digunakan dalam skala bentuk

final. Hal ini dimaksudkan agar nanti penyusunan skala tidak kehabisan aitem akibat

gugurnya aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan.

Reviu (review) pertama harus dilakukan oleh penulis aitem sendiri, yaitu dengan

selalu memeriksa ulang setiap aitem yang baru saja ditulis apakah telah sesuai dengan

indikator perilaku yang hendak diungkap dan apakah juga tidak keluar dari pedoman

penulisan aitem. Apabila semua aitem telah selesai ditulis, reviu dilakukan oleh beberapa

orang yang berkompeten (sebagai panel). Kompetensi yang diperlukan dalam hal ini

meliputi penguasaan masalah konstruksi skala dan masalah atribut yang diukur. Selain itu

penguasaan bahasa tulis standar sangat diperlukan. Semua aitem yang diperkirakan tidak

sesuai dengan spesifikasi blue-print atau yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan harus

diperbaiki atau ditulis ulang.

g. Uji Coba Bahasa

Ketentuan meloloskan aitem dalam tahap evaluasi kualitatif oleh panel para ahli

tersebut adalah kesepakatan expert judgment bahwa isi aitem yang bersangkutan adalah

logis untuk mengungkap indikatornya (logical validity). Sampai pada tahap ini, kerja

Page 8: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

sistematik yang dilakukan merupakan dukungan terhadap validitas isi (content validity)

dan validitas konstruk (construct validity) skala.

Kumpulan aitem yang telah berhasil melewati proses reviu kemudian harus

dievaluasi secara kualitatif lebih jauh, yaitu dengan diujicobakan pada sekelompok kecil

responden guna mengetahui apakah kalimat yang digunakan dalam aitem mudah dan

dapat dipahami dengan benar oleh responden. Reaksi-reaksi responden berupa pertanyaan

mengenai kata-kata atau kalimat yang digunakan dalam aitem merupakan pertanda

kurang komunikatifnya kalimat yang ditulis dan itu memerlukan perbaikan.

h. Field Test

Setelah perbaikan bahasa dan kalimat selesai dilakukan, pada tahap berikut adalah

langkah evaluasi terhadap fungsi aitem secara kuantitatif, yaitu berdasar skor jawaban

responden. Data skor aitem dari responden diperoleh dari hasil field-test. Evaluasi

terhadap fungsi aitem yang biasa dikenal dengan istilah analisis aitem merupakan proses

pengujian aitem secara kuantitatif guna mengetahui apakah aitem memenuhi persyaratan

psikometrik untuk disertakan sebagai bagian dari skala.

i. Seleksi Aitem

Hasil analisis aitem menjadi dasar dalam seleksi aitem. Aitem-aitem yang tidak

memenuhi persyaratan psikometrik akan disingkirkan atau diperbaiki lebih dahulu

sebelum dapat menjadi bagian dari skala. Di samping memperhatikan parameter aitem,

kompilasi skala harus dilakukan dengan mempertimbangkan proporsionalitas aspek

keperilakuan sebagaimana dides-kripsikan oleh blue-printnya.

Komputasi koefisien reliabilitas sebagai estimasi terhadap reliabilitas skala

dilakukan bagi kumpulan aitem-aitem yang telah terpilih yang banyaknya disesuaikan

dengan jumlah yang telah dispesifikasi oleh blue-print. Apabila koefisien reliabilitas

skala ternyata belum memuaskan, maka penyusunan skala dapat kembali ke langkah

kompilasi dan merakit ulang skala dengan lebih mengutamakan aitem-aitem yang

memiliki daya beda tinggi sekalipun perlu sedikit mengubah proporsi aitem dalam setiap

komponen atau bagian skala.

j. Validasi Konstrak

Validasi skala pada hakikatnya merupakan suatu proses berkelanjutan. Pada skala-

skala yang hanya akan digunakan secara terbatas memang pada umumnya dicukupkan

Page 9: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

dengan validasi isi yang dilakukan melalui proses reviu aitem oleh panel ahli (expert

judgement) namun sebenarnya semua skala psikologi harus teruji konstraknya. Skala

yang secara isi sudah sesuai dengan kisi-kisi indikator perilaku tetap perlu ditunjukkan

secara empirik apakah konstrak yang dibangun dari teori semula memang didukung oleh

data.

k. Kompilasi Final

Format final skala dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan

bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam bentuk final, berkas skala

dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan mungkin pula lembar jawaban yang terpisah.

Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden jangan

sampai memakai huruf berukuran terlalu kecil sehingga responden yang agak lanjut usia

tidak kesulitan membacanya.

5. Aspek Skala yang diukur : Karir

Pada instrumen kuestioner yang akan dikembangkan adalah pada Bimbingan dan

konseling Bidang Karir Menurut Yusuf (2009:51) Bimbingan dan Konseling Karir

adalah:

Bimbingan karir yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa dalam perencanaan,

pengembangan dan pemecahan masalah-maslah karir, seperti :pemahaman terhadap

jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman

kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan

pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi.

ENTERPRENEURSHIP INTEREST

Menurut Crow and crow dalam Aggarwal (2014: 298) “Interest may refer to the motiving

force that impels us to attend to person, a thing, or an activity or it may be the effective

Page 10: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

experience that has been stimulated by the activity it self. Minat mengacu pada daya gerak

atau kekuatan motif yang mendorong seseorang untuk memperhatikan seseorang,suatu

benda, aktivitas atau pengalaman efektif yang telah dirangsang oleh aktivitas diri.

Bingham dalam Aggarwal (2014: 298): “An interest is a tendency to become absoserbed in

an experience and to continue it”. "Minat adalah kecenderungan untuk terikat dalam suatu

pengalaman yang terus-menerus".

Sejak J.B. Say menciptakan istilah entrepreneur sekitar tahun 1800.

1. Scarborough (2012) berpendapat bahwa kewirausahaan adalah tentang menciptakan

sesuatu yang baru di lingkungan yang tidak pasti dan untuk tujuan laba. (Scarborough

2012: 20) Banyak definisi kewirausahaan menyoroti pentingnya mencari keuntungan.

2. Menurut Barringer dan Irlandia (2008) mengklaim bahwa kewirausahaan adalah tentang

mengejar dan mengenali peluang dan mempraktekkan ide-ide yang berguna.

3. (Barringer dan Ireland 2008: 6) Mereka menggunakan kata yang berguna daripada

menyebut apa pun tentang laba, yang memberikan definisi makna yang lebih luas.

Mereka menempatkan pentingnya memanfaatkan ide-ide berguna yang dapat

dipraktekkan, yang tidak selalu berarti keuntungan moneter.

4. Harvard University mengaitkan definisi kewirausahaan adalah mengejar peluang di luar

sumber daya yang dapat dikontrol. (Butler 2006: 8) Barringer dan Ireland (2008), serta,

Butler (2006) menyoroti pentingnya peluang dalam kaitannya dengan kewirausahaan.

Secara umum, kewirausahaan tampaknya adalah tentang menyadari peluang yang

diberikan dan mampu memanfaatkan peluang-peluang ini.

5. Dollinger (1995), Scarborough (2012) dan Butler (2006) juga menyebutkan

ketidakpastian dan sumber daya di luar kendali, yang membawa aspek risiko pada konsep

kewiraswastaan.

6. Carland Jr. dan Carland (1997) mendefinisikan kewirausahaan secara luas sebagai “hasil

nyata dari usaha seorang wirausahawan”. (Carland Jr. dan Carland 1997: 36) Berbeda

dengan penulis lain yang dikutip dalam bab ini, Carland Jr. dan Carland mendefinisikan

kewirausahaan sebagai sesuatu hasil dari seorang pengusaha.

Page 11: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

7. Wickham (2006) mengklaim bahwa kewirausahaan adalah apa yang dilakukan oleh

pengusaha. Definisi-definisi ini menempatkan pentingnya pada pengusaha. (Wickham,

2006: 4) Agar dapat sepenuhnya memahami definisi ini, sangat penting untuk

mendefinisikan pengusaha juga.

Mariotti dan Glackin (2012) mendefinisikan pengusaha sebagai orang yang mengatur dan

mengelola bisnis, sambil menanggung risiko untuk tujuan perolehan yang mungkin. (Mariotti

dan Glackin 2012: 3).

Berdasarkan pengertian dari minat, wirausaha hingga wiraswasta diatas dapat disimpulkan minat

berwirausaha ( enterpreneur interest) adalah Minat Berwirausaha adalah ketertarikan untuk

membuat dan menyadari adanya peluang-peluang dalam menciptakan sesuatu yang baru untuk

tujuan laba.

Dalam Sutomo (2007:89-92) Cathy Ashmore dari The Consortium for Enterpreneurship

Education, Colombus, menyarankan lima tahap aspek-aspek pembelajaran seumur hidup

menajdi enterpreneur yakni:

1. Tahap Dasar

Pada tingkat awal jenjang SMP dan SMA sebaiknya menumbuhkan motivasi belajar

adanya peluang pribadi berkembang memahami kualitas mental sukses.

2. Pengembangan Pengetahuan dan Keterampilan

Siswa diharapkan dapat memulai mempelajari bahasa bisnis, dan melihat dari sudut

pandang pemiliki usaha kecil. Dengan belajar bertindak menjadi seolah-olah sebagai

pemiliki usaha kecil. Seacara emosional siswa mencoba memahami posisi perasaan

pemiliki bisnis, dengan demikian secara rasional siswa mulai belajar mengatasi masalah

dan mengambil keputusan pada berbagai situasi usaha

3. Pengembangan Rencana Bisnis

Siswa mengeksplorasi berbagai ide bisnis dan beragam cara merencanakan bisnis.

4. Start Up

Siswa yang serius ingin berwirausaha dan bertanya untuk tahap memulai sebuah usaha

kepada pelaku wirausaha yang telah lebih dahulu berada pada dunia wirausaha.

5. Pertumbuhan

Page 12: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

Transisi dari kuadran self employed ke Buisness owner . Seminar, lokakarya,

dan konslutasi dapat menolong para pemula yakni memerlukan berbagai pengetahuan dan

keterampilan teknis yang memadai, mulai dari aspek pemdanaan untuk pengembangan,

penambahan kapasitas produksi sampai rekrutmen tambahan personil.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Skala Minat Berwirausaha.

No Variabel Aspek Indikator Favorable

Unfavo

rable

1.

Minat Berwirausaha

TahapDasar

1) Ketertarikan untuk menjadi wirausaha

2) Mental sukses

1,2,3, 4,

14,15,1

6, 17,

2.

Pengembangan Pengetahuan

dan Keterampilan

1) Memulai belajar istilah-istilah bisnis

2) Ketertarikan pada pengusaha kecil yang dilihat

3) Berfikir dalam situasi usaha

5,6,7, 8,9,

18,19,2

0,21

3.Pengembangan

Rencana Bisnis

1) Mengeksplorasi berbagai ide bisnis

2) Mengeksplorasi rencana bisnis menuju pengembangan bisnis

10,11 22,23

4.Start Up

1) Keseriusan ingin

berwirausaha12

24

5. Pertumbuhan 1) Melaksanakan lokakarya atau seminar

13 25

Page 13: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

SKALA MINAT BERWIRAUSAHA

Identitas

Nama :

Usia :

Jens Kelamin :

A. Pengantar

Minat Berwirausaha adalah ketertarikan untuk membuat dan menyadari adanya peluang-peluang

dalam menciptakan sesuatu yang baru untuk tujuan laba.

B. Petunjuk Pengisian

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda, lalu berilah

tanda cek (√) pada kolom yang tersedia. Setiap pernyataan dalam skala ini dilengkapi dengan

empat pilihan jawaban, yaitu:

SS : bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan Anda

S : bila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan Anda

TS : bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan Anda

STS: bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan Anda

Page 14: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya tertarik untuk menjadi enterpreneur

2. Saya melihat orang lain yang telah sukses menjadi

enterpreneur dari media-media dan internet

3. Saya memiliki sikap optimis menjadi enterpreneur

4. Saya memiliki minat menjadi enterpreneur sukses

5. Saya mulai belajar istilah-istilah bisnis

6. Saya mulai browsing tentang dunia enterpreneur

7. Saya sering memperhatikan pengusaha kecil yang membuka usaha dijalan

8. Saya mulai memikirkan situasi menjadi enterpreneur

9. Saya mulai memikirkan inovasi usaha yang akan saya

mulai

10. Saya mulai mengeksplorasi berbagai ide bisnis

11. Saya mengeksplorasi rencana bisnis saya, telah

menuju pada cara mengembangkan bisnis

12. Saya telah berada pada keseriusan ingin berwirausaha

13. Saya telah melaksanakan lokakarya atau seminar

Page 15: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

14. Saya tidak tertarik untuk menjadi enterpreneur

15. Saya tidak memiliki kepercayaan diri menjadi

enterpreneur

16. Saya tidak memiliki minat menjadi enterpreneur

sukses

17. Saya belum memulai belajar istilah-istilah bisnis

18. Saya tidak berusaha browsing tentang dunia enterpreneur

19. Saya tidak tertarik memperhatikan pengusaha kecil yang membuka usaha dijalan

20. Saya belum mulai memikirkan situasi menjadi

enterpreneur

21. Saya belum mulai memikirkan inovasi usaha

22. Saya belum mengeksplorasi berbagai ide bisnis

23. Saya belum berada pada keseriusan ingin

berwirausaha

24. Saya belum pernah melaksanakan lokakarya atau

seminar terkait enterprneurship

25. Saya tidak begitu tertarik ketika di TV atau media

elektronik yag membahas tentang enterprneurship

Page 16: rahajengbellindanastiti.files.wordpress.com€¦  · Web viewPada skala yang menggunakan konversi skor, ... Ukuran kertas yang digunakan perlu juga mempertimbangkan usia responden

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal.2014. Essentials educational Psychology.Third edition.Vikas Publishing House. New

Delhi.

Chaves juuli. 2016. The Personality Characteristics of an Entrepreneur and Their Effects on the

Performance of a New Business Venture . Helsinki Metropolia University of Applied Sciences

Bachelor of Business AdministrationEuropean Management.Bachelor’s Thesis

Ir. Djati Soetomo. 2007.Menjadi Enterprener Jempolan . Jakarta: Republika

Yusuf LN, syamsul 2009. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya