Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RANCANG BANGUN SISTEM PERENCANAAN PENGELOLAAN
HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN DI KWANDANG,
KAB. GORONTALO UTARA
Oleh: R. Hartini Melo
Komisi Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, Msi.
Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE.
Prof. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MS.
Pendahuluan
HutanMangrove
Sumberkehidupanmasyarakat
pesisisr
Mengurangidampak
tsunami / sepertitembokalami
Penetrilisirbahan
pencemar
Pengendalibanjir,
dampakabrasi
LATAR BELAKANG
Penyebab kerusakan :
1. Alih fungsi lahan menjadi tambak
2. Penebangan dan pengambilan untuk bahan bangunan
3. Pertambahan penduduk di daerah pantai
4. Masyarakat Memanfaatkan Hutan Mangrove tidak terkendali
Penyebab kerusakan :
1. Alih fungsi lahan menjadi tambak
2. Penebangan dan pengambilan untuk bahan bangunan
3. Pertambahan penduduk di daerah pantai
4. Masyarakat Memanfaatkan Hutan Mangrove tidak terkendali
Total kerusakan hutan mangrove wilayah pesisir
-63 % th 2000-2010
-71% th 2017-2018
Total kerusakan hutan mangrove wilayah pesisir
-63 % th 2000-2010
-71% th 2017-2018
Tujuan
1. Memetakan kondisi biofisik kawasan hutan mangrove dan sosialekonomi masyarakat disekitar kawasan hutan mangrove di Kec. Kwandang Kab. Gorut.
2. Menentukan status keberlanjutan perencanaan pengelolaanhutan mangrove di Kec. Kwandang Kab. Gorut.
3. Mengidentifikasi & memetakan stakoholders dlm perencanaanpengelolaan hutan mangrove di Kec. Kwandang Kab. Gorut.
4. Menentukan faktor-faktor kunci dalam perencanaanpengelolaan hutan mangrove berkelanjutan di Kec. KwandangKab. Gorut.
Merancang Model Perencanaan Pengelolaan
Hutan Mangrove Berkelanjutan
di Kec. Kwandang Kab. Gorontalo Utara.
Merancang Model Perencanaan Pengelolaan
Hutan Mangrove Berkelanjutan
di Kec. Kwandang Kab. Gorontalo Utara.
Diagram Alur Kerangka Penelitian
Metodology
Lokasi
Kwandang
Kab. GorontaloUtara
Waktu
Maret-Oktober2018
Tahapan
penelitian
Menentukan Indikator Indikator Kawasan
Hutan Mangrove Berkelanjutan
Ekologi Ekonomi Sosial
Kajian Kondisi Eksisting
Model PengelolaanHutan Mangrove di Kabupaten
Gorontalo Utara (Kwandang)
Menentukan Indeks berkelanjutan
Analisis Rap - Mforest
Mengidentifikasi dan Memetakan Stakeholders
Analisis Stakeholders
Menggambarkan StrukturProgram Pengelolaan Hutan Manggrove
ISM
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Tahap 6
Tahap 1
1. Analisis Vegetasi
Tahapan analisis data menggunakan analisis vegetasi, meliputi: Indeks Nilai Penting (INP) jenis tumbuhan :
Data-data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: (Kusmana, 1997).
Kerapatan (K) = Jumlah Individu (jenis tumbuhan) Luas Petak Contoh (ha)
Frekuensi (F) = Jumlah petak ditemukan suatu jenisJumlah seluruh petak contoh
Dominansi (D) = Luas bidang dasar suatu jenis (m2) Luas seluruh petak contoh (ha)
Kerapatan relatif (KR) = Kerapatan suatu jenis x 100 % Kerapatan total seluruh jenis
Frekuensi relatif (FR) = Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis
Dominansi relatif (DR) = Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi seluruh jenis
Indeks Nilai Penting (INP) dihitung dengan menggunakan rumus: INP = KR + FR + DR
2. Analisis StakeholderTeknik analisis stakeholders secara kualitatifdigunakan untuk menjelaskan stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan, kepentingan (interest) danpengaruh (power) setiap stakeholders serta untukmenjelaskan peran masing-masing stakeholders dalam mendukung tujuan pengelolaan hutanmangrove berkelanjutan.
Reed et al. (2009) mengemukakan empat kategoristakeholders yaitu: 1. Stakeholders subyek (subject), yaitu
stakeholders yang memiliki tingkatkepentingan (interest) tinggi tetapi pengaruh(influence) rendah.
2. Stakeholders pemain kunci (key player), yaitu stakeholders yang memilikitingkat kepentingan tinggi dan pengaruh yang tinggi terhadap sebuah fenomena.
3. Stakeholders penentu situasi (context setter), yaitu stakeholders yang memilikikepentingan yang rendah tetapi memilikipengaruh yang tinggi.
4. Stakeholders pengikut lain (crowd)yaitu stakeholders yang memiliki tingkatkepentingan yang rendah dan pengaruh yang rendah.
Gambar matriks klasifikasistakeholders kunci dalampengelolaan hutan
3. M-PForest
4. Interpretative Structural Modelling
Hasil dan pembahasan
1. Hasil Analisis Vegetasi
Hasil inventarisasi flora menunjukkan bahwa pada lokasipenelitian dijumpai 6 jenis tumbuhan mangrove: 3 jenis semai, 5 jenis pancang, 4 jenis tiang dan 3 jenis pohon. Jenis Aviceniamarina merupakan jenis dominan tingkat pohon, sehinggadapat dikatakan bahwa Avicennia marina keberadaannyaberperan dalam struktur vegetasi mangrove. Sedangkan nilaiINP terendah dimiliki oleh Ceriops tagal.Hasil invetarisasai fauna terdapat 4 (empat) jenis fauna di kawasan hutan mangrove Kecamatan Kwandang yakni; Rodong(Telescopium), glodok (Periophhthalmus walailake), kepitingbakau (Scylla serrata), kepiting capit satu (Fiddler Crab). Index dominasi masing-masing yaitu spesies telescopium denganindeks dominasi 0,31, spesies Periophhthalmus walailakedengan indeks dominasi 0,004, Scylla serrata dengan index dominasi 0,04, dan spesies Fiddler crab di stasiun 4 denganindeks domnasi 0,57 sampai 0,60.
Valuasi ekonomi
Manfaat langsung (use direct value)
No Jenis
Manfaat
Nilai Manfaat
(Rp/thn)
Biaya Operasional
dan
Investasi (Rp/thn)
Nilai Manfaat Bersih
(Rp/tnm)
1
2
3
4
Udang
Ikan
Kepiting
Kayu Bakar
Total Nilai
909.000.000
803.967.500
36.720.000
411.465.000
9.397.152.500
140.140.000
127.525.000
13.000.000
41.460.000
309.255.000
768.860.000
676.442.500
23.720.000
370.005.000
7.927.010.000
2. Hasil Analisis Stakeholder
20; 24
20; 23
15; 20
21; 18
21; 19
17; 10
13; 7
13; 17
7; 20
16; 13
23; 8
5; 23
21; 9
10; 10
0
5
10
15
20
25
0 5 10 15 20 25
Kepe
ntin
gan
Pengaruh
Matriks Kepentingan Pengaruh Stakeholders DalamPerencanaan pengelolaan Hutan Magroove Di Kec. Kwandang Kab. Gorut
KPH Unit IV Gorontalo Utara
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab. Gorontalo
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten
Gorontalo Utara
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)Kabupaten Gorontalo Utara
DPRD Tingkat II Kabupaten Gorontalo Utara
Sat Pol Air Kabupaten Gorontalo Utara
Perguruan Tinggi
Lembaga Swadaya Masyarakat
Pemerintah Desa
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan HutanLindung (BPDASHL) Bone Bolango
Swasta /Pemilik Modal
Masyarakat
Koramil
Nelayan
Rendah
Tinggi
Tinggi
3. Hasil analisis keberlanjutan M-Pforest
Hasil M-Pforest (Dimensi Ekologi)
Hasil M-Pforest (Dimensi Ekonomi)
Hasil M-Pforest (Dimensi Sosial)
4. Hasil ISM (Elemen Tujuan)
Level 1 E2
Level 2
Level 3
E3
E1 E6 E7
E4 E5
Elemen Tujuan
E4: Pengelolaan hutan mangrove terpaduE5: Peraturan perundangan belum diimplementasikan
4. Hasil ISM (Elemen Kendala)
E5
E2
E6
E3 E7
E1
E4
Elemen KendalaE4 : Konversi hutan mangroveE1 : Kurangnya dukungan pemerintah dalam program-program pengelolaan hutan mangrove
4. Hasil ISM (Elemen Perubahan yang dimungkingkan)
E1
E5
E6E4
E3
E7
E2
Level 1
Level 2
Level 3
Level 4
Level 5
Level 6
Elemen Perubahan yang dimungkinkan
E2: Meningkatkan koordinasi antar lembagaE7: Rehabilitasi hutan mangrove dioptimalkanE3: Alokasi dana yang efektif
4. Hasil ISM (Elemen Tolak Ukur)
Elemen Tolak Ukur
E5: Kelestarian kawasan hutan mangroveE1: keberhasilan kegiatan rehabilitasiE6: Aktivitas konservasi kawasan hutan mangrove menurun
4. Hasil ISM (Elemen yang Terlibat)
E7
E1 E2
E3
E5 E6E4
Level 1
Level 3
Level 4
Level 5
Elemen Lembaga Yang terlibat
E4: Dinas Kehutanan/ KPH IV GorutE5: Dinas Kelautan dan Perikanan GorutE6: Dinas Lingkungan Hidup Gorut
Model struktural program
Perubahan yg dimungkinkan:
1. Meningkatkan koordinasi
antar lembaga
2. Rehabilitasi hutan
mangrove dioptimalkan
3. Alokasi dana yang efektif
Perubahan yg dimungkinkan:
1. Meningkatkan koordinasi
antar lembaga
2. Rehabilitasi hutan
mangrove dioptimalkan
3. Alokasi dana yang efektif
Tujuan:
1. Pengelolaan hutan mangrove
terpadu
2. Peraturan perundangan belum
diimplementasikan
Tujuan:
1. Pengelolaan hutan mangrove
terpadu
2. Peraturan perundangan belum
diimplementasikan
Lembaga yang terkait:
1. Dinas Kehutanan/ KPH IV
Gorut
2. Dinas Kelautan dan
Perikanan Gorut
3. Dinas Lingkungan Hidup
Gorut
Lembaga yang terkait:
1. Dinas Kehutanan/ KPH IV
Gorut
2. Dinas Kelautan dan
Perikanan Gorut
3. Dinas Lingkungan Hidup
Gorut
Perencanaan pengelolaan hutan
mangrove berkelanjutan di Kecamatan
Kwandang Gorontalo Utara
Perencanaan pengelolaan hutan
mangrove berkelanjutan di Kecamatan
Kwandang Gorontalo Utara
Tolak ukur:
1. Kelestarian kawasan hutan mangrove
2. Keberhasilan kegiatan rehabilitasi
3. Aktivitas konservasi kawasan hutan
mangrove menurun
Tolak ukur:
1. Kelestarian kawasan hutan mangrove
2. Keberhasilan kegiatan rehabilitasi
3. Aktivitas konservasi kawasan hutan
mangrove menurun
Kendala:
1. Konversi hutan mangrove
2. Kurangnya dukungan pemerintah
dalam program-program pengelolaan
hutan mangrove
Kendala:
1. Konversi hutan mangrove
2. Kurangnya dukungan pemerintah
dalam program-program pengelolaan
hutan mangrove
Sub-model kelembagaan
Simpulan
1. Pada lokasi penelitian terdapat 6 jenis tumbuhanmangrove: 3 jenis semai, 5 jenis pancang, 4 jenis tiang dan3 jenis pohon. Jenis Avicenia marina merupakan jenisdominan pada tingkat pohon, sehingga dapat dikatakankeberadaannya berperan dalam struktur vegetasimangrove
2. Hasil analisis leverage diperoleh atribut-atribut kunci padadimensi ekologi yaitu atribut ketersediaan bibit dankeberadaan spesies flora dan fauna. Untuk dimensiekonomi, atribut kuncinya yaitu pemanfaatan mangroveoleh masyarakat dan peran mangrove terhadappembangunan wilayah. Secara total nilai indekskeberlanjutan adalah 49,60% artinya pengelolaan hutanmangrove masih belum baik atau kurang berkelanjutan.
3. Analisis stakeholders menunjukkan terdapat 14 stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Gorontalo Utara. Berdasarkan matriks tingkat kepentingan dan tingkatpengaruh, yang menjadi stakeholders kunci (key players) yaitu: KPH IV Gorut, DLH Gorut, DPRD Tkt. II Gorut, LSM, BAPPEDA Gorut, BPDASHL, dan DKP.
4. Faktor-faktor kunci setiap elemen yang mempengaruhi perencanaanpengelolaan hutan mangrove adalah elemen tujuan (pengelolaanhutan mangrove terpadu, dan peraturan perundangan belumdiimplementasikan), elemen kendala (konversi hutan mangrove, dankurangnya dukungan pemerintah dalam program-program pengelolaan hutan mangrove), elemen perubahan yang dimungkinkan(meningkatkan koordinasi antar lembaga, dan rehabilitasi hutanmangrove yang harus dioptimalkan dan alokasi dana yang efektif), elemen tolak ukur (kelestarian kawasan hutan mangrove, keberhasilankegiatan rehabilitasi dan aktivitas konversi kawasan hutan mangrove menurun, elemen lembaga yang terlibat Dinas Kehutanan/ KPH IV Gorut, Dinas Kelautan dan Perikanan Gorut, Dinas Lingkungan HidupGorut).