Upload
phamque
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RANCANGAN RPJMD
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
II.1 Geografi
II.1.1 Kondisi Geografis
Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara administratif terdiri dari
7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah 147,19
Km2.
Menurut Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008, luas wilayah kecamatan-kecamatan
yang berada di Kota Tangerang Selatan (yang kemudian diambil sebagai luas wilayah kota Tangerang
Selatan) adalah sebesar 150,78 Km2 sedangkan menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota
Tangerang Selatan adalah sebesar 147,19 Km2 dengan rincian luas kecamatan masing-masing yang
berbeda pula. Angka yang digunakan adalah 147,19 Km2 karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51
Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten.
Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang
- Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok
- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
No Keterangan
1 Letak geografis Di sebelah timur Propinsi Banten
2 Luas Wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha
3 Batas-batas
- Sebelah Utara Kota Tangerang
- Sebelah Timur Provinsi DKI Jakarta
- Sebelah Selatan Kota Depok dan Kabupaten Bogor
- Sebelah Barat Kabupaten Tangerang
4 Wilayah Pemerintahan
- Kecamatan 7 Kecamatan
- Kelurahan 49 Kelurahan
- Desa 5 Desa
Sumber:
- Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008
Tabel 1.1Potensi Fisik Dasar
Kota Tangerang Selatan
Potensi Fisik Dasar
- Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota
Tangerang Selatan (2008)
Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel 1.2. Kecamatan dengan wilayah paling
besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang
Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06%.
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase terhadap luas kota (%)
1 Serpong 2.404 16.33%
2 Serpong Utara 1.784 12.12%
3 Ciputat 1.838 12.49%
4 Ciputat Timur 1.543 10.48%
5 Pamulang 2.682 18.22%
6 Pondok Aren 2.988 20.30%
7 Setu 1.480 10.06%
Kota Tangerang Selatan 14.719 100.00%
Tabel 1.2Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota
Tangerang Selatan (2008)
Luas wilayah masing-masing kelurahan/desa tertera dalam Tabel 1.3. Kelurahan/desa dengan
wilayah di atas empat ratus hektar terletak di Kecamatan Pamulang, yaitu Pondok Cabe Udik dan Pamulang
Barat, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Paku Jaya. Kelurahan/desa dengan wilayah di bawah seratus
lima puluh hektar terletak di Kecamatan Serpong, yaitu Cilenggang dan Serpong, dan di Kecamatan Serpong
Utara, yaitu Jelupang. Kelurahan/desa dengan luas wilayah paling besar adalah Pondok Cabe Udik dengan
luas 483 Ha sedangkan kelurahan/desa dengan luas wilayah paling kecil adalah Jelupang dengan luas 126
Ha.
II.1.2 Keadaan Iklim
Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu berupa data
temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan
angin. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 23,5 - 32,6 °C, temperatur maksimum tertinggi pada
bulan Oktober yaitu 33,9 °C dan temperatur minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu
22,8 °C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 486mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun
adalah 177,3mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 21 hari. Rata-rata
kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum 12,6 m/detik.
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)
1 Serpong 1 Buaran 334
2 Ciater 376
3 Rawa Mekar Jaya 235
4 Rawa Buntu 328
5 Serpong 139
6 Cilenggang 143
7 Lengkong Gudang 361
8 Lengkong Gudang Timur 262
9 Lengkong Wetan 226
2 Serpong Utara 1 Lengkong Karya 210
2 Jelupang 126
3 Pondok Jagung 209
4 Pondok Jagung Timur 225
5 Pakulonan 279
6 Paku Alam 281
7 Paku Jaya 454
3 Ciputat 1 Sarua 368
2 Jombang 345
3 Sawah Baru 274
4 Sarua Indah 193
5 Sawah 249
6 Ciputat 172
7 Cipayung 237
4 Ciputat Timur 1 Pisangan 391
2 Cireundeu 308
3 Cempaka Putih 227
4 Pondok Ranji 246
5 Rengas 165
6 Rempoa 206
5 Pamulang 1 Pondok Benda 386
2 Pamulang Barat 416
3 Pamulang Timur 259
4 Pondok Cabe Udik 483
5 Pondok Cabe Ilir 396
6 Kedaung 256
7 Bambu Apus 220
8 Benda Baru 266
6 Pondok Aren 1 Perigi Baru 310
2 Pondok Kacang Barat 252
3 Pondok Kacang Timur 252
4 Perigi Lama 389
5 Pondok Pucung 362
6 Pondok Jaya 233
7 Pondok Aren 217
8 Jurang Mangu Barat 253
9 Jurang Mangu Timur 258
10 Pondok Karya 271
11 Pondok Betung 191
7 Setu 1 Kranggan 205
2 Muncul 361
3 Setu 364
4 Babakan 170
5 Bakti Jaya 174
6 Kademangan 206
Jumlah 14.719
Tabel 1.3Luas Wilayah Kelurahan/Desa
Kota Tangerang SelatanKelurahan/Desa
Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang
Selatan (2008)
II.1.3 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan dan
permukiman yaitu seluas 9.941,41 Ha atau 67,54% dari 14.719 Ha. Sawah ladang dan kebun menempati
posisi kedua terluas dengan 2.794,41 Ha atau 18,99%. Penggunaan lahan paling kecil adalah untuk pasir
dan galian yaitu seluas 15,27 Ha atau 0,1%.
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)Persentase Luas
(%)
1 Perumahan dan permukiman 9.941.41 67.54%
2 Industri / Kawasan Industri 167.61 1.14%
3 Perdagangan dan jasa 487.08 3.31%
4 Sawah, ladang, dan kebun 2.794.41 18.99%
5 Semak belukar dan rerumputan 366.48 2.49%
6 Pasir dan galian 15.27 0.10%
7 Situ dan danau / tambak / kolam 137.43 0.93%
8 Tanah kosong 809.31 5.50%
14.719 100.00%
Tabel 1.3Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008
Jumlah
Sumber : Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
II.1.4 Penduduk
Penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.051.374 jiwa pada tahun 2007, dengan komposisi
jumlah penduduk laki-laki sebesar 532.670 jiwa sedangkan perempuan 518.704 jiwa. Rasio jenis kelamin
adalah sebesar 102,69, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah
perempuan (Tabel 3.1.1.).
Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk Kota mencapai 7.143 orang/Km2. Kepadatan
tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 10.396 orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di
Kecamatan Setu yaitu 3.812 orang/Km2.
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kelompok
umur dengan jumlah penduduk terbesar adalah 0 – 4 tahun, yaitu sebesar 9,69% sedangkan kelompok
umur dengan jumlah penduduk terkecil adalah ≥ 60, yaitu sebesar 3,47%.
II.2 Ekonomi
II.2.1 Perkembangan PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran nilai tambah bruto yang dihasilkan
dalam memproduksi barang dan jasa oleh sektor produktif dalam perekonomian suatu daerah (region)
tanpa melihat pelaku ekonominya. Pelaku ekonomi bisa berasal dari daerah tersebut dan atau dari luar
daerah tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang Selatan pada tahun
2007 adalah sebesar Rp.5.256.882,05 Juta atau tumbuh sebesar 11,18% dibandingkan dari tahun 2006 yang
nilainya Rp 4.752.381,60 Juta. Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun 2007 mencapai 1.042.682
orang. Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun demikian juga dengan PDRB per kapita. Pada tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah
sebesar 6,51%.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang Selatan jika
dibandingkan dengan PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Banten sejak tahun 2007 mempunyai nilai
sebesar Rp 112.190,11 Trilyun. Artinya, Kota Tangerang Selatan mempunyai kontribusi sebesar 4,68%
terhadap Provinsi Banten.
II.2.2 Distribusi PDRB
Berdasarkan data PDRB tahun 2007, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh
sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan perdagangan hotel dan restoran
(26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank,
persewaan dan jasa perusahaan (15,40%). Lima sektor lain masing-masing memberikan kontribusi di bawah
10%.
Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tangerang Selatan didominasi oleh
sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan restoran; jasa-jasa; dan bank,
persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi hampir 90%. Sektor sekunder (industri
pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi) memberikan kontribusi 8,76%, dan sektor primer
(pertanian; pertambangan dan penggalian) hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%.
Jika dilihat kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor primer dan sekunder
mengecil kontribusinya secara signifikan sedangkan sektor tersier meningkat kontribusinya.
Kecamatan PertanianPertambangan &
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas &
Air Bersih
Bagunan /
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel &
Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
Bank,
persewaan &
jasa
perusahaan
Jasa-jasa Jumlah
Serpong 0,13% 0,01% 0,14% 1,52% 0,07% 2,94% 3,99% 12,54% 0,57% 21,91%
Serpong Utara 0,00% 0,00% 0,25% 1,05% 1,18% 3,70% 2,75% 0,09% 0,58% 9,59%
Setu 0,03% 0,03% 0,01% 0,09% 0,00% 0,38% 0,69% 0,01% 0,11% 1,35%
Pamulang 0,43% 0,00% 0,20% 0,95% 0,02% 3,29% 5,18% 0,20% 1,21% 11,48%
Ciputat 0,33% 0,00% 0,07% 0,45% 0,02% 4,09% 1,75% 0,03% 3,00% 9,75%
Ciputat Timur 0,01% 0,00% 0,17% 0,69% 0,03% 8,33% 9,93% 2,15% 10,63% 31,93%
Pondok Aren 0,37% 0,00% 0,22% 1,32% 0,31% 4,08% 6,00% 0,40% 1,30% 14,00%
Kota Tangerang Selatan 1,32% 0,03% 1,07% 6,05% 1,63% 26,81% 30,29% 15,40% 17,39% 100,00%
Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007
Distribusi Produk Domestik Regional BrutoA.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha
Tahun 2007 (Juta Rupiah)
Kecamatan yang memberikan kontribusi paling besar adalah Ciputat Timur yaitu sebesar
Rp.1.678.739,29 Trilyun atau 31,93persen dari total PDRB sedangkan yang terkecil adalah Setu dengan
Rp.71.045,74 Trilyun atau 1,35 persen.
Bagunan /
Konstruksi
1,63%
Listrik, Gas dan Air
Bersih
6,05%
Pertambangan dan
Penggalian
0,03%
Industri
Pengolahan
1,07%Pertanian
1,32%
Jasa-jasa
17,39%
Bank, persewaan &
jasa perusahaan
15,40%Perdagangan,
Hotel dan Restoran
26,81%
Pengangkutan &
Komunikasi
30,29%
Kecamatan PertanianPertambangan &
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas &
Air Bersih
Bagunan /
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel &
Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
Bank,
persewaan &
jasa
perusahaan
Jasa-jasa Jumlah
Serpong 6.659,97 274,58 7.407,20 79.760,51 3.517,02 154.795,05 209.811,20 659.223,42 30.147,51 1.151.596,46
Serpong Utara 137,99 - 13.324,22 54.938,95 62.286,31 194.321,90 144.301,93 4.509,32 30.331,55 504.152,17
Setu 1.805,90 1.429,24 623,41 4.751,97 113,11 20.208,66 36.278,95 288,74 5.545,76 71.045,74
Pamulang 22.831,25 - 10.628,32 49.715,02 1.061,42 172.877,24 272.274,51 10.267,64 63.609,31 603.264,71
Ciputat 17.496,49 30,29 3.907,60 23.393,60 1.018,25 215.245,20 92.184,77 1.452,74 157.568,54 512.297,48
Ciputat Timur 713,35 - 8.995,89 36.317,67 1.618,12 437.823,58 521.756,56 112.909,27 558.604,85 1.678.739,29
Pondok Aren 19.565,40 16,48 11.350,14 69.231,00 16.298,92 214.291,65 315.468,09 21.124,42 68.440,10 735.786,20
Kota Tangerang Selatan 69.210,35 1.750,59 56.236,78 318.108,72 85.913,15 1.409.563,28 1.592.076,01 809.775,55 914.247,62 5.256.882,05
Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007
Produk Domestik Regional BrutoA.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan Dan Lapangan Usaha
Tahun 2007 (Juta Rupiah)
2004 2005 2006 2007
Serpong 264.181,58 787.551,15 1.039.550,85 1.151.596,46
Serpong Utara 413.737,45 491.506,96 561.546,84 504.152,17
Setu 31.693,49 38.888,39 65.657,49 71.045,74
Pamulang 283.324,39 338.581,94 546.091,35 603.264,71
Ciputat 310.012,46 372.293,53 476.991,14 512.297,48
Ciputat Timur 795.038,10 851.537,68 1.379.223,31 1.678.739,29
Pondok Aren 393.322,90 454.282,72 683.320,62 735.786,20
Kota Tangerang Selatan 2.491.310,37 3.334.642,37 4.752.381,60 5.256.882,05
Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007
Kecamatan
Perkembangan Produk Domestik Regional BrutoA.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan
Tahun 2004 - 2007 (Juta Rupiah)
II.2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita
PDRB per kapita digunakan sebagai pendekatan data pendapatan per kapita. Karena, sampai saat ini
sangat sulit untuk mendapatkan data pendukung untuk menghitung pendapatan per kapita. Angka
pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun.
PDRB per kapita masih dijadikan sebagai indikator dalam mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat secara makro yang dapat dijadikan cermin kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi PDRB per
kapita yang diterima oleh penduduk berarti semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Sebaliknya,
penurunan PDRB per kapita pada suatu daerah menggambarkan penurunan tingkat kesejahteraan. Perlu
diingat pula, bahwa kesejahteraan penduduk akan meningkat jika peningkatan PDRB per kapita melebihi
inflasi yang terjadi. Akan tetapi, nilai PDRB per kapita tidak dapat dijadikan acuan untuk melihat
pemerataan kemakmuran.
PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan tahun 2007 sebesar Rp 5.041,69 Ribu. Sedangkan PDRB per
kapita Propinsi Banten tahun 2007 sebesar Rp 11.400,59 Ribu.
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan
Tahun 2005 - 2007 (Juta Rupiah)
Kota Tangerang Selatan
Kota/Kabupaten PDRB Total
2005 2006 2007
Serpong 7.243.076 10.742.132 11.570.891
Serpong Utara 5.861.079 7.523.751 6.567.979
Setu 808.209 1.211.940 1.269.750
Pamulang 1.479.922 2.283.817 2.450.811
Ciputat 2.732.698 3.055.867 3.194.094
Ciputat Timur 6.559.194 8.908.884 10.552.942
Pondok Aren 1.938.083 2.871.281 3.005.307
Tangerang Selatan 3.437.949 4.688.672 5.041.693
PDRB 3.334.642 4.752.382 5.256.882
Jumlah Penduduk 969.951 1.013.588 1.042.682
Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
Provinsi Banten
Tahun 2005 - 2007 (Ribu Rupiah)
Kota/Kabupaten PDRB Total
2005 2006 2007
Kota Cilegon 39.97,92 43.715,48 47.447,94
Kota Tangerang 20.630,14 23.705,99 26.090,04
Kab. Tangerang 7.483,25 8.329,95 8.896,15
Kab. Serang 6.344,25 7.056,02 7.590,35
Kab. Pandeglang 4.635,37 5.241,65 5.660,47
Kab. Lebak 4.209,28 4.595,99 4.982,35
PROVINSI BANTEN 9.372,52 10.610,24 11.400,59
Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007
II.2.3 Industri, Perdagangan dan Koperasi
Industri
Ada lima jenis industri kerajinan yang terdapat di Kota Tangerang Selatan, yaitu kerajinan kayu
berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain itu
industri kerajian tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di dalamnya terdapat 1 kawasan industri.
Perdagangan dan Jasa
Fasilitas perdagangan dan jasa yang tersedia berupa pasar, baik modern maupun tradisional, bank,
BPR, KUD/koperasi, kompleks ruko dan minimart. Pasar tradisional yang terdapat di tanah milik pemerintah
daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu Pasar Ciputat, Pasar Ciputat Permai, Pasar Jombang, Pasar Bintaro
Sektor 2, Pasar Serpong, dan Pasar Gedung Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali Pasar Gedung Hijau. Secara
total, luas lahan yang ditempati oleh pasar-pasar tersebut adalah 25.721 m2 dengan 1.966 kios, 865 los dan
1.795 pedagang kaki lima.
Berdasarkan tanda daftar perusahaan (TDP), terdapat perseroan terbatas (PT), comanditer
venotschaap / perseroan komanditer (CV), perusahaan perorangan (PO), koperasi, firma, dan bentuk usaha
lain yang keseluruhannya berjumlah 5.146 unit. Yang paling banyak adalah adalah PT yaitu berjumlah 2.467
unit sedangkan yang paling sedikit adalah firma yang hanya berjumlah 2 unit.
Koperasi
Koperasi seluruhnya berjumlah 330 unit yang terdiri dari koperasi karyawan (Kopkar), koperasi
simpan pinjam (KSP), koperasi serba usaha (KSU), dan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI). Namun,
koperasi yang terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang baru sejumlah 81
unit. Secara keseluruhan, jumlah anggota mencapai 24.553 orang.
Kerajinan
Kayu
Kerajinan
Anyaman
Kerajinan
Gerabah
Kerajinan
Kain
Industri
MakananPabrik
1 Serpong 8 5 0 0 12 0
2 Serpong Utara 7 0 0 0 13 5
3 Ciputat 35 1 0 6 18 0
4 Ciputat Timur 64 0 0 4 10 0
5 Pamulang 33 4 0 2 39 1
6 Pondok Aren 5 3 1 281 3 0
7 Setu 13 15 0 0 69 1 (kawasan industri)
165 28 1 293 164 7
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
Kota Tangerang Selatan
Tabel 7.1.1
Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar
di Kota Tangerang Selatan
No Kecamatan
Sebaran
Pasar
Modern
Pasar
TradisionalBank BPR
KUD /
Koperasi
Kompleks
RukoMinimart
1 Serpong 2 1 21 0 0 10 8
2 Serpong Utara 1 0 4 1 0 5 3
3 Ciputat 1 0 5 2 0 4 13
4 Ciputat Timur 1 1 9 0 0 15 13
5 Pamulang 1 2 9 0 1 20 23
6 Pondok Aren 1 2 12 0 0 6 4
7 Setu 1 2 1 1 0 0 7
8 8 61 4 1 60 71
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
Kota Tangerang Selatan
Tabel 7.2.1
Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa
di Kota Tangerang Selatan
No Kecamatan
Sebaran
No Nama Pasar Lokasi Kondisi Komoditi Yg DijualJumlah
Kios
Jumlah
Los
Pedagang
Kaki Lima
Luas Areal
(M2)
Status
TanahKet.
1 Pasar Ciputat Kec. Ciputat Cukup
Baik
Sembako, sandang,
perhiasan
1.136 386 608 5.670 Milik
Pemkab
3 Lantai
2 Pasar Ciputat Permai Kec. Ciputat Kurang
Baik
Sembako 12 40 366 1.000 Milik
Pemkab
2 Lantai
3 Pasar Jombang Kec. Ciputat Kurang
Baik
Sembako, sandang,
perhiasan
195 21 188 6.095 Milik
Pemkab
2 Lantai
4 Pasar Bintaro Sektor 2 Kec. Ciputat
Timur
Kurang
Baik
Sembako, sandang 23 95 8 830 Milik
Pemkab
Sedang
dibangun
5 Pasar Serpong Kec. Serpong Baik Sembako, sandang,
perhiasan
600 323 625 8.730 Milik
Pemkab
Dibangun
2007
6 Pasar Gedung Hijau Kec. Serpong
Utara
Cukup
Baik
-- -- -- -- 3.396 Milik
Pemkab
Tidak
digunakan
JUMLAH 1.966 865 1.795 25.721
Sumber: PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang 2009
Tabel 7.2.2Pasar Tradisional Di Tanah Milik Pemerintah
Di Kota Tangerang SelatanTahun 2009
No Kecamatan Jumlah Koperasi Jumlah Anggota Keterangan
1 Ciputat Kopkar, KSP,
2 Ciputat Timur KSU, KPRI
3 Serpong Kopkar, KSP,
4 Serpong Utara KSU, KPRI
5 Setu 26 650 Kopkar, KSP,
6 Pamulang 69 1.518 KSU, KPRI
7 Pondok Aren 46 1.380 Kopkar, KSP, KSU, KPRI
JUMLAH 330 24.553
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang, 2009
Tabel 7.3.1Koperasi Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
113 9.605
76 11.400
PT CV PO Koperasi Firma BUL
1 Ciputat 509 413 241 25 - 5 1.193
Ciputat Timur
2 Serpong 1.261 575 418 26 1 5 2.286
Serpong Utara
Setu
3 Pamulang 271 292 177 15 1 2 758
4 Pondok Aren 426 299 167 15 - 2 909
2.467 1.579 1.003 81 2 14 5.146
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang 2009
PT : Perseroan Terbatas
CV : Comanditer Venotschaap / Perseroan Komanditer.
PO : Perusahaan Perorangan
BUL : Bentuk Usaha Lain
Jumlah
Tabel 7.2.3Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Kota Tangerang SelatanTahun 2009
No KecamatanBentuk Badan Hukum Jumlah
(Unit)
II.2.4 Ketenagakerjaan
Berdasarkan tingkat pendidikan pencari kerja yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Tangerang pada tahun 2007, pencari kerja dengan tingkat pendidikan SLTA merupakan kelompok pencari
kerja terbesar dengan jumlah 9.690 orang dari total 16.426 orang atau sebesar 58,99%. Pencari kerja
dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (DI-DII, DIII dan Sarjana) juga tercatat cukup besar yaitu
berjumlah 3.297 orang atau 20,07%. Pencari kerja tak tamat SD hanya sebanyak 16 orang atau 0,1%.
SerpongSerpong
UtaraSetu Pamulang Ciputat
Ciputat
Timur
Pondok
Aren
Laki-laki - - - 1 - - 3 4
Perempuan - - - - - 2 10 12
Jumlah - - - 1 - 2 13 16
Laki-laki 39 55 1 6 7 5 7 120
Perempuan 54 71 4 5 8 10 8 160
Jumlah 93 126 5 11 15 15 15 280
Laki-laki 235 286 120 207 215 86 311 1.460
Perempuan 224 212 232 229 309 177 300 1.683
Jumlah 459 498 352 436 524 263 611 3.143
Laki-laki 1.618 324 956 927 425 106 258 4.614
Perempuan 1.634 254 1.334 1.123 349 120 262 5.076
Jumlah 3.252 578 2.290 2.050 774 226 520 9.690
Tingkat
PendidikanJenis Kelamin
KecamatanKota Tangerang
Selatan
Tabel 3.2.1
Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007
Tak Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
SerpongSerpong
UtaraSetu Pamulang Ciputat
Ciputat
Timur
Pondok
Aren
Laki-laki 57 46 24 30 43 22 32 254
Perempuan 56 59 18 42 28 20 31 254
Jumlah 113 105 42 72 71 42 63 508
Laki-laki 21 34 6 104 129 51 15 360
Perempuan 29 25 6 115 143 80 21 419
Jumlah 50 59 12 219 272 131 36 779
Laki-laki 124 24 6 256 194 71 292 967
Perempuan 133 28 4 287 137 79 375 1.043
Jumlah 257 52 10 543 331 150 667 2.010
Laki-laki 2.094 769 1.113 1.531 1.013 341 918 7.779
Perempuan 2.130 649 1.598 1.801 974 488 1.007 8.647
Jumlah 4.224 1.418 2.711 3.332 1.987 829 1.925 16.426
Sarjana
Total
Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008
DI-DII
DIII
Tabel 3.2.1
(Lanjutan)
Tingkat
PendidikanJenis Kelamin
KecamatanKota Tangerang
Selatan
II.3 Sosial dan Budaya
II.4 Infrastruktur, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup
II.4.1 Fisik Dasar dan Pemanfaatan Lahan
Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai Cisadane
sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Posisi Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan
DKI Jakarta karena pada awalnya memang dijadikan sebagai kota satelit bagi DKI Jakarta maka
penduduknya lebih banyak yang bekerja di Jakarta tapi tinggal di Kota Tangerang Selatan. Hal ini terlihat
dari banyaknya perumahan-perumahan yang tumbuh dan berkembang di Kota Tangerang Selatan. Laju
pertumbuhan penduduk terus meningkat, sebagian besar bersifat non-alamiah, seiring dengan tumbuhnya
kawasan-kawasan perumahan, mulai dari yang berskala kecil-menengah hingga berskala besar, seperti:
Bumi Serpong Damai (BSD) seluas 6.000 ha, Bintaro Jaya seluas 1.500 ha, dan Perumahan Alam Sutera.
Akhirnya mengakibatkan sektor perdagangan dan jasa menjadi berkembang sesuai kebutuhan disertai juga
dukungan sektor transportasi yang cukup memadai karena banyak akses menuju DKI Jakarta baik melalui
jalan tol Serpong – Pondok Indah atau jalan regional yang sudah tersebar dan tersambung langsung.
Gambar : Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan
Topografi (Ketinggian dan Kemiringan)
Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah, dimana sebagian besar
wilayah Kota Tangerang Selatan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0 –
3% sedangkan ketinggian wilayah antara 0 – 25 m dpl.
Untuk kemiringan garis besar terbagi dari 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Kemiringan antara 0 – 3% meliputi Kecamatan Ciputat, kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan
Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara.
2. Kemiringan antara 3 – 8% meliputi Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Setu.
Klimatologi
Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas dengan kelembaban
tinggi. Temperatur udara berdasarkan penelitian di stasiun Geofisika klas I di Tangerang rata-rata berkisar
antara 21,2-33,7˚C, suhu maksimum tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Oktober yaitu 36,6˚C dan suhu
minimum terendah pada bulan Juni yaitu 19,2 ˚C . Rata-rata kelembaban udara 78,0 % dan rata-rata
intensitas matahari 56,8 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan pada bulan
September hanya satu kali hujan, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 108,4 mm. Hari
hujan tertinggi pada bulan Januari dengan hari hujan sebanyak 26 hari. Keadaan ini terjadi pada hampir
seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan.
Geologi
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Adapun beberapa Kecamatan ada
yang lahannya bergelombang seperti di perbatasan antara Kecamatan Setu dan kecamatan Pamulang serta
sebagian di kecamatan Ciputat Timur. Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan
alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Berdasarkan
klasifikasi dari United Soil Classification System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan atau
workability yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah
Kota Tangerang Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.
Hidrologi
Sistem hidrologi di Kota Tangerang Selatan terdiri atas :
Air permukaan yaitu diartikan sebagai air yang mengalir atau muncul di permukaan. Aliran air
permukaan yang terdapat di wilayah ini berupa aliran sungai Cisadane, Sungai Angke dan sebagian
wilayah dilewati sungai Pesanggrahan. Ada juga saluran-saluran alam yang dialiri air sepanjang tahun
sebagai penampung drainase lokal. Saluran semacam ini cenderung meluap pada musim hujan.
Kedua Air Tanah, air tanah di wilayah Kota Tangerang Selatan secara kualitas dalam kondisi baik, hal ini
menyebabkan banyak penduduk yang masih menggunakannya sebagai air bersih. Potensi air tanah Kota
Tangerang Selatan, Berdasarkan laporan studi potensi dan pengembangan sumberdaya air tersebar di
Kabupaten Tangerang, Dinas PU kabupaten Tangerang tahun 2002 diketahui bahwa potensi air sungai
dan situ/rawa merupakan potensi air permukaan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan Satuan
Wilayah Sungai (SWS) menunjukkan potensi sebagai berikut :
Debit terkecil rata-rata bulanan SWS Cisadane – Ciliwung, sebesar 2,551 m³/dt diwakili oleh
pengukuran Sungai Cidurian, stasiun Parigi dalam tahun 1995, sedang debit terbesar rata-rata
bulanan sebesar 115,315 m³/dt, diukur di Sungai Cisadane, stasiun Batu Beulah dalam periode 1991
sampai 1998.
Mata air jumlahnya ada 3 yang semuanya berlokasi di Kecamatan Ciputat dengan total debit 210
liter/detik.
Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukkan bahwa Kabupaten
Tangerang termasuk juga Kota Tangerang Selatan mengalami defisit air pada bulan Maret sampai
bulan November (8 bulan) sementara surplus air hanya terjadi pada bulan Desember, Januari dan
Februari (3 Bulan).
Air tanah dangkal, debit air tanah di Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota Tangerang Selatan
berkisar antara 3 – 10 liter/detik/km². Air tanah ini cenderung diambil secara berlebihan di sepanjang
jalan-jalan utama terutama oleh industri/pabrik.
Untuk di permukiman warga rata-rata kedalaman air tanah mencapai 5 – 10 meter. Terdapat juga
penggunaan air tanah dalam, melalui pompa deepwell pada kawasan-kawasan perumahan baru yang
dikelola pengembang swasta.
Mengenai gambaran kualitas air sungai dan air tanah di Kota Tangerang Selatan bila mengacu
kepada gambaran kualitas air sungai Cisadane sebagai sungai yang terbesar maka didapatkan pencemaran
yang cukup bervariasi yang ditunjukkan oleh beberapa parameter.
Tabel ……
Gambaran Kualitas Air Sungai Cisadane
Jenis Tanah
Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan keadaan geologi, di wilayah Kota Tangerang Selatan
sebagian besar terdiri dari batuan endapan hasil gunung api muda dengan jenis batuan kipas aluvium dan
aluvium/alivial. Sedangkan dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang Selatan
berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Oleh karena itu secara umum lahan cocok
untuk pertanian/ perkebunan. Jenis tanah yang sangat sesuai dengan kegiatan pertanian tersebut makin
lama makin berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian. Sedangkan untuk
sebagian wilayah seperti di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu jenis tanahnya ada yang mengandung
pasir khususnya untuk daerah yang dekat dengan Sungai Cisadane.
II.4.2 Penggunaan Lahan
Perkembangan penduduk yang cepat yang dilihat dari semakin menjamurnya permukiman di
wilayah Tangerang Selatan mengakibatkan banyak terjadinya perubahan fungsi guna lahan.
Kecenderungan yang terjadi adalah beralihnya lahan pertanian atau bahkan kawasan lindung menjadi
kawasan perumahan ataupun untuk kegiatan perdagangan dan jasa, sehingga hal ini perlu mendapat
perhatian khusus antara lain mengenai keseimbangan fungsi kawasan tak terbangun dan kawasan
terbangun.
Karakter perkembangan kawasan terbangun (perumahan, industri, perdagangan dan jasa) pada
Kota Tangerang Selatan tidak lepas dari keberadaan perlintasan pergerakan antar wilayah serta adanya
jaringan jalan regional yang menghubungkan kota-kota utama seperti DKI Jakarta, Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang. Sehingga konsekuensinya perkembangan kawasan terbangun mengikuti pola
jaringan jalan utama.
Gambar : Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kota Tangerang Selatan
Pola pengembangan fisik / tata guna lahan saat ini berupa pola ekstensifikasi dan
intensifikasi. Pola ekstensifikasi banyak dijumpai di daerah pinggiran, sedangkan intensifikasi banyak
dijumpai di daerah yang menjadi pusat kegiatan. Bila dilihat berkembangnya perumahan baik skala
besar ataupun skala kecil mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk ataupun aktifitas
penduduk di Kota Tangerang Selatan ini sendiri. Bila peningkatan jumlah ataupun aktifitas penduduk
tidak dibarengi dengan peningkatan sarana dan prasarana yang memadai akan menimbulkan
berbagai permasalahan yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Perumahan dan Permukiman
Kawasan perumahan dan permukiman berfungsi sebagai hunian bagi masyarakat Kota
Tangerang Selatan. Berdasarkan penghitungan pada peta diketahui luas penggunaan lahan untuk
perumahan dan permukiman sebesar 9.941,41 Ha dari keseluruhan Kota Tangerang Selatan. Untuk
Kota Tangerang Selatan terdapat tiga pengembang perumahan skala besar yaitu BSD, Bintaro dan
Alam Sutera. Selain itu ketiga kawasan ini didukung dengan adanya prasarana transportasi seperti
kereta api dan jalan tol. Saat ini pengembangan perumahan di Kota Tangerang Selatan banyak
menggunakan pola cluster dengan tipe rumah beragam (tipe kecil hingga tipe besar). Banyak lahan
perkampungan yang sudah berubah fungsi dan kepemilikannya biasanya mayoritas pemilik lahan
perkampungan adalah para pendatang.
Industri / Kawasan Industri dan Pergudangan
Luas lahan industri dan kawasan industri yaitu sebesar 167,61 Ha.
Kegiatan perdagangan dan jasa
Luas lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa ini sebenarnya tersebar hampir di seluruh
wilayah Kota Tangerang Selatan. Namun yang lebih banyak menonjol adalah kegiatan perdagangan
dan jasa yang terjadi saat ini dapat diidentifikasi berada disepanjang koridor jalan-jalan utama seperti
Jalan Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Bintaro Utama – Jalan kesehatan, Jalan Raya
Pondok Betung - Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya Pamulang – Ciputat Jalan Raya Pamulang –
Pondok Cabe dan Jalan Raya Ir. H. Juanda (Ciputat Raya). Luas kegiatan perdagangan dan jasa ini
adalah sebesar 487,08 Ha.
Sawah ladang dan kebun
Luas penggunaan lahan sawah dan ladang oleh petani pengarap hanya 2.794,41 Ha.
Semak belukar dan rerumputan
Semak belukar yang dimaksud disini adalah tanah kosong yang tidak dikelola/diurus oleh
pemiliknya namun bukan berarti tidak ada pemiliknya adapun luasnya hanya 366,48 Ha.
Pasir dan galian
Mempunyai luas yang sangat kecil karena bukan penggunaan yang dominan dan hanya ada di
Kecamatan Setu yaitu dengan luas 15,27 Ha.
Situ dan danau/tambak/kolam
Dari hasil interpretasi peta udara diketahui banyak danau /situ yang sudah tidak ada lagi di
peta oleh karena itu luas penggunaannya untuk situ/danau/kolam/tambak ini hanya sebesar 137,43
Ha.
Tanah Kosong
Tanah kosong disini termasuk juga lapangan olahraga seperti lapangan bola dan halaman
rumah adapun luasnya hanya 809,31 Ha.
II.4.3 Prasarana Transportasi
Jalan merupakan salah satu infrastruktur terpenting sebagai salah satu faktor daya tarik
investasi di suatu daerah. Jalan kota Tangerang Selatan berdasarkan Kompilasi Data untuk
Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) memiliki total panjang 115,81 Km dengan 70,36%
dari panjang total tersebut dalam kondisi baik, 18,37% dalam kondisi sedang dan 11,28% dalam
kondisi rusak. Data ini berbeda dengan data Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan yang
menyatakan bahwa total panjang jalan kota adalah 137,773 Km dan diperkirakan 5% rusak ringan, 5%
rusak sedang dan 20% rusak berat.
Titik rawan kemacetan utamanya terdapat pada 12 titik yang umumnya terdapat pada sekitar
persimpangan jalan atau pasar. Stasiun kereta rel listrik (KRL) berjumlah 5 buah dan tersebar di tiga
kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur. Titik rawan kemacetan dan titik lokasi stasiun
KRL didapatkan dari Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
sedangkan nama lokasi, desa dan kecamatan diperoleh berdasarkan informasi dari Jakarta Jabotabek
Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006 karya Gunther W. Holtorf.
No. Titik Rawan Kemacetan
1 Jalan Serpong Raya sekitar PT Pratama Abadi Industri hingga Gading Serpong
2 Jalan Serpong Raya sekitar Rumah Sakit Ashshobirin
3 Jalan Pahlawan Seribu di sekitar Pasar Serpong (lintasan Kereta Rel Listrik)
4 Perempatan Jalan Pahlawan Seribu menuju Kampus ITI
5 Perempatan Puspiptek Pasar Jengkol
6 Pasar Jombang sekitar Jalan Tol
7 Pertigaan Jalan Pondok Betung Raya sekitar Kantor Kelurahan Pondok Betung
8 Perempatan Bintaro - Jalan Pondok Betung Raya
9 Perempatan Jalan Ir. H. Juanda - Jalan Pahlawan, Rempoa
10 Pertigaan Jalan WR Supratman - Jalan Ir. H. Juanda, Ciputat
11 Pertigaan Pasar Ciputat
12 Perempatan Pondok Cabe Jalan Setiabudi - Jalan RE Martadinata
Sumber:
- Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
- Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006, Gunther W. Holtorf
Tabel …
Titik Rawan Kemacetan Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
No. Nama Stasiun Kereta Rel Listrik Kelurahan/Desa Kecamatan
1 Stasiun Serpong Serpong Serpong
2 Stasiun Rawabuntu Rawabuntu Serpong
3 Stasiun Sudimara Jombang Ciputat
4 Stasiun Tegal Rotan Sawah Ciputat
5 Stasiun Pondok Ranji Pondok Ranji Ciputat Timur
Sumber:
- Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
- Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006, Gunther W. Holtorf
Tabel …
Stasiun Kereta Rel Listrik di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2009
II.4.4 Prasarana Telekomunikasi dan Energi
Selain prasarana transportasi, prasarana dan sarana terkait energi dan telekomunikasi juga
sangat penting. Di Kota Tangerang Selatan terdapat tiga kantor PLN, yaitu di Serpong, Ciputat dan
Pamulang. Gardu listrik berjumlah 71 unit dengan 195.352 sambungan listrik. Di setiap kecamatan
terdapat lebih dari 15.000 sambungan listrik kecuali di Setu yang hanya berjumlah 9.686 sambungan.
Kantor Telkom berjumlah 5 buah dan tersebar di 5 kecamatan. Tower GSM/BTS berjumlah 83
unit sedangkan sambungan telepon berjumlah 108.529 sambungan. Sambungan telepon paling
banyak terdapat di Pamulang dengan 26.447 sambungan sedangkan paling sedikit terdapat di Setu
dengan 5.381 sambungan.
Gardu
Listrik
Kantor
PLN
Sambungan
ListrikSPBU
Tower
GSM/BTS
Kantor Telkom
/ STO
Sambungan
Telepon
1 Serpong 14 1 18.508 12 12 - 10.282
2 Serpong Utara 4 - 15.165 6 10 1 8.425
3 Ciputat 10 1 28.375 7 9 1 15.764
4 Ciputat Timur 11 - 28.944 9 8 - 16.080
5 Pamulang 20 1 47.604 13 24 1 26.447
6 Pondok Aren 8 - 47.070 3 8 1 26.150
7 Setu 4 - 9.686 2 12 1 5.381
71 3 195.352 52 83 5 108.529
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
Kota Tangerang Selatan
Tabel …
Sebaran Gardu Listrik, Kantor PLN
Menara Telekomunikasi/BTS dan Kantor Telkom/STO
di Kota Tangerang Selatan
No Kecamatan
Energi Telekomunikasi
II.4.5 Utilitas
Terkait dengan pengelolaan limbah baik limbah padat (sampah) maupun limbah cair, terdapat
21 tempat pembuangan sementara (TPS) yang sebagian besarnya menurut Dinas Kebersihan dan
Pertamanan adalah TPS liar. Selain itu juga terdapat 5 unit water treatment plant (WTP) yang
tersebar di Serpong, Serpong Utara dan Pondok Aren.
Ada dua makam pahlawan yang terdapat di Pondok Aren dan Setu, sedangkan tempat
pemakaman umum (TPU) berjumlah 26 unit dengan jumlah terbanyak terdapat di Ciputat yaitu
sebanyak 6 unit. Di Serpong Utara dan Pondok Aren masing-masing hanya terdapat 2 unit TPU.
TPS WTP
1 Serpong 1 3
2 Serpong Utara 3 1
3 Ciputat 3 0
4 Ciputat Timur 1 0
5 Pamulang 3 0
6 Pondok Aren 3 1
7 Setu 7 0
21 5
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
Kota Tangerang Selatan
Tabel …Sebaran Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Water Treatment Plant (WTP)
di Kota Tangerang Selatan
No NoSebaran
Jumlah Luas
1 Serpong 0 5 5,6
2 Serpong Utara 0 2 2,5
3 Ciputat 0 6 10,6
4 Ciputat Timur 0 3 4,5
5 Pamulang 0 5 5,0
6 Pondok Aren 1 2 4,0
7 Setu 1 3 3,5
Kota Tangerang Selatan 2 26 35,7
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
Tabel ….Makam Pahlawan dan Tempat Pemakaman Umum (TPU)
di Kota Tangerang SelatanTahun 2008
No Kecamatan Makam PahlawanTPU
II.4.6 Rawan Bencana
Bencana banjir merupakan masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan di lokasi
tertentu harus dihadapi secara rutin. Lokasi rawan banjir terdapat di sepanjang beberapa sungai yang
mengalir di Kota Tangerang Selatan, di antaranya Kali Angke, Kali Serua, Kali Pasanggrahan, Kali
Ciputat dan Kali Kedaung. Titik-titik lokasi rawan banjir tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.4.1.
Di Kota Tangerang Selatan terdapat 9 situ, yang tersebar di 5 kecamatan. Situ-situ tersebut
adalah Situ Pondok Jagung / Rawa Kutup, Situ Parigi, Situ Bungur, Situ Antak, Situ Rompang, Situ
Gintung, Situ Legoso, Situ Pamulang / Pondok Benda, dan Situ Ciledug / Kedaung. Namun, ada 4 situ
yang sudah tidak tertera pada peta, yaitu Situ Bungur, Situ Antak, Situ Rompang, dan Situ Legoso.
No Nama Situ Kecamatan Luas Situ (Ha)
1 Situ Pondok Jagung / Rawa Kutup Serpong Utara 8,2
2 Situ Parigi Pondok Aren 5,1
3 Situ Bungur Ciputat -
4 Situ Antak Ciputat -
5 Situ Rompang Ciputat Timur -
6 Situ Gintung Ciputat Timur 29,3
7 Situ Legoso Ciputat -
8 Situ Pamulang / Pondok Benda Pamulang 27,0
9 Situ Ciledug / Kedaung Pamulang 9,7
Kota Tangerang Selatan 79,3
Tabel ….
Situ di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2008
No Lokasi Sungai Kecamatan
1 Kompleks Sekretariat Negara Kali Angke Pondok Aren
2 Perumahan Maharta Kali Serua Pondok Aren
3 Taman Mangu Kali Pasanggrahan Pondok Aren
4 Graha Permai, Bintaro Kali Ciputat Ciputat
5 Perumahan Bintaro Sektor 9, Bintaro Kali Serua Pondok Aren
6 Kompleks Inhutani Kali Pasanggrahan Ciputat
7 Perumahan Pondok Hijau Kali Ciputat Ciputat
8 Perumahan Graha Hijau Kali Pasanggrahan Ciputat
9 Perumahan Reni Jaya Kali Angke Pamulang
10 Perumahan Bukit Pamulang Indah Kali Kedaung Pamulang
Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)
Tabel….Lokasi Rawan Banjir
di Kota Tangerang Selatan
II.5 Pemerintahan
II.5.1 Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan
Selama periode 2002-2008 berbagai tuntutan terhadap pembentukan daerah otonom baru
(pemekaran wilayah) berkembang di lingkungan masyarakat. Wacana serta tuntutan pembentukan
daerah otonom baru hendaknya tidak sekedar mempertimbangkan aspek politis dan kemauan
sebagian kecil elite daerah tapi merupakan aspirasi dan harapan yang perlu direspon untuk dinilai
terhadap ketepatan dan kelayakannya secara normatif maupun teknis. Pembentukan Kota Tangerang
Selatan yang merupakan pemekaran dari wilayah induknya yaitu Kabupaten Tangerang telah
memenuhi kaidah peraturan perundangan maupun teknis pada tahun 2008 dapat direalisasikan,
yang dituangkan dalam Undand-undang Nomor 51 tahun 2008 tentang Pembentukan Kota
Tangerang Selatan.
Pembentukan pondasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah diawali
dengan ditunjuknya Penjabat Walikota Tangerang Selatan oleh Gubernur Banten. Selanjutnya
Penjabat Walikota menyusun formasi perangkat daerah, guna membantu dalam menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan. Ditetapkan perangkat daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah
(3 Asisten Daerah, 9 Bagian), Sekretariat DPRD, Inspektorat, 6 Badan, 11 Dinas dan 1 Satuan, dimana
legalitas atas kedudukan serta tugas pokok dan fungsinya diatur dalam peraturan Walikota
Tangerang Selatan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Tangerang
Selatan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan.
Dalam implementasinya, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan tugas
dan fungsi seluruh perangkat daerah antara lain seperti belum efektifnya penetapan struktur
kelembagaan perangkat daerah, masih dirasakannya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi antar
perangkat daerah, belum optimalnya penetapan dan pemilahan tugas pokok dan fungsi perangkat
daerah berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta belum
optimalnya hubungan kerja antar lembaga, termasuk antara pemerintah daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, masyarakat, dan organisasi non pemerintah.
Pada awal penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, belum didukung dengan
produk hukum daerah (perda, dll), jadi sementara masih menggunakan regulasi wilayah induk.
Sehingga permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kewenangan daerah masih banyak yang
belum maksimal. Hal ini mengakibatkan berbagai kendala antara lain dalam hal pelaksanaan
kewenangan, pengelolaan APBD, pengelolaan suatu kawasan atau pelayanan tertentu, serta
pengaturan pembagian hasil sumberdaya alam dan pajak, dan lainnya.
II.5.1 Prasarana dan Sarana Pemerintah Daerah
Sebagian besar pelaksanaan tugas dan fungsi perangkat daerah juga masih diselenggarakan
pada bangunan-bangunan yang berstatus sewa, dengan kapasitas ruang yang tidak memadai dengan
keberadaan pegawai, sehingga mengurangi efektifitas dan kenyamanan kerja. Sementara itu,
berdasarkan informasi dari berbagai perangkat daerah, dukungan sarana dalam menunjang
pelaksanaan operasional kantor maupun operasional lapangan belum sepenuhnya terpenuhi.
II.5.2 Penyelenggaraan Koordinasi
Koordinasi dalam bidang pemerintahan hakikatnya merupakan upaya yang dilaksanakan oleh
Kepala Daerah guna mencapai keselarasan dan keterpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan
tugas semua instansi baik antar dinas. lembaga teknis daerah, pemerintah kecamatan, desa dan
kelurahan, maupun dengan instansi vertikal agar tercapai hasil yang optimal. Hal ini telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah serta Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988.
II.5.2.1 Penyelenggaraan Koordinasi Horisontal dengan Unsur Muspida
Kualitas penyelenggaraan forum kemuspidaan yang prinsip dan penting yang dilakukan, mengikuti
pola aturan :
Terhadap permasalahan yang bersifat mendesak dan memerlukan waktu yang segera, forum
diselenggarakan secara insedentil di luar ketentuan vang ada;
Terhadap permasalahan yang telah disepak-ati oleh Forum Muspida ditindaklanjuti oleh
perangkat masing-masing instansi dan bila dipandang perlu dilakukan secara Tim Terpadu yang
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan.
II.5.2.2 Penyelenggaraan Koordinasi Vertikal dengan Instansi/Dinas Daerah
Penyelenggaraan koordinasi vertikal antara instansi/dinas daerah dilaksanakan secara
komprehensif, terpadu dan berkelanjutan meliputi pelaksanaan pelaporan, pengawasan, dan
koordinasi pembinaan.
1) Koordinasi Perencanaan
Walikota akan meminta program/rencana kegiatan dari masing-masing komponen/instansi
vertikal serta membahasnya di daerah;
2) Koordinasi Pelaksanaan
Walikota selaku Kepala Daerah meminta laporan pelaksaan tugas dari masing-masing instansi
vertikal mengenai hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan
kegiatannya. Apabila terdapat hambatan dan permasalahan, maka Walikota memberikan
petunjuk alternatif pemecahannya;
3) Koordinasi Pelaporan
Masing-masing Kepala Dinas/Komponen dan Instansi Vertikal wajib menyampaikan laporan
kegiatan bulanan secara periodik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan
pelaksanaan tugasnya, laporan tahunan setiap akhir tahun anggaran serta laporan insidentil
terhadap hal-hal yang perlu segera mendapat penyelesaian.
4) Koordinasi Pengawasan
Hasil pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan Departemen dan
Lembaga Pemerintahan Non Departemen di bawah koordinasi Kepala BPKP disampaikan ke
Menteri/Kepala Departemen yang bersangkutan dan ditembuskan kepada Walikota sebagai
informasi kepada Menteri/Kepala Departemen yang bersangkutan.
5) Koordinasi Pembinaan
Walikota memberikan pertimbangan terhadap pengangkatan /pemindahan serta pelantikan dan
pengambilan sumpah Kepala Instansi Vertikal dalam wilayah Kota Tangerang Selatan. Selain
koordinasi secara formal seperti tersebut di atas, juga dilakukan koordinasi secara informal
seperti pada setiap kesempatan pertemuan, olah raga maupun kegiatan lainnya.
II.5.2.3 Hubungan Pemerintah Kota dengan DPRD
Hubungan antara Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan DPRD dilaksanakan melalui forum-
forum pertemuan, sidang, hearing, kunjungan kerja bersama serta pembahasan terhadap suatu
Rancangan Peraturan Daerah dan produk kebijakan daerah. Keharmonisan hubungan dibangun
melalui mekanisme pelaksanaan tugas masing-masing yang menempatkan pihak eksekutif dan
legislatif sebagai mitra kerja yang saling mengisi dan saling mendukung.
1. Kelembagaan Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah Tugas penyusunan dan pengaturan di bidang kelembagaan ini dilaksanakan oleh Bagian
Hukum dan Organisasi pada Sekretariat Daerah.
Susunan kelembagaan daerah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sekretariat Daerah terdiri dari 1 orang Sekretaris Daerah, 3 orang Asisten Sekretaris
Daerah dan 9 Bagian, yaitu:
1. Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat;
2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan;
3. Asisten Administrasi Umum;
4. Bagian Pemerintahan;
5. Bagian Kesejahteraan Sosial;
6. Bagian Pertanahan;
7. Bagian Perekonomian;
8. Bagian Pembangunan;
9. Bagian Pengelolaan Teknologi Informasi;
10. Bagian Hukum dan Organisasi;
11. Bagian Umum dan Perlengkapan;
12. Bagian Humas dan Protokol.
b. Sekretariat DPRD terdiri dari 1 orang Sekretaris DPRD dan 3 orang Kepala Bagian,
sebagai berikut :
1. Sekretaris DPRD
2. Bagian Perlengkapan
3. Bagian Humas dan Hukum
4. Bagian Persidangan dan Risalah
5. Bagian Tata Usaha
c. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 1 Inspektorat, 1 Satuan dan 6 Badan, sebagai
berikut:
1. Inspektorat;
2. Satuan Polisi pamong Praja;
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
4. Badan Kepegawaian Daerah;
5. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu;
6. Badan Lingkungan Hidup Daerah;
7. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;
8. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana.
d. Dinas Daerah terdiri dari 11 Dinas, sebagai berikut :
1. Dinas Pendidikan;
2. Dinas Kesehatan;
3. Dinas Pekerjaan Umum;
4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;
5. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman;
6. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
7. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;
8. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;
9. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;
10. Dinas Pertanian dan Perikanan;
11. Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
2. Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan
Implementasi kebijakan otonomi daerah telah mendorong dan memacu terjadinya
perubahan baik secara struktural, fungsional maupun kultural dalam tatanan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang mendasar adalah
menyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya merupakan
perangkat wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi. Berdasarkan Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 berubah statusnya menjadi perangkat daerah dalam kerangka asas
desentralisasi. Sebagai perangkat daerah yang diangkat oleh kepala daerah kabupaten/kota,
maka Camat dalam menjalankan tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan dari dan
bertanggung jawab kepada kepala daerah. Hal ini mengandung pengertian bahwa tanpa
pelimpahan sebagian kewenangan dari kepala daerah maka tugas seorang camat menjadi
tidak jelas sehingga dapat berpengaruh pada pelaksanaan tugas dan fungsinya di lapangan.
Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka upaya pemberdayaan kecamatan guna
percepatan otonomi daerah, maka dengan merujuk pada Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 158 Tahun 2004 tentang Pedoman Organisasi Kecamatan. Pemerintah Kota
Tangerang Selatan mencoba memformulasikan suatu kebijakan tentang pengaturan
organisasi kecamatan di daerah ini. Langkah ini diawali dengan upaya melimpahkan
sebagian kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah kepada Camat dalam rangka
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.
Tabel Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase Terhadap
Luas Kota (%)
1 Serpong 2,404 16.33%
2 Serpong Utara 1,784 12.12%
3 Ciputat 1,838 12.49%
4 Ciputat Timur 1,543 10.48%
5 Pamulang 2,682 18.22%
6 Pondok Aren 2,988 20.30%
7 Setu 1,480 10.06%
Kota Tangerang Selatan 14,719 100.00%
Tabel Jumlah Kelurahan dan Desa per Kecamatan
Kota Tangerang Selatan Tahun 2009
No Kecamatan Jumlah
Kelurahan Jumlah
Desa Jumlah
Rukun Warga (RW)
Jumlah Rukun Tetangga
(RT)
1 Serpong 9 - 69 337
2 Serpong Utara 7 - 65 272
3 Ciputat 7 - 92 460
4 Ciputat Timur 6 - 75 416
5 Pamulang 8 - 129 690
6 Pondok Aren 11 - 113 677
7 Setu 1 5 29 144
Jumlah 49 5 572 2,996
Tabel Luas Wilayah Kelurahan/Desa
Kota Tangerang Selatan
No Kecamatan Kelurahan/Desa Luas Wilayah (Ha)
1 Serpong 1 Buaran 334
2 Ciater 376
3 Rawa Mekar Jaya 235
4 Rawa Buntu 328
5 Serpong 139
6 Cilenggang 143
7 Lengkong Gudang 361
8 Lengkong Gudang Timur 262
9 Lengkong Wetan 226
2 Serpong Utara 1 Lengkong Karya 210
2 Jelupang 126
3 Pondok Jagung 209
4 Pondok Jagung Timur 225
5 Pakulonan 279
6 Paku Alam 281
7 Paku Jaya 454
3 Ciputat 1 Sarua 368
2 Jombang 345
3 Sawah Baru 274
4 Sarua Indah 193
5 Sawah 249
6 Ciputat 172
7 Cipayung 237
4 Ciputat Timur 1 Pisangan 391
2 Cireundeu 308
3 Cempaka Putih 227
4 Pondok Ranji 246
5 Rengas 165
6 Rempoa 206
5 Pamulang 1 Pondok Benda 386
2 Pamulang Barat 416
3 Pamulang Timur 259
4 Pondok Cabe Udik 483
5 Pondok Cabe Ilir 396
6 Kedaung 256
7 Bambu Apus 220
8 Benda Baru 266
6 Pondok Aren 1 Perigi Baru 310
2 Pondok Kacang Barat 252
3 Pondok Kacang Timur 252
4 Perigi Lama 389
5 Pondok Pucung 362
6 Pondok Jaya 233
7 Pondok Aren 217
8 Jurang Mangu Barat 253
9 Jurang Mangu Timur 258
10 Pondok Karya 271
11 Pondok Betung 191
7 Setu 1 Kranggan 205
2 Muncul 361
3 Setu 364
4 Babakan 170
5 Bakti Jaya 174
6 Kademangan 206
II.5.2.4 Hukum, Politik serta Ketenteraman dan Ketertiban Umum
Disamping itu munculnya berbagai bentuk asosiasi masyarakat sipil baik dalam bentuk
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat maupun forum-forum lainnya, merupakan
bentuk pencapaian dalam mewujudkan proses demokratisasi.
Munculnya berbagai aspirasi dan respon masyarakat terhadap kebijakan pembangunan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah, baik yang bersifat mendukung ataupun memberikan kritik
membangun, disampaikan langsung ataupun melalui lembaga perwakilan (legislatif), merupakan
cerminan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat akan politik dan nilai-nilai demokrasi.
Kondisi keamanan ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan kemasyarakatan di wilayah
Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu 2003-2008 secara umum masih dalam kondisi yang stabil
dan terkendali. Upaya pembinaan dan penanganan ketentraman dan ketertiban wilayah
dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan proporsional sesuai tugas dan fungsi masing-masing
instansi.
Ruang lingkup kerjasama dalam rangka Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban umum serta
Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ini meliputi :
a. Penyelenggaraan/pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan
ketertiban masyarakat di Kota Tangerang Selatan;
b. Penegakan Peraturan Daerah (Perda) dan penegakan hukum sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
c. Pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di Kota
Tangerang Selatan;
d. Pengembangan sumber daya manusia dan sarana prasarana untuk mendukung
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan ketertiban
masyarakat di Kota Tangerang Selatan.
e. Penilaian eskalasi gangguan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan
ketertiban masyarakat di Kota Tangerang Selatan untuk menentukan langkah-langkah yang
dipandang perlu, baik yang bersifat pencegahan maupun penanggulangan.
Selain itu pembinaan keamanan dan ketertiban diarahkan untuk menciptakan kondisi
tenteram, serasi dan teratur serta mantapnya stabilitas keamanan di Kota Tangerang Selatan. Upaya
yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan kegiatan tersebut adalah melalui kegiatan koordinasi
antara instansi terkait secara terpadu.
Di bidang keamanan yang berkaitan dengan tindak pidana umum dilaksanakan melalui
upaya represif dan preventif oleh pihak Kepolisian untuk membantu menciptakan rasa tenteram dan
tertib di masyarakat, antara lain dengan meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang pengamanan
swakarsa dengan menggiatkan siskamling.
Berbagai kerentanan dan kerawanan sosial merupakan sumber-sumber permasalahan
masyarakat yang masih dihadapi yang dapat berdampak pada terjadinya gangguan ketenteraman
dan ketertiban umum. Banyaknya keluarga penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) hingga
tahun 2007 sebesar 48.889 jiwa, yang didominasi oleh keluarga fakir miskin berjumlah 37.538 jiwa
(76,78%) dan anak terlantar sebanyak 1.141 jiwa (2,33%). Keberadaan PMKS tersebut merupakan
potensi terhadap bertumbuhkembangnya ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku masyarakat.
Kasus gelandangan dan pengemis serta pekerja seks komersial (PSK) semalin merebak
terutama pada pusat-pusat kota, pasar, terminal serta daerah hiburan merupakan salah satu potensi
permasalahan yang dapat menganggu ketentraman dan ketertiban umum di wilayah Kota Tangerang
Selatan. Berbagai upaya pencegahan terhadap berkembangnya gelandangan, pengemis dan PSK ini
tengah dipersiapkan dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota tanerang Selatan.
Demikian halnya dengan penyalahgunaan NARKOBA/NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif) yang semakin berkembang dikalangan remaja, bahkan telah memasuki kawasan-kawasan
pendidikan (sekolah).
Kejadian luar biasa (KLB) merupakan suatu kondisi tak terduga yang dapat mengganggu
ketenteraman dan ketertiban umum. Berbagai kasus bencana banjir dan kekeringan sampai dengan
tahun 2008 diketahui masih terjadi. Sedangkan kasus wabah penyakit yang terjadi di wilayah Kota
Tangerang Selatan akhir-akhir ini meliputi : Muntaber, DBD, Polio dan Flu Burung. Kasus flu burung
merupakan wabah penyakit yang melanda wilayah nasional yang penanganannya belum tuntas
hingga saat ini. Di tahun 2009 terjadi bencana alam dengan jebolnya tanggul Situ Gintung yang
merupakan bencana nasional, dimana kejadian ini dikenal dengan tragedi Situ Gintung.
II.5.2.5 Kerjasama Pembangunan
Kerjasama Wilayah Perbatasan
Sesuai dengan amanat dalam Pasal 195 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, daerah dapat
mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang didasarkan pada efisiensi dan efektifitas pelayanan
publik.
Belum terintegrasinya rencana-rencana pembangunan, keterbatasan dan lemahnya kapasitas
pengelolaan sumber daya di kawasan perbatasan, seperti diantaranya dalam penataan ruang dan
pembangunan prasarana wilayah serta perencanaan pembangunan lainnya, telah disadari sebagai
suatu permasalahan yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakserasian dan ketimpangan
pembangunan di wilayah perbatasan.
Oleh karenanya kerjasama pembangunan antar daerah yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi
dan efektifitas dalam pelayanan publik yang saling menguntungkan, merupakan hal yang perlu
mendapatkan perhatian bersama.
Sejalan dengan kepentingan tersebut, Pemerintah Provinsi Banten telah melaksanakan kesepakatan
dengan Pemerintah Provinsi lain yang berbatasan dalam rangka kerjasama pembangunan di wilayah
perbatasan seperti dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana hal ini telah
ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Banten Nomor 69
Tahun 2002 dan Nomor 35 Tahun 2002 tanggal 4 Desember 2002, tentang Kerjasama Pembangunan
Wilayah Perbatasan. Sebagai implementasi tindak lanjut kerjasama pembangunan perbatasan yang
telah disepakati bersama, diselenggarakan forum koordinasi kerjasama pembangunan antar kedua
daerah yang dilaksanakan melalui ”Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perbatasan
(MUSRENBANGTAS) Banten-Jawa Barat” yang diselenggarakan secara periodik setiap dua tahun
sekali.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan akan menjadikan surat Keputusan Bersama tersebut sebagai
dasar dalam pelaksanaan kerjasama antar daerah dan kemungkinan untuk menuangkannya ke dalam
regulasi daerah.
Kerjasama Antar Daerah
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang lebih
besar kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan dan mengelolah pembangunan di daerah
berdasarkan kondisi dan kebutuhannya masing-masing. Namun demikian dalam pelaksanaan dan
pengelolaan pembangunan di daerah seringkali dihadapkan kepada permasalahan yang tidak dapat
diatasi sendiri, tetapi memerlukan kerjasama antar daerah yang memiliki kepentingan bersama.
Sejalan dengan semangat yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, perlu disikapi secara komprehensif dan langkah strategis
untuk melakukan kerjasama antar daerah yang sinergis dengan perencanaan pembangunan guna
mewujudkan keselarasan, keserasian dan keterpaduan perencanaan pembangunan antar wilayah
dan antar sektor.
Sementara itu, di lain pihak bahwa tekanan pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang
terkonsentrasi di Ibukota negara Jakarta dan wilayah sekitarnya dalam wilayah Jabotabek maupun
secara umum pada wilayah Pulau Jawa dan Bali telah menyebabkan tingginya tuntutan dalam
peningkatan pelayanan dan pembangunan yang dirasakan semakin kompleks. Sehingga dapat
dipahami apabila di wilayah Jabotabek serta wilayah Jawa-Bali perlu mendapatkan perhatian secara
lebih intensif untuk melakukan koordinasi dalam rangka penanganan bersama terhadap
permasalahan pembangunan dan persoalan lainnya yang bersifat lintas wilayah dan lintas sektor.
Dalam rangka mengkoordinasikan kegiatan pembangunan sesuai Instruksi Presiden Nomor
13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek telah dilakukan kerjasama wilayah
Jabotabek yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bersama Pemerintah Provinsi Daerah tingkat I
Jawa Barat dan DKI Jakarta Nomor 1/DP/040/PD/1976 dan Nomor 3 Tahun 1976 tentang Kerjasama
Dalam Rangka Pembangunan Jabotabek yang selanjutnya dibentuk Badan Kerjasama Pembangunan
(BKSP) Jabodetabek berdasarkan Keputusan Bersama Pemerintah Provinsi Daerah tingkat I Jawa
Barat dan DKI Jakarta Nomor D.IV-8201/d/II/1976 dan Nomor 197/Pem.121/sk/1976.
Kerjasama tersebut telah ditindaklanjuti dan ditingkatkan dengan terbentuknya Kota Depok,
Provinsi Banten dan keikutsertaan Kabupaten Cianjur yang diwujudkan dalam Kesepakatan Bersama
Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten Bupati Bogor, Walikota Bogor,
Walikota Depok, Bupati Tangerang, Walikota Tangerang, Bupati Bekasi, Walikota Bekasi dan Bupati
Cianjur tanggal 16 Juni 2005.
Memperhatikan kompleksitas permasalahan pembangunan regional yang terjadi saat ini di
wilayah Jawa-Bali dan sejalan dengan makna yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005, maka merupakan langkah yang sangat
strategis diselengarakannya forum “Musyawarah Perencanaan Pembangunan Regional
(MUSRENBANGREG) Se Jawa-Bali”, yang hal ini merupakan kesepakatan bersama yang telah
direkomendasikan agar keberadaannya semakin dapat diperkokoh dan dikembangkan eksistensinya
dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan nasional.
Dilatarbelakangi berbagi pengalaman memecahkan permasalahan antar daerah secara legal
formal, membangun silaturahmi dan membangun satu persepsi dan pemahaman, pada tahun 1988,
Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat mempelopori terbentuknya forum kerjasama antar
daerah Dwi Praja sebagai cikal bakal forum Mitra Praja Utama (MPU) yang sekarang anggotanya
terdiri dari 10 Provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, Provinsi Lampung, Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Provinsi Banten dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Prinsip kerjasama dalam forum MPU dibangun dalam semangat kebersamaan, kemitraan,
saling menguntungkan, berbagi tanggungjawab dan berkelanjutan dalam upaya berpadu daya
mengatasi permasalahan kesejahteraan antar daerah secara bersama-sama.
Dalam setiap tahunnya diadakan Rapat Kerja Gubernur yang menyepakati usulan
program/kegiatan kerjasama untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya, terdiri dari bidang
Pemerintahan, bidang Ekonomi, bidang Kesos dan Tenaga Kerja, serta bidang Lingkungan dan
Pariwisata
Pembentukan forum Koordinasi Kerjasama pembangunan wilayah perbatasan ini sangat
penting untuk memperkuat koordinasi antar Pemerintah Daerah dalam mengatasi persoalan
ketidakintegrasian dalam berbagai kepentingan pembangunan dan pemerintahan antar daerah, agar
rencana-rencana pembangunan yang akan dilaksanakan antar daerah khususnya di wilayah
perbatasan dapat terselenggara dengan sinergi dan terintegrasi dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan.
BAB III
GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH
Kota Tangerang Selatan baru terbentuk pada akhir tahun 2008, karena itu belum ada
pengukuran indikator ekonomi makro kota tersebut secara khusus. Namun demikian, gambaran
perekonomian Kota Tangerang Selatan, dapat diwakili oleh gambaran agregat 7 kecamatan (Serpong,
Serpong Utara, Setu, Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Aren) yang tadinya masih
menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang. Data yang disajikan berikut ini diperoleh dari hasil
pengolahan data PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007 (BPS, 2008).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang Selatan
pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.5.256.882,05 Juta Rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan adalah sebesar Rp.2.768.787,17 Juta Rupiah (Gambar 2.1). Angka tersebut jauh di bawah
angka PDRB Kabupaten Tangerang dengan 29 kecamatan yang melebihi angka Rp.25 Trilyun untuk
PDRB adh Berlaku dan melebihi angka Rp.16 Trilyun untuk PDRB adh Konstan tahun 2000.
Gambar 2.1 Perbandingan PDRB Kota Tangerang Selatan (7 kecamatan) dengan Kabupaten
Tangerang awal dengan 36 kecamatan dan Kabupaten Tangerang dengan 29
kecamatan pada Tahun 2007 (Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS 2008).
Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun 2007 mencapai 1.042.682 orang, PDRB per
kapita adalah sebesar Rp.5.041.692,53. Angka tersebut di bawah PDRB per kapita Kabupaten
Tangerang dengan 29 kecamatan, yang dengan jumlah penduduk pertengahan tahun sebesar
2.430.589 orang, mencapai Rp. 10.549.652,21.
0 5.000.000
10.000.000 15.000.000
20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000
6,20% 6,30% 6,40% 6,50% 6,60% 6,70% 6,80% 6,90% 7,00% 7,10%
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan rupiah)
30.898.750,66 5.256.882,05 25.641.869
PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (Jutaan rupiah)
18.789.457,30 2.768.787,17 16.020.670
Laju Pertumbuhan Ekonomi / LPE (%)
6,90% 6,51% 6,97%
Kab. Tangerang 36 Kecamatan
Kota Tangsel 7 Kecamatan
Kab. Tangerang 29 Kecamatan
Gambar 2.2 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Tangerang Selatan
2004 - 2007 (Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS 2008).
Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan menunjukkan kecenderungan meningkat dari
tahun ke tahun (Gambar 2.2). Pada tahun 2007, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) mencapai angka
6,51%, masih lebih rendah dibandingkan LPE Kabupaten Tangerang yang mencapai 6,97%.
Berdasarkan data PDRB tahun 2007, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi
oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan perdagangan hotel dan
restoran (26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi cukup besar adalah jasa-jasa
(17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan (15,40%). Lima sektor lain masing-masing
memberikan kontribusi di bawah 10%. (Gambar 2.3)
Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tangerang selatan
didominasi oleh sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan
restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi hampir
90%. Sektor tersier (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi) memberikan
kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian; pertambangan dan penggalian) hanya memberikan
kontribusi kurang dari 2%. Struktur ekonomi tersebut berbeda dengan struktur ekonomi Kabupaten
Tangerang yang didominasi oleh sektor sekunder yang berasal dari sektor industri pengolahan yang
memberikan kontribusi sangat besar.
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
2004 2005 2006 2007
PDRB (Milyar Rupiah)
PDRB Konstan 2000
Gambar 2.3 Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007 (Hasil
pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS 2008).
Pertanian1,32%
Pertambangan dan Penggalian
0,03%
Industri Pengolahan
1,07% Listrik, Gas dan Air Bersih
6,05%
Bagunan / Konstruksi
1,63%
Perdagangan, Hotel dan Restoran
26,81%
Pengangkutan & Komunikasi
30,29%
Bank, persewaan & jasa perusahaan
15,40%
Jasa-jasa17,39%