33
A. JUDUL RANCANGAN TEKNIS PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BIJIH NIKEL DI PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA, Tbk SOROWAKO SULAWESI-SELATAN B. LATAR BELAKANG MASALAH PT. INCO, Tbk merupakan perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 165 juta pounds nikel matte per tahun dengan daerah penambangan bijih terbagi atas dua, yaitu Sorowako (West block) dan Petea (East block). Sistem penambangan yang digunakan di PT. INCO, Tbk adalah penambangan bijih nikel dengan metode tambang terbuka (open cast mining). Adapun aktivitas penambangan yang dikerjakan meliputi Pembersihan Lahan, Pengupasan Tanah Penutup, Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan dari front penambangan ke tempat stasiun penyaringan (screening). Dengan metode tambang terbuka tersebut, PT. INCO,Tbk menerapkan beberapa metode penambangan terbuka yang biasa diterapkan pada penambangan lapisan endapan bijih nikel, yang untuk setiap blok penambangan menerapkan sistem yang berbeda, menyesuaikan dengan kondisi lapisan endapan bijih nikel.

Rancangan Pengupasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

GJHGJHG

Citation preview

Page 1: Rancangan Pengupasan

A. JUDUL

RANCANGAN TEKNIS PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP

PADA PENAMBANGAN BIJIH NIKEL DI PT. INTERNATIONAL NICKEL

INDONESIA, Tbk SOROWAKO SULAWESI-SELATAN

B. LATAR BELAKANG MASALAH

PT. INCO, Tbk merupakan perusahaan tambang nikel terbesar di

Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 165 juta pounds nikel

matte per tahun dengan daerah penambangan bijih terbagi atas dua, yaitu

Sorowako (West block) dan Petea (East block).

Sistem penambangan yang digunakan di PT. INCO, Tbk adalah

penambangan bijih nikel dengan metode tambang terbuka (open cast mining).

Adapun aktivitas penambangan yang dikerjakan meliputi Pembersihan Lahan,

Pengupasan Tanah Penutup, Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan dari front

penambangan ke tempat stasiun penyaringan (screening).

Dengan metode tambang terbuka tersebut, PT. INCO,Tbk menerapkan

beberapa metode penambangan terbuka yang biasa diterapkan pada

penambangan lapisan endapan bijih nikel, yang untuk setiap blok penambangan

menerapkan sistem yang berbeda, menyesuaikan dengan kondisi lapisan

endapan bijih nikel.

Hal yang membedakan tambang terbuka dengan tambang bawah tanah

ialah bahwa pada tambang terbuka yang menjadi permasalahan adalah

besarnya atau banyaknya jumlah atau volume tanah atau batuan penutup yang

menutupi lapisan endapan bijih nikel yang harus dipindahkan ke tempat lain

supaya nantinya dapat memudahkan dalam penggalian bijih nikel. Terutama

yang menjadi persoalan antara lain : tempat penimbunan yang dibutuhkan untuk

tanah penutup, cara penimbunan, cara pengupasan yang efektif dan efisien.

Berangkat dari persoalan tersebut diperlukan suatu perencanaan dan

perancangan untuk setiap kegiatan penambangan, terutama yang ingin di

fokuskan adalah perancangan pengupasan lapisan tanah penutup pada

penambangan bijih nikel mencakup desain teknis pengupasan lapisan tanah

Page 2: Rancangan Pengupasan

penutup sehingga nantinya dapat mendukung kinerja penambangan lapisan

endapan bijih nikel yang ingin dicapai.

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk membuat suatu rancangan pengupasan lapisan tanah penutup yang

dapat mendukung kinerja penambangan bijih nikel dimana didalamnya telah

mencakup beberapa aspek yang harus benar-benar menjadi pertimbangan

antara lain aspek teknis, ekonomi dan lingkungan.

D. PERUMUSAN MASALAH

Adanya rencana pengupasan lapisan tanah penutup pada blok

penambangan bijih nikel yang dikerjakan oleh PT. International Nickel

Indonesia, Tbk akan membutuhkan suatu perencanaan dan rancangan yang tepat

dan sesuai serta memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan dengan

menyesuaikan pada kondisi setempat, terutama yang berhubungan dengan lapisan

endapan bijih nikel yang akan ditambang.

E. PENYELESAIAN MASALAH

Dalam melakukan penyelesaian masalah yang ada di lapangan, digunakan

penggabungan antara teori-teori, metode atau data yang berhubungan dengan

kasus yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan.

E.1. Rancangan Pengupasan

Tujuan pengupasan lapisan tanah penutup adalah untuk membuang

material di atas endapan bahan tambang sehingga hasil tambang dapat

bersih tidak tercampur tanah atau pengotor lainnya, mengurangi biaya

pengolahan dan mempermudah kegiatan penambangan.

Pelaksanaan pengupasan dapat dilakukan dengan peralatan antara lain :

Bulldozer, Dozer Shovel, Scraper dan Excavator seperti Power Shovel dan

Back Hoe.

Rancangan pengupasan lapisan tanah penutup di tentukan atas dasar :

1. Daerah

a. Iklim

Page 3: Rancangan Pengupasan

Pengaruh iklim pada suatu daerah kerja (dimana akan berlangsung

kerja pengupasan lapisan tanah penutup oleh peralatan mekanis)

perlu diketahui. Di Indonesia yang beriklim tropis memiliki dua

musim. Terutama pada saat musim hujan air, yang menggenang

dan mengalir pada daerah kerja membutuhkan suatu sistem

penirisan yang baik. Dan pada musim kemarau debu akan banyak

terdapat di daerah kerja. Pada kondisi iklim seperti ini temperatur

panas atau dingin yang berlebihan akan mengganggu efisiensi

kerja mesin.

b. Topografi

Bentuk topografi suatu daerah yang akan dilakukan suatu kegiatan

pengupasan akan menentukan pada macam atau jenis alat yang

digunakan untuk pengupasan, sedapat mungkin alat gali yang

digunakan memanfaatkan gaya gravitasi untuk pendorongan

material. Untuk penggunaan Bulldozer lebih cocok dan baik jika

digunakan untuk menggali permukaan topografi yang landai dan

rata sedangkan excavator lebih cocok digunakan pada topografi

yang curam ataupun berjenjang.

c. Kondisi Tanah Penutup

Material tanah penutup dijumpai dalam bentuk lapisan tanah pucuk

(topsoil) yang mengandung humus, tanah penutup lunak dan tanah

penutup keras.

Tabel E.1

Klasifikasi Material Menurut Skala Kekerasan dan Kuat Tekan

Klasifikasi Material Skala KekerasanMoh’s

Kuat Tekan(Mpa)

Sangat Keras + 7 + 200

Keras 6 – 7 120 -200

Setengah Keras 4,5 - 6 60 – 120

Setengah Lunak 3 – 4,5 30 – 60

Lemah 2 – 3 10 – 30

Sangat Lunak 1 – 2 - 10

Page 4: Rancangan Pengupasan

Jenis material batuan penyusun lapisan tanah penutup tersebut akan

menentukan besarnya produksi alat dan cara pengoperasiannya,

karena hal ini berhubungan dengan faktor pengembangan material

dan faktor pengisian mangkuk (Bucket) atau bilah (Blade).

Tabel E.2

Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Faktor Pengembangan

Macam Material Bobot Isi

(Ton/BCM)

Faktor

Pengembangan

(%)

Tanah Liat Kering 1,50 0,85

Tanah Liat Basah 1,80 – 2 0,82 – 0,80

Tanah Biasa Kering 1,80 0,85

Tanah Biasa Basah 2,20 0,85

Tanah Biasa

Bercampur Pasir

dan Kerikil

2,03 0,9

Kerikil Kering

(Gravel)

2,10 0,89

Kerikil Basah

(Gravel)

2,40 0,88

Lumpur 1,40 – 1,90 0,83

PasirKering 1,40 – 2,10 0,89

Pasir Basah 2,10 – 2,40 0,88

Bentuk lapisan tanah penutup, ukuran ketebalan dan luasnya akan

menentukan volume keseluruhan sehingga dengan faktor

pengembangan tertentu dapat digunakan untuk mencari dan

menentukan lokasi penampungan material hasil penggalian.

Untuk menghitung volume tanah penutup digunakan metode

penampang melintang (Cross Section) sebagai berikut 1):

Page 5: Rancangan Pengupasan

V=

………(E.1)

V = Volume Tanah Penutup, m3(BCM)

L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2

L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2

n = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya

d = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2

d. Tumbuh-tumbuhan (Vegetation)

Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja

perlu diteliti apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak,

rawa-rawa, pohon besar yang akarnya kuat, dsb. Ini perlu

dipertimbangkan dalam melakukan pembukaan lahan di daerah

kerja, apakah akan ditebang satu-satu ataukah akan ditebang secara

masal. Sehingga dapat dipilih untuk diterapkan sesuai dengan

kondisinya, metode apa yang paling cocok dengan menyesuaikan

peralatan apa saja yang dibutuhkan.

e. Lokasi Penimbunan

Penentuan lokasi penimbunan tanah penutup pada tempat tertentu

harus memperhatikan faktor-faktor tertentu sebagai persyaratannya

yaitu :

1. Topografi Daerah

Bentuk permukaan lokasi penimbunan apakah berupa

lekukan, datar, curam atau landai.

2. Kondisi tanah

Keadaan asli tanah permukaan dari tempat penimbunan dan

vegetasi yang ada : daerah ini apakah masih ditutupi tanah

yang mengandung unsur hara (berhara) atau tidak, serta

bagaimana keadaan vegetasi yang ada di daerah tersebut.

3. Hidrologi

Page 6: Rancangan Pengupasan

Tempat dimana akan dijadikan lokasi penimbunan, apakah di

bawah lokasi tersebut merupakan jenis lapisan tanah yang

bersifat menyimpan kandungan air atau tidak.

4. Endapan Bahan Tambang

Seberapa luas penyebaran endapan bahan tambang harus

diketahui, hal ini untuk merencanakan agar lokasi tempat

penimbunan tanah penutup tidak berada di atas lokasi dimana

endapan bahan tambang tersebut terdapat.

5. Lokasi dan Jarak Dorong Rata-rata.

Lokasi penimbunan yang terlalu jauh akan menyebabkan

waktu edar alat-alat angkut menjadi lama dan ini kurang

menguntungkan, menyebabkan adanya waktu menunggu alat-

alat muat dan menyebabkan membutuhkan jumlah alat angkut

yang lebih banyak agar tidak ada waktu alat muat

menganggur.

6. Volume Tampung Tempat Penimbunan

Dengan mengetahui volume tanah penutup yang akan dikupas

maka perlu diperhitungkan luas dari tempat penimbunan

tersebut agar mampu menampung material hasil pengupasan

tersebut. Hal tersebut juga memperhatikan macam material

dan perubahan volumenya karena setiap macam tanah atau

batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan mineralogi

yang berbeda-beda. Pada operasi penambangan volume

penggalian diharapkan sama dengan volume penimbunan,

akan tetapi kebanyakan tanah atau batuan akan bertambah

volumenya sebesar 30 % kalau digali dan akan berkurang

volumenya 10 % kalau dipadatkan di tempat lain.

7. Pengaruh Tanah Terhadap Lingkungan

Apakah tanah yang ditimbun di lokasi tersebut akan

mengganggu ekosistem yang ada di daerah setempat, atau

akan mengganggu kelangsungan lingkungan sekitarnya

Page 7: Rancangan Pengupasan

seperti perubahan rona lingkungan, atau akan mengganggu

lahan sekitarnya semisal disekitarnya terdapat lahan pertanian.

f. Bentuk Akhir Daerah Pengupasan

Kondisi lain yang berpengaruh dalam merancang pengupasan

tanah penutup adalah bentuk akhir daerah pengupasan. Bentuk

akhir daerah pengupasan tersebut ditentukan oleh perencanaan

tata letak jalan masuk / jalan angkut, saluran penirisan dan

jenjang untuk penambangan.

g. Kemantapan Lereng

Pertanyaan yang sering muncul dalam mendiskusikan

kemantapan lereng adalah seberapa tinggi dan seberapa curamnya

batuan dapat digali. Kenyataannya massa batuan tidak

menampakan satu kesatuan secara utuh dan perilakunya di

dominasi oleh bidang diskontinu seperti sesar, kekar dan adanya

bidang geser 3).

Kemantapan lereng penggalian atau penimbunan tanah /batuan

tergantung pada :

1. Tinggi Lereng Maksimum

2. Ada tidaknya Bidang Diskontinu

3. Sudut Geser, Kohesi dan Berat Jenis dari Massa Batuan

4. Pengaruh Tekanan Air Tanah

5. Ada Tidaknya “Tension Crack” pada Lereng

2. Peralatan

a. Jenis Alat

Masing-masing jenis alat gali mempunyai cara kerja dan teknologi

yang berbeda-beda, studi teknik untuk pemilihan alat gali secara

optimum harus menjamin bahwa mesin-mesin tersebut dapat

mengatasi secara efektif kondisi lapangan.

Setiap jenis alat akan mempunyai kekhususan dalam metode

penggalian, pemuatan dan penggalian-pemuatan. Kombinasi-

kombinasi yang terbaik sesuai kondisi lapangan yang akan

Page 8: Rancangan Pengupasan

memberikan hasil yang optimumlah yang akan dipilih untuk

digunakan.

Pada pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup, terdapat

beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain :

1. Back Tailing Digging Method

Cara ini diterapkan pada tambang terbuka dengan sistem Area

Mining atau Open Cast Mining. Lapisan tanah penutup

dibuang/ditimbun di belakang front penambangan dimana di

tempat tersebut lapisan endapan bijih nikel telah selesai

ditambang. Untuk selanjutnya kemajuan pengupasan maju ke

arah depan diikuti kemajuan penambangan bijih nikel dan

selanjutnya tanah penutup yang telah tergali ditimbun ke

tempat bekas penambangan sebelumnya.

Peralatan yang digunakan antara lain adalah Power Shovel atau

Dragline. Jika dengan 1 peralatan mekanis apakah berupa

Power Shovel atau Dragline maka akan disebut “Single

Stripping Shovel” atau “Single Stripping Dragline”.Jika

digunakan lebih dari 1 alat mekanis maka disebut “Tandem

Stripping Shovel” atau “Tandem Stripping Dragline”.

2. Benching System

Cara ini diterapkan pada lapisan tanah penutup yang tebal dan

demikian pula lapisan endapan bijih nikel yang ada di tempat

tersebut. Penerapannya adalah pada saat mengupas tanah

penutup sekaligus sambil membuat jenjang. Cara ini

diterapkan pada metode tambang terbuka dengan sistem Open

Pit Mining.

Peralatan yang digunakan untuk menggali adalah Jenis

excavator seperti Power Shovel atau Back Hoe, dengan

dibantu alat angkut yaitu Dump Truck.

3. Drag Scraper System

Pengupasan lapisan tanah penutup diikuti dengan penggalian

lapisan endapan bijih nikel, setelah tanah penutup dibuang.

Page 9: Rancangan Pengupasan

Tapi dapat pula diterapkan dengan mengupas secara

keseluruhan lapisan tanah penutup baru dilakukan penggalian

terhadap lapisan endapan bijih nikel. Peralatan yang digunakan

adalah jenis Scraper. Cara ini cocok digunakan pada material

penutup yang bersifat lunak dan lepas.

4. Stack Line Cable Way

Pengupasan Lapisan dengan menggunakan “Flexible

Cable” ,dimana kabel itu menghubungkan dua menara dapat

bersifat menetap atau berpindah-pindah (sesuai kebutuhan

penggalian), dimana pada Kabel itu dipasang peralatan gali

semacam scraper. Dapat digunakan untuk menggali lapisan

tanah penutup yang relatif datar atau landai dan meliputi

daerah yang luas, dimana endapan bijih nikel yang ada

dibawahnya tersebar meliputi daerah yang luas.

5. Cara Konvensional

Cara ini diterapkan dengan menggunakan kombinasi peralatan

mekanis seperti Bulldozer sebagai alat garu-dorong, Loader

sebagai alat muat dan Dump Truck sebagai alat angkut

Dalam perencanan pengupasan lapisan tanah penutup juga harus

diperhitungkan dengan tepat metode penggalian sesuai dengan

fungsi alat tersebut apakah sebagai alat garu-dorong, alat gali-muat.

Jika digunakan alat garu-dorong yakni Bulldozer maka metode

penggusurannya antara lain :

1. Down Hill Dozing

Dalam metode ini cara kerja Bulldozer adalah selalu

mendorong ke bawah, jadi mengambil keuntungan dari

bantuan gravitasi untuk menambang tenaga dan kecepatan.

2. High Wall or Float Dozing

Bulldozer menggali beberapa kali, lalu mengumpulkan galian

menjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng yang

curam. Sebelum seluruh tanah habis meluncur ke lereng

Bulldozer harus direm agar tidak terjungkir ke dalam lereng.

Page 10: Rancangan Pengupasan

3. Trench or Slot Dozing

Bulldozer yang menggali melalui satu jalan yang sama akan

menyebabkan terbentuknya semacam dinding di kiri dan kanan

bilah yang disebut Spilages, sehingga pada pendorongan tanah

berikutnya tidak ada tanah yang keluar atau tercecer ke

samping bilah (blade).

Dan Jika digunakan alat gali-muat dalam hal ini Excavator Jenis

Back Hoe maka terdapat beberapa metode penggalian-pemuatan

yang dapat diterapkan antara lain :

1. Frontal Cuts

Pada metode ini Back hoe berhadapan dengan muka jenjang

dan mulai menggali ke depan (lurus ke muka) dan ke samping.

Pertama kali Back Hoe memuati truk sebelah kiri sampai

penuh, setelah itu diteruskan dengan yang sebelah kanan atau

sebaliknya. Karena itu pola pemuatan ini cukup efektif.

Dipandang dari unjuk kerja Back Hoe yang digunakan, pola

pemuatan ini sangat efisien meskipun truk harus mundur untuk

mengambil posisi.

2. Parallel Cuts With Drive – By

Back Hoe bergerak melintang dan sejajar dengan lokasi

penggalian. Jalan masuk ke jenjang untuk truk harus tersedia

dari dua arah. Efisiensi untuk Back Hoe dan Truk sangat

tinggi, meskipun rata-rata sudut putar lebih besar daripada

frontal cut, tetapi truk tidak mundur ke belakang Back Hoe.

Dengan demikian pengambilan posisinya akan lebih mudah.

3. Parallel Cuts – Turn And Back

a. Single Spoting

Truk kedua menunggu selagi Back Hoe memuat ke truk

pertama.Setelah truk pertama berangkat, truk kedua

berputar dan mundur ke posisi yang sesuai. Selama truk

kedua diisi truk ketiga datang dan seterusnya. Pada pola

ini, truk dan Back Hoe mengalami waktu tunggu.

Page 11: Rancangan Pengupasan

b. Double Spoting

Truk pertama diisi. Truk kedua datang dan mundur untuk

mengambil posisi. Saat truk kedua telah berada dalam

posisinya, Back Hoe masih mengisi truk pertama. Begitu

truk pertama berangkat, Back Hoe mulai mengisi truk

kedua. Ketika truk kedua sedang diisi, truk ketiga datang

dan seterusnya. Pada pola ini Back Hoe tidak mengalami

waktu tunggu. Produksi keseluruhan lebih tinggi dari pada

pola Single Spoting.

b. Kapasitas Daya Guna Alat

Kapasitas daya guna alat harus sesuai dan cocok untuk menunjang

produksi pengupasan yang akan dilakukan serta memungkinkan

beroperasi sesuai dengan kondisi : Grade, Altitute, Haul Distance.

c. Kemampuan Produksi Alat Mekanis

Besarnya produksi atau out put dari peralatan sangat tergantung

pada 2 hal :

i. Angka siklus penggalian yang memberikan periode waktu

ii. Volume sebenarnya pada setiap penggalian.

Untuk melengkapi pengertian bagaimana menaksir atau

meramalkan produksi alat mekanis, definisi yang jelas dari

beberapa variable yang mewakili dua hal tersebut diuraikan sebagai

berikut :

1. Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu edar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh alat-alat

mekanis yang meliputi alat garu-dorong, alat muat, alat angkut

dalam satu siklus termasuk waktu tunggu yang dicatat dari

hasil pengamatan di lapangan.

Untuk mengetahui kesediaan dan penggunaan alat mekanis

perlu dilakukan pengamatan terhadap jam kerja, jam perawatan

dan jam tunggu untuk setiap alat dalam waktu yang tersedia

menurut jadwal yang telah ditetapkan.

Page 12: Rancangan Pengupasan

Jam Kerja (W) merupakan waktu yang dikeluarkan oleh

seorang operator pada suatu alat yang ada dalam kondisi dapat

dioperasikan, termasuk waktu yang digunakan untuk pulang

pergi ke front kerja, pemilihan tempat, pelumasan dan

pengisian bahan bakar.

Jam Pemuatan (R) merupakan waktu yang digunakan untuk

memperbaiki, menunggu suku cadang, perawatan preventif.

Jam Tunggu (S) merupakan waktu yang digunakan dimana alat

dapat dipakai tetapi tidak digunakan dan tambang dalam

keadaan operasi.

Jam Tersedia (W+R+S) merupakan waktu yang disediakan

untuk kerja tiap hari menurut jadwal yang telah ditetapkan

(data diperoleh dari Mine Enginnering Departement).

1. Availability Index (mechanical availability)

Availability Index (mechanical availability) adalah faktor yang

menunjukan kesediaan alat untuk melakukan pekerjaan dengan

memperhitungkan waktu yang hilang karena perbaikan mesin,

pemuatan isi dan dapat dirumuskan sbb3).

AI = ………….(E.2)

Dimana :

AI = Availability Index

W = Working Hours (jam kerja alat)

R = Repair Hours (jam perbaikan)

2. Phisical Availability (Operational Availability)

Phisical Availability (Operational Availability) merupakan

catatan Operational Availability dari alat yang digunakan atau

faktor yang menunjukan kesediaan suatu alat untuk melakukan

pekerjaan dengan menghilangkan waktu yang hilang karena

berbagai sebab dan dapat dirumuskan sbb 3) :

PA = ………………(E.3)

Page 13: Rancangan Pengupasan

Dimana :

PA = Phisical Availability

W = Working Hours (jan kerja alat)

R = Repair Hours (jam perbaikan)

S = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan

dimana alat tidak rusak).

Phisical Availability alat mekanis umumnya selalu lebih besar

dari AI, hal ini menunjukan alat tersebut baik digunakan dan

sesuai dengan kemampuannya.

3. Use of Availability

Use of Availability merupakan persentase waktu yang

digunakan alat untuk beroperasi pada saat alat digunakan dapat

dilihat pada rumus dibawah 3) :

UA = ……………..(E.4)

Dimana :

UA = Use Availability

W = Working Hours (jam kerja alat)

S = Stanby Hours (Jam alat tidak dapat digunakan

dimana alat tidak rusak)

4. Effective utilization

Effective utilization menunjukan berapa persen dari seluruh

waktu kerja yang tersedia dapat dimamfaatkan untuk kerja

produktif dan dapat dijelaskan dengan rumus dibawah 3)

EU = ……………….(E.5)

Dimana :

EU = Effective utilization

W = Working Hours (jam kerja alat)

R = Repair Hours (jam perbaikan)

S = Stand by Hours (jam alat tidak dapat digunakan

dimana alat tidak rusak)

Page 14: Rancangan Pengupasan

2. Waktu kerja effektif

Waktu kerja efektif alat adalah waktu yang

benar-benar dipergunakan untuk berproduksi

dari alat yang dioperasikan.

3. Efisiensi Kerja Peralatan

Efisiensi Kerja adalah perbandingan antara jam kerja efektif

terhadap jam kerja yang tersedia. Jam kerja efektif adalah jam

kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi tanpa ada

hambatan. Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3):

We = Wt – (Wtd + Wd) …………….(E.6)

= Wt – Wth …………….(E.7)

Dimana :

We = Waktu kerja efektif (jam)

Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari

Wd = Waktu hambatan yang dapat dihindari

Wth = Total waktu hambatan

Efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan persaman :

Efisiensi Kerja = …………(E.8)

4. Faktor Pengisian

Faktor pengisian adalah perbandingan antara volume mangkuk

(bucket) yang sesungguhnya dengan volume mangkuk secara

teoritis (Heaped Capacity).

F = ……….(E.9)

Dimana :

F = Faktor pengisian mangkuk (Bucket),%

Vn = Volume nyata mangkuk alat muat, m3

Vb = Volume baku mangkuk alat muat, m3

5. Faktor Pengembangan

Page 15: Rancangan Pengupasan

Pengembangan (Swell) adalah pengembangan volume suatu

material setelah digali dari tempatnya.

Apabila material digali dari tempat aslinya , maka akan terjadi

pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa

besarnya pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu :

a. Swell Faktor

b. Percent Swell

Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena

yang diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada

Pay Yard atau Bank Yard atau Bank Volume atau In Place

Volume atau Volume Insitu, Sedangkan material yang

ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu material yang telah

mengembang (Loose Volume).

6. Kapasitas Mangkuk (Bucket)

Volume mangkuk atau bilah tergantung desain dan masing-

masing alat gali mempunyai desain yang berbeda-beda.

Dalam memperkirakan produksi alat mekanis dikenal dua

macam cara yaitu :

a. Produksi Teoritis

Kemampuan teoritis adalah kemmpuan suatu alat untuk

berproduksi dalam operasi penambangan dengan

mempertimbangkan factor kondisi peralatan ang

digunakan pada saat ini.

Produksi Teoritis Alat Garu-Dorong (Bulldozer) dan Alat

Gali (Back Hoe) adalah sebagai berikut :

Produksi Teoritis = ( ),BCM/jam …….(E.10)

Kb = Kapasitas Blade atau Bucket, m3

Sf = Faktor Pengembangan (Swell Factor)

We = Waktu Edar,menit

b. Produksi Nyata

Page 16: Rancangan Pengupasan

Produksi nyata peralatan mekanis pada saat ini adalah

produksi suatu alat dalam operasi penambangan pada saat

ini dengan memperhatikan factor yang mempengaruhi

produksi alat mekanis.

Produksi Nyata Alat Garu-Dorong (Bulldozer) dan Alat

Gali (Back Hoe) adalah sebagai berikut :

Produksi Nyata = ( ),BCM/jam……(E.11)

Kb = Kapasitas Blade atau Bucket , m3

Sf = Faktor Pengembangan (Swell Factor)

We = Waktu Edar,menit

E = Efisiensi, %

E.2. Persiapan Pengupasan

1. Penyediaan Tempat Penimbunan

Dengan memperhatikan faktor-faktor persyaratan penentuan lokasi

penimbunan tanah penutup seperti telah diuraikan di depan, tanah

penutup hasil pengupasan didorong (dengan Bulldozer) menuju ke

tempat penimbunan. Di peta ditentukan lokasi pembuangan kemudian

dihitung volume tampungnya dengan cara membagi daerah tersebut

dengan sayatan-sayatan. Jarak masing-masing pemisah sayatan dibuat

1 cm untuk mewakili 10 meter di lapangan. Penampang sayatan di

gambar dan dihitung luasnya. Rumus yang dipakai untuk menghitung

volume adalah metode penampang melintang (Cross Section) sebagai

berikut :

V=

V = Volume Tanah Penutup, m3(BCM)

L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2

L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2

n = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya

d = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2

2. Pembabatan dan Pembersihan Lahan

Page 17: Rancangan Pengupasan

Metode-metode yang digunakan adalah :

a. Penebangan dengan metode Perimeter

Metode ini dipakai untuk membuka suatu daerah yang datar. Bila

suatu plot yang akan dibuka telah ditentukan, maka Bulldozer

mulai membuka dari sebelah luar ke dalam berlawanan arah

jarum jam mengelilingi plot tersebut.

b. Metode Out Crop

Dilakukan dengan penentuan plot-plot dimana setelah plot-plot

tersebut ditentukan letak dan ukurannya, maka Bulldozer mulai

membuka dari sebelah dalam ke arah luar plot dengan gerakan

searah jarum jam. Penimbunan dilakukan dari arah luar ke dalam ,

sehingga timbunan berada di dalam plot.

c. Metode Contour

Dilakukan pada daerah yang berbukit, Bulldzer mulai melakukan

penebangan dari arah bukit menutju ke bawah, timbunan dibuat

pada daerah ketinggian.

3. Rancangan Pembuatan Jalan Masuk / Jalan Angkut

Keadaan jalan angkut sangat berpengaruh terhadap keamanan dan

keselamatan operasi pengangkutan. Ada beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap keadaan jalan angkut, misalnya, lebar jalan,

jari-jari tikungan dan kemiringan jalan.

Lebar jalan angkut

Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus

didasarkan pada “rule of thumb” yang dikemukakan oleh Ashto

Manual Rural High-way Design adalah :

L = n x Wt + (n + 1)(0,5Wt) ……………………………. (E.12)

Dimana : L = lebar jalan angkut minimum, meter

n = jumlah jalur ( 2 )

Wt = lebar alat angkut total,meter

Lebar jalan pada tikungan

Page 18: Rancangan Pengupasan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan

lurus (lihat Gambar 5.3). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada

tikungan dihitung dengan persamaan :

W = n (U + Fa + Fb + Z) + C ..……….……… (E.13)

C = 0,5 (U + Fa + Fb) = Z .…..………………… (E.14)

Dimana : U = jarak jejak roda (center to center tire), meter

Fa = lebar juntai depan, meter

Fb = lebar juntai belakang, meter

C = jarak dua truk yang akan bersimpangan

Z = jarak sisi luar truk ke tepi jalan

Kemiringan jalan masuk / angkut

Kemiringan jalan angkut di lokasi berkisar antara 0 % - 3 %,

sedangkan kemiringan jalan maksimum yang masih mampu diatasi

oleh alat angkut dengan baik adalah 10 %.

E.3. Teknis Pengupasan

Pengupasan lapisan tanah penutup yang dikerjakan di atas lapisan endapan

bijih nikel mengikuti arah penyebaran dan jurus.

Besarnya produksi pengupasan tergantung perencanaan geometri jenjang

dan banyaknya bijih nikel yang harus dibongkar. Teknis pengupasan

lapisan tanah penutup endapan bijih nikel dapat dilakukan secara seri dan

paralel.

1. Pengupasan Seri

Artinya jika suatu kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup

dilakukan sekaligus sebelum pekerjaan penambangan atau perluasan

penambangan mulai dikerjakan.

2. Pengupasan Paralel

Artinya jika kegiatan pengupasan dilakukan bersamaan dengan

penambangan.

Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan,

dilanjutkan dengan kegiatan penambangan bersamaan dengan itu di

lain tempat dilakukan pengupasan lapisan tanah penutup untuk

produksi tambang selanjutnya.

Page 19: Rancangan Pengupasan

Arah kemajuan pengupasan ditentukan dengan mengikuti bentuk

topografi, cara penambangan dan lokasi penimbunan.

Penggalian untuk pengupasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Penggalian dilakukan pada tiap-tiap ketinggian mengikuti garis kontur

menuju ke tempat yang lebih rendah sampai ke lokasi penimbunan.

2. Penggalian dilakukan dengan membagi daerah pengupasan menjadi

blok-blok penggalian dengan luas tertentu.

Secara bertahap penggalian pada suatu blok ditimbunkan ke blok lain

yang sudah tidak ditambang, demikian pula untuk blok-blok

selanjutnya.

F. METODOLOGI PENELITIAN

Di dalam melaksanakan rancangan teknis engupasa lapisan tanah penutup

pada penambangan bijih nikel di PT. International Nickel Indonesia, Tbk ini

penulis menggabungkan antara teori dengan data-data yang ada di lapangan,

sehingga dari keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah.

Adapun urutan-urutan pekerjaan penelitian adalah :

1. Studi literatur

Studi leteratur ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang

menunjang, yang diperoleh dari :

- Instansi yang terkait dalam permasalahan

- Perpustakaan

2. Penelitian di lapangan

Penelitian di lapangan ini akan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

- Observasi lapangan, dengan melakukan pengamatan secara

langsung terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung

yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas.

- Menentukan lokasi pengamatan dan mengambil data-data yang

diperlukan untuk penyelesaian masalah.

- Mencocokan dengan perumusan masalah, yang bertujuan agar

penelitian yang dilakukan tidak meluas serta yang diambil dapat

digunakan secara efektif.

Page 20: Rancangan Pengupasan

3. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara :

- Melakukan pengukuran-pengukuran dan perhitungan, seperti

berapa jumlah alat yang digunakan dalam pembersihan lahan, pengupasan

tanah penutup, pemuatan, pengangkutan dan penimbunan.

- Meneliti proses produksi yang sedang berlangsung, meneliti jam

kerja efektif penambangan dan penggunaan waktu kerja yang tersedia, dan

kapasitas produksi dari alat-alat mekanis

- Mencatat kejadian yang terjadi, melakukan pemotretan dan

wawancara seperlunya.

4. Akuisi Data

Akuisi data ini bertujuan untuk :

- Mengumpulkan dan mengelompokkan data untuk memudahkan

analisa nantinya.

- Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili obyek

pengamatan.

- Mengetahui keakuratan data, sehingga kerja menjadi efisien.

5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan

penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel-tabel, grafik-grafik

atau rangkaian perhitungan dalam penyelesaian suatu proses tertentu.

6. Analisa Hasil Pengelompokan Data

Analisa hasil pengolahan data dilakukan dengan tujuan memperoleh

kesimpulan sementara dan selanjutnya diolah dalam bagian pembahasan.

7. Kesimpulan

Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan koreksi antara hasil pengolahan

data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini

merupakan suatu hasil akhir dari semua aspek dari semua yang telah dibahas.

Page 21: Rancangan Pengupasan

G. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Penelitian direncanakan akan mulai dilaksanakan pada tanggal 22

Oktober 2007, dengan perincian kegiatan yang akan dilakukan.

H. DAFTAR PUSTAKA

1. Prodjosumarto P.(1986), Tambang Terbuka, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, ITB, Bandung

2. Prodjosumarto P. (1994), Jalan Angkut Tambang, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Direktorat Pembinaan Pengusaha Pertambangan, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan

3. Rochmanhadi (1992), Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Cetakan IV,Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta

4. Suyono (1993), Beberapa Geometri Penting Yang kan Mempengaruhi Keadaan Jalan Angkut pada Tambang Terbuka,Edisi November, BTM No 79

5. Wesley LD (1977), Mekanika Tanah, Cetakan IV, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

Page 22: Rancangan Pengupasan