4
1 PENILAIAN ERGONOMI TERHADAP BEBAN DAN POSISI KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DI DEPARTEMEN MAINTENANCE SUPPORT SERVICE (Studi Kasus : PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA) Ike Muharmi 1 dan Herto Dwi Ariesyady 2 Program Studi Magister Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung 40132 1 [email protected], 2 [email protected] Abstrak : PT. Chevron Pacific Indonesia (PT.CPI) merupakan produsen minyak terkemuka di Indonesia. Salah satu tim yang ada di PT.CPI ini adalah Departemen Maintenance Support Service (MSS), yang merupakan pusat perbaikan dan fabrikasi untuk berbagai peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI. Kegiatan di MSS masih bersifat manual (Manual Material Handling), sehingga berpotensi menimbulkan risiko bagi pekerja. Risiko dapat berupa kelelahan dan timbulnya keluhan berupa nyeri otot yang dikenal dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh sarana, sikap, postur dan posisi kerja pekerja MMH yang berisiko menimbulkan MSDs dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) serta mengetahui tingkat kelelahan pekerja secara objektif dan subjektif. Secara objektif dilihat dari perubahan denyut nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh sebelum bekerja (07.00 WIB) dan sesudah bekerja (16.00 WIB), sedangkan secara subjektif dilihat dari Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan metode statistik faktor yang paling dominan mempengaruhi tekanan darah sistolik dan denyut nadi adalah risiko ergonomi atau posisi tubuh saat bekerja. Semakin besar risiko ergonomi maka akan semakin mudah mengalami kelelahan. Faktor yang dominan untuk temperatur tubuh adalah suhu lingkungan. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik faktor yang dominan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Kata kunci : manual material handling, RULA, REBA, musculoskeletal disorders, kelelahan PENDAHULUAN PT.CPI merupakan produsen minyak terkemuka di Indonesia. Salah satu tim dari PT.CPI ini adalah Departemen MSS, yang merupakan pusat perbaikan dan fabrikasi untuk berbagai peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI. Dalam kegiatannya, MSS memanfaatkan tenaga fisik manusia sebagai modal utama pekerjaannya. Dalam hal ini kerja otot atau kerja fisik merupakan pusat kegiatan, otot merupakan salah satu organ terpenting yang menjadi sebab gerakan tubuh, otot bekerja dengan jalan kontraksi dan relaksasi. Kontraksi kuat dari otot yang berlangsung lama menyebabkan keadaan yang dikenal dengan kelelahan otot yang merupakan penyebab terjadinya kelelahan kerja. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja akibat aktivitas fisiologis selama bekerja dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran denyut jantung, konsumsi oksigen (Molen et al., 2007), dan tekanan darah (Hsu et al., 2008; Abdelhamid & Everett, 2002). Selain menyebabkan kelelahan, MMH berpotensi menimbulkan risiko terhadap bahaya fisik dalam hal keluhan nyeri pinggung, punggung, bahu, dll atau dikenal musculoskeletal disorders (Ayoub & Dampsey, 1999). Masalah tersebut lazim dialami para pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus menerus. Pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak ergonomis pada pekerja pabrik mengakibatkan pengerahan tenaga yang berlebihan dan postur yang salah seperti memutar dan membungkuk menyebabkan risiko terjadinya MSDs dan kelelahan dini (Sarmauly, 2009). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi pengaruh sarana kerja, sikap kerja, postur kerja dan posisi kerja MMH dengan menggunakan metode RULA dan REBA, mengetahui keluhan MSDs tiap bagian tubuh pekerja, mengukur dan menganalisis faktor lingkungan serta mengukur dan menganalisis tingkat kelelahan fisiologis pekerja sebelum dan sesudah bekerja dengan mengetahui perubahan tekanan darah diastolik, tekanan darah sistolik, denyut nadi dan temperatur tubuh. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di empat shop yaitu shop Tubing Pump Repair (TP), shop Motor Generator Repair and Services (MGR), shop Machining Services (MS), dan shop Valve & Miscellaneous Equipment Repair and Service (Valve) di Departemen Maintenance Support

REBA RULA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

REBA, RULA

Citation preview

Page 1: REBA RULA

1

PENILAIAN ERGONOMI TERHADAP BEBAN DAN POSISI KERJA

MANUAL MATERIAL HANDLING

DI DEPARTEMEN MAINTENANCE SUPPORT SERVICE

(Studi Kasus : PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA)

Ike Muharmi1 dan Herto Dwi Ariesyady

2

Program Studi Magister Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Jl Ganesha 10 Bandung 40132 [email protected],

[email protected]

Abstrak : PT. Chevron Pacific Indonesia (PT.CPI) merupakan produsen minyak terkemuka di Indonesia. Salah

satu tim yang ada di PT.CPI ini adalah Departemen Maintenance Support Service (MSS), yang merupakan pusat

perbaikan dan fabrikasi untuk berbagai peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI. Kegiatan di MSS

masih bersifat manual (Manual Material Handling), sehingga berpotensi menimbulkan risiko bagi pekerja.

Risiko dapat berupa kelelahan dan timbulnya keluhan berupa nyeri otot yang dikenal dengan Musculoskeletal

Disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh sarana, sikap, postur

dan posisi kerja pekerja MMH yang berisiko menimbulkan MSDs dengan menggunakan metode Rapid Upper

Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) serta mengetahui tingkat kelelahan

pekerja secara objektif dan subjektif. Secara objektif dilihat dari perubahan denyut nadi, tekanan darah, dan

temperatur tubuh sebelum bekerja (07.00 WIB) dan sesudah bekerja (16.00 WIB), sedangkan secara subjektif

dilihat dari Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2). Berdasarkan hasil penelitian, dengan

menggunakan metode statistik faktor yang paling dominan mempengaruhi tekanan darah sistolik dan denyut

nadi adalah risiko ergonomi atau posisi tubuh saat bekerja. Semakin besar risiko ergonomi maka akan semakin

mudah mengalami kelelahan. Faktor yang dominan untuk temperatur tubuh adalah suhu lingkungan. Sedangkan

untuk tekanan darah diastolik faktor yang dominan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT).

Kata kunci : manual material handling, RULA, REBA, musculoskeletal disorders, kelelahan

PENDAHULUAN PT.CPI merupakan produsen minyak

terkemuka di Indonesia. Salah satu tim dari PT.CPI

ini adalah Departemen MSS, yang merupakan

pusat perbaikan dan fabrikasi untuk berbagai

peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI.

Dalam kegiatannya, MSS memanfaatkan tenaga

fisik manusia sebagai modal utama pekerjaannya.

Dalam hal ini kerja otot atau kerja fisik merupakan

pusat kegiatan, otot merupakan salah satu organ

terpenting yang menjadi sebab gerakan tubuh, otot

bekerja dengan jalan kontraksi dan relaksasi.

Kontraksi kuat dari otot yang berlangsung lama

menyebabkan keadaan yang dikenal dengan

kelelahan otot yang merupakan penyebab

terjadinya kelelahan kerja.

Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja

akibat aktivitas fisiologis selama bekerja dapat

dilakukan dengan melakukan pengukuran denyut

jantung, konsumsi oksigen (Molen et al., 2007),

dan tekanan darah (Hsu et al., 2008; Abdelhamid &

Everett, 2002).

Selain menyebabkan kelelahan, MMH

berpotensi menimbulkan risiko terhadap bahaya

fisik dalam hal keluhan nyeri pinggung, punggung,

bahu, dll atau dikenal musculoskeletal disorders

(Ayoub & Dampsey, 1999). Masalah tersebut lazim

dialami para pekerja yang melakukan gerakan yang

sama dan berulang secara terus menerus. Pekerjaan

dengan beban yang berat dan perancangan alat

yang tidak ergonomis pada pekerja pabrik

mengakibatkan pengerahan tenaga yang berlebihan

dan postur yang salah seperti memutar dan

membungkuk menyebabkan risiko terjadinya

MSDs dan kelelahan dini (Sarmauly, 2009).

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan

mengevaluasi pengaruh sarana kerja, sikap kerja,

postur kerja dan posisi kerja MMH dengan

menggunakan metode RULA dan REBA,

mengetahui keluhan MSDs tiap bagian tubuh

pekerja, mengukur dan menganalisis faktor

lingkungan serta mengukur dan menganalisis

tingkat kelelahan fisiologis pekerja sebelum dan

sesudah bekerja dengan mengetahui perubahan

tekanan darah diastolik, tekanan darah sistolik,

denyut nadi dan temperatur tubuh.

METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di empat shop yaitu

shop Tubing Pump Repair (TP), shop Motor

Generator Repair and Services (MGR), shop

Machining Services (MS), dan shop Valve &

Miscellaneous Equipment Repair and Service

(Valve) di Departemen Maintenance Support

Page 2: REBA RULA

2

Service (MMS) PT. Chevron Pacific Indonesia

yang bertempat di Duri, Riau.

Jumlah sampel yang diambil adalah 69 orang

termasuk didalamnya 11 orang kontrol. Kontrol

berasal dari bagian administrasi yang ada di tiap-

tiap shop.

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi

data primer dan sekunder. Data primer yang

dilakukan meliputi pengukuran iklim lingkungan

kerja, pengukuran kelelahan secara subjektif dan

objektif, mengetahui keluhan MSDs, dan

mengevaluasi faktor risiko ergonomi. Data

sekunder yang diperlukan adalah profil perusahaan,

layout pekerjaan dan proses kerja di Departemen

MSS PT.CPI.

Pengukuran iklim kerja yang dilakukan

meliputi pengukuran kebisingan, pencahayaan,

kelembaban dan suhu lingkungan menggunakan 4

in 1 Multi Function Environment Meter.

Tingkat kelelahan pekerja, secara subjektif

dapat diketahui dari Kuisioner Alat Ukur Perasaan

Kelelahan Kerja (KAUPK2) (Santoso, 2004).

Sedangkan secara objektif, pengukuran kelelahan

didapat dengan cara mengukur temperatur tubuh,

tekanan darah, serta denyut nadi (Chang et al.,

2009) sebelum bekerja (07.00 WIB) dan sesudah

bekerja (16.00 WIB).

Keluhan MSDs pekerja dapat dilakukan

dengan wawancara, dimana pertanyaannya

disesuaikan dengan pertanyaan Nordic Body Map

(diadaptasi dari Dutch Musculoskeletal

Questionnaire dan NCBI).

Evaluasi faktor risiko ergonomi dilakukan

dengan mengggunakan metode RULA dan REBA

(Abbe et al., 2011). Kedua metode ini merupakan

suatu tool yang berbentuk survei untuk

mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan

risiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma

Disorders/CTD) melalui analisis postur, gaya, dan

penggunaan otot.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran iklim lingkungan kerja dilakukan

karena kondisi iklim kerja sangat berpengaruh

terhadap efisiensi dan kenyamanan bagi pekerja.

Hasil pengukuran di lapangan dapat disimpulkan

bahwa shop Motor Generator Repair and Service

memiliki iklim kerja yang sesuai syarat Kepmenkes

kecuali kelembaban, hal ini dikarenakan beberapa

titik memiliki ventilasi yang tidak baik.

Pencahayaan di shop Tubing Pump Repair dan

Machining Services tidak memenuhi syarat

Kepmenkes, dikarenakan kedua shop ini hanya

memanfaatkan cahaya matahari dalam proses kerja,

hal ini dibuktikan dengan tidak berfungsinya lampu

yang ada di ruangan tersebut. Sedangkan untuk

shop Valve & Miscellaneous Equipment Repair and

Service memiliki pencahayaan dan suhu ruangan

yang tidak sesuai dengan Kepmenkes. Untuk NAB

masing-masing iklim kerja mengacu pada

KepMenKes No 1405/MENKES/SK/XI/2002.

Pengukuran kelelahan kerja dilakukan dengan

dua cara yaitu pengukuran secara subjektif dan

objektif (Yassierli et al., 2007). Hasil pengukuran

kelelahan secara subjektif dapat dilihat pada

Gambar 1. Grafik menunjukkan bahwa sekitar

34,48% pekerja lapangan (terpapar) tingkat

kelelahannya adalah rendah dan 65,52%

mengalami tingkat kelelahan sedang. Jika

dibandingkan dengan pekerja office (tidak

terpapar), sebagian besar yaitu 63,64% tingkat

kelelahannya rendah, dan hanya 36,36% tingkat

kelelahannya sedang. Hal ini mengindikasikan

bahwa terdapat perbedaan beban dan tingkat

pekerjaan antara pekerja lapangan dan office.

Gambar 1. Tingkat kelelahan pekerja berdasarkan

KAUPK2 di Departemen MSS

Pengukuran kelelahan secara objektif

dilakukan dengan pengukuran tekanan darah,

denyut jantung, dan temperatur tubuh sebelum dan

sesudah bekerja. Hasil pemeriksaan kelelahan dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kelelahan fisiologis

sebelum dan sesudah bekerja pada

pekerja lapangan dan pekerja office

(Rerata ± SD)

N

o

Parameter

kelelahan

Pekerja lapangan

(n=58)

Pekerja office

(n=11)

Sebe-lum

Sesu-dah

Sebe-lum

Sesu-dah

1 Tekanan

sistolik (mmHg)

127,48

± 16,31

131,93

± 15,44

127,72

± 20,01

127,91

± 19,64

2 Tekanan

diastolik (mmHg)

74,26

± 12,06

77,14

± 11,77

79,54

± 10,73

79,18

± 11,74

3 Denyut nadi

(detak/menit)

76,24

± 9,08

81,40

± 7,54

76,00

± 9,08

75,27

± 8,60 4 Temperatur

tubuh (oC)

35,01

± 1,05

35,44

± 0,85

35,37

± 0,79

35,69

± 0,52

Ketika manusia beraktivitas maka akan terjadi

proses metabolisme dalam tubuh untuk

menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan

terbagi menjadi energi mekanis yang digunakan

untuk bergerak dan energi panas. Ketika manusia

beraktivitas akan terjadi perubahan fisiologis pada

tubuh dan perubahan tersebut dapat dijadikan

indikator untuk mengetahui tingkat kelelahan

Page 3: REBA RULA

3

seluruh tubuh. Perubahan fisiologis dapat diamati

melalui indikator perubahan kecepatan denyut

jantung dan pernafasan, tekanan darah, dan

temperatur tubuh. Semakin tinggi aktivitas maka

akan semakin meningkat fisiologis tubuh.

Meningkatnya fisiologis tubuh ditandai dengan

meningkatnya tekanan darah, denyut jantung, dan

temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja.

Gambar 2 menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan dari hasil pengukuran kelelahan

fisiologis sebelum dan sesudah bekerja. Di shop

valve terjadi penurunan tekanan darah sebelum dan

sesudah bekerja, hal ini dikarenakan temperatur

lingkungan di shop tersebut tinggi atau diatas

syarat yang ditetapkan Kepmenkes. Penurunan

tekanan darah disebabkan terjadinya vasodilatasi

pada permukaan pembuluh darah pada saat

temperatur lingkungan tinggi, sehingga volume

darah akan lebih banyak berkumpul di pembuluh

darah yang mengalami dilatasi dengan tujuan

melepaskan panas berlebih di tubuh, akibatnya

darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit

atau berkurang sehingga menyebabkan tekanan

darah menjadi turun dan jantung bekerja lebih

keras untuk menseimbangkan suplai darah di

organ-organ lainnya (Morioka et al., 2006).

Gambar 2. Rata-rata hasil pengukuran kelelahan

fisiologis sebelum dan sesudah

bekerja di masing-masing shop.

Bagian tubuh yang mengalami keluhan MSDs

pada pekerja lapangan maupun office ditunjukkan

pada Gambar 3. Dari gambar dapat dilihat bahwa

leher dan punggung bagian atas, pinggang dan

punggung bagian bawah, serta jari dan pergelangan

tangan kanan merupakan keluhan terbanyak yang

dirasakan pekerja lapangan. Sedangkan pekerja

office banyak mengalami keluhan di bagian

pinggang dan punggung bagian bawah serta leher

dan punggung bagian atas.

Gambar 3.Jumlah pekerja yang mengalami

keluhan MSDs untuk tiap bagian

tubuh. (1. Jari dan pergelangan

tangan kanan 2. Jari dan pergelangan

tangan kiri 3. Bahu kanan 4. Bahu

kiri 5. Siku kanan 6. Siku kiri 7.

Leher dan punggung bagian atas 8.

Pinggang dan punggung bagian

bawah 9. Paha, lutut, pergelangan

kaki)

Evaluasi faktor risiko ergonomi dilakukan

dengan menggunakan metode RULA dan REBA,

fungsinya untuk mengetahui tingkat pajanan

bahaya ergonomi pada masing-masing shop. Kedua

metode ini merupakan metode evaluasi untuk

mengidentifikasi pekerjaan yang dapat

menyebabkan cedera otot rangka (muskuloskeletal)

melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot.

Hasil dari analisis akan mengindikasikan derajat

kecenderungan pekerja mengalami cedera. Masing-

masing pekerja dianalisis dengan tiga posisi yang

berbeda, kemudian dirata-ratakan. Hasil analisa

menggunakan metode RULA dapat disimpulkan

bahwa, shop yang mempunyai tingkat risiko

ergonomi paling tinggi adalah shop Valve (rata-rata

Grand Score 4,07), kemudian shop MGR (rata-rata

Grand Score 3,74), TP (rata-rata Grand Score

3,53), dan MS (rata-rata Grand Score 3,4). Begitu

juga dengan metode REBA, shop yang mempunyai

tingkat risiko paling tinggi adalah shop Valve (rata-

rata Grand Score 4,27), kemudian shop MGR (rata-

rata Grand Score 3,86), MS (rata-rata Grand Score

3,74), dan TP (rata-rata Grand Score 3,67).

Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-

masing variabel terhadap kelelahan pekerja,

digunakan analisa statistik multivariat regresi

logistik. Persamaan yang diperoleh dari regresi

logistik dapat dilihat pada Persamaan (1) hingga

Persamaan (4) di bawah ini.

Sistolik = -21,976 + 0,155 (usia) + 0,062

(merokok) + 0,006 (IMT) – 0,094

(lama kerja) + 0,159 (bising) +

1,352 (ergonomi)………..….…..(1)

A. Tekanan darah sistolik B. Tekanan darah diastolik

C. Denyut nadi D. Temperatur tubuh

Page 4: REBA RULA

4

Diastolik = -6,402 + 0,046 (usia) - 0,134

(olahraga) + 0,195 (IMT) ..…….(2)

Denyut = 78,581 + 0,099 (usia) + 0,152

(merokok) – 1,642 (olahraga) +

2,493 (suhu) + 9,045

(ergonomi)……………………...(3)

Temperatur = -72,715 + 3,430 (olahraga) + 1,036

(IMT) + 0,463 (bising) + 1,880

(suhu) + 1,671

(ergonomi)…………...………....(5)

Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa posisi

tubuh saat bekerja memberikan dampak terbesar

pada perubahan tekanan sistolik, denyut nadi dan

temperatur tubuh. Hal ini dapat dilihat dari nilai

Exp (B) sebesar 3,87 untuk perubahan tekanan

darah sistolik, yang artinya setiap pekerja yang

bekerja dengan posisi tubuh yang janggal

mempunyai kemungkinan 3,87 kali untuk

mengalami kelelahan yaitu berupa perubahan

tekanan darah sistolik dibandingkan pekerja yang

bekerja dengan posisi tubuh yang normal. Nilai

Exp (B) untuk perubahan denyut nadi adalah 8,48

yang artinya bahwa setiap pekerja yang bekerja

dengan posisi tubuh yang janggal mempunyai

kemungkinan 8,48 kali untuk mengalami kelelahan

yaitu berupa perubahan denyut nadi dibandingkan

pekerja yang bekerja dengan posisi tubuh yang

normal.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil

beberapa kesimpulan, diantaranya adalah :

Hasil analisis mengenai pengaruh sarana, sikap,

postur dan posisi tubuh saat bekerja

menggunakan metode RULA, mengindikasikan

bahwa risiko di shop MGR, TP dan MS

termasuk kategori sedang dan di shop Valve

termasuk kategori berat. Sedangkan dengan

menggunakan metode REBA semua shop

termasuk risiko sedang.

Bagian tubuh yang banyak mengalami keluhan

MSDs adalah leher dan punggung bagian atas,

pinggang dan punggung bagian bawah, serta

jari dan pergelangan tangan kanan.

Hasil pengukuran kelelahan secara subjektif

menunjukkan sekitar 34,48% pekerja lapangan

(terpapar) tingkat kelelahannya adalah rendah,

dan 65,52% mengalami tingkat kelelahan yang

sedang. Jika dibandingkan dengan pekerja

office (tidak terpapar), sebagian besar yaitu

63,64% tingkat kelelahannya rendah, dan hanya

36,36% yang tingkat kelelahannya sedang. Hal

ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan

beban dan tingkat pekerjaan antara pekerja

lapangan dan office.

Sedangkan pengukuran kelelahan secara

objektif, menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan fisiologis tubuh

pekerja baik tekanan darah, denyut nadi, dan

temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja.

Faktor yang paling mempengaruhi tekanan

darah sistolik dan denyut nadi adalah risiko

ergonomi atau posisi tubuh saat bekerja.

Semakin besar risiko ergonomi maka akan

semakin mudah mengalami kelelahan. Faktor

yang dominan untuk temperatur tubuh adalah

suhu lingkungan. Sedangkan faktor yang

dominan untuk tekanan darah diastolik adalah

IMT.

Daftar Pustaka Abbe, O., Craig, M.H., Laura, H.I., Fereydoun, A. 2011.

Modelling the relationship between

occupational stressors, psychosocial/physical

symptoms and injuries in the construction

industry. International Journal of Industrial

Ergonomics, Vol 41. 106-117

Abdelhamid, T.S., Everett, J.E. 2002. Physiological

Demands during Construction Work. EBSCO.

427-437

Ayoub, M.M. and Dampsey, P.G. 1999. The

Psychophysical Approach to Material Handling

Task Design. Journal of Ergonomic Vol. 42,

No.1. 7–31

Chang, F.L., Sun, Y.M., Chuang, K.H., & Hsu, D.J.

2009. Work Fatigue and Physiological

Symptoms in Different Occupations of High

Elevation Construction Workers. Elsevier. 591-

596

Hsu, D.J., Sun, Y.M., Chuang, K.H., Juang,Y.J.,&

Chang, F.L. 2008. Effect of Elevation Change

on Work Fatigue and Physiological Symptoms

for High-Rise Building Construction Workers.

Elsevier. 833-843

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan

Industri. Diakses tanggal 15 Januari 2012.

Molen, V.D., Sluitera, J.K., Frings-Dresena, M.H. 2007.

Behavioural Change Phases of Different

Stakeholders Involved in the Implementation

Process. Elsevier. 448-459

Morioka, I., Nobuyuki., Kazushisa. 2006. Hot

Environment and Health Problem of Outdoor

Workers at a Construction Site. Industrial

Health, Vol 44. 28-47

Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan

Lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta

Sarmauly, S.R. 2009. Evaluasi Postur Tubuh di Tinjau

Dari Segi Ergonomi di Bagian Pengepakan Pada

PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan. Skripsi

Teknik Industri. USU. Medan

Yassierli, N.M.A, Iridiastadi, H., Wojcik, L.A. 2007. The

influence of age on isometric endurance and

fatigue is muscle dependent: A study of

shoulder abduction and torso extension.

Ergonomics 50, 1, 26-45