16
Vol. IV, Edisi 13, Juli 2019 Eksekusi dan Optimalkan Potensi Blok Masela p. 7 ISO 9001:2015 Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685 Evaluasi Asuransi Usaha Tani Padi p. 11 Redistribusi Guru demi Pemerataan Guru p. 3

Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

Vol. IV, Edisi 13, Juli 2019

Eksekusi dan Optimalkan Potensi Blok Masela

p. 7

ISO 9001:2015Certificate No. IR/QMS/00138 ISSN 2502-8685

Evaluasi Asuransi Usaha Tani Padi

p. 11

Redistribusi Guru demi Pemerataan Guru

p. 3

Page 2: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

2 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

Terbitan ini dapat diunduh di halaman website www.puskajianggaran.dpr.go.id

Eksekusi dan Optimalkan Potensi Blok Maselap.7DI tengah kinerja sektor migas yang menurun tergambar dari defisit neraca perdagangan, maka demi mendorong percepatan pengelolaan sumber – sumber cadangan potensial dalam sektor migas Indonesia adalah salah satu langkah partisipatif yang dapat dilakukan pemerintah. Mitigasi ketersediaan kebutuhan minyak dan gas serta peningkatan produksi tetap dapat terpenuhi di masa yang akan datang. Blok Masela merupakan salah satu potensi besar masa depan kebutuhan pemenuhan tersebut, dengan potensi cadangan gas hingga 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan kapasitas kilang hingga 9,5 juta ton per tahun (MTPA) Blok Masela dipastikan berkontribusi besar bagi negara dan daerah Maluku sendiri.

Evaluasi Asuransi Usaha Tani Padi p.11MENYADARI penting dan rentannya sektor pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) pada tahun 2015. Dengan memberikan subsidi premi sebesar 80 persen, program ini diinisiasi dengan tujuan membantu petani mengompensasi kerugian ketika terjadi gagal panen. Selama pelaksanaan program AUTP masih mengalami beberapa permasalahan, seperti berbagai ketentuan dalam substansi program, administrasi yang tidak tertib, kurangnya sosialisasi, serta ketidaksiapan sumber daya manusia yang terlibat.

Redistribusi Guru demi Pemerataan Guru p.3

Kritik/Saran

[email protected]

Dewan RedaksiRedaktur

DahiriRatna Christianingrum

Martha CarolinaRendy Alvaro

EditorAde Nurul Aida

Marihot Nasution

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana memperbaiki berbagai standar nasional pendidikan mulai dari kurikulum, sebaran peserta didik, kualitas sarana prasarana, hingga distribusi guru. Perbaikan tersebut rencananya akan diatur melalui penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) tentang distribusi guru, dan akan disesuaikan dengan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Dengan terbitnya perpres tersebut, guru harus siap dirotasi dan tidak boleh mengajar di satu tempat dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian setiap guru akan mendapatkan kesempatan untuk mengajar diluar domisili asalnya sampai ke daerah Terluar, Tertinggal dan Terdepan (3T).

Penanggung JawabDr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E.,

M.Si.Pemimpin Redaksi

Dwi Resti Pratiwi

Page 3: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

3Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruoleh

Adhi Prasetyo SW.*)

Dalam Nota Keuangan beserta APBN 2019, distribusi guru merupakan salah satu fokus

dari belanja pemerintah pusat jangka menengah menurut fungsi pendidikan. Dimana distribusi guru merupakan salah satu langkah perbaikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ketersediaan guru dan tenaga kependidikan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas pendidikan, di samping ketersediaan fasilitas, daya jangkau terhadap fasilitas, keterjangkauan pembiayaan dan kualitas layanan yang disediakan untuk mendukung proses belajar mengajar yang berkualitas. Sejalan dengan semakin luasnya akses dan meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS), jumlah guru juga terus meningkat secara signifikan, terutama sejak pelaksanaan otonomi daerah, namun belum diikuti dengan pendayagunaan guru secara efisien. Dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah murid, pertumbuhan jumlah guru jauh lebih cepat yang berakibat pada terus mengecilnya rasio guru-murid (student-teacher ratio).

Undang-Undang Guru dan Dosen telah mewajibkan guru untuk mengajar minimal 24 periode jam per minggu dan mengamanatkan untuk meningkatkan rasio guru terhadap siswa. Peraturan tersebut diharapkan mampu untuk mengurangi dampak anggaran sertifikasi

guru pada APBN. Penghematan besar juga dapat diwujudkan dengan menaikkan rasio guru terhadap siswa. UNESCO pada tahun 2014 telah menetapkan perbandingan 1:26 untuk negara-negara Asia, dan 1:24 untuk negara-negara yang berpenghasilan menengah. Namun hingga saat ini, belum semua guru dapat melaksanakan tugas ideal sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu dengan beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Hal tersebut terjadi karena kondisi yang timpang dalam pendidikan Indonesia dimana terdapat sekolah yang memiliki kelebihan guru dan juga diperparah dengan lokasi sekolah yang berada di daerah terpencil sehingga sedikit bahkan kadang tidak ada guru yang bersedia mengajar di area tersebut. Permasalahan di atas disebabkan karena ada perubahan kebijakan dalam perencanaan dan rekrutmen guru, serta perubahan beban mengajar guru dari paling sedikit 18 jam tatap muka per minggu menjadi 24 jam tatap muka per minggu. Sehingga efisiensi pemanfaatan guru melalui perbaikan rasio guru-murid dan maksimalisasi beban mengajar belum dapat terwujudkan. Tulisan ini akan coba membahas kendala serta upaya mendukung distribusi guru agar mampu meningkatkan rasio guru terhadap siswa sesuai dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007.

AbstrakKementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana

memperbaiki berbagai standar nasional pendidikan mulai dari kurikulum, sebaran peserta didik, kualitas sarana prasarana, hingga distribusi guru. Perbaikan tersebut rencananya akan diatur melalui penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) tentang distribusi guru, dan akan disesuaikan dengan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Dengan terbitnya perpres tersebut, guru harus siap dirotasi dan tidak boleh mengajar di satu tempat dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian setiap guru akan mendapatkan kesempatan untuk mengajar di luar domisili asalnya sampai ke daerah Terluar, Tertinggal dan Terdepan (3T).

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

primer

Page 4: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

4 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

Kendala dalam Distribusi GuruTingkat rasio guru-murid yang makin rendah merupakan indikator kuat inefisiensi dalam pemanfaatan guru. Pada tahun 2014, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan rasio guru-murid pada jenjang Sekolah Dasar (SD) mencapai 1:17, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1:16; Sekolah Menengah Atas (SMA) 1:14; dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1:15 dan ini masih berada di bawah standar minimal sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang guru yaitu 1:20, serta sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru yaitu: a) SD dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 peserta didik dan paling banyak 28 peserta didik; b) SMP dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 peserta didik dan paling banyak 32 peserta didik; c)SMA dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 20 peserta didik dan paling banyak 36 peserta didik; d) SMK dalam satu kelas berjumlah paling sedikit 15 peserta didik dan paling banyak 36 peserta didik; e) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dalam satu kelas berjumlah paling banyak 5 peserta didik; dan f) Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dalam satu kelas berjumlah paling banyak 8 peserta didik.

Selama ini banyak daerah yang mengeluh kekurangan guru berstatus PNS, namun di kota-kota/provinsi besar, jumlah guru berstatus PNS bisa dikatakan melebihi kuota hingga menyebabkan terjadinya ketimpangan rasio guru terhadap siswa. Hal ini dikuatkan pada Gambar 1, dimana rasio jumlah guru terhadap siswa jenjang pendidikan SD di Papua 1 guru berbanding 32 siswa sedangkan di Aceh dapat kita lihat dengan jumlah rasio 1 berbanding 11. Ketimpangan pemerataan distribusi guru SD juga penulis temui ketika berkunjung ke Kabupaten Klungkung dimana ada satu SD di Kepulauan Nusa Penida yang hanya memiliki 1 (satu) PNS yakni kepala sekolah dan selebihnya honorer.

Oleh karena itu, distribusi guru tidak dapat semata-mata hanya dilihat dari kacamata rasio pendidik terhadap siswa rata-rata nasional yang telah baik saja, pemerintah melalui Kemendikbud perlu melakukan terobosan agar terwujudnya pemerataan pendidikan melalui distribusi guru khususnya bagi daerah 3T. Salah satu upaya untuk memeratakan akses pendidikan dengan meningkatkan ketersediaan tenaga pendidik di daerah 3T telah dilakukan pemerintah melalui program Guru Garis Depan. Namun menurut catatan penulis program tersebut dirasa kurang berhasil, karena banyak guru yang tidak lama setelah ditempatkan di daerah 3T langsung meminta untuk dipindahkan ke daerah asalnya atau bahkan mengundurkan diri sebelum jangka waktu pengabdian

Gambar 1. Rasio Guru Terhadap Siswa Sekolah Dasar per Provinsi

Sumber: : Kemendikbud

Page 5: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

5Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

pusat dan daerah. Ketiga, kurangnya komitmen untuk menegakkan peraturan dalam pengangkatan guru berdasarkan kriteria mutu yang ketat dan kebutuhan aktual di kabupaten/kota. Akibat dari rendahnya komitmen tersebut, terdapat beberapa kasus pengangkatan guru khususnya guru honorer bukan berdasarkan kompetensi namun berdasarkan hubungan baik antara calon guru dengan sekolah perekrut. Keempat, kurangnya kerja sama antara Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan semua tingkat pemerintahan, untuk menjamin mutu dan distribusi guru yang merata. Jika saja Kemendikbud dan Kemenristekdikti mampu bersinergi dalam menetapkan kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya distribusi guru akan dapat berjalan dengan baik.

Upaya PemerintahDalam rangka mewujudkan distribusi guru, Kemendikbud telah memetakan 2.580 zona di seluruh Indonesia. Dengan mengacu pada titik lokasi satuan pendidikan SD, SMP, dan SMA, serta menggunakan metode radius terdekat dengan titik pusat zona pada masing-masing jenjang yang memenuhi akreditasi A atau B dan UN di atas rata-rata nasional. Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan provinsi dengan jumlah zona terbanyak sebesar 325 dan 323 titik zona. Provinsi Gorontalo dan Kalimantan Utara merupakan daerah dengan jumlah zona paling sedikit yaitu 6 dan 9 titik zona. Melalui pemetaan tersebut, maka diharapkan pemerintah pusat dapat

10 tahun habis. Fasilitas yang kurang memadai, penggajian dan insentif yang mengandalkan APBD, mendapat penolakan dari rekan sejawat khususnya guru honorer merupakan sedikit dari sekian banyak kendala yang dihadapi oleh guru program garis depan.

Selain permasalahan pada distribusi guru di daerah 3T, terdapat beberapa hal yang menjadi kendala pemerintah dalam rangka melakukan pemerataan pendidikan melalui distribusi guru di Indonesia, seperti: pertama, terbatasnya kapasitas pemerintah kabupaten dan kota dalam mengelola perekrutan, penempatan, dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien. Selama ini mayoritas pemerintahan kabupaten dan kota di daerah dalam pengelolaan guru terkesan kental dengan nuansa politik, sehingga tidak sedikit kasus dimana guru/kepala sekolah yang dimutasikan karena berbeda pilihan politik bukan karena kompetensi yang bersangkutan. Kedua, belum terintegrasinya proses rekrutmen guru antara pusat dan daerah, sehingga ada daerah yang kekurangan dan kelebihan guru, hal ini menunjukkan jika sistem perencanaan pemerintah pusat masih belum berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergitas antar instansi pemerintah pusat terkait (Kemendikbud, Kemendagri, Kemenristekdikti, Kemenkeu dan Bappenas) yang berkedudukan di ibukota hanya menjadi sebuah kalimat yang mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan, sehingga tidaklah heran ketika terjadi ketidaksesuaian formasi guru di daerah akibat rendahnya koordinasi antara

Gambar 2. Contoh Info Zona pada Kabupaten Gunung Kidul

Sumber: Kemendikbud

Page 6: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

6 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

mengetahui informasi umum mengenai jumlah sekolah negeri serta swasta, jumlah peserta didik, jumlah guru, guru yang sudah berkualifikasi minimal D4/S1, guru yang sudah sertifikasi, jumlah rombel dan ruang kelas pada setiap jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK pada setiap zona. Hingga indikator kebutuhan guru, kebutuhan sarana prasarana, akreditasi, sarana prasarana dan peserta didik yang melanjutkan.

Setelah melakukan pemetaan zona, Kemendikbud juga sedang menyusun Perpres yang mengatur tentang distribusi guru yang dilakukan berdasarkan zonasi dengan melibatkan 18 Kementerian/Lembaga. Perpres ini nantinya tidak akan fokus pada sanksi bagi pihak yang tidak melaksanakan perpres tersebut, melainkan fokus terhadap sinkronisasi, kolaborasi,

sinergi antar kelembagaan dengan Pemerintah Daerah (Pemda). Dengan adanya Perpres ini, diharapkan mampu mempermudah daerah dalam melakukan distribusi guru karena adanya dukungan dari pemerintah, seperti: Kemendagri yang nantinya akan mengkoordinasikan kepala daerah dalam menyusun kebijakan pendidikan, Kemenag yang memastikan satuan pendidikan formal dan non formal yang berada dibawah kewenangannya dilibatkan dalam sistem zonasi, Kemenristekdikti yang berperan untuk mensinkronkan LPTK sesuai dengan kebutuhan guru nasional, KemenPUPR berperan dalam membangun infrastruktur pendidikan, Bappenas dalam rangka menyusun perencanaan tata wilayah terkait bidang pendidikan, dan KemenPanRB dalam pengendalian formasi guru.

RekomendasiPerbaikan tata kelola distribusi guru yang digagas oleh Kemendikbud menurut penulis merupakan sebuah langkah yang harus didukung mengingat masih banyak inefisiensi pemanfaatan guru. Dengan adanya Perpres tersebut diharapkan tidak ada lagi cerita sekolah yang menerapkan pembelajaran kelas rangkap, dimana seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum aturan ini diterbitkan, terdapat beberapa poin yang perlu dipertimbangkan yang dapat menjadi saran perbaikan Perpres tersebut, mengingat ada beberapa kendala yang belum terjawab. Saran tersebut diantaranya: pertama, pembentukan basis data guru yang berada di bawah wewenang Kemendikbud, Kemenag, dan pemerintah daerah supaya mempermudah distribusi guru. Kedua, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah melakukan pemetaan zonasi berdasarkan karakteristik, geografis, demografi dan budaya masing-masing daerah sehingga ketika Perpres ini diterapkan tidak menimbulkan penolakan dari para guru ketika dilakukan rotasi. Ketiga, memastikan pemerintah daerah membuat regulasi pelaksanaan kebijakan distribusi guru dan menjalankan rotasi guru, serta kepala sekolah berdasarkan zonasi. Keempat, mengatur agar daerah menyediakan anggaran untuk insentif bagi guru kontraktual yang ditempatkan di daerah 3T dan anggarannya bersumber dari mandatory spending 20 persen anggaran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kelima, pemberian insentif fiskal kepada kabupaten dan individu yang berhasil memperbaiki distribusi guru di dalam kabupaten/kota, dan memberikan sanksi berupa penundaan hingga pemotongan fiskal bagi daerah yang tidak mendukung program distribusi guru. Terakhir, memberikan fasilitas (akomodasi dan transportasi) bagi para guru yang ditempatkan di daerah 3T.

Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 2015—2019

Kantor Staf Presiden Republik Indonesia. 2017. Kajian Anggaran Pendidikan

Page 7: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

7Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

Memastikan kekayaan sumber daya sektor migas menjadi pendorong ekonomi nasional

selalu menjadi tugas besar pemerintah. Tata kelola aktivitas produksi dan alur investasi merupakan stimulan untuk menjaga kestabilan sektor migas. Selain itu, pemerintah perlu menjamin ketersediaan konsumsi akan kebutuhan minyak dan gas untuk pembangunan di masa yang akan datang. Kinerja sektor migas pada tahun 2019 belum menunjukkan kinerja positif dan progresif seperti tahun 2018. Memasuki triwulan semester I tahun ini, kinerja ekspor migas pada Mei 2019 turun 31,77 persen dibanding Mei tahun sebelumnya. Penurunan ekspor sebesar USD2,76 miliar atau 8,6 persen sektor migas terjadi selama Januari hingga Mei 2019. Di mana ekspor migasnya sebesar USD4,22 miliar dan impornya USD6,99 miliar. Bahkan tercatat defisit neraca perdagangan pada bulan April 2019 merupakan realisasi neraca perdagangan terendah. Defisit terdalam pada neraca perdagangan pernah terjadi di Juli 2013 sebesar USD2,3

miliar dikarenakan kinerja ekspor migas turun sebesar 34 persen, dan non migas 8,98 persen sedangkan pada April 2019 defisit sebesar USD2,56 miliar (BPS). Tentunya ancaman defisit ini dapat terjadi dikarenakan aktivitas penurunan kegiatan ekspor dan nilai impor lebih tinggi.Kinerja ekspor yang rata-rata mengalami penurunan harus diperbaiki dan ditingkatkan sehingga tidak kembali menurun pada kuartal II dan pada masa yang akan datang. Peningkatan lifting masih bergantung pada eksplorasi sumur tua dan blok terminasi sehingga produksi stagnan bahkan cenderung menurun. Secara jangka panjang strategi yang dapat ditempuh pemerintah adalah dengan eksplorasi lapangan migas. Eksplorasi adalah pilihan tepat menjaga produksi migas, tidak adanya eksplorasi sumur-sumur baru target lifting yang ditetapkan pemerintah akan sulit tercapai. Menggenjot Potensi GasMeningkatnya aktifitas impor khususnya dalam sektor migas mengindikasikan bahwa produksi dalam negeri belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan

Eksekusi dan Optimalkan Potensi Blok Masela

oleh Robby A. Sirait*)

Fransina Natalia Mahudin**)

AbstrakDi tengah kinerja sektor migas yang menurun tergambar dari defisit neraca

perdagangan, maka demi mendorong percepatan pengelolaan sumber – sumber cadangan potensial dalam sektor migas Indonesia adalah salah satu langkah partisipatif yang dapat dilakukan pemerintah. Mitigasi ketersediaan kebutuhan minyak dan gas serta peningkatan produksi tetap dapat terpenuhi di masa yang akan datang. Blok Masela merupakan salah satu potensi besar masa depan kebutuhan pemenuhan tersebut, dengan potensi cadangan gas hingga 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan kapasitas kilang hingga 9,5 juta ton per tahun (MTPA) Blok Masela dipastikan berkontribusi besar bagi negara dan daerah Maluku sendiri. Untuk itu, rencana pengembangan (plan of development/POD) Blok Masela harus dipastikan berorientasi jangka panjang yang kompetitif dan ekonomis dan dieksekusi secara maksimal.

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected] **) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

sekunder

Page 8: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

8 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

konsumsi dan pembangunan. Menggenjot sumber cadangan yang telah tua bukan lagi upaya optimal dalam meningkatkan produksi migas. Pemerintah perlu mengoptimalkan potensi cadangan gas dengan penggarapan pada sumber cadangan potensial terbukti.Untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, data bauran energi nasional menunjukkan bahwa sumber energi minyak bumi masih menjadi tumpuan utama masyarakat Indonesia. Di sisi lain, gas bumi sebagai sumber energi alternatif belum signifikan dimanfaatkan oleh pemerintah. Seharusnya penyediaan gas bumi menjadi salah satu program prioritas guna pemenuhan kebutuhan domestik dan mengurangi kegiatan ekspor secara bertahap. Mengubah potensi gas bumi yang tidak lagi dianggap sebagai komoditas ekspor semata tetapi sebagai modal pembangunan nasional.Berdasarkan target pemerintah, gas bumi akan memiliki porsi sebesar 20 persen dalam bauran energi pada 2025. Mengutip data dari BP Statistical Review of World Energy 2018, produksi gas alam terus mengalami peningkatan yang substansial. Dalam 10 tahun terakhir (2007-2017), produksi gas alam dunia telah meningkat 25 persen lebih, dari semula 284,6 miliar kaki kubik/hari menjadi 356,1 miliar kaki kubik/hari. Sekitar 70 persen dari produksi migas bertumpu dari lapangan tua (mature field) yang dikembangkan sebelum 1990 sehingga mengakibatkan kondisi migas Indonesia saat ini masih sarat tantangan sedangkan produksi terus menurun.Di sisi lain, sekitar 1,5 persen dari total cadangan gas bumi dunia dimiliki oleh Indonesia. Menurut catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) pada Januari 2018, total cadangan gas bumi di Indonesia mencapai 135,55 triliun standar kaki kubik (TSCF). Dari total cadangan tersebut, sebanyak 99,06 TSCF merupakan cadangan terbukti. Sedangkan cadangan potensial ada sebanyak 21,26 TSCF, dan cadangan harapan 18,23 TSCF. Beberapa wilayah

yang memiliki cadangan terbukti cukup besar diantaranya Natuna, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Blok Masela salah satu cadangan gas terbesar yang terdapat di wilayah Maluku.Potensi dan Kontribusi Blok Masela Dalam catatan Neraca Gas Bumi Indonesia tahun 2018 hingga 2027 yang dipublikasikan oleh KESDM Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menjelaskan bahwa cadangan potensial (probable dan possible reserves) mayoritas didominasi pada wilayah Papua, Sulawesi dan Maluku. Wilayah Papua memiliki cadangan potensial sebesar 21,20 TSCF, Maluku sebesar 16,74 TSCF dan 2,67 TSCF untuk Sulawesi. Cadangan Wilayah Maluku berasal dari Masela sebesar 16,74 TSCF dan Seram non Bula sebesar 0,01 TSCF, (KESDM, 2018). Cadangan potensial inilah yang harusnya menjadi perhatian lebih oleh pemerintah untuk membantu menjawab persoalan produksi migas Indonesia dalam hal gas pada Blok Masela. Berdasarkan proyeksi cadangan potensial yang dimiliki oleh daerah-daerah tersebut, pemerintah terus berupaya untuk melakukan langkah-langkah strategis bagi rencana pengembangan dan pengoperasian potensi. Salah satunya adalah pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela yang telah diputuskan sebagai salah satu dari 37 Prioritas dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), sebagaimana yang diatur dalam Perpres No. 58 Tahun 2017 (KPPIP, 2018). Adapun dari Lapangan Abadi Masela tercatat potensi cadangan gas hingga 6,97 triliun kaki kubik (TCF) dan kapasitas kilang hingga 9,5 juta ton per tahun (MTPA). Pasokan gas Inpex Corporation direncanakan akan masuk tahun 2027 dengan perkiraan volume 433,22 MMSCFD. Nilai tambah industri petrokimia yang dikembangkan di Blok Masela mencapai USD2 miliar. Selain itu juga mampu mengurangi angka impor hingga USD1,4 miliar dari substitusi komoditas turunan gas

Page 9: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

9Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

1) Dengan asumsi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sebesar Rp14.000.

alam dan methanol. Angka tersebut tidak termasuk pendapatan dari pajak yang dapat mencapai sekitar USD250 juta. Utilisasi ladang gas Masela untuk pengembangan industri petrokimia sangat strategis dalam pengembangan industri dan perekonomian di wilayah timur Indonesia (Kementerian Perindustrian, 2019)Pengembangan hulu migas di Masela diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan produksi gas bumi sekitar ekuivalen 10,5 juta ton (MTPA) per tahun (sekitar 9,5 juta ton LNG per tahun dan 150 MMSCFD gas pipa), dengan target onstream di tahun 2027. Diprediksi hingga tahun 2055, Indonesia akan memperoleh penerimaan dari bagi hasil migas sebesar USD39 miliar atau sekitar Rp546 triliun. Lapangan hulu minyak dan gas Abadi di Blok Masela akan memberikan efek ganda (multiplier effect) bagi pendapatan Indonesia sampai dengan USD153 miliar atau setara Rp2.142 triliun1 hingga akhir fase produksi pada 2055 mendatang dan memperoleh penerimaan dari bagi hasil migas sebesar USD39 miliar atau sekitar Rp546 triliun IPA Convex (2019).Lapangan Blok Masela akan dikembangkan oleh Inpex Corporation. Kesepakatan investasi dalam kerangka final Plan of Development (PoD) Blok Masela sebesar USD20 miliar atau setara dengan Rp288 triliun dengan prinsip gross split, modal dan risiko sepenuhnya ditanggung investor. Proyek investasi ini merupakan proyek terbesar selama ini yang terjadi di Indonesia selama 5 dekade (Liputan 6, 2019). Skema bagi hasil yang disepakati pemerintah mendapat 50 persen (split) dengan tingkat pengembalian investasi yang diukur dengan internal rate of return (IRR) sebesar 15 persen dan kontrak selama 30 tahun hingga 2038. (Ekonomi Bisnis; Media Indonesia, 2019). Setelah Heads of Agreement (HoA) disepakati, pemerintah bersama investor dalam hal ini Inpex menemukan titik temu setelah jalan panjang proses

negosiasi. Kesepakatan yang telah disepakati tentunya memiliki dampak keekonomian dan kontribusi bagi perekonomian nasional. Perjanjian Blok Masela merupakan stimulus bagi investasi di sektor migas, meskipun beresiko. Investasi Blok Masela diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi foreign direct investment di Indonesia yang akan memacu investasi besar dari luar negeri khususnya pada Kawasan Indonesia Timur (KIT). Investasi akan terus mengalir seiring dengan pengembangan dan eksplorasi, yang kemudian akan menciptakan industri pendukung dan turunan. Pengembangan akan diikuti oleh pembangunan pabrik petrokimia di tempat pengembangan. Diharapkan iklim investasi di Indonesia akan semakin baik dan kompetitif. Selain itu, kontribusi tambah produksi ekuivalen akan bertambah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam konteks skala perekonomian daerah Blok Masela harus dipastikan dapat memberi dampak positif terhadap penerimaan dan pengembangan tenaga kerja, stimulus pertumbuhan ekonomi dan konsumsi daerah. Tantangan Pengelolaan Potensi Masela yang telah diuraikan dalam kesepakatan perjanjian ditinjau berdasarkan aspek keekonomian proyek, volume produksi, jumlah investasi dan nilai pengembalian investasi, serta pembagian keuntungan tentunya memiliki banyak tantangan dalam proses implementasinya. Tantangan yang patut menjadi bahan pertimbangan pemerintah diantaranya ialah skema yang dipakai dalam eksplorasi. Meskipun telah disepakati oleh Presiden dengan menggunakan skema on shore, pengelolaan Blok Masela dapat juga dilakukan di laut seiring dengan cadangan lainnya ditemukan untuk dieksplorasi sehingga akan menimbulkan biaya operasional dan resiko lainnya. Kompensasi dan perpanjangan kontrak dipastikan pemerintah sesuai dengan skema pembiayaan agar tetap disepakati oleh pihak investor.

Page 10: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

10 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

RekomendasiInvestasi di Blok Masela merupakan Foreign Direct Investment (FDI) dengan angka yang cukup besar, maka diharapkan berkontribusi besar pada peningkatan produksi dan investasi sektor migas nasional. Oleh karenanya, pemerintah perlu mendorong percepatan pembangunan konstruksi dan produksi terhitung sejak kontrak telah disepakati sehingga tidak menambah biaya operasional dan tahun produksi. Namun dalam pengembangan Blok Masela, pemerintah perlu mengkaji dan menjamin dampak lingkungan dari aktivitas produksi Blok Masela, baik ketika dilakukan di laut ataupun darat seiring dengan ditemukan cadangan lainnya. Untuk selanjutnya, diharapkan pemerintah dapat mendorong investasi berupa pengembangan sumber potensial cadangan lain seperti pada wilayah Papua dan Sulawesi.

Daftar Pustaka Bisnis.com. 2019. Titik Temu Baru Blok Masela dengan Inpex. Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20190528/44/928279/titik-temu-baru-blok masela-dengan-inpex tanggal 7 Juli 2019SKK Migas. 2019. SKK Migas Optimis Target Lifting Tercapai. Diakses dari https://www.skkmigas.go.id/berita/skk-migas-optimis-target-lifting-tercapai tanggal 7 Juli 2019CNBCIndonesia.com. 2019. Bos SKK Migas Bocorkan Masa Depan Blok Masela. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190110171150-4-50083/bos-skk-migas bocorkan-masa-depan-blok-masela tanggal 7 Juli 2019KESDM. 2018. Neraca Gas Bumi Indonesia 2018-2027. Diakses dari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-neraca-gas-indonesia-2018-2027.pdf tanggal 7 Juli 2019Bisnis.com. 2015. Kebutuhan Gas Industri Naik 3,64%. Diakses dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/10937/Kebutuhan-Gas-Industri-Naik-3,64 tanggal 7 Juli 2019IPA Convex. 2019. Potensi Besar LNG Di Indonesia. Diakses dari https://convex.ipa.or.id/news-and-media/

read/6wywoB1tyPTQosSdw6SGJF tanggal 7 Juli 2019Media Indonesia. 2019. Pemerintah Diminta Jangan Tunda Lagi Kesepakatan Blok Masela. Diakses dari https://mediaindonesia.com/read/detail/244183-pemerintah-diminta-jangan-tunda lagi-kesepakatan-blok-masela tanggal 9 Juli 2019SKK Migas. 2019. Melorotnya Penerimaan Migas: Pencairan Cadangan Minyak dan Gas Baru adalah Solusinya. SKK Migas Disampaikan pada tanggal 04 Mei 2016 pada Diskusi Pusat Kajian Anggaran DPR RI BPS. 2019. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi 2019. Diakses dari https://www.bps.go.id/publication.html tanggal 10 Juli 2019SKK Migas. 2019. SKK Migas dan INPEX Corporation Menandatangani “Head of Agreement” (HOA) Pengembangan Lapangan Masela. Diakses dari https://www.skkmigas.go.id/berita/skk-migas-dan-inpex-corporation-menandatangani-head-of-agreement-hoa-pengembangan-lapangan-masela tanggal 10 Juli 2019Bank Indonesia. 2019. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI). Diakses dari ://www.bi.go.id/id/statistik/seki/terkini/eksternal/Contents/Default.aspx pada 10 Juli 2019

Page 11: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

11Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

Sejak tahun 2014, kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia

berkisar pada angka 13 persen. Tidak hanya menyumbang dari segi output perekonomian, sektor pertanian juga menjadi salah satu sektor perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja terbanyak. Lebih dari 30 persen pekerja usia dewasa memiliki mata pencaharian di sektor pertanian (BPS, 2019). Selain berkontribusi secara langsung bagi perekonomian, sektor pertanian juga menjadi sektor kunci isu ketahanan pangan dan sebagai salah satu isu penting dalam pembangunan. Di sisi lain, sektor pertanian merupakan sektor yang paling rentan terhadap risiko yang relatif tidak dapat dikendalikan. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, 83 persen kerugian sektor pertanian disebabkan oleh banjir dan kekeringan (FAO, 2015). Sementara, data terakhir Kementan menunjukkan, hingga Mei 2019, sebanyak 19.485 hektar (ha) lahan sawah mengalami puso (gagal panen) akibat banjir, 232 ha karena kekeringan, dan 2.848 ha karena Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Menilai krusialnya peranan sektor pertanian beserta risiko yang melekat padanya, melalui Undang-Undang No. 19 Tahun 2013, pemerintah dan DPR berupaya melindungi petani dari berbagai risiko tersebut dengan instrumen asuransi pertanian. Pada tahun 2015, Kementan bekerjasama dengan PT. Jasindo meluncurkan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). AUTP bertujuan memberikan perlindungan kepada petani dari ancaman risiko gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan, penyakit dan serangan OPT. Sumber pembiayaan pelaksanaan AUTP dapat berasal dari APBN maupun APBD. Sementara besaran premi yang dikenakan sejumlah Rp180.000 per ha per musim tanam (MT). Kemudian, pemerintah memberikan subsidi atas premi AUTP sebesar 80 persen, sehingga petani hanya membayar 20 persen saja. Nilai pertanggungan maksimal ketika klaim kerugian adalah sebesar Rp6.000.000/ha/MT. Perlu digarisbawahi bahwa nilai pertanggungan merupakan nilai santunan atas kerugian untuk membantu petani dapat menanam di musim tanam selanjutnya, bukan merupakan nilai ganti rugi atas pendapatan hasil tani yang hilang.

AbstrakMenyadari penting dan rentannya sektor pertanian, Kementerian Pertanian

(Kementan) meluncurkan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) pada tahun 2015. Dengan memberikan subsidi premi sebesar 80 persen, program ini diinisiasi dengan tujuan membantu petani mengompensasi kerugian ketika terjadi gagal panen. Selama pelaksanaan program AUTP masih mengalami beberapa permasalahan, seperti berbagai ketentuan dalam substansi program, administrasi yang tidak tertib, kurangnya sosialisasi, serta ketidaksiapan sumber daya manusia yang terlibat. Oleh karena itu, upaya-upaya perbaikan harus segera dilakukan, antara lain evaluasi kembali ketentuan-ketentuan AUTP, optimalisasi aplikasi Sistem Asuransi Pertanian (SIAP), sosialisasi yang lebih menyeluruh, serta mengusahakan kesiapan yang lebih baik dari petugas lapangan terkait.

Evaluasi Asuransi Usaha Tani Padioleh

Ratna Christianingrum*)Nadya Ahda**)

sekunder

*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]**) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: [email protected]

Page 12: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

12 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

Adapun untuk mendaftarkan lahan sawah pada program ini, ada kriteria khusus mengenai petani dan lahan yang diasuransikan. Hanya petani dengan luas lahan maksimal 2 ha dan memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dapat mendaftarkan diri. Selain itu, perlu dipastikan bahwa lahan sawah yang dimiliki adalah lahan irigasi atau tadah hujan yang dekat dengan sumber air. Ganti rugi dapat diklaim ketika kerugian yang dialami memenuhi kondisi-kondisi berikut: 1) umur padi sudah melewati 10 hari tanam (HST); 2) umur padi sudah melewati 30 hari setelah tebar apabila menggunakan sistem tanam benih langsung (Tabela); dan 3) intensitas dan luas kerusakan lebih besar atau sama dengan 75 persen tiap petak alami.Pencapaian Sementara AUTPPada tahun 2015, AUTP baru diluncurkan bulan Oktober 2015. Oleh

karena itu, coverage AUTP yang “hanya” 23,35 persen dari target merupakan pencapaian yang sewajarnya. Kemudian, tahun 2016, pencapaian AUTP 2016 mencapai hampir 100 persen, dengan catatan target yang menjadi 500 ribu ha karena adanya pemotongan anggaran. Selanjutnya, pencapaian tertinggi program AUTP terjadi pada tahun 2017. Dengan target kembali pada angka 1 juta hektar, program ini mampu mencakup 99,77 persen dari target. Kemudian pada tahun 2018, program AUTP dinilai mengalami perlambatan, dengan pencapaian sebesar 80,62 persen. Hingga pertengahan tahun 2019, AUTP baru menjangkau 232.255 ha, atau sekitar 23,23 persen dari target. Sementara untuk jumlah luas lahan dengan klaim terajukan relatif fluktuatif, dan variabel ini cenderung dipengaruhi oleh banyak faktor, bisa disebabkan oleh proses pengajuan klaim yang lebih mudah (efektivitas program yang lebih baik) atau risk exposure yang berubah setiap tahunnya.Gambar 1 memberikan sedikit gambaran risk exposure yang dialami oleh lahan sawah setiap tahunnya. Secara garis besar, lebih banyak lahan sawah mengalami gagal panen pada 2017 daripada 2016. Oleh karena itu, peningkatan luas lahan sawah dengan pengajuan klaim dan jangkauan luas lahan terasuransikan dapat disebabkan oleh kecenderungan risk exposure tahun 2017 yang lebih tinggi. Prediksi yang sama untuk penurunan pencapaian luas lahan sawah terasuransikan dan luas lahan dengan pengajuan klaim pada 2018. Luas lahan sawah yang mengalami gagal panen pada 2018 sedikit lebih rendah daripada 2017, mengindikasikan risk exposure 2017 yang lebih kecil.

Tabel 1. Pencapaian Program AUTP 2015-2019

Sumber: Kementerian Pertanian *) Data sementara hingga Juli 2019

Gambar 1. Luas Lahan Sawah Terdampak Puso (Ha) 2016-2019

Sumber: Kementerian Pertanian*)Data sementara hingga Mei 2019.

Tahun Target (Ha) Realisasi (Ha) % Realisasi dari Target Klaim (Ha) % Klaim2015 1.000.000 233.499,55 23,35 3.858 1,652016 500.000 499.962,25 99,99 13.192 2,642017 1.000.000 997.666,53 99,77 24.096 2,412018 1.000.000 806.199,64 80,62 12.194 1,512019* 1.000.000 232.255,00 23,23 n/a n/a

Page 13: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

13Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

Permasalahan yang Masih DitemuiSelain dipengaruhi oleh perbedaan risk exposure setiap tahunnya, pencapaian AUTP juga dipengaruhi oleh beberapa kendala yang terjadi di lapangan, baik dari segi substansi program, pelaksanaan, hingga ketidaksiapan sumber daya manusia yang terlibat. Dalam hal substansi program, yang menjadi permasalahan diantaranya: pertama, penetapan target tahunan AUTP. Data realisasi AUTP selama 2015-2019 menunjukkan 2.769.583 ha lahan sawah sudah terasuransikan. Menurut data SUTAS 2018, Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) dengan penguasaan lahan sawah 0-2 ha di Indonesia sejumlah 12.717.582 RTUP. Potensi ini tentu merupakan ruang yang besar bagi pemerintah untuk meningkatkan target AUTP, sehingga lebih banyak lahan sawah yang terasuransikan oleh AUTP. Selain itu, pencapaian AUTP sudah mendekati 100 persen pada beberapa tahun pelaksanaan, sehingga peningkatan target sekiranya harus mulai dipertimbangkan. Permasalahan kedua mengenai substansi program adalah batas minimal kerusakan. Menurut Pedoman AUTP 2019, klaim kerugian dapat diajukan ketika intensitas dan luas kerusakan ≥75 persen. Batas minimal ini perlu dievaluasi kembali sebagai salah satu hal yang memberatkan petani mendaftar AUTP. Mengutip pernyataan dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kendal bahwa batas minimal 75 persen kerusakan menjadi salah satu alasan proporsi petani yang mendaftar AUTP di Kendal sangat kecil. Di sisi lain, kerusakan lahan di bawah 75 persen pun masih merugikan petani, sehingga lahan sawah yang mengalami puso sebagian juga dinilai perlu diperhatikan. Perihal pelaksanaan di lapangan juga hadir dengan beberapa permasalahan, diantaranya: pertama, ketertiban administrasi. Menurut Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) BPK semester I/2018, terdapat beberapa permasalahan ketertiban administratif

mengenai penerbitan polis oleh Jasindo, seperti penerbitan polis tanpa penerbitan Surat Keputusan Daftar Peserta Definitif (SK DPD) dari Dinas Pertanian setempat atas 7.569,51 ha lahan sawah, serta penerbitan 123 polis ganda. Permasalahan pelaksanaan berikutnya adalah mengenai pencairan klaim tidak tepat waktu. Menurut Pedoman AUTP 2019, pembayaran klaim dilaksanakan paling lambat 14 hari kerja sejak terbitnya surat persetujuan pembayaran klaim. Namun pada kenyataannya, keterlambatan pembayaran klaim kepada petani masih terjadi. Menurut IHPS I/2018, pada 2016-2017 masih terdapat keterlambatan pembayaran klaim sebanyak 1.138 laporan senilai Rp21,41 miliar1. Hal ini disebabkan oleh kelompok tani yang belum menyerahkan nomor rekening aktif untuk pencairan klaim kerugian. Permasalahan pelaksanaan lainnya yaitu, masih kurangnya sosialisasi. Permasalahan klasik yang masih ditemui dalam setiap implementasi program pemerintah yaitu kurangnya sosialisasi kepada target masyarakat, mengingat masih besarnya proporsi petani yang belum memahami mekanisme asuransi.Sumber daya manusia juga menjadi kendala dalam pelaksanaan AUTP. Dari sisi petani, misalnya masih kurangnya pemahaman mereka terhadap mekanisme asuransi formal, serta belum menyadari urgensi mendaftarkan diri pada AUTP. Secara tidak sadar, para petani lebih terbiasa pada mekanisme asuransi tidak formal dengan cara self-insuring. Selain itu, ketertiban petani dalam menyelesaikan segala urusan administratif secara tepat waktu juga masih menjadi kendala. Konsekuensi dari tidak tertib administrasi dari pihak petani, tentu akan menghambat kelancaran program ini, sebagaimana pada contoh kasus keterlambatan pembayaran klaim yang disampaikan sebelumnya. Petugas lapangan juga menjadi kendala tersendiri. Dalam mekanisme pelaksanaan AUTP, petani dibantu oleh petugas lapangan dari PPL/POPT-

1) Data keterlambatan pembayaran klaim 2018-2019 tidak tersedia.

Page 14: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

14 Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

PHP (Penyuluh Pertanian Lapangan/Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan - Pengamat Hama dan Penyakit). Sementara itu, belum semua PPL/POPT-PHP dinilai familiar dengan internet. Mengingat keterbatasan sebagian besar petani mengakses dan memahami internet, PPL dituntut harus memahami mekanisme aplikasi SIAP yang berbasis daring agar dapat membimbing petani mengoperasikan aplikasi tersebut.

RekomendasiDalam rangka mempercepat perluasan jangkauan serta melancarkan pelaksanaan AUTP, ada beberapa langkah perbaikan yang harus diupayakan oleh pemerintah, antara lain: pertama, melakukan evaluasi pada substansi program dengan meningkatkan target tahunan AUTP. Selain itu, mempertimbangkan kembali batas minimal kerusakan 75 persen pada kemungkinan batas minimal kerusakan yang lebih rendah lagi. Kedua, meningkatkan ketertiban administrasi dengan memaksimalkan peranan aplikasi SIAP yang terintegrasi dengan data kependudukan (NIK), serta mendorong koordinator kelompok tani dan petugas lapangan untuk selalu tertib administrasi tepat waktu. Ketiga, menganggarkan kegiatan sosialisasi hingga ke daerah-daerah yang belum terjangkau program AUTP. Ada baiknya bahwa kegiatan sosialisasi tidak hanya dilaksanakan oleh pihak pemerintah saja, tetapi juga bekerja sama dengan JASINDO selaku badan usaha pelaksana untuk memasarkan AUTP pada publik yang lebih luas. Keempat, memastikan kesiapan petugas lapangan, baik PPL/POPT-PHP maupun loss-adjuster, baik melalui pelatihan maupun pendidikan internal tentang aplikasi SIAP, serta cara penilaian aset dan kerugian pertanian pada umumnya.

Selain dibantu oleh PPL/POPT-PHP, Jasindo juga menunjuk petugas penilai kerugian (loss-adjuster) untuk memverifikasi tingkat dan intensitas kerugian yang terjadi pada lahan sawah terdaftar untuk dapat menyetujui pengajuan klaim. Diakui oleh pihak Jasindo bahwa memiliki loss-adjuster dengan latar belakang pertanian yang tidak banyak jumlahnya masih menjadi kendala tersendiri.

Daftar PustakaBadan Pemeriksa Keuangan. 2018. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2018. Jakarta: BPK.Badan Pusat Statistik. 2019. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 1986 – 2017. Diakses melalui https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/970/penduduk-15-tahun-ke-atas-yang-bekerja-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-1986---2018.html. Badan Pusat Statistik. 2019. [Seri 2010] Distribusi PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2014-2019. Diakses melalui https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/05/06/828/-seri-2010-distribusi-pdb-triwulanan-atas-dasar-harga-berlaku-menurut-lapangan-usaha-

persen-2014-2019.html. Badan Pusat Statistik. 2019. Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 (Seri-A1). Jakarta: BPS. FAO. 2015. The Impact of Disasters on Agriculture and Food Security. Kementerian Pertanian. 2019. Laporan Serangan OPT dan DPI Periode 21 Juni 2019. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.Kementerian Pertanian. 2019. Laporan Serangan OPT dan DPI Periode 7 Desember 2018. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.Kementerian Pertanian. 2019. Nota Dinas Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Desember

Page 15: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

15Buletin APBN Vol. IV. Ed. 13, Juli 2019

2016. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.Mul. 2019. Tren Positif Realisasi AUTP, Buktikan Banyak Lahan Terlindungi Asuransi. Sinartani Online. Diakses melalui https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/agri-sarana/7911-Tren-Positif-Realisasi-AUTP-Buktikan-Banyak-Lahan-Terlindungi-Asuransi. Natalia, Michelle. 2019. Program Asuransi Usaha Tani Padi Belum Capai Target. Sindonews Online. Diakses melalui https://ekbis.sindonews.com/read/1406163/34/program-asuransi-usaha-tani-padi-belum-capai-target-1558434516. Pasaribu, Sahat M. 2014. Penerapan Asuransi Pertanian di Indonesia. Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan Pertanian. Jakarta: IAARD Press.

Putranto, Dhian Adhi. 2019. Ketua HKTI Kendal Jelaskan Minimnya Peminat Program Asuransi Usaha Tani Padi. Tribun Jateng. Diakses melalui https://jateng.tribunnews.com/2019/07/16/ketua-hkti-kendal-jelaskan-minimnya-peminat-program-asuransi-usaha-tani-padi.Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Republik Indonesia. 2018. Keputusan Menteri Pertanian RI 30/Kpts/SR.210/B/12/2018 Tentang Pedoman Bantuan Premi Asuransi Usahatani Padi. Yuniartha, Lidya. 2019. Hingga awal Juli, realisasi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) baru capai 232.255 hektar. Kontan. Diakses melalui https://nasional.kontan.co.id/news/hingga-awal-juli-realisasi-asuransi-usaha-tani-padi-autp-baru-capai-232255-hektar.

Page 16: Redistribusi Guru demi Pemerataan Guruberkas.dpr.go.id/puskajianggaran/buletin-apbn/... · kuota jenjang pendidikan pada LPTK dan menyesuaikan dengan kebutuhan jumlah guru, maka niscaya

“Siap Memberikan Dukungan Fungsi Anggaran Secara Profesional”

Buletin APBNPusat Kajian AnggaranBadan Keahlian DPR RI

www.puskajianggaran.dpr.go.idTelp. 021-5715635, Fax. 021-5715635

e-mail [email protected]