Click here to load reader
Upload
hafiz
View
474
Download
90
Embed Size (px)
DESCRIPTION
refarat mata
Citation preview
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. NF
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Makassar
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kompleks Perumnas
No. register : 256039
Tanggal Pemeriksaan : 25 Januari 2013
Dokter Pemeriksa : dr. So
Tempat pemeriksaan : Poliklinik Mata RSWS
II. ANAMNESIS
KU : Penglihatan berkurang pada kedua mata
AT : Dialami sejak 1 tahun yang lalu, dirasakan memberat sejak 2 bulan terakhir
dimana pasien mengeluh tidak dapat melihat tulisan pada papan tulis di
sekolahnya. Pasien merasakan lebih nyaman dengan mengecilkan mata ketika
melihat jauh. Mata merah (-), sakit kepala (-), silau (-), mata rasa berpasir (-), mata
rasa mengganjal (-), air mata berlebihan (-), kotoran mata berlebihan (-), gatal (-),
mual (-), muntah (-). Tegang pada bagian leher (+) kadang-kadang, dan mata
dirasakan cepat lelah.
Riwayat mata kemasukan benda asing (-), riwayat memakai kaca mata sebelumnya
(+) selama 4 tahun, tipe kaca mata minus, ukuran tidak diketahui dan tidak pernah
mengganti kaca mata. Riwayat keluarga memakai kaca mata minus (+) ayah.
Riwayat trauma (-)
1
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
i. Inspeksi
OD OS
Palpebral Edema (-) Edema (-)
Silia Normal Normal
Apparatus
Lakrimalis
Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme
Muskular
Ke segala arah Ke segala arah
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte (+)
Pupil Bulat, sentral Bulat, sentral
Lensa Jernih Jernih
ii. Palpasi
OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa tumor (-) (-)
Glandula Pre-Aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
iii. Tonometri
Non-Contact Tonometri
TOD : 15mmHg ; TOS : 15 mmHg
iv. Visus
2
VOD : 6/120
KOR : S -5.50 C -0.25 ax 150°
Menjadi : 6/6
Lihat dekat : -
Koreksi : -
DP : 64
VOD : 6/120
KOR : S – 5.50 C – 1.25 ax 120°
Menjadi :6/6
Lihat dekat :-
Koreksi :-
DP :64
v. Campus Visual
Tidak dilakukan pemeriksaan
vi. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
vii. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
viii. Slit Lamp
SLOD : konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, BMD kesan normal, iris
coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
SLOS : konjungtiva hiperemis (-), Kornea jernih, BMD kesan normal, iris
coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih
ix. Balance Test
Merah dan hijau kedua-duanya tampak jelas
x. Refraktometri
OD Sph: -5.25 Cyl: -1.75 Ax : 179
OS Sph:-7.25 Cyl: -1.25 Ax: 149
PD = 63 mm
xi. Oftalmoskopi
Dalam batas normal
xii. Laboratorium
3
Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. RESUME
Seorang perempuan umur 15 tahun diantar oleh ibunya datang ke poliklinik
mata RSWS dengan keluhan utama visus menurun pada kedua belah mata. Dialami
sejak 1 tahun yang lalu dan dirasakan semakin memberat sejak 2 bulan terakhir. Osi
merasakan semakin sulit melihat jauh terutama apabila melihat tulisan pada papan
tulis di sekolahnya dan merasa lebih nyaman dengan mengecilkan mata. Mata
hiperemis tidak ada, cephalgia tidak ada, fotofobia (-). Pasien mengeluh kadang-
kadang merasa tegang pada bagian lehernya dan mata dirasakan cepat lelah. Ada
riwayat pernah memakai kaca mata sebelumnya selama 4 tahun, tipe kaca mata sferis
tetapi tidak diketahui ukuran dan tidak pernah mengganti kaca mata. Riwayat keluarga
memakai kaca mata minus ada yaitu ayahnya . Tidak ada riwayat trauma.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan pada inspeksi pada OD dan OS
tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan menggunakan refraktometri didapatkan OD = Sph: -5.25 Cyl: 1.75 Ax :
170, OS = Sph:-7.25 Cyl: -1.25 Ax: 149, PD = 63 mm. Pada pemeriksan visus
didapatkan VOD : 6/120 = S -5.50 C -0.25 axis 150 6/6; VOS : 6/120 = S- 5.50 C-
1.25 axis 120° 6/6. Pemeriksaan slit lamp SLOD dan SLOS kesan normal.
Pemeriksaan Oftalmoskopi kesan normal.
V. DIAGNOSIS
ODS Compound Miop Astigmat
VI. DIAGNOSIS BANDING
o Myop
o Hipermetrop
o Mixed astigmat
VII. TERAPI
o Kaunseling
o Kaca mata Monofokal
o Supportive treatment
VIII. PROGNOSIS
4
Quad Ad Vitam : Bonam
Quad Ad Sanam : Bonam
Quad Ad Visam : Bonam
Quad Ad Cosmeticam : Bonam
IX. DISKUSI
Dari anamnesis didapatkan pasien masuk dengan keluhan visus menurun pada
kedua mata yang dialami sejak 1 tahun yang lalu dan dirasakan semakin memberat
sejak 2 bulan terakhir. Di teori, terdapat beberapa mekanisme yang bisa menyebabkan
penurunan visus yaitu 1). Akibat kelainan di media refraksi yang dapat berupa
kekeruhan atau kelainan refraksi. 2). Akibat kelainan di fundis yang dapat berupa
kerusakan jaringan retina atau kerusakan serabut saraf. 3) akibat dari kelainan yang
terdapat di belakang fundus.
Dari pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada OD dan OS tidak didapatkan
kelainan. Pada pemeriksan visus didapatkan VOD : 6/120 = S -5.50 C -0.25 axis 150
6/6; VOS : 6/120 = S- 5.50 C-1.25 axis 120° 6/6. Tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan yang lain seperti tonotmetri, slit lamp maupun funduskopi. Maka dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami penurunan visus yang disebabkan oleh
kelainan refraksi.
Kelainan refraksi dapat diakibatkan karena terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan perubahan panjang bola mata. Kelainan
refraksi yang dikenali dengan nama ametropia adalah suatu keadaan dimana titik fokus
sinar tidak tepat terletak di retina yang mana titik fokus ini bisa jatuh di depan retina
(miop) ataupun di belakang retina (hipermetrop) atau di kedua-duanya (astigmat).
Myopia adalah anomaly refraksi pada mata dimana bayangan yang difokuskan
di depan retina, seperti yang telah dijelaskan diatas, ketika dalam kondisi tanpa
berakomodasi. Ini juga dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar
dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh didepan retina, tanpa akomodasi.
Myopia merupakan manifestasi kabur ketika melihat sesuatu objek yang berjarak jauh
tetapi jelas ketika melihat objek yang berjarak dekat. Myopia juga dikenal sebagai
“nearsightedness” yang berarti jelas apabila melihat dekat. Hal ini sesuai dengan
keadaan pasien yang mengeluhkan penurunan visus saat melihat benda jauh. Pasien ini
5
telah melakukan usaha dengan memperkecilkan matanya untuk mendapatkan visus
yang lebih jelas dan ini merupakan salah satu dari tanda-tanda bahwa pasien ini
mengalami masalah kelainan refraksi yang berupa miop. Metode memperkecilkan mata
ini sama prinsipnya dengan “pin hole” yang dilakukan ketika melakukan pemeriksaan
visus. Prinsipnya itu adalah untuk memperkecilkan sinar cahaya yang masuk kedalam
bola mata dengan harapan agar cahaya yang masuk itu dapat jatuh ke retina dengan
tepat.
Koreksi mata myopia adalah dengan memakai lensa minus dengan prinsip,
menggunakan ukuran lensa yang minimal dengan hasil visus yang optimal. Lensa
minus ini berupa lensa yang berbentuk konkaf dimana dapat membantu untuk
membiaskan cahaya dan diatur supaya titik fokus bisa jatuh ke retina dengan tepat.
Sekiranya dengan pemakaian lensa minus tetap tidak memberikan kemajuan, maka
pada keadaan tertentu myopia dapat diatasi dengan tindakan operatif pada kornea antara
lain keratotomy radial, keratektomi fotorefraktif, atau Laser Asissted In Situ
Interlamelar Keratomilieusis (LASIK).
Astigmat terjadi karena kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata
atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu titik fokus, bisa terdapat 2 atau lebih
titik fokus. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata dengan dengan astigmatisme
dapat diibaratkan dengan melihat melalui gelas yang terisi air bening. Bayangan yang
terlihat dapat terjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar dan kabur. Seseorang dengan
astigmat dapat memberikan keluhan kabur ketika melihat jauh tetapi jelas melihat
dekat, melihat ganda dengan menggunakan satu atau kedua mata, benda bulat dilihat
sebagai benda lonjong. Selain itu pasien juga sering mengeluh sakit kepala, mata terasa
tegang dan cepat lelah.
COMPOUND MIOP ASTIGMAT
6
PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal, cahaya sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat
atau tidak berakomodasi akan difokuskan pada satu titik di retina. Kondisi ini disebut
emetropia. Ketika mata dalam keadaan tidak berakomodasi, mata tidak dapat memfokuskan
cahaya ke dalam retina, keadaan ini disebut ametropia. Ada tiga keadaan yang dapat
menyebabkan ametropia, yaitu :
1. Myopia
2. Hipermetopia ( disebut juga hyperopia )
3. Astigmat
Myopia disebut dengan rabun jauh akibatnya berkurangnya kemampuan untuk
melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan baik.
Hipermetopia dikenal juga dengan istilah hyperopia atau rabun dekat. Pasien dengan
hipermetrop mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi.
Pada astigmat atau silinder, sinar-sinar yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan ke
satu titik di retina akibat perbedaan kelengkungan kornea atau lensa.
Compound Miop Astigmat adalah kelainan refraksi yang termasuk dalam klasifikasi
astigmat berdasarkan letak focus bayangan. Astigmat berasal dari bahasa Yunani dari kata
“A” dan “Stigmat” yang berarti “tidak”. Maka pembiasan yang terjadi pada kelainan ini yaitu
pemfokusan bayangan yang diterima oleh retina tidak pada titik api, maupun membentuk dua
garis horizontal atau oblik. Terdapatnya variasi kurvatur atau kelengkungan kornea atau lensa
pada meridian yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu titik.
Setiap meridian mata mempunyai titik focus tersendiri yang letaknya mungkin teratur (pada
astigmat regular) dan mungkin pula tidak teratur (pada astigmat irregular).1-7
Kelainan astigmat dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa, ataupun orang yang
sudah tua. Astigmat biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, biasanya disertai
dengan myopia dan hipermetrop dan tidak banyak terjadi perubahan. Rasio kelainan ini
cenderung lebih sedikit dibanding orang yang menderita myopia, tetapi lebih banyak dari
pada orang yang menderita hipermetropia. 1-8
ANATOMI DAN FISIOLOGI
7
Terdapat empat struktur bola mata yang berperan dalam proses perjalanan cahaya dari
luar menuju retina, yaitu: 4-8
Kornea
Kornea adalah jaringan biologis yang unik transparan terhadap cahaya dan
tidak terdapat pembuluh darah. Terdapat pada bagian depan dari mata dengan kira-
kira berdiameter 11 mm dan 500µm ketebalan pada bagian tengah dan 700µm pada
bagian perifernya. Pada bagian paling ujung dari kornea, transparan dari kornea
sedikit demi sedikit menghilang setebal 1 mm dan dikenal sebagai limbus, dimana
disini kornea menyatu dengan sclera opak. Dengan fungsi utama untuk meneruskan
dan memfokuskan cahaya kedalam mata. Kornea terdiri dari lima lapisan yang mana
stroma merupakan 90% dari ketebalan lensa. Bagian ini tersusun dari lamella fibril-
fibril kolagen dengan lebar sekitar 1µm. Keempat lapisan lainnya yaitu lapisan epitel,
lapisan Bowman, lapisan membrane Descement dan lapisan endothelium menempati
10% dari lapisan kornea yang lainnya. Lapisan epitelium kornea, seperti epitelium
kulit, menyediakan pertahanan dari bakteri atau pathogen lainnya. Lapisan Bowman
adalah membrane yang sangat tipis (12µm) dibelakang epitelium. Pada aspek
posterior dari kornea terdapat membrane lain yang juga sangat tipis, mempunyai
ketebalan 10-15µm, yang juga memiliki fungsi sebagai media protektif. Endothelium
adalah lapisan tunggal pada aspek paling posterior dari kornea, berbatasan dengan
humor aqueous yaitu cairan yang mengisi ruangan mata.
Kornea mempunya indeks bias yang paling tinggi yaitu sekitar kira-kira 40
Dioptri. Pemeriksaan kelengkungan kornea ditentukan dengan keratometer.
Keratometri diperlukan untuk :
Melihat kecembungan kornea. Apakah kecembungannya itu berbeda
pada garis meridian sehingga menyebabkan mata tersebut mengalami
kelainan refraksi yang berupa astigmat.
Menyesuaikan kelengkungan lensa kontak yang dapat di steep
( cembung kuat), flat ( permukaan yang rata) ataupun normal
Melihat kemungkinan apakah terdapat permukaan kornea yang tidak
teratur atau astigmat irregular.
Humor Aquous
8
Cairan yang mengisi anterior chamber dari mata, yaitu area antara kornea dan
permukaan depan dari lensa, dinamakan humor aquous. Humor aquous ini
diproduksi oleh sel epitel non-pigmen korpus siliaris. Setelah memasuki nilik mata
belakang, humor aquous melalui pupil masuk ke bilik mata depan dan kemudian ke
perifer menuju sudut bilik mata depan dan melalui kanalis Schlemm. Humor aquous
ini memiliki fungsi sebagai menyediakan nutrisi untuk kornea dan bagian dari jalur
optic mata,menjaga tekanan intraokuler dan merupakan cairan transparan yang
memiliki salah satu daripada fungsi media refrakter.3,4
Lensa
Lensa yang berkembang sempurna berbentuk bikonveks dan tidak berwarna
sehingga hampir transparan sempurna. Permukaan posteriornya lebih konveks dari
permukaan anterior. Pada orang dewasa, tebalnya sekitar 4 mm dengan diameter 9
mm. lensa terletak di bilik mata belakang yaitu antara bagian posterior iris dan
bagian anterior dari korpus vitreous yang dinamakan sebagai fossa hyaloid. Terdapat
serabut-serabut yang dikenal sebagai zonula zinni (zonula fibers) di sekitar ekuator
lensa pada posisinya dan akan berkontraksi atau mengendur pada saat otot siliaris
berkontraksi atau berdilatasi saat proses akomodasi.1-6,10
Lensa merupakan salah satu media refraksi yang penting. Kekuatan dioptri
seluruh bola mata adalah sekitar 58 dioptri. Lensa mempunyai kekuatan dioptri
sekitar 15 dioptri. Tetapi kekuatan lensa kornea dapat berubah dengan meningkatnya
umur, yaitu menjadi sekitar 8 dioptri pada umur 40 tahun dan menjadi 1 atau 2
dioptri pada umur 60 tahun.1-6,12
Korpus Vitreous
Vitreous adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler yang
membentuk dua per tiga dari volume dan berat mata. Vitreous mengisi ruangan yang dibatasi
oleh kornea, retina dan diskus optikus. Permukaan luar vitrous ( membrane hyaloid )
normalnya kontak dengan struktur-struktur seperti kapsul lensa posterior, serat-serat zonula
pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optic. Basis vitrous mempertahankan
penempelan yang kuat ke lapisan epitel pars plana da retina tepat di belakang ora serata.
Perlekatan ke kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal kehidupan tetapi akan segera
menghilang. Vitreous berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen, kolagen
9
dan asam hialuronat, yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreous karena
kemampuannya mengikat banyak air.1-6,10
Selain keempat struktur bola mata di atas, terdapat satu struktur lagi yang
penting pada proses masuknya cahaya ke retina, yaitu pupil. Pupil merupakan lubang bundar
di tengah iris yang sesuai dengan bukaan lensa pada sebuah kamera. Pupil mengendalikan
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsip dasarnya diatur
oleh keseimbangan antara kontriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui
nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik. Kebanyakan respon
pupil diatur oleh sinyal kompleks yang dikirim melalu otak tengah (khususnya nucleus
Edinger-Westphal) sebagai respon dari cahaya yang mengenai retina. Pada proses miosis
(konstriksi), otot sfingter pupil akan mengecilkan pupil. Hal ini terjadi pada kondisi
lingkungan yang terang dan selama proses akomodasi. Miosis merupakan aktivitas daripada
saraf parasimpatis. Proses midriasi (dilatasi), otot dilator pupil akan melebarkan pupil. Hal ini
terjadi pada kondisi lingkungan yang gelap. Midriasi merupakan aktivitas daripada saraf
simpatis.
Gambar 1. Anatomi
bola mata
AKOMODASI
Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya pembiasannya.
Akomodasi dipengaruhi oleh serat-serat sirkuler mm. siliaris. Fungsi serat-serat sirkuler
adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula yang berorigo di lembah-lembah
di antara prosessus siliaris. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa
10
dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek yang berjarak dekat maupun jauh dalam
lapangan pandang.1,5,6
Ada beberapa teori mengenai mekanisme akomodasi, antara lain :
a. Teori Helmholtz jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris
digerakkan ke depan bawah, sehingga zonula zinnia menjadi kendor, lensa menjadi
cembung.
b. Teori Schoen terjadi akibat mm.siliaris pada bola mata karet yang dipegang dengan
kedua tangan dengan jari akan mengakibatkan pencembungan bola di bagian tengah.
c. Teori dari Tichering jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris
diegerakkan ke belakang atas/luar, sehingga zonula zinnia menjadi tegang, bagian
perifer lensa juga akan menjadi tegang, sedangkan bagian tengahnya didorong ke
sentral dan menjadi cembung.
Gambar
2. Skema terjadinya akomodasi mata
Punctum remotum ® adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyata tanpa
akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tidak terhingga. Punctum proksimum (p) adalah titik
terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal. Daerah akomodasi adalah daerah di
antara titik R dan titik P. lebar akomodasi (A) adalah tenaga yang dibutuhkan utnuk melihat
daerah akomodasi. Lebar akomodasi dinyatakan dengan dioptri, besarnya sama dengan
kekuatan lensa konveks yang harus diletakkan di depan mata yang menggantikan akomodasi
untuk punctum proksimum.
A = 1/P – 1/R
Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur dan punctum
proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh karena berkurangnya elastisitas
dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot siliaris.
11
REFRAKSI
Mata dapat dianggap sebagai kamera dimana sistem refraksinya menghasilkan
bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel batang dan sel kerucut
di retina, yang diteruskan melalui N.II ke korteks serebri pusat penglihatanm yang kemudian
tampak sebagai bayangan yang tegak. Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya
diserap oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi, pupil akan
mengecil untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata. Alat-alat refraksi
mata terdiri dari permukaan kornea, humor aquous, lensa dan korpus vitreous. Daya refraksi
kornea hampir sama dengan humor aquous, sedangkan daya refraksi lensa hampir sama
dengan korpus vitreous. Keseluruhan sistem refraksi mata ini membentuk lensa cembung
dengan fokus 23mm. Dengan demikian pada mata yang emetrop, dalam keadaan istirahat,
sinar yang sejajar yang datang di mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis di retina. Fovea
sentralis merupakan fokus principal posterior dari sistem refraksi mata ini dimana cahaya
datangnya sejajar, setelah melalui sistem refraksi ini akan bertemu. Fovea sentralis letaknya
23mm di belakang kornea, tepat dibagian makula lutea. Pembiasan terbesar terdapat pada
permukaan anterior kornea, ditambah dengan permukaan anterior dan posterior dari lensa.1,5,6
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara
umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan
bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat didepan atau
dibelakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan
terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias dan kelainan
panjang sumbu bola mata.
Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada bola
mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina.
Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan myopia (rabun jauh), hipermetropia
(rabun dekat) dan astigmat.14
12
ETIOLOGI ASTIGMAT
Astigmat terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang tidak rata
sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa
mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan dapat terfokus di bagian depan
retina sedang sebagian yang lain sinar difokuskan di belakang retina.14
Astigmat terjadi karena kekuatan pembiasan yang tidak sama terjadi pada kornea
dan lensa kristalin yang menyebabkan wujudnya bayangan kabur pada penderita
astigmatismus.
Pada umumnya salah satu meridian adalah meridian yang terkuatm dan meridian
yang satunya adalah meridian yang terlemah. Sedangkan pada astigmatismus myopicus
compositus merupakan salah satu dari beberapa macam kelainan astigmatismus dimana hasil
pembiasan dari bidang meridian terkuat dan bidang meridian terlemahnya berada didepan
retina, adapun penyebab terjadinya astigmatismus adalah :1,5,6,8
1. Kornea
Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea,
yaitu mencapai 80% - 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa
kristalin. Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung
kornea dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bola
mata. Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan genetic,
kongenital, bayi yang lahir dengan premature, kecelakaan, luka atau parut di kornea,
tekanan dari palpebral, peradangan kornea, keratokonus ( kelainan degenerative dari
mata dimana kornea secara bertahap menipis dan berubah bentuk menjadi lebih
konus), serta akibat pembedahan kornea.
2. Lensa Kristalin
Semakin bertambah umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga
semakin berkurang dan lama- kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan
yang dapat menyebabkan astigmus. Astigmatismus yang terjadi karena kelainan pada
lensa kristalin ini disebut juga sebagai astigmatismus lentikuler.1,2
Seseorang dengan diabetes umumnya mengalami astigmat lentikuler karena kadar
gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan perubahan bentuk dari lensa. Proses ini
biasanya berlangsung dengan lambat dan pada umunya baru dapat dideteksi ketika
pasien telah menerima perawatan untuk diabetesnya. Ketika diabetesnya dapat
13
terkontrol dan gula darah menjadi normal kembali maka bentuk lensa akan menjadi
normal kembali.
Untuk mengetahui apakah penyebab astigmatismus disebabkan oleh karena adanya
kelainan pada lensa kristalin atau kornea, salah satunya adalah dengan melihat dari
hasil pemeriksaan refraksi subyektif yaitu dengan menggunakan alat test yang disebut
cakram placido.
Gambar 3. Tes Placido
KLASIFIKASI ASTIGMAT
Klasifikasi astigmat berdasarkan faktor penyebab
a) Astigmat kornea
Yaitu astigmat yang disebabkan oleh adanya perbedaan kelengkungan dari kedua
meredian di kornea. Kebanyakan kornea mengalami astigmat with-the-rule. Tingkat
astigmat kornea dapat ditentukan dengan menggunakan keratometer.5
b) Astigmat internal
Yaitu astigmat yang disebabkan oleh adanya perbedaan kelengkungan atau torisitas
(perbedaan kelengkungan pada meredian yang berbeda) dari permukaan belakang
kornea dan lensa. Tipe ini adalah lebih jarang dari astigmat kornea. Tidak ada metode
klinikal untuk mengukur astigmat internal.5
c) Astigmat total (refraktif)
Yaitu astigmat yang ditentukan oleh refraksi objektif (retinoskopi) atau refraksi
subjektif. Astigmat total terdiri dari kedua-dua astigmat kornea dan astigmat internal.
Oleh karena itu, astigmat internal dapat ditentukan dengan menggunakan formula:
Astigmat internal = Astigmat total – astigmat kornea.5
14
Klasifikasi astigmat berdasarkan titik fokal cahaya
a) Astigmat regular 4,11
Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian utamanya ( meredian di
mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bola mata ), mempunyai arah
yang saling tegak lurus. Misalnya, jika daya bias terkuat berada pada meredian 90°, maka
daya bias terlemahnya berada pada meredian 180°, jika daya bias terkuat berada pada
meredian 45°, maka daya bias terlemahnya berada pada meredian 135°. Astigmatisme jenis
ini, jika mendapat koreksi lensa silindris yang tepat, akan bisa menghasilkan ketajaman
penglihatan yang normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan
yang lain.
Jika prinsip meredian dari astigmat mempunya orientasi yang konstan pada setiap
titik di seberang pupil, dan jika jumlah astigmat yang sama pada setiap titik, kondisi refraksi
dikenali sebagai astigmat regular dan bisa dikoreksi dengan lensa silindris. Sinar-sinar cahaya
aksis visual difokuskan pada titik dalam bentuk satu garis dibelakang kornea dan kelainan ini
berlaku terutama disebabkan oleh kelainan kurvatur kornea. Astigmat regular dapat
diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi prisip meredian dan berdasarkan letak fokus
bayangan atau sinar pada kedua prinsip meredian.11
Jika ditinjau dari arah axis lensa koreksinya, astigmatisme regular ini juga dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu :
Astigmatisme Simetris
Pada astigmat ini, kedua bola mata memiliki meredian utama yang deviasinya
simetris terhadap garis medial. Ciri yang mudah dikenal adalah axis silindris
mata kanan dan kiri yang apabila dijumlahkan akan bernilai 180° (toleransi
sampai 15°), misalnya kanan Cyl -0,50X45° dan kiri -0,75X135°.
Astigmatisme Asimetris
Jenis astigmatisme ini adalah meredian utama kedua bola matanya tidak
memiliki hubungan yang simetris terhadap garis medial. Contohnya, kanan
Cyl -0,50X45° dan kiri Cyl -0,75X100°.
Astigmatisme Oblique
Adalah astigmatisme yang memiliki meredian utama kedua bola matanya
cenderung searah dan sama-sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap
meredian horizontal atau vertical. Misalnya, kanan Cyl -0,50X55° dan kiri Cyl
-0,75X55°
15
Klasifikasi astigmat regular berdasarkan letak atau posisi principal meredian :
i) Astigmat with-the-rule
Astigmat with-the-rule sering didapati pada anak-anak. Pada tipe ini,
meredian vertical adalah paling curam dan silinder plus harus digunakan pada
atau berdekatan dengan aksis 90°. 4
Jika meredian vertical memiliki daya bias lebih kuat dari pada
meredian horizontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl – pada axis
vertical atau Cyl + pada axis horizontal.
ii) Astigmat against-the-rule
Tipe ini lebih sering ditemukan pada orang dewasa dimana meredian
horizontal adalah paling curam dan silinder plus harus digunakan pada atau
berdekatan aksis 180°.4
Jika meredian horizontal memiliki daya bias lebih kuat daripada
meredian vertical, astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl – pada axis
horizontal atau dengan Cyl + pada axis vertical.
iii) Astigmat Oblik
Astigmat oblik adalah apabila principal meredian tidak berada atau
berdekatan dengan 90° atau 180°. Pada dasarnya, astigmat oblik adalah
apabila principal meredian adalah lebih dari 30° dari sudut 90° atau 180°.
Astigmat oblik jarang ditemukan.13
Klasifikasi astigmat regular berdasarkan letak fokus bayangan atau sinar kedua
principal meredian :
Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat
akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B.19
i. Simpel Astigmat
Simple miop astigmat
Jika 1 garis fokal berada di depan retina dan satunya lagi pada retina. Koreksi
akan dilakukan dengan lensa silinder minus (-).11
Astigmatisme jenis ini, titik A berada didepan retina, sedangkan titik B berada
tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00
Cyl –Y atau Sph –X Cyl +Y dimana X dan Y memiliki angka yang sama.
16
Gambar 4. Simple Miop Astigmat
Simple hipermetrop astigmat
Jika 1 garis fokal berada di belakang retina dan satunya lagi berada pada retina.
Koreksi dilakukan dengan menggunakan lensa silinder plus (+).11
Gambar 5. Simple Hipermetrop Astigmat
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada
tepat di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah
Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl –Y dimana X dan Y memiliki angka yang
sama.
ii. Compound Astigmat
o Compound miop astigmat
17
Jika kedua garis fokal berada di depan retina. Koreksi dilakukan dengan
lensa sferis minus (-) dan lensa silinder minus (-).
Gambar 6. Compound Miop Astigmat
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph –X Cyl –Y.
o Compound hipermetrop astigmat
Jika kedua garis fokal berada di belakang retina. Koreksi dilakukan dengan
menggunakan lensa sferis plus (+) dan silinder plus (+).
Gambar 7. Compound Hipermetrop Astigmat
Astigmatisme jenis ini, titik B berada dibelakang retina, sedangkan titik A
berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y
iii. Mixed Astigmat
18
Jika satu garis fokal berada didepan retina dan satunya lagi dibelakang retina.
Koreksi dilakukan dengan lensa sferis plus (+) dan silinder plus (+).
Gambar 8.
Mixed Astigmat
Astigmatisme jenis ini, titik A berada didepan retina, sedangkan titik B berada
dibelakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph
+X Cyl –Y. atau Sph –X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat
ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama-
sama + atau -.
iv. Astigmat irregular
Bentuk astigmatisme ini, meredian-meridian utama bola mata tidak
saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh ketidak
beraturan kontur permukaan kornea dan lensa mata, juga bisa disebabkan oleh
adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bola mata ataupun lensa
mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisme jenis ini sulit
untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak. Meskipun
bisa, biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang setara dengan
ketajaman penglihatan normal.
19
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidak
beraturan kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan
optimal masih cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku ( hard
contact lens) atau dengan tindakan operasi yang berupa LASIK atau
keratotomi.
PATOFISIOLOGI ASTIGMAT REGULAR
Permukaan lensa astigmat berbeda dengan permukaan lensa sferikal. Lensa
sferis mempunyai permukaan kurvatur yang sama dan oleh sebab itu ia mempunyai
tingkat refraksi yang sama pada setiap meredian. Pada lensa astigmat kurvatur
bervariasi dari suatu nilai yang terendah ke suatu nilai yang tertinggi, dimana kedua
nilai ini terletak pada meredian dengan perbedaan 90°. Oleh karena itu, terdapat
perbedaan tingkat refraksi dari suatu meredian dengan satunya lagi sehingga sinar
cahaya tidak dapat membentuk suatu titik fokus, tetapi membentuk 2 jalur fokus.
20
Lapisan 3-dimensi oleh sinar cahaya yang terbentuk dari lensa astigmat (lensa
sferosilidris) ini dikenal sebagai conoid of Sturm.4,5,12
Conoid of Sturm mempunyai 2 jalur fokal, setiap satunya sejajar dengan salah satu
dari principal meredian dari lensa sferosilindris. Potongan melintang conoid of sturm
biasanya membentuk suatu bentuk bujur, tetapi pada min dioptri kedua jalur fokal
tersebut terdapat potongan melintang conoid of Sturm yang akan berbentuk bulat
(circular). Sinar cahaya yang bulat ini dikenal sebagai circle of least confusion. Circle
of least confusion ini adalah tempat dimana fokus keseluruhan lensa astigmat ini
menjadi paling akurat. Secara teori dapat dikatakan bahwa huruf paling jelas dilihat
pada titik ini karena kekaburan yang berlaku adalah sama pada setiap meredian.4,5,12
GEJALA
ASTIGMAT 6,7,9
Pada umumnya, seseorang yang menderita astigmat tinggi mmenyebabkan gejala-gejala
sebagai berikut :
Memiringkan kepala atau disebut dengan “tilting his head”, pada umumnya keluhan
ini sering terjadi pada penderita astigmat oblik yang tinggi.
Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
Menyempitkan mata seperti penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan
efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmat juga menyempitkan mata
pada saat bekerja dekat seperti membaca
Pada saat membaca, penderita astigmat ini memegang bacaan mendekati mata,
seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,
meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedangkan pada penderita astigmat renda, biasa ditandai dengan gejala-gejala berikut :
Sakit kepala bagian frontal
21
Ada pengaburan sementara pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan
mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang mendapatkan gambaran klinis
yang jelas dan ditunjang dengan pemeriksaan visus. Pemeriksaan untuk mengukur astigmatis
bagaimana mata fokus terhadap cahaya dan menentukan kekuatan dari beberapa lensa optikal
yang diperlukan untuk menkompensasi penurunan penglihatan. Pemeriksaan itu termasuk :
Ketajaman penglihatan – pada pemeriksaan ini pasien akan membaca huruf dari
jarak yang telah ditentukan. Pemeriksaan ini mengukur ketajaman penglihatan, yang
ditulis sebagai pecaham 20/40. Nomor di bagian atas adalah jarak standard
pemeriksaan dilakukan, dua puluh kaki. Nomor bagian bawah mengindikasikan jarak
dimana seseorang dengan penglihatan normal dapat membaca dengan benar
dibandingkan dengan pasien. 20/40 mengindikasikan bahwa saat pasien dapat
membaca dengan benar pada jarak 20 kaki, sebenarnya pada orang dengan
penglihatan normal hal itu dapat dibaca pada jarak 40 kaki. Jarak normal ketajaman
penglihatan adalah 20/20. Pemeriksaan ketajaman visus yang penting adalah Snellen
Chart atau ‘lighted box’ yang menampilkan baris huruf yang semakin kecil.
Uji Pengaburan - Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris
positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana
yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus
padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan
sumbu 180°. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis
juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring
horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder
ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan
perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas
Keratometri – keratometer adalah alat primer yang digunakan untuk mengukur
kurvatur dari kornea. Dengan memfokuskan pada lingkaran cahaya pada kornea dan
22
mengukur pantulannya, dapat menentukan kurvatur yang tepat dari permukaan
kornea. Pengukuran ini terutama digunakan untuk menetukan kontak lens yang tepat.
Prosedur yang lebih mutakhir dinamakan topography kornea dimana dapat dilakukan
pada beberapa kasus untuk mendapatkan bentuk yang lebih detail dari kornea.
Refraksi – menggunakan instrument yang dinamakan phoropter, dengan cara
menempatkan serangkaian lensa didepan mata dan mengukur pemfokusan cahaya.
Dengan menggunakan instrument yang dinamakan retinoskop atau instrument
otomatis yang secara otomatis mengevaluasi kekuatan pemfokusan cahaya dari mata.
Kemudian ditentukan lensa mana yang dapat menghasilkan penglihatan yang paling
jelas dari respon pasien.
Gambar 9. Phoropter
TERAPI
Non- farmakologik
Pemberian lensa silinder
Pada compound astigmat suatu lensa torik diperlukan untuk koreksi. Lensa ini
mempunyai abilitas refraksi pada kedua meridian, tetapi lebih banyak pada suatu
meridian dibanding satunya lagi.
Gambar 10. Koreksi lensa pada astigmat
23
Pemakaian lensa kontak
Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standard medis dan pemeriksaan
secara medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup tinggi. Pada astigmat
irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada
dataran permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa
kontak. Soft Contact Lens toric disediakan untuk mengkoreksi banyak tipe dari
astigmat. Akibat dari kontak dengan lensa kontak maka permukaan depan kornea
akan tertutup rata dan tidak terisi film air mata.
Farmakologik
Pemberian obat tetes mata yang bisa digunakan untuk penderita adalah obat tetes
mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata dan obat tetes mata yang
mengandungi Vitamin A
Pembedahan
Radial Keratotomy
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan ditinggalkan 4 mm
sebagai zona optik.Pada penyembuhan insisi ini terjadi pendataran dari permukaan
kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur ini sangat bagus
untuk miopi derajat ringan dan sedang.
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi trauma setelah RK,
terutama bagi penderita yang berisiko terjadi trauma tumpul, seperti atlet, tentara. Bisa
terjadi astigmat irreguler karena penyembuhan luka yang tidak sempurna,namun
jarang terjadi. Pasien Post RK juga dapat merasa silau saat malam hari.
24
Gambar 11. Radial Keratotomy
LASIK
Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea anterior
diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara langsung diablasi dengan
tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea menjadi flat. Sekarang teknik ini
digunakan pada kelainan miopi yang lebih dari - 12 dioptri.
25
Gambar 12. Operasi LASIK
Kriteria pasien untuk LASIK
- Umur lebih dari 20 tahun.
- Memiliki refraksi yang stabil,minimal 1 tahun.
- Motivasi pasien
- Tidak ada kelainan kornea dan ketebalan kornea yang tipis merupakan kontraindikasi
absolut LASIK.
Gambar
13. Prosedur LASIK
Keuntungan LASIK:
- Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif
- Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.
- Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata karena trauma setelah
operasi,
- Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.
- Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.
-
Kekurangan LASIK:
- LASIK jauh lebih mahal
- Membutuhkan skill operasi para ahli mata.
26
- Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti flap putus saat
operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat irreguler.
PRK
Pada photorefractive keratectomy (PRK), ‘excimer laser’ digunakan untuk
‘photoablate’ kurvatur anterior jaringan stroma kornea. Epitelium kornea dilepaskan
sebelum ‘photoablation’ dan memerlukan 3-4 hari untuk regenerasi, dimana dalam
jangka waktu ini ‘bandage contact lense’ dipakai.
Kelemahan PRK:
- Penyembuhan postoperatif yang lambat
- Keterlambatan penyembuhan epitel menyebabkan keterlambatan pulihnya
penglihatan dan pasien merasa nyeri dan tidak nyaman selama beberapa minggu.
- Dapat terjadi sisa kornea yang keruh yang mengganggu penglihatan
- PRK lebih mahal dibanding RK
Gambar 14. PRK
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton A C, Hall J E. Mata: I. Optik Penglihatan dalam Buku Teks Fisiologi
Kedokteran. Elsevier. Philadelphia. 1998.p 253-64.
2. Vaughan D G, Asbury T, Riordan P. Optik & Refraksi. Ofthalmologi umum.14th
Ed. Jakarta:Widya Medika.2000:29
27
3. Khaw P T,Shah P,Elkington AR.Refractive Errors.In:ABC of Eyes.BMJ
Books.London.2004.P:15-20
4. Skuta G L, Cantor LB, Weiss JS.Clinical Optics,Section 3,2008-2009.American
Academy Of Ophtalmology. Page:105-71
5. Ilyas HS.Kelainan Refraksi.In:Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.2004.Page:72-82.
6. eHealth Options.Understanding Astigmatism:Information,symptoms and
treatment.eHealth Encyclopedia.2010.
7. Hutauruk MR.Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Orang Tua Tentang
Kelainan Refraksi Pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro,Semarang,2009.
8. Read S,Collins MJ,Carney LG. A review of astigmatism and its possible
genesis.Clinical and experimental optometry.2007
9. Yani DA,Kelainan Refraksi Dan Mata.Surabaya Eye Clinic.[PDF Ebook].2009.
10. Waloszek G, Vision and Visual Disabilities-An Introduction. SAP User
Experience Website.2005
11. Hamzah. Kuliah Anomali Refraksi.Bagian Ilmu Penyakit Mata. Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.Dec 2004.
12. Yousuf,Mohd. Role of pterygium excision in pterygium induced astigmatism.JK
practioner.Dec 2004.
13. Soemarsono,A. Kebutaan akibat kelainan fundus. Berkala Ilmu Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, Mar 1985
14. ILUNI-FK. Kelainan refraksi, available at
http://www.klikdokter.com/illness/detail/35
15. presbiop,hipermetrop dan astigmat. Available at
http://ceftriaxone.blogspot.com/2008/06/gangguan -refraksi.html
16. Mata Cylindris, ternyata ada beberapa jenis, available at
http://www.optikisna.info/mata-cylindris-ternyata-ada-beberapa-jenis.html
28