30
BAB I PENDAHULUAN Ilmu kedokteran psikosomatik adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari pengetahuan dan perawatan gangguan fisik dengan latar belakang psikogenik. Tegangan-tegangan emosional yang muncul dari konflik-konflik yang tidak terpecahkan dan frustasi-frustasi yang berlebihan menyebabkan reaksi- reaksi tubuh (penyakit-penyakit fisik), misalnya hipertensi, ulkus peptik, migrain, asma, dan gangguan pada kulit tertentu. Gangguan-gangguan psikosomatik ini disebut juga neurosis karena gangguan-gangguan dan kerusakan pada beberapa bagian tubuh disebabkan oleh kesulitan mental atau emosional. 1 Gangguan-gangguan psikosomatik harus dibedakan dari gangguan-gangguan somatoform. Pada kedua macam gangguan ini, penyebabnya adalah psikologis dan simptomnya adalah fisik. Perbedaannya adalah pada gangguan- gangguan psikosomatik, ada kerusakan fisik (misalnya ulkus peptik adalah luka-luka dalam lapisan perut), sedangkan pada gangguan-gangguan somatofom tidak ada kerusakan fisik (misalnya individu mengalami sakit perut tetapi perutnya tetap dalam kondisi baik. Istilah somatoform digunakan karena tidak ada kerusakan fisik, simtomnya hanya mengambil wujud gangguan somatik. 2

refarat psikosomatis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aspek psikosomatis Hipertensi

Citation preview

Page 1: refarat psikosomatis

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran psikosomatik adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran

yang mempelajari pengetahuan dan perawatan gangguan fisik dengan latar

belakang psikogenik. Tegangan-tegangan emosional yang muncul dari konflik-

konflik yang tidak terpecahkan dan frustasi-frustasi yang berlebihan menyebabkan

reaksi-reaksi tubuh (penyakit-penyakit fisik), misalnya hipertensi, ulkus peptik,

migrain, asma, dan gangguan pada kulit tertentu. Gangguan-gangguan

psikosomatik ini disebut juga neurosis karena gangguan-gangguan dan kerusakan

pada beberapa bagian tubuh disebabkan oleh kesulitan mental atau emosional.1

Gangguan-gangguan psikosomatik harus dibedakan dari gangguan-gangguan

somatoform. Pada kedua macam gangguan ini, penyebabnya adalah psikologis

dan simptomnya adalah fisik. Perbedaannya adalah pada gangguan-gangguan

psikosomatik, ada kerusakan fisik (misalnya ulkus peptik adalah luka-luka dalam

lapisan perut), sedangkan pada gangguan-gangguan somatofom tidak ada

kerusakan fisik (misalnya individu mengalami sakit perut tetapi perutnya tetap

dalam kondisi baik. Istilah somatoform digunakan karena tidak ada kerusakan

fisik, simtomnya hanya mengambil wujud gangguan somatik.2

Keluhan psikosomatik sering ditemukan pada praktik klinis sehari-hari.

Dokter umum juga seringkali mendapati pasien dengan keluhan psikosomatik.

Kepustakaan melaporkan lebih dari 50% pasien dengan keluhan fisik yang tidak

mempunyai penyebab objektif dari keluhannya itu. Keluhannya bisa dari

kelelahan, nyeri dada, batuk, nyeri punggung, napas pendek, hingga berbagai

keluhan yang melibatkan organ tubuh. Keluhan psikosomatik sebaiknya dikaji

dengan pendekatan biopsikososial. Dalam praktik sehari-hari, keluhan tersebut

dapat diatasi dengan kemampuan komunikasi yang baik dari dokter yang

merawat.

Rasa tertarik dokter terhadap keluhan pasien, empati, dan apresiasi terhadap

pasien, serta memberikan kepastian pengobatan sering membuat pasien dengan

keluhan psikosomatik menjadi lebih baik. Sayangnya hal itu seringkali tidak

Page 2: refarat psikosomatis

dilakukan dengan baik dan menyebabkan pasien berpindah-pindah dokter untuk

mencari jawaban akan keluhannya. Pasien seperti itu sering dikenal dengan

sebutan “pasien sulit” yang sering menimbulkan rasa frustasi pada pasien dan juga

dokter.3-6

Hipertensi merupakan keadaan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-

hari. Beberapa orang mengeluhkan sakit atau rasa berat di kepala bagian belakang,

dan ketika diperiksa, ternyata tekanan darahnya tinggi. Hipertensi diperkirakan

menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh dunia atau sekitar

13% dari total kematian penduduk dunia.7

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah

meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih

keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika

dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama

organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.8

Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada

kriteria diagnosis JNC VII 2003 (Joint National Committee), yaitu hasil

pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90

mmHg. Kriteria JNC VII 2003 (Joint National Committee) hanya berlaku untuk

umur ≥18 tahun, maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan

darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥18 tahun.

Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Selain

itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap

kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak

menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan

organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi

ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau

datang dengan keluhan lain.9,10

Hipertensi telah berdampak terhadap satu miliar penduduk di dunia, yang

berujung terhadap serangan jantung dan stroke. Peneliti telah memperkirakan

bahwa saat ini peningkatan tekanan darah membunuh sembilan juta penduduk

setiap tahunnya.11

Page 3: refarat psikosomatis

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Tahun 2013, mengemukakan

prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% berdasarkan umur ≥ 18 Tahun

dan prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan menurut hasil Riset Kesehatan

Dasar Depkes RI Tahun 2013, mencapai 28,1%.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering pada jaman ini. Ada

yang menyebut jaman ini sebagai jaman ansietas. Sehingga merupakan suatu

kemungkinan bahwa meningkatnya frekuensi hipertensi berhubungan dengan

adanya gangguan psikosomatik selain bertambahnya usia serta faktor resiko lain.

Penelitian tentang faktor psikososial dan faktor sosiokultural hinggasaat ini

mendapatkan hubungan yang lebih nyata bahwa perubahan hemodinamik,

peningkatan tekanan darah berhubungan dengan faktor psikologis, emosional,

ansietas, depresi dan faktor psikososial lainnya, seperti white coat hypertyension.12

BAB II

Page 4: refarat psikosomatis

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Psikosomatis1. Definisi gangguan psikosomatis

Gangguan psikosomatik ialah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat atara suatu peristiwa psikososisal tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut.

Ada juga yang memberikan batasan bahwa gangguan psikosomatik merupakan suatu kelainan fungsional suatu alat atrau system organ yang dapat dinyatakan secara obyektif, mislanya danya spasme, hipo atau hipersekresi, perubahan kondisi saraf dan lainnya. keadaan ini dapat disertai adanya kelainan organik/struktural sebagai akibat gangguan fungsional yang sudah berlangsung lama.

Pada kenyataannya gangguan fisis dapat disebabkan oelh gangguan psikis dan sebaliknya gangguan-gangguan psikis dapat disebabkan oleh kondisi somatik medis seseorang. Ada yang menyatakan setiap penyakit dapat disebut psikosomatik sebab tidak ada penyakit somatic yang sepenuhnya bebas dari gejala psikis dan sebaliknya gangguan-gangguan psikis sering bermanifestasi berupa gangguan-gangguan somatik.

Menurut JC Heinroth yang dimaksud dengan gangguan psikosomatik ialah adanya gangguan psikis dan somatik yang menonjol dan tumpang tindih. berdasarkan pengertian dan kenyataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit yang ditandai oleh keluhan-keluhan psikis dan somatik yang dapat merupakan kelainan fungsional suatu organ dengan

Page 5: refarat psikosomatis

ataupun tanpa gejala obyektif dan dapat pula bersamaan dengan kelainan organik/struktural yang berkaitan erat dengan stressor atau peristiwa psikososial tertentu.12

Gangguan fungsional yang ditemukan bersamaan dengan gangguan structural organis dapat berhubungan sebagai berikut:

Gangguan fungsional yang lama dapat menyebabkan atau mempengaruhi timbulnya gangguan structural seperti asma bronchial, hipertensi, penyakit jantung koroner, arthritis rheumatoid, dll

Gangguan atau kelainan structural dapat menyebabkan gangguan psikis dan menimbulkan gejala-gejala gangguan fungsional seperti pada pasien penyakit kanker, penyakit jantung, gagal ginjal,dll

Gangguan fungsional dan structural organic berada bersamaan oleh sebab yang berbeda (suatu ko-insidensi)

2. Stres. Stresor dan Gangguan Psikosomatik

Pengertian Stres

Secara umum stres sebenarnya memberikan pengertian,

gangguan psikosomatik, sehingga tidak jarang dalam praktek

kedokteran istilah stres cenderung digunakan bagai suatu diagnosis.

Oleh karena itu perlu dipahami etui pengertian tentang stres dalam

kaitannya dengan gangguan psikosomatik.

Sebenarnya istilah stres bisa diartikan sebagai stres fisis maupun

stres fisik atau lingkungan pikis. Tetapi secara umum dan populer

yang dimaksud stres diartikan sebagai stres psikis. Selanjutnya yang

dimaksud dengan stres ialah stres psikis.

Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye

seorang ahli fisiologi dan pakar stres yang dimaksud dengan stres

ialah suatu respons tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau

Page 6: refarat psikosomatis

tuntutan atasnya. Jadi merupakan respons automatik tubuh yang

bersifat adaptif pada setiap perlakuan yang menimbulkan perubahan

fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi fisis

yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis stres

didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh

kebutuhan psikologis tubuh, atau disebabkan oleh situasi lingkungan

atau sosial yang potensial berbahaya, memberikan tantangan,

menimbulkan perubahan-perubahan atau memerlukan mekanisme

pertahanan seseorang. Baik dari sudut pandang kedokteran maupun

psikologis, dalam keadaan stres terjadi perubahan-perubahan psikis,

fisiologis, biokemis dan Iain-Iain reaksi tubuh di samping adanya

proses adaptasi. Pada saat perubahan itu sudah mengganggu fungsi

psikis dan somatik, timbul keadaan yang disebut distres, yang secara

klinis merupakan gangguan psikosomatik. Untuk istilah stres yang

digunakan kalangan medis untuk diagnosis akan lebih tepat bila

dipakai istilah distres atau dengan menyebutkan gangguan

psikosomatik tertentu.

Pengertian Stresor

Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang. Karena adanya

Stresor terpaksa seseorang harus menyesuaikan diri untuk

menanggulangi stresor yang timbul. Dengan perkataan lain jelaslah

bahwa stresor ialah suatu keadaan yang dapat menimbulkan stres.

Jenis-jenis stresor dapat dikelompokkan sebagai berikut: masalah

perkawinan, masalah keluarga, masalah hubungan interpersonal,

masalah pekerjaan, lingkungan hidup, masalah hukum, keuangan,

perkembangan, penyakit fisik, dan Iain-Iain. Adapula yang membagi

stresor menjadi;

stresor fisis seperti panas, dingin, suara bising dan sebagainya

stresor social seperti keadaan sosial, ekonomi, politik,

pekerjaan, karir, masalah keluarga, hubuntgan interpersonal,

dan Iain-Iain

Page 7: refarat psikosomatis

stresor psikis misalnya frustrasi, rendah diri, perasaan berdosa,

masa depan yang tidak jelas dan sebagainya

Psikofisiologi dan Psikopatologi

Walaupun patofisiologi timbulnya kelainan fisis yang

berhubungan dengan gangguan psikis/emosi belum seluruhnya dapat

diterangkan namun sudah terdapat banyak bukti dari hasil penelitian

para ahli yang dapat dijadikan pegangan. Gangguan psikis/konflik

emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata diikuti

oleh perubahan-perubahan fisiologis dan biokemis pada tubuh

seseorang. Perubahan fisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan

pada sistem saraf autonom vegetatif, sistem endokrin dan sistem imun.

Oleh karena itu, belakangan ini perubahan-perubahan fisiologi

tersebut dapat diterangkan dengan bidang ilmu baru yaitu psiko-

neuro-endokrinologi atau psikoneuro-imunologi atau ada yang

memakai istilah psiko-neuro-imuno-endokrinologi. Perubahan pada

ketiga sistem tersebut terjadi bersamaan dan saling tumpang tindih.

B. Hipertensi1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi berasal dari dua kata, hiper yang artinya tinggi dan tensi yang

artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension

(ASH), hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang

berasal dari jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang

progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling

berhubungan.7 Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana

tekanan darah meningkat diatas tekanan darah normal.13

Klasifikasi Hipertensi

KategoriTekanan Sistolik

(mmHg)

Tekanan Diastolik

(mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Normal Tinggi 130-139 85-89

Grade I Hypertension 140-159 90-99

Page 8: refarat psikosomatis

Sub Group: Borderline 140-149 90-94

Grade 2 Hypertension 160-179 100-109

Grade 3 180 110

Isolated Systolic

Hypertension140 <90

Sub Group: Borderline 140-149 <90

Tabel : Klasifikasi hipertensi menurut WHO_ISH tahun 1999.14

Klasifikasi hipertensi menurut WHO berdasarkan tekanan diastolik,

yaitu:

Hipertensi derajat I, jika tekanan diastoliknya 95-109 mmHg.

Hipertensi derajat II, Jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.

Hipertensi derajat III, jika tekanan diastoliknya ≥120 mmHg.7

2. Etiologi hipertensi

Hipertensi menurut etiologinya dibagi menjadi 2:

1) Hipertensi Primer

Juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan merupakan

95% dari kasus-kasus hipertensi. Penyebabnya merupakan interaksi

yang kompleks antara faktor genetik dan berbagai faktor

lingkungan.13

2) Hipertensi Sekunder

Sekitar 5% kasus hipertensi yang diketahui penyebabnya, dan dapat

dikelompokkan, seperti Gangguan ginjal yang dapat menimbulkan

hipertensi yaitu, glomerulonefritis akut, penyakit ginjal kronis,

penyakit polikistik, stenosis arteri renalis, vaskulitis ginjal, dan

tumor penghasil renin. Gangguan pada sistem endokrin juga dapat

menyebabkan hipertensi, dintaranya seperti hiperfungsi

adrenokorteks (sindrom Cushing, aldosteronisme primer, hiperplasia

adrenal kongenital, ingesti licorice), hormon eksogen

(glukokortikoid, estrogen, makanan yang mengandung tiramin dan

simpatomimetik, inhibitor monoamin oksidase), feokromositoma,

akromegali, hipotiroidisme, dan akibat kehamilan. Gangguan pada

Page 9: refarat psikosomatis

sistem kardiovaskular seperti koarkasio aorta, poliarteritis nodosa,

peningkatan volume intravaskular, peningkatan curah jantung, dan

rigiditas aorta juga dapat menyebabkan hipertensi, begitu pula

dengan gangguan neurologik seperti psikogenik, peningkatan

intrakranium, apnea tidur, dan stres akut.13

3. Manifestasi Klinik

Gejala Hipertensi biasanya tidak spesifik. Pada hipertensi primer yang

belum mengalami komplikasi, pasien biasanya tidak bergejala atau

hanya mengeluhkan sakit kepala dan tegang di belakang leher. Apabila

sudah terjadi kerusakan organ barulah bergejala sesuai organ yang

terganggu.

Hipertensi sekunder biasanya keluhan mengarah ke penyakit

penyebabnya.13

4. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi penting lain tekanan darah tinggi ialah perkembangan

lambat laun penyakit dinding pembuluh arteri. Pada umumnya, ini

terjadi karena stress, yang khusus adalah arteri-arteri otot jantung, aorta,

pembuluh darah otak, pembuluh darah retina, organ yang paling peka

dibalik mata. Atheroma (suatu endapan lemak pada dinding lapisan

arteri) dan kemudian artherosclerosis berkembang. Dinding-dinding

pembuluh darah itu mengalami pengapuran dan tidak elastis. Setelah hal

ini terjadi, maka akan terjadi pembekuan (thrombus), dan inipun akan

menimbulkan komplikasi. Musibah di daerah otak dapat mengakibatkan

kematian yang tiba-tiba.

Pembuluh darah ginjal sangat mudah terganggu karena tekanan darah

yang terus-menerus berubah. Patologi ginjal dan penyakit ginjal boleh

jadi akan timbul dan mgekibatkan kematian. Sering pembuluh darah

retina juga terpengaruh. Pemeriksaan retina akan dapat menunjukkan

beratnya dan perkembangannya tekanan darah tinggi. Yang biasa

ditemukan ialah “garis-garis berwarna perak”. Apabila nadi menindih

pembuluh darah halus maka akan terjadi penyempitan yang disebut

‘nipping’. Eksudat (bahan yang merembes melalui dinding pembuluh

Page 10: refarat psikosomatis

darah ke dalam jaringan sekitarnya) adalah komplikasi yang lebih

parah.14

5. Patofisiologi Hipertensi

Pada kebanyakan orang tekanan arteri adalah normal dan dipertahankan

dalam suatu batas relatif sempit. Ini berarti bahwa sistim pengawasan

diintegrasikan sedemikian rupa sehingga apabila tekanan meningkat

harus segera diturunkan. (Buku Ajar Kardiologi, 2004)

Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan

oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan dan demografik yang

mempengaruhi dua variabel hemodinamik: curah jantung dan resistansi

perifer. Total curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara

volume darah sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistansi

perifer total terutama ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada

efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan

keseimbangan antara pengaruh vasokontriksi humoral (termasuk

angiotensin II dan katekolamin) dan vasodilator (termasuk kinin,

prostaglandin, dan oksida nitrat). Resistensi pembuluh juga

memperlihatkan autoregulasi; peningkatan aliran darah memicu

vasokonstriksi agar tidak terjadi hiperperfusi jaringan. Faktor lokal lain

seperti pH dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adrenergik a- dan

ß-), mungkin penting. Ginjal berperan penting dalam pengendalian

tekanan darah, melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi

resistensi perifer dan homeostasis natrium. Angiontensin II

meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resitensi perifer

(efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan volume darah (stimulasi

sekresi aldosteron, peningkatan reabsorbsi natrium dalam tubulus distal).

Ginjal juga mengasilkan berbagai zat vasodepresor atau antihipertensi

yang mungkin melawan efek vasopresor angiotensin. Bila volume darah

berkurang, laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate) turun

sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi natrium oleh tubulus proksimal

sehingga natrium ditahan dan volume darah meningkat.

Page 11: refarat psikosomatis

Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik

(hipertensi esensial). Beberapa faktor diduga berperan dalam defek

primer pada hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik

maupun lingkungan. Penurunan ekskresi natrium pada tekanan arteri

normal mungkin merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial.

Penurunan ekskresi natrium kemudian dapat menyebabkan

meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer

sehingga tekanan darah meningkat. Pada keadaan tekanan darah yang

lebih banyak natrium untuk mengimbangi asupan dan mencegah retensi

cairan. Oleh karena itu, ekskresi natrium akan berubah, tetapi tetap

steady state (“penyetelan ulang natriuresis tekanan”). Namun, hal ini

menyebabkan peningkatan stabil tekanan darah. Hipotesis alternatif

menyarankan bahwa pengaruh vasokonstriktif (faktor yang memicu

perubahan struktural langsung di dinding pembuluh sehingga resistensi

perifer meningkat) merupakan penyebab primer hipertensi. Selain itu,

pengaruh vasikonstriktif yang kronis atau berulang dapat menyebabkan

penebalan struktural pembuluh resistensi. Faktor lingkungan mungkin

memodifikasi ekspresi gen pada peningkatan tekanan. Stres, kegemukan,

merokok, aktifitas fisik berkurang, dan konsumsi garam dalam jumlah

besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.

6. Diagnosis Hipertensi

Tekanan darah sering diukur dengan alat yang disebut sebagai

sphygmomanometer, yang terdiri dari stetoskop, cuff lengan, pompa dan

katup.

Tekanan darah diukur melalui dua arah : sistol dan diastol

Tekanan darah sistol adalah tekanan maksimum saat jantung

berkontraksi

Tekanan darah diastol adalah tekanan minimum diantara jantung

berkontraksi

Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) dan

ditulis dengan sistol diatas diastol ( sebagai contoh 120/80 mm Hg ).

Menurut guideline yang terbaru, tekanan darah yang normal adalah

Page 12: refarat psikosomatis

kurang dari 120/80 mm Hg. Hipertensi adalah tekanan darah yang

melebihi 140/90 mmHg. Untuk orang-orang yang berusia lebih dari 60

tahun, dikatakan tekanan darah apabila melebihi 150/90 mmHg.

Tekanan darah dapat meningkat juga berkurang, tergantung dari usia,

kondisi jantung, emosi, aktivitas dan obat-obatan yang di konsumsi. Satu

kali pemeriksaan tekanan darah lalu didapatkan hasil yang tinggi, belum

menjadi indikasi seseorang menderita tekanan darah darah tinggi atau

hipertensi. Sangat dibutuhkan untuk memeriksa tekanan darah pada

waktu yang berbeda, saat istirahat nyama seitdaknya lima menit. Untuk

mendiagnosa hipertensi, dibutuhkan setidaknya tiga kali pemeriksaan dan

ketiga-tiganya mengindikasikan adanya peningkatan tekanan darah.

7. Penanganan Hipertensi

1) Pengobatan Farmakologis

Lima golongan obat yang diterima secara universal sebagai obat

antihipertensi adalah: Diuretik, Anti-adrenergik, Vasodilator,

Calsium Channel Blockers, Obat-obat yang bekerja pada system

RAA (Renin Angiotensin Aldosteron).13

2) Pengobatan Non-Farmakologis

Memperhatikan pola hidup sehat, diantaranya: melakukan diet

hipertensi, menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan

kelebihan berat badan, melakukan latihan fisik seperti olahraga,

meningkatkan asupan buah dan sayur, menurunkan asupan lemak.7

C. Aspek psikosomatik pada pasien hipertensiKeluhan inisial yang tidak khas seperti sakit kepala, pusing, jantung

berdebar-debar, insomnia, tergantung dari sensibilitas pribadi. Keadaan ini

dapat menjadikan hipertensi suatu penyakit yang lama “tersembunyi”

(Silent). Seringkali penyakit baru ditemukan pada saat pemeriksaan rutin.

Keluhan psikis yang mencolok ialah ketegangan, nervus, kegelisahan dan

dorongan bergerak yang tidak jelas tanpa tujuan. Gejala awal yang

sebenarnya seperti ketegangan, kegelisahan dan sebagainya sebagai

Page 13: refarat psikosomatis

gangguan psikosomatik bila diketahui lebih dini maka adanya hipertensi

dapat diketahui lebih awal, sehingga komplikasi organic dapat dicegah.

Namun, pengamatan berkesinambungan tentang situasi psikososial

pekerjaan dan keluarga dapat menentukan ada tidaknya koinsidensi

gangguan tersebut serta mempunyai dasar penilaian yang lebih dapat

dipercaya daripada penilaian sesaat saja.

PSIKOFISIOLOGI DAN PSIKOPATOLOGI

Psikofisiologi. Hipertensi oleh banyak peneliti dianggap sebagai

suatu penyakit yang multifaktorial. Tak diragukan adanya komponen

herediter. Selain faktor psikis yang menstimulasi efek simpatikotonik,

sebenarnya pengaruh lingkungan sekitarnya dan sosio-kultural ikut

berperan. Faktor-faktor psikis situasional yang menyebabkan kenaikan

tekanan darah, merupakan model outlet yang aman sebagai reaksi normal

fisiologis. Hal ini berhubungan dengan suatu tahap kesiapsiagaan pada

manusia, yang dengan mengerahkan mekanisme ergotrop,

mempertaruhkan kekuatan (energi) untuk “berjuang atau melarikan diri”.

Jadi sebenarnya merupakan suatu reaksi psikosomatik, yang mereda

kembali dengan behavior motorik atau agresifitas atau bentuk penyaluran

lain. Tetapi bila ini tidak terjadi karena sebab internal maupun eksternal

yang tidak dapat diatasi oleh individu tersebut, maka efek fisiologis

tersebut akan berubah menjadi reaksi patologis. Dalam waktu lama akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah yang menetap sehingga pada

akhirnya menjadi hipertensi.

Menurut Greon mekanisme utama perkembangan menjadi hipertensi

yaitu perubahan suatu reaksi fisiologis, yang dihubungkan dengan

behavior readiness, oleh suatu reaksi neuroviseral sebagai ganti aktivitas

neuromuscular yang kuat dan volume semenit jantung yang meningkat,

serta resistensi pembuluh darah yang meningkat pula. Selain itu telah

banyak dibuktikan pula bahwa stress atau faktor psikis mempunyai peran

Page 14: refarat psikosomatis

terhadap kejadian aterosklerosis yang merupakan salah satu penyebab

hipertensi.

Psikodinamik. Ketegangan menanti (anticipation), karena rasa takut

yang berlangsung lama, digambarkan sebagai pembangkit penyakit dapat

dijelaskan dengan model psikosomatik: ketegangan terdiri atas agresi

hebat terutama terthadap orang-orang yang diduga, atau memang

sebenarnya berwibawa, dan berwewenang, yang memperberat lagi

definisinya. Biasanya terjadi peruncingan konflik yang menimbulkan

stress, yang tidak dapat dipecahkan dan berlangsung kronik. Juga

membangkitkan penyakit ialah situasi hidup, dimana harapan untuk

pengakuan atas prestasinya tidak ada, atau dikecewakan. Tidak selalu

diperlukan situasi beban yang objektif. Yang menentukan ialah realotas

subjektif dengan angan-angan dan bahaya imaginer sebagai akibat konflik

masa kanak-kanak yang tidak terpecahkan, yang biasanya tidak disadari,

tetapi mempuyai efek psikodinamika yang nyata.

Kepribadian. Menurut hipotesis Greon pasien hipertensi, sebagian

secara genetis, sebagian secara didapat, mempunyai predisposes untuk

hipertensi, yang menjadi kenyataan dalam situasi konflik yang berjangka

lama. mereka memiliki kepribadian obsesif kompulsif dengan predisposisi

emosional yang tinggi, kebutuhan cinta, kebutuhan berkuasa yang

dikecewakan dengan impuls agresif yang kuat sebagai reaksinya, tetapi

juga penekanan agresi yang kuat.

Anamnesis pasien hipertensi biasanya menunjukkan dasar riwayat

hidup untuk pembentukan struktur penolakan obsesif-kompulsif pada

agresivitas membara yang tidak disadari, yang bermanifestasi sebagai

hipertensi. Bila anak agresif, menjadi takut karena kehilangan cinta, maka

kebencian dan rasa takut berangsur-angsur menjadi “represi” dan

“reaction-formation”. Menurut Alexander dalam masa pubertas atau

sebagai akibat kejadian traumatic mengancam, terjadi suatu perubahan

tempramen sebagai hasil dari effort ke self-control: dan seorang anak yang

dinamik berubah menjadi anak yang menguasai diri san salah. Orang yang

berada dibawah tekanan, yang dapat dilihat dari pola impian dan

Page 15: refarat psikosomatis

ketegangan otot-otot; tekanan, yang harus dikuasai dengan kekerasan.

Agresivitas laten yang tak tertahan lagi dapat diproyeksikan ke lingkungan

sekitarnya; pasien menanti-nanti serangan paranoid sensitive dari luar,

yang meninggikan ketegangan rasa takut, agresi, sehingga juga disini

harus dilakukan teknik-teknik penyangkalan. Sebagai hasil reaction

formation, yang digambarkan sebagai penundukan dengan protes, dimana

kebutuhan sendiri untuk kekuasaan dan pantangn mundur disisihkan,

namun kebutuhan penghargaan dengan pengakuan atas prestasi harus

dipuaskan.

PENDEKATAN TERAPI. Karena sifat etiologi yang

multifaktorial, kebanyakan pasien mebutuhkan terapi kombinasi, yaitu

tergantung dari penitikberatan pribadi, diberikan terapi kombinasi dengan

obat, diet, dan psikoterapi superfisial terpusat pada konflik. Bila perlu

dapat dilakukan psikoterapi perilaku atau psikoterapi analisis. Latihan

autogen (autogenic training), sebagai latihan rileks pada hakikatnya sangat

baik, namun seringkali menambah rasa takut dan kegelisahan, karena

aktivitas defense yang menutup-nutupi rasa takut dihilangkan, sehingga

konflik internal malah dialami lebih jelas. Perubahan cara hidup, dengan

membicarakan bersama pasien rintangan yang menghalangi pembagian

waktu kerja dan istirahat (libur dan cuti) yang bijaksana.

Terapi dengan obat, seringkali perlu diberikan, namun efek samping

harus diperhatikan. Reserpin misalnya, juga mempunyai efek depresi.

Kecenderungan hipokondria jangan difiksasi, karena bagaimanapun juga

pasien masih sedikit banyak mampu menurunkan tekanan darahnya

dengan menyelami konfliknya. Pada pengukuran tekanan darah harus

diambil “jalan tengah” antara kerahasiaan yang menakutkan, dan over-

estimate angka-angka tekanan darah. pada pengukuran tekanan darah pada

pasien hipertensi labil, janganlah dengan wajah yang “angker”, tetapi juga

jangan dengan wajah keprihatinan yang berlebihan. Lebih bermanfaat

ialah bicara dengan pasien dan menanyakan tentang dasar-dasar problem

actual, yang meniggikan ketegangan. Diikhtiarkan, agar pasien dapat

Page 16: refarat psikosomatis

mengungkapkan problem tersebut dengan kata-kata yang akhirnya dapat

melegakkan keadaan (katharsis).

Biofeedback dapat berhasil pada mereka yang tidak tersedia atau

tidak mampu psikoterapi. Dasar cara biofeedbacki ialah anggapan, bahwa

pasien hipertensi telah belajar reaksi fisiologis secara salah, yang secara

terarah dapat dipelajari kembali dengan laporan baik (feedback) optis atau

akuistik aktivitas simpatik (diukur dengan resistance kulit, ketegangan

otot-otot melalui EMG-feedback), atau tingginya tekanan darah.

Kurang tepat mengobati pasien hipertensi dengan obat-obat, tanpa

memperhatikan psikodinamik penyakit. hanya dengan penguranagn

sebagian dari defense terhadap emosi, atau pengurangan obsesi-kompulsi

yang menyiksa dan melampaui kemampuannya, tidak hanya

mempengaruhi baik hipertensintya, melainkan juga memperbaiki fungsi

psikis dan kualitas hidupnya.12

Page 17: refarat psikosomatis

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan psikosomatik merupakan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi medis. Konflik psikologis yang secara bermakna mengubah fungsi somatik merupakan tanda gangguan psikosomatik.

Hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala yang berasal dari jantung

dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yang progresif, sebagai akibat dari kondisi

lain yang kompleks dan saling berhubungan. Hipertensi adalah suatu kondisi

medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat diatas tekanan darah normal..

Aspek psikosomatis pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni; faktor psikis, pengaruh lingkungan sekitar dan sosio-kultural.

Page 18: refarat psikosomatis

DAFTAR PUSTAKA

1. Semiun, yustinus. Kesehatan Mental 1.”Pandangan umum mengenai

penyesuaian diri dan kesehatan mental serta teori-teori yang

terkait.yogyakarta:KANISIUS.

2. Semiun,Yustinus. Kesehatan Mental 2. Gangguan-gangguan kepribadian,

reaksi-reaksi simtom khusus, gangguan penyesuaian diri anak-anak luar

biasa, dan gangguan mental yang berat.yogyakarta:kanisius 2006.

3. Simon GE, Gureje O. Stability of somatization disorder and somatization

symptoms among primary care patients. Arch Gen Psychiatry. 1999;56:90-

5.

4. Khan AA, Khan A, Harezlak J, Tu W, Kroenke K. Somatic symptoms in

primary care: Etiology and outcome. Psychosomatics. 2003;44:471–8.

5. Interian A, Allen LA, Gara MA, Escobar JI, Diaz-Martinez AL. Somatic

complaints in primary care: Further examining the validity of the patient

health questionnaire (PHQ-15). Psychosomatics. 2006;47:392-8.

6. Bronheim HE, Fulop G, Kunkel EJ, Muskin PR, Schindler BA, Yates WR,

et al. The academy of psychosomatic medicine practice guidelines for

Page 19: refarat psikosomatis

psychiatric consultation in the general medical setting. Psychosomatics.

1998;39:S8-30.

7. Umar Wadda A. Bekam untuk 7 Penyakit Kronis. Solo: Thibbia. 2012

8. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Sumber: www.Riskesdas.co.id (diakses tanggal 13 Oktober 2014).

9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Masalah Hipertensi di

Indonesia Jakarta Mei 2012. sumber: www.Kemenkes.co.id (Diakses

tanggal 13-Oktober-2014)

10. Akbar Noor. Thesis: Pengaruh Bekam Basah Terhadap Kolestrol dan

Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Semarang. Semarang: FK-

Undip. 2013

11. WHO 2013. 2014 Evidence-Based Guidline for the Management of High

Blood Pressure in Adults Report From the Members Appointed to the

Eight Joint National Committee (JNC 8). Sumber: www.jsc130010.pdf

(Diakses: tanggal 7-Oktober-2014)

12. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. BUKU

AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. Jilid III Edisi V. Jakarta: Internal

Publishing. 2009

13. Kabo, Peter. Bagaimana Menggunakan Obat-Obat Kardiovaskular

Secara Rasional. Jakarta: FK-UI. 2011.

14. Hendraswati Desyara Endarti. 2008. Beberapa Faktor Resiko Hipertensi.

Universitas Indonesia. Sumber: www.digital_123490-s-5350-beberapa-

faktor-Literatur. (diakses: 7-Oktober-2014)