Upload
marcela-benita-ilham
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mmmmmmm
Citation preview
REFERAT
OSTEOMIELITIS
Di susun oleh :
Marcella
030.11.172
Pembimbing :
dr. Gina. Sp. Rad
dr. Inez. Sp.Rad
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
PERIODE 14 SEPTEMBER - 17 OKTOBER 2015
1
KATA PENGANTAR
Assalam mualaikum wr,wb.
Sebelumnya saya ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada
Allah swt karena atas taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Osteomielitis” ini.
Dan juga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing referat
saya, dr.Gina, Sp.Rad dan dr.Inez, Sp.Rad atas bimbingannya selama penulisan
makalah ini. Semoga ilmu yang telah diberikan dan diajarkan kepada saya dan kami
secara keseluruhan dapat kami pergunakan dan aplikasikan dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa pun yang membacanya. Saya selaku penulis memohon maaf apabila selama
penulisan dan pembuatan makalah ini, ada kesalahan maupun kekeliruan baik yang
disengaja maupun yang tidak. Dengan itu, saya tetap mengharap saran dan kritik
untuk dapat lebih baik lagi ke depannya.
Wassalam,
Jakarta, September 2015
Marcella
2
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Marcella
NIM : 030.11.172
Judul presentasi referat OSTEOMIELILTIS
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing
dr. Gina Sp.Rad dan dr. Inez Sp.Rad pada :
Hari :
Tanggal :
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik ilmu radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
Jakarta, September 2015
Pembimbing I..................................................................................dr.Gina Sp.Rad
Pembimbing II……………………………………………………dr. Inez Sp.Rad
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................................. 2
Daftar isi.............................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi……………………………………………………………………6
2.2 Definisi…………………………………………………………………......9
2.3 Klasifikasi.....................................................................................................9
2.3.1 Osteomielitis Hematogen Akut....................................................9
2.3.2 Osteomielitis Hematogen Sub kut...............................................15
2.3.2 Osteomielitis Kronis.....................................................................17
2.4 Osteomielitis pada Tulang lain...................................................................20
2.4.1 Osteomielitis pada Tengkorak.....................................................20
2.4.2 Osteomielitis pada Mandibula.....................................................21
2.4.3 Osteomielitis pada Pelvis..............................................................22
2.4.4 Osteomielitis pada Tulang Belakang...........................................23
2.4.5 Osteomielitis pada Neonatus & Bayi ..........................................24
2.5.6 Osteomielitis Sklerosing Garre....................................................24
2.5 Diagnosis Banding........................................................................................25
BAB III
KESIMPULAN……………………………………………………………….28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................29
4
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu
jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan
kompleks. Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat
untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua
fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit
yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan
dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa.
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang. sering ditemukan
pada usia dekade I – II, tetapi dapat pula pada bayi dan “infant”. Anak laki – laki lebih
sering dibanding anak perempuan (4 : 1). Lokasi yang tersering adalah tulang – tulang
panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Prevalensi keseluruhan
adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus per 1.000.
kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden
osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian
tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah,
kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari.
Dalam 20 tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan tentang bagaimana
cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat. Sangat penting mendiagnosis
osteomielitis sedini mungkin, terutama pada anak – anak, sehingga pengobatan
dengan antibiotik dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat
dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk
mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami kerusakan yang dapat
menimbulkan kelumpuhan. Dengan menggunakan modalitas Radiologi merupakan
salah satu penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosis osteomielitis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI TULANG
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses
“Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel – sel yang disebut
“Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada
206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan.
Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
Bagian tulang panjang :
- Diafisis : bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal
yang memiliki kekuatan besar
- Metafisis : bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah
ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang
mengandungsumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis
dan diafisis tulang. Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar
bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning
setelah dewasa.
- Epifisis : lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal
pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian
epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis
sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti.
Tulang-tulang panjang ditemukan pada ekstremitas. Contohnya humerus,
femur, ossa metacarpi, ossa metatarsai dan phalanges. Tulang ini mempunyai
corpus berbentuk tubular, diaphysis dan biasanya dijumpai epiphysis pada ujung-
ujungnya. Selama masa pertumbuhan, diaphysis dipisahkan dari epifisis oleh
cartilago epifisis. Bagian diafisis yang terletak berdekatan dengan cartilage
epifisis disebut metafisis. Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah
yang berisi sumsum tulang (medulla ossium). Bagian luar corpus terdiri atas
tulang kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum.
6
Ujung-ujung tulang panjang terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi
oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies articularis ujung-ujung tulang diliputi
oleh cartilago hialin.
2. Tulang pendek
Perbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan
dan kaki, bentuknya seperti kubus.
3. Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula.
Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum
yang memberi nutrisi ke tulang dan memungkinnya tumbuh, selain sebagai
tempat perlekatan tendon dan ligament.
Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang
paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel
pembentuk tulang. Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral.
Sel-sel tulang terdiri atas :
Osteoblast : yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%
substansi dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan
proteoglikan)
Osteosit sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang
terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
Osteoklast multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remodelling tulang.
7
Anatomi tulang
8
2.2 DEFINISI
Osteomielitis = ( osteo + mielitis ) adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai organ infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum.
2.3 KLASIFIKASI
Osteomielitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan
perjalanan klinis, yaitu osteomielitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut
tergantung dari intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.
2.3.1. Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum
tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro – organisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan
ini sering ditemukan pada anak – anak dan sangat jarang pada orang dewasa.
Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari
pengobatan yang tepat dan segera.
Etiologi
Sebanyak 90 % disebabkan oleh stafilokokus aureus hemolitikus dan
jarang oleh streptokokus hemolitikus. Pada anak umur dibawah 4 tahun
9
sebanyak 50 % disebabkan oleh Hemofilus influenza. Adapun organisme lain
seperti B. Colli, B. Aerogenus kapsulata, Pneumokokus, Salmonella tifosa,
Pseudomonas aerogenus, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerobik
yaitu Bakteroides fragilis juga dapat menyebabkan osteomielitis hematogen
akut.
Faktor predisposisi osteomielitis akut adalah :
- Umur, terutama mengenai bayi dan anak – anak
- Jenis kelamin, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dengan
perbandingan 4:1
- Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut
- Lokasi, osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis
karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan
tulang
- Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi
sebelumnya ( seperti bisul, tonsilitis ) merupakan faktor predisposisi
osteomielitis hematogen akut
Patologi dan Patogenesis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu :
1.Penyebaran umum
• Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia
• Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifokal pada daerah -
daerah lain
2.Penyebaran lokal
• Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
• Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit
• Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik
10
•Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam
tulang terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan
terbentuknya tulang mati yang disebut sekuestrum.
Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis
A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini
menimbulkan edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat
inflamasi yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis
dibawah jaringan lunak
C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi
menembus periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana
abses dapat mengalir keluar melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis
tulang akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan
berlanjut kedalam kavum medula.
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung
pada umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi
terjadi melalui aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada fase
bakterimia dan dapat menimbulkan septikemia. Embolus infeksi kemudian
11
masuk kedalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses
selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah metafisis disertai
pembentukan pus. Terbentuknya pus menyebabkan tekanan dalam tulang
bertambah. Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan terganggunya
sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulang yang akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu pembentukan tulang baru yang
ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis ( terutama
anak – anak ) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mayat
yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini
terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka
terjadi pengaliran pus ( discharge ) dari involucrum keluar melalui lubang
yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.
Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis kronis.
Pada daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh
jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronik yang disebut abses
Brodie.
Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat.
Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit
dan saluran napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada
daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan.
Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa
panas tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya:
- Nyeri tekan
- Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan
akan bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
Pemeriksaan Radiologis
• Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak.
12
Gambar 1. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di
diametafisis tibia
Gambar 2. Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral
diametafisis tibia.
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari ( 2 minggu )
berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan
pembentukan tulang baru dibawah periosteum yang terangkat.
13
Gambar 3. Tampak destruksi tulang pada tibia dengan pembentukan tulang
subperiosteal
• Pemeriksaan Ultrasonografi dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Gambar 4.Gambar USG sendi pinggang kiri menunjukan efusi yang masif
Pengobatan
o Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
Stafilokokus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik
diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju
endap darah penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu
setelah laju endap darah normal.
o Istirahat dan pemberian analgesik juga diperlukan untuk
menghilangkan nyeri.
14
o Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal
( tidak ada perbaikan keadaan umum ), maka dapat dipertimbangkan
drainase bedah. Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi
untuk mengurangi tekanan intra-oseus kemudian dilakukan
pemerikasaan biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari
dengan menggunakan cairan Nacl 0,9% dan dengan antibiotik.
Gambar 5. skematis drainase bedah. Sebuah kateter dimasukkan kedalam
tabung pengisap ( suction ) yang lebih besar. Antibiotik dimasukkan melalui
kateter dan diisap melalui suction.
2.3.2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena
organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
Etiologi
Osteomielitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh
Stafilokokus aureus dan umumnya berlokasi dibagian distal femur dan
proksimal tibia.
15
Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa
dan mengandung cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi
yang terdiri atas sel – sel inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat
penebalan trabekula.
Gambaran Klinis
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak –
anak dan remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot,
nyeri lokal, sedikit pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang.
Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau
mungkin berbulan – bulan. Suhu tubuh biasanya normal.
Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang – kadang
pada daerah diafisis tulang panjang.
Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada
osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi
oleh daerah sclerosis.
16
Pengobatan
Begitu diagnostik ditegakan, antibiotik berspektrum luas dengan dosis
yang adekuat harus segera diberikan selama 6 minggu.
2.3.3. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis
akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis
kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi
pada tulang.
Etiologi
Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh stafilokokus
aureus ( 75 %), atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.
Patologi dan patogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada
tulang. Sekuestrum ini merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah
terjadinya penutupan kloaka ( pada tulang ) dan sinus ( pada kulit ).
Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak dapat keluar/dibersihkan
dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi
destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen.
Gambaran Klinis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari
luka/sinus setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang – kadang
disertai demam dan nyeri lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak
tertentu. Pada pemeriksan fisik ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks
17
bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkn dapat ditemukan sekuestrum yang
menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau
osteomielitis pada penderita.
Pemeriksaan Radiologis
1. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.
Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan
sclerosis extensive dibagian distal metafisis pada radius
18
Gambar 8. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan.
Ditandai dengan adanya gambaran sekuestrum (panah).
2. CT dan MRI
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta
untuk melihat sejauh mana kerusakan tulang terjadi
Gambar 9. CT image pada osteomielitis kronik.
A. In this tibia, chronic osteomyelitis is associated with a radiodense
sharply marginatedfocus within a lucent cavity (arrow).
B. Coronal reformatted image.
19
C & D. ) Transaxialimages. CT scanning can be used to identify
sequestered bone as in these tibiae
Pengobatan
Pengobatan osteomielitis kronis terdiri atas :
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata – mata.
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
• Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya.
• Mengontrol eksaserbasi akut
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
Operasi yang dilakukan bertujuan untuk :
• Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun
jaringan tulang ( sekuestrum ) sampai ke jaringan sehat sekitarnya.
Selanjutnya dilakukan drainase dan dilanjutkan secara kontinu selama
beberapa hari. Adakalnya diperlukan penanaman rantai antibiotik didalam
bagian tulang yang infeksi
• Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotik mencapai
sasaran dan mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.
2.4.Osteomielitis pada Tulang Lain
2.4.1 Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai akibat
perluasan infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis. Proses destruksi
bisa setempat atau difus. Reaksi periosteal biasanya tidak ada atau sedikit
sekali. Dibawah ini adalah gambaran CT-SCAN kepala pada pasien
dengan Osteomielitis Tuberkulosis.
20
Gambar 10. CT image pada Osteomyelitis Tuberkulosa
2.4.2 Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau ekstraksi
gigi. Namun, infeksi osteomielitis juga dapat menyebabkan fraktur pada
mulut. Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang paling sering
dan diikuti hygiene oral yang buruk dan kerusakan gigi.
Gambar 11. Osteomielitis pada mandibula
21
2.4.3 Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian
sayap tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi
sakroiliaka jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang
yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan sekuester yang multipel.
Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses
dan fistula.
Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat,
dan pada tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis
diferensial perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
Osteitis pubis merupakan infeksi bagian bawah yang sekitar simfisis
pubis yang merupakan komplikasi dari operasi dari prostat dan kandung
kemih atau , jarang akibat operasi pelvis lainnya.
Gambar 12. Osteomielitis pada pelvis
22
2.4.4 Osteomielitis Pada Tulang Belakang
Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa terjadi
osteomielitis secara hematogen. Organisme mencapai badan vertebra yang
memiliki perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang dan menyebar
dengan cepat dari ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian ke badan
vertebra. Sumber bakteremia termasuk dari saluran kemih (terutama di
kalangan pria di atas usia 50), abses gigi, infeksi jaringan lunak, dan
suntikan IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia tersebut tidak
tampak pada lebih dari setengah pasien. Banyak pasien memiliki riwayat
penyakit sendi degeneratif yang melibatkan tulang belakang, dan beberapa
melaporkan terjadinya trauma yang mendahului onset dari infeksi. Luka
tembus dan prosedur bedah yang melibatkan tulang belakang dapat
menyebabkan osteomielitis vertebral nonhematogeno atau infeksi lokal
pada diskus vertebra.
Osteomielitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari seluruh
infeksi tulang (Epstein, 1976), dan dapat muncul pada seluruh usia. Kuman
penyebab terbanyak ialah Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.
Pasien yang menderita penyakit ini sering memiliki riwayat infeksi kulit
atau pelvis. Penyebaran infeksi biasanya menuju badan vertebra daripada
bagian yang lainnya, dan pada bagian yang mengandung banyak darah.
Badan vertebrae memiliki banyak pembuluh darah, khususnya di bawah
end plate dimana terdapat sinusoid yang besar dengan aliran pelan
sehingga berpotensi untuk terjadi infeksi.
23
2.4.5 Osteomielitis Pada Neonatus & Bayi
Osteomielitis dan artritis septik pada bayi biasanya disertai destruksi
yang luas dari tulang, tulang rawan, dan jaringan lunak sekitarnya. Tanda paling
dini yang dapat ditemukan pada foto roentgen ialah pembengkakan jaringan lunak
dekat tulang yang terlihat kira kira 3 hari setelah infeksi. Demineralisasi tulang
terlihat kira-kira 7 hari setelah infeksi dan disebabkan hiperemia dan destruksi
trabekula. Destruksi korteks dan sebagai akibatnya pembentukan tulang
subperiosteal terlihat pada kira-kira 2 minggu setelah infeksi.
Gambar 13. Osteomilietis pada bayi
2.4.6 Osteomielitis Sklerosing Garre
Osteomielitis sklerosing (Osteomielitis Garre) : “suatu osteomielitis subakut
& terdapat kavitas yang dikelilingi jaringan sklerotik pada daerah metafisis &
diafisis tulang panjang“. Penderita biasanya remaja & dewasa, terdapat rasa nyeri
& mungkin sedikit pembengkakan tulang.
Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen : kavitas yang dilingkari oleh jar. Sklerotik tidak ditemukan
kavitas yang sentral, hanya berapa suatu kavitas yang difus.
24
Gambar 14. Osteomielitis Garre
2.5. Diagnosa Banding
Biasanya, gambaran radiografi osteomyelitis sangat karakteristik dan
diagnosis mudah dibuat sesuai dengan riwayat klinis, dan pemeriksaan
radiologis tambahan. Namun demikian, osteomyelitis dapat juga meniru
kondisi lainnya seperti tumor tulang.
1. Osteo Sarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan
prognosis yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun.
Paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang – tulang
yang sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal, humerus proksimal,
dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor biasanya mengenai bagian metafisis.
Garis epifisier merupakan barrier dan tumor jarang menembusnya.
Gambaran radiologik : tampak destruksi tulang yang berawal pada
medula dan terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak
tegas. Pada stadium dini terlihat reaksi periosteal seperti garis – garis tegak
( Sunray appearance ). Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang
subperiosteal akan dirusak oleh tumor yang meluas ke luar tulang, berbentuk
segitiga ( segitiga codman ). Pada stadium dini Gambaran tumor ini sukar
dibedakan dengan osteomielitis.
25
Gambar 15. Sunburst appearance di daerah proksimal fibula
Gambar 16. Gambran segitiga codman’s
2. Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang.
Kebanyakan diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan tulang
iga. 75% dari penderita dibawah umur 20 tahun, paling sering antara 5-15
tahun.
Gambaran radiologik : tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang
berawal dimedula, pada foto terlihat sebagai daerah – daerah radiolusen.
Tumor cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis –
26
garis yang berlapis – lapis menyerupai kulit bawang ( onion peel appearance ).
Tumor membesar dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu tampak
destruksi tulang yang luas dan pembengkakan jaringan lunak yang besar
karena infiltrasi tumor ke jaringan sekitar tulang.
Gambar 17. Tampak lesi destruksi dengan reaksi periosteal (onion skin/lamelar)
27
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang atau sumsum tulang. Osteomielitis dapat
menyerang orang pada semua usia. Pemeriksaan penunjang atau pencitraan yang
dapat dilakukan adalah foto polos, CT scan, MRI, dan Radioisotop bone scan, yang
memiliki keunggulan masing-masing. Pada pemeriksaan foto polos radiologi akan
kita dapatkan hilangnya gambaran fasia, gambaran litik pada tulang (radiolusen),
sequester dan involucrum. Pada CT scan pun akan didapatkan gambaran serupa,
namun gambaran tampak lebih jelas, gambaran didapat dari segala arah . Jaringan
yang keras secara umum lebih baik ditunjukan oleh CT scan. Gambaran MRI lebih
jelas menunjukkan perluasan patologis tulang dan jaringan lunak sekitarnya.
Sedangkan pemeriksaan scan radioisotop sensitif untuk osteomielitis disebabkan sifat
radioisotop pada bone scan akan memperlihatkan daerah kerusakan sel tulang atau
gambaran kehitaman yang memusat pada daerah sel-sel yang rusak, namun tidak
spesifik, karena kerusakan sel tidak hanya ditunjukan oleh osteomielitis saja.
Gambaran radiologi pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang
mengawali destruksi cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi
periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang tampak lebih jelas.
Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif dan
adanya involukrum, yang membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu
sequestrum.
Gambaran radiografi foto polos osteomyelitis sangat khas dan dapat dengan
mudah dibuat disesuaikan dengan riwayat klinis dan pemeriksaan fisik, sehingga
pemeriksaan radiologis tambahan lainnya seperti CT, dan MRI jarang diperlukan.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Wu JS, Gorbachova T, Morison WB and Hains AH. 2007. AJR. 188: 1529-1534.
2. Calhoun JH and Manring MM. Infect Dis N Am. 2005; 19:765-786.
3. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik FKUI edisi kedua. Jakarta :2009. 62-68.
4. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta : Yarsif matampone.2007.
5. Reksoprodjo S.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta : Binarupa aksara.1995.
6. Sjamsuhidajat R, Wim de jong.Pengantar Ilmu Bedah.Edisi2.Jakarta :EGC.2005.
7. Wibowo S. Daniel. Anatomi Tubuh Manusia. Singapore:Elsevier.2011.
8. Radiopaedia.org/articles/osteomielitis, di akses pada tanggal 5 Agustus 2014
9. www.medscape.com
29