Upload
angeline-fanardy
View
18
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
anestesi inhalasi
Citation preview
REFERAT
Anestesi Inhalasi
DISUSUN OLEH :
Angeline Fanardy (406138119)
PEMBIMBING :
Dr. Rizqan ,spAn
Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
23 Maret 2015 – 11 April 2015
1
LEMBAR PENGESAHAN
Nama / NIM : Angeline / 406138119
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Tarumanagara
Tingkat : Studi Profesi Dokter
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik : 23 Maret 2015– 11 April 2015
Judul Referat : Anestesi Inhalasi
Diajukan : Maret 2015
Pembimbing : dr. Rizqan,spAn
Telah diperiksa dan disahkan tanggal :..................................
Mengetahui,
Pembimbing Kepala SMF Anestesi
dr. Rizqan,spAn dr. Rudi, spAn
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas seluruh bimbingan dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis sanggup menulis referatnya dengan judul “Anestesi Inhalasi”, sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Ilmu Penyakit Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 23 Maret 2015 – 11 April 2015. Selain itu, besar harapan dari penulis bilamana referat ini dapat membantu proses pembelajaran dari pembaca sekalian.
Dalam penulisan referat ini, penulis telah mendapat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak,maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :1. dr. Rudi,sp An, selaku ketua SMF Anestesi dan pembimbing kepaniteraan klinik ilmu
Anestesi di RSUD Ciawi.2. dr. Rizqan,spAn3. dr. Pracahyo,spAn4. Rekan - Rekan diklat RSUD Ciawi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis
selama berada di RSUD Ciawi.5. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah RSUD Ciawi periode 2
Februari 2015 – 11 April 2015Penulis menyadari bahwa referat ini tidak luput dari kekurangan karena kemampuan dan
pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk mencapai referat yang sempurna.Akhir kata, semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, 28 Maret 2015
PenyusunAngeline Fanardy – 406138119
3
DAFTAR ISIHALAMAN PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB II ISI
A. Anatomi 6
B. Definisi 11
C. Etiologi 11
D. Patofisiologi 12
E. Klasifikasi 13
F. Manifestasi Klinis 14
G. Diagnosis 15
H. Penatalaksanaan 18
I. Diagnosa Banding 23
J. Komplikasi 24
K. Prognosis 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26
4
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi inhalasi merupakan teknik yang paling sering digunakan pada general anestesi.1
Obat-obatan anestesi inhalasi adalah obat-obat anesthesia yang berupa gas atau cairan mudah
menguap, yang diberikan melalui pernapasan pasien. Campuran gas atau uap obat anesthesia dan
oksigen masuk mengikuti aliran udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya
mengalami difusi dari alveoli ke kapiler paru sesuai dengan sifat masing-masing gas.2
Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum, akan
tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi. Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil
pada oksigen inspirasi dapat menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan
hal yang penting dari anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau
benzodiazepin, serta menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis
dan analgesi yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh)
dan efek yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum.
Tidak seperti anestetik intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada jaringan
dengan melihat nilai konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan, penggunaan
gas volatil anestesi lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang harus sangat
diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dan dosis yang
mematikan. Sebenarnya hal ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi jaringan dan dengan
mentitrasi tanda-tanda klinis dari pasien.
Obat anestesi inhalasi yang paling terkenal poten pada penggunaan untuk operasi bedah
dewasa adalah isofluran, sevofluran, dan desfluran. Untuk anak-anak halotan dan sevofluran
adalah yang paling banyak digunakan. Untuk memilih obat yang digunakan tergantung dari
kesehatan pasien dan efek yang diinginkan untuk keperluan prosedur operasinya.2
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI INHALASI
2.1 DEFINISI
Obat anestesia inhalasi adalah obat anestesia yang berupa gas atau cairan mudah
menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat anestesia dan
oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru, selanjutnya mengalami
difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas.2
Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia umum.
Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi dapat
menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting dari anestesia
umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin, serta menggunakan
teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan analgesi yang lebih dalam.
Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai contoh) dan efek yang dapat dimonitor
membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek anestesia umum. Tidak seperti anestetik
intravena, kita dapat menilai konsentrasi anestesi inhalasi pada jaringan dengan melihat nilai
konsentrasi tidal akhir pada obat-obat ini. Sebagai tambahan, penggunaan gas volatil anestesi
lebih murah penggunaanya untuk anestesia umum. Hal yang harus sangat diperhatikan dari
anestesi inhalasi adalah sempitnya batas dosis terapi dan dosis yang mematikan. Sebenarnya hal
ini mudah diatasi,dengan memantau konsentrasi jaringan dan dengan mentitrasi tanda-tanda
klinis dari pasien. 2
Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum, akan
tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi, terutama pada pasien anak-anak. Gas anestesi inhalasi
yang banyak dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu sevofluran dan desfluran.
sedangkan pada anak-anak, halotan dan sevofluran paling sering dipakai. Walaupun dari obat-
obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh : penurunan tekanan darah tergantung dosis),
namun setiap gas ini memiliki efek yang unik, yang menjadi pertimbangan bagi para klinisi
untuk memilih obat mana yang akan dipakai. Perbedaan ini harus disesuaikan dengan kesehatan
pasien dan efek yang direncanakan sesuai dengan prosedur bedah. 2
6
2.2 SEJARAH ANESTESI INHALASI
Sejak dahulu manusia telah mulai berusaha mengurangi ekstrakrasa sakit, tetapi tidak
mencapai hasil yang memuaskan. Dokumen tertua adalah tulisan dari Teodorico dr. Borgogni
pada abad ke-13, yaitu dengan spa yang disebut spons tidur atau slaapspoons, resepnya telah
dibuat oleh Nicolas Praerositus pada permulaan abad ke-12 dan obat ramuannya terkenal dengan
nama ypnoticon.3
Keberhasilan oksida nitrat sebagai anestesi umum inhalansi pertama kali dicatat oleh ahli
kimia Inggris, Humphrey Davy, yang menerbitkan sebuah makalah tentang subjek pada tahun
1800-an. Salah satu pemakaian oksida nitrat pertama yang sukses adalah ekstrak gas gigi tanpa
rasa sakit yang dilakukan oleh William Thomas Green Morton pada tahun 1846.3
Selama tahun 1800-an, ada beberapa anestesi volatil yang telah digunakan untuk
kepentingan klinis akan tetapi mengandung gas-gas yang mudah terbakar, seperti dietil eter,
cyclopropane dan divinyl eter. Beberapa gas yang tidak mudah terbakar juga ada, seperti
kloroform dan trikloroetilen, namun gas-gas ini dihubungkan dengan kejadian keracunan hepar
(hepatotoksik) dan meracuni saraf (neurotoksik). Pada awal tahun 1930-an penelitian tentang
turunan dari zat kloroform yang mengandung halogen mengindikasikan bahwa zat yang tidak
mudah terbakar dapat dibuat dengan menggunakan bahan fluoride organik.
Kemajuan pengetahuan tentang kimia fluorin pada tahun 1940-an, menghasilkan
penggabungan molekul fluorin dengan biaya yang masih dapat diterima. Kemajuan tentang
fluorin pada awalnya didorong oleh ketertarikan terhadap peran fluorin dalam produksi bahan
bakar aviasi beroktan tinggi dan pengayaan uranium-235.
Kemajuan-kemajuan ini merupakan hal yang sangat penting bagi pengembangan anestesi
modern saat ini. Pada masa itu, setidaknya ada 46 senyaawa yang mengandung fluorin disintesis
oleh dr.Earl McBee dalam penelitian yang didukung oleh secret Manhattan project dan oleh the
mallinkrodt company. Walaupun tidak ada satupun dari zat ini yang secara pasti teruji
manfaatnya pada manusia, beberapa zat ini memiliki kedekatan struktur dengan zat yang saat ini
kita kenal dengan nama halotan. Fluorin adalah halogen yang memiliki berat atom yang paling
rendah. Penggantian gas halogen lain pada molekuk eter dengan fluorin, akan menghasilkan
7
penurunan titik didih, peningkatan stabilitas, dan secara umum, mengurangi toksisitas. Ion
fluoride juga mengurangi hidrokarbobon yang mudah terbakar dari kerangka molekul eter.
Pada tahun 1951, halotan disintesis dan di uji coba secara luas kepada hewan oleh
Suckling di laboratorium ICI di Inggris. Halotan diperkenalkan pada praktek klinik pada tahun
1956 dan secara cepat meluas pemakaiannya, dikarenakan sifatnya yang tidak mudah terbakar
dan memeliki solubilitas yang rendah terhadap jaringan. Halotan relatif memiliki ketajaman
(pungency) yang rendah dan potensi yang tinggi, sehingga dapat diberikan pada konsentrasi
insipirasi yang tinggi untuk menghasilkan anestesia. Halotan terbukti dapat diterima melalui jalur
inhalasi baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak. Keuntungan lain yang dimiliki halotan
adalah insiden nausea dan muntah yang lebih rendah dari gas-gas volatil pendahulunya.
Antara tahun 1959 dan 1966, Terrel dan para koleganya di ohio medical products
(sekarang baxter) mensintesis lebih dari 700 senyawa senyawa ke 347 dan 469 secara berturut-
turut adalah metil etil eter enfluran dan isofluran yang di-halogenasi dengan fluorin dan clron.
Uji coba klinis dari enfluran dan isofluran dilaksanakan hampir secara paralel, melibatkan baik
relawan manusia dan studi pada pasien. Bertahun-tahun kemudian, beberapa senyawa yang
dilakukan oleh terrel diperiksa ulang. Salah satu senyawa, yaitu senyawa ke 653, sangat sulit
untuk di sintesis karena sifatnya yang mudah meledaksehingga tidak mungkin untuk
memberikannya pada pasien dangen alat vaporizer standar. Bagaimanapun juga, senyawa ini
secara utuh terhalogenisasi oleh fluoran, sehingga dipredikis memiliki solubilitas yang rendah
pada darah. Setelah masalah sintesis dan pemberian pada pasien dapat dipecahkan, senyawa ini
kemudian diperkenalkan dengan nama desfluran, dan mulai digunakan pada praktek klinik pada
tahun 1993.
Senyawa lain yang di jelaskan pada awal tahun 1970 oleh Wallin dan para koleganya di
travenol laboratoriesyang sedang mengevaluasi isopropil eter terfluorinisasi. Salah satu
senyawa ini memiliki potensi menjadi agen anestetik, yang sekarang kita kenal dengan nama
sevofluran. Seperti dersfluran, senyawa ini memiliki solubilitas yang rendah karena adanya
fluoronasi dari molekul eter.
Perbedaan yang paling penting antara dua anestetik baru, yaitu sevofluran dan desfluran,
dengan isofluran, adalah pada farmakokinetiknya. Keduanya memiliki solubilitas pada darah
8
yang rendah, sehingga meningkatkan bersihan dari tubuh dan mudahnya mengatur kedalaman
anestesi. Karakteristik dari kedua obat inilah yang membuat mereka sesuai untuk anestesi
ambulatori pada praktik anestesi modern.4
Dalam praktek anestesiogi masa kini, obat-obatan anestetik inhalasi yang umum
digunakan untuk praktek klinik ialah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan
sevofluran. Obat-obatan lain sudah ditinggalkan, karena efek sampingnya yang tidak
dikehendaki, misalnya :
1. Eter : kebakaran, peledakan, sekresi bronkus berlebihan, mual munatah,
kerusakan hepar, baunya yang merangsang.
2. Kloroform : aritmia, kerusakan hepar.
3. Etil-klorida : kebakaran, peledakan, deresi jantung, indeks terapi yang sempit, dan
mudah dirusak kapur soda.
4. Triklor-etilen : dirusak kapur soda, bradi-aritmia, mutagenik
5. Metoksifluran : toksis terhadap ginjal, kerusakan hepar dan kebakaran.
2.3 FARMAKOKINETIK ANESTESI INHALASI
Dalamnya anestesi bergantung pada kadar anestetik di sistem saraf pusat, dan kadar ini
ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anestetik dari alveoli paru ke darah
dan dari darah ke jaringan otak. Kecepatan induksi bergantung pada kecepatan dicapainya
kadarefektif zat anestetik di otak, begitu pula masa pemulihan setelah pemberian obat dihentikan.
Membran alveoli dengan mudah dapat dilewati zat anestetik secara difusi dari alveoli ke aliran
darah dan sebaliknya. Tetapi, bila ventilasi alveoli terganggu, misalnya pada emfisema paru,
pemindahan anestetik akan terganggu pula.5,6
Faktor yang menentukan kecepatan transfer anestetik di jaringan otak ditentukan oleh:
A. Kelarutan zat anestetik
B. Kadar anestetik dalam udara yang dihirup pasien (tekanan parsial anestetik)
C. Ventilasi paru
D. Aliran darah paru
E. Perbedaan antara tekanan parsial anestetik di darah arteri dan di darah vena5,6
9
A. Kelarutan anestetik dalam darah
Kelarutan ini dinyatakan sebagai koefisien partisi darah/gas (ƛ), yaitu
perbandingan antara kadar anestetik dalam darah dengan kadarnya dalam udara
inspirasi pada saat dicapai keseimbangan. Anestetik yang sukar larut (N2O, desfluran,
dan sevofluran) koefisien partisinya sangat rendah, sedangkan koefisien partisi
dietileter dan metoksifluran yang mudah larut, sangat tinggi. Ketika berdifusi dalam
darah, anestetik yang sukar larut, hanya membutuhkan sedikit molekul untuk
menaikkan tekanan parsialnya sehingga tekanan parsial gas di dalam darah segera
naik dan induksi anesthesia terjadi lebih cepat. Sebaliknya untuk anestetik yang
mudah larut, diperlukan jumlah yang lebih banyak untuk menaikkan tekanan parsial
di darah sehingga timbulnya induksi lebih lama. 5,6
Gambar 1. Kelarutan anestetik6
B. Kadar anestetik dalam udara inspirasi
Tekanan parsial
Tekanan parsial adalah proporsi yang menggambarkan kadar suatu gas yang
berada dalam suatu campuran gas, misalnya kadar anestetik inhalasi dalam campuran
gas yang dihirup oleh pasien (udara inspirasi). Tekanan parsial suatu anestetik dalam
udara inspirasi dapat diatur besarnya dengan suatu vaporizer atau alat lainnya5,6
Kadar anestetik dalam campuran gas yang dihirup menentukan tekanan
maksimum yang dicapai di alveoli maupun kecepatan naiknya tekanan parsial di
arteri. Kadar anestetik yang tinggi akan mempercepat transfer anestetik ke darah,
10
sehingga akan meningkatkan kecepatan induksi anesthesia. Tekanan parsial N2O
dalam arteri mencapai 90% tekanan parsial dalam udara yang dihirup setelah 20
menit, sedangkan untuk eter dicapai sesudah 20jam. Untuk mempercepat induksi,
anestetik yang tingkat kelarutannya sedang (enfluran, isofluran, halotan)
dikombinasikan dengan anestetik yang sukar larut (N2O) dengan cara meninggikan
dulu tekanan parsial dalam udara yang dihirup. Setelah induksi dicapai, tekanan
parsial dalam udara inspirasi diturunkan untuk mempertahankan anesthesia. 5,6
C. Ventilasi paru
Hiperventilasi mempercepat masuknya gas anestesi ke sirkulasi dan jaringan,
tetapi hal ini hanya nyata pada anestetik yang mudah larut dalam darah (halotan,
dietileter). 5,6
D. Kecepatan aliran darah paru
Bertambah cepat aliran darah paru bertambah cepat pula pemindahan
anestetik dari udara inspirasi ke darah. Namun, hal itu akan memperlambat
peningkatan tekanan darah arteri sehingga induksi anesthesia akan lebih lambat
khususnya oleh anegestik dengan tingkat kelarutan sedang dan tinggi, misalnya
halotan dan isofluran. 5,6
E. Perbedaan tekanan parsial anestetik dalam arteri dan vena
Perbedaan kadar anestetik di darah arteri dan vena terutama bergantung pada
ambilan anestetik oleh jaringan. Darah vena yang kembali ke paru mengandung
anestetik yang lebih sedikit daripada darah arteri. Semakin besar perbedaan kadar
anestetik, maka keseimbangan dalam jaringan otak akan semakin lama tercapai.
Ambilan anestetik oleh jaringan ditentukan oleh factor yang sama dengan
mempengaruhi transfer anestetik dari paru ke darah, terutama koefisien partisi darah :
jaringan. Tekanan parsial dalam jaringan juga meningkat bertahap sampai dicapai
keseimbangan. Pada fase induksi, perbedaan kadar arteri-vena sangat dipengaruhi
oleh banyaknya perfusi suatu jaringan. Di otak, jantung, hati, ginjal yang perfusinya
sangat baik, kadar anestetik awal dalam darah vena rendah sekali sehingga perbedaan
11
kadar anestetik dalam arteri vena sangat besar, maka keseimbangan kadar anestetik
dalam darah arteri akan tercapai dengan lambat. Pada fase pemeliharaan, anestetik
akan terus didistribusikan ke berbagai jaringan dan umumnya tergantung dari
kelarutan anestetik dalam darah. 5,6
2.4 FARMAKODINAMIK ANESTESI INHALASI
Dasar dari terjadinya stadium anesthesia adalah adanya perbedaan kepekaaan berbagai
bagian SSP terhadap anestetik. Sel-sel substantia gelatinosa di kornu dorsalis medulla spinalis
peka sekali terhadap anestetik. Penurunan aktivitas neuron di daerah ini menghambat transmisi
sensorik dari rangsang nosiseptik, inilah yang menyebabkan terjadinya tahap analgesia. Stadium
II terjadi akibat aktivitas neuron yang kompleks pada kadar anestetik yang lebih tinggi di otak.
Aktifitas ini antara lain berupa penghambatan berbagai neuron inhibisi bersamaan dengan
dipermudahnya penglepasan neurotransmitter eksitasi. Selanjutnya, depresi hebat pada jalur
naik di system aktivasi reticular dan penekanan aktivitas reflex spinal menyebabkan pasien
masuk ke stadium III. Neuron di pusat napas dan pusat vasomotor relative tidak peka terhadap
anestesi kecuali pada kadar yang sangat tinggi. Apa yang menyebabkan perbedaan kepekaan
berbagai bagian SSP ini masih perlu diteliti. 5,6
Konsentrasi Alveolar Minimum (KAM)
Konsentrasi alveolar minimum atau minimum alveolar concentration (MAC)
anestetik inhalasi adalah konsentrasi alveolar yang dapat menghambat gerakan pada 50%
pasien terhadap stimulus standar seperti insisi bedah. MAC merupakan ukuran yang
berguna karena merefleksikan tekanan parsial anestetik di otak, sehingga dapat
membandingkan secara langsung potensi setiap anestetik sekaligus memberikan standar
baku untuk penelitian. Meskipun demikian, nilai MAC tetap saja hanya merupakan angka
statistikal belaka pada saat menangani pasien; masing-masing pasien merupakan individu
yang unik dan oleh karena itu memerlukan pendekatan yang bersifat individual pula,
misalnya pada saat menentukan dosis induksi. 5,6
Tabel 1. Berbagai sifat anestesi inhalasi
12
Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :
1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap.7
a. Derivat halogen hidrokarbon.
- Halothan
- Trikhloroetilen
- Khloroform
b. Derivat eter.
- Dietil eter
- Metoksifluran
- Enfluran
- Isofluran
2. Obat anestesia umum yang berupa gas.7
13
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan
2.5 FARMAKOLOGI KLINIK ANESTESI INHALASI
2.5.1 HALOTAN
Sifat Fisik Dan Kimiawi
Halotan atau disebut dengan nama kimia 2,bromo-2-khloro-1,1,1-trifluoroetan,
mempunyai berat molekul 197, berat jenis 1,18 (pada suhu 25 derajat celcius) dan titik
didih 50 derajat celcius dan mempunyai MAC 0,87%.
Secara fisik, halotan adalah cairan yang tidak berwarna, berbau harum tidak
mudah terbakar atau meledak, tidak iritatif dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
Apabila kena sinar matahari, akan mengalami dekomposisi menjadi HCl, HBr, klorin,
Bromin dan Fosgen bebas, disi timol 0,01% sebagai pengawet.
Halotan bisa diserap oleh karet sirkuit anestesia, tetapi kurang larut dalam
polietilen dan tidak mengalami dekompisisi bila melewati karbon absorben.3,7,8
Dosis
Dosis untuk induksi inhalasi adalah 2-4%, dosis untuk induksi anak 1.5 –
2%. Pada induksi inhalasi kedalaman yang cukup terjadi setelah 10 menit. Dosis
untuk pemeliharaan adalah 1 – 2%, dan dapat dikurangi bila digunakan juga N2O
atau narkotik. Pemeliharaan pada anak 0.5 – 2%. Waktu pulih sadar sekitar 10 menit
setelah obat dihentikan.3,7,8
Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi
Obat anestesi inhalasi di absorbsi di paru, setelah itu di distribusikan ke
seluruh tubuh.Metabolisme obat anestesi inhalasi secara oksidasi dan reduksi di
dalam reticulum endoplasma hepar.
Eliminasi sebagian besar secara ekshalasi lewat paru, sebagian kecil melalui
urin. Hasil metabolism sebagian besar diekskresi lewat urin sebagian kecil diekskresi
lewat paru.3,7,8
14
Efek Farmakologi
Terhadap SSP
Menimbulkan depresi pada SSP di semua komponen otak. Depresi pusat
kesadaran menimbulkan hipnotik, depresi pada pusat sensorik menimbulkan khasiat
analgesia dan depresi pada pusat motorik menimbulkan kelemahan otot. Tingkat
depresinya bergantung pada dosis yang diberikan.
Terhadap pembuluh darah otak menyebabkan vasodilatasi, sehingga aliran
darah otak meningkat, oleh karena itu tidak dipilih untuk anestesi pada kraniotomi.
Peningkatan tekanan intracranial dapat diturunkan dengan hiperventilasi. 3,7,8
Terhadap sistem Kardiovaskular
Pada system kardiovaskular tergantung dosis, tekanan darah menurun akibat
depresi pada otot jantung, makin tinggi dosisnya depresi makin berat. Pada bayi,
halotan menurunkan curah jantung karena turunnya kontraktilitas miokardium dan
menurunnya laju jantung.
Halotan dapat menyebabkan Ventrikel Ekstra Sistole (VES), Ventrikel
Takikardia (VT) dan Ventrikel Fibrilasi (VF). 3,7,8
Terhadap sistem respirasi
Pada konsentrasi tinggi, menimbulkan depresi pusat nafas, sehingga pola
nafas menjadi cepat dan dangkal, volume tidal dan volume nafas semenit menurun
dan menyebabkan dilatasi bronkus.3,7,8
Terhadap ginjal
Halotan pada dosis lazim secara langsung akan menurunkan aliran darah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus, tetapi efek ini hanya bersifat sementara dan tidak
mempengaruhi autoregulasi aliran darah ginjal. 3,7,8
Terhadap hati
Pada konsentrasi 1,5 vol%, halotan akan menurunkan aliran darah pada
lobules sentral hati sampai 25-30%. Penurunan aliran darah pada lobulus sentral ini
menimbulkan nekrosis sel pada sentral hati yang diduga sebagai penyebab dari
“hepatitis post-halothane”. Kejadian ini akan lebih bermanifes, apabila diberikan
halotan berulang dalam waktu yang relatif singkat.
15
Penggunaan Klinik
Halotan digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan
anestesia umum. Disamping efek hipnotik, halotan juga mempunyai efek analgetik
ringan dan relaksasi otot ringan. Pada bayi dan anak-anak yang tidak kooperatif,
halotan digunakan untuk induksi bersama-sama dengan N2O secara inhalasi.
Untuk mengubah cairan halotan menjadi uap, diperlukan alat penguap
(vaporizer) khusus halotan, misalnya fluotec, halomix, copper kettle, dragger dan
lain-lainnya. 3,7,8
Kontra indikasi
Penggunaan halotan tidak dianjurkan pada pasien :
1. Menderita gangguan fungsi hati dan gangguan irama jantung.
2. Operasi kraniotomi.
Keuntungan Dan Kelemahan
Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak intattif terhadap
mukosa jalan nafas, pemulihannya relatif cepat, tidak menimbulkan mual muntah
dan tidak meledak atau cepat terbakar.
Kelemahannya adalah batas keamanannya sempit (mudah terjadi
kelebihan dosis), analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus
dikombinasikan dengan obat lain. Selain itu juga menimbulkan hipotensi,
gangguan irama jantung dan hepatotoksik, serta menimbulkan menggigil pasca
anestesia.
2.5.2 ENFLURAN
16
Enfluran adalah obat anestesi inhalasi yang bebentuk cair, tidak mudah terbakar,
tidak berwarna, tidak iritatif, lebih stabil dibandingkan halotan, induksi lebih cepat
dibanding halotan, tidak terpengaruh cahaya dan tidak bereaksi dengan logam. 3,7,8
Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3% bersama
dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 1-
2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.3,7,8
Absorbsi Dan Distribusi, Metabolism, Dan Eliminasi
Setelah diabsorbsi dari paru ke dalam darah, enfluran akan didistribusikan ke
seluruh tubuh. Kelarutan enfluran dalam lemak lebih rendah dibandingkan halotan.
Ekskresi melalui paru dan sebagian kecil melalui urin.3,7,8
Efek Farmakologik
Terhadap SSP
Pada dosis tinggi menimbulkan “twitching” (tonik-klonik) pada otot muka dan
anggota gerak. Hal ini terutama dapat terjadi bila pasien mengalami hipokapnia. Kejadian
ini bisa dihindari dengan mengurangi dosis obat dan mencegah terjadinya hipokapnia.
Obat ini tidak dianjurkan pemakaiannya pada pasien yang mempunyai riwayat epilepsy
walaupun pada penelitian terbukti bahwa enfluran tidak menimbulkan bangkitan epilepsi.
Walaupun menimbulkan vasodilatasi serebral, tetapi pada dosis kecil dapat dipergunakan
untuk operasi intrakranial karena tidak menimbulkan peningkatan tekanan intracranial.
Terhadap system Kardiovaskular
Enfluran menimbulkan depresi kontraktilitas miokard, disritmia jarang terjadi,
tidak meningkatkan sensitifitas miokard terhadap katekolamin. Hipotensi dapat terjadi
akibat menurunnya curah jantung. 3,7,8
Terhadap respirasi
17
Pada system respirasi tidak meningkatkan sekresi bronchial dan ludah, tidak
meningkatkan iritabilitas faring dan laring. Frekuensi nafas meningkat tetapi ventilasi
semenit berkurang karena volume tidal yang menurun.3,7,8
Terhadap ginjal
Enfluran menurunkan aliran darah ginjal, menurunkan laju filtrasi glomerolus dan
akhirnya menurunkan diuresis. Harus berhati-hati menggunakan enfluran pada pasien
yang mempunyai gangguan fungsi ginjal. 3,7,8
Terhadap hati
Terjadi gangguan fungsi hati yang ringan setelah pemakaian enfluran yang
sifatnya reversible.3,7,8
Terhadap uterus
Menimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap oksitosin
tetap baik selama dosis enfluran rendah.3,7,8
Terhadap otot
Meningkatkan relaksasi, tapi untuk laparotomi masih perlu penambahan
pelumpuh otot. 3,7,8
Penggunaan Klinik
Sama seperti halotan. Untuk mengubah cairan enfluran menjadi uap, diperlukan
alat penguap (vaporizer) khusus enfluran.3,7,8
Kontra Indikasi
Hati-hati pada gangguan fungsi ginjal. Akhir-akhir ini penggunaan enfluran relatif
jarang karena efeknya terhadap ginjal dan hati tersebut, seperti telah diuraikan di atas.
Keuntungan Dan Kelemahan
1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosa jalan nafas,
pemulihannya lebih cepat dari halotan, tidak menimbulkan mual muntah, dan tidak
menimbulkan menggigil serta tidak mudah meledak atau terbakar.
2. Kelemahannya adalah batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis), analgesia
dan relaksasinya kurang, sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain dan bisa
menimbulkan hipotensi.
18
2.5.3 ISOFLURAN
Isofluran adalah obat anestesi isomer dari enfluran, merupakan cairan tidak
berwarna dan berbau tajam, menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai dengan
konsentrasi tinggi menggunakan sungkup muka. Tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh
cahaya dan proses induksi dan pemulihannya relatif cepat dibandingkan dengan obat-obat
anestesi inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan
sevofluran. 3,7,8
Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3%
bersamasama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara 1-
2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.2,3,7
Pada pasien yang mendapat anestesi isofluran kurang dari 1 jam akan sadar
kembali sekitar 7 menit setelah obat dihentikan. Sedangkan pada tindakan 5-6jam,
kembali sadar sekitar 11 menit setelah obat dihentikan. 3,7,8
Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat
Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan dosis yang diberikan. Isofluran tidak
menimbulkan kelainan EEG seperti yang ditimbulkan oleh enfluran. Pada dosis anestesi
tidak menimbulkan vasodilatasi dan perubahan sirkulasi serebrum serta mekanisme
autoregulasi aliran darah otak tetap stabil. Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran
adalah penurunan konsumsi oksigen otak. Sehingga dengan demikian isofluran
merupakan obat pilihan untuk anestesi pada kraniotomi, karena tidak berperngaruh pada
tekanan intrakranial, mempunyai efek proteksi serebral dan efek metaboliknya yang
menguntungkan pada tekhnik hipotensi kendali.3,7,8
Terhadap sistem kardiovaskular
Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan dibanding
dengan obat anesetesi volatil yang lain. Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil
19
selama anestesi. Dengan demikian isofluran merupakan obat pilihan untuk obat anestesi
pasien yang menderita kelainan kardiovaskuler.3,7,8
Terhadap sistem respirasi
Isofluran juga menimbulkan depresi pernafasan yang derajatnya sebanding
dengan dosis yang diberikan. 3,7,8
Terhadap otot rangka
Menurunkan tonus otot rangka melalui mekanisme depresi pusat motorik pada
serebrum, sehingga dengan demikian berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot non
depolarisasi. Walaupun demikian, masih diperlukan obat pelumpuh otot untuk
mendapatkan keadaan relaksasi otot yang optimal terutama pada operasai laparatomi.3,7,8
Terhadap ginjal
Pada dosis anestesi, isofluran menurunkan aliran darah ginjal dan laju fitrasi
glomerulus sehingga produksi urin berkurang, akan tetapi masih dalam batas normal.
Toksisitas pada ginjal tidak terjadi.3,7,8
Kontra Indikasi
Tidak ada kontra indikasi yang unik. Hati-hati pada hipovolemik berat.
Keuntungan Dan Kelemahan
1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosa jalan nafas,
pemulihannya lebih cepat dari halotan, tidak menimbulkan mual muntah, dan tidak
menimbulkan menggigil serta tidak mudah meledak atau terbakar. Penilaian terhadap
pemakaian isofluran saat ini adalah bahwa isofluran tidak menimbulkan guncangan
terhadap fungsi kardiovskuler, tidak megubah sensitivitas otot jantung terhadap
katekolamin, sangat sedikit yang mengalami pemecahan dalam tubuh dan tidak
menimbulkan efek eksitasi SSP.
2. Kelemahannya adalah batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis), analgesia
dan relaksasinya kurang, sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.
2.5.4 SEVOFLURAN
20
Sevofluran merupakan halogenasi eter, hasil dari fluorisasi isopropil metil eter dengan nama kimia 1-1-1-3-3-3-hexa fluoro 2-propil fluoro-metil-eter atau fluorometil 2-2-2 trifluoro-1-(trifluorometil) eter-eter dan memilki berat molekul 200,053.
Sevofluran dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelam), dan tidak terlihat adanya degradasi sevofluran dengan asam kuat atau panas. Obat ini tidak bersifat iritatif terhadap jalan nafas sehingga baik untuk induksi inhalasi.
Proses induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini. Sevofluran dapat dirusak oleh kapur soda tetapi belum ada laporan yang membahayakan.3,7,8
Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0%
bersama-sama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 2,0-
3,0%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.3,7,8
Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat
Efek depresinya pada SSP hampir sama dengan isofluran. Aliran darah otak
sedikit meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial. Laju metabolisme
otak menurun cukup bermakna sama dengan isofluran. Tidak pernah dilaporkan kejadian
kejang akibat sevofluran.3,7,8
Terhadap sistem kardiovaskuler
Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia. Tahanan vaskuler dan
curah jantung sedikit menurun, sehingga tekanan darah sedikit menurun. Pada 1,2-2
MAC sevofluran menyebabkan penurunan tahanan vaskuler sistemik kira-kira 20% dan
tekanan darah arteri kira-kira 20%-40%. Curah jantung akan menurun 20% pada
pemakaian sevofluran lebih dari 2 MAC. Dibandingkan dengan isofluran, sevofluran
menyebabkan penurunan tekanan darah lebih sedikit.
Sevofluran tidak atau sedikit meyebabkan perubahan pada aliran darah koroner.
Sevofluran menyebabkan penurunan laju jantung. Penelitian-penelitian menyebutkan
bahwa penurunan laju jantung tidak sampai menyebabkan bradikardi. 3,7,8
Terhadap sistem respirasi
21
Menimbulkan depresi pernapasan dan dapat memicu bronkhospasme.
Terhadap otot rangka
Efeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan dengan isofluran.
Relaksasi otot dapat terjadi pada anestesi yang cukup dalam dengan sevofluran. Proses
induksi, laringoskopi dan intubasi dapat dikerjakan tanpa bantuan obat pelemas otot. 3,7,8
Terhadap hepar dan ginjal
Sevofluran menurunkan aliran darah ke hepar paling kecil dibandingkan dengan
enfluran dan halotan. Ada beberapa bukti, sevofluran menurunkan aliran darah ke ginjal,
tetapi tidak ada bukti hal ini menyebabkan gangguan fungsi ginjal pada manusia.3,7,8
Biotransformasi
Hampir seluruhnya dikeluarkan untuk melalui udara ekspirasi, hanya sebagian kecil 2-3%
dimetabolisme dalam tubuh. Konsentrasi metabolitnya sangat rendah, tidak cukup untuk
menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
Eliminasi
Eleminasi sevofluran oleh paru-paru kurang cepat dibanding desfluran, tetapi masih lebih
cepat dibanding isofluran,enfluran, dan halotan. Sevofluran mengalami metabolisme di hati
(defluoronisasi) kurang dari 5%, membentuk senyawa fluorine, kemudian oleh enzim
glucuronyl tansferase diubah menjadi fluoride inorganik dan fluoride organik (hexafluoro
isopropanol), dan dapat dideteksi dalamdarah serta uruin. Hexafluoro isopropanol akan
terkonjugasi menjadi produk tidak aktif, kemudian diekskresikan lewat urin. Tidak ada
pengaruh nyata pada fungsi ginjal dan tidak bersifat nefrotoksik.
Kontra Indikasi
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”, hipovolemik
berat dan hipertensi intrakranial.
Keunggulan Dan Kelemahan
1. Keuntungannya adalah induksi cepat dan lancar, tidak iritatif terhadap mukosajalan nafas,
pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan agen volatil lain.
22
2. Kelemahannya adalah batas keamanan sempit (mudah terjadi kelebihan dosis), analgesia
dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.
2.5.5 DESFLURAN
Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek klinisnya sama
dengan isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan dengan agen volatile
yang lain. Memerlukan alat penguap khusus (TEC-6). 3,7,8
Dosis
Untuk induksi, disesuaikan dengan kebutuhan.
Efek Farmakologi
Terhadap system Kardiovaskular
Menurunkan resistensi vascular sistemik, menyebabkan turunnya tekanan darah.
Peningkatan konsentrasi desfluran dengan cepat menyebabkan peningkatan tekanan
darah, laju jantung, dan katekolamin. Keadaan ini bisa dikurangi dengan memberikan
klonidin, fentanil, atau esmolol. Desfluran tidak meningkatkan aliran darah koroner.
Terhadap sistem respirasi
Menyebabkan menurunnya volume tidal dan meningkatnya frekuensi nafas
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan CO2. Desfluran bersifat iritatif, sehingga
tidak ideal untuk induksi.3,7,8
Penggunaan Klinik
Desfluran digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan
anestesia umum. Disamping efek hipnotik, desfluran juga mempunyai efek analgetik
yang ringan dan relaksasi otot ringan.3,7,8
Kontra Indikasi
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced hyperthermia”, hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.
Keuntungan Dan Kelemahan23
1. Keuntungannya hampir sama dengan isofluran.2. Kelemahannya adalah batas keamanannya sempit (mudah terjadi kelebihan dosis),
analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.
2.5.6 N2O (NITROGEN OKSIDA)
N2O adalah anestesi lemah dan harus diberikan dengan konsentrasi besar (lebih dari
65%) agar efektif. Paling sedikit 20%atau 30% oksigen harus diberikan sebagai
campuran, karena konsentrasi N2O lebih besar dari 70-80% dapat menyebabkan hipoksia.
N2O tidak dapat menghasilkan anestesia yang adekuat kecuali dikombinasikan dengan zat
anestesi yang lain, meskipun demikian, karakteristik tertentu membuatnya menjadi zat
anestesi yang menarik, yaitu koefisien partisi darah / gas yang rendah, efek anagesi pada
konsentrasi subanestetik, kecilnya efek kardiovaskuler yang bermakna klinis,
toksisitasnya minimal dan tidak mengiritasi jalan napas sehingga ditoleransi baik untuk
induksi dengan masker.
Efek anestesi N2O dan zat anestesi lain bersifat additif, sehingga pemberian N2O
dapat secara substansial mengurangi jumlah zat anestesi lain yang seharusnya digunakan.
Pemberian N2O akan menyebabkan peningkatan konsentrasi alveolar dari zat anestesi
lain dengan cepat, oleh karana sifat “efek gas kedua” dan “efek konsentrasi” dari N2O.
Efek konsentrasi terjadi saat gas diberikan dengan konsentrasi tinggi. Semakin tinggi
konsentrasi gas diinhalasi, maka semakin cepat peningkatan tekanan arterial gas tersebut. 3,7,8
Absorpsi, Distribusi Dan Eliminasi
Absorbsi dan eliminasi nitorus oksida relatif lebih cepat dibandingkan dengan
obat anestesi inhalasi lainnya, hal ini terutama disebabkan oleh koefisien partisi gas darah
yang rendah dari N2O. total ambilan N2O oleh tubuh manusia diteliti oleh Severinghause.
Pada menit pertama, N2O (75%) dengan cepat akan diabsorbsi kira-kira 1.000 ml/menit.
Setelah 5 menit, tingkat absorbsi turun menjadi 600 ml/menit, setelah 10 menit turun
menjadi 350 ml/menit dan setelah 50 menit tingkat absorbsinya kira-kira 100 ml/menit,
kemudian pelan-pelan menurn dan akhirnya mencapi nol. Konsentrasi N2O yang
diabsorbsi tergantung antara lain oleh konsentrasi inspirasi gas, ventilasi alveolar dan
24
ambilan oleh sirkulasi, seperti koefisien partisi darah/gas dan aliran darah (curah
jantung).
N2O akan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi di jaringan
adalah berbanding lurus dengan perfusi per unit volume dari jaringan, lamanya paparan
dan koefisien partisi darah / jaringan zat tersebut. Jaringan dengan aliran darah
besar/banyak seperti otak, jantung, hati dan ginjal akan menerima N2O lebih banyak
sehingga akan menyerap volume gas yang lebih besar. Jaringan lain dengan suplai darah
sedikit seperti jaringan lemak dan otot menyerap hanya sedikit N2O, ambilan dan
penyerapan yang cepat menyebabkan tidak terdapatnya simpanan N2O dalam jaringan
tersebut sehingga tidak menghalangi pulihnya pasien saat pemberian N2O dihentikan.N2O
dieliminasi melalui paru-paru dan sebagian kecil diekskresikan melalui kulit.
Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat
Berkhasiat analgesia dan tidak mempunyai khasiat hipnotik. Khasiat
analgesianya relatif lemah akibat kombinasinya dengan oksigen. Pada konsentrasi 25%
N2O menyebabkan sedasi ringan. Peningkatan konsentrasi menyebabkan penurunan
sensasi perasaan khusus seperti ketajaman, penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan
diikuti penurunan respon sensasi somatik seperti sentuhan, temperatur, tekanan dan
nyeri. Penurunan perasaan membuat agen ini cocok untuk induksi sebelum pemberian
agen lain yang lebih iritatif. N2O menghasilkan analgesi sesuai besarrnya dosis. N2O
50% efek analgesinya sama dengan morfin 10 mg. Bukti menunjukkan bahwa N2O
memiliki efek agonis pada reseptor opioid atau mengaktifkan sistem opioid endogen.
Area pusat muntah pada medula tidak dipengaruhi oleh N2O kecuali jika terdapat
hipoksia.
Nitrous oksida tidak mengikuti klasifikasi stadium anestesi dari guedel dalam
kombinasinya dengan oksigen dan sangat tidak mungkin mencoba memakai nitrous
oksigen tanpa oksigen hanya karena ingin tahu gambaran stadium anestesi dari guedel.
Efeknya terhadap tekanan intrakranial sangat kecil bila dibandingkan dengan obat
anestesi yang lain.
25
Dalam konsentrasi lebih dari 60%, N2Odapat menyebabkan amnesia, walaupun
masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
Terhadap susunan saraf otonom, nitrous oksida merangsang reseptor alfa saraf
simpatis, tetapi tahanan perifer pembuluh darah tidak mengalami perubahan.3,7,8
Terhadap sitem kardiovaskuler
Depresi ringan kontraktilitas miokard terjadi pada rasio N2O : O2 = 80% : 20%.
N2O tidak menyebabkan perubahan laju jantung dan curah jantung secara langsung.
Tekanan darah tetap stabil dengan sedikit penurunan yang tidak bermakna.
Terhadap sistem respirasi
Pengaruh terhadap sistem pernapasan minimal. N2O tidak mengiritasi epitel
paru sehingga dapat diberikan pada pasien dengan asma tanpa meningkatkan resiko
terjadinya spasme bronkus. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan (menjadi lebih
lambat dan dalam) lebih disebabkan karena efek sedasi dan hilangnya ketegangan.
Terhadap sistem gastrointestinal
N2O tidak mempengaruhi tonus dan motilitas saluran cerna. Distensi dapat
terjadi akibat masuknya N2O ke dalam lumen usus. Pada gangguan fungsi hepar, N2O
tetap dapat digunakan.
Terhadap ginjal
N2O tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada ginjal maupun pada
komposisi urin.
Penggunaan Klinik
Dalam praktik anestesia, N2O digunakan sebagai obat dasar dari anestesia
umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan oksigen dengan perbandingan
N2O : O2 = 70 : 30 (untuk pasien normal), 60 : 40 (untuk pasien yang memerlukan
26
tunjangan oksigen yang lebih banyak), atau 50 : 50 (untuk pasien yangberesiko tinggi).
Oleh karena N2O hanya bersifat analgesia lemah, maka dalam penggunaannya selalu
dikombinasikan degnan obat lain yang berkhasiat sesuai dengan target “trias anestesia”
yang ingin dicapai.3,7,8
2.6 PERBEDAAN ANESTETIK INHALASI
Perbandingan anestetik inhalasi baik secara fisik –kima maupun secara klinik
farmakologi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Perbandingan sifat fisik dan kimia anestetik inhalasi
Anesetetik
inhlasi
Nitrous
OksidaHalotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Berat molekul 44 197 184 184 168 200
Titik didih (oC) -68 50-50,2 56,6 48,5 22,8-23,5 58,5
Tekanan uap
(mmHg 20oC)
5200 243-244 172-174,5 238-240 669-673 160-170
Bau Manis Organik Eter Eter Eter Eter
Turunan eter Bukan Bukan Ya Ya Ya Ya
Pengawet - Perlu - - - -
Koef. Partisi
darah/gas0,47 2,4 1,9 1,4 0,42 0,65
Dengan kapur
soda 40oCStabil Tidak Stabil Stabil Stabil Tidak
MAC 37oC
usia 30-55
tahun (tekanan
760 mmHg)
104-105 0,75 1,63-1,70 1,15-1,20 6,0-6,6 1,80-2,0
Tabel 2. Farmakologi klinik anestetik inhalasi
27
Anestetik
inhalasi
Nitrous
OksidaHalotan Enfluran
Isofluran/
DesfluranSevofluran
CO 0 -* --* 0 0
HR 0 0 ++* + 0
BP 0 -* --* --* --
Kontraktilitas -* ---* --* --* --
SVR 0 0 - -- -
PVR + 0 0 0 0
TIK + ++ ++ + +
CBF + ++ + + +
Kejang - - + - -
Aliran Darah
Hepar- -- -- - -
RR + ++ ++ + +
VT - - - - -
PaCO2 0 + ++ + +
*=Dose Dependent; 0=No Change; -=Decrease; +=Increase
CO=cardiac output; HR=heart rate; BP=blood preasure; SVR=systemic vasculer resistence;
PVR=pulmonary vasculer resistance; TIK=tekanan intrakranial; CBF=cerebral blood flow;
RR=respiratory rate; VT=volume tidal
2.7 MESIN DAN ALAT ANESTESI
Fungsi mesin anestesi adalah menyalurkan gas atau campuran gas anestetik yang aman ke
rangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien dan membuang sisa campuran gas
dari pasien. Rangkaian mesin anestesi sangat banyak ragamnya, mulai dari yang sangat
28
sederhana sampai yang diatur oleh komputer. Mesin yang aman dan ideal ialah mesin yang
memenuhi persyaratan berikut :3,4
1. Dapat menyalurkan gas anestetik dengan dosis tepat
2. Ruang rugi minimal
3. Mengeluarkan CO2 dengan efisien
4. Bertekanan rendah
5. Kelembaban terjaga dengan baik
6. Penggunaannya sangat mudah dan aman
Mesin anestetik adalah teman akrab anestetis atau anestesiologist yang harus selalu siap pakai,
kalau akan dipergunakan. Mesin anestetik modern dilengkapi langsung dengan ventilator
mekanik alat pantau.
Komponen dasar mesin anestetik terdiri dari :3,4
1. Sumber O2, N2O dan udara tekan
Sumebr O2 dan N2O dapat tersedia secara individual menjadi satu kesatuan mesin
anestetik atau dari sentral melalui pipa-pipa. Rumah sakit besar biasanya menyediakan
O2, N2O dan udara tekan secara sentral untuk disalurkan ke kamar bedah sentral, kamar
bedah rawat jalan, ruang obstetri dan lain-lainnya.
2. Alat pantau tekanan gas
Alat pantau tekanan gas untuk mengetahui tekanan gas pasok. Kalau tekanan gas O2
berkurang maka akan ada bunyi tanda bahaya.
3. Katup penurun tekanan gas
Katup penurun tekanan gas untuk menurunkan tekanan gas pasok yang masih tinggi,
sesuai karakteristik mesin anestesi.
4. Meter aliran gas
Meter aliran gas dari tabung kaca untuk mengatur aliran gas setiap menitnya.
5. Satu atau lebih penguap cairan anestetik
Penguap cairan anestetik dapat tersedia satu, dua, tiga sampai empat.
6. Lubang keluar campuran gas
Lubang keluar campuran gas biasanya berdiameter standar.
29
Sumber O2 Sumber N2O Sumber gas lain
Alat pantau tekanan Alat pantau tekanan Alat pantau tekanan
Katup penurun tekanan
Meter aliran gas
Penguap anestetik volatil
Lubang campuran penguap gas
Kendalli oksigen darurat
Gambar 1. Rangkaian mesin anestetik
7. Kendali O2 darurat
Kendali O2 darurat untuk keadan yang dalpat mengalirkan O2 murni sampai 35-37
liter/menit tanpa melalui meter aliran gas.
Tabung gas dan tambahannya dan penguap diberi warna khusus untuk menghidari
kecelakaan yang mungkin timbul. Kode warna yang telah disepakati ialah seperti tabel 3.
Tabel 3. Kode warna internasional 4
Oksigen N2O Udara CO2 Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Putih* BiruPutih-
Hitam**
Abu-
abuMerah Jingga Ungu Biru Kuning
*USA : hijau, **kuning
Mesin anestesi sebelum digunakan harus diperiksa apakah berfungsi denganbaik atau
tidak. Beberapa petunjuk di bawah ini perlu diperhatikan :
1. Periksa mesin dan peralatan kaitannya secara visual apakah ada kerusakan atau tidak,
apakah rangkaian sambungannya seduah benar.
2. Periksa alat penguap apakah sudah terisi obat dan penutupnya tidak longga atau bocor.
30
3. Periksa apakah sambungan silinder gas atau pipa gas ke mesin sudah benar.
4. Periksa meter aliran gas apakah berfungsi baik.
5. Periksa aliran gas O2 dan N2O.
2.8 SISTEM ATAU SIRKUIT ANESTESIA
Sistem penghantar gas atau sistem anestesia atau sirkuit anestesia adalah alat yang bukan
saja menghantarkan gas atau uap anestetik dan oksigen dari mesin ke jalan napas atau pasien,
tetapi juga harus sanggup membuang CO2 dengan mendorongnya dengan aliran gas segar atau
dengan mengisapnya dengan kapur soda.4
Sirkuit anestesia umumnya terdiri dari : 3,4
1. Sungkup muka, sungkup laring atau pipa trakea.
2. Katup ekspirasi dengan per atau pegas.
3. Pipa ombak, pipa cadang. Bahan karet hitam atau plastik tansparan anti statik, anti tekuk.
4. Kantong cadang.
5. Tempat masuk campuran gas anestetik dan O2. Untuk mencegah terjadinya barotrauma
akibat naiknya tekanan gas yang mendadak tinggi, katup membatasi tekanan samapai 50
cmH2O.
Sirkuit anestesi yang populer sampai saat ini ialah sirkuit lingkar (cicle system), sirkuit
magill, sirkuit Bain dan sistem pipa T atau pipa Y dari Ayre.
Tehnik pemberian
Pemberian anestetika inhalasi dibagi menjadi 3 cara, yaitu:
Sistem terbuka, yaitu dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang menutupi mulut atau
hidung penderita, contohnya eter dan trikloretilen.
Sistem tertutup, yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan campuran gas
dengan oksigen dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan dimasukan kembali (bertujuan
memperdalam pernafasan dan mencegah berhentinya pernafasan atau apnea yang dapat
terjadi bila diberikan dengan sistem terbuka). Karena pengawasan penggunaan anestetika
lebih teliti maka cara ini banyak disukai, contohnya siklopropan, N2O dan halotan.
31
Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang tenggorokan atau trachea
dengan memakai alat khusus seperti pada operasi amandel.
SISTEM INSUFLASI
Sistem ini diartikan sebagai penghembusan gas anestetik degan sungkup muka melalui
salah satu sistem ke wajah pasien tanpa menyentuhnya. Biasanya dikerjakan pada bayi atau anak
kecil yang takut disuntik atau pada mereka yang sedang tidur supaya tidak terbangun (induksi
mencuri, steal induction). Untuk menghindari penumpukan gas CO2, alliran gas harus cukup
tinggi sekitar 8-10 liter/menit. Sistem ini dapat mencemari udara sekitarnya.
Ada yang mengartikan, bahwa sistem ini adalah penghembusan campuran gas anestetik
melalui lubang hidung dengan menggunakan pipa nasofaring. Seperti melalui sungkup, aliran
campuran gas juga harus tinggi sekitar 8-10 liter/menit.
2.9 TATALAKSANA ANESTESI UMUM INHALASI SUNGKUP MUKA
Indikasi :
1. Pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan tubuh dan berlangsung singkat denga
posisi telentang, tanpa membuka rongga perut.
2. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik I atau II).
3. Lambung dalam keadaan kosong.
Kontra indikasi :
1. Operasi di daerah kepala dan jalan napas.
2. Operasi dengan posisi miring atau tertelungkup.
Tatalaksana :
1. Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman
2. Pasang alat pantauu yang diperlukan
3. Siappkan alat-alat dan obat resusitasi
4. Siapkan mesin anestesi dengan sistem sirkuitnya dan gas anestesi yang digunakannya
5. Induksi dengan pentothal atau dengan obat hipnotik yang lain
6. Berikan salah satu kombinasi obat inhalasi
32
7. Awasi pola nafas pasien, bial tampak tanda-tanda hipoventilasi berikan nafas bantuan
secara sinkron sesuai dengan irama pasien
8. Pantau denyut nadi dan tekanan darah
9. Apabila operasi sudah selasai, hentikan aliran gas / obat anestesi inhalasi dan berikan
oksigen 100% (4-8 liter/menit) selama 2-5 menit
33
KESIMPULAN
Anestesia inhalasi yang sempurana adalah yang (a) masa induksi dan masa pemulihannya
singkat dan nyaman, (b) peralihan stadium anestesinya terjadi cepat, (c) relaksasi ototnya
sempurna, (d) berlangsung cukup aman, dan (e) tidak menimbulkan efek toksik atau efek
samping yang berat dalam dosis anestetik yang lazim.3
Dalam melakukan tindakan anestesi yang perlu dimonitor selama operasi adalah tingkat
kedalaman anestesi, efektivitas kardiovaskuler dan efisiensi perfusi jaringan (tekanan darah,
nadi, Saturasi oksigen, MAP, EKG, suhu)3
Faktor yang mempengaruhi kecepatan transfer anestesik jaringan ke otak ditentukan oleh
(1) kelarutan zat anestetik, (2) kadar anestetik dalam udara yang dihirup oleh pasien atau disebut
tekanan parsial anestetik, (3) ventilasi paru, (4) aliran darah paru , dan (5) perbedaan antara
tekanan parsial anestetik di darah arteri dan di darah vena. 5,6
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Barash, Paul G.; Cullen, Bruce F.; Stoelting, Robert K.Clinical Anesthesia 5 th edition.
Lippincott Williams & Wilkins. 2006
2. Mangku, Gde.; Senapathi, Tjokorda Gde Agung Senaphati. Ilmu Anestesi dan Reanimasi.
Jakarta : Indeks Jakarta. 2010
3. Wargahadibrata, Himendra A. Anestesiologi Untuk Mahasiswa Kedokteran.Bandung :
Saga Olahcitra.2011
4. Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007
5. Soenarjo; Jatmiko, Heru Dwi. Anestesiologi. Semarang : Ikatan Dokter Spesialis
Anestesi dan Reanimasi. 2010.
6. Gunawan, Sulistia Gan. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru. 2007
7. Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology 10th edition. Singapore : Mc Graw
Hill Lange. 2007
8. Tjay Tan H.; Rahardja Kirana. Obat – Obat Penting : Kasiat, Penggunaan dan Efek –
Efek Sampingnya Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gramedia. 2010
35