47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Merupakan suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana dan kejadian luar biasa. 1

referat baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SPGDT

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving.

Merupakan suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana dan kejadian luar biasa.

Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi menjadi 3 sub sistem yaitu : sistem pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit dan sistem pelayanan antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan sistem.

Prinsip SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat, dimana tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan (time saving is life and limb saving) terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang dituju.

1.2 Tujuan Penulisan Referat

Untuk mengetahui tentang sistem penanggulangan gawat darurat terpadu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayananberpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.

2.2 Tujuan

Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota. Masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikiran rupa sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi. Cakuoan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi

a. Penanggulangan ditempat kejadian.

b. Transportasi kesarana kesehatan yang lebih memadai.

c. Penyediaan sarana komunikasi.

d. Rujukan

e. Upaya PPGD ditempat rujukan (UGD dan ICU)

f. Upaya pembiayaan penderita

2.3 Komponen dan Fase dalam SPGDT

a. Komponen / fase Deteksi

b. Komponen / fase Supresi

c. Komponen / fase Pra Rumah Sakit

d. Komponen / fase Rumah Sakit

e. Komponen / fase Rehabilitas

f. Komponen Penanggulangan Bencana

g. Komponen Evaluasi/Quality control

h. Komponen Dana

2.3.1 Fase deteksi

Pada fase ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan kemingkan yang akan menyebabkan terjadinya kegawat daruratan dapat dideteksi dengan melihat keadaan jalan raya atau tempat tempat yang sering terjadi kecelakaan seperti tingkungan tajam pada jalanan, gedung umum rawan rubuh, tempat kerja di pabrik yang membahayakan, tempat wisata alam, tempat bermain atau olahraga, daerah rawan gempa, pantai dengan ombak yang besar, dan dapat di deteksi dengan melihat alat pelindung diri seperti helm yang kualitasnya buruk, ban motor yang tidak sesuai.

2.3.2 Fase Supresi

Pada fase ini lebih ditekankan terhadap perbaikan atau pencegehan untuk meminimalisir terjadinya korban bencana setelah dilakukan fase deteksi terlebih dahulu

Memperbaiki kontruksi jalan

Aturan lalu lintas lebih diperketat

Perbaikan kualitas alat pelindung diri seperti helm

Pemberian Batas batas bahaya pada wisata alam

Meminimalisir factor yang menyebabkan kecelakan ditempat kerja

Pengetatan peraturan keselamatan kerja

Membuat disaster mapping.

Dll

2.3.3 Fase Pra RS

Dalam Fase ini keberhasilan penanggulangan gawat darurat tergantung beberapa komponen antara lain:

2.3.3.1 Komunikasi

1). Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah

pusat komunikasi ambulan gawat darurat

pusat emergency

pusat komunikasi kerumah sakit

pusat komunikasi polisi

pusat komunikasi pemadam kebakaran

2). Fasilitas komunikasi seperti telfon gengam radio, telepon dll

3). Tugas pusat komunikasi

menerima permintaan penolong

mengirim ambulan terdekat

mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat

monitor kesiapan rumah sakit terutama UGD dan ICU

4). Pada dasarnya pelayanan komunikasi disektor kesehatan terdiri dari :

komunikasi kesehatan

system komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan dibidang teknis administrative

komunikasi medis

system komunikasi ini digunakan untuk menunjang pelayanan kesehatan dibidang teknis madis.

a. Tujuan

Untuk mempercepat dan mempermudah penyampain dan penerimaan data pasien gawat darurat sehingga persiapan sudah bisa dilaksanakan sebelum pasien dating menuju ke tempat pelayanan kesehatan.

b. Fungsi komunikasi medis

Untuk mempermudah masyarakat dalam meminta pertolongan ke sarana kesehatan

Sebagai control informasi dan penghubung antara penolong ditempat kejadian dengan sarana kesehatan yang lebih memadai, informasi akan diberukan selama kejadian sampai pejalanan ke tempat sarana kesehatan

Sebagai pengatur dan memonitor rujukan dari pukesmas kerumah sakit atau rumah sakit ke rumah sakit lainya

Untuk mengkoordinir pelayanan medic korban bencana

c. Sarana komunikasi

Yang dimaksut dengan sarana komunikasi adalah sentral komunikasi atau pusat komunikasi dimana fungsi dari pusat komunikasi adalah mengkoordinir penanggulangan pertolongan gawat darurat mulai dari tempat kejadian sampai ke RS yang memiliki saranan prasarana yang memadai yaitu dengan :

a. Menerima dan menganalisa permintaan pertolongan

b. Mengatur ambulans terdekat ketempat kejadian

c. Menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui fasilitas yang tersedia (tempat tidur kosong) pada saat itu yang dapat diberikan untuk pasien gawa darurat

d. Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat

Menjadi pusat komando dalam penanggulangan madis korban bencana

Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain, instasi lain, kalau perlu dengan Negara lain

e. Syarat syarat sentral komunikasi

Mempunyai nomer telfon kusus 3 digit

Mudah dihubungi dan pelayanan 24 jam

Dilayani oleh tenaga madis yang terampil dan berpengalaman

2.3.3.2 Pendidikan

1). Pada orang awam

Orang awam adalah orang pertama yang menemukan korban atau pasien yang mendapat musibah atau trauma, mereka adalah masyarakat pada umumnya, anggota pramuka, PMR, guru, ibu rumah tangga, pengemudi, tukang becak dll,

kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah mengetahui cara minta tolong misal menghubungi petugas medis terdekat atau dengan menguhungi 118, mengetahui cara resusitasi jantung, mengetahui cara menghentikan pendarahan, mengetahui cara memasang bidai, mengetahui cara transportasi yang baik

2). Pada orang awam khusus

Yang dimaksudkan orang awam khusus adalah orang awam yang telah mendapatkan pengetahuan tentang penanggulanan kasus gawat darurat sebelum korban dibawa kerumah sakit oleh ambulan, mereka terdiri dari polisi, TNI, DLLAJR, search and rescue (SAR) kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam khusus adalah mengetahui dasar penyakit jantung dan tatalaksana awal, mengetahui penyakit syaraf dan tatalaksanan atau tindakan awal. Mengetahui tanda tanda kegawadaruratan dan penatalaksanaan awal ditempat sampai ketempat rujukan

3). Pada dokter dan perawat

dalam kasus ini tenaga medis harus mampu mananggulangi penderita gawat darurat dengan gangguan

a. System pernafasan

Mengatasi obstruksi jalan nafas

Membuka jalan nafas

Memberi nafas buatan

Melakukan RJP dengan didahului penilaian ABCD

b. System sirkulasi

Mengenal tanda tanda aritmia dan infark jantung

Pertolongan pertama pada henti jantung

Memasang infuse dan transfusi

Rawat infuse

Tatalaksana aritmia dan infark jantung

c. System vaskuler

Menghentikan perdarahan

- Memasang infus atau transfusi

Merawat infuse

d. System saraf

Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama

Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala

e. System pencernaan

Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan pengenalan

tanda perdarahan intraabdomen

Persiapan operasi segera(cito)

Kumbah lambung pada pasien keracunan

f. System perkemihan

Pertolongan pertama pada payah ginjal akut

Pemasangan kateter

g. System integumen atau toksikologi

Pertolongan pertama pada luka bakar

Pertolongan pertama pada gigitan binatang

h. Sytem endokrin

Pertolongan pertama pada pasien hipo/hyperglikemia

Pertolongan pertama pasien kritis tiroid

dll

i. System muskuluskeletal

Mengenal patah tulang dan dislokasi

Memasang bidai

Mentransportasikan pasien ke rumah sakit

dll

j. System penginderaan

Pertolongan pertama pada pasien trauma mata tau telinga

Melakukan irigasi mata dan telinga

dll

k. Pada anak

Perolongan pertama pada anak dengan kejang

Pertolongan pertama pada anak dengan asma

Pertolongan pertama anak dengan diafre atau konstipasi

dll

2.3.3.3 Transportasi

1.) Syarat transportasi penderita

a) Penderita gawat darurat siap ditransportasi bila:

Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi

Perdarahan harus dihentikan

Luka harus ditutup

Patah tulang apakah memerlukan piksasi

b) Selama transportasi harus dimonito

Kesadaran

Pernapasan

Tekanan darah dan denyut nadi

Daerah perlukaan

c) Syarat kendaraan

Penderita dapat terlentang

Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan ;petugas dapat

bergerak.

Cukup tinggi sehinnga petugas dapat berdiri dan infus lancar

Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi dan rumah

sakit

Identitasw yang jelas sehinngga mudah dibedakan dari

ambulan lain

d) Syarat alat yang harus ada adalah

resusitasi ,oksigen,alat hisap,obat obatan dan infuse,balut dan bidai,tandu,Ekg transmitter,incubator(untuk bayi) dan alat alat persalinan.

e) Syarat personal

Dua orang perawat yang mengemudi

Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat

Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi

f) Klasifikasi ambulans sesuai fungsinya sebagai berikut:

Ambulans transportasi

Ambulans gawat darurat

Ambulans rumah sakit lapangan

Ambulans pelayanan medik bergerak

Kereta jenazah

g) Alat pelindung diri

Keamanan penolong merupakan hal yang sangat

penting,sebaiknya dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai

APD antara lain:

Sarung tangan lateks

Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan

penyakit

Kaca mata pelindung

Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam

Tubuh manusia

Baju pelindung

Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya cairan tubuh

melalui pakaian

Masker penolong

Mencegah penularan penyakit melalui udara

Masker Resusitasi Jantung Paru

Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas

Helm

Siring resiko adanya benturan pada kepala meningkat.Helm

dapat mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan

Kewajiban pelaku pertolongan pertama,dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukakan:

Menjaga keselamatan diri,anggota tim,penderita dan orang sekitarnya

Dapat menjangkau penderita

Dapat mengenali dan mengatasi masalah yangmengancam nyawa

Meminta bantuan atau rujukan

Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban

Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya

Ikut menjaga kerahasian medis penderita

Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang telibat

Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

Kualifikasi pelaku pertolongan pertama, Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

Jujur dan bertanggung jawab

Kematangan emosi

Memiliki sikap professional

Kemampuan bersosialisasi

Kemampuan nyata terukur sesuai sertifikasi PMI .Secara berkesinambungan mengikuti kursus penmyegaran.

Selalu dalam keadaan siap,khususnya secara fisik

Mempunyai rasa bangga.

2). Cara transportasi

Tujuan memindahkan penderita dengan cepat tetapi selamat

Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan berhati hati dan menaati peraturan lalu lintas

2.3.4 Fase Rumah Sakit

2.3.4.1 puskesmas

Ada puskesmas yang buka selama 24 jam dengan kemampuan:

Resusitasi

Menanggulangi fase gawat darurat baik medis maupun pembedahan minor

Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang diagnostik seperti pemeriksaan hb,leukosit dan gula darah

Personal yang dibutuhkan satu dokter umum dan dua sampai tiga perawat dalam satu shift

2.3.4.2 Instalasi gawat darurat(IGD) dan unit gawat Darurat

Berhasil atau gagalnya suatau IGD atau UGD tergantung pada:

1) Keadaan penderita waktu tiba di IGD

Tergantung pada mutu penanggulangannya pra rumah sakit

IGD harus aktif meningkatkan mutu penanggulangan pra

rumah sakit

2) Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang sedemikian rupasehingga:

Masyrakat mudah mencapainya

Kegiatan mudah dikontrol

Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh tidak ada infeksi silang

Dapat menanggulangi keadaan bencana

3) kualitas dan kuantitas alat alat serta obat obatan:

a) Alat alat atau obat obatan yang diperlukan untuk resusitasi

Suction manual atau otomatis

Oksigen

Respirator manual atau otomatis

Laringoskop

Pipa endotrakeal

Pipa nasotrakeal

Gudel

Spuit dan jarum

Cuff set

EKG

Infuse atau transfusi set serta cvairan dan darah

Cairan dextrose 50% ampul

Morfhin-pepthidin-adrenalin

Tandu dapat posisi tredelenburg

Cricothyrotomy dan trakheastomi set

Gunting

Jarum intra cardiac,dan lain lain

b) Alat alat atau obat obatan untuk menstabilisasi penderita:

WSD set atau jarum fungsi

Bidai segala ukuiran

Sonde lambung

Foley kateter segala ukuran

Venaseksi set

X-ray

Verban untuk luka bakar

c) Alat alat tambahan untuk diagnose dan terapi

Alat alat periksa pengobatan mata

Slip lamp

THT set

Traction kit

Gips

Obstetric genekologi set

Laboratorium urine

Bone set

Pembedahan minor set

Thoracotomy set

Benang benang atau jarum segala ukuran

d) kemampuan dan keterampilan

Golongongan pertama,yang tidak langsung menangani penderita yaitu CS,keamanan,penerangan,kasir

Golongan kedua,yang langsung menangani penderita yaitu perawat ,dokter dan koasisten :perawat tulang punggung IGD

2.3.5 Fase Rehabilitas

Semua penderita yang cedera akibat kecelakaan maupun bencana harus dilakukan rehabilitas secara mental maupun fisik sehingga mereka dapat kembali berfungsi di dalam kehidupan masyarakat

2.3.6 Penanggulangan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh factor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia,kerusakan lingkungan,kerugian harta benda,dan dampak psikologis maka setiap rumah sakit harus mempunyai disaster plan sebagai upaya persiapan jika terjadi bencana.

Dalam penaggulangan bencana diperlukan Rapid Respone dan Rapid Assesment.

1. Rapid Response

a. Daerah Urban:

Keamanan ada polri jumlah 110

Rescue ada dinas kebakaran ada 113

Kesehatan ada UGD ada 118

Ketiga unsur /akses masyarakat ini sebaiknya berada dibawah satu atap,sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehingga terbiasa bekerja sama dalam keadaan gawat darurat sehari hari maupun dalam keadaan bencana.

b. Daerah Rural :

Mungkin ketiga unsur diatas tidak ada dan dapat dimanfaatkan :

Babinsa

Hansip

Puskesmas

2. Rapid Assesment

Informasi tentang beratnya kerusakan dan jumlah / beratnya korban harus

didapat dalam 2-4 jam.

3. Evaluasi/Quality assurance/control.

Memonitor penanggulangan penderita.

Mengevaluasi terus-menerus

Kebutuhan untuk pengembangan

Dampak pada morbiditas dan mortalitas

Tujuan yaitu melakukan Quality Management Program.Untuk itu semua system harus ditunjang pleh program assesment and improvement baik untuk fase pra RS maupun Fase RS/UGD dan

penanggulangan bencana. Selain itu juga harus dilakukan kriteria audit yang

menjamin kualitas pelayanan medis.

4. Dana

Seperti juga dengan pelayanan Rumah sakit dimana dana didapat dari:

Pemerintah

Swasta

Modal Asing.

Maka dalam penaggulangan gawat darurat sehari hari maupun bencana, dan

dapat diperoleh dari ketiga unsur diatas. Sebenarnya setiap manusia indonesia

yang dapat musibah baik trauma maupun nontrauma, sumber dananya yaitu:

Jasa raharja

Pegawai negri

Pegawai swasta

Orang mampu

Askes

Astek

Asuransi komersial

Subsidi PEMDA.

2.4 Undang undang yang mengatur dalam system penanggulangan gawat darura terpadu

2.4.1 UU kesehatan Np.36/2009

Pelayanan kesehatan pada bencana

Pasal 82

1. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan sumberdaya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan pada bencana

2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi pelayanan kesehatan pada tanggap darurat dan pasca bencana

3. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 mencakup pelayanan kegawat daruratan yang bertujuan untuk menyeamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut

4. Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1

5. Pembiayaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4 bersumber dari anggaran pendapatan belanja Negara (APBN),anggaran pendapatan belanja dan belanja daerah (APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan undang undang

Pasal 83

1. Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditunjukan untuk penyelamatan jiwa pencegahaan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.

2. Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagimana yang dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

2.4.2 UU penanggulanagan bancana No.24/2007

Bab satu tentang ketentuan umum

Pasal 1 ayat 10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan penggurusan penggungsi serta pemulihan sarana pra sarana.

2.4.3 UU Kesehatan No 36/2009

Bab 2 pasal 4 tentang kesehatan pembukaan point b

Bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkat derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya dilaksanakan bedasarkan prinsip prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangaka pembentuk sumberdaya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional

Pasal 32 ayat 1

Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu

Pasal 32 ayat 2

Dalam keadaan darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien dan atau meminta uang muka.

2.4.4 UU Kesehatan No 36/2009 Bab 1 ketentuan umum

Profesi kesehataan (tenaga kesehatan) seperti dokter dan perawat dan profesi kesehatan lainya mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pertolongan pada kasus kasusu kegawat daruratan dan bencana. Yang disebut dengan tenaga kesehatan dalam undang undang kesehatan no 36 tahun 2009 bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 6 : setiap orang yang mengapdikan diri dalam bidang kesehatan dan atau keterampilan meleluai pendidikan dibindang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melaukan upaya kesehatan pasal ini mempertegas bahwa petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan termasuk dalam pelayanan dawar darurat yang terjadi baik dalam keadaaan sehari haari maupun dalam keadaan bencana

2.4.5 UU Rumah sakit No.44/2009

Dalam undang undang rumah sakit nomor 44 tahun 2009 bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Ini membuktikan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien atau penderita dengan didukung oleh sarana, pra sarana dan sumber daya manusia dalam pengelolahan pelayanan gawat darurat.

2.4.6 Pemenkes No 152/Menkes/Per/IV/2007

Pemenkes No 152/Menkes/Per/IV/2007. Tentang izin dan penyelenggaraan praktik kedokteran dan kedokteran gigi, BAB VII pasal 37 ayat (2). Dokter atau dokter gigi yang diminta untuk memberikan pelayanan medis oleh suatu sarana pelayanan kesehatan bakti sosial, penanganan korban bencana, atau tugas kenegaraan tidak memerlukan izin praktik tetapi harus member tahukan kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota tempat kegiatan dilakukan. Dari penjelasan undang undang diatas dokter berkewajiban memeberi pelayanan kesehatan terhadap penanganan korban bencana jika diminta.

Disisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standart operasi prosedur, petunjuk pelaksanaan, kebijakan dan aturan aturan dalam system pelayanan kegawat daruratan harus dijadikan pedoman. Bagi profesi kedokteran pelatihan kegawat daruratan dapat juga di jadikan sebagai aspek legalitas dan kompentesi dalam melaksanaakan pelayanan gawat darurat.

2.5 Triage

Triage adalah pengelompokan korban bedasarkan berat ringanya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Tujuan dari triage adalah dapat menangani korban dengan cepat dan cermat serta tepat sesuai dengan sumber daya yang ada dan juga bedasarkan prioritas berat ringan nya trauma atau penyakit pasien sehingga

2.5.1 Macam macam korban :

Korban masal : merupakan korban yang lebih dari satu tetapi bukan karena bencana dan harus ditolong lebih dari 1 penolong

Korban bencana : merupakan korban akibat dari adanya bencana yang terjadi dan biasnnya jumlah korban lebih banyak dari korban masal

2.5.2 Prinsip prinsip triage :

time saving is life saving (waktu respon diusahakan sependek mungkin) the right patient , to the right place at the right time serta melakukan yang terbaik mungkin dengan jumlah korban yang lebih banyak dengan seleksi korban bedasarkan

Ancaman jiwa yang mematikan dalam hitungan menit

Dapat mati dalam hitungan jam

Trauma ringan

Sudah meninggal

Dari yang hidup dibuat prioritas bertujuan untuk menentukan dan mendahulukan

penatalaksanaan terhadap pasien dengan ancaman jiwa yang lebih besar

tingkat prioritas :

Prioritas 1 (prioritas tertinggi) digolongkan menjadi dua warna merah dengan biru. Warna merah untuk berat nya kondisi pasien dan warna biru untuk kondisi sangat berat, mengancam jiwa atau fungsi vital memerlukan resusitasi dan tindakan bedah segera. Penanganan dan pemindahan bersifat segera terutama dikarenakan karena gangguan jalan nafas (Airway) pernafasan (Breathing) dan sirkulasi (Circulation). Contoh keadaan darurat tersebut seperti obstruksi jalan nafas , tension peneumothorak, syock hemoragik, luka bakar grade 2 dan 3 >25%

Prioritas 2 (medium) warna kuning. Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital jika tidak segera di tangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat segera dalam waktu singkat jangan sampai terlambat contoh : patah tulang besar, luka bakar grade 2-3