17
1 BAB I PENDAHULUAN Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah- ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : menolak (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression), dan menerima (acceptance). Pekerjaan duka cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.

Referat Berduka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

duka cita

Citation preview

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu

    yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

    keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh

    setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah

    mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun

    dalam bentuk yang berbeda.

    Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-

    ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun

    perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa

    tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu :

    menolak (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi

    (depression), dan menerima (acceptance). Pekerjaan duka cita terdiri dari

    berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseorang melewati

    dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita

    berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.

  • 2BAB II

    PEMBAHASAN

    1. Pengertian Kehilangan dan Berduka

    Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu

    ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau

    terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan merupakan

    pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupannya. Setiap

    individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir terhadap kehilangan sangat

    dipengaruhi oleh respon individu terhadap kehilangan sebelumnya.1

    Kehilangan sendiri dapat bersifat aktual atau dirasakan. Kehilangan yang bersifat aktual

    dapat dengan mudah diidentifikasi, misalnya seorang wanita dewasa yang hamil dan

    mengalami keguguran. Kehilangan yang dirasakan kurang nyata dan dapat disalahartikan,

    seperti kehilangan kepercayaan diri. Persepsi terhadap kehilangan dapat berupa positif dan

    negatif sesuai dengan nilai seseorang dalam mengartikan kehilangan. Kehilangan bukan saja

    dinilai dari barang atau benda, suasana yang berubah dapat menimbulkan rasa kehilangan.2

    Kehilangan dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:3

    a. Kehilangan aspek diri

    Kehilangan bagian tubuh, fungsi tubuh, dan psikologis merupakan bagian dari

    kehilangan aspek diri. Kehilangan ini dapat terjadi karena kecelakaan, penyakit, atau

    kehilangan kepercayaan diri. Kehilangan aspek diri erat kaitannya dengan konsep ini.

    Kehilangan aspek diri dapat menyebabkan perubahan konsep diri.

  • 3b. Kehilangan objek eksternal

    Kehilangan benda atau hewan merupakan bagian dari kehilangan objek eksternal.

    Tingkat berduka karena kehilangan berdasarkan nilai benda tersebut bagi seseorang.

    c. Kehilangan lingkungan yang sudah dikenal

    Berpisah dengan lingkungan yang sudah dekat dan kita kenal dapat menimbulkan rasa

    kehilangan, seperti merasa kehilangan setelah 4 tahun tinggal di kota tempat kuliah

    kemudian harus balik lagi kerumah.

    d. Kehilangan orang yang dicintai

    Kesedihan (grief) dapat diartikan sebagai proses psikologis dan emosional yang

    diekspresikan secara internal maupun eksternal setelah kehilangan. Kesedihan tanpa penyulit

    biasanya berjalan sesuai pola yang relatif konsisten. Awalnya terdapat syok dan

    ketidakpercayaan, sering digambarkan sebagai perasaan mati rasa, diikuti suatu periode

    peningkatan kesadaran terhadap kehilangan disertai emosi yang menyakitkan berupa kesedihan

    dan amarah. Seorang individu mungkin menyangkal rasa amarah itu, terutama bila terdapat

    sikap yang mendua tentang apa yang disedihkan. Keadaan ini bisa memperkuat iritabilitas yang

    muncul berbentuk gejala lain; mungkin sulit dibedakan dengan gejala depresi. Gejala tersebut

    dapat berupa gangguan tidur, bangun terlalu dini, mudah menangis, kehilangan nafsu makan,

    berat badan dan libido, penurunan kerja dan minat pada kegiatan sehari-hari, dan sebagainya.4

    Duka cita adalah respon emosional yang dialami ketika merasa kehilangan. Berduka

    merupakan istilah yang dapat digunakan pada setiap peristiwa kehilangan, mulai dari kematian

    kerabat, kehilangan pekerjaan, perceraian atau bahkan kehilangan hewan peliharaan.

    Kehilangan karena kematian adalah respon subjektif dari kehilangan orang yang dicintai.1,4

  • 42. Jenis-jenis Berduka

    Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA

    merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.

    Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam

    merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,

    objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam

    batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu

    yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,

    hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,

    abnormal, atau kesalahan/kekacauan.5

    Adapun jenis-jenis berduka menurut Bobak (2005) adalah:6

    a. Berduka normal, terdiri dari perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap

    kehilangan seperti kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari

    aktifitas untuk sementara.

    b. Berduka antisipatif, yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan

    yang sesungguhnya terjadi.

    c. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,

    yaitu tahap kedukaan normal. Masa berduka seolah-olah tidak kunjung berakhir dan

    dapat mengancam hubungan individu tersebut dengan orang lain.

    d. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara

    terbuka.

  • 5Berduka juga dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu:6

    a. Berduka ringan (uncomplicated bereavement), yaitu merasakan kesedihan tetapi masih

    dapat melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan meskipun tidak dengan

    antusiasme dan energi sebesar sebelum kehilangan. Seseorang yang mengalami

    berduka ringan tidak mengalami depresi dan merasa lebih baik seiring waktu.

    b. Berduka Berat (complicated bereavement), kesulitan yang dialami individudalam

    berduka atau eksaserbasi masalah-masalah sebelumnya yang menjadi semakin berat

    selama proses berkabung, seperti:

    - Mengalami gejala cemas dan depresi yang mempengaruhi fungsi sosial/keluarga,pekerjaan dan kesehatan fisik.

    - Memiliki pikiran bunuh diri terus-menerus, yang hampir menjadi konstan ataumengungkapkan keinginan yang serius untuk bunuh diri atau mengembangkan

    suatu rencana untuk bunuh diri.

    - Penyalahgunaan bahan kimiawi pengubah perasaan secara berlebihan.- Mengalami kesulitan dalam berhubungan (dengan pasangan, anak-anak, keluarga,

    dan orang lain).

    3. Tahapan duka cita

    Adapun tahap-tahap kehilangan menurut Kubler Ross, yakni:7

    a. Denial (penolakan)

    Tahap pcngingkaran, reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah

    syok, tidak percaya, mengerti atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-

    benar terjadi. Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual,

  • 6diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan seringkali

    individu tidak tahu harus berbuat apa. Denial merupakan mekanisme pertahanan diri

    terhadap rasa cemas.

    b. Anger (berontak dan marah)

    Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Setelah kematian diketahui, kemarahan

    ditujukan pada kenyataan bahwa merekalah yang dipilih untuk meninggal sedangkan

    orang lain tidak. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain

    atau diri sendiri. Objek dari kemarahan individu tidak dapat diterka. Orang yang

    mengalami kehilangan juga dapat menunjukkan prilaku agresif, berbicara kasar,

    menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh perawat atau dokter

    tidak kompeten. Respon fisik antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah,

    susah tidur, tangan mengepal. Tahap ini merupakan tahap tersulit yang dilalui oleh

    keluarga. Kadang timbul berbagai pertanyaan mengapa harus saya? Apa dosa

    saya?

    c. Bergaining (tawar-menawar)

    Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan

    dapat mencoba membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah-olah

    kehilangan itu dapat dicegah.Reaksi sering dinyatakan dengan kata-kata "seandainya

    saya hati-hati."

    d. Depresi

    Pada tahap ini individu menunjukkan sikap menarik diri, kadang-kadang bersikap

    sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, rasa tidak berharga,

    bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain

  • 7menolak makan, susah tidur, letih, turunnya libido. Bila depresi meningkat, akan

    menjadi semakin lemah, kurus atau terjadi gangguan tanda-tanda vital

    e. Acceptance (menerima)

    Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu

    berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah

    menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya dan mulai memandang ke depan.

    Gambaran tentang objek atau orang yang hilang akan mulai dilepaskan secara

    bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat

    memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan yang damai, maka dia dapat

    mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas.

    Kegagalan untuk masuk ke tahap penerimaan akan mempengaruhi kemampuan

    individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

    Fase berduka menurut Rando:8

    a. Penghindaran. Pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan

    b. Konfrontasi. Pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien

    secara berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam.

    c. Akomodasi. Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut

    dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial sehari-hari dimana klien

    belajar hidup dengan kehidupan mereka..

    Reaksi berduka karena kematian seseorang yang dicintai ada empat:9

    a. Mati rasa dan mengingkari, Orang yang baru saja mengalami kehilangan akan

    merasa tidak nyata, penghentian waktu, segera setelah kematian orang yang penting

  • 8dalam kehidupan mereka. Perasaan ini seringkali digambarkan sebagai mati rasa.

    Sering kali timbul perasaan bahwa hidup tidak akan mungkin lagi dijalani. Ada juga

    kecenderungan untuk mengingkari kejadian dan keyakinan bahwa semuanya

    hanyalah mimpi buruk. Periode berduka yang hebat ini dapat berlangsung beberapa

    hari sampai berminggu-minggu.

    b. Kerinduan atau pining. Fase ini ditandai dengan adanya kebutuhan untuk

    menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal. Seringkali kebutuhan ini

    dinyatakan dalam mimpi orang yang kehilangan, dan orang seringkali mengatakan

    melihat orang yang sudah meninggal dalam keramaian.

    c. Putus asa dan depresi. Jika orang kehilangan akhirnya menyadari kenyataan

    tentang kematian, ada perasaan putus asa yang hebat dan kadang terjadi depresi.

    Periode ini adalah saat individu mengalami disorganisasi dalam batas tertentu dan

    merasa bahwa mereka tidak mampu melakukan tugas yang di masa lalu dilakukan

    dengan sedikit kesulitan.

    d. Penyembuhan atau reorganisasi. Pada titik tertentu kebanyakan individu yang

    kehilangan menyadari bahwa hidup mereka harus berlanjut dan mereka harus

    mencari makna baru dari keberadaan mereka. Tingkat penyembuhan dan jangka

    waktu bervariasi antara orang yang satu dengan orang yang lain. Dalam beberapa

    kasus, bertahun-tahun sesudah kematian, masih ada sisa dari emosi tersebut. Selama

    masa ini ada kemungkinan rasa marah ditujukan pada petugas kesehatan, orang

    yang meninggal dan dirinya sendiri. Biasanya rasa bersalah seringkali muncul

    selama penyembuhan, dan timbul dalam bentuk sindrom jika saja saya

  • 9Tahap-tahap atau fase-fase dari kehilangan ini didasarkan pada wawancara dengan

    janda atau duda selama tahun pertama kehilangan yang mereka alami ini. Bagaimanapun

    juga, tahapan ini tidak selalu dialami berututan atau dalam urutan yang sama. Ada masanya

    bahwa kerinduan atau pining dirasakan bersamaan dengan putus asa dan depresi. Juga,

    penyembuhan dapat berlangsung bertahap dan berduka terulang kembali jika ada kejadian

    atau peringatan yang menjadi pencetusnya. Karena itu tahapan seharusnya hanya dilihat

    sebagai gambaran jenis reaksi berduka yang dapat timbul setelah kehilangan dan bukan

    merupakan urutan kejadian yang pasti yang harus dialami agar dapat mencapai

    penyembuhan.9

    4. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Duka Cita10

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi setiap individu dalam merespon kehilangan.

    Karakteristik personal termasuk usia, jenis kelamin, setatus sosial ekonomi, yang hilang,

    karakteristik kehilangan, keyakinan kultural, dan spiritual, sistem pendukung, dan potensi

    pencapaian tujuan mempengaruhi respon terhadap kehilangan.

    Karakteristik Personal

    Usia. Usia memainkan peran dalam pengenalan dan reaksi individu terhadap

    kehilangan. Respon anak beragam sesuai dengan usia, pengalaman kehilangan

    sebelumnya, hubungan dengan yang meninggal, kepribadian, persepsi tentang

    kehilangan, makna tertentu dari kehilangan yang mereka miliki dan yang terpenting

    respon keluarga mereka terhadap kehilangan. Meskipun anak-anak mungkin tidak

    memahami konsep kematian karena usia mereka, mereka tetap mengembangkan persepsi

    tentang apa makna kehilangan bagi mereka. Anak-anak mungkin merasa bersalah karena

  • 10

    tetap hidup, tetap sehat, atau mempunyai permintaan untuk kematian orang yang mereka

    cintai.

    Dewasa muda menghubungkan kehilangan signifikasinya terhadap status, peran, dan

    gaya hidup. Kehilangan pekerjaan, perceraian dan kerusakan fisik menyebabkan duka cita

    lebih mendalam dan mengancam keberhasilan. Konsep dewasa muda tentang kematian

    sebagian besar merupakan produk dari keyakinan keagamaan dan kultural. Kematian

    seorang dewasa muda terutama sekali dipandang sebagai hal yang tragis oleh masyarakat

    karena kematian tersebut adalah kehilangan kehidupan seseorang yang disadari sebagai

    suatu potensi. Kehilangan seseorang yang mempunyai hubungan dekat menyebabkan

    ancaman bermakna terhadap gaya hidup. Setiap kehilangan pekerjaaan atau kemampuan

    untuk melakukan pekerjaan menyebabkan duka cita yang sangat besar bagi orang dewasa.

    Lansia mengalami kepenumpukan kedukaan akibat dari banyak perubahan. Lansia

    sering takut tentang kejadian sekitar kematian melebihi kematian itu sendiri. Mereka

    mungkin merasa kesepian, isolasi, kehilangan peran sosial, penyakit yang berkepanjangan

    dan kehilangan determinasi diri dan jati diri sebagai sesuatu yang lebih buruk dari

    kematian.

    Peran jenis kelamin. Reaksi kehilangn dipengaruhi oleh harapan sosial tentang peran

    pria dan wanita. Dalam banyak budaya di Amerika Serikat dan Kanada, umunya lebih

    sulit bagi pria disbanding dengan wanita untuk mengespresikan dukacita secara terbuka.

    Pria dan wanita melekatkan makna berbeda terhadap bagian tubuh, fungsi, hubungan

    interpersonal, dan benda.

    Pendidikan dan status sosioekonomi. Kehilangan adalah universal, dialami oleh

    setiap orang apapun status ekonominya. Umumnya, kekurangan sumber finansial,

  • 11

    pendidikan atau keterampilan pekerjaan memperbesar tuntutan kepada pihak yang

    mengalami duka cita.

    Sifat Hubungan

    Pepatah mengatakan bahwa kehilangan orang tua berarti kehilangan masa lalu,

    kehilangan pasangan berati kehilangan masa kini dan kehilangan anak berarti kehilangan

    masa depan. Literatur mendukung keyakinan bahwa kehilangan akan menciptakan respon

    kehilangn yang paling dalam. Reaksi terhadap kehilangan di pengaruhi oleh kualitas

    hubungan. Makna hubungan pada hubungan duka akan mempengaruhi respon duka cita,

    apakah kehilangan tersebut akibat kematian, perpisahan atau bercerai. Hubungan yang

    ditandai dengan ambivalen yang ekstrem lebih sulit untuk diselesaikan dibandingkan

    hubungan yang normal.

    Salah satu peristiwa yang paling memyulitkan dalam hidup adalah kehilangan

    pasangan. Kehilangan pasangan dapat menyebabkan pasangannya menjadi kurang

    terampil dalam menghadapi tangung jawab keseluruhan. Kehilangan pasangan juga

    menimbulkan kesulitan bagi pasangan yang ditinggalkan untuk membina hubungan baru

    atau untuk mempertahankan hubungan yang sebelumnya sudah terbina atau dibentuk

    bersama.

    Sistem Pendukung Sosial

    Vasibilitas kehilangan, seperti kehilangan rumah akibat bencana alam, sering

    memunculkan dukungan dari sumber yang tidak diperkirakan. Vasibilitas kehilangan,

    seperti deformitas wajah, dapat menyebabkan kehilangan dukungan dari teman atau

  • 12

    keluarga sehinga menambah proses kehilangan tersebut. Seperti seorang anggota keluarga

    yang dipenjara atau kematian pasangan gay-nya, sering mengalami kurang dukungan dari

    teman atau keluarganya. Kurangnya dukungan biasanya menyebabkan kesulitan dalm

    keberhasilan resolusi berduka

    Ketepatan waktu dalam pemberian dukungan sangat penting. Dukungan harus tersedia

    ketika klien yang berduka melalui proses berkabung. Berbagai pengalaman dengan

    individu yang pernah berkabung dan pendukung bermanfaat sebagai dukungan yang

    dibutuhkan. Namun, bahkan ketika hal ini di berikan, umunya klien yang berduka belum

    dapat memanfaatkan kesempatan tersebut.

    Keyakinan spiritual dan budaya

    Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek kultural yang mempengaruhi

    reaksi terhadap kehilangan, dukacita, dan kematian. Latar belakang budaya dan dinamika

    keluarga mempengaruhi pengekspresian berduka. Seseorang mungkin akan menemukan

    dukungan, ketenangan dan makna dalam kehilangan melalui keyakinan-keyakinan

    spiritual. Bagi sebagian klien kehilangan menimbulkan pertanyaan tentang makna hidup,

    nilai pribadi, dan keyakinan. Secara khas hal ini di tunjukan dengan responmengapa

    saya? Konflik internal mengenai keyakinan keagamaan dapat juga terjadi.

    5. Respon tenaga kesehatan terhadap orang yang berduka

    Respon terhadap orang yang berduka antara lain:4

    a. Menarik diri. Suatu periode menarik diri dapat bermanfaat jika periode ini

    memampukan orang untuk mencerna informasi yang baru saja dan memberikan

  • 13

    mereka waktu untuk mengkaji perasaan mereka sendiri. Jika menarik diri diikuti oleh

    rasa mengingkari yang besar, maka akan timbul kesulitan. Harus dijelaskan bahwa

    masalah tidak akan pergi begitu saja dan masih ada masalah yang lain yang harus

    diselesaikan. Seringkali, hadirnya seseorang adalah hal yang paling dibutuhkan oleh

    orang yang kehilangan.

    b. Mengingkari. Keterbukaan dan kejujuran yang dikomunikasikan dengan cara hati-hati

    merpakan respon yang sesuai untuk mengingkari.

    c. Kemarahan. Kemarahan dapat ditujukan ke tenaga kesehatan ataupun keluarga yang

    kehilangan. Pada saat ini bukan waktu yang tepat untuk menganalisis masalah.

    Daripada bereaksi terhadap kemarahan dengan cara supresif, lebih penting untuk

    berempati dengan perasaan orang yang sedang mengalami kehilangan.

    d. Isolasi. Isolasi merupakan perasaan dimana seseorang benar-benar merasa sendiri,

    walaupun dikelilingi oleh banyak kerabat yang memperhatikan. Pada saat ini bukan

    waktu yang tepat untuk menarik perhatian orang yang kehilangan, karena individu

    sedang mencoba mengatasi sendiri perasaan kehilangannya. Megalihkan perhatian dari

    keadaan ini tidak banyak manfaat.

    e. Tawar-menawar. Respon ini muncul untuk mengatasi kematian. Penolakan untuk

    melakukan tawar-menawar mungkin menimbulkan kemarahan.

    f. Respon yang tidak tepat. Kadang-kadang pemberitahuan tentang kematian sering

    diterima dengan tawa. Hal ini mengakibatkan rasa bersalah dari orang yang kehilangan

    dimana proses berduka belum diekspresikan dengan benar.

    g. Rasa bersalah. Kadang-kadang rasa bersalah akan disampaikan ke tenaga kesehatan

    untuk mendapat tanggapan. Pada saat ini, sebaiknya tidak memberi kesimpulan apapun

  • 14

    namun menyampaian bahwa pada dasarnya manusia memang mudah berbuat

    kesalahan.

    h. Menangis, terisak-isak dan tersedu-sedu. Masih ada sebagian orang yang menganggap

    bahwa menangis merupakan tanda kelmahan, tapi sebenarnya menangis dapat

    menghilangkan hambatan yang dirasakan.

    6. Efek Berduka

    Proses berduka membuat individu mengalami gejala berduka yaitu:6

    - Efek fisik yaitu letih, selera makan hilang, masalah tidur, kurang tenaga, berat badanmenurun/meningkat, nyeri kepala, pandangan kabur, sulit bernafas, palpitasi, gelisah.

    - Efek emosional dan psikologis yaitu menyangkal, rasa bersalah, marah,benci/dendam, pahit/getir, depresi, sedih, merasa gagal, konsentrasi pada masalah,

    gagal menerima kenyataan, terpaku pada kematian, konfusi waktu (time

    confusion), iritabilitas (mudah tersinggung).

    - Efek sosial yaitu menarik diri dari aktivitas normal, isolasi (emosi dan fisik) daripasangan, keluarga dan teman-teman.

    7. Penyesuaian Terhadap Duka Cita

    Ada empat tugas duka cita yang memudahkan penyesuaian yang sehat terhadap

    kehilangan. Tugas ini dirancang ke dalam akronimTEAR.10

    T: To accept the reality of the loss. untuk menerima realitas dari kehilangan

    E: Experience the pain of the loss. artinya Mengalami kepedihan akibat kehilangan

  • 15

    A: Adjust to the new environment without the lost person. Menyesuaikan lingkungan

    yang tidak lagi mencakup orang, benda atau aspek diri yang hilang

    R: Reinvest in the new reality. Memberdayakan kembali energy emosional kedalam

    hubungan yang baru.

    Tugas ini tidak terjadi pada urutan yang khusus. Pada kenyataanya orang yang berduka

    mungkin melewati keempat tugas tersebut secara bersamaan atau hanya satu atau dua yang

    menjadi prioritas.10

  • 16

    BAB III

    KESIMPULAN

    Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami

    individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan,

    atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan

    Kehilangan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu kehilangan aspek diri,

    kehilangan objek eksternal, kehilangan lingkungan yang sudah dikenal, dan kehilangan orang

    yang dicintai.

    Duka cita adalah respon emosional yang dialami ketika merasa kehilangan. Berduka

    merupakan istilah yang dapat digunakan pada setiap peristiwa kehilangan, mulai dari kematian

    kerabat, kehilangan pekerjaan, perceraian atau bahkan kehilangan hewan peliharaan (Puri dkk,

    2011). Kehilangan karena kematian adalah respon subjektif dari kehilangan orang yang

    dicintai. Adapun tahap-tahap berduka yaitu denial (penolakan), anger (marah), Bergaining

    (tawar-menawar), depresi, dan menerima.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi setiap individu dalam merespon kehilangan.

    Karakteristik personal termasuk usia, jenis kelamin, setatus sosial ekonomi, yang hilang,

    karakteristik kehilangan, keyakinan cultural, dan spiritual, system pendukung, dan potensi

    pencapaian tujuan mempengaruhi respon terhadap kehilangan.

    Penyesuaian terhadap duka cita yang memudahkan penyesuaian yang sehat terhadap

    kehilangan, dirancang dalam akronimTEAR.

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Potter, P.A & Perry, A.G (1997) Fundamental nursing: Concepts, Process, and

    Practice, sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book

    2. Potter & Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC

    3. Kozier, B., Erb, Berman, A.J & Snyder (2004). Fundamental Nursing: Concepts,

    Process, and Practice. Seventh edition. New Jersey : Person Education, Inc

    4. Puri, B.K., Laking, P.J., & Treasaden, I.H., 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta:

    EGC

    5. Nanda. 2005. Panduan diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005-

    2006. Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika.

    6. Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC.

    7. Kubler Ross, E. 1996. On death and dying. Routledge.

    8. Rando TA. 1986. Loss and Anticipatory Grief. Lexington: Lexiton Mass

    9. Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat & Profesional

    Kesehatan Lain. Jakarta : EGC

    10. Wardah dkk. 2014. Gangguan Pada Klien dengan Kehilangan. Stikes YPIB

    Majalengka