Referat CKD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat CKD. KDIGO Guidelines 2012.

Citation preview

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 21.1 Latar belakang 21.2 Tujuan penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 32.1. Definisi dan Klasifikasi PGK 32.2. Definisi, identifikasi, dan prediksi progresivitas PG 102.3. Manajemen progresivitas dan komplikasi PGK 102.4. Komplikasi lain PGK: PKV, dosis pengobatan, keselamatan pasien (patient safety), infeksi, hospitalisasi, dan peringatan untuk menginvestigasi komplikasi 132.5. Rujukan ke spesialis dan bentuk perawatan pasien PGK 20

BAB III PENUTUP 25

Daftar Pustaka 26

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangPenyakit ginjal kronis-atau gagal ginjal kronis, adalah istilah yang mencakup semua derajat penurunan fungsi ginjal. Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, ada meningkatnya insiden dan prevalensi gagal ginjal, dengan hasil yang buruk dan biaya tinggi. Deteksi dini dapat membantu mencegah perkembangan penyakit ginjal. Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah estimasi terbaik dari fungsi ginjal. PGK dapat mengembangkan komplikasi seperti tekanan darah tinggi, anemia, kelemahan tulang, kesehatan gizi buruk dan kerusakan saraf. Juga, penyakit ginjal meningkatkan risiko memiliki jantung dan pembuluh darah. Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian bagi semua orang dengan PGK.Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini meduduki peringkat ke -12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke- 17 angka kecacatan. Di negara-negara berkembang, insidens ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun. Di Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan insidens PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk. Menurut Suhardjono (2000), di Indonesia, berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERS jumlah penderita PGK dianggarkan sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 100.000 orang penderita gagal ginjal kronik di Indonesia.Di masa depan penderita Penyakit Ginjal Kronik digambarkan akan meningkat jumlah penderitanya. Hal ini disebabkan prediksi akan terjadi suatu peningkatan luar biasa dari diabetes mellitus dan hipertensi di dunia ini karena meningkatnya kemakmuran akan disertai dengan bertambahnya umur manusia, obesitas dan penyakit degeneratif. 1.2 Tujuan PenulisanPenulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit, komplikasi terkait dan penatalaksanaan yang tepat pada Penyakit Ginjal Kronis berdasarkan KDIGO Guideline of CKD 2012. Semoga referat ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik mengenai Trakoma Bagi yang membacanya.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan klasifikasi PGK2.1.1 Definisi PGKPGK didefinisikan sebagai abnormalitas pada struktur atau fungsi ginjal, berlangsung selama > 3 bulan dengan implikasi kesehatan.Kriteria PGK (salah satu kriteria dibawah ini terjadi selama > 3 bulan)

Kerusakan ginjal mengacu pada berbagai kelainan yang diamati selama pemeriksaan klinis, yang mungkin tidak sensitif dan tidak spesifik untuk penyebab penyakit tertentu tetapi bisa mendahului penurunan fungsi ginjal. Fungsi ekskretoris, endokrin dan fungsi metabolisme menurun bersama dalam sebagian besar penyakit ginjal kronis.

2.1.2 Staging PGK Di rekomendasikan bahwa PGK diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, kategori LFG, dan kategori albuminuria Menetapkan penyebab PGK berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit sistemik dan kelainan yang berlokasi di dalam ginjal berdasarkan observasi atau dugaan pada temuan patologi-anatomiPernyataan ini telah dimasukkan untuk memastikan bahwa dokter dapat waspada terhadap kenyataan bahwa PGK bukanlah diagnosis dalam dirinya sendiri, dan bahwa menelusuri etiologinya penting bagi prognosis dan pengobatan.Penyebab CKD secara tradisional dilihat berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit sistemik yang mendasari (underlying systemic diease) dan jika didapatkan atau diduga adany lokasi kelainan patologi anatomi. Perbedaan antara penyakit sistemik yang mempengaruh ginjal dan penyakit ginjal primer adalah berdasarkan asal-usul dan lokus dari patogenesis penyakit. Pada penyakit ginjal primer proses muncul dan hanya terbatas pada ginjal sedangkan pada penyakit sistemik ginjal hanya satu korban dari proses tertentu, untuk diabetes mellitus misalnya.

Penyebab PGK berdasarkan penyakit sistemik atau kelainan primer pada ginjal

Kategori LFG pada penderita PGK

Istilah yang terkait dengan masing-masing kategori LFG adalah deskripsi yang perlu diambil dalam konteks tiap individu dan semua mengacu pada orang dewasa muda normal. Perhatikan bahwa penurunan fungsi ginjal ringan (G2) tanpa adanya penanda lainnya, bukan merupakan PGK.Asosiasi rendahnya kategori LFG dan risiko komplikasi metabolik dan endokrin membentuk dasar stratifikasi sebelumnya menjadi 5 tahap. Klasifikasi saat ini lebih lanjut mengakui bahwa pentingnya membagi Stage 3 berdasarkan data pendukung yang menunjukan adanya outcome yang berbeda dan profil risiko ke dalam kategori G3a dan G3b. Sejumlah komplikasi yang berhubungan dengan penurunan LFG termasuk infeksi, gangguan fungsi kognitif dan fisik, dan ancaman terhadap patient safety.

Kategori albuminuria pada PGK

Tujuan dari pernyataan ini adalah untuk memastikan hubungan dan untuk mencerminkan bahwa kategori albuminuria merupakan prediktor penting pada outcome PGK. Hubungan tingkat tingginya proteinuria dengan tanda-tanda dan gejala sindrom nefrotik sudah banyak diketahui. Deteksi dan evaluasi jumlah yang lebih kecil dari proteinuria telah mendapatkan makna tambahan pada beberapa penelitian yang menunjukkan pengaruhnya terhadap kepentingan diagnostik, patogenesis, dan prognosis PGK.

2.1.3 Predikisi prognosis PGKDalam memprediksi risiko pada outcome PGK, kita perlu mengidentifikasi variabel-variabel berikut: 1) penyebab PGK; 2) kategori LFG; 3) kategori albuminuria; 4) faktor risiko lain dan kondisi komorbiditas.

Kekuatan relatif dari masing-masing faktor ini akan bervariasi untuk setiap komplikasi atau outcome. Risiko tahap akhir penyakit ginjal, seperti gagal ginjal dan AKI, yang ditentukan oleh diagnosis klinis pasien, LFG, dan tingkat albuminuria atau penanda lain dari kerusakan atau cedera ginjal dan. Untuk PKV, risiko akan ditentukan oleh sejarah PKV dan faktor risiko tradisional dan non tradisional PKV. Untuk kondisi lain, risiko akan ditentukan oleh faktor-faktor risiko yang spesifik untuk kondisi tersebut.

Asosiasi risiko antara kategori LFG dan albuminuria tampaknya sebagian besar independen satu sama lain. Oleh karena itu, baik kategori LFG maupun kategori albuminuria saja sepenuhnya dapat membantu prediksi prognosis untuk pasien dengan PGK. Besarnya dan gradien resiko di kategori LFG dan albuminuria kemungkinan akan berbeda untuk setiap efek samping tertentu.

2.1.4 Evaluasi PGKa. Evaluasi kronisitasPada orang dengan LFG < 60 ml /menit /1,73 m2 (kategori LFG G3a-G5) atau penanda kerusakan ginjal lainnya, meninjau riwayat penyakit dahulu dan pengukuran sebelumnya untuk menentukan durasi penyakit ginjal Jika durasi > 3 bulan, PGK telah terkonfirmasi. Jika durasi tidak > 3 bulan atau tidak jelas, PGK tidak dikonfirmasi. Pasien mungkin memiliki PGK atau penyakit ginjal akut (termasuk AKI) atau keduanya dan harus dilakukan pemeriksaan ulang.

Ketika bukti CKD sudah dapat dipastikan, bukti kronisitas dapat diperoleh atau dikonfirmasi oleh: meninjau riwayat pemeriksaan LFG sebelumnya; meninjau riwayat pengukuran albuminuria atau proteinuria dan pemeriksaan urine sebelumnya; hasil studi pencitraan seperti penurunan ukuran ginjal dan penurunan ketebalan korteks ginjal; temuan patologis seperti fibrosis dan atrofi; riwayat kesehatan terutama durasi penyakit yang diketahui sebagai penyebab PGK; melakukan pemeriksaan ulang dalam waktu 3 bulan dan setelahnya.b. Evaluasi etiologiEvaluasi konteks klinis, termasuk pribadi dan sejarah keluarga, faktor sosial dan lingkungan, obat-obatan, pemeriksaan fisik, laboratorium tindakan, pencitraan, dan diagnosis patologis untuk menentukan penyebab penyakit ginjal.c. Evaluasi LFG Sebaiknya gunakan serum kreatinin dan persamaan estimasi LFG (GFR estimating equation) untuk penilaian awal. Kami sarankan untuk melakukann pemeriksaan tambahan (seperti cystatin C atau pengukuran clearance) untuk konfirmasi yang lebih baik dalam keadaan-keadaan tertentu ketika eLFG berdasarkan kreatinin serum kurang akurat. (2B)

Untuk kebanyakan kondisi klinis, memperkirakan LFG dari SCr cocok untuk diagnosis, staging, dan melacak perkembangan PGK. Namun, seperti semua tes diagnostik, interpretasi hasil dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pemeriksaan dalam keadaan klinis tertentu dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

Kami merekomendasikan bahwa dokter sebaiknya (1B): menggunakan GFR estimating equation untuk memperoleh nilai dari serum kreatinin (eGFRcreat) daripada mengandalkan konsentrasi kreatinin serum saja. memahami kondisi klinis di mana eGFRcreat kurang akurat.

Menggunakan eLFG memberikan penilaian yang lebih baik daripada menggunakan SCr saja. Konsentrasi SCr dipengaruhi oleh LFG dan proses fisiologis lainnya, secara kolektif disebut '' penentu non-LFG '' termasuk hasil pembentukan kreatinin oleh otot dan asupan makanan, sekresi kreatinin tubulart oleh transporter anion organik, dan eliminasi kreatinin ekstrarenal oleh saluran pencernaan.

Kami merekomendasikan bahwa laboratorium klinis harus (1B): Mengukur kreatinin serum menggunakan alat tes khusus dengan kalibrasi dapat yang sesuai pada bahan referensi standar internasional dan dengan bias minimal dibandingkan dengan referensi isotope-dilution mass spectrometry (IDMS) Melaporkan eGFRcreat selain konsentrasi serum kreatinin pada orang dewasa dan menetapkan persamaan yang digunakan setiap kali melaporkan eGFRcreat. Evaluasi albuminuriaKami sarankan menggunakan pengukuran berikut untuk pengujian awal proteinuria (dalam urutan preferensi, dalam semua kasus sampel urin pagi dini lebih disukai) (2B): Rasio albumin-creatinine (ACR) Rasio protein-creatinine (PCR) Strip reagen urinalisis dengan pembacaan otomatis Strip reagen urinalisis dengan pembacaan manual

2.2. Definisi, identifikasi, dan prediksi progresivitas PGK2.2.1 Definisi dan identifikasi progresivitas PGKMelakukan pemeriksaan LFG dan albuminuria setidaknya setiap tahun pada orang dengan PGK. Memeriksan LFG dan albuminuria lebih sering pada individu yang berisiko tinggi terhadap progresivitas penyakit, dan / atau di mana hasil pengukuran LFG dan albuminuria akan berdampak keputusan terapeutik. Ada semakin banyak bukti yang mendukung bahwa keduanya merupakan parameter yang berguna. LFG yang lebih rendah dan nilai albuminuria yang lebih besar, keduanya berhubungan dengan peningkatan laju perkembangan penyakit.

2.2.2 Prediktor progresivitas PGKAda beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan dan tingkat progresivitas CKD termasuk kategori LFG dan albuminuria, derajat albuminuria, etiologi, paparan agen nefrotoksik, obesitas, hipertensi, usia, ras / etnis dan parameter laboratorium seperti Hb (hemoglobin), albumin, kalsium, fosfat, dan bikarbonat.Beberapa dri faktor risiko ini dapat dimodifikasi dan harus diidentifikasi secara aktif, dan, jika ada, harus segera ditatalaksana mengingat dapat mempengaruhi hasil jangka panjang termasuk kondisi kardiovaskuler, kualitas hidup, dan progresivitas PGK.

2.3. Manajemen progresivitas dan komplikasi PGK 2.3.1 Pencegahan progresivitas PGKPengelolaan perkembangan CKD ditujukan untuk mengatasi banyaknya faktor yang diketahui terkait dengan perjalanan progresivitas CKD. Ada langkah-langkah umum yang telah terbukti untuk mengatasi kesehatan jantung dan CKD bersama-sama, atau masing-masing secara terpisah. Mengatasi faktor risiko CVD secara tidak langsung dan langsung dapat mempengaruhi perkembangan CKD. Strategi meliputi gaya hidup secara umum yang meningkatkan kesehatan kardiovaskular, kontrol tekanan darah, dan RAAS. Selain itu, pengendalian parameter metabolik lain seperti gula darah, asam urat, asidosis, dan dislipidemia juga penting. Bagian ini berkaitan dengan manajemen tekanan darah, RAAS, kontrol glikemik dan diet / manipulasi gaya hidup yang dapat menunda perkembangan CKD.Memperhatikan target tekanan darah individual sesuai dengan usia, penyakit kardiovaskular yang menyertai, dan komorbiditas lain, risiko perkembangan progresivitas PGK dengan ada atau tidak adanya retinopati (pada pasien CKD diabetes)Kami menyarankan bahwa pada orang dewasa baik dengan diabetes dan non-diabetes dengan PGK dan ekskresi albumin pada urin 30mg / 24 jam yang tekanan darah sistol > 140 mm Hg atau diastole > 90 mm Hg untuk diterapi menggunakan obat-obatan anti hipertensi untuk menjaga penurunan tekanan darah yang konsisten dengan sistolik 140 mmHg dan diastolic 90 mm Hg

2.3.2 Komplikasi yang berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal

2.3.3 Penyakit tulang metabolik pada PGK termasuk kelainan pada pemeriksaan laboratoriumPerubahan metabolisme mineral tulang dan perubahan homeostasis kalsium dan fosfat terjadi pada awal perjalanan PGK dan terus berkembang karena proses penurunan fungsi ginjalSeiring berjalannya proses penurunan fungsi ginjal, abnormalitas kalsium serum, fosfat, dan hormon yang beredar di darah terjadi, berkaitan dengan progresivitas Chronic Kidney Disease-Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD). Ini termasuk PTH; 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D), 1,25-dihydroxyvitamin D (1,25(OH)2D), dan metabolit vitamin D lainnya; faktor pertumbuhan fibroblast-23 (FGF-23); dan hormon pertumbuhan. Pada tingkat jaringan terjadi penurunan regulasi reseptor vitamin D dan resistensi terhadap PTH. Kelainan imunohistokimia dalam tulang juga terjadi lebih awal dan umumnya mendahului perubahan homeostasis mineral.Kami sarankan untuk mengukur kadar serum kalsium, fosfat, PTH, dan aktivitas fosfatase alkalin setidaknya sekali pada orang dewasa dengan LFG < 45ml/min/1,73 m2 (kategori LFG G3b-G5) untuk menentukan baseline dalam perjalanan penyakit.

2.3.4 AsidosisAdaptasi ekskresi asam oleh ginjal pada awalnya dapat mencegah penurunan konsentrasi bikarbonat serum tetapi seiring LFG yang terus menurun di bawah 40 ml / menit / 1,73 m2, maka asidosis metabolik biasanya terus berkembang.Konsentrasi serum bikarbonat kurang dari 22mmol / l dikaitkan dengan peningkatan risiko progresivitas PGK dan peningkatan risiko kematian. Kami menyarankan bahwa pada orang dengan PGK dan konsentrasi serum bikarbonat < 22 mmol/l diberikan pengobatan dengan suplementasi bikarbonat oral untuk mempertahankan bikarbonat serum dalam kisaran normal, kecuali pada kondisi kontraindikasi.Studi suplementasi alkali telah menunjukkan penurunan progresivitas PGK dan meningkatkan status gizi pada orang dengan PGK.2.4. Komplikasi lain PGK: PKV, dosis pengobatan, keselamatan pasien (patient safety), infeksi, hospitalisasi, dan peringatan untuk menginvestigasi komplikasi 2.4.1 PGK dan penyakit kardiovaskuler (PKV)Studi berbasis populasi telah menunjukkan peningkatan risiko kematian dan kematian kardiovaskular pada LFG turun di bawah 60 ml/menit/1,73 m2 atau ketika albumin terdeteksi pada urinalisis.. Ada faktor-faktor risiko tertentu yang terkait dengan PGK (CKD-specific risk factors) yang menyebabkan tingginya tingkat mortalitas dan morbiditas bahkan pada usia muda. Orang dengan PGK lebih mungkin untuk mengalami kejadian kardiovaskular daripada untuk berlanjut menjadi End-stage Renal Disease (ESRD), memiliki prognosis yang lebih buruk dengan angka mortalitas yang tinggi karena kejadian infark miokard akut (AMI), dan memiliki risiko yang lebih tinggi MI berulang, gagal jantung dan cardiac arrest. Pengelolaan faktor risiko kardiovaskular dimodifikasi, seperti peningkatan tekanan darah dan kontrol diabetes, juga mengurangi perkembangan PGKPada mereka dengan eLFG 45-59 ml/menit/1,73 m2, risiko meningkat 43% dan pada mereka dengan eLFG di bawah 15 ml/menit/ 1,73 m2, risiko meningkat 343%. Meskipun orang-orang dengan kategori GFR G5 (GFR < 15 ml / min / 1,73 m2) berada pada risiko tertinggi untuk terjadinya PKV, namun akan lebih banyak ditemukan kejadian pada orang dengan kategori LFG G3a-G3b (GFR 30-59 ml / menit / 1,73 m2) karena prevalensi lebih tinggi pada kategori ini.Kami menyarankan bahwa orang dewasa dengan PGK dan berisiko tinggi terjadinya aterosklerosis untuk diberikan pengobatan dengan obat antiplatelet kecuali ada risiko perdarahan yang perlu diimbangi dengan manfaat kardiovaskular yang hendak dicapai.

2.4.2 Kewaspaadaan yang perlu diperhatikan saat menginterpretasi pemeriksaan PKV pada pasien PGKAdanya gagal jantung kongestif (CHF) pada seorang dengan PGK memberikan prognosis yang lebih buruk daripada salah satu kondisi saja. Oleh karena itu, diagnosis dini dan manajemen agresif CHF sangat dibutuhkan. Sejumlah biomarker jantung (misalnya, BNPs dan troponin jantung) tampaknya memiliki kepentingan klinis dan merupakan fasilitas untuk deteksi dan stratifikasi CHF. Stimulus untuk sekresi biomarker ini adalah beban hemodinamik (misalnya, peregangan miokard) dan sekresinya berkaitan dengan tingkat keparahan CHF dan tingkat disfungsi ventrikel kiri.Biomarker tersebut dengan demikian merupakan penanda yang bermanfaat untuk diagnosis, manajemen, dan prognosis pada orang dengan fungsi ginjal normal. Namun, ketika eLFG kurang dari 60 ml/menit/ 1,73 m2, akurasi nilai BNP dan NT-proBNP plasma untuk deteksi dan stratifikasi CHF menjadi kurang dapat diandalkan dan tingkat responsif terhadap pengobatan tidak diketahui. Namun, eberapa penelitian menunjukkan nilai BNP yang lebih tinggi BNP pada LFG yang menurun. Untuk menguji hipotesis ini, Tagore et al. mempelajari tingkat BNP dalam studi kohort pada 143 subyek klinis euvolemic dengan PGK dimana diantaranya tidak memiliki penyakit jantung, secara klinis telah divalidasi dan menemukan bahwa nilai plasma BNP adalah independen dari LFG.Sehingga pada orang dengan GFR < 60 ml / menit / 1,73 m2 (GFR-kategori G3a-G5), kami sarankan bahwa konsentrasi serum BNP / NT-proBNP diinterpretsikan dengan hati-hati dan dalam kaitannya dengan LFG sehubungan dengan diagnosis gagal jantung dan penilaian status volume.

2.4.3 PGK dan penyakit arteri perifer (PAP)Ada hubungan yang kuat antara PGK dan penyakit arteri perifer (PAP). Gejala PAP hanya hadir pada sebagian kecil orang yang memiliki bukti klinis PAD. Oleh karena itu penting untuk mengukur indeks ankle-brachial (ABI) dan melakukan penilaian yang sistematis secara reguler dari ekstremitas bawah pada orang yang berisiko tinggi PAP untuk mengidentifikasi bruits, hilangnya nadi, ekstremitas pucat dingin, keterlambatan dalam pengisian vena, dan ulserasi kulit.PAP umumnya sering terjadi pada orang dengan CKD dan prevalensinya meningkat dengan pada nilai LFG yang lebih rendah. PAP dapat dikaitkan dengan prevalensi yang lebih besar dari faktor risiko tradisional seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia, usia lanjut, dan faktor-ginjal spesifikKami merekomendasikan orang dewasa dengan CKD secara teratur diperiksa untuk tanda-tanda penyakit arteri perifer dan dipertimbangkan untuk pendekatan teurapetik.

2.4.4 Manajemen medikamentosa dan patient safety pada PGKBanyak obat-obatan yang diekskresi melalui ginjal dan dosisnya mungkin perlu disesuaikan pada pasien dengan PGK untuk menghindari toksisitas. Seperti banyak orang dengan PGK sudah berusia lanjut, sehingga perlu juga pertimbangan usia kronologis pada pemberian obat.Masalah potensial yang terkait dengan penggunaan obat-obatan pada orang dengan PGK meliputi: Berkurangnya kemampuan untuk mengekskresi obat-obatan dan / atau metabolitnya Peningkatan sensitivitas terhadap obat-obatan tertentu (misalnya, obat-obatan yang terikat pada albumin di keadaan hipoalbuminemia seperti nefrotik sindrom) Hilangnya toleransi efek samping, terutama diusia lanjut Berkurangnya efikasi obat

Kami menyarankan saat memberikan resep pengobatan kepada penderita PGK sebaiknya memperhatikan LFG dalam penghitungan dosis. Sebaiknya dilakukan penghentian sementara obat-obatan yang berpotensi nefrotoksik dan diekskresi melalui ginjal pada orang dengan GFR < 60 ml / menit / 1,73 m2 (kategori GFR G3a-G5) yang memiliki penyakit kambuhan serius yang meningkatkan risiko AKI. Agen ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada: RAA blockers (termasuk ACE-Inhibitor, ARB, aldosteron inhibitor, direct renin inhibitor), diuretik, NSAIDs, metformin, lithium, dan digoxin.Kami merekomendasikan bahwa metformin dilanjutkan pada penderita LFG 45 ml / menit / 1,73 m2 (kategori LFG G1-G3a); penggunaannya harus ditinjau pada mereka dengan LFG 30-44 ml / menit / 1,73 m2 (GFR kategori G3b); dan itu harus dihentikan pada orang dengan GFR < 30 ml / menit / 1,73 m2 (kategori GFR G4-G5). Disarankan untuk tidak menggunakan terapi herbal pada penderita PGK. Penggunaan obat-obatan herbal dan obat yang dibeli bebas di toko obat sangat umum di seluruh dunia dan beberapa diantaranya diketahui bersifat nefrotosik (seperti yang mengandung asam aristolochic) Tidak ada data mengenai baik keamanan berkualitas baik atau data khasiat senyawa ini.

2.4.5 Studi pencitraanPenggunaan media radiocontrast iodinasi telah dikaitkan dengan AKI, dilaporkan tingkat kejadian sekitar 0-11% tergantung pada populasi yang diteliti, jenis zat yang digunakan, dan definisi nefrotoksisitas.

Sehingga kita harus dapat menyeimbangkan risiko terjadinya gangguan akut pada fungsi ginjal karena menggunakan agen kontras terhadap nilai diagnostik dan implikasi teurapetik.

Media radiokontras yang terkait AKI merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang dapat dicegah. Tidak ada definisi yang disepakati secara internasional, tetapi kebanyakan penelitian menggunakan peningkatan dari SCr >0,5 m/dl(44 mmol / l) dan / atau meningkat 25% dari baseline SCr dalam waktu 3 hari dari prosedur tindakan. studi epidemiologi dan kasus telah mengidentifikasi faktor-faktor risiko berikut untuk AKI:a) GFR < 60 ml / menit / 1,73 m2 (terutama jika < 30 ml / menit / 1,73 m2)b) Diabetesc) adanya dehidrasid) CHFe) > 70 tahunf) penggunaan agen nefrotoksik seperti NSAIDg) Penggunaan unsur osmolalitas tinggi (terutama pada mereka dengan GFR < 60 ml / menit / 1,73 m2)h) Penggunaan dosis besar media radiocontrasti) injeksi Intra-arterialj) Gout (hyperuricemia)

Kami merekomendasikan bahwa semua orang dengan GFR < 60 ml / min / 1.73m2 (kategori GFR G3a-G5) menjalani pemeriksaan elektif yang melibatkan administrasi media radiocontrast ter-iodinasi secara intravaskuler harus dikelola sesuai dengan Pedoman Praktik Klinis KDIGO untuk AKI termasuk: Menghindari penggunaan Agen osmolar tinggi Gunakan dosis radiocontrast terendah yang memungkinkan. Withdrawal Agen yang berpotensi nefrotoksik sebelum dan setelah prosedur Hidrasi yang adekuat dengan saline sebelum, selama, dan setelah prosedur Melakukan pengukuran LFG 48-96 jam setelah prosedur

2.4.6 PGK dan resiko terjadinya infeksi, gagal ginjal akut, hospitalisasi, dan mortalitasPGK dan risiko infeksiPGK dikaitkan erat dengan kejadian komplikasi infeksi yang signifikan sebesar 3 sampai 4 kali pada populasi umum. Infeksi merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas di antara pasien dengan gagal ginjal dan merupakan penyebab utama kedua kematian setelah PKV. PGK dapat menjadi resiko-multiplier untuk penyakit infeksi yang berkaitan dengan kematian, seperti halnya pada PKV. Meskipun respon untuk vaksinasi kurang efektif, ada data yang menunjukkan adanya manfaat dari imunisasi pada orang dengan PGK.PGK dikaitkan dengan perubahan dalam mekanisme pertahanan primer dari host dan meningkatkan risiko infeksi bakter. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa 3 komplikasi infeksi yang paling sering terlihat pada populasi PGK adalah: infeksi saluran kemih, pneumonia, dan sepsis. Pada populasi umum, ada bukti kuat bahwa tindakan pencegahan sangatlah efektif pada orang dewasa dan ada data yang menunjukkan adanya manfaat dari imunisasi pada orang dengan PGK.

Kami merekomendasikan bahwa semua orang dewasa dengan PGK yang ditawarkan untuk menjalani vaksinasi tahunan dengan vaksin influenza, kecuali kontraindikasi. Sebaiknya semua orang dewasa dengan eLFG 60 ml / menit / 1,73 m2. Angka admission PKV lebih besar pada penderita PGK dengan kategori LFG yang lebih tinggi. Penyakit jantung / hipertensi adalah diagnosis primer yang paling umum pada hospital admission dan PGK progresif / gagal ginjal akut adalah penyebab sekunder yang paling umum dari diagnosis saat hospitalisasi

2.5. Rujukan ke spesialis dan bentuk perawatan pada pasien PGKIdentifikasi awal dan rujukan pasien dengan PGK memiliki potensi untuk mengalami progresivitas yang reversible, menghambat, atau mencegah perkembangan penyakit dan merupakan fokus utama dari inisiatif internasional di bidang penyakit ginjal. Tujuan dari identifikasi awal dan rujukan termasuk:1. Penyediaan terapi spesifik berdasarkan diagnosis2. Identifikasi perlambatan/perkembangan PGK3. Evaluasi dan manajemen kondisi komorbiditas4. Pencegahan dan pengelolaan PKV5. Identifikasi, pencegahan, dan pengelolaan komplikasi PGK tertentu (misalnya, kurang gizi, anemia, penyakit tulang dan mineral, asidosis)6. Perencanaan dan persiapan untuk TPG (misalnya, pilihan modalitas, akses penempatan dan perawatan, transplantasi preemptive)7. Dukungan psikososial dan penyediaan perawatan konservatif dan pilihan perawatan paliatif di mana diperlukan

2.5.1 Rujukan untuk pelayanan spesialisKami menyarankan untuk melakukan rujukan ke layanan spesialis untuk perawatan ginjal (specialist kidney care services) untuk orang-orang dengan PGK dalam situasi berikut: AKI atau penurunan dalam LFG yang terjadi terus menerus LFG < 30 ml / menit / 1,73 m2 (kategori LFG G4-G5) *; temuan konsisten albuminuria signifikan: (ACR 300mg / g [ 30mg / mmol] atau AER 300 mg / 24 jam, kurang lebih setara dengan PCR 500mg / g [ 50mg / mmol] atau PER 500 mg / 24 jam); Adanya progresivitas PGK sedimen eritrosit pada pemeriksaan urinalisis, RBC > 20/lpb yang berkelanjutan dan tidak dapat dijelaskan; PGK dengan hipertensi refrakter terhadap pengobatan dengan 4 atau lebih obat antihipertensi; kelainan persisten kalium serum Nefrolithiasis yang luas dan berkurang penyakit ginjal keturunan.Direkomendasikan rujukan yang tepat waktu untuk mempersiapkan atau merencanakan terapi penggantian ginjal pada pasien PGK progresif yang memiliki resiko gagal ginjal dalam waktu 1 tahun sebesar 10-20 % atau lebih tinggi

Pernyataan ini bertujuan untuk mengingatkan para praktisi klinis bahwa ada kebutuhan untuk melakukan rujukan yang tepat waktu untuk perencanaan Terapi Penggantian Ginjal (TPG) untuk memastikan dilakukannya pengambilan keputusan dan hasil yang baik. Penggunaan kata 'tepat waktu' tidak jelas karena hal ini belum ditentukan, dan didasarkan pada masing-masing pasien dan faktor resikonya. Sebenarnya waktu yang dibutuhkan minimal setidaknya 1 tahun untuk memastikan edukasi yang tepat, pemahaman dan rujukan ke praktisi lain (misalnya, ahli bedah vaskular, tim transplantasi, dll). Bagian kedua dari pernyataan mengacu pada fakta bahwa orang-orang yang mengalami progresivitas penyakit (dibandingkan dengan mereka yang stabil) adalah orang-orang yang akan mendapatkan keuntungan dari rujukan terapi TPG ini. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk menerapkan alat-alat prediksi untuk membantu mengidentifikasi risiko progresivitas.Pada orang-orang tertentu, seperti diabetes, transisi ke arah penurunan yang berat pada LFG dan gagal ginjal dapat berkembang dengan cepat. Pada individu tersebut rujukan dini ke nefrologi perlu diperhatikan tapi ketika fungsi ginjal seseorang relatif stabil (tingkat penurunan GFR < 5ml / min / 1,73 m2 / tahun), kami sarankan menggunakan panduan rujukan.

2.5.2 Perawatan pasien dengan PGK progresifPerawatan yang optimal adalah bahwa perawatan yang mengarah ke hasil yang terbaik bagi individu, populasi, dan masyarakat. Model perawatan bervariasi sesuai dengan keparahan PGK, yang akan menentukan populasi sasaran dan tujuan. Bentuk perawatan PGK mengikuti prinsip yang sama yang terkandung dalam bentuk perawatan penyakit kronis.Komponen khusus untuk bentuk perawatan PGK meliputi: protokol untuk laboratorium dan kunjungan klinik; memperhatikan komorbiditas kardiovaskuler dan penyakit penyerta terkait PKV terkait seperti anemia; program vaksinasi; program edukasi yang meliputi PGK secara umum dan edukasi TPG (termasuk manajemen konservatif jika sesuai); manajemen individu; modifikasi gaya hidup termasuk pola makan, olahraga, dan berhenti merokok; dan konseling dan dukungan untuk faktor-faktor sosial, seperti depresi, dan kecemasan.Kami menyarankan bahwa orang dengan PGK progresif harus dikelola dalam perawatan multidisiplin. (2B) 5.2.2: Tim multidisiplin harus mencakup atau memiliki akses ke konseling diet, pendidikan dan konseling tentang modalitas yang berbeda dari TPG, opsi transplantasi, operasi akses vaskular, dan perawatan psikologis, dan sosial.

2.5.3 Waktu inisiasi Renal Replacement Therapy (RRT)Kami menyarankan agar dialisis dimulai ketika terdapat satu atau lebih dari berikut ini: gejala atau tanda-tanda yang timbul gagal ginjal (serositis, abnormalitas asam-basa atau elektrolit, pruritus); ketidakmampuan untuk mengontrol status volume atau tekanan darah; penurunan progresif dalam status gizi; atau gangguan kognitif Hal ini sering kali terjadi tapi tidak selalu terjadi dalam kisaran LFG antara 5 dan 10 ml / menit / 1,73 m2. Donor transplantasi ginjal Hidup pda orang dewasa harus dipertimbangkan ketika LFG < 20ml / min / 1,73 m2, dan ada Bukti PGK Progresif Dan ireversibel selama 6-12 bulan sebelumnya.

2.5.4 Struktur dan proses manajemen konservatif yang komprehensifManajemen konservatif harus menjadi pilihan pada orang yang memilih untuk tidak menjalani TPG dan ini harus didukung oleh program pemerintah yang komprehensif. Semua program perawatan PGK dan penyedia layanan harus mampu memberikan perencanaan perawatan yang terbaik bagi orang-orang dengan PGK sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan termasuk orang-orang yang menjalani perawatan ginjal konservatif.Program manajemen terapi konservatif yang komprehensif harus mencakup protokol untuk manajemen simptom dan nyeri, perawatan psikologis, perawatan yang bersifat rohani, dan perawatan sosio-budaya untuk pasien sekarat dan keluarga mereka (baik di rumah, hospice atau rumah sakit).

BAB IIIPENUTUP

Kerusakan ginjal mengacu pada berbagai kelainan yang diamati selama pemeriksaan klinis, yang mungkin tidak sensitif dan tidak spesifik untuk penyebab penyakit tertentu tetapi bisa mendahului penurunan fungsi ginjal. Fungsi ekskretoris, endokrin dan fungsi metabolisme menurun bersama dalam sebagian besar penyakit ginjal kronis. Deteksi dini dapat membantu mencegah perkembangan penyakit ginjal. Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah estimasi terbaik dari fungsi ginjal. PGK dapat mengembangkan komplikasi seperti tekanan darah tinggi, anemia, kelemahan tulang, kesehatan gizi buruk dan kerusakan saraf.Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwa LFG dan albuminuria merupakan kedua hal yang dapat memberikan kita begitu banyak informasi, dimulai dari diagnosis, panduan dalam memberikan dosis obat, menjadi patokan dalam persiapan untuk direncanakannya TPG, dan dapat memberikan gambaran prognosis pasienSehingga dapat kita lihat bahwa PGK merupakan sebuah kondisi yang kompleks dan memerlukan sebuah penanganan dan perawatan yang menyeluruh dengan banyak hal yang perlu dipertimbangan. Perawatan yang optimal adalah bahwa perawatan yang mengarah ke hasil yang terbaik bagi individu, populasi, dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKAKidney International Supplements (2013) 3, 136150; doi:10.1038/kisup.2012.72 National Kidney Foundation. K/DOQI clinical practice guidelines for chronic kidney disease: evaluation, classification, and stratification. Am J Kidney Dis 2002; 39: S1266. Astor BC, Matsushita K, Gansevoort RT et al. Lower estimated glomerular filtration rate and higher albuminuria are associated with mortality and end-stage renal disease. A collaborative meta-analysis of kidney disease population cohorts. Kidney Int 2011; 79: 13311340. Gansevoort RT, Matsushita K, van der Velde M et al. Lower estimated GFR and higher albuminuria are associated with adverse kidney outcomes. A collaborative meta-analysis of general and high-risk population cohorts. Kidney Int 2011; 80: 93104. Matsushita K, van der Velde M, Astor BC et al. Association of estimated glomerular filtration rate and albuminuria with all-cause and cardiovas- cular mortality in general population cohorts: a collaborative meta- analysis. Lancet 2010; 375: 20732081. van der Velde M, Matsushita K, Coresh J et al. Lower estimated glomerular filtration rate and higher albuminuria are associated with all- cause and cardiovascular mortality. A collaborative meta-analysis of high-risk population cohorts. Kidney Int 2011; 79: 13411352. Levey AS, Stevens LA, Coresh J. Conceptual model of CKD: applications and implications. Am J Kidney Dis 2009; 53: S416. KDIGO AKI Work Group. KDIGO clinical practice guideline for acute kidney injury. Kidney inter., Suppl. 2012; 2: 1138. KDIGO GN Work Group. KDIGO clinical practice guideline for glomer- ulonephritis. Kidney inter., Suppl. 2012; 2: 139274. KDIGO CKD-MBD Work Group. KDIGO clinical practice guideline for the diagnosis, evaluation, prevention, and treatment of Chronic Kidney Disease- Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD). Kidney Int Suppl 2009; 76(Suppl 113): S1130. KDIGO BP Work Group. KDIGO clinical practice guideline for the management of blood pressure in chronic kidney disease. Kidney inter., Suppl. 2012; 2: 337414. KDIGO Anemia Work Group. KDIGO clinical practice guideline for anemia in chronic kidney disease. Kidney inter., Suppl. 2012; 2: 279335. Herzog CA, Asinger RW, Berger AK et al. Cardiovascular disease in chronic kidney disease. A clinical update from Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO). Kidney Int 2011; 80: 572586. Matzke GR, Aronoff GR, Atkinson AJ, Jr. et al. Drug dosing consideration in patients with acute and chronic kidney disease-a clinical update from Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO). Kidney Int 2011; 80: 11221137. Hsu CY, Ordonez JD, Chertow GM et al. The risk of acute renal failure in patients with chronic kidney disease. Kidney Int 2008; 74: 101107. Hailpern SM, Melamed ML, Cohen HW et al. Moderate chronic kidney disease and cognitive function in adults 20 to 59 years of age: Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III). J Am Soc Nephrol 2007; 18: 22052213. James MT, Hemmelgarn BR, Wiebe N et al. Glomerular filtration rate, proteinuria, and the incidence and consequences of acute kidney injury: a cohort study. Lancet 2010; 376: 20962103. James MT, Quan H, Tonelli M et al. CKD and risk of hospitalization and death with pneumonia. Am J Kidney Dis 2009; 54: 2432. Wilhelm-Leen ER, Hall YN, M KT et al. Frailty and chronic kidney disease: the Third National Health and Nutrition Evaluation Survey. Am J Med 2009; 122: 664671 e662. Levey AS, Coresh J. Chronic kidney disease. Lancet 2012; 379: 165180. Wesson L. Physiology of the human kidney. Grune & Stratton: New York, 1969. Rowe JW, Andres R, Tobin JD. Letter: Age-adjusted standards for creatinine clearance. Ann Intern Med 1976; 84: 567569. Poggio ED, Rule AD, Tanchanco R et al. Demographic and clinical characteristics associated with glomerular filtration rates in living kidney donors. Kidney Int 2009; 75: 10791087. Rule AD, Amer H, Cornell LD et al. The association between age and nephrosclerosis on renal biopsy among healthy adults. Ann Intern Med 2010; 152: 561567. Barai S, Gambhir S, Prasad N et al. Levels of GFR and protein-induced hyperfiltration in kidney donors: a single-center experience in India. Am J Kidney Dis 2008; 51: 407414.

1