Upload
solihah-soly
View
307
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
a
Citation preview
REFERAT
FIBROMYALGIA
Disusun Oleh :
Siti Solehah 1102009270
Wulan Dita Pratiwi Sam 1102009304
Pembimbing : dr.H. Ijun Judasah, SpS
Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Bagian Syaraf
RSUD Kabupaten Bekasi
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan Karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan referat yang berjudul “ Fibromyalgia”.
Adapun laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik bagian syaraf
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta yang dilaksanakan di RSUD Kabupaten
Bekasi.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr.H. Ijun Jusadah, SpS yang telah
membimbing dalam penyelesaian Makalah ini serta pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung membantu dalam penyusunan laporan kasus ini. Akhir kata bila ada
kekurangan dalam pembuatan laporan kasus ini saya mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun menuju kesempurnaan dengan berharap makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya.
RSUD Kabupaten Bekasi , September 2013
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……......................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN.............................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1.Definisi...........................................................................................................
II. 2.Epidemiolog...................................................................................................
II. 3.Etiologi...........................................................................................................
II. 4. Klasifikasi.....................................................................................................
II. 5. Manifestasi Klinis........................................................................................
II. 6. Diagnosis.......................................................................................................
II. 7. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................
II. 8. Penatalaksanaan..........................................................................................
II. 10. Komplikasi..................................................................................................
II. 11. Prognosis.....................................................................................................
BAB III Kesimpulan.........................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Fibromyalgia adalah kelainan yang sering ditemui, dicirikan oleh adanya nyeri
muskuloskeletal yang menyebar dengan penyebaran yang simetris, kekakuan, mudah lelah,
parestesi, dan gangguan tidur. Istilah fibromialgia baru muncul belum terlalu lama, meskipun
gejalanya telah banyak dibahas dalam literatur kedokteran sejak awal tahun 1900- an. Baru
pada tahun 1989, fibromialgia muncul pada salah satu buku teks reumatologi dengan istilah
fibrositis yang pada tahun 1990 diubah oleh American College of Rheuma- tology (ACR)
menjadi sindrom fibromialgia, mengingat istilah fibrositis yang kurang tepat. Bersama
dengan penyakit nyeri dan kelelahan kronik lainnya, fibromialgia dapat dikatakan sebagai
beban kesehatan yang besar yang belum dapat diatasi secara efektif oleh ilmu kedokteran
barat konvensional. Pasien rata-rata sudah berobat selama 5 tahun sebelum diagnosis yang
tepat ditegakkan. Lebih dari 50% pasien fibromialgia mengalami salah diagnosis dan
menjalani operasi yang tidak perlu. Setelah tatalaksana selama 7 tahun, 50% pasien fibro-
mialgia belum merasa puas dengan kesehatan mereka, 59% menilai kesehatan mereka tidak
membaik atau bahkan memburuk. Dengan kata lain tatalaksana medis saat ini belum
menghasilkan perbaikan pada status kesehatan maupun keparahan penyakit. 1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Fibromialgia adalah sindrom kelelahan kronik yang menyebabkan nyeri,
kekakuan dan kepekaan dari otot-otot, tendon-tendon, dan sendi-sendi. Seseorang
dengan fibromialgia memiliki tender points pada tubuhnya. Tender points adalah
titik nyeri yang biasanya ada pada daerah leher, bahu, punggung, pinggul, lengan dan
telapak kaki. Jika titik tersebut ditekan maka akan terasa kesakitan. 1
Fibromialgia tidak termasuk dalam artritis karena tidak menyebabkan reaksi
peradangan ataupun menyebabkan kerusakan sendi, otot atau jaringan yang lainny.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data di Amerika Serikat, kira-kira 20% pasien klinik
rheumatologi adalah pasien fibromyalgia, yang kebanyakan berusia 30-50 tahun.
Dari data tersebut dapat dikatakan 1 dari 5 pasien yang berobat adalah
fibromialgia.Thompson melaporkan fibromialgia sebagai penyakit terbanyak kedua
yang ditemui dalam praktek rheumatologis. Fibromyalgia lebih banyak menyerang
perempuan dibandingkan laki-laki, dengan rasio 9:1. Prevalensi fibromialgia pada
populasi umum di Amerika Serikat untuk perempuan ialah 3,4%, sedangkan untuk
laki-laki 0,5%. Fibromialgia juga lebih sering ditemukan pada perempuan di atas 50
tahun.1
Prevalensi fibromyalgia meningkat pada orang dengan BMI yang tinggi,
merokok, tingkat pendidikan yang rendah, pengangguran, orang dengan tingkat
stress yang tinggi.2
2.3 ETIOLOGI
Hingga kini, penyebab pasti fibromialgia belum dapat ditemukan namun telah
diketahui bahwa fibromialgia dapat dipicu oleh stres emosional, infeksi, pembedahan,
hipotiroidisme, dan trauma. Fibromialgia juga telah ditemukan pada pasien yang
terinfeksi hepatitis C, HIV, parvovirus B19, dan lyme disease. Pendapat lain
menyebutkan kurangnya latihan, penggunaan otot secara berlebihan, dan perubahan
metabolisme otot sebagai kemungkinan penyebab fibromialgia.1
4
Gangguan mekanisme nyeri pada SSP diperkirakan sebagai faktor penyebab
sindrom ini. Pasien dengan fibromialgia memiliki ambang nyeri yang lebih rendah
dari pada mereka yang tidak memiliki kelainan ini. Teori lain juga termasuk
defisiensi hormon pertumbuhan, abnormalitas axis hypothalamic-pituitary-adrenal,
dan abnormalitas aktivasi respon stress simpatetik. Faktor genetik diduga kuat
sebagai penyebab dari sindrom ini karena first degree realatives memiliki risiko
terkena FMS 8 kali lebih besar.2
2.4 PATOGENESIS
Meskipun penyebab pasti fibromialgia masih menjadi misteri, secara umum
para ahli sepakat mengenai adanya mekanisme pengolahan input yang tidak normal,
khususnya input nyeri (nosiseptif), pada sistem saraf pusat. Pada studi dolorimetri dan
pemberian stimuli seperti panas, dingin dan elektrik, ditemukan ambang rangsang
yang rendah pada pasien fibromialgia. Pasien fibromialgia mempersepsikan stimuli
non-nosiseptif sebagai stimuli nosiseptif serta kurang mampu mentoleransi nyeri yang
seharusnya dapat ditoleransi oleh orang normal.
Beberapa kelainan fisiologik dan biokimia telah ditemukan pada susunan
saraf pusat pasien fibromialgia sehingga fibromialgia tidak lagi dapat disebut sebagai
keluhan subjektif. Kelainan tersebut adalah kadar serotonin yang rendah disfungsi
poros hipotalamus hipofisis, kadar hormon pertumbuhan yang rendah, kadar substansi
P yang meningkat dan faktor pertumbuhan saraf yang meningkat.1
Kadar Serotonin yang Rendah
Serotonin merupakan neurotransmiter yang berperan dalam tidur, nyeri dan
perubahan mood. Serotonin yang disekresikan oleh ujung serat neuron rafe, dapat
menyebabkan perangsangan daerah tertentu dari otak yang kemudian menyebabkan
tidur. Serotonin yang disekresi oleh radiks dorsalis medula spinalis dapat merangsang
sekresi enkefalin yang menimbulkan hambatan presinaptik dan postsinaptik pada
serabut nyeri. Kadar serotonin yang rendah diduga memiliki peran dalam patogenesis
fibromialgia yaitu dengan menurunkan efek hambatan pada serabut nyeri. Hal
tersebut diperkuat dengan penemuan bahwa pasien fibromialgia ternyata memiliki
kadar serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya. Bukti lain menunjukkan
bahwa obat yang mempengaruhi serotonin ternyata tidak menunjukkan efek dramatis
pada fibromialgia.1
5
Disfungsi Poros Hipotalamus Hipofisis
Poros hipotalamus hipofisis berperan penting dalam respons adaptasi
terhadap stres. Pada sistem yang berfungsi normal, hipotalamus mensekresi
corticotropin-releasing hormone (CRH) yang kemudian merangsang sekresi adreno-
corticotropic hormone (ACTH) oleh hipofisis. ACTH kemudian merangsang korteks
adrenal mensekresi glukokortikoid yang berperan dalam respons adaptasi terhadap
stres.
Regulasi sirkadian sistem poros hipotalamus hipofisis sebagian dipengaruhi
metabolisme serotonin. Disfungsi sistem poros hipotalamus hipofisis diperkirakan
sebagai akibat dari rendahnya kadar serotonin. Sebaliknya, disfungsi sistem poros
hipotalamus hipofisis juga diperkirakan memperburuk abnormalitas kadar serotonin di
sistem saraf pusat.
Beberapa kelainan yang dapat ditemukan berkaitan dengan disfungsi sistem
poros hipotalamus hipofisis adalah kadar kortisol 24 jam yang rendah, hilangnya
ritme sirkadian dengan peningkatan kadar kortisol sore hari, hipoglikemia yang
diinduksi insulin berkaitan dengan produksi ACTH yang berlebihan, kadar hormon
pertumbuhan yang rendah dan sekresi glukokortikoid yang rendah. Selain itu
ditemukan juga kadar kortisol bebas pada urin yang rendah, serta berkurangnya
respons kortisol terhadap corticotropin-re- leasing hormone pada pasien
fibromialgia.1
Kadar Growth Hormone yang Rendah
Growth hormone (GH) adalah suatu hormon yang berperan dalam
pertumbuhan karena sifatnya yang meningkatkan sintesis protein, meningkatkan
penggunaan lemak untuk energi, menurunkan pemakaian glukosa untuk energi, dan
merangsang pertumbuhan tulang. Hormon tersebut secara normal disekresi pada tahap
dari tidur, sehingga gangguan tidur diduga dapat menurunkan sekresinya.
Pada pasien fibromialgia ditemukan penurunan kadar GH yang penting
untuk proses repair otot dan kekuatan, yang diduga diakibatkan oleh gangguan tidur.
Hal itu didukung oleh bukti adanya hasil EEG yang menunjukkan gangguan tahap
dari tidur normal (non-REM) dan gangguan gelombang yang berulang pada pasien
fibromialgia.1
6
Kadar Substansi P yang Meningkat
Substansi P adalah neurotransmiter yang dilepaskan bila akson distimulasi.
Peningkatan kadar substansi P meningkatkan sensitivitas saraf terhadap nyeri. Kadar
substansi P yang tinggi menyebabkan stimulus normal dipersepsikan sebagai stimulus
nosiseptif oleh penderita fibromialgia.
Kadar substansi P yang meningkat di cairan serebrospinal pasien
fibromialgia juga mungkin berperan dalam menyebarkan nyeri otot. Peneliti pada
studi yang independen melaporkan kadar substansi P pada pasien fibromialgia
meningkat sampai 2-3 kali kadar pada individu normal.
Selain hal-hal di atas ditemukan juga abnormalitas lain seperti
berkurangnya aliran darah ke talamus, nukleus kaudatus, serta tektum pontine, yang
merupakan area sig- naling, integrasi, dan modulasi nyeri. Disfungsi saraf otonom
diduga juga berperan dalam fibromialgia, dengan ditemukannya hipotensi ortostatik
setelah uji tilt table dan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat terlentang.
Penelitian dalam bidang genetik memperkirakan adanya peran polimorfisme gen
sebagai etiologi fibromialgia. Gen yang diperkirakan mengalami abnormalitas adalah
gen yang mengatur sistem serotonergik, katekolaminergik dan dopaminergik.1
2.5 DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala yang biasa ditemukan pada pasien fibromialgia antara lain nyeri
muskuloskeletal yang menyebar, kekakuan, dan kelelahan. Gejala lain juga dapat
muncul, di antaranya parestesi, gangguan tidur, titik nyeri, dan lain-lain.
Pada fibromialgia, nyeri bersifat menyebar dan di-rasakan selama minimal 3
bulan, di atas dan bawah pinggang pada kedua sisi tubuh, bersamaan dengan nyeri
aksial.5 Nyeri punggung bawah (berasal dari bawah pinggang) dapat menyebar
hingga ke bokong dan tungkai. Nyeri lain dapat meliputi nyeri leher, bahu atas-
belakang, dan nyeri sendi. Nyeri tersebut timbul setelah olahraga ringan, dan
dirasakan seperti nyeri terbakar yang persisten dan mengganggu, atau nyeri tumpul
yang konstan.
Pada 75-90% penderita fibromialgia, ditemukan kekakuan yang biasanya
terjadi di pagi hari kemudian membaik di siang hari atau bertahan sepanjang hari.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah kelelahan, mati rasa pada kaki dan
tangan, sering terbangun di malam hari dan sulit tidur kembali, bangun pagi dengan
7
rasa letih, merasa lebih kedinginan daripada orang-orang di sekitarnya, fenomena
Raynaud atau gejala mirip fenomena Raynaud, gangguan kognitif dengan kesulitan
berpikir dan kehilangan ingatan jangka pendek (loss of short-term memory), sakit
kepala tipe migrain, pusing, cemas, dan depresi. Gejala tersebut diperparah oleh stres
atau cemas, kedinginan, cuaca lembab, dan kerja terlalu keras. Sebaliknya, pasien
merasa lebih baik saat cuaca hangat dan liburan.
Pemeriksaan Fisik
Kriteria Diagnostik
Pada tahun 1990 kriteria diagnostik resmi untuk FM didirikan oleh American College
of Reumatologi (ACR).
Riwayat nyeri yang meluas : kronis, luas, nyeri muskuloskeletal berlangsung
lama lebih dari tiga bulan di keempat kuadran tubuh ("Nyeri yang meluas"
didefinisikan sebagai nyeri di atas dan di bawah pinggang pada kedua sisi tubuh
juga pada daerah cervical, dada anterior, tulang dada, atau punggung bawah) harus
ada.
Nyeri pada 11 tempat dari 18 Point Tender Site dengan Palpasi : Ada delapan
belas tender point yang dokter cari dalam membuat diagnosis fibromyalgia.
Menurut ACR yang termasuk persyaratan, yaitu pasien harus memiliki 11 dari 18
poin tender untuk didiagnosa dengan fibromyalgia. Sekitar empat kilogram
tekanan (atau sekitar 9 lbs.) Harus diterapkan ke titik tender, dan pasien harus
menunjukkan bahwa lokasi tender point terasa sakit.
Delapan belas tender point site :
1 & 2, tengkuk: bilateral, pada insersi otot suboccipital.
3 & 4, cervical bawah: bilateral, pada aspek anterior dari ruang
intertransverse di C5-C7.
5 & 6, trapezius: bilateral, pada titik tengah batas atas.
7 & 8, supraspinatus: bilateral, di atas tulang belakang skapula dekat
perbatasan medial.
9 & 10, Kedua tulang iga: bilateral, di persimpangan kostokondral kedua,
hanya lateral persimpangan pada permukaan atas.
11 & 12, lateral epikondilus: bilateral, cm 2 distal ke epicondyles.
13 & 14, glutealis: bilateral, dalam kuadran atas luar pantat di lipatan anterior
otot.
8
15 & 16, Greater trokanter: bilateral, posterior ke trokanterika prominens.
17 & 18, Lutut: bilateral, di lapisan lemak proksimal medial.
Diagnosis fibromyalgia dapat ditegakkan apabila pasien memenuhi kedua
kriteria ACR 1990, yaitu riwayat nyeri muskuloskeletal yang menyebar minimal 3
bulan dan nyeri yang signifikan pada minimal 11 dari 18 tender points (Gambar 1)
jika dilakukan palpasi dengan jari. Kriteria ACR sangat bermanfaat dalam
menegakkan diagnosis, meskipun beberapa pasien memiliki jumlah tender sites yang
lebih sedikit dan nyeri regional yang lebih, sehingga didiagnosis fibromyalgia.
Pemeriksaan neurologis muskuloskeletal dan laboratorium tetap normal pada
fibromyalgia.
Gambar 1. Lokasi Tender Points diagnosis Fibromialgia
Pemeriksaan Penunjang
9
Tidak ada tes darah sederhana atau X-ray dapat memberitahu bahwa seseorang
memiliki fibromialgia. Diagnosis dibuat hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan tes darah atau X-ray untuk menyingkirkan penyakit yang mirip
dengan fibromialgia. Kondisi-kondisi ini termasuk:
tingkat hormon tiroid yang rendah (hypothyroidism),
penyakit paratiroid (menyebabkan tingkat kalsium darah yang meninggi),
penyakit-penyakit otot yang menyebabkan nyeri otot (seperti polymyositis),
penyakit-penyakit tulang yang menyebabkan nyeri tulang (seperti penyakit Paget),
kalsium darah yang meninggi (hypercalcemia),
penyakit-penyakit infeksius (seperti hepatitis, Epstein Barr virus, AIDS), dan
kanker
Meskipun tidak ada tes darah untuk fibromialgia, tes-tes darah adalah penting
untuk mengeluarkan kondisi-kondisi medis lain. Oleh karenanya, hormon tiroid dan
tingkat-tingkat kalsium darah diperoleh untuk mengeluarkan hypercalcemia,
hyperparathyroidism, dan hypothyroidism. Tingkat alkaline phosphatase (suatu enzim
tulang) seringkali naik pada pasien-pasien dengan penyakit tulang Paget. Tingkat
CPK (suatu enzim otot) seringkali naik pada pasien-pasien dengan polymyositis,
penyakit dengan peradangan otot yang tersebar. Oleh karenanya, memperoleh tingkat-
tingkat darah alkaline phosphatase dan CPK dapat membantu dokter memutuskan
apakah penyakit Paget dan polymyositis adalah penyebab dari nyeri-nyeri tulang dan
otot. Tes-tes jumlah darah komplit atau complete blood count (CBC) dan hati
membantu dalam diagnosis dari hepatitis dan infeksi-infeksi lain.
Fibromialgia dapat terjadi sendirian atau dalam hubungan dengan kondisi-
kondisi rhematik sistemik lain. Kondisi-kondisi rhematik sistemik merujuk pada
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada banyak
jaringan-jaringan dan organ-organ yang berbeda di tubuh. Kondisi-kondisi rhematik
sistemik yang berhubungan dengan fibromyalgia termasuk systemic lupus
erythematosus, rheumatoid arthritis, polymyositis, dan polymyalgia rheumatica. Tes-
tes darah yang sangat membantu dalam mengevaluasi penyakit-penyakit ini
termasuk erythrocyte sedimentation rate (ESR), serum protein electrophoresis
(SPEP), antinuclear antibody (ANA), dan rheumatoid factor (RF). Pada pasien-pasien
dengan fibromialgia tanpa penyakit-penyakit sistemik yang berhubungan, tes-tes
darah ESR, SPEP, ANA, dan RF biasanya adalah normal.10
2.5 DIAGNOSIS BANDING
1. Hipotiroid
Menurunnya produksi hormon tiroid pada kalenjar tiroid. Kalenjar tiroid sendiri
bertugas melepas hormon tiroid keseluruh tubuh lewat pembuluh darah. Pada
kasus hipotiroid, pelepasan ini tidak bisa terlaksana dengan baik sehingga
berbagai aktivitas fisik dan mental akan ikut terganggu.
2. Myasthenia gravis
Penyakit kronis dengan remisi dan relaps, dan ditandai oleh kelemahan dan
cepatnya otot-otot volunteer menjadi lelah sesudah suatu kegiatan, diikuti oleh
pulihnya kekuatan sesudah istrahat selama beberapa menit sampai beberapa jam.
Ini disebabkan oleh gangguan konduksi pada myoneural junction.
3. Multiple Sclerosis
Penyakit demyelinating yang mengenal serebelum, saraf optikus dan medula
spinalis (terutama mengenai traktus kortikospinalis dan kolumna posterior), secara
patologi memberi gambaran plak multipel di susunan saraf pusat khususnya
periventrikuler subtansia alba. Gejala Klinia MS ; kelemahan umum, gangguan
sensoris, nyeri, gangguan blader, gangguan serebelum, gangguan batang otak dan
gangguan fungsi luhur.
2.6 PENATALAKSANAAN
Secara keseluruhan tim multidisiplin diperlukan untuk tatalaksana
fibromialgia secara optimal. Tim multidisiplin tersebut terdiri atas spesialis
rehabilitasi medik, psikiater, terapis fisik, dan ahli lainnya. Tatalaksana fibromialgia
dapat dibagi menjadi tatalaksana medikamentosa dan non-medikamentosa.
Non-Medikamentosa
Tatalaksana non-medikamentosa, selain untuk mengurangi nyeri, gangguan
tidur serta depresi juga digunakan untuk mengatasi kelelahan otot.
a. Edukasi pasien
Edukasi pasien merupakan salah satu tatalaksana fibromialgia yang
paling penting. Edukasi pasien harus dilakukan sebagai langkah pertama
dalam tatalaksana pasien fibromialgia. Pasien perlu diinformasikan mengenai
penyakit yang sedang dialaminya. Pasien juga perlu diinformasikan bahwa
11
fibromyalgia tidak menyebabkan kelumpuhan dan tidak bersifat degeneratif,
serta terdapat pengobatan untuk penyakit ini.
b. Mengurangi stress
Konsultasi psikiatrik memiliki peran yang sangat penting dalam
tatalaksana depresi dan cemas pada pasien fibromialgia. Stres dalam
kehidupan harus diidentifikasi dan didiskusikan dengan pasien, dan pasien
harus diberikan pertolongan mengenai bagaimana menghadapi stres.
c. Latihan
Untuk mengurangi nyeri, dapat dilakukan aplikasi panas dan dingin ke
otot secara bergantian masing-masing 15-20 menit diselingi waktu untuk
kembali ke suhu normal.
Pelatihan biofeedback yang intens (misalnya dua kali sehari untuk
seminggu) seringkali penting untuk nyeri otot yang kronik dan menyebar.
Teknik tersebut terutama berguna untuk otot-otot postural yang biasanya
berfungsi tanpa disadari. Elektroda permukaan ditempelkan ke atas otot untuk
mendeteksi aktivitasnya. Pelatihan biofeedback dilakukan untuk menolong
pasien mengembalikan otot ke keadaan istirahat normal setelah kontraksi.
Teknik lain untuk mengurangi nyeri ialah spray and stretch.
Vapocoolant spray disemprotkan dengan pola menyapu searah serat otot untuk
melemaskan otot, sambil dilakukan peregangan otot secara pasif oleh pasien
atau klinisi. Peregangan adalah elemen kunci dari pengurangan nyeri,
meskipun mekanismenya belum diketahui.
Hal lain yang perlu diatasi pada pasien fibromialgia adalah gangguan
yang terjadi pada otot. Untuk itu, olahraga dapat menjadi solusi dan penting
untuk disarankan. Selain meregangkan dan memperkuat otot, olahraga juga
dapat meningkatkan kebugaran kardiovaskular Hal tersebut selanjutnya dapat
menyebabkan depresi, menurunnya rasa percaya diri, dan stres yang memicu
nyeri lebih lanjut. Olahraga aerobik juga baik untuk pasien dan dimulai setelah
terjadi perbaikan tidur serta berkurangnya nyeri serta kelelahan. Olahraga
dilakukan mula-mula pada level rendah dan pasien sebaiknya berolahraga 20-
30 menit, 3-4 hari seminggu.
Terapi lain dapat membantu dengan derajat yang berbeda-beda,
misalnya injeksi, modifikasi perilaku, hipnoterapi, kompresi iskemik, olahraga
dan pengaturan stress namun, yang tidak boleh dilupakan ialah perbaikan
12
postur dan mekanika tubuh
Medikamentosa
Tatalaksana medikamentosa dapat digunakan untuk mengatasi nyeri,
gangguan tidur serta depresi dan kecemasan. Berikut adalah beberapa kategori yang
paling umum digunakan obat untuk fibromialgia.
a. Analgesik
Analgesik adalah obat penghilang rasa sakit. Mereka berkisar dari over-the-
counter acetaminophen (Tylenol) untuk obat resep, seperti tramadol (Ultram),
dan persiapan narkotika bahkan lebih kuat. Untuk subset dari orang dengan
fibromialgia, obat narkotika yang diresepkan untuk nyeri otot yang parah.
b. Anti-inflamasi nonsteroid Obat (NSAIDs)Seperti namanya, obat anti-inflammatory drugs, termasuk aspirin, ibuprofen
(Advil, Motrin), naproxen dan sodium (Anaprox, Aleve), digunakan untuk
mengobati peradangan. Meskipun peradangan bukan merupakan gejala
fibromyalgia, NSAID juga mengurangi rasa sakit. Obat-obatan bekerja dengan
menghambat substansi dalam tubuh yang disebut prostaglandin, yang
memainkan peran dalam rasa sakit dan peradangan. Obat-obat ini dapat
membantu meringankan nyeri otot fibromyalgia dan dapat meredakan kram
menstruasi dan sakit kepala sering dikaitkan dengan fibromialgia.
c. Antidepresan
Obat ini bekerja sama dengan baik pada pasien fibromialgia dengan atau tanpa
depresi, karena antidepresan meningkatkan tingkat bahan kimia tertentu di
otak (termasuk serotonin dan norepinefrin) yang tidak hanya terkait dengan
depresi, tetapi juga dengan rasa sakit dan kelelahan. Meningkatkan tingkat
bahan kimia ini dapat mengurangi rasa sakit pada orang yang memiliki
fibromialgia. Beberapa jenis antidepresan untuk orang dengan fibromialgia,
dijelaskan di bawah ini.
Antidepresan trisiklik.
Antidepresan trisiklik dapat membantu mempromosikan tidur restoratif
pada orang dengan fibromialgia. Obat ini juga dapat mengendurkan otot-
otot menyakitkan dan meningkatkan efek alami tubuh sakit-membunuh zat
yang disebut endorfin. Beberapa contoh obat trisiklik digunakan untuk
mengobati fibromialgia termasuk amitriptilin hidroklorida (Elavil, Endep),
cyclobenzaprine (Cycloflex, Flexeril, Flexiban), doksepin (Adapin,
13
Sinequan), dan nortriptyline (Aventyl, Pamelor). Kedua amitriptilin dan
cyclobenzaprine telah terbukti berguna untuk pengobatan fibromyalgia.
Selective serotonin reuptake inhibitor.
Jika antidepresan trisiklik gagal digunakan antidepresan jenis selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Seperti dengan trisiklik, digunakan
untuk orang-orang dengan fibromyalgia dalam dosis lebih rendah daripada
yang digunakan untuk mengobati depresi. Dengan pelepasan serotonin,
obat ini dapat mengurangi kelelahan dan beberapa gejala lain yang terkait
dengan fibromialgia. Kelompok SSRI termasuk fluoxetine (Prozac),
paroxetine (Paxil), dan sertraline (Zoloft).
SSRI
Dapat digunakan bersama dengan antidepresan trisiklik. Penelitian telah
menunjukkan bahwa terapi kombinasi dari trisiklik amitriptilin dan
fluoxetine SSRI menghasilkan peningkatan lebih besar pada gejala
fibromialgia daripada salah satunya saja.
Campuran reuptake inhibitor
Beberapa antidepresan baru meningkatkan kadar serotonin dan
norepinefrin baik dan karena itu dicampur reuptake inhibitor. Contoh-
contoh dari obat-obat ini termasuk venlafaxine (Effexor), duloxetine
(Cymbalta), dan (Savella). Secara umum, obat ini bekerja lebih baik untuk
sakit daripada SSRI, mungkin karena mereka juga meningkatkan
norepinefrin, yang mungkin memainkan peran lebih besar dalam transmisi
nyeri dari serotonin.
Benzodiazepin
Benzodiazepin kadang-kadang dapat membantu orang dengan fibromialgia
dengan tegang, otot-otot yang menyakitkan dan menstabilkan gelombang
otak tidak menentu yang dapat mengganggu tidur nyenyak. Benzodiazepin
juga dapat meringankan gejala sindrom nyeri kaki, gangguan neurologis
yang lebih umum di antara orang dengan fibromialgia. Kelainan ini
ditandai oleh sensasi tidak menyenangkan di kaki dan dorongan tak
terkendali untuk menggerakkan kaki, terutama ketika beristirahat.
Benzodiazepin biasanya hanya untuk orang-orang yang tidak respon
dengan terapi lain karena potensi untuk kecanduan. Benzodiazepin
termasuk clonazepam (Klonopin) dan diazepam (Valium).
14
Obat Lain
Irritable bowel syndrome (IBS)
Difenoksilat / atropin (Lotomil)
Suplemen serat atau pencahar untuk meringankan sembelit
Loperamide (Imodium)
Untuk diare.
Alosetron (Lotronex)
Untuk pengobatan IBS berat dengan diare yang tidak merespon
pengobatan lain.
Lubiprostone (Amitiza)
Untuk pengobatan IBS dengan sembelit.
Obat antispasmodic
Obat tidur
Untuk memperbaiki kualitas tidur, digunakan trisiklik seperti amitriptilin
(10-50 mg), nortriptilin (10-75 mg), dan doksepin (10-25 mg) atau obat
lain seperti siklobenzaprin (10-40 mg), 1-2 jam sebelum tidur. Pemberian
obat tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki tahap 4 dari tidur pasien,
sehingga terjadi perbaikan klinis. Pengobatan diberikan mulai dari dosis
rendah, dan ditingkatkan bila perlu. Efek samping seperti konstipasi, mulut
kering, peningkatan berat badan, dan kesulitan berpikir juga perlu
dipertimbangkan. Selain obat di atas, trazodon atau zolpidem juga dapat
memperbaiki kualitas tidur.1
2.7 PROGNOSIS
Fibromialgia adalah gangguan jangka panjang. Kadang-kadang, gejala
membaik. Terkadang, rasa sakit mungkin bertambah buruk dan terus selama
berbulan-bulan atau tahun. Pasien yang tidak melakukan pengobatan akan
mengakibatkan kondisi semakin memburuk. Dengan pengobatan, gejala
penyakit ini akan berkurang. Sangat penting bahwa setiap pasien berpartisipasi
dalam/perawatan sendiri. 1
15
BAB III
KESIMPULAN
Fibromialgia adalah sindrom kelelahan kronik yang menyebabkan nyeri, kekakuan
dan kepekaan dari otot-otot, tendon-tendon, dan sendi-sendi. Fibromialgia terutama
menyerang wanita usia subur (80-90%), usia 20-50 tahun dibandingkan pria dengan rasio 9:1.
Fibromialgia dapat dipicu oleh stres emosional, infeksi, pembedahan, hipotiroidisme, dan
trauma.
Umumnya penderita akan mengalami rasa nyeri dan kaku di bagian persendian
ataupun otot. Rasa nyeri dirasakan luas dan berlangsung lebih dari 3 bulan. Sering pula
merasa lelah, gelisah dan tidur yang tidak nyenyak. Nyeri dirasakan pada 11 tempat dari 18
Point Tender Site dengan palpasi. Biasanya pemeriksaan penunjang tidak dilakukan, kecuali
untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti hipotiroid, multiple sclerosis dan mistenia
gravis.
Perawatan fibromialgia sering membutuhkan pendekatan tim, antara dokter dan
seorang terapis fisik, profesional kesehatan lainnya, dan yang paling penting, diri sendiri,
semua memainkan peran aktif. Pengobatan yang diberikan dapat berupa non-medikamentosa
(seperti edukasi pasien, mengurangi stress dan latihan), dan medikamentosa (seperti obat
analgetik, anti depresan, anti inflamasi non steroid dan simptomatik). Fibromialgia ini dapat
diatasi apabila penderita dapat mengurangi faktor resiko dan mau menjalani pengobatan.
Penderita yang tidak mau melakukan pengobatan akan mengakibatkan kondisi semakin
memburuk.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Samuel JO, Ferius S, Siti AN, Saleha S, Majelis Kedokt Indonesia; Diagnosis dan
Tata Laksana Fibromialgia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Volum: 58,
Nomor: 5, Mei 2008
2. dr. George D, dr. Wita JS, dr. Budi R, dr. Yuda T ; Panduan Praktis Diagnosis dan
Tatalaksana Penyakit Syaraf. Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal 132-136,
2009
3. Winfield J. Fibromyalgia [Online]. 2007 Aug 15 [cited 2007 Dec 26]; Available from:
URL: http://www.emedicine.com/med/ topic790.htm 3.
4. Gilligand RP. Fibromyalgia [Online]. 2007 Jan 22 [cited 2007 Dec 26]; Available
from: URL: http://www.emedicine.com/pmr/ topic47.htm
17