49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk hak asasi manusiayang tercantum dalam UUD 1945. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Menurut UU No. 36 Tahun 2009, yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan adalah tenaga kesehatan. Dokter merupakan salah satu komponen utama tenaga kesehatan yang mempunyai peranan sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan. Agar dapat melakukan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, maka sebelum melaksanakan praktik setiap dokter harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Persyaratan tersebut antara lain memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP). UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa STR merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi. Syarat untuk memperoleh STR yaitu memiliki ijazah dokter, surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter, surat keterangan sehat fisik dan mental, sertifikat

referat forensik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

Page 1: referat forensik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk

hak asasi manusiayang tercantum dalam UUD 1945. Setiap orang mempunyai

hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Menurut UU No. 36 Tahun 2009, yang memiliki kewenangan untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan adalah tenaga kesehatan. Dokter

merupakan salah satu komponen utama tenaga kesehatan yang mempunyai

peranan sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan

kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.

Agar dapat melakukan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, maka

sebelum melaksanakan praktik setiap dokter harus memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Persyaratan

tersebut antara lain memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik

(SIP).

UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa

STR merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia

kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi. Syarat untuk memperoleh

STR yaitu memiliki ijazah dokter, surat pernyataan telah mengucapkan

sumpah/janji dokter, surat keterangan sehat fisik dan mental, sertifikat

kompetensi, dan telah membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan

ketentuan etika profesi. Kepemilikan STR menunjukkan bahwa dokter pemilik

STR tersebut telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah memiliki kualifikasi

lainnya serta telah diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya.

Dengan demikian maka kepemilikan STR merupakan salah satu cara untuk

menjamin mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter kepada masyarakat.

Namun pada kenyataannya masih ada pihak-pihak yang melaksanakan

praktik kedokteran tanpa kepemilikan STR. Salah satunya yaitu kasus Herma Ayu

Dewi, seorang wanita yang berpraktik tanpa STR di berbagai klinik di daerah

Cikampek, Bekasi, dan Depok. Herma Ayu Dewi tidak lulus dari pendidikan

Page 2: referat forensik

kedokteran namun telah berpraktik selama sekitar 3 tahun. Hal ini dapat

membahayakan kesehatan dan jiwa pasien, serta menyalahi peraturan perundang-

undangan. Melakukan tindakan tersebut dapat mendapatkan ganjaran sanksi. Oleh

karena itu penting bagi dokter dan calon dokter untuk memahami aspek

medikolegal dari praktik kedokteran tanpa kepemilikan STR. Alasan inilah yang

membuat penulis tertarik untuk membahas dan mempelajari masalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

permasalahan dari referat ini yaitu “Bagaimana aspek medikolegal praktik

kedokteran di klinik tanpa kepemilikan STR?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui aspek medikolegal praktik kedokteran di klinik

tanpa kepemilikan STR.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan memahami definisi praktik kedokteran.

b. Untuk mengetahui dan memahami dasar hukum dan teknis

pelaksanaan praktik kedokteran.

c. Untuk mengetahui dan memahami sanksi dari praktik kedokteran

di klinik tanpa kepemilikan STR.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan pengembangan terhadap studi kedokteran tentang aspek

medikolegal khususnya mengenai praktik kedokteran di klinik tanpa

kepemilikan STR.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan penyusunan referat ini penulis berharap seorang dokter atau

calon dokter mampu memahami aspek medikolegal dari praktik

kedokteran di klinik tanpa kepemilikan STR sehingga nantinya dapat

Page 3: referat forensik

memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu kepada

masyarakat.

Page 4: referat forensik

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Praktik Kedokteran

Menurut UU no 29 tahun 2004 Praktik kedokteran adalah rangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam

melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter gigi adalah dokter umum,

dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui

oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

2.2 Undang – undang dan Pasal Terkait Praktik Kedokteran

Pasal yang mengatur tentang praktik kedokteran diatur dalam UU no 29

tahun 2004 pada :

1. Bab II tentang asas dan tujuan

2. Bab VI tentang praktik kedokteran registrasi dokter dan dokter gigi

3. Bab VII tentang penyelenggaraan praktik kedokteran

4. Bab VIII tentang disiplin dokter dan dokter gigi

5. Bab XI tentang ketentuan peralihan

2.2.1 Bab II Asas dan Tujuan

Pasal 2

Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan

pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta

perlindungan dankeselamatan pasien.

Pasal 3

Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :

a. Memberikan perlindungan kepada pasien;

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang

diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan

Page 5: referat forensik

c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter

gigi.

Dimana setiap dokter harus memiliki :

1. Sertifikat kompetensi.

Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap

kemampuan seorang dokter atau dokter gigi untuk menjalankan

praktik kedokteran diseluruh Indonesia setelah lulus uji

kompetensi.

Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi

yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai

kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk

melakukan tindakan profesinya.

2. Surat ijin praktik dan surat tanda registrasi praktik

Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah

kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik

kedokteran setelah memenuhi persyaratan.

Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis

yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter

dan dokter gigi yang telah diregistrasi.

STR berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat di registrasi

ulang setiap 5 tahun dengan tetap memenuhi persyaratan diatas.

Dalam hal ini dapat dilihat pada undang-undang no 29 tahun 2004 tentang

praktek kedokteran.

2.2.2 Bab VI Praktik Kedokteran Registrasi Dokter dan Dokter Gigi

Pasal 29

1. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di

Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda

registrasi dokter gigi.

Page 6: referat forensik

2. Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Konsil

Kedokteran Indonesia.

3. Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter dan surat tanda

registrasi dokter gigi harus memenuhi persyaratan:

a. Memiliki ijazah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, atau

dokter gigi spesialis;

b. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji

dokter atau doktcr gigi;

c. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

d. Memiliki sertifikasi kompetensi;

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan

ketentuan etika profesi.

4. Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi

berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima)

tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d.

5. Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi dalam

melakukan registrasi ulang harus mendengar pertimbangan ketua divisi

registrasi dan ketua divisi pembinaan.

6. Ketua Konsil Kedokteran dan Ketua Konsil Kedokteran Gigi

berkewajiban untuk memelihara dan menjaga registrasi dokter dan

dokter gigi

Pasal 30

1. Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan melaksanakan

praktik kedokteran di Indonesia harus dilakukan evaluasi.

2. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kesahan ijazah;

b. Kemampuan untuk melakukan praktik kedokteran yang dinyatakan

dengan surat keterangan telah mengikuti program adaptasi dan

sertifikat kompetensi;

Page 7: referat forensik

c. Mempunyai surat pernyataan tclah mengucapkan sumpah/janji

dokter atau dokter gigi;

d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

etika profesi.

3. Dokter dan dokter gigi warga negara asing selain memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga harus melengkapi surat izin

kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan

kemampuan berbahasa Indonesia.

4. Dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diberikan surat tanda registrasi

dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi oleh Konsil Kedoktcran

Indonesia.

Pasal 31

1. Surat tanda registrasi sementara dapat diberikan kepada dokter dan

dokter gigi warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka

pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehatan di bidang

kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat sementara di Indonesia.

2. Surat tanda registrasi sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan

dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

3. Surat tanda registrasi sementara diberikan apabila telah memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2).

Pasal 32

1. Surat tanda registrasi bersyarat diberikan kepada peserta program

pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis warga negara

asing yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

2. Dokter atau dokter gigi warga negara asing yang akan memberikan

pendidikan dan pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk waktu tertentu, tidak memerlukan surat tanda registrasi

bersyarat.

Page 8: referat forensik

3. Dokter atau dokter gigi warga negara asing sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) haus mendapat persetujuan dan Konsil Kedokteran

Indonesia.

4. Surat tanda registrasi dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (3) diberikan melalui penyelenggara pendidikan dan

pelatihan.

Pasal 33

Surat tanda registrasi tidak berlaku karena:

1. Dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundangundangan;

2. Habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;

3. Atas permintaan yang bersangkutan;

4. Yang bersangkutan meninggal dunia; atau

5. Dicabut Konsil Kedokteran Indonesia

Pasal 34

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi, registrasi ulang,

registrasi sementara, dan registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan

Konsil Kedokteran Indonesia.

Pasal 35

(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi

mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan

pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:

a. Mewawancarai pasien;

b. Memeriksa fisik dan mental pasien;

c. Menentukan pemeriksaan penunjang;

d. Menegakkan diagnosis;

e. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;

f. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;

g. Menulis resep obat dan alat kesehatan;

h. Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;

Page 9: referat forensik

i. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan

j. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang

praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

kewenanganlainnya diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran

Indonesia.

2.2.3 Bab VII Penyelenggaraan Praktik Kedokteran

Bagian Kesatu

Surat Izin Praktik

Pasal 36

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di

Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.

Pasal 37

(1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan

oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat

praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.

(2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.

(3) Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.

Pasal 38

(1) Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36, dokter atau dokter gigi harus :

a. Memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi

dokter gigi yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29, Pasal 31,dan Pasal 32;

b. Mempunyai tempat praktik; dan

c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.

Page 10: referat forensik

(2) Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang :

a. Surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter

gigi masih berlaku; dan

b. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam

surat izin praktik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan

Peraturan Menteri.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Praktik

Pasal 39

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara

dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan

kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan

penyakit dan pemulihan kesehatan.

Pasal 40

(1) Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik

kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau

dokter gigi pengganti.

(2) Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.

Pasal 41

(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan

menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran.

(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan

kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar

dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.

Page 11: referat forensik

Pasal 42

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau

dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik

kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Pasal 43

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan praktik kedokteran diatur

dengan Peraturan Menteri.

2.2.4 Bab VIII Disiplin Kedokteran dan Kedokteran Gigi

Bagian Kesatu

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

Pasal 55

(1) Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam

penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia.

(2) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia merupakan

lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia.

(3) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam

menjalankan tugasnya bersifat independen.

Pasal 56

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertanggung jawab

kepada Konsil Kedokteran Indonesia.

Pasal 57

(1) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia berkedudukan di

ibu kota negara Republik Indonesia.

(2) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran di tingkat provinsi dapat

dibentuk oleh Konsil Kedokteran Indonesia atas usul Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

Page 12: referat forensik

2.2.5 Bab XI Ketentuan Peralihan

Pasal 81

Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan

perundang-undangan yang merupakan pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang berkaitan dengan

pelaksanaan praktik kedokteran, masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkanUndang-Undang ini.

Pasal 82

(1) Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki surat penugasan dan/atau

surat izin praktik, dinyatakan telah memiliki surat tanda registrasi dan

surat izin praktik berdasarkan Undang-Undang ini.

(2) Surat penugasan dan surat izin praktik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1)harus disesuaikan dengan surat tanda registrasi dokter, surat

tanda registrasi dokter gigi, dan surat izin praktik berdasarkan Undang-

Undang ini paling lama 2 (dua) tahun setelah Konsil Kedokteran

Indonesia terbentuk.

Pasal 83

(1) Pengaduan atas adanya dugaan pelanggaran disiplin pada saat belum

terbentuknya Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

ditangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di Tingkat Pertama

dan Menteri pada Tingkat Banding.

(2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Menteri dalam menangani

pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membentuk Tim yang

terdiri dari unsur-unsur profesi untuk memberikan pertimbangan.

(3) Putusan berdasarkan pertimbangan Tim dilakukan oleh Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi atau Menteri sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum,

untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan hukum serta

menata kembali berbagai perangkat hukum yang mengatur

penyelenggaraan praktik kedokteran agar dapat berjalan sesuai dengan

Page 13: referat forensik

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka perlu diatur praktik

kedokteran dalam suatu undang-undang. Untuk itu, perlu dibentuk

Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran.

Dalam Undang-Undang ini diatur:

1. Asas dan tujuan penyelenggaraan praktik kedokteran yang menjadi

landasan yang didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan,

kemanusiaan, keseimbangan serta perlindungan dan keselamatan

pasien;

2. Pembentukan Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil

Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi disertai susunan organisasi,

fungsi, tugas, dan kewenangan;

3. Registrasi dokter dan dokter gigi;

4. Penyusunan, penetapan, dan pengesahan standar pendidikan profesi

dokter dan dokter gigi;

5. Penyelenggaraan praktik kedokteran;

6. Pembentukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia;

7. Pembinaan dan pengawasan praktik kedokteran; dan

8. Pengaturan ketentuan pidana.

2.3 Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di Tingkat Provinsi (MKDKI dan MKDKIP)

2.3.1 Organisasi dan Tata Kerja

Diatur dalam peraturan konsil kedokteran Indonesia nomor

15/KKI/PER/VIII/2006.

Bab III : Fungsi, tugas, dan kewenangan

Diatur dalam pasal 3, 4, 5, dan 6 :

Pasal 3

(1) Fungsi MKDKI dan MKDKI-P adalah untuk penegakan disiplin

kedokteran dan kedokteran gigi dalam penyelenggaraan praktik

kedokteran.

Page 14: referat forensik

(2) Penegakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

penegakan aturan-aturan dan/atau penerapan keilmuan dalam pelaksanaan

pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi.

Pasal 4

(1) Tugas MKDKI :

a. Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus

pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan; dan

b. Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran

disiplin dokter atau dokter gigi.

(2) Tugas MKDKI-P menerima pengaduan, memeriksa, memutuskan ada

tidaknya kasus pelanggaran disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan

menentukan sanksi yang diajukan di provinsi.

Pasal 5

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

MKDKI mempunyai wewenang :

a. Menerima pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi;

b. Menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau

pelanggaran etika atau bukan keduanya;

c. Memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter

gigi;

d. Memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin dokter dan dokter

gigi;

e. Menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin dokter dan

dokter gigi;

f. Melaksanakan keputusan MKDKI;

g. Menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter

dan dokter gigi;

h. Menyusun buku pedoman MKDKI dan MKDKI-P;

i. Membina, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas

MKDKI-P;

Page 15: referat forensik

j. Membuat dan memberikan pertimbangan usulan pembentukan

MKDKI-P kepada Konsil Kedokteran Indonesia; dan

k. Mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi tentang

MKDKI dan dan MKDKI-P mencatat dan mendokumentasikan

pengaduan, proses pemeriksaan, dan keputusan MKDKI.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2),

MKDKI-P mempunyai wewenang :

a. Menerima pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

di tingkat provinsi;

b. Menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau

pelanggaran etika atau bukan keduanya;

c. Memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi

di tingkat provinsi;

d. Meminta keterangan saksi ahli jika diperlukan;

e. Memutuskan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi di tingkat

provinsi;

f. Menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin dokter dan

dokter gigi di tingkat provinsi melaksanakan keputusan MKDKI-P;

g. Melaksanakan keputusan MKDKI-P.

Pasal 6

Dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5, MKDKI harus

memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang kesehata serta

peraturan perundang-undangan lain yang terkait dan yang berlaku.

2.3.2 Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter

dan Dokter Gigi.

Diatur dalam peraturan konsil kedokteran indonesia nomor

16/KKI/PER/VIII/2006

Page 16: referat forensik

Bab II Pengaduan

Pasal 2

(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan

dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat

mengadukan secara tertulis kepada Ketua MKDKI atau Ketua MKDKI-P.

(2) Apabila tidak mampu mengadukan secara tertulis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), dapat mengadukan secara lisan kepada MKDKI atau

MKDKI-P.

(3) Dalam hal pengaduan dilakukan secara lisan, Sekretariat MKDKI atau

MKDKI-P memfasilitasi atau membantu pembuatan permohonan

pengaduan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ditandatangani

oleh pengadu atau kuasanya.

(4) Untuk melengkapi keabsahan pengaduan MKDKI dan MKDKI-P dapat

melakukan verifikasi atas aduan yang dimasukkan.

(5) Untuk melakukan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Ketua

MKDKI dapat mengangkat orang untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Pasal 5

(1) Dugaan pelanggaran disiplin yang dapat diadukan kepada MKDKI atau

MKDKI-P adalah dugaan pelanggaran disiplin yang saat terjadinya

tindakan dokter atau dokter gigi tersebut setelah diundangkannya Undang-

Undang Praktik Kedokteran pada tanggal 6 Oktober 2004.

(2) Dugaan pelanggaran disiplin yang telah diadukan/diperiksa pada Dinas

Kesehatan Provinsi atau Menteri untuk tingkat banding selama belum

terbentuknya MKDKI tetap diperiksa dan diselesaikan oleh Dinas Provinsi

dan Menteri untuk tingkat banding.

(3) Dugaan pelanggaran disiplin yang terjadi setelah Undang-Undang Praktik

Kedokteran diundangkan namun belum diadukan pada tingkat provinsi dan

Menteri untuk tingkat banding, dapat diadukan pada MKDKI atau MKDKI-

P bila sudah terbentuk.

Page 17: referat forensik

(6) Dugaan pelanggaran disiplin yang telah diadukan/diperiksa pada Dinas

Kesehatan Provinsi atau Menteri untuk tingkat banding tidak dapat ditarik

dan diadukan kembali ke MKDKI atau MKDKI-P.

Bab III Majelis Pemeriksa Awal

Pasal 6

(1) MKDKI atau MKDKI-P melakukan pemeriksaan awal atas aduan yang

diterima.

Untuk melakukan pemeriksaan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Ketua MKDKI menetapkan Majelis Pemeriksa Awal.

(2) Majelis Pemeriksa Awal pada MKDKI terdiri dari 3 (tiga) orang yang

diangkat dari Anggota MKDKI.

(3) Untuk melengkapi berkas dalam pemeriksaan awal dapat dilakukan

investigasi oleh Majelis Pemeriksa Awal.

(4) Dalam melaksanakan investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

Majelis Pemeriksa Awal dapat menunjuk orang untuk pekerjaan tersebut.

(5) Majelis Pemeriksa Awal pada MKDKI-P terdiri dari 3 (tiga) orang yang

diangkat dari MKDKI-P dan atau MKDKI.

(6) Melakukan pemeriksaan awal sebagaimana dimaksud ayat pada (1) antara

lain keabsahan aduan, keabsahan alat bukti, menetapkan pelanggaran etik

atau disiplin atau menolak pengaduan karena tidak memenuhi syarat

pengaduan atau tidak termasuk dalam wewenang MKDKI dan melengkapi

seluruh alat bukti.

(7) Bilamana dari hasil pemeriksaan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

ditemukan bahwa pengaduan yang diajukan adalah pelanggaran etik maka

MKDKI atau MKDKI-P melanjutkan pengaduan tersebut kepada organisasi

profesi.

(8) Bilamana pemeriksaan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

ditemukan bahwa pengaduan tersebut adalah dugaan pelanggaran disiplin

maka ditetapkan Majelis Pemeriksa Disiplin oleh Ketua MKDKI.

Page 18: referat forensik

(9) Setiap keputusan Majelis Pemeriksa Awal dalam kurun waktu 14 (empat

belas) hari kerja harus disampaikan kepada Ketua MKDKI atau ketua

MKDKI-P.

Bab IV Majelis Pemeriksa Disiplin

Pasal 7

(1) Selambatnya-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja

sesudah hasil pemeriksa awal diterima dan lengkap dicatat dan benar,

MKDKI segera membentuk Majelis Pemeriksa Disiplin untuk MKDKI dan

28 (dua puluh delapan) hari untuk MKDKI-P.

(2) Majelis Pemeriksa Disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

dalam Keputusan Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia.

(3) Untuk hal tertentu dan alasan yang sah dan dibenarkan maka Ketua MKDKI

dapat menangguhkan pembentukan Majelis Pemeriksa Disiplin.

Bab VI Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin

Pasal 27

(1) Keputusan sidang Majelis Pemeriksa Disiplin adalah merupakan keputusan

MKDKI atau keputusan MKDKI-P yang mengikat Konsil Kedokteran

Indonesia, dokter atau dokter gigi yang diadukan, pengadu, Departemen

Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta institusi terkait.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

a. Tidak terbukti bersalah melakukan pelanggaran disiplin kedokteran;

atau

b. Terbukti bersalah melakukan pelanggaran disiplin kedokteran dan

pemberian sanksi disiplin.

(3) Pengaduan yang telah diputuskan pada MKDKI atau MKDKI-P tidak dapat

diadukan kembali.

Pasal 28

(1) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf (b)

dapat berupa :

Page 19: referat forensik

a. Pemberian peringatan tertulis;

b. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin

Praktik; dan/atau

c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berupa rekomendasi

pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik sementara

selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau rekomendasi pencabutan Surat Tanda

Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap atau selamanya.

(3) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

c dapat berupa:

a. Pendidikan formal;

b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau keterampilan, magang di

institusi pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya

atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk,

sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun.

(4) Sebagai bukti telah melaksanakan kewajiban mengikuti pendidikan atau

pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh

kolegium terkait.

BAB VII Pelaksanaan Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin

Pasal 33

(1) Setiap Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin dalam kurun waktu 14 (empat

belas) hari kerja harus menyampaikan kepada Ketua MKDKI atau Ketua

MKDKI-P.

(2) Ketua MKDKI atau Ketua MKDKI-P dalam 14 (empat belas) hari kerja

harus menyampaikan Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada pihak-pihak yang terkait.

Page 20: referat forensik

Pasal 34

Pelaksanaan Keputusan MKDKI dan MKDKI-P tentang tidak terbukti

bersalah melakukan pelanggaran disiplin kedokteran dilakukan oleh

sekretariat MKDKI atau sekretariat MKDKI-P dan disampaikan kepada

dokter atau dokter gigi yang bersangkutan.

Pasal 35

Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P tentang

penolakan pengaduan karena ditemukan pelanggaran etika, oleh Sekretariat

MKDKI atau sekretariat MKDKI-P diteruskan pengaduannya kepada

organisasi profesi yang bersangkutan.

Pasal 36

(1) Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau MKDKI-P tentang sanksi disiplin

peringatan tertulis, oleh Sekretariat MKDKI atau MKDKI-P disampaikan

kepada dokter atau dokter gigi yang bersangkutan.

(2) Tanggal dan hari tanda terima Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) sebagai bukti bahwa tanggal dan hari tersebut telah dilaksanakan

Keputusan MKDKI atau Keputusan MKDKI-P terhadap dokter atau dokter

gigi yang dikenakan sanksi disiplin peringatan tertulis.

Pasal 37

(1) Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P tentang sanksi

disiplin rekomendasi pencabutan STR disampaikan oleh sekretariat

MKDKI atau MKDKI-P kepada Konsil Kedokteran Indonesia untuk

dilaksanakan.

(2) Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P tentang sanksi

rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selambatlambatnya 30 (tiga puluh)

hari kerja sejak tanggal dan hari diterimanya Keputusan MKDKI atau

Keputusan MKDKI-P oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Page 21: referat forensik

Pasal 38

(1) Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau MKDKI-P tentang sanksi disiplin

rekomendasi pencabutan Surat Izin Praktik (SIP) disampaikan oleh

sekretariat MKDKI atau MKDKI-P kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tempat Surat Izin Praktik (SIP) tersebut diterbitkan untuk

dilaksanakan.

(2) Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P tentang sanksi

disiplin rekomendasi pencabutan Surat Izin Praktik (SIP) sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan selambatlambatnya 30 (tiga puluh)

hari kerja sejak tanggal dan hari diterimanya Keputusan MKDKI atau

keputusan MKDKI-P oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat Surat

Izin Praktik (SIP) tersebut diterbitkan.

Pasal 39

(1) Pelaksanaan keputusan MKDKI atau MKDKI-P tentang sanksi disiplin

mengikuti pendidikan atau pelatihan disampaikan Sekretariat MKDKI atau

MKDKI-P kepada Konsil Kedokteran Indonesia untuk dilaksanakan.

(2) Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P tentang sanksi

mengikuti pendidikan/pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak hari dan

tanggal diterimanya Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P oleh

Konsil Kedokteran Indonesia.

(3) Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P tentang sanksi disiplin

mengikuti pendidikan atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

oleh Konsil Kedokteran Indonesia diteruskan/disampaikan kepada kolegium

dan institusi pendidikan yang berkompetensi.

(4) Pelaksanaan Keputusan MKDKI atau keputusan MKDKI-P tentang sanksi

disiplin mengikuti pendidikan atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibiayai oleh dokter atau dokter gigi yang dikenai sanksi.

Page 22: referat forensik

2.4 Sanksi

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MKDKI berdasarkan Undang-

undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 69 ayat (3)

adalah :

1. Pemberian peringatan tertulis;

2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik;

dan/atau

3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi.

Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik

yang dimaksud dapat berupa:

a. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik

sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau

b. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik

tetap atau selamanya;

Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi yang dimaksud dapat berupa :

a. Pendidikan formal; atau

b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi

pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana

pelayanan kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan

dan paling lama 1 (satu) tahun.

Sedangkan untuk sanksi pidana ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor

29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bab 10 tentang ketentuan pidana pasal

75, 76, 77, 78 dan 80.

Pasal 75

(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik

kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta

rupiah).

Page 23: referat forensik

Pasal 76

Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik

kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)

tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 77

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar

atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah

yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki

surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi

dan/atau surat izin paktik sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (1)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda

paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 78

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara

lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan

kesan seolah olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang

telah memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi

dokter gigi atau surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73

ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah).

Pasal 80

(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dokter

gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

oleh korporasi, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana

Page 24: referat forensik

dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau dijatuhi hukuman tambahan

berupa pencabutan.

2.4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004

Tentang Klinik yang Terkait.

Bab II Jenis Klinik

Pasal 4

(1) Klinik yang dimiliki oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus

didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat jalan

dapat didirikan oleh perorangan atau badan usaha.

(3) Klinik yang dimiliki oleh masyarakat yang menyelenggarakan rawat inap

harus didirikan oleh badan hukum.

Bab IV Persyaratan

Bagian empat : ketenagaan

Pasal 11

(1) Ketenagaan Klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga

keperawatan, Tenaga Kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan sesuai

dengan kebutuhan.

(2) Ketenagaan Klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga

kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis kesehatan,

Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai dengan

kebutuhan.

(3) Jenis, kualifikasi, dan jumlah Tenaga Kesehatan lain serta tenaga non

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disesuaikan

dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan oleh Klinik.

Page 25: referat forensik

Pasal 12

(1) Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan

kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau dokter

gigi sebagai pemberi pelayanan.

(2) Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran

paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis dan 1 (satu) orang

dokter sebagai pemberi pelayanan.

Pasal 13

(1) Setiap tenaga medis yang berpraktik di Klinik harus mempunyai Surat

Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik harus mempunyai

Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin

Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 14

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik harus bekerja sesuai

dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan,

etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan

dan keselamatan pasien.

Pasal 15

Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing di Klinik

dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian kelima : peralatan

Pasal 18

(1) Peralatan medis yang digunakan di Klinik harus diuji dan dikalibrasi

secara berkala oleh institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

Page 26: referat forensik

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bab IV Perizinan

(1) Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin

operasional.

(2) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh

pemerintah daerah kabupaten/kota.

(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh

pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota.

Page 27: referat forensik

BAB III

CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Contoh Kasus

Ayu, Dokter Gadungan Berstatus Mahasiswa Yang Ditangkap Polresta

Depok

depokklik.com — Seorang perempuan yang biasa berpraktik dokter di Depok,

Jawa Barat ditangkap Satuan Reskrim Polresta Depok. Polisi membongkar kedok

dokter palsu yang telah berpraktek selama tiga tahun. Dokter gadungan yang

bernama Herma Ayu Dewi alias Kafha Niliam alias Ayu, 35, itu kerap praktek di

klinik Depok, Bogor, dan satu klinik di Bekasi. Tersangka kasus dokter gadungan

yang ditangkap polisi adalah Herma Ayu Dewayani, yang masih bersatus

mahasiswa kedokteran universitas swasta di Yogyakarta.

Dari hasil pemeriksaan, tersangka mengaku berpraktik dokter atas

pemintaan para pemilik klinik. Dalam aksinya tersangka menangani pasien yang

mengidap penyakit saluran pernafasan. Selama ini, tersangka berpraktik di 5

klinik yang ada di Cikampek, Bekasi dan Depok. Dalam setiap praktiknya,

tersangka mengaku mendapat upah sebesar Rp 150 ribu. Sebagai barang bukti,

polisi menyita seragam dokter, stetoskop, senter, dan jarum suntik. Polisi sendiri

masih menyelidiki keterlibatan pemilik klinik.

Kepala Kepolisian Resor Depok Ajun Komisaris Besar Dwiyono

mengatakan polisi membongkar kasus ini setelah mendapatkan laporan dari

seorang dokter. Dari laporan itu, Klinik Syaiful milik Ayu tak berizin dan Ayu tak

memiliki izin praktek dokter. Dari informasi itu, polisi menangkap Ayu saat

praktek di Klinik Syaiful di Jalan KH Abdul Rahman Nomor 48, Kelurahan

Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Rabu pekan lalu. Dari pengakuan pelaku,

dia membuka praktek untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. “Bayarannya

sampai Rp 1,2 juta dalam sehari,” kata Dwiyono, Senin (25/5/2015). Dokter palsu

ini bisa memeriksa 30 pasien dalam sehari.

Page 28: referat forensik

Berikut kelima klinik tersebut: Pertama, Klinik Yasmin Cikampek milik dokter

Dewi. Ayu telah melakukan pemeriksaan kurang lebih 25 pasien dan

mendapatkan bayaran sebesar Rp 600 ribu per pasien.

Kedua, Klinik Medika Cakralawa Depok milik dokter Hadi. Ayu telah melakukan

pemeriksaan kurang lebih 30 pasien dan mendapatkan bayaran sebesar Rp 300

ribu per pasien.

Ketiga, Klinik Pelita Sehat Pomad Kota Bogor. Ayu telah memeriksa kurang lebih

60 pasien dan mendapatkan bayaran Rp 900 ribu per pasien.

Keempat,. Klinik Pelita Sehat Pomad Cibinong Kabupaten Bogor. Ayu telah

memeriksa kurang lebih 60 pasien dan mendapatkan bayaran Rp 900 ribu per

pasien.

Kelima, Klinik Nancy Kota Bekasi. Ayu telah memeriksa kurang lebih 30 pasien

dan mendapatkan bayaran Rp1,2 juta per pasien.

Keenam, Klinik Syaiful K.H Abdul Rahman No. 48 Kelurahan Pondok Terong

Kecamatan Cipayung Kota Depok, tempat Ayu ditangkap. Di klinik tersebut Ayu

telah melakukan pemeriksaan kurang lebih 25 pasien dan mendapatkan bayaran

Rp 600 ribu per pasien.

Polisi Depok berhasil mengumpulkan bukti satu buah jas dokter, satu buah senter

warna kuning, satu buah termometer, satu buah stetoskop, satu buah tensi meter,

dan satu buah buku absen serta data pasien.

“Saat ini kami masih mendalami. Termasuk pemilik klinik,” Dwiyono berujar.

Ayu diancam dengan Pasal 78, 77, dan atau 73 Undang-Undang RI Nomor 29

Tahun 2004 tentang Kedokteran. “Ancamannya, pidana 5 tahun penjara,”

tuturnya.

Page 29: referat forensik

3.1 Pembahasan

Pada kasus diatas, saudari Herma Ayu Dewi telah menggunakan gelar

dokter serta menggunakan alat- alat kedokteran berupa jas dokter, stestoskop,

tensimeter dan lain-lain dalam mendukung praktik kedokterannya tanpa adanya

surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik sehingga saudari Ayu dinyatakan

telah melanggar pasal 73 UU No. 29 tahun 2004 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Praktik Kedokteran yang berbunyi,

1. Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain

yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan

adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi

dan / atau surat izin praktik.

2. Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan

seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah

memiliki surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (I) dan ayat (2) tidak berlaku

bagi tenaga kesehatan yang di beri kewenangan oleh peraturan perundang

undangan.

Berdasarkan pasal diatas, maka sanksi yang harus diterima oleh saudari

Ayu tercantum pada pasal 77 dan pasal 78 UU No. 29 tahun 2004 tentang

Ketentuan Pidana Praktik Kedokeran yang berbunyi,

Pasal 77

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau

bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang

bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda

registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin paktik

sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus

lima puluh juta rupiah)

Page 30: referat forensik

Pasal 78

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara lain dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah olah

yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda

registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000.000,00

(seratus lima puluh juta rupiah).

Maka, dalam pasal-pasal yang telah disebutkan diatas, saudari Ayu

dikenakan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak

Rp. 150.000.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)

Page 31: referat forensik

BAB IVKESIMPULAN

Dokter merupakan salah satu komponen utama tenaga kesehatan yang

mempunyai peranan sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian

pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan. Agar dapat melakukan

pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, maka sebelum melaksanakan

praktik setiap dokter harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam UU

No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Persyaratan tersebut antara lain

memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP).

Pada penerapannya, praktik kedokteran diatur dalam UU No. 29 Tahun

2004 yang menyebutkan bahwa STR merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh

Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah

diregistrasi. Syarat untuk memperoleh STR yaitu memiliki ijazah dokter, surat

pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter, surat keterangan sehat fisik

dan mental, sertifikat kompetensi, dan telah membuat pernyataan akan mematuhi

dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Kepemilikan STR menunjukkan bahwa

dokter pemilik STR tersebut telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah

memiliki kualifikasi lainnya serta telah diakui secara hukum untuk melakukan

tindakan profesinya.

Sedangkan Majelis Kehormatan Disiplin Kedoktera Indonesia dan Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di Tingkat Provinsi (MKDKI DAN

MKDKI-P) merupakan lembaga yang berfungsi untuk menegakkan disiplin dalam

praktik kedokteran serta bertugas untuk menerima pengaduan, memeriksa,

memutuskan ada tidaknya kasus pelanggaran disiplin kedokteran dan kedokteran

gigi dan menentukan sanksi yang diajukan oleh setiap orang yang mengetahui

atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam

menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua

MKDKI atau Ketua MKDKI-P.

Pada contoh kasus Herma Ayu Dewi, yang merupakan seorang wanita yang

tidak lulus dari pendidikan kedokteran namun telah berpraktik selama 3 tahun di

berbagai klinik di daerah Cikampek, Bekasi, dan Depok, ia dinyatakan telah

Page 32: referat forensik

melanggar pasal 73 UU No. 29 tahun 2004 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Praktik Kedokteran karena telah menggunakan identitas berupa gelar yang

menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah

dokter yang telah memiliki surat tanda registrasi dan / atau surat izin praktik.

Sedangkan untuk sanksinya dikenakan sanksi pidana berdasarkan Undang-

undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bab 10 tentang

ketentuan pidana pasal 77 dan 78.

Page 33: referat forensik

DAFTAR PUSTAKA

Diunduh dari (http://depokklik.com/2015/06/25/ayu-dokter-gadungan-berstatus-mahasiswa-yang-ditangkap-polresta-depok/ ). 20 September 2015.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Klinik

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 15/KKI/PER/VIII/2006.

Undang – undang No. 29 Tahun 2004.