48
REFERAT PNEUMOCOCCAL CONJUGATE VACCINE Pembimbing: Dr. Hartono Sp. A Dr. Slamet Widi Sp.A Dr. Zuhriyah Hidajati Sp.A Dr. Lilia Dewiyanti Sp.A Disusun Oleh: Nikita Rizky Arimami 030.08.180 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 1

referat imunisasi pcv

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pcv

Citation preview

Page 1: referat imunisasi pcv

REFERAT

PNEUMOCOCCAL CONJUGATE VACCINE

Pembimbing:

Dr. Hartono Sp. A

Dr. Slamet Widi Sp.A

Dr. Zuhriyah Hidajati Sp.A

Dr. Lilia Dewiyanti Sp.A

Disusun Oleh:

Nikita Rizky Arimami

030.08.180

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Kota Semarang

Fakultas Kedokteran Trisakti

Periode 21 Januari-30 Maret 2013

1

Page 2: referat imunisasi pcv

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Nikita Rizky Arimami

NIM : 030.08.180

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Trisakti

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota Semarang

Periode : 21 Januari – 30 Maret 2013

Judul : Pneumococcal Conjugate Vaccine

Pembimbing : dr. Zuhriyah Hidajati Sp.A

Telah diperiksa dan disahkan tanggal:

Mengetahui,

Kepala SMF Ilmu Penyakit Anak RSUD Kota Semarang dan Pembimbing Referat,

Dr. Zuhriyah Hidajati Sp.A

2

Page 3: referat imunisasi pcv

KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat dan petunjuk yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan referat mengenai “Pneumococcal Conjugate Vaccine“ guna memenuhi

salah satu persyaratan dalam menempuh Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit

Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Referat ini ditulis selama penulis menjalankan kepaniteraan Ilmu Kesehatan

Anak dan penulis mendapat kesempatan untuk menjalankan kepaniteraan di RSUD

Kota Semarang, mulai tanggal 21 Januari – 30 Maret 2013. Dengan bimbingan serta

pengarahan yang telah diberikan sebelum dan selama kepaniteraan ini, penulis

mencoba menyusun referat yang berupa Pneumococcal Conjugate Vaccine

Pada kesempatan ini juga, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar

– besarnya atas kerjasama yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan

referat ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan khususnya kepada:

1. Pimpinan beserta staf RSUD Kota Semarang.

2. dr. Z. Hidayati, Sp. selaku kepala bagian/SMF dan pembimbing Kepaniteraan

Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Kota Semarang.

3. dr. Hartono, Sp. A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan

Anak di RSUD Kota Semarang.

4. dr. Slamet Widi, Sp. A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Anak di RSUD Kota Semarang.

5. dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Anak di RSUD Kota Semarang.

3

Page 4: referat imunisasi pcv

6. Rekan – rekan anggota Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Kota Semarang.

7. Semua pihak yang telah membantu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran,

baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan

referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, mengingat

terbatasnya kemampuan dan waktu yang ada. Oleh karena itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang kiranya dapat membangun. Besar harapan penulis agar referat

ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, penulis mohon maaf yang sedalam – dalamnya bilamana ada

kesalahan dalam penyusunan referat ini, juga selama menjalankan kepaniteraan Ilmu

Kesehatan Anak di RSUD Kota Semarang.

Jakarta, Maret 2013

Penulis

4

Page 5: referat imunisasi pcv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………...…iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..v

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

I. PNEUMOCOCCAL DISEASE……………………………………...3

I.1 DEFINISI…………………………………………………………3

I.2 EPIDEMIOLOGI………………………………………………...3

I.3 ETIOLOGI……………………………………………………….4

I.4 KLASIFIKASI…………………………………………………...5

I.5 FAKTOR PREDISPOSISI………………………………………6

I.6 PATOFISIOLOGI……………………………………………….7

I.7 GEJALA KLINIS………………………………………………..8

I.8 DIAGNOSIS……………………………………………………..9

I.9 PENULARAN…………………………………………………..12

I.10 TATALAKSANA……………………………………………...12

I.11 PENCEGAHAN……………………………………………….16

5

Page 6: referat imunisasi pcv

II. VAKSINASI……………………………………………………………16

II.1 JENIS VAKSIN……………………………………………….16

a. Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)………………….16

a.1 Cara Pemberian……………………………………………..17

a.2 Rekomendasi………………………………………………..17

b. Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)....................................17

b.1 Rekomendasi..........................................................................18

b.2 Sediaan...................................................................................18

b.3 Jadwal Pemberian...................................................................21

b.4 Cara Pemberian......................................................................23

III. EFEK SAMPING……………………………………………………...23

IV. KONTRAINDIKASI………………………………………………….23

V. REAKSI KIPI…………………………………………………………..24

BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………..25

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………....26

.

6

Page 7: referat imunisasi pcv

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini, dari sekitar 25 juta balita di Indonesia, sebagian besar berpotensi

terkena serangan IPD. Oleh karena itu sangat penting untuk mensosialisasikan bahaya

penyakit IPD kepada seluruh masyarakat meski kenyataannya kita masih bergelut

dengan berbagai penyakit Infeksi lain seperti demam berdarah dengue dan

sebagainya.

IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus

(streptoccoccus pneumoniae). Bakteri tersebut secara cepat dapat masuk ke dalam

sirkulasi darah dan merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput otak

(meningitis) yang biasa disebut radang otak.

Infeksi yang disebabkan pneumokokus adalah penyebab angka kesakitan

(morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi pada anak-anak di seluruh dunia.

Berdasarkan data epidemologis, infeksi pneumokokal menyebabkan lebih dari 1 juta

kematian anak-anak terutama di negara berkembang.

Pada dasarnya IPD dapat diobati dengan antiobiotik. Akan tetapi pengobatan

IPD jadi semakin sulit dengan meningkatnya resistensi bakteri pneumokokus terhadap

beberapa jenis antiobiotik, misalnya penisilin. Lagi pula penggunaan antibiotik untuk

infeksi telinga dapat mengurangi efektivitas antibiotik itu sendiri selain meningkatkan

jumlah carrier terhadap organisma yang resisten di dalam saluran pernapasan.

Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun pernah

menjadi pembawa (carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan

mereka. Oleh karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2 tahun berisiko tinggi

terkena IPD.

Itulah sebabnya, pencegahan lebih diperlukan daripada pengobatan. Vaksinasi

dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi kuman

pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Karena anak-anak di bawah

usia 1 tahun memiliki risiko paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan agar

pemberian imunisasi dilakukan sedini mungkin. Saat ini sudah ditemukan vaksin

pneumokokus bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun.Pengobatan IPD semakin

dipersulit dengan adanya peningkatan bakteri pneomokokus terhadap beberapa jenis

7

Page 8: referat imunisasi pcv

antibiotik, infeksi bakteri yang sangat cepat dan merusak organ tubuh dan sistem

saraf, serta meninggalkan kecacacatan permanen yang akan menurunkan kualitas

hidup anak sepanjang usianya. Sangat direkomendasikan upaya preventif sedini

mungkin dengan pemberian vaksin pneumokokus kepada bayi dan anak di bawah usia

dua tahun.

8

Page 9: referat imunisasi pcv

BAB II

PEMBAHASAN

I. Pneumococcal Disease1

I.1 Definisi

Pneumococcal Disease (Penyakit Pneumokokus) merupakan infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Streptococcus pneumoniae (S. pneumoniae), juga dikenal sebagai

pneumokokus. Infeksi dapat mengakibatkan pneumonia, infeksi darah (bakteremia /

sepsis), menengah-infeksi telinga (otitis media), atau meningitis bakteri.

I.2 Epidemiologi2

Penyakit invasif yang paling sering pada anak usia kurang dari 2 tahun dan

pada orang dewasa yang lebih tua dari 65 tahun. Kejadian tahunan keseluruhan

penyakit invasif di Amerika Serikat adalah 15 kasus per 100.000 individu tetapi

secara luas bervariasi menurut usia, dari 166 kasus per 100.000 anak muda dari 2

tahun sampai 5 kasus per 100.000 orang dewasa muda. Setelah pengenalan vaksin

pneumokokus heptavalent terkonjugasi, tingkat penyakit pneumokokus invasif (IPD)

telah cenderung terus turun. Dalam surveilans laboratorium aktif dari 1997-2004, IPD

menurun sebesar 40% dari 11,8 kasus menjadi 7,2 kasus per 100.000 kelahiran hidup.

Di antara bayi hitam, penurunan tajam tercatat dalam kejadian IPD dari 17,1 kasus

menjadi 5,3 kasus per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan dengan bayi putih

dengan penurunan dari 9,6 menjadi 6,8 kasus kasus per 100.000 kelahiran hidup.

Dari 1999-2007, penurunan 92% dalam serotipe vaksin telah diamati antara

isolat baik invasif dan non-invasif, selama periode yang sama, meningkat 200% telah

diamati pada serotipe vaksin-terkait atau non vaksin. Di antaranya, serotipe 19A, 6C,

15, dan 22F yang didominasi dicatat . Kerentanan amoxicillin adalah sekitar 70%

dibandingkan dengan 50% di macrolides. Serotipe 6C sering dianggap mulai muncul.

Peningkatan frekuensi penyakit dan peningkatan morbiditas dan mortalitas

terlihat pada anak-anak usia kurang 2 tahun dan pada anak-anak dengan fungsi

kekebalan humoral misalnya, infeksi HIV, agammaglobulinemia, defisiensi

9

Page 10: referat imunisasi pcv

pelengkap, limpa tidak ada atau kekurangan misalnya, splenektomi, anemia sel sabit,

sindrom nefrotik, gagal ginjal kronis, transplantasi organ, terapi imunosupresif,

penyakit paru kronis, cairan tulang belakang otak (CSF) kebocoran setelah patah

tulang tengkorak, implan koklea, diabetes mellitus, dan keganasan. Merokok orangtua

selalu meningkatkan otitis media akut sekitar 64% dibandingkan dengan tidak ada

riwayat merokok orangtua (56%).

Kematian akibat komplikasi dari otitis pneumokokus, sinusitis, bakteremia,

dan pneumonia jarang terjadi pada anak-anak sehat. Sebagai komplikasi pneumonia,

empiema pneumokokus tidak jarang, bahkan di negara-negara maju, dan hal itu tetap

menjadi masalah yang signifikan di negara-negara berkembang.

Sering pada laki-laki daripada perempuan, dengan rasio laki-laki-ke-

perempuan 3:2 untuk bakteremia pneumokokus. Infeksi pneumokokus yang paling

umum pada anak usia 1-24 bulan. Otitis media dan bakteremia yang paling umum

pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun . Sinusitis adalah yang paling umum pada

anak-anak 2 tahun dan lebih tua. Radang paru dan meningitis yang paling umum

pada anak-anak muda dari 5 tahun.3

I.3 Etiologi 4

Penyakit pneumokokus invasif (IPD) adalah penyakit bakteri akut yang

disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. S. pneumoniae adalah gram positif

encapsulated diplococci. Meskipun bakteri ini biasanya diamati di pasang (diplococci)

mereka juga dapat terjadi tunggal atau dalam rantai pendek. Polisakarida kapsuler

merupakan dasar utama untuk patogenisitas organisme. Ada sekitar 90 dikenal

serotipe pneumokokus kapsuler. Pneumococci sensitif terhadap panas dan disinfektan

banyak. Bakteri dapat bertahan hingga 25 hari dalam debu, 1-11 hari pada kaca, dan

tujuh hari dalam dahak.

10

Page 11: referat imunisasi pcv

Pneumococci merupakan penghuni umum dari saluran pernapasan. Bakteri dapat

diisolasi dari nasofaring. Tingkat kereta tanpa gejala bervariasi dengan usia dan

adanya infeksi saluran pernapasan atas. Lamanya pengangkutan bervariasi tetapi

umumnya lebih panjang pada orang dewasa daripada anak-anak.

Masa inkubasi bervariasi menurut jenis infeksi tetapi mungkin sesingkat 1-3 hari.

Masa penularan adalah variabel, tapi tetap selama organisme hadir dalam saluran

pernapasan. Individu tidak lagi menular 24 jam setelah dimulainya antibiotik.10

Setiap proses yang mempengaruhi integritas anatomi atau fisiologis dari

saluran pernapasan bagian bawah (misalnya, influenza, edema paru, penyakit paru-

paru kronis, dll) meningkatkan kerentanan individu terhadap infeksi pneumokokus

gejala. Individu yang paling rentan terhadap infeksi pneumokokus yang serius dan

invasif biasanya mereka dengan kondisi medis yang kronis, termasuk asplenia

anatomi atau fungsional, penyakit sel sabit, penyakit jantung kronis, diabetes mellitus,

sirosis, penyakit Hodgkin, limfoma, multiple myeloma, gagal ginjal kronis, sindrom

nefrotik, infeksi HIV, dan transplantasi organ baru-baru ini. Ada juga peningkatan

risiko penyakit invasif ketika orang dewasa berada dalam kontak dengan anak-anak

sebagai anak-anak lebih mungkin untuk dijajah.

Di negara-negara berkembang kekurangan gizi dan berat badan lahir rendah

merupakan faktor risiko untuk pneumonia pada bayi dan anak-anak. Infeksi umumnya

menganugerahkan kekebalan terhadap serotipe spesifik. Kekebalan ini bisa

berlangsung selama bertahun-tahun.10

I.4 Klasifikasi 5

1) Non-invasive Pneumococcal Disease

Merupakan enyakit pneumokokus yang terjadi di luar organ utama atau darah. S.

pneumoniae dapat menyebar dari nasofaring (hidung dan tenggorokan) ke saluran

pernapasan bagian atas dan bawah dan dapat menyebabkan:

Otitis media - infeksi telinga tengah. Radang telinga tengah, biasanya dengan

akumulasi cairan di telinga tengah, pembengkakan gendang telinga, sakit

telinga. Jika gendang telinga berlubang adalah drainase nanah ke dalam liang

telinga.

Non-bacteremic pneumonia - infeksi saluran pernapasan bagian bawah tanpa

terdeteksi penyebaran organisme ke aliran darah

2) Invasive pneumococcal Disease (IPD)

11

Page 12: referat imunisasi pcv

Jenis ini cenderung lebih serius dan terjadi di dalam organ utama, atau dalam darah.

Contoh IPD meliputi:

Bakteremia (sepsis) - infeksi bakteri darah. Bakteremia mengacu pada

kehadiran bakteri hidup dalam darah, sedangkan sepsis berarti infeksi darah

yang berhubungan dengan kebocoran kapiler, syok dan peningkatan risiko

kematian.

Meningitis - peradangan pada meninges. Meninges adalah tiga membran

yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang.

 Bacteremic pneumonia - peradangan pada salah satu atau kedua paru-paru,

dengan pneumococcus dalam aliran darah.

I.5 Faktor Predisposisi 7

Siapa saja bisa terkena penyakit pneumokokus. Namun, beberapa

kelompok berada pada risiko lebih tinggi untuk penyakit pneumokokus atau

komplikasinya. Orang-orang yang berisiko tinggi meliputi:

Bayi dan anak-anak kurang dari dua tahun.

Orang-orang di atas 65 tahun

Anak-anak di daerah miskin dari negara-negara berkembang.

Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti orang-orang

dengan imunosupresi (misalnya steroid dosis tinggi, kemoterapi), HIV,

atau AIDS.

Pasien dengan penyakit kronis, seperti:

        diabetes

         penyakit paru-paru

         penyakit jantung

         Cancer

         penyakit ginjal

         Penyakit sel sabit

         alkoholisme

Pasien yang memiliki riwayat disfungsi limpa atau penyakit limpa.

Perokok.

Orang yang memiliki implan koklea (sejenis alat bantu dengar).

Pasien dengan kebocoran cairan cerebrospinal (misalnya karena fraktur

basis cranii)

12

Page 13: referat imunisasi pcv

I.6 Patofisiologi 8

Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukan

karena sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang seringkali

terpolusi serta mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organ

respiratorik terdiri dari tiga unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritas

saluran respiratori, otot-otot pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem

saraf  pusat.Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan

sehingga kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agen

mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer:

(1)aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada

orofaring, (2) infeksi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen

dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua

cara   tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara

hematogen lebih jarang terjadi. Setelah mencapai alveoli, maka mikroorganisme

patogen akan menimbulkan respon khas yang terdiri dari empat tahap berurutan:

1. Stadium Kongesti (4± 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalamalveoli

melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.

2. Stadium Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah

dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi

alveoli.

3. Stadium Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari): paru tampak kelabu karena

leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.

4. Stadium Resolusi (7 sampai 11 hari): eksudat mengalami lisis dandireabsorpsi

oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula

I.7 Gejala Klinis

Tanda dan gejala dari infeksi pneumokokus tergantung pada jenis

infeksi yang didapat pasien. Tanda-tanda dan gejala dari penyakit

13

Page 14: referat imunisasi pcv

pneumokokus mungkin non-spesifik. Tanda-tanda yang paling umum dan

gejala termasuk:

 Suhu tinggi tubuh (demam)

 Panas dingin

 Berkeringat

 Sakit dan nyeri

 Sakit kepala

Malaise (umumnya merasa tidak sehat)

Bakteremia pneumokokus - tanda dan gejala mungkin termasuk:

Suhu tinggi tubuh (demam)

Sakit kepala

 Nyeri Otot

Denyut jantung cepat

 Pernapasan cepat

Meningitis pneumokokus - tanda dan gejala mungkin termasuk:

 Suhu tinggi tubuh (demam)

Sakit kepala

Mual

Muntah

 Kantuk

 Sifat lekas marah

 Leher kaku

 Kejang

 Kadang-kadang koma

Pneumonia pneumokokus , tanda dan gejala mungkin termasuk:

 Batuk

Demam

sesak napas (napas cepat)

Nyeri dada

Otitis media akut, tanda dan gejala mungkin termasuk:

14

Page 15: referat imunisasi pcv

Sakit telinga

Demam

Muntah

Diare

gangguan pendengaran

Keluar cairan dari telinga

I.8 Diagnosis3

Diagnosis penyakit pneumokokus sulit dan membuktikan infeksi mikrobiologis

mungkin tidak dapat dilakukan. Ada berbagai cara untuk mencari tahu apakah pasien

memiliki infeksi pneumokokus. Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

Pemeriksaan Fisik

Otitis media temuan termasuk menggembung, eritem, atau membran timpani

kuning dengan mobilitas miskin dan cairan purulen terlihat di belakang

membran timpani.

Temuan sinusitis meliputi: Kelembutan untuk palpasi atas sinus maksilaris

atau frontal, Nasal discharge warna apapun, Pembengkakan hidung turbinat,

Bakteremia tidak memiliki temuan fisik kecuali demam (suhu 102 ° F atau

lebih tinggi) dan takikardia yang berhubungan dengan demam.

Temuan Pneumonia meliputi: Crackles atau penurunan bunyi nafas di daerah

konsolidasi lobar pada auskultasi dada, dengan egophony pada pasien dengan

konsolidasi parah dan kebodohan untuk perkusi, Retraksi, takipnea, atau

keduanya

Meningitis SSP infeksi termasuk yang berikut: penampilan tampak sakit, Kaku

kuduk (mungkin tidak timbul pada bayi <4 bulan), perubahan status

psikologis, responsif buruk, kelainan neurologis lainnya, seperti defisit saraf

kranial, ataksia, dan kelemahan, perfusi buruk dan tanda-tanda shock pada

pasien dengan sepsis pneumokokus bersamaan

15

Page 16: referat imunisasi pcv

Laboratorium Pemeriksaan berikut ini diindikasikan pada pasien dengan infeksi

pneumokokus:

Hitung Jenis Lekosit Peningkatan jumlah Hitung Jenis Lekosit dan

diferensial menunjukkan jumlah band yang tinggi atau pergeseran kiri

mungkin menyarankan infeksi bakteri. Anak-anak kecil dengan Hitung Jenis

Lekosit hitung lebih besar dari 15.000 sel / mL dan / atau sebuah band mutlak

hitung lebih besar dari 1500/mcL memiliki kemungkinan peningkatan

okultisme bakteremia. Hitung Jenis Lekositmungkin rendah pada anak dengan

meningitis dan infeksi pneumokokus parah.

Antigen Penggunaan CSF dan tes antigen urine untuk pneumococci terbatas

karena banyaknya S pneumoniae serotipe dan sensitivitas miskin tes. Saat ini,

tes ini harus digunakan hanya pada anak-anak di antaranya darah dan CSF

kultur diperoleh setelah pengobatan antibiotik. Pada anak-anak, hasil tes

antigen sesekali positif ketika hasil kultur negatif. Sebuah hasil negatif pada

tes antigen tidak mengecualikan infeksi pneumokokus.

Pewarnaan Gram Pewarnaan gram cairan tubuh biasanya steril (CSF, cairan

sinovial, cairan pleura) menunjukkan gram positif diplococci sangat

menyarankan diagnosis infeksi pneumokokus, meskipun alpha-hemolytic

streptococci dan kelompok B streptokokus dapat terlihat seperti S

pneumoniae. Hasil Pewarnaan Gram CSF pada anak-anak muda dengan

meningitis yang positif 90-100% dari waktu, tetapi teknik CSF pewarnaan

Gram mungkin sedikit kurang sensitif pada anak-anak yang lebih tua.

Kultur Kultur S pneumoniae dari biasanya cairan tubuh steril (misalnya,

darah, CSF, cairan pleura, efusi telinga tengah, cairan sinovial) menetapkan

diagnosis definitif.

Lakukan uji kerentanan ketika terdapat infeksi invasif

Pemeriksaan spesifik

Untuk masing-masing sindrom klinis berikut, rekomendasi, pengujian spesifik adalah

sebagai berikut:

16

Page 17: referat imunisasi pcv

Otitis media atau sinusitis Tympanocentesis dan budaya bakteri cairan

telinga tengah harus dilakukan pada anak dengan otitis media kronik refrakter

terhadap pengobatan antibiotik. Hal ini memerlukan keahlian teknis.

Cairan Sinus harus diperoleh dan dikirim untuk kultur bakteri jika sinusitis

refrakter terhadap pengobatan antibiotik.

Kultur saluran pernapasan yang tidak dapat diandalkan dalam menentukan

infeksi karena tingginya tingkat anak-anak tanpa gejala membawa S

pneumoniae.

Okultisme bakteremia Kultur darah dengan jumlah volume yang cukup

(minimal 2 mL) diindikasikan.

Pneumonia Kultur dahak sulit untuk mendapatkan dari anak-anak, dan hasil

mungkin palsu positif karena tingginya tingkat kolonisasi saluran pernapasan

atas pada populasi ini. Kultur darah harus diperoleh pada semua pasien,

meskipun hanya 25-30% dari pasien dengan pneumonia pneumokokus

memiliki hasil positif pada kultur darah.

Radang selaput Otak Ketika dicurigai meningitis, pungsi lumbal harus

dilakukan. CSF harus dikirim untuk jumlah sel, kadar protein, kadar glukosa,

pewarnaan Gram, dan budaya. Tes antigen diperlukan hanya jika pasien pra-

perawatan dengan antibiotik. Kultur darah juga harus diperoleh untuk lebih

memastikan diagnosis dan patogen.

Osteomielitis / septic arthritis Prosedur termasuk biopsi bedah atau aspirasi

sendi, cairan atau tulang dibudidayakan selama organisme. Lakukan kultur

darah karena bakteremia sering muncul.

Pencitraan

Radiografi dada dapat mengungkapkan konsolidasi lobar atau segmental atau

temuan khas pneumonia bulat.

CT scan kepala dilakukan pada anak yang lebih tua dengan meningitis untuk

mengecualikan tekanan intrakranial meningkat sebelum melakukan pungsi

lumbal.

17

Page 18: referat imunisasi pcv

Tidak ada bukti kuat bahwa ada temuan CT lebih baik daripada pemeriksaan

fisik untuk memprediksi komplikasi dari pungsi lumbal, dan, pada kebanyakan

pasien, CT scan menyebabkan penundaan yang tidak perlu dari pungsi lumbal.

Pada anak-anak dengan ubun terbuka, kepala CT scan tidak diperlukan kecuali

temuan fisik menunjukkan komplikasi atau diagnosis selain meningitis. Pada

anak-anak dengan demam persisten meskipun terapi antimikroba yang tepat,

CT scan kepala, MRI atau pemeriksaan lainnya, harus dilakukan untuk

menyingkirkan empiema subdural. MRI lebih sensitif dibandingkan CT scan

dalam mendeteksi empiema subdural atau epidural

I.9 Penularan

S. pneumoniae, bakteri, paling sering ditemukan di tenggorokan dan hidung

(nasofaring) dari bayi dan anak kecil. Mereka juga mungkin ada dalam nasofaring

orang dewasa, tapi ini kecil kemungkinannya.

Bakteri menyebar dari orang-ke-orang melalui droplet pernapasan - jika orang

yang terinfeksi batuk atau bersin di dekat orang lain, orang lain mungkin terinfeksi.

Tidak dapat terinfeksi oleh makanan yang dikonsumsi tercemar atau air. Bakteri

menyebar melalui droplet di udara saja. Dalam sebagian besar kasus bakteri tidak

menyebabkan gejala, karena sistem kekebalan tubuh orang yang sehat menghentikan

infeksi dari tenggorokan ke bagian lain dari tubuh.

Jika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah bakteri memiliki

kesempatan yang lebih baik untuk berpindah dari tenggorokan ke paru-paru, darah,

sinus, telinga tengah, atau otak, yang dapat menyebabkan infeksi yang jauh lebih

serius

I.10 Tatalaksana 8

Farmakoterapi

Perbandingan Obat

Obat Sensitive, MIC

mcg/mL

Resistant isolate, MIC mcg/mL

Intermediate

resistance

Resistant

18

Page 19: referat imunisasi pcv

Penicillin/amoxicillin ≤0.06 0.1-1 ≥2

Cefotaxime or

ceftriaxone

Nonmeningeal ≤1,

meningeal ≤0.5

Nonmeningeal 2,

meningeal 1

Nonmeningeal ≥4,

meningeal ≥2

Strain pneumokokus banyak yang resisten terhadap penisilin (8-40%,

tergantung pada lokasi geografis), dan ketahanan terhadap ceftriaxone juga

meningkat. Terapi harus diubah sesuai nonsusceptibility terhadap penisilin dan

trimetoprim / sulfametoksazol telah meningkat dari 25% dan 18%,  di era

vaksin prepneumococcal, sebelum ketersediaan vaksin pneumokokus 7

[PCV7]) menjadi 39% dan 29%, masing-masing, pada periode postvaccination

.

Ketika strain yang resisten terhadap penisilin dan sefalosporin, sering juga

resisten terhadap eritromisin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan tetrasiklin.

Perlawanan terlihat paling sering pada serotipe 6,, 9 14, 19, dan 23.

Penisilin-tahan strain didefinisikan sebagai intermediately tahan (konsentrasi

hambat minimum [MIC]> 0,1-1 mcg / mL) atau sangat tahan (MIC ≥ 2 mcg /

mL). Kerentanan terhadap cefotaxime atau ceftriaxone didasarkan pada lokasi

isolasi organisme

Kunci sukses terapi antibiotik penyakit pneumokokus adalah mencapai

konsentrasi obat di daerah yang terkena tubuh yang beberapa kali lebih tinggi

dari MIC organisme.

Beta-laktam antibiotik seperti , amoksisilin, cefuroxime mencapai tingkat

tinggi dalam cairan telinga tengah dan dalam saluran pernapasan. Untuk

alasan ini, mereka tetap menjadi obat pilihan untuk otitis media dan sinusitis,

bahkan ketika infeksi ini disebabkan oleh penisilin-tahan pneumococci.

Amoksisilin adalah obat pilihan untuk strain rentan menyebabkan penyakit

yang paling invasif seperti otitis media, sinusitis dan untuk pengobatan rawat

jalan pneumonia. Amoksisilin dosis tinggi (80-90 mg / kg / d) juga dapat

digunakan untuk otitis media, sinusitis, dan radang paru-paru yang disebabkan

oleh penisilin-tahan pneumococci dengan resistensi menengah. Jika otitis

media gagal untuk merespon setelah dosis tinggi amoksisilin, pilihan

berikutnya termasuk amoxacillin / klavulanat (Augmentin), cefdinir,

19

Page 20: referat imunisasi pcv

cefpodoxime, atau ceftriaxone intramuskular. Jika pasien gagal dengan

rejimen myringotomy mungkin diperlukan.

Pemberantasan meningitis memerlukan konsentrasi obat dari 8 kali lipat

menjadi 15 kali lipat lebih tinggi daripada konsentrasi bakterisida minimum

(MBC) di SSP. Awal terapi empirik harus mencakup cefotaxime (225-300

mg / kg / d terbagi tiap 8 jam) atau ceftriaxone (100 mg / kg / d terbagi tiap

12-24 jam) bersama dengan vankomisin (60 mg / kg / d terbagi tiap 6 jam ).

Vankomisin harus dihentikan jika organisme rentan terhadap ceftriaxone.

Ceftriaxone adalah obat pilihan untuk meningitis disebabkan oleh ceftriaxone-

rentan pneumococci (MIC <0,5 mcg / mL).

Meropenem mungkin menjadi alternatif untuk ceftriaxone untuk ceftriaxone-

tahan meningitis pneumokokus. Jika MIC ke meropenem lebih dari 0,12 mcg /

mL, vankomisin harus digunakan selain meropenem.

Untuk penyakit pneumokokus invasif nonmeningeal termasuk penyakit yang

disebabkan oleh penisilin-dan ceftriaxone-tahan pneumococci, ceftriaxone

merupakan obat pilihan jika MIC organisme untuk ceftriaxone kurang dari 4

mcg / mL. Untuk organisme dengan MIC dari 4 mcg / mL atau lebih tinggi,

vankomisin mungkin harus digunakan selain ceftriaxone.

Antibiotik

Terapi empirik antimikrobaharus komprehensif dan harus mencakup semua

kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.

Amoxicillin (Trimox, Amoxil, Biomox) DOC untuk OM, sinusitis, dan

pengobatan rawat jalan pneumonia. Mengganggu sintesis dinding sel

mucopeptides selama multiplikasi aktif mengakibatkan aktivitas bakterisidal

terhadap bakteri rentan.

Ceftriaxone (Rocephin) Generasi ketiga cephalosporin. 1 mo), inpatient

treatment of pneumonia, occult bacteremia, and other invasive

infections.”>DOC untuk meningitis (usia> 1 mo), rawat inap pengobatan

pneumonia, bakteremia okultisme, dan infeksi invasif lainnya. Alternatif untuk

pengobatan rawat jalan gaib bakteremia dan OM tidak responsif terhadap

antibiotik standar.

20

Page 21: referat imunisasi pcv

Cefotaxime (Claforan) Generasi ketiga cephalosporin. DOC untuk meningitis

(semua usia), rawat inap pengobatan pneumonia, bakteremia, dan infeksi

invasif lainnya.

Vankomisin (Vancocin) DOC untuk pengobatan awal meningitis semua

(dengan sefotaksim atau ceftriaxone) sampai kerentanan dikenal. 0.25

mcg/mL.”>Lanjutkan selain ceftriaxone jika organisme MIC ceftriaxone

adalah> 0,25 mcg / mL. Juga pertimbangkan untuk menambahkan untuk non-

SSP infeksi invasif jika tidak menanggapi pengobatan standar karena infeksi

dapat disebabkan oleh sangat penicillin-resistant strain. DOC untuk pasien

alergi terhadap penisilin dengan meningitis (dengan rifampisin) atau infeksi

invasif lainnya (sendiri).

Azitromisin (Zithromax) Alternatif untuk pasien alergi terhadap penisilin

dengan OM, sinusitis, atau rawat jalan pengobatan pneumonia.

Klindamisin (Cleocin) Alternatif pengobatan untuk OM atau sinusitis tidak

responsif terhadap pengobatan standar. Alternatif juga untuk OM, sinusitis,

dan rawat inap atau rawat jalan pengobatan pneumonia dan pengobatan infeksi

invasif selain infeksi SSP pada pasien yang alergi terhadap penisilin.

Meropenem (Merrem IV) Sebuah alternatif antibiotik carbapenem untuk

pasien alergi terhadap penisilin dengan meningitis atau infeksi invasif yang

parah (baik CSF penetrasi). Telah berhasil digunakan pada pasien dengan

meningitis yang disebabkan oleh penisilin-tahan pneumococci.

Rifampisin (Rifadin) Digunakan bersama dengan vankomisin untuk pasien

alergi terhadap penisilin dengan meningitis.

Amoksisilin-asam klavulanat (Augmentin) Antibiotik dengan beta-laktam

inhibitor. Alternatif untuk OM atau sinusitis tidak responsif terhadap

pengobatan standar. Pada anak-anak ≥ 3 mo, protokol dosis berbasis konten

amoksisilin. 40 kg.”>Sebagai hasil dari berbagai amoksisilin-klavulanat ke-

rasio asam di 250-mg tab (250/125) vs 250-mg tab kunyah (250/62.5), tidak

menggunakan 250-mg tab sampai anak berat> 40 kg.

21

Page 22: referat imunisasi pcv

Cefprozil (Cefzil) Alternatif untuk OM atau sinusitis tidak responsif terhadap

pengobatan standar atau pada pasien dengan alergi penisilin tapi tidak ada

alergi sefalosporin. Rawat jalan alternatif pengobatan untuk pneumonia

Sefepim (Maxipime) Generasi keempat cephalosporin dengan baik gram

negatif cakupan. Mirip dengan generasi ketiga cephalosporin tetapi memiliki

baik gram positif cakupan. Memiliki cakupan pneumokokus yang baik dan

menembus CSF dengan baik, dengan demikian, dapat digunakan sebagai

alternatif untuk ceftriaxone.

Cefuroxime (Zinacef, Ceftin) Generasi kedua sefalosporin baik untuk

pengobatan non-SSP penyakit pneumokokus

I.11 Pencegahan

Saat ini diketahui terdapat 90 strain berbeda Streptococcus pneumoniae. Tidak

ada vaksin yang dapat melindungi terhadap semua strain. Namun, tiga vaksin yang

tersedia untuk membantu mencegah infeksi dengan strain yang paling umum ; PCV7

PCV10 dan PPS23. Resiko infeksi pada anak-anak terutama balita, dapat dikurangi

jauh dengan vaksin yang disebut Prevenar. Di beberapa negara di seluruh dunia

vaksin ini diberikan gratis untuk semua bayi. Pneumovax 23, vaksin lain, membantu

melindungi kelompok usia lainnya dan melindungi terhadap beberapa strain yang

paling virulen penyakit pada orang dewasa.

II. Vaksinasi2

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan

aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh

infeksi oleh organisme alami atau “liar”.

Vaksinasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit dengan memasukan vaksin (antigen)

yang dapat merangsang imunitas dari system imun tubuh, sehingga bila kelak ia

terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan

Tujuan vaksinasi pneumococcus adalah untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas penyakit pneumokokus daripada pengobatan apapun pencegahan dengan

vaksinasi - ini berlaku untuk semua usia.

22

Page 23: referat imunisasi pcv

Ada dua jenis vaksin pneumokokus:

II.1 Jenis vaksin

a.  Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV)

PPV pertama disetujui di Amerika Serikat pada tahun 1977 yang mengandung

protein dimurnikan dari 14 jenis bakteri pneumokokus. Pada tahun 1983 vaksin PPV

dengan protein dimurnikan dari 23 bakteri pneumokokus disetujui (dikenal sebagai

PPSV23). PPSV23 tersebut telah disetujui untuk digunakan pada orang dewasa dan

pasien dengan faktor risiko tertentu yang setidaknya 2 tahun. PPSV23 mengandung

rantai panjang polisakarida (gula) molekul yang ada pada kapsul permukaan bakteri.

88% dari penyakit pneumokokus invasif yang disebabkan oleh 23 jenis pneumococci

yang PPSV23 target - dengan kata lain, PPSV23 membantu melindungi orang dari

88% dari semua penyakit pneumokokus invasif.

a.1 Cara Pemberian

     PPSV23 - diberikan sebagai suntikan baik di otot atau jaringan lemak pada

lengan atau kaki.

a.2 Rekomendasi (Indikasi)

PPSV23, direkomendasikan untuk :

- Semua orang dewasa usia 65 tahun, atau lebih tua.

-  Setiap orang berusia 2 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan

kronis, seperti penyakit jantung, anemia sel sabit, penyakit paru-paru,

diabetes, kebocoran cairan serebrospinal, atau sirosis.

- Setiap pasien yang memiliki implan koklea, atau akan memiliki satu.

- Setiap orang berusia 2 tahun atau lebih sistem kekebalan tubuh yang

lemah. Contoh termasuk pasien dengan, gagal ginjal penyakit Hodgkin,

sindrom nefrotik, leukemia, limfoma, multiple myeloma, HIV / AIDS,

limpa rusak atau limpa tidak ada, atau pasien yang telah menerima

transplantasi organ.

- Setiap orang berusia 2 tahun atau lebih yang menerima pengobatan atau

perawatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka, seperti

radioterapi, kemoterapi, dan jangka panjang steroid

-  Pasien dengan asma berusia 19 sampai 64 tahun.

-  Perokok berusia 19 sampai 64 tahun

23

Page 24: referat imunisasi pcv

Vaksin PPV tidak dapat merangsang respons imunologik pada anak usia muda

dan bayi sehingga tidak mampu menghasilkan respon booster. Untuk

meningkatkan imunogenositas pada bayi dikembangkan vaksin pneumokokus

konjugasi. Vaksin ppv yang tersedia di Indonesia adalah Pneumo23.

b. Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV)3

mengandung polisakarida kapsuler dimurnikan dari 7 jenis bakteri bergabung

(konjugasi) untuk jenis berbahaya dari toksin difteri.

Vaksin ini umumnya dikenal sebagai PCV7. PCV7 mengandung polisakarida

kapsuler dimurnikan dari 7 jenis bakteri bergabung (konjugasi) untuk jenis berbahaya

dari toksin difteri.

Pada tahun 2009 10-valent vaksin konjugasi pneumokokus (PCV10) yang

mencakup 7 serotipe PCV7 ditambah tiga serotipe tambahan 1, 5 dan 7F ini

dilisensikan untuk digunakan pada bayi dan anak-anak sampai usia 2 tahun untuk

pencegahan penyakit pneumokokus invasif ( tapi bukan pneumonia atau otitis media)

yang disebabkan oleh serotipe yang terkandung dalam vaksin.

b.1 Rekomendasi (Indikasi)

PCV direkomendasikan untuk:

- Setiap bayi harus menerima serangkaian empat dosis vaksin pada usia 2, 4, 6

dan 12-15 bulan. Dalam konteks program imunisasi nasional, tiga dosis yang

dianggap cukup.

- Sebuah vaksinasi catch-up harus diberikan kepada anak-anak kurang dari 5

tahun yang tidak mendapatkan vaksin PCV7 pada jadwal.

-   Anak-anak yang lebih tua lebih sedikit membutuhkan jumlah suntikan

- Seorang anak sehat berusia 24-59 bulan yang belum pernah menerima vaksin

membutuhkan hanya satu suntikan PCV7.

- Orang yang berusia 5 tahun atau lebih tidak secara rutin diberikan suntikan

PCV7

b.2 Sediaan

PCV-7 Prevenar

24

Page 25: referat imunisasi pcv

Prevenar merupakan vaksin PCV-7 yang tersedia di Indonesia. PCV-7 berarti

pada prevenar terdapat 7 antigen pneumococcus. Prevenar mempunyai efek

proteksi terhadap 7 strain pneumococcus sesuai dengan jenis antigen yang

terkandung di dalam prevenar. Meskipun hanya mengandung 7 strain, prevenar

efektif menurunkan jumlah penderita dan kematian karena pneumococcus di

Amerika.

PCV-7 merupakan vaksin yang membantu mencegah penyakit pneumokokus

invasif (IPD) pada bayi dan anak di bawah usia 24 bulan. Selain membantu

melindungi bayi dan anak di bawah usia 2 tahun, PCV-7 juga dapat diberikan

untuk membantu melindungi anak yang berumur hingga 9 tahun. PCV-7 adalah

vaksin konjugasi pneumokokus (PCV) pertama yang masuk dalam memori

imunologi pada bayi dan anak-anak terhadap Streptococcus (S.) pneumonia.

Vaksin ini juga digunakan untuk imunisasi aktif.

Prevenar adalah vaksin pneumokokkus (pneumococcal conjugate vaccine) yang

diberikan pada anak usia 6 minggu – 2 tahun untuk mencegah infeksi

Streptococcus pneumonia. Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang

dapat menyebabkan invasive pneumococcal disease (IPD) yaitu meningitis,

sepsis, otitis media, dan pneumonia.

Adapun antigen yang terkandung di dalam Prevenar (setiap 0,5 ml) adalah :

1. Pneumococcal polysaccharide serotype 4

2. Pneumococcal polysaccharide serotype 9V

3. Pneumococcal polysaccharide serotype 14

25

Page 26: referat imunisasi pcv

4. Pneumococcal polysaccharide serotype 18C

5. Pneumococcal polysaccharide serotype 19F

6. Pneumococcal  polysaccharide serotype 23F

7. Pneumococcal  polysaccharide serotype 6B

Serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, and 23F merupakan penyebab paling sering

(80%) penyakit invasive pneumococcal disease di Amerika. Sayangnya di

Indonesia belum ada data serotipe terbanyak yang menyebabkan penyakit IPD.

Meskipun demikian, WHO masih merekomendasikan pemberian PCV-7

(Prevenar) di negara berkembang, termasuk Indonesia.

PCV-13 Prevnar 5

Ada lebih dari 90 jenis bakteri pneumokokus. Konjugat vaksin pneumokokus baru

(PCV13) melindungi terhadap 13 jenis bakteri infeksi pneumokokus yang paling berat

diantara anak-anak. PCV13 menggantikan vaksin konjugasi sebelumnya (PCV7),

yang dilindungi terhadap 7 jenis pneumokokus dan telah digunakan sejak tahun 2000.

26

Page 27: referat imunisasi pcv

Selama waktu itu penyakit pneumokokus parah turun hampir 80% di antara anak di

bawah 5 tahun. PCV13 juga dapat mencegah beberapa kasus pneumonia dan beberapa

infeksi telinga. PCV13 diberikan kepada bayi dan balita, untuk melindungi mereka

ketika mereka berada pada risiko terbesar untuk penyakit serius yang disebabkan oleh

bakteri pneumokokus.

Synflorix Vaksin Pneumokokkus (Pneumococcal Conjugate Vaccine)

Synflorix adalah vaksin pneumokokkus (pneumococcal conjugate

vaccine) yang diberikan pada anak usia 6 minggu – 2 tahun untuk mencegah

infeksi Streptococcus pneumonia.

Synflorix merupakan vaksin PCV-10 yang sudah tersedia di Indonesia.

PCV-10 berarti pada Synflorix terdapat 10 antigen pneumococcus. Synflorix

dapat melindungi anak dari 10 antigen/strain pneumococcus. Perlu diketahui

bahwa jumlah strain bakteri pneumococcus mencapai lebih dari 90 strain.

Synflorix hanya mempunyai efek proteksi terhadap 10 strain pneumococcus

sesuai dengan jumlah dan jenis antigen yang terkandung di dalamnya.

Meskipun demikian, 10 antigen yang terkandung dalam Synflorix merupakan

antigen paling sering yang menyebabkan infeksi pada anak-anak. Sehingga

diharapkan imunisasi tersebut mempunyai efek dapat mencegah penyakit

invasive pneumoccal disease (IPD).

Adapun jumlah dan jenis antigen yang terkandung dalam Synflorix (pada

setiap 0,5 ml vaksin) adalah :

27

Page 28: referat imunisasi pcv

Pneumococcal polysaccharide serotype 1 : 1 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 4 : 3 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 5 : 1 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 6B : 1 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 7F : 1 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 9V : 1 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 14 : 1 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 18C : 3 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 19F : 3 microgram

Pneumococcal polysaccharide serotype 23F : 1 microgram

b.3 Jadwal Pemberian 9

Jadwal imunisasi tahun 2012 menurut IDAI :

28

Page 29: referat imunisasi pcv

Vaksin pneomokokus diberikan dengan jadwal pemberian empat kali

pada usia 2, 4, 6, dan antara 12 hingga 15 bulan.

< 6 bulan: diberikan dasar 3 kali jarak 2 bulan dan penguat/ulangan

(booster) pada usia 12 – 15 bulan. Total 4 kali.

6 – 12 bulan diberikan dasar 2 kali, dan penguat seperti diatas. Total 3

kali.

12 – 24 bulan . Diberikan dasar 2 kali tidak perlu penguat. Total 2

kali.

> 24 bulan. Diberikan 1 kali. Total 1 kali.

b.4 Cara pemberian

Synflorix, Pevenar-7 dan Prevnar 13 (yang mengandung 13 antigen, PCV-13)

diberikan dengan cara disuntikkan intramuscular (disuntikkan pada otot)

dipaha (anak di bawah 1 tahun) atau di lengan atas (anak besar/dewasa).

Imunisasi PCV diberikan 4 kali sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan

oleh IDAI. Dosis setiap pemberian adalah 0,5 ml.

Imunisasi IPD bisa diberikan dua minggu setelah imunisasi lainnya, dan cukup

aman.

Anak ibu sudah berusia 6 bulan, maka anak ibu dapat dijadwalkan untuk

mendapatkan imunisasi IPD sebanyak 4 dosis (4 kali pemberian). IPD kedua

diberikan minimal 4 minggu setelah IPD 1, IPD ketiga diberikan minimal 4

29

Page 30: referat imunisasi pcv

minggu setelah IPD kedua, dan IPD keempat diberikan setelah usia 12 bulan

(usia 12 bulan – 59 bulan), dengan interval minimal 8 minggu dari IPD ketiga.

Imunisasi IPD dapat dilakukan secara simultan bersamaan dengan pemberian

polio, DaPT (DPaT) dan Hib. Imunisasi sebaiknya diberikan simultan untuk

mencegah keterlambatan imunisasi lainnya.

III. Efek samping

Efek samping yang mungkin timbul adalah :

Nyeri, kemerahan, dan bengkak di tempat suntikan

Demam, suhu bisa mencapai 38o C atau lebih

Anak menjadi rewel

Anak kehilangan nafsu makan

Efek samping yang jarang :

Reaksi alergi/anafilaksis

Diare

Menangis tanpa sebab yang jelas

IV. Kontraindikasi

Anak mempunyai riwayat alergi/hipersensitif terhadap zat aktif yang

terkandung di dalam vaksin. Tanda alergi adalah kulit kemerahan, gatal, sesak

napas, atau bengkak pada wajah dan bibir.

Anak sedang  sakit infeksi yang ditandai dengan demam tinggi, suhu lebih dari

38 C. Apabila ada infeksi berat atau demam tinggi, imunisasi

sebaiknya ditunda. Apabila sakit ringan seperti pilek atau common cold,

imunisasi dapat diberikan.

V. Reaksi KIPI3

30

Page 31: referat imunisasi pcv

Vaksin pneumococcus aman diberikan,tidak menyebabkan efek samping yang

serius. Reaksi KIPI seringkali terjadi setelah dosis pertama.

Efek samping berupa eritema, bengkak, indurasi dan nyeri di tempat bekas

suntikan

Efek sistemik yang sering terjadi berupa demam, gelisah, pusing, tidur

tidak tenang, nafsu makan menurun, muntah, diare, urtikaria. Demam

ringan sering timbul, namun demam tinggi diatas 39o jarang dijumpai

setelah pemberian dosis ketiga.

Reaksi berat seperti anafilaksis sangat jarang ditemukan

Pernah dilaporkan kejadian berupa nefrotik sindrom, limfadenopati dan

hiper-imunoglobulinemia

Reaksi KIPI biasanya terjadi setelah dosis kedua, namun berlangsung tidak

lama, akan menghilang dalam 3 hari.

BAB III

KESIMPULAN

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang banyak menyerang bayi dan anak-

anak. Bakteri penyebab pneumonia terbanyak adalah Streptococcus pneumonia,

yangd apat menyebabkan Invasive Pneumococcal Disease (IPD). IPD adalah infeksi

31

Page 32: referat imunisasi pcv

pneumokokus yang menyerah organ-organ utama atau berada di dalam darah. IPD

dapat menyebabkan sepsis, meningitis, dan bacteriemic pneumonia.

Imunisasi pneumokokus dimaksudkan untuk menurunkan angka mortalitas

dan morbiditas dari penyakit pneumokukus. Terdapat dua jenis vaksin yang

digunakan sekarang ini yaitu PPV dan PCV. PCV terdiri dari 3 jenis PCV7 yang

berisi 7 antigen, PCV 10 yang berisi 10 antigen, dan PCV 13 yang berisi 13 antigen.

Dengan adanya imunisasi ini, diharapkan angka kesakitan IPD akan menurun,

atau apabila terkena penyakit ini, tidak menjadi komplikasi yang berat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pneumococcal Disease. Available at:

http://www.medicalnewstoday.com/info/pneumococcal-disease/ . Accesed

March, 17th 2013.

32

Page 33: referat imunisasi pcv

2. Ranuh Gede IGN, Suyitno H, Hadinegoro Srirejeki, Kartasasmita CB,

Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta. 2011:

IDAI.

3. Judarwanto Widodo. IPD (Invasive Pneumococcal Disease) . Available at:

http://childrengrowup.wordpress.com/2012/10/10/penilaian-dan-diagnosis-

ipd-invasive-pneumococcal-disease/ . Accesed March, 17th 2013.

4. Alberta Health and Wellness. . Pneumococcal Disease, Invasive (IPD).

Available at: http://www.health.alberta.ca/documents/Guidelines-Pneumococcal-

Disease-Invasive-IPD-2011.pdf . Accesed March, 17th 2013.

5. Prevnar13. Available at: http://www.prevnar.ca/Infants/Prevnar--13-Immunization-

Schedule/tabid/136/Default.aspx . Accesed March, 17th 2013

6. Imunisasi. Available at:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16935/4/Chapter%20II.pdf . Accesed

March, 17th 2013

7. Pneumococcal polysaccharide vaccine. Available at:

http://en.wikipedia.org/wiki/Pneumococcal_polysaccharide_vaccine . Accesed

March, 17th 2013

8. About Pneumococcal Disease. Available at:

http://www.pfizer.com/files/health/vaccines/about_pneumococcal_disease.pdf .

Accesed March, 17th 2013

9. Vaksin. Available at: http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/ .

Accesed March, 17th 2013

10. Pneumococcus. Available at: http://www.path.org/vaccineresources/pneumococcus-

info.php . Accesed March, 17th 2013

11. PCV. Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002029.htm .

Accesed March, 17th 2013

33

Page 34: referat imunisasi pcv

34