16
BAB I PENDAHULUAN Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai sekumpulan gejala kejiwaan yang ditandai adanya gangguan pada kesadaran, identitas, memori, kebiasaan motorik atau kepekaan terhadap lingkungan. Atau dapat juga diartikan adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity and immediate sensations) serta kontrol terhadap gerak tubuh 1,2 . Dalam penegakan diagnosis gangguan disosiatif harus ada gangguan yang menyebabkan kegagalan mengkordinasikan identitas, memori persepsi ataupun kesadaran, dan menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan memanfaatkan waktu senggang 2 . Salah satu gangguan disosiatif adalah kesurupan (Dissociative Trance Disorder /DTD). Kesurupan dalam tinjauan medis merupakan penyakit dan bukan sesuatu yang berbau mistis seperti yang banyak dipercayai oleh masyarakat. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri, mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh perubahan identitas pribadi. Banyak orang 1

REFERAT JIWA dipta

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat untuk mahasiswa kedokterasn di stase ilmu kesehatan jiwa

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai sekumpulan gejala kejiwaan yang ditandai adanya gangguan pada kesadaran, identitas, memori, kebiasaan motorik atau kepekaan terhadap lingkungan. Atau dapat juga diartikan adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity and immediate sensations) serta kontrol terhadap gerak tubuh1,2.Dalam penegakan diagnosis gangguan disosiatif harus ada gangguan yang menyebabkan kegagalan mengkordinasikan identitas, memori persepsi ataupun kesadaran, dan menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan memanfaatkan waktu senggang2.Salah satu gangguan disosiatif adalah kesurupan (Dissociative Trance Disorder /DTD). Kesurupan dalam tinjauan medis merupakan penyakit dan bukan sesuatu yang berbau mistis seperti yang banyak dipercayai oleh masyarakat. Dunia kedokteran, khususnya psikiatri, mengakui fenomena kesurupan sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh perubahan identitas pribadi. Banyak orang mengatakan kesurupan disebabkan oleh suatu roh atau kekuatan, namun dalam dunia medis hal-hal seperti itu tidaklah dikenal. Beberapa pakar psikiater menyebutkan tekanan sosial dan mental yang masuk ke dalam alam bawah sadar sebagai biang penyebab kesurupan. Banjir, tsunami, gizi buruk, ketidakadilan, gaji kecil, kesenjangan yang sangat mencolok dan lainnya adalah beberapa contoh tekanan tersebut3.

Kejadian trans tidak pernah dilaporkan secara lugas jelas di dunia, begitu pula di Indonesia belum pernah dilaporkan angka kejadian yang pernah terjadi. Namun, di India yang kultur dan budayanya mirip dengan Indonesia, kejadian trans banyak ditemukan dimana lebih dari 1-4% dari populasi umum4.Pada dasarnya, orang yang mengalami kesurupan masuk kedalam keadaan trans dimana dirinya berada dalam level ketidaksadaran bukan pada kesadaran. Dalam level ketidaksadaran, seseorang secara spontan merespons segala sesuatu stimulus yang muncul di sekitarnya. Dalam masa ini fungsi otak yang berperan adalah hipotalamus. Pergerakan otak dilakukan secara instingtif dan refleks. Dalam keadaan kesurupan, simtom-simtom bawah sadar yang pernah ditekan dalam-dalam naik kesadaran dan menjadi ide-ide yang irasional dalam bentuk simbolisme. Bisa saja simtom ibu dimanifeskan dalam simbol rumah atau simtom musuh dimanifestasikan dalam simbol hantu, dan sebagainya. Pembahasan mengenai dunia bawah sadar telah lama dipersandingkan dengan fenomena ghaib dalam keyakinan masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri masyarakat kita masih banyak yang lebih percaya bahwa kesurupan merupakan peristiwa ghaib daripada ilmiah4. Dalam keadaan kesurupan saat simtom-simtom naik ke kesadaran muncullah ide-ide bawah sadar dalam simbol-simbol. Hal ini yang menjelaskan pada saat seseorang mengalami kesurupan memungkinkan menggumam hal-hal yang aneh. Perilaku aneh yang muncul merupakan manifes trauma yang ditekan oleh ego dalam bawah sadar seseorang. Atas pertimbangan trans merupakan fenomena yang sudah ada sejak lama pada berbagai suku bangsa dan dikaitkan dengan ritual-ritual agama tertentu serta semakin lama fenomenanya semakin berkembang, maka pada referat ini difokuskan pada fenomena psikologi budaya trans.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Trans dan Kesurupan.2.1.1.Definisi TransTrans yang disebut juga twilight state adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang biasanya terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian oleh identitas pengganti5. Trans adalah suatu keadaan kehidupan separuh sadar (half-light) antara realitas yang nyata dan fantasi yang gelap6.Trans merupakan suatu keadaan perubahan kejadian pada seseorang yang disertai tanda-tanda yang tergolong dalam gangguan disosiatif, yang dapat dikategorikan sebagai kepribadian ganda, atau gangguan disosiatif tidak khas. Sering juga merupakan serangan akut dari gangguan psikotik yang digolongan gangguan skizofreniform dengan perubahan gejala kejadian atau dream like state.7 Gangguan disosiatif atau trans tidak merupakan bagian normal dari praktek kultural atau religius kolektif yang diterima secara luas8.Keadaan trans adalah perubahan status kesadaran, dan pasien menunjukkan penurunan responsivitas terhadap stimuli lingkungan. Keadaan pemilikan (possession) dan trans adalah bentuk disosiatif yang aneh dan belum dimengerti secara sempurna. Contoh umum dari keadaan trans adalah medium yang memimpin pertemuan dengan roh. Biasanya, medium memasuki keadaan disosiatif, selama orang dari dunia roh menguasai sebagian besar kesadaran medium dan mempengaruhi pikiran dan pembicaraannya5. 2.1.2. Fenomena Trans yang Terjadi di DuniaTrans sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan digunakan sebagai suatu cara pengobatan penyakit fisik dan mental. Pada masyarakat Mesir Kuno terdapat kuil lelap(temple sleep)tempat orang meminta kesembuhan dengan cara memasuki keadaan trance yang dibimbing oleh para imam. Kuil ini juga terdapat di Yunani yang terdapat di Delphi. Pada masyarakat modern identifikasikan sebagai hipnosis pertama kali oleh Anton Mesmer (abad 18) dikenal dengan sebutan magnetisme dan mesmerisme7.Menurut kepercayaan masyarakat, fenomena trans terjadi bila roh orang lain memasuki seseorang dan menguasainya. Orang itu menjadi lain dalam hal bicara, perilaku, dan sifatnya. Perilakunya menjadi seperti kepribadian orang yang rohnya memasukinya. Yang sebenarnya terjadi adalah disosiasi, suatu mekanisme yang sudah lama dikenal dalam psikiatri dan yang dapat menimbulkan kepribadian ganda7.Di Cina, kondisi trans disebut sebagai sieh-ping yang disebut sebagai penyakit rangkap (double sickness), dimana keadaan trans dengan individu yang mengidentifikasi diri dengan orang-orang yang sudah mati terutama keluarga dan teman. Sieh-ping berlangsung setengah sampai beberapa jam dengan gejala tremor, disorientasi, kesadaran berkabut, delirium, halusinasi visual, halusinasi auditorik dan glosolalia. Fenomena sieh-ping dianggap kurangnya sesajian yang diberikan terhadap arwah keluarga atau teman tersebut. Biasanya timbul pada wanita dengan kepribadian histrionik yang patuh pada agama dan sedang mengalami konflik atau tekanan sosial. Sieh-ping biasanya dilakukan pengobatan oleh seorang pendeta yang masuk pada keadaan hipnosis dan mengusir roh-roh itu6.Selain itu, beberapa gejala yang sama juga dialami dari berbagai negara lainnya, di Indonesia sendiri ada yang dikenal sebagai Amok dan Babainan. Babainan di Bali merupakan kondisi yang sering terjadi menjelang hari raya dan dianggap merupakan peristiwa kemasukan roh. Fenomena ini ditandai dengan gejala berupa perubahan kesadaran, tingkah laku agitatif yang terjadi mendadak, disertai kebingungan, halusinasi, dan gejolak emosi. Episodik ini berlangsung cepat, menghilang, dan disertai periode amnesia. Di Amerika Latin kondisi yang sama dikenal sebagai Ataque de nervios6.Fenomena ini tampaknya menjadi budaya manusia secara universal, dimana ditemukan pada setiap benua setiap saat. Sebagai contoh, Bourguignon (1973, 1976) menemukan bahwa pada satu sampel dari 488 masyarakat, 437 orang atau 90% memiliki satu atau lebih yang dilembagakan sebagai budaya yang berpola pada bentuk kesadaran yang berubah. Dalam masyarakat ditemukan 74% yang memiliki keyakinan, dan trans kepemilikan sebesar 52% dari kelompok yang sama9.Terdapat dua macam keadaan yang dinamakan kesurupan oleh masyarakat, yaitu:

a. Orang itu merasa bahwa di dalam dirinya ada kekuatan lain yang berdiri di samping aku-nya dan yang dapat menguasainya. Jadi, stimultan terdapat dua kekuatan yang bekerja sendiri-sendiri dan orang itu berganti-ganti menjadi yang satu atau yang lain. Kesadarannya tidak menurun. Perasaan ini berlangsung kontinu. Dalam hal ini, kita melihat suatu permulaan perpecahan kepribadian yang merupakan gejala khas skizofrenia.b. Orang itu telah menjadi lain, ia mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain, binatang atau benda. Jadi, pada suatu waktu tertentu tidak terdapat dua atau lebih kekuatan di dalam dirinya, tetapi terjadi suatu metamorfosis yang lengkap. Ia telah menjadi orang lain, binatang atau barang, dan ia juga bertingkah laku seperti orang, binatang, atau barang itu. Sesudahnya terdapat amnesia total atau sebagian7.Kejadian yang kedua ini adalah disosiasi. Bila disosiasi ini terjadi karena konflik dan stres psikologis, maka keadaan itu dinamakan reaksi disosiasi (suatu sub-jenis dalam neurosis psikotik). Bila disosiasi itu terjadi karena pengaruh kepercayaan dan kebudayaan, maka dinamakan kesurupan atau trans menurut kedokteran7.Biasanya trans didahului episodik oleh periode (meditasi) sebagai upacara sesuai dengan kepercayaan dan kebudayaan setempat dan atas kehendak orang itu sendiri, yaitu pada reaksi disosiasi, karena neurosis tidak demikian8.

Orang dengan trans jarang sekali di bawa ke dokter. Biasanya trans berhenti dengan sendirinya, sering dengan upacara kepercayaan oleh dukun atau orang lain7.Fenomena kesurupan massal sebenarnya merupakan fenomena trans individual kemudian menjadi masal, dimana orang lain yang melihatnya menjadi tersugesti. Tidak jarang menimbulkan kepanikan bagi lingkungan. Istilah dalam masyarakat yang mengatakan tertular tidak menyatakan bahwa ada sesuatu yang pindah dari satu orang ke orang lainnya, tetapi meniru perilaku orang kesurupan lainnya. Fenomena ini merupakan fenomena psikologis sebagai cara mendapatkan keuntungan untuk lepas dari tekanan mental yang tidak disadari6.2.1.3. Etiologi TransPenyebab gangguan identitas disosiatif atau trans tidak diketahui, walaupun riwayat pasien hampir selalu (mendekati 100 persen) melibatkan suatu peristiwa traumatik, paling sering pada masa anak-anak. Pada umumnya, empat tipe faktor yang dikenali: (1) peristiwa keadaan traumatik, (2) kecenderungan bagi gangguan untuk berkembang, (3) faktor lingkungan formulatif, (4) tidak adanya dukungan eksternal5.Peristiwa traumatik biasanya berupa penyiksaan fisik dan seksual pada masa anak-anak, yang sering terjadi adalah incest. Peristiwa traumatik lainnya berupa kematian sanak saudara dekat atau teman dekat selama masa anak-anak dan menyaksikan suatu trauma atau kematian5.Kecenderungan bagi gangguan untuk berkembang mungkin didasarkan secara biologis atau psikologis. Berbagai kemampuan seseorang untuk dihipnosis mungkin merupakan suatu contoh faktor risiko untuk perkembangan gangguan identitas disosiatif5.Faktor lingkungan formulatif yang terlibat dalam patogenesis gangguan identitas disosiatif tidak spesifik dan kemungkinan melibatkan faktor tertentu seperti model peran dan adanya mekanisme lain yang digunakan untuk menghadapi stres5.Pada banyak kasus, gangguan identitas disosiatif atau trans suatu faktor dalam perkembangan gangguan tampaknya tidak ada dukungan dari orang lain yang penting. Sebagai contoh, orang tua, saudara kandung, sanak saudara, dan orang yang tidak berhubungan contohnya guru5.2.1.4.Gambaran Klinik TransTransisi dari satu kepribadian ke kepribadian lain sering sekali dan tiba-tiba serta dramatik. Pasien biasanya memiliki amnesia selama masing-masing kepribadian untuk keberadaan kepribadian lainnya dan untuk peristiwa yang terjadi saat kepribadian lain yang dominan. Tetapi kadang, satu kepribadian tidak diikuti amnesia tersebut dan tetap menyadari sepenuhnya5.Menulis otomatis dan menatap kristal adalah manifestasi pemilikan atau keadaan trans yang lebih jarang. Pada menulis otomatis disosiatif hanya mempengaruhi lengan dan tangan yang menuliskan pesan, yang sering kali mengungkapkan isi mental yang tidak disadari oleh penulisnya. Melihat kristal menyebabkan keadaan trance dimana halusinasi visual yang menonjol5.Fenomena yang berhubungan dengan keadaan trance adalah hipnosis jalan bebas hambatan (highway hypnosis) dan keadaan mental serupa yang dialami pilot pesawat terbang yang bergerak monoton dalam kecepatan tinggi melalui lingkungan yang memberikan sedikit cara untuk mengalihkan perhatian bagi operator kendaraan menyebabkan fiksasi pada satu objek tunggal. Keadaan kesadaran mirip trans terjadi dimana halusinasi visual yang dapat terjadi dan bahaya kecelakaan serius selalu ada. Kemungkinan dalam urutan fenomena yang sama, yaitu halusinasi dan keadaan mental disosiatif pada pasien yang telah terikat dengan respirator untuk jangka waktu yang lama tanpa distraksi lingkungan yang adekuat. Kepercayaan banyak kultural mengenali bahwa praktek konsentrasi dapat menyebabkan berbagai fenomena disosiatif, seperti halusinasi, paralisis, atau gangguan sensorik lainnya. Kadang-kadang, hipnosis dapat mencetuskan keadaan trance yang berhenti sendiri agak lama5.2.1.5.Kriteria Diagnosis dari Fenomena TransPedoman diagnostik trans menurut PPDGJ-III (2003) sebagai berikut.a. Gangguan ini menunjukkan adanya kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya, dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat, atau kekuatan lain.

b. Hanya gangguan trans yang involunter (diluar kemampuan individu) dan bukan merupakan kegiatan keagamaan ataupun budaya yang boleh dimasukkan dalam pengertian ini.c. Tidak adanya penyebab organik misalnya, epilepsi lobus temporalis, cedera kepala, dan intoksikasi zat psikoaktif, serta bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu, misalnya skizofrenia, dan gangguan kepribadian multipel8.2.1.6.Penatalaksanaan dari TransPendekatan yang paling manjur untuk fenomena trans adalah psikoterapi berorientasi tilikan, sering kali berupa hipnoterapi atau teknik wawancara dengan bantuan obat. Hipnoterapi dengan bantuan obat dapat berguna dalam mendapatkan riwayat penyakit tambahan, mengidentifikasi kepribadian sebelumnya yang tidak dikenali, dan mempercepat abreaksi. Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk beberapa kasus5.Pemakaian medikasi antipsikotik pada pasien hampir tidak pernah diindikasikan. Beberapa data menyatakan bahwa medikasi antidepresan dan antiansietas mungkin berguna sebagai pelengkap psikoterapi. Beberapa penelitian melaporkan bahwa medikasi antikonvulsan sebagai contoh carbamazepin (tegretol) dengan dosis 2 mg/kgBB untuk dewasa dapat membantu pasien tertentu5,10.BAB III

KESIMPULAN

Gejala kesurupan atau trans mungkin merupakan gejala skizofrenia. Dalam hal ini terdapat secara simultan dua kepribadian dan orang tersebut bertindak sesuai dengan dua kepribadian tersebut secara berganti-ganti. Trans yang dikenal dalam masyarakat memakai disosiasi sebagai mekanisme utama. Keadaan dengan disosiasi karena stres dinamakan sebagai reaksi disosiasi. Keadaan dengan disosiasi karena dipengaruhi oleh kepercayaan dan budaya dikenal dalam masyarakat sebagai kesurupan. Dalam hal ini, terjadi metamorfose total, secara konsisten orang tersebut menjadi kepribadian yang dianggap memasukinya. Biasanya didahului oleh suatu upacara atau terjadi secara spontan dan dapat berakhir secara spontan pula.DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Media Aesculapius: Jakarta.

2. Sharon I. 2010. Dissociative Disorders Etiology and Introduction. Available on: http://emedicine.medscape.com3. Joyanna Silberg. 2004. Guidelines for the Evaluation and Treatment of Dissociative Symptoms in Children and Adolescents. Journal of Trauma & Dissociation, Vol. 5 (3).

4. Basu S., Subhash C., Gupta, Akthar S. 2002. Trance and Possession Like Symptoms in A Case of CNS Lesion: A Case Report. Indian Journal of Psychiatry, Vol. 44 (2): 65-67.

5. Kaplan HI., Sadock BJ., Grebb JA.; Kusuma W (alih bahasa). 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Binarupa Aksara Publisher, Tangerang, Indonesia, 125-132, 135-137.6. Ingwantoro S. 2000. Penelaahan Trans dan Hubungannya dengan Hipnosis serta Manfaalnya dalam Psikiatri. Jiwa, XXXIII (2): 185-193.7. Maramis WF., Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. II. Airlangga University Press, Surabaya, Indonesia, 412-414.8. Depkes RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia, 196-208.9. Somer E. 2004. Trance Possession Disorder. Journal of Trauma & Dissociation, V (2): 131-146.

10. Shann F. 2008. Drug Doses. Intensive Care Unite, Royal Childrens Hospital, Parkville, Victoria, Australia.12