43
REFERAT KISTIK FIBROSIS Disusun Oleh : Azzahra Azmi 030.08.053 Pembimbing : Dr. Daniel Effendi, SpA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK PERIODE 10 JUNI 2013 – 24 AGUSTUS 2013 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

Referat Kistik Fibrosis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Kistik Fibrosis

REFERAT KISTIK FIBROSIS

Disusun Oleh :Azzahra Azmi

030.08.053

Pembimbing :Dr. Daniel Effendi, SpA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 10 JUNI 2013 – 24 AGUSTUS 2013RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIJAKARTA

2013

1

Page 2: Referat Kistik Fibrosis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi........................................................................................................ 5

Fisiologi........................................................................................................ 6

Definisi......................................................................................................... 9

Etiologi......................................................................................................... 10

Epidemiologi................................................................................................ 9

Patogenesis................................................................................................ 11

Patofisiologi.................................................................................................. 13

Manifestasi klinik...........................................................................................16

Diagnosis........................................................................................................17

Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................18

Tatalaksana.....................................................................................................21

Pencegahan…………….................................................................................24

Komplikasi......................................................................................................24

Prognosis.........................................................................................................26

BAB III KESIMPULAN........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 28

2

Page 3: Referat Kistik Fibrosis

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya yang telah diberikan

kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Kistik Fibrosis” tepat

pada waktunya. Presentasi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas yang

diberikan di kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Trisakti

Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih Periode 10 Juni – 24 Agustus 2013.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:

Dr. Daniel Effendi, SpA selaku pembimbing dalam penyususan referat ini dan telah

menyempatkan waktunya untuk membimbing penyusunan kasus ini. Dan teman–teman serta

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan presentasi kasus ini.

Saya menyadari presentasi kasus ini banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang bisa membantu untuk membangun dan

bermanfaat untuk presentasi kasus ini, apabila ada kesalahan, saya mohon maaf.

Jakarta, 25 Juli 2013

Azzahra Azmi

3

Page 4: Referat Kistik Fibrosis

BAB I

PENDAHULUAN

Kistik fibrosis merupakan gangguan monogenic yang ditemukan sebagai penyakit multisistem.

Tanda dan gejala pertama biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, namun sekitar 5% pasien di

Amerika Serikat didiagnosis pada waktu dewasa.

Karena adanya perkembangan dalam terapi, >41% pasien yang sekarang dewasa (18

tahun) dan 13% melewati umur 30 tahun. Median harapan hidup untuk pasien kistik fibrosis

adalah >41 tahun. Sehingga, kistik fibrosis tidak lagi merupakan penyakit pediatrik, dan internis

harus siap untuk menentukan diagnosis kistik fibrosis dan menangani banyak komplikasinya.

Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis pada saluran napas yang pada

akhirnya akan menyebabkan bronkiektasis dan bronkhiolektasis, insufisiensi eksokrin pancreas,

dan disfungsi intestinal, fungsi kelenjar keringat abnormal, dan disfungsi urogenital.1

Kistik fibrosis bisa terjadi akibat adanya mutasi genetic yang membentuk protein CF

transmembrane conductance regulator (CFTR) yang terletak pada kromosom 7. Mekanisme

terjadinya malfungsi sel pada kistik fibrosis tidak diketahui secara pasti. Sebuah teori

menyebutkan bahwa kekurangan klorida yang terjadi pada protein CFTR menyebabkan

akumulasi sekret di paru-paru yang mengandung bakteri yang tidak terdeteksi oleh sistem.imun

Teori yang lain menyebutkan bahwa kegagalan protein CFTR menyebabkan peningkatan

perlawanan produksi sodium dan klorida yang menyebabkan pertambahan reabsorbsi air,

menyebabkan dehidrasi dan kekentalan mukus. Teori-teori tersebut mendukung sebagian besar

observasi tentang terjadinya kerusakan di kistik fibrosis yang menghambat jalannya organ yang

dibuat dengan sekret yang kental. Hambatan ini menyebabkan perubahan bentuk dan infeksi di

paru-paru, kerusakan pada pankreas karena akumulasi enzim digestif, hambatan di usus halus

oleh kerasnya feses dll.

4

Page 5: Referat Kistik Fibrosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan, yang berfungsi menukar oksigen dari udara luar

dengan karbon dioksida dari darah melalui proses respirasi. Respirasi merupakan proses

pertukaran gas yang keluar masuk saluran pernafasan, melibatkan sistem kardiovaskuler, sistem

pulmonary dan kondisi hematologis. Paru-paru terletak pada rongga dada, menghadap ke tengah

rongga dada. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum

depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura

dibagi menjadi dua, yaitu : pleura viseral dan parietal. Pleura viseral (selaput dada pembungkus)

merupakan selaput yang langsung membungkus paru-paru. Pleura parietal merupakan selaput

paru-paru yang melapisi bagian dalam dinding dada. Antara kedua pleura, terdapat sebuah

rongga yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura menjadi hampa udara

sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan yang berguna

untuk melumasi permukaan pleura, untuk menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding

dada.2

Dilihat dari struktur anatominya, paru-paru dibagi menjadi dua lobus, yaitu :

1.      Lobus paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus, yaitu :

a.       Lobus pulmo dekstra superior

b.      Lobus medial

c.       Lobus pulmo dekstra inferior

2.      Lobus paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, yaitu :

a.       Lobus pulmo sinistra superior

b.      Lobus pulmo sinistra inferior

5

Page 6: Referat Kistik Fibrosis

Gambar 1: Anatomi Paru.2

1.Difusi dan perfusi

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke

konsentrasi yang lebih rendah.Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan

kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane

merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih

lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi

pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat akan

mengakibatkan proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan

menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan.

Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit

kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit

maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler

paru berpindah ke alveoli.

6

Page 7: Referat Kistik Fibrosis

Faktor yang mempengaruhi difusi :

a)      Luas permukaan paru

b)      Tebal membrane respirasi

c)      Jumlah eritrosit/kadar Hb

d)     Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas

e)      Waktu difusi

f)       Afinitas gas

Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal O2 diangkut dlm

darah;dalam eritrosit bergabung dgn Hbà(oksi Hb) /Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma

sebagai O2 yg larut dlm plasma (1,5%) CO2 dlm darah ditrasport sbg bikarbonat. Dalam eritosit

sbg natrium bikarbonat. Dalam plasma sbg kalium bikarbonat.

2.Pertukaran gas

Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui

proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan

berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan

senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut :

Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut

dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan

terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti reaksi berikut :

Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah

yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.

Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 : Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%.

Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%. Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar

6 – 10%.

7

Page 8: Referat Kistik Fibrosis

3.Transpor oksigen

Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses

pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),aliran darah

ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas

darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma,

jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen. Jumlah

oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.Sebagian besar oksigen

ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon

dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin.

Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel), sehingga memungkinkan

hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bisa

masuk ke dalam jaringan.

Gambar 2: Proses Respirasi.2

8

Page 9: Referat Kistik Fibrosis

Definisi

Gambar 3: Kistik Fibrosis1

Kistik fibrosis merupakan kelainan monogenik pada transpor epitel yang mempengaruhi sekresi

cairan epitel pada berbagai sistem tubuh : pernapasan, pencernaan, reproduksi. Kelainan ini

merupakan kelainan genetik yang bersifat resesif heterogen dengan gambaran patobiologis yang

mencerminkan mutasi pada gen-gen regulator transmembran fibrosis kistik (cystic fibrosis

transmembrane conductance regulator/CFTR). Manifestasi klinis biasanya terlihat sejak usia

dini dan sedikit yang terdiagnosis pada saat dewasa. Dengan kemajuan penatalaksanaan, >41%

penderita dapat mencapai usia > 18 tahun dan 13% dapat melewati usia 30 tahun dengan rata-

rata usia ketahanan hidup >41 tahun. Kistik fibrosis seringkali ditandai dengan infeksi bakteri

kronik pada saluran napas, insufisiensi kelenjar eksokrin pancreas, disfungsi usus, disfungsi

kelenjar keringat, dan disfungsi urogenital. Penyebab utama kematian kistik fibrosis adalah

penyakit paru-paru tahap akhir.3

Epidemiologi

Dari data statistik di Amerika, frekwensi angka kejadian kistik fibrosis terbanyak pada ras kulit

putih sekitar 1 per 3500 kelahiran hidup, sedang ras negro berkisar 1 per 17000 kelahiran hidup.

Secara internasional insiden bervariasi antara 1 per 377 perkelahiran hidup di Inggris sampai

9

Page 10: Referat Kistik Fibrosis

dengan 1 per 90000 perkelahiran hidup di Asia. Tidak ada predileksi angka kejadian ini antara

pria dan wanita.4

Mortalitas dan mordibitas angka survival secara median bervariasi antara negara satu dan

negara yang lain. Data tertinggi didapatkan di Amerika dan Kanada yaitu antara usia 28 dan 32

tahun, sedang angka median survival umur penderita di Amerika latin  adalah 6 tahun. Penyebab

kematian  umumnya adalah kegagalan sistem pernapasan dan kor pulmonal.

Dengan pengobatan dan tindakan pembedahan yang berkembang, data statistik diatas

sudah mulai bergeser. Saat ini penderita dengan fibrosis kistik di Amerika dapat bertahan hidup

lebih dari 40 tahun.

Diagnosis dapat ditegakkan rata-rata pada usia 6 – 8 bulan. Pasien dengan fibrosis kistik

dua per tiganya dapat didiagnosis pada usia satu tahun.

Etiologi

Kistik fibrosis merupakan penyakit yang diwariskan secara resesive autosomal. Gen yang

bertanggung jawab terhadap terjadinya kistik fibrosis telah diidentifikasi pada tahun 1989

sebagai cystic fibrosis transmembrane-conductance regulator glycoprotein (CFTR gene) yang

terletak pada lengan panjang kromosom no 7.5

Protein CFTR merupakan rantai polipeptida tunggal, mengandung 1480 asam amino,

yang sepertinya berfungsi untuk cyclic AMP–regulated Cl– channel dan dari namanya, mengatur

channel ion lainnya. Bentuk CFTR yang terproses lengkap ditemukan pada membran plasma di

epithelial normal. Penelitian biokimia mengindikasikan bahwa mutasi F508 menyebabkan

kerusakan proses dan degradasi intraseluler pada protein CFTR. Sehingga alpanya CFTR pada

membrane plasma merupakan pusat dari patofisiologi molecular akibat mutasi F508 dan mutasi

kelompok I-II lainnya. Namun, mutasi kelompok III-IV menghasilkan protein CFTR yang telah

diproses lengkap namun tidak berfungsi atau hanya sedikit berfungsi pada membran plasma.5

Gen CFTR ini membuat protein yang mengontrol perpindahan garam dan air di dalam

dan di luar sel di dalam tubuh. Orang dengan kistik fibrosis, gen tersebut tidak bekerja dengan 10

Page 11: Referat Kistik Fibrosis

efektif. Hal ini menyebabkan kental dan lengketnya mukus serta sangat asinnya keringat yang

dapat menjadi ciri utama dari kistik fibrosis.

Mekanisme terjadinya malfungsi sel pada kistik fibrosis tidak diketahui secara pasti.

Sebuah teori menyebutkan bahwa kekurangan klorida yang terjadi pada protein CFTR

menyebabkan akumulasi sekret di paru-paru yang mengandung bakteri yang tidak terdeteksi oleh

sistem imun. Teori yang lain menyebutkan bahwa kegagalan protein CFTR menyebabkan

peningkatan perlawanan produksi sodium dan klorida yang menyebabkan pertambahan

reabsorbsi air, menyebabkan dehidrasi dan kekentalan mukus. Teori-teori tersebut mendukung

sebagian besar observasi tentang terjadinya kerusakan di kistik fibrosis yang menghambat

jalannya organ yang dibuat dengan sekret yang kental. Hambatan ini menyebabkan perubahan

bentuk dan infeksi di paru-paru, kerusakan pada pankreas karena akumulasi enzim digestif,

hambatan di usus halus oleh kerasnya feses dll.

Patogenesis

Pertimbangan genetik

Kistik fibrosis merupakan suatu penyakit autosomal resesif akibat adanya mutasi genetik yang

membentuk protein CF tranmembrane conductance regulator (CFTR) yang terletak pada

kromosom 7. Mutasi gen CFTR dibagi atas 4 kelompok utama, seperti digambarkan pada

gambar 3. Kelompok mutasi I – III dikategorikan berat, sebagaimana dikaitkan oleh insufisiensi

pankreas dan nilai NaCl pada keringat yang tinggi. Mutasi kelompok IV dapat dikatakan ringan,

berkaitan dengan fungsi pankreas yang cukup baik dan nilai NaCl pada keringat yang normal.

Dengan catatan, mutasi pada kelompok I yang menyebabkan penghentian prematur pada kodon

penting untuk diidentifikasi, karena pada masa depan, dapat diatasi dengan agen yang dapat

“membaca” kodon yang berhenti melalui produksi CFTR fungsional.

11

Page 12: Referat Kistik Fibrosis

Gambar 4.Skema Mutasi Gen CFTR. 6

Prevalensi dari kistik fibrosis beragam, tergantung dari etnis suatu populasi. Kistik

fibrosis dideteksi pada sekitar 1 dari 3000 kelahiran hidup pada populasi Kaukasia di Amerika

bagian Utara dan Eropa Utara, 1 dari 17.000 kelahiran hidup pada Afrikan Amerikan (Negro),

dan 1 dari 90.000 kelahiran hidup pada populasi Asia di Hawaii. Mutasi yang paling umum

terjadi yaitu delesi 3-bp (Mutasi kelas III) yang menyebabkan hilangnya phenylalanine pada

asam amino posisi 508 (F508) pada produk gen protein CF, disebut sebagai CFTR. Banyaknya

(>1400) mutasi yang relatif jarang.

Protein CFTR

Protein CFTR merupakan rantai polipeptida tunggal, mengandung 1480 asam amino, yang

sepertinya berfungsi untuk cyclic AMP–regulated Cl– channel dan dari namanya, mengatur

channel ion lainnya. Bentuk CFTR yang terproses lengkap ditemukan pada membrane plasma di

epiteliel normal. Penelitian biokimia mengindikasikan bahwa mutasi F508 menyebabkan

kerusakan proses dan degradasi intraseluler pada protein CFTR. Sehingga alpanya CFTR pada

membrane plasma merupakan pusat dari patofisiologi molecular akibat mutasi F508 dan mutasi

kelompok I-II lainnya. Namun, mutasi kelompok III-IV menghasilkan protein CFTR yang telah

diproses lengkap namun tidak berfungsi atau hanya sedikit berfungsi pada membrane plasma.

12

Page 13: Referat Kistik Fibrosis

Gambar 5: Protein CFTR.7

Disfungsi Endotel

Epitel yang mengalami kistik fibrosis memperlihatkan fungsi yang berbeda-beda pada keadaan

awal, misalnya ada yang menyerap isi lumen (epitel saluran napas dan usus distal) dan beberapa

hanya menyerap garam –namun tidak seluruh isi lumen-(saluran keringat), dimana lainnya ada

yang mengisi lumen (usus proksimal dan pankreas). Akibat dari beragamnya aktivitas natif ini,

tidak mengejutkan bahwa kistik fibrosis menyebabkan efek spesifik terhadap organ tertentu

dalam hal transpor air dan elektrolit. Namun, konsep yang menyatukannya yaitu bahwa jaringan

yang terkena memperlihatkan fungsi transport ion yang abnormal.

Patofisiologi

Paru-paru

Tanda biofisika diagnostic pada kistik fibrosis epitel saluran napas yaitu adanya peningkatan

perbedaan potensi listrik transepitelial (Potential difference/PD). Transepitelial PD menunjukkan

jumlah transpor ion aktif dan resistensi epitelial terhadap aliran ion. Kistik fibrosis saluran napas

13

Page 14: Referat Kistik Fibrosis

memperlihatkan ketidaknormalan pada absorbsi Na+ dan Sekresi Cl- aktif. Defek sekresi Cl

memperlihatkan alpanya cyclic AMP–dependent kinase danprotein kinase C–regulated

Cl– transport yang dimediasi oleh CFTR. Suatu pemeriksaan yang penting mengatakan bahwa

adanya perbedaan molekul pada Ca2+-activated Cl– channel (CaCC) yang terlihat pada

membrane apical. Channel ini dapat menggantikan CFTR dengan imbas pada sekresi Cl- dan

dapat menjadi target terapeutik berpotensial.

Gambar 5. Perbandingan antara properti transport ion yang normal (atas) dengan kistik fibrosis

(bawah). Tanda panah menjelaskan rute dan magnitude pada transpor Na+ dan Cl– yang diikuti

oleh aliran air secara osmotic. Pola normal untuk transpor ion yaitu adanya absorbsi Na+ dari

lumen via channel amiloride-sensitive Na+l. Proses ini dipercepat pada kistik fibrosis.

Kemampuan untuk menginisiasi sekresi cyclic AMP–mediated Cl– menjadi menurun pada kistik

fibrosis epitel saluran napas akibat disfungsi dari channel CFTR CL-. Percepatan absorpsi

Na+ pada kistik fibrosis mencerminkan tidak adanya efek inhibisi CFTR pada channel Na+.7

Regulasi abnormal dari absorbsi Na+ merupakan gambaran inti pada kistik fibrosis di

epitel saluran napas. Abnormalitas ini menunjukkan fungsi kedua dari CFTR, yaitu sebagai tonic

inhibitor pada channel Na+. Mekanisme molekuler yang memediasi aksi CFTR belum diketahui.

14

Page 15: Referat Kistik Fibrosis

Klirens mukus merupakan pertahanan innate primer saluran napas terhadap infeksi

bakteri yang terhisap. Saluran napas mengatur jumlah absorbsi aktif Na+ dan sekresi Cl-untuk

mengatur jumlah cairan (air), missal: “hidrasi”, pada permukaan saluran napas untuk klirens

mukus yang efisien. Hipotesis utama tentang patofisiologi kistik fibrosis saluran napas adalah

adanya regulasi yang salah terhadap absorbsi Na+ dan ketidakmampuan untuk mengsekresi

Cl- melalui CFTR, mengurangi volume cairal pada permukaan saluran napas. Baik penebalan

mukus maupun deplesi cairan perisiliar mengakibatkan adhesi mukus pada permukaan saluran

napas. Adhesi mukus menyebabkan kegagalan untuk membersihkan mukus dari saluran napas

baik melalui mekanisme siliar dan batuk. Tidak ditemukannya keterkaitan yang tegas antara

mutasi genetic dan keparahan penyakit paru-paru menyimpulkan adanya peran penting dari gen

pemodifikasi dan interaksi antara gen dan lingkungan.

Infeksi yang terdapat pada kistik fibrosis saluran napas cenderung melibatkan lapisan mukosa

dibandingkan invasi epitel atau dinding saluran napas. Predisposisi dari kistik fibrosis saluran

napas terhadap infeksi kronis Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa selaras

dengan kegagalan membersihkan mukus. Sekarang ini, telah didemonstrasikan bahwa tekanan

O2 sangat rendah pada mukus kistik fibrosis, dan adaptasi terhadap hipoksia merupakan penentu

penting fisiologi bakteri pada paru-paru kistik fibrosis. Ditekankan bahwa, baik stasis mukus dan

hipoksia mukus dapat berkontribusi terhadap kecenderungan Pseudomonas untuk dapat tumbuh

pada koloni biofilm didalam plak mukus disekitar permukaan saluran napas dengan kistik

fibrosis.

Saluran Cerna

Efek dari kistik fibrosis terhadap saluran cerna beragam. Pada fungsi eksokrin pankreas, alpanya

CFTR Channel Cl- pada membran apikal epitel duktus pankreas membatasi fungsi apikal

membran Cl--HCO3- untuk mengsekresi bikarbonat dan Na+ (melalui proses pasif) kedalam

duktus. Kegagalan mengsekresi Na+, HCO3- dan air akan menyebabkan retensi enzim pada

pancreas dan pada akhirnya menyebabkan kehancuran total pada semua jaringan pancreas yang

tersisa. Kistik fibrosis pada epitel intestinum, karena kurangnya sekresi air dan Cl-, gagal

mengsekresi musin dan makromolekul dari kripte usus. Sekresi cairan yang dimediasi CFTR

dapat dieksaserbasi oleh absorbsi berlebihan terhadap cairan, memperlihatkan adanya

15

Page 16: Referat Kistik Fibrosis

abnormalitas pada regulasi absorbsi Na+ ( keduanya dimediasi oleh channel Na+ dan

kemungkinan transporter Na+ lainnya, misal. pompa ion Na+-H+) yang dimediasi CFTR. Kedua

disfungsi ini menyebabkan keringnya isi lumen usus dan obstruksi dari usus halus dan besar.

Pada sistem hepatobilier, adanya defek garam pada duktus hepatikus (Cl-) dan sekresi air

menyebabkan penevalan sekresi bilier, sirosis bilier fokal, dan proliferasi duktus biliaris pada

sekitar 25-30% pasien dengan kistik fibrosis. Ketidakmampuan dari epitel kelenjar empedu yang

terkena kistik fibrosis untuk mengsekresi garam empedu dan air dapat menyebabkan

kholeosistitis dan kholelithiasis.

Kelenjar Keringat

Pasien dengan kistik fibrosis mensekresi volume yang hampir normal pada asinus kelenjar.

Namun, pasien kistik fibrosis tidak mampu mengabsorbsi NaCl dari keringat karena zat ini

bergerak melalui duktus eksretorius akibat ketidakmampuannya menyerap Cl - disepanjang sel

epitel duktus eksretorius. Disfungsi pada kelenjar keringat biasanya dapat dilakukan dengan

mengumpulkan keringat setelah pemberian agonis cholinergik pada ketiak

Manifestasi Klinik

Manifestasi fibrosis kistik yang umum pada tahun pertama atau kedua kehidupan pada traktus

respiratorius yang paling sering batuk dan/atau infiltrate pulmoner. Sebagian besar gejala dari

fibrosis kistik adalah disebabkan oleh banyaknya mukus. Gejala umumnya adalah:8

1. Batuk persisten yang disertai sputum dan semakin memburuk

2. Batuk dari efek bronkitis dan pneumonia yang dapat menimbulkan inflamasi dan

kerusakan permanen paru

3. Peningkatan volume sputum

4. Penurunan fungsi pulmoner

5. Obstruksi hidung

6. Dispnea

16

Page 17: Referat Kistik Fibrosis

7. Nasal discharge yang makin memburuk

8. Demam

9. Dehidrasi

10. Diare

11. Nafsu makan besar tetapi tidak menambah berat badan dan pertumbuhan (cenderung

menurun). Ini hasil dari malnutisi kronik karena tidak mendapatkan cukup nutrisi dari

makanan

12. Nyeri dan ketidaknyamanan pada perut karena terlalu banyak gas dalam usus. Hal ini bisa

disebabkan oleh disfungsi intestinal.

13. Pada saluran napas bagian bawah,  gejala  pertama dari kistik fibrosis adalah batuk.

Seiring dengan waktu, batuk menjadi persisten dan menghasilkan sputum kental, purulen,

dan berwarna kehijauan. Tak dapat dihindari, masa dari stabilitas klinis diinterupsi oleh

“eksaserbasi”, didefinisikan oleh peningkatan batuk, berat badan menurun, demam

subfebris, peningktan volume sputum , dan penurunan fungsi pulmoner. Dalam beberapa

tahun perjalanan penyakit, eksaserbasi menjadi semakin sering dan penyembuhan dari

hilangnya fungsi paru tidak sempurna, pada akhirnya menyebabkan kegagalan

pernapasan.

Diagnosis

Diagnosis kistik fibrosis bergantung pada kombinasi criteria klinis dan fungsi CFTR abnormal

yang diperlihatkan dengan tes keringat, pengukuran potential difference nasal, dan analisis

mutasi CFTR. Peningkatan kadar Cl- pada keringat juga merupakan patognomonik (tanda paling

khas) dari kistik fibrosis. Nilai untuk konsentrasi Cl- (dan Na+) pada keringat bervariasi

bergantung umur, namun khasnya pada dewasa konsentrasi Cl- yaitu >70 mEq/L membedakan

pasien kistik fibrosis dan penyakit paru lainnya. Analisis DNA pada mutasi yang paling sering

terjadi dapat mengidentifikasi mutasi CF pada >90% pasien. Pengukuran PD nasal dapat

mengidentifikasi disfungsi CFTR jika pemeriksaan Cl- pada keringat normal atau perbatasan dan

2 mutasi CF tidak dapat teridentifikasi. Analisis DNA dilakukan secara rutin pada pasien dengan 17

Page 18: Referat Kistik Fibrosis

kistik fibrosis karena hubungan genotip-fenotip pancreas telah dapat teridentifikasi dan

penanganan spesifik untuk tiap kelompok mutasi telah dikembangkan.

Antara 1 hingga 2% pasien dengan sindrom klinis kistik fibrosis memiliki keringat

dengan kadar Cl-yang normal. Pada kebanyakan pasien nasal transepitelial PD meningkat hingga

nilai diagnostik untuk kistik fibrosis, dan kelenjar keringat tidak berproduksi setelah pemberian

injeksi agonist adrenergik. Mutasi tunggal pada gen CFTR, 3849 + 10 kb C T, dikaitkan dengan

kebanyakan pasien kistik fibrosis dengan kadar Cl- normal.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk menegakkan diagnosis kistik fibrosis antara

lain :

1.    Pemeriksaan laboratorium

a. Test kandungan klorida keringat (sweat chloride test) :

Dilakukan pengumpulan dan analisis komposisi keringkat dengan metodaiontophoresis

pilocarpine. Konsentrasi ion klorida sekitar 60 mEq/L keatas merupakan khas diagnostik. Nilai

normal rata-rata konsentrasi klorida dibawah 30 mEq/L. Nilai antara 30 – 60 mEq/L mungkin

kondisis heterozygous carriers, dan tidak dapat diidentifikasi secara akurat menggunakan test ini

(SCT).9

b. Test Prenatal :

Pada masa kehamilan dapat dilakukan pemeriksaan melalui test villi korionik (chronic villous

testing) pada usia kehamilan sekitar 10-12 minggu. Pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk

mendiagnosis kistik fibrosis yang akan diterminasi kehamilannya. Pemeriksaan prenatal ini

sudah jarang dilakukan karena harapan hidup pasien-pasien dengan kistik fibrosis sekarang telah

meningkat.10

C. Test genetika

Test genetik melalui test darah dapat mendeteksi kondisi karier dengan keakuratan sampai 95%.

Biaya yang diperlukan berkisar $US 50-150. Tes ini direkomendasikan untuk individu-individu 18

Page 19: Referat Kistik Fibrosis

yang mempunyai riwaya keluarga dengan kistik fibrosis dan untuk pasangan-pasangan yang

merencanakan kehamilan, namun tidak diindikasikan untuk keperluan skrining secara umum.

Skrining bayi baru lahir dapat dilakukan melalui pengukuran kadar tripsin immunoreaktif

pada blood spot test Guthrie.

Diagnosis kistik fibrosis secara laboratoris ditegakkan jika ada salah satu marker seperti test

genetik atau test kadar klorida keringat positif ditambah salah satu dari gejala klinis dibawah ini :

Penyakit paru obstruksi kronik khas

Insufisiensi eksokrin kelenjar pancreas

Riwayat keluarga positif kistik fibrosis

2        Pemeriksaan radiologis CT scan

Pemeriksaan CT scan paranasal dilakukan melalui potongan aksial dan koronal tanpa kontras.

Umumnya pasien dengan kistik fibrosis memberiksan hasil :

a) Lebih dari 90% menunjukkan bukti adanya sinusitis kronik yang ditandai dengan

opaksifikasi, pergeseran ke medial dinding lateral kavum nasi pada daerah meatus media,

serta demineralisasi prosesus unsinatus.

b) Kelainan berupa buging ke arah medial dari kedua dinding lateral hidung disertai

gambaran mukus viskus di sinus maksila terdapat hampir pada 12% pasien dan

merupakan stadium mucucelelike yang harus segera ditangani dengan pembedahan.

c) Sinusitis kronik sering menyebabkan gangguan peneumatisasi dan hipoplasia dari sinus

maksila dan etmoid, juga menyebabkan terganggunya pembentukan sinus frontalis.

Pasien-pasien adolesen dengan kistik fibrosis sering didapatkan tidak terbentuknya sinus

frontalis pada gambaran CT scannya.

3. Pemeriksaan Kultur19

Page 20: Referat Kistik Fibrosis

Aspirasi sinus penting dilakukan untuk pemeriksaan kultur pada pasien-pasien kistik fibrosis

untuk mendeteksi adanya keterlibatan infeksi kuman pseudomonas.

a) Pengambilan kultur sebaiknya dilakukan aspirasi transantral sinus maksila dan tak ada

gunanya mengambil di daerah nasofaring, tenggorok atau septum. Dari penelitian

organisme yang sering ditemukan dari hasil kultur pasien-pasien dengan kistik fibrosis

adalah

pseudomonas (65%)

haemophilus influenzae (50%)

Alpha-haemolticstreptococci (25%)

dan kuman-kuman anaerob sepertipeptostreptococcus

serta Bactroides (25%)

Sensitivitas terapi organisme-organisme dengan antibiotika sama sensitivnya pada

pasien-pasien kistik fibrosis dibanding dengan yang non kistik fibrosis, kecuali pada

kuman pseudomonas.

b) Pasien-pasien dengan sinusitis akut tanpa kistik fibrosis kuman penyebabnya umumnya

terdiri dari Pneumococcus, H Influenza dan Moraxella catarrhalis, sedang jika sinusitis

kronik selain kuman diatas ditambah dengan organisme Staphylococcus aureus dan

kuman anaerob seperti Bacteroides, Veillonella dan Fusobacterium.

4. Tes carrier fibrosis kistik.

Untuk menentukan adanya carrier kistik fibrosis, jika memiliki keluarga dengan riwayat kistik

fibrosis atau memiliki hubungan dengan seseorang yang menderita kistik fibrosis.

P enatalaksanaan

20

Page 21: Referat Kistik Fibrosis

Tujuan utama dari terapi kistik fibrosis yaitu untuk meningkatkan klirens dari sekresi dan

mengendalikan infeksi di paru-paru, menyediakan nutrisi yang adekuat, dan mencegah obstruksi

intestinal. Pada akhirnya, terapi untuk mengembalikan proses penyusunan genetic CFTR atau

terapi gen merupakan terapi yang dipilih.1

Penyakit Paru

Lebih dari 95% pasien meninggal akibat komplikasi yang disebabkan infeksi paru-paru. Secara

teoritis, peningkatan klirens dari mukus yang lengket dapat mengatasi dan mencegah

perkembangan dari penyakit paru akibat kistik fibrosis, dimana antibiotik secara prinsipil

mengurangi beban akibat bakteri akibat kistik fibrosis paru-paru.

Teknik yang lama namun dapat digunakan untuk mengeluarkan sekresi pulmoner adalah

latihan pernapasan, flutter valves (selang-kantong tiup), dan perkusi dada. Penggunaan rutin

teknik ini dapat secara efektif menjaga fungsi pernapasan. Kemajuan utama telah diperlihatkan

dari inhalasi saline hypertonic (7%) dalam mengembalikan klirens mukus dan fungsi pernapasan

dalam suatu penelitian jangka pendek dan efektivitasnya dalam mengurangi eksaserbasi akut

pada penelitian jangka panjang (1 tahun). Larutan hipertonik juga aman namun dapat

menyebabkan bronkhokonstriksi pada beberapa pasien, dimana dapat dicegah dengan pemberian

bronkhodilator. Penelitian telah berlangsung untuk memastikan apakah inhalasi larutan

hipertonik sebaiknya terapi standar untuk pasien dengan kistik fibrosis.

Agen farmakologik untuk meningkatkan klirens mukus telah digunakan dan juga dalam

perkembangan. Tambahan penting untuk klirens sekret dapat berupa recombinant human DNAse,

yang dapat mendegradasi DNA terkonsentrasi pada sputum kistik fibrosis, sehingga

meningkatkan aliran udara selama pemberian jangka pendek dan meningkatkan waktu antara

eksaserbasi pulmoner. Kebanyakan pasien mendapatkan percobaan pengobatan DNAse untuk

beberapa bulan untuk diperiksa efektifitasnya. Penelitian klinis dari obat eksperimental

menargetkan untuk mengembalikan kandungan air dan garam pada sekret telah dikerjakan,

namun obat ini belum dapat digunakan untuk pemakaian klinis.10

21

Page 22: Referat Kistik Fibrosis

Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi paru-paru, dan penggunaannya mengacu

pada hasil kultur sputum. Sebaiknya diketahui, bagaimanapun juga, karena kultur mikrobiologis

rutin pada rumah sakit dilakukan tanpa mengikuti keadaan sebenarnya pada paru-paru dengan

kistik fibrosis (misal, adanya hipoksia), efektivitas klinis biasanya tidak berhubungan dengan

pemeriksaan sensitivitas. Karena peningkatan klirens tubuh total dan luasnya volume distribusi

antibiotik pada pasien kistik fibrosis, sehingga dosis yang dibutuhkan lebih besar pada pasien

kistik fibrosis.

Intervensi dini dengan antibiotik pada bayi terinfeksi dapat mengeradikasi P. aeruginosa

untuk periode yang lebih lama. Pada pasien yang lebih tua dengan infeksi, menekan

pertumbuhan bakteri merupakan tujuan terapeutik. Azithromycin (250 mg perhari atau 500 mg

tiga kali setiap minggu) digunakan dalam jangka waktu yang lama, walaupun belum jelas apakah

efeknya adalah sebagai antimikrobial atau anti-inflammatory. Inhalasi aminoglikosida, (mis,

tobramycin 300 mg bid) untuk menunda interval bulanan eksaserbasi juga digunakan.

“Eksaserbasi ringan” yang didefinisikan dengan peningkatan batuk dan produksi mukus diatasi

dengan pemberian antibiotik tambahan. Agen oral yang digunakan untuk menangani

Staphylococcus yaitu penisilin semisintetik atau sephalosporin. Ciprofloxacin oral dapat

mengurangi jumlah bakteri pseudomonas dan mengendalikan gejala, namun kemampuan

klinisnya dapat dibatasi oleh perkembangan mendadak organisme yang sudah resisten.

Karenanya, obat ini biasa digunakan bersama antibiotic, dapat berupa tobramycin atau colistin

(75 mg bid). Eksaserbasi yang lebih berat atau eksaserbasi yang berhubungan dengan resistensi

terhadap antibiotik oral, membutuhkan antibiotik intravena. Terapi intravena diberikan baik pada

keadaan rawat inap atau rawat jalan. Biasanya, 2 obat dengan mekanisme yang berbeda

(mis.,cephalosporin dan aminoglycoside) digunakan untuk mengatasi P. aeruginosa untuk

meminimalisir penyebaran organisme resisten. Dosis obat sebaiknya diawasi sehingga kadar

gentamicin atau tobramycin tidak lebih dari ~10g/mL dan paling rendah <2 g/mL. Antibiotik

secara langsung kepada Staphylococcus dan/atau H. influenzae ditambahkan, tergantung dari

hasil kultur.

Inhalasi agonis adrenergik dapat berguna untuk mengendalikan konstriksi saluran napas,

namun manfaat pemakaian jangka panjang belum ditemukan. Glukokortikoids oral dapat

22

Page 23: Referat Kistik Fibrosis

mengurangi inflamasi saluran napas, namun pemakaian jangka panjang dibatasi oleh efek

sampingnya; Namun, obat ini dapat berguna untuk allergic bronchopulmonary aspergillosis.

Kerusakan kronis kepada dinding saluran napas menandakan bagian dari aktifitas

destruktif dari enzim inflammatory yang dihasilkan oleh sel-sel inflammasi. Terapi khusus untuk

antiproteases belum berkembang. Namun, sebagian kecil remaja dengan kistik fibrosis

mendapatkan keuntungan dari pemakaian jangka panjang, dosis tinggi terapi nonsteroid.

Beberapa komplikasi pulmoner membutuhkan intervensi secepatnya. Atelektasis

membutuhkan penanganan dengan inhalasi hipertonik salin, fisioterapi pernapasan, dan

antibiotik. Pneumothoraks melibatkan 10% paru-paru pasien kistik fibrosis, namun chest tube

dibutuhkan untuk melebarkan paru sakit yang kolaps. Hemoptysis ringan membutuhkan

penanganan infeksi paru-paru dan penilaian staus koagulasi dan vitamin K. Pada hemoptyisis

massif, embolisasi arteri bronkhial sebaiknya dikerjakan. Komplikasi paling buruk dari kistik

fibrosis adalah kegagalan pernapasan dan cor pulmonale. Terapi konvensional yang paling

efektif adalah dengan pemberian obat secara tepat untuk menangani penyakit paru dan

suplementasi O2. Pada akhirnya satu-satunya terapi efektif untuk kegagalan respiratorik pada

kistik fibrosis adalah dengan transplantasi paru. Harapan hidup 2 tahun pada transplantasi paru

mencapai 60% dan kematian pasien transplan secara prinsipil bukan akibat rejeksi graft, namun

termasuk bronkhioloitis yang berat. Paru-paru yang ditransplantasi tidak menyebabkan fenotipe

CF-spesifik.

Penyakit Saluran Cerna

Menjaga nutrisi adekuat sangat penting untuk kesehatan pasien dengan kistik fibrosis.

Kebanyakan (>90%) pasien kistik fibrosis membutuhkan penggantian enzim pankreas. Kapsul

ini biasanya mengandung 4000 dan 20.000 unit lipase. Dosis enzim (biasanya tidak lebih dari

2500 unit/kg setiap makan, untuk mencegah colonopathy fibrotik) sebaiknya diatur berdasarkan

berat badan, gejala abdominal, dan feses. Penggantian dari vitamin larut lemak, terutama vitamin

E dan K, biasanya dibutuhkan. Hiperglikemia kebanyakan terjadi pada pasien dewasa dan

biasanya membutuhkan terapi insulin.

23

Page 24: Referat Kistik Fibrosis

Untuk penanganan syndrome obstruksi usus distal, megalodiatrizoate atau material

radiokontras hipertonik diberikan dengan cara enema hingga terminal ileum dijangkau. Untuk

mengendalikan gejalanya, pengaturan dari enzim dan pemakaian larutan garam yang

mengandung agen yang aktif secara osmosis, misal propyleneglycol, direkomendasikan. Gejala

persisten dapat mengindikasikan diagnosis keganasan gastrointestinal, dimana insidennya

meningkat pada pasien dengan kistik fibrosis.

Penyakit hati kholestatik terjadi pada 8% pasien kistik fibrosis. Pengobatan dengan

urodeoxycholic acid biasanya diberikan pertama kali jika terdapat peningkatan alkaline

phosphatase dan gammaglutamyl transpeptidasi (GGT) (3 kali dari normal). Namun penanganan

ini tidak menunjukkan pengaruh terhadap perjalanan penyakit hati. Penyakit hati tahap akhir

terjadi pada 5% pasien kistik fibrosis dan hanya dapat diatasi dengan transplantasi.

P encegahan

Konsumsi makanan yang baik, aktivitas fisik, serta dukungan psikis dan sosial. Makanan

sebaiknya mengandung kalori dan protein yang cukup agar pertumbuhan penderita tetap

berlangsung normal. Penderita harus mengonsumsi lemak dalam jumlah yang lebih banyak

karena mereka umumnya tidak dapat menyerap lemak dengan baik. Mencegah perkawinan

dengan penderita kistik fibrosis.

Komplikasi

1. Pneumotoraks

2. Batuk darah

3. Gagal jantung

4. Pneumonia berulang. Infeksi merupakan masalah yang utama. Bronkitis berulang dan

pneumonia secara perlahan akan menghancurkan paru-paru. Kematian biasanya terjadi

akibat kegagalan paru-paru dan gagal jantung.

5. Kegagalan pernafasan kronis

24

Page 25: Referat Kistik Fibrosis

6. Penyakit hati. Penyumbatan saluran empedu oleh sekret yang kental bisa menyebabkan

peradangan hati dan akhirnya terjadi sirosis.

Sirosis bisa menyebabkan kenaikan tekanan di dalam vena yang menuju ke hati

(hipertensi portal), sehingga terjadi pelebaran vena di kerongkongan bagian bawah

(varises esofagealis). Vena yang abnormal ini bisa mengalami perdarahan hebat.

7. Diabetes mellitus. Sekitar 2-3% penderita mengalami diabetes yang tergantung kepada

insulin karena pada pankreas terdapat jaringan parut yang menyebabkan pankreas tidak

dapat lagi menghasilkan insulin dalam jumlah yang memadai.

8. Osteoporosis dan artritis.

9. Penderita seringkali mengalami gangguan fungsi reproduksi.

Sekitar 98% pria dewasa mengalami kemandulan. Mereka tidak menghasilkan sperma

atau hanya menghasilkan sedikit sperma karena vas deferens terbentuk secara tidak

normal

Pada wanita, sekret leher rahimnya sangat kental sehingga kesuburannya menurun.

Penderita wanita yang hamil sangat peka terhadap komplikasi kehamilan.

10. Jika penderita banyak mengeluarkan keringat karena cuaca panas atau karena demam,

bisa terjadi dehidrasi karena meningkatnya pembuangan air dan garam. Pada keringat

penderita bisa terlihat butir-butir garam dan keringatnya terasa asin.

25

Page 26: Referat Kistik Fibrosis

Prognosis

Beratnya penyakit pada setiap penderita berlainan dan tergantung kepada luasnya daerah paru-

paru yang terkena.  Penurunan fungsi paru-paru tidak dapat dihindari, dan bisa menyebabkan

kelemahan bahkan kematian.

Penderita biasanya meninggal karena kegagalan pernafasan setelah terjadinya penurunan

fungsi paru-paru selama bertahun-tahun.Sejumlah kecil penderita meninggal karena penyakit

hati, perdarahan ke dalam saluran udara atau komplikasi dari pembedahan. Sekitar 50% dari

anak-anak yang menderita fibrosis kistik, mampu bertahan hidup sampai umur 20 tahun, dan 20-

25% sampai lebih dari 35 tahun.1

26

Page 27: Referat Kistik Fibrosis

BAB III

KESIMPULAN

Kistik fibrosis merupakan gangguan monogenik yang ditemukan sebagai penyakit multisistem.

Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis pada saluran napas yang pada

akhirnya akan menyebabkan bronkiektasis dan bronkiolektasis, insufisiensi eksokrin pankreas,

dan disfungsi intestinal, fungsi kelenjar keringat abnormal, dan disfungsi urogenital.

Kistik fibrosis bisa terjadi akibat adanya mutasi genetic yang membentuk protein CF

transmembrane conductance regulator (CFTR) yang terletak pada kromosom 7. Manifestasi

kistik fibrosis yang umum pada tahun pertama atau kedua kehidupan pada traktus respiratorius

yang paling sering batuk dan/atau infiltrate pulmoner. Sebagian besar gejala dari kistik fibrosis

adalah disebabkan oleh banyaknya mukus. Gejala umumnya seperti batuk persisten yang disertai

sputum, batuk dari efek bronkitis dan pneumonia. Pemeriksaan diagnostik pada kasus kistik

fibrosis meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis CT scan, dan pemeriksaan

kultur. Sedangkan penatalaksanaan untuk mengatasi kistik fibrosis yaitu medikamentosa dan

pembedahan.

27

Page 28: Referat Kistik Fibrosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Cystic Fibrosis, Chapter 253, Harrison's Principles of Internal Medicine 17th

ed.,diterjemahkan oleh Husnul Mubarok,S.ked). Available at

http://cetrione.blogspot.com. Diunduh tanggal 20 Juli 2013

2. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Ed. 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC

3. Carpenito, Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klini, EGC,

Jakarta

4. L Nicole Murray. Cystic Fibrosis. Online available at emedicine.com.

http://www.emedicine.com/ent/topic515.htm. Diunduh tanggal 21 Juli 2013

5. Wilson LM, 2006, Patofisiologi (Proses-poses Penyakit) Edisi enam, EGC, Jakarta

6. Cystic Fibrosis in Children. Online available at :

http://www.hopkinscf.org/teens/whatiscf/science.html. Diunduh tanggal 21 Juli 2013

7. Protein CFTR Structure. Online available at

http://www.hopkinscf.org/teens/whatiscf/science_cftrstruc.html. Diunduh tanggal 21 Juli

2013

8. Doenges , Marilynn E, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC , Jakarta

9. Farrel PM, Koscik RE. Sweat Chloride Concentration in Infants Homozygous for F508

Cystic Fibrosis Pediatrics. 1996;97(4):524-8

10. Boat TF. Cystic Fibrosis in Nelson textbook of Pediatrics. Philadelpia, PA. WB Saunders

Co;2000:1315-27

28