referat nova

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 referat nova

    1/10

    1

    Exanthematous Drug Reactions

    Novasari, S.Ked

    Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

    /Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin

    Palembang

    I. PENDAHULUANErupsi obat dapat terjadi akibat pemakaian obat, yaitu obat yang diberikan

    oleh dokter dalam resep, atau obat yang dijual bebas, termasuk campuran jamu-

    jamuan. Yang dimaksud dengan obat adalah senyawa atau produk yang

    digunakan untuk eksplorasi atau mengubah keadaan fisiologik atau patologik

    dengan tujuan mendatangkan keuntungan bagi si pemakai obat untuk diagnosis,

    terapi maupun profilaksis. Pemberian obat secara topical dapat pula menyebabkan

    alergi sistemik akibat penyerapan obat di kulit.1

    Obat makin lama makin banyak digunakan oleh masyarakat sehingga

    reaksi terhadap obat juga meningkat, yaitu reaksi simpang obat (adverse drug

    reaction) atau RSO. Reaksi yang terjadi dapat ringan sampai berat hingga

    mengancam jiwa. RSO yang bermanifestasi pada kulit dan mukosa disebut erupsi

    obat. Mekanisme terjadinya erupsi obat dapat secara non imunologik dan

    imunologik, tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Erupsi obat

    dengan mekanisme imunologik disebut erupsi obat alergik (EOA). Satu macam

    obat dapat dapat menyebabkan lebih dari satu jenis erupsi, sedangkan satu jenis

    erupsi dapat disebabkan oleh bermacam-macam obat.1

    Exanthematous drug reactions atau erupsi eksantematosa merupakan

    salah satu jenis erupsi obat yang dikarenakan reaksi hipersensitivitas tipe IV

    dikarenakan pemakaian obat secara oral maupun parenteral.dengan gambaran

  • 8/3/2019 referat nova

    2/10

    2

    klinisnya berupa perubahan eritematosa tanpa disertai bula atau pustule.2

    Seringkali erupsi ini generalisata dan simetris, dapat terdiri dari eritema, macula

    yang berkonfluens, dan atau papul yang tersebar di wajah, telapak tangan, dan

    kaki.3 Erupsi obat ini disebut juga erupsi makulopapular atau morbiliformis dan

    sangat jarang terjadi pada orang yang berusia sangat muda. 4Erupsi baru muncul

    sekitar satu minggu setelah pemakaian obat dan dapat sembuh sendiri dalam

    jangka waktu 7 14 hari. Erupsi bermula dari batang tubuh dan menyebar ke

    bagian perifer tubuh secara simetris dan hampir selalu disertai pruritus. 2

    Erupsi eksantematosa merupakan salah satu erupsi akibat obat paling

    tersering yaitu sebanyak 91,2% dan dapat disebabkan oleh semua obat.5

    Ampicillin, amoxicillin, dan sulfonamide merupakan obat-obat yang paling sering

    menyebabkan erupsi eksantematosa.6Erupsi dapat hilang tanpa penghentian obat,

    namun sangat jarang terjadi. Sebaliknya, ruam dapat berkembang progresif

    menjadi eritroderma atau dermatitis eksfoliativadengan melanjutkan terapi.

    7Oleh

    karena itu perlu ditegakkan diagnosa yang tepat dari gangguan ini karena kasus

    ini memberikan manifestasi yang serupa dengan gangguan kulit lain, identifikasi

    dan anamnesis yang tepat dari penyebab timbulnya reaksi obat adalah salah satu

    hal penting untuk memberikan tatalaksana yang cepat dan tepat bagi penderita

    dengan tujuan membantu meningkatkan prognosis serta menurunkan angka

    morbiditas.

  • 8/3/2019 referat nova

    3/10

    3

    II. PEMBAHASAN

    1. DefinisiErupsi eksantematosa merupakan salah satu jenis erupsi obat yang

    dikarenakan reaksi hipersensitivitas tipe IV dikarenakan pemakaian obat

    secara oral maupun parenteral.dengan gambaran klinisnya berupa perubahan

    eritematosa tanpa disertai bula atau pustule. 2 Erupsi obat ini disebut juga

    erupsi makulopapular atau morbiliformis. 1

    2. EtiologiErupsi eksantematosa dapat disebabkan oleh semua obat. Obat-obat

    yang berkemampuan tinggi untuk menimbulkan reaksi (3-5%) yaitu penicillin

    dan antibiotik yang mempunyai struktur kimia yang sama (satu golongan),

    carbamazepine, allopurinol, dan garam emas (10-20%). Obat-obat yang

    berkemampuan menengah untuk menimbulkan reaksi yaitu sulfonamide

    (bakteriostatik, antidiabetik, diuretik), NSAID, derivate hidantoin, isoniazid,

    kloramfenikol, eritromicin, dan streptomisin. Sedangkan obat yang

    berkemampuan rendah untuk menimbulkan reaksi (

  • 8/3/2019 referat nova

    4/10

    4

    dalam erupsi obat dihasilkan dari bioaktivasi obat menjadi intermediate

    reaktif. Intermediate reaktif intraseluler ini mengikat protein sitoplasma secara

    kovalen, kemudian dipresentasikan oleh MHC kelas I kepada sel T CD8+.7

    4. Gambaran KlinisErupsi yang muncul dapat berbentuk morbiliformis atau

    makulopapuler. Seringkali erupsi ini generalisata dan simetris, dapat terdiri

    dari eritema, macula yang berkonfluens, dan atau papul yang tersebar di

    wajah, telapak tangan, dan kaki. Erupsi bermula dari batang tubuh dan

    menyebar ke bagian perifer tubuh secara simetris.2

    Erupsi baru muncul sekitar satu minggu setelah pemakaian obat.2

    Lesi diikuti pruritus, demam, edema fasial/kelopak mata, malaise, nyeri

    sendi, dan limfadenopati. Lesi biasanya hilang dalam beberapa hari sampai

    minggu setelah obat dihentikan. Erupsi dapat hilang tanpa penghentian obat,

    namun sangat jarang terjadi. Sebalikya ruam dapat berkembang progresif

    menjadi eritroderma dan dermatitis eksfoliativa dengan melanjutkan terapi.7

    Pemulihan ini ditandai dengan perubahan warna kulit dari merah terang

    sampai warna coklat kemerahan yang disertai dengan adanya deskuamasi

    kulit.2

  • 8/3/2019 referat nova

    5/10

    5

    Gambar 1. Erupsi eksantematosa: ampicillin4

    Simetris,E

    ritematosa terang, makula dan papula, diskret pada beberapa area, danconfluent pada daerah lain, pada batang tubuh dan ekstremitas.

    5. DiagnosisDiagnosis erupsi eksantematosa ditegakkan berdasarkan :

    a. Anamnesis : adanya hubungan antara timbulnya erupsi denganpenggunaan obat

    b. Pemeriksaan Klinis : Adanya kelainan klinis berupa erupsi eksantematosa(makulopapular atau morbiliformis) dan penghentian obat yang diikuti

    penurunan gejala klinis merupakan petunjuk kemungkinan erupsi oleh

    obat tersebut.

    c. Pemeriksaan Khusus :- Pada pemeriksaan hemogram ditemukan eosinofilia perifer. 4- Pada pemeriksaan dermatopatologi ditemukan limfosit dan eosinofil

    perivaskuler.4

    6. Diagnosis BandingDiagnosis erupsi eksantematosa ditegakkan berdasarkan anamnesis

    dan gambaran klinisnya. Riwayat perjalanan penyakit yang rinci, termasuk

    pola gejala klinis, macam obat, dosis, waktu dan lama pajanan serta riwayat

  • 8/3/2019 referat nova

    6/10

    6

    alergi obat sebelumnya penting untuk membuat diagnosis. Selain itu

    pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk menunjang diagnosis.

    Erupsi eksantematosa didiagnosis bandingkan dengan penyakit

    yang memiliki gambaran seperti makulopapular atau morbiliformis, yaitu:

    a.Eksantema karena virus ( Contoh : Measles, Rubella) 4Eksantema pada virus , lesinya sering timbul dimulai pada wajah,

    lalu progresif ke batang tubuh, bisa juga terdapat konjungtivitis,

    limfadenopati, dan demam. 4 Lebih sering terjadi pada anak-anak. 8 Dari

    serangkaian tes spesifik (serologi) dapat menemukan diagnosis dari 65%

    kasus dengan lesi eksantematosa menyeluruh yang tidak dapat dipastikan

    hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja.

    7. PenatalaksanaanPenatalaksanaan erupsi eksantema yang paling utama adalah

    menghentikan pemakaian obat yang diduga sebagai penyebab. Oleh karena

    itu, penderita diberitahu untuk menghindari obat-obat tertentu yang dapat

    menimbulkan erupsi eksantema. Biasanya penatalaksanaan erupsi eksantema

    ini adalah simptomatik.4

    a. Pengobatan sistemikPemberian kortikosteroid dan antihistamin dapat diberikan jika

    diperlukan. Pasien dengan keluhan rasa gatal pada malam hari yang dapat

    menggangu istirahat pasien maka dapat diberikan antihistamin.4

    Kortikosteroid potensi rendah sampai tinggi dapat diberikan pada

    penderita, tetapi tergantung berat ringannya gejala. Walaupun belum ada

    ketetapan yang pasti mengenai penggunaan kortikosteroid. Tetapi pada

    kasus yang berat, beberapa dokter menggunakan prednison 1-2

    mg/kgBB/hari.2

  • 8/3/2019 referat nova

    7/10

    7

    b. Pengobatan topikalPemberian obat topikal tergantung pada keadaan lesi:

    y Jika lesi basah dapat diberikan kompres secara terbuka. Denganmengunakan larutan NaCl 0.9% atau dengan larutan antiseptik

    lainnya.1

    y Jika lesi kering dapat diberikan kortikosteroid topikal berupa krimhidrokortison 1% atau 2.5%. Lesi hiperpigmentasi tidak perlu diobati

    karena akan menghilang dalam jangka waktu yang lama.1

    c. PencegahanApabila obat tersangka penyebab erupsi obat alergik telah dipastikan,

    maka sebaiknya kepada penderita diberikan catatan berupa kartu kecil yang

    memuat jenis obat tersebut (serta golongannya). Kartu tersebut ditunjukkan

    bilamana diperlukan (misalnya apabila penderita berobat), sehingga dapat

    dicegah pajanan ulang yang memungkinkan terulangnya erupsi obat.9

    d.

    PrognosisPrognosis pada erupsi eksantema adalah :

    Quo ad vitam : bonam

    Quo ad functionam : bonam

    Quo ad sanationam : dubia ad bonam.

    Exanthematous drug reaction atau erupsi eksantematosa merupakan

    salah satu jenis erupsi obat yang dikarenakan reaksi hipersensitivitas tipe IV

    sehingga sangat berkemungkinan untuk mengalami lagi hal yang sama .4

    Pada

    dasarnya erupsi kulit dapat menyembuh bila obat penyebabnya dapat

    diketahui dan segera disingkirkan.1Erupsi baru muncul sekitar satu minggu

    setelah pemakaian obat dan dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu 7 14

    hari.2

  • 8/3/2019 referat nova

    8/10

    8

    e. KomplikasiJika obat yang menyebabkan timbulnya erupsi masih tetap digunakan,

    ruam dapat berkembang progresif menjadi eritroderma atau dermatitis

    eksfoliativa.7

    Beberapa erupsi eksantematosa bisa mengalami progresivitas

    menjadi reaksi obat yang lebih berat seperti Sindrom Stevens-Johnson,

    Nekrolisis E pidermal Toksik, serta ruam kulit dengan gejala sistemik dan

    eosinofilia.8

  • 8/3/2019 referat nova

    9/10

    9

    III. KESIMPULAN Exanthematous drug reaction atau erupsi eksantematosa merupakan

    salah satu jenis erupsi obat yang dikarenakan reaksi hipersensitivitas tipe IV

    yang ditandai perubahan eritematosa tanpa disertai bula atau pustule.2

    Seringkali

    erupsi ini generalisata dan simetris, dapat terdiri dari eritema, macula yang

    berkonfluens, dan atau papul yang tersebar di wajah, telapak tangan, dan kaki.3

    Erupsi eksantematosa merupakan salah satu erupsi akibat obat paling tersering

    yaitu sebanyak 91,2%.5Erupsi obat ini disebut juga erupsi makulopapular atau

    morbiliformis dan sangat jarang terjadi pada orang yang berusia sangat muda.4

    Erupsi baru muncul sekitar satu minggu setelah pemakaian obat dan dapat

    sembuh sendiri dalam jangka waktu 7 14 hari. Erupsi bermula dari batang

    tubuh dan menyebar ke bagian perifer tubuh secara simetris dan hampir selalu

    disertai pruritus.2

    Bisa juga terdapat demam, edema fasial/kelopak mata, malaise,

    nyeri sendi, dan limfadenopati.7

    Ampicillin, amoxicillin, dan sulfonamide merupakan obat-obat yang

    paling sering menyebabkan erupsi eksantematosa.6

    Terdapat beberapa macam

    penyakit yang memiliki manifestasi klinis hampir serupa dengan erupsi

    eksantematosa sehingga perlu dilakukan identifikasi, anamnesis dan pemeriksaan

    yang tepat adalah salah satu hal penting untuk memberikan tatalaksana yang

    cepat dan tepat bagi penderita dengan tujuan membantu meningkatkan prognosis

    serta menurunkan angka morbiditas. Penatalaksanaan yang paling utama adalah

    menghentikan pemakaian obat yang diduga sebagai penyebab. Pengobatan lainya

    diberikan secara simptomatik. Prognosa erupsi eksantema adalah baik.

  • 8/3/2019 referat nova

    10/10

    10

    DAFTARPUSTAKA

    1.Mochtar Hamzah. 2008. Erupsi Obat Alergik . Dalam: Ilmu Penyakit Kulit danKelamin. Edisi V. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    2.Fitzpatrick TB, Freedberg IM. 2008. Fitzpatricks Dermatology in GeneralMedicine. 7thEdition. San Fransisco.

    3.Alanko K, Hannuksela M. 1998. Mechanisms of Drug Reaction. Dalam:Kauppinen K, et al. Skin Reactions to Drugs. CRC Press ; Boca Raton New

    York.

    4.Klaus Wolff and Richard Allen Johnson. Adverse Cutaneus Drug Reactions.Dalam: Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 6

    thEdition.

    San Fransisco.

    5.E. Brehmer Anderson. 2006. Skin Lesions Due to Drugs. Dalam:Dermatopathology. Germany.

    6.Stephen M . 1992. Types of Clinical Reaction. Dalam: Adverse Drug Reactionsand the Skin. Oxford Blackwell Scientific Publications.

    7.Gruchalla RS, Beltrani VS. 2000. Drug induced allergies. Dalam: Leung DYM,Greaves MW. Allergic Skin Disease, Marcel Dekker, Inc : New York Basel.

    8.Nikhil Yawalkar. 2007. Maculopapular Drug Eruption. Dalam Pichler WJ (ed) :Drug Hypersensitivity. Basel, Karger. Department of Dermatology University

    Hospital, Inselspital, Bern, Switzerland.

    9.Retno WS, Suharti KS. 1995. Erupsi Obat Alergik. Dalam Sri Adi S, et al eds,Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Erupsi Obat Alergik, Balai Penerbit FK-

    UI.Jakarta.