45
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid. Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus ethmoid yang berkembang sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia kurang lebih 8 tahun. 1,2 Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Prevalensi sinusitis tinggi di masyarakat. Di Amerika Serikat diperkirakan 0,5% dari ISPA karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut. Sinusitis kronis mengenai hampir 31 juta rakyat Amerika Serikat. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari- Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada 1

Referat Pansinusitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pansinusitis

Citation preview

Page 1: Referat Pansinusitis

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Bila mengenai beberapa

sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal

disebut pansinusitis. Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena dapat dibagi

menjadi sinusitis maksila, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal dan sinusitis

sphenoid. Pada anak hanya sinus maxilla dan sinus ethmoid yang berkembang

sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid mulai berkembang pada anak berusia

kurang lebih 8 tahun. 1,2

Sinusitis dianggap salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di

dunia. Prevalensi sinusitis tinggi di masyarakat. Di Amerika Serikat diperkirakan

0,5% dari ISPA karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut. Sinusitis kronis

mengenai hampir 31 juta rakyat Amerika Serikat. Data dari DEPKES RI tahun

2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-25

dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan

di rumah sakit. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM Januari-

Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut

adalah 435 pasien, 69%nya adalah sinusitis. 1,3,4

Prevalensi sinusitis tertinggi pada usia dewasa 18-75 tahun dan kemudian

anak-anak berusia 15 tahun akibat rentannya usia ini dengan infeksi Rhinovirus.

Perempuan lebih sering terkena sinusitis dibandingkan laki-laki karena mereka

lebih sering kontak dengan anak kecil. Angka perbandingannya 20% perempuan

disbanding 11.5% laki-laki. 1,3,4

Kejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga

sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. Rinosinusitis adalah penyakit

inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat

prevalensinya. Penyebab utamanya ialah infeksi virus yang kemudian diikuti oleh

1

Page 2: Referat Pansinusitis

infeksi bakteri. Rhinitis alergi dan infeksi virus pada saluran nafas atas yang

berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya sinusitis. 1,3,4

Secara epidemiologi yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan

maksila. Yang berbahaya dari sinusitis adalah komplikasinya ke orbita dan

intrakranial. Komplikasi ini terjadi akibat tatalaksana yang inadekuat atau faktor

predisposisi yang tak dapat dihindari, sehingga diperlukan tatalaksana dan

pengenalan dini yang baik untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan. 1,3,4

2

Page 3: Referat Pansinusitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Hidung

Hidung terdiri dari nasus externus (hidung luar) dan cavum nasi. 5

Nasus externus

Melekat di dahi melalui radix nasi atau jembatan hidung. Lubang luar

hidung adalah kedua nares. Setiap nares dibatasi oleh ala nasi dan di medial

oleh septum nasi.

Cavum nasi

Cavum nasi terletak dari nares sampai choana. Bagian dari kavum

nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut

sebagai vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak

kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang disebut dengan vibrise. Septum

nasi membagi menjadi belahan kanan dan kiri yan memiliki dasar,atap,

dinding lateral dan dinding medial.

Dasar dibentuk oleh proc.palatinus maxillae dan horizontal ossis

palatini yaitu permukaan atas palatum durum. Bagian atap sempit dan

dibentuk oleh corpus ossis sphenoid, lamina cribosa, ossis ethmoidalis, os

frontale dan cartilagines nasi. Dinding lateral ditandai dengan tiga tonjolan

disebut concha nasalis superior, media dan inferior. Area dibawah concha

disebut meatus. 5

Terdapat dua membran mucosa yang melapisi cavum nasi, kecuali

vestibulum yang dialapisi oleh kulit yang mengalami modifikasi. Terdapat

membran mucosa olfactorius yang melapisi permukaan atas concha nasalis

superior, recessus sphenoidalis serta septum nasi. Membran ini berfungsi

menerima rangsangan penghidu dengan sel penghidu khusus. Terdapat juga

membran mucosa respiratorius yang melapisi bagian bawah cavum nasi

berfungsi untuk menghangatkan, melembabkan dan membersihkan udara

3

Page 4: Referat Pansinusitis

inspirasi. Proses ini ditimbulkan oleh banyaknya sekresi mucus yang

diproduksi oleh sel goblet.

Suplai arteri untuk cavum nasi terutama berasal dari cabang

a.maxillaris. cabang yang terpenting adalah a.sphenopalatina yang

beranastomosis dengan cabang septal a.labialis superior yang merupakan

cabang dari a.facialis di daerah vestibulum. Daerah ini sering terjadi

epistaksis. Vena-vena membentuk plexus yang luas didalam submucosa.

Plexus ini dialirkan oleh vena yang menyertai arteri.

N. Olfactorius berasal dari sel olfactorius khusus yang sudah

dibicarakan diatas. Saraf ini naik ke atas melalui lamina cribosa dan

mencapai bulbus olfactorius. Saraf sensasi umum berasal dari divisi

ophtalmicus dan maxillaris n.trigeminus.

Pembuluh limfe mengalirkan limfe dari vestibulum ke nodi

submandibulares. Bagian lain dari cavum nasi mengalirkan limfenya ke

nodi cervicalis profunsi superior. 5

B. Sinus Paranasal

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang

sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada setiap

individu.Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu

sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

4

Page 5: Referat Pansinusitis

Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai

muara (ostium) ke dalam rongga hidung. 1,5

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa

rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3 – 4 bulan,

kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus etmoid dan maksila telah ada

sejak anak lahir, sedangkan sinus frontalis berkembang dari sinus etmoid

anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus

sfenoid dimulai pada usia 8 – 10 tahun dan berasal dari bagian

posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar

maksimal pada usia antara 15 – 18 tahun. 1,5

Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernapasan yang

mengalami modifikasi, dan mampu menghasilkan mukus, bersilia, sekret

disalurkan ke dalam rongga hidung. Pada orang sehat, rongga terutama

berisi udara. 1,5

Sinus Maksila

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat

lahirsinus maksila bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang

dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat

dewasa. Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah

permukaan fasial os maksila yang disebut fossa kanina, dinding

posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya

ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita

dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium

sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.

Dasar dari sinus maksila sangat berdekatan dengan rahang gigi

atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga

gigi taring (C) dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat

menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas

5

Page 6: Referat Pansinusitis

menyebabkan sinusitis. Suplai darah terbanyak melalui cabang dari arteri

maksilaris. Inervasi mukosa sinus melalui cabang dari nervus maksilaris.1,5

Sinus Frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan

keempat fetus, berasal dari sel – sel resessus frontal atau dari sel – sel

infundibulum etmoid. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya,

lebarnya 2,4 cm, dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat –

sekat dan tepi sinus berlekuk – lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang

yang relatif tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi

dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase

melalui ostiumnya yang terletak di resessus frontal. Resessus frontal

adalah bagian dari sinus etmoid anterior.

Suplai darah diperoleh dari arteri supraorbital dan arteri

supratrochlear yang berasal dari arteri oftalmika yang merupakan salah

satu cabang dari arteri carotis interna. Inervasi mukosa disuplai oleh

cabang supraorbital dan supratrochlear cabang dari nervus frontalis yang

berasal dari nervus trigeminus. 1,5

Sinus Etmoid

Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya

di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4,5 cm, tinggi 2,4

cm, dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.

Sinus etmoid berongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon,

yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak

diantara konka media dan dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya

bervariasi antara 4-17 sel (rata- rata 9 sel).

Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid

anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang

bermuara di meatus superior. Sel – sel sinus etmoid anterior biasanya

kecil-kecil dan banyak, letaknya dibawah perlekatan konka media,

sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih

sedikit jumlahnya dan terletak di postero-superior dari perlekatan konka

6

Page 7: Referat Pansinusitis

media. Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit,

disebut resessus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Atap

sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina

kribosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis

dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus

etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.

Suplai darah berasal dari cabang nasal dari arteri sphenopalatina.

Inervasi mukosa berasal dari divisi oftalmika dan maksilaris nervus

trigeminus. 1,5

Sinus Sfenoid

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid

posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum

intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan

lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7,5 ml.

Batas- batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media

dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral

berbatasan dengan sinus kavernosus dan a. karotis interna dan di sebelah

posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons. 1,5

7

Page 8: Referat Pansinusitis

C. Kompleks ostiomeatal

Kompleks ostiomeatal dideskripsikan sebagai area yang terdapat di

dinding lateral hidung dimana terdapat meatus medius yang merupakan

muara dari sinus paranasalis (kecuali sinus sfenoid). KOM merupakan unit

fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan draenase dari sinus-sinus

yang letaknya di anterior yaitu sinus maksila, sinus etmoid anterior, dan

sinus frontal. Jika terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, maka akan

terjadi perubahan patologis yang signifikan pada sinus-sinus yang

terkait.1,5

Struktur fungsional dari kompleks ini terdiri dari prosesus

uncinatus, hiatus semilunaris, resesus frontalis, bulla ethmoid,

infundibulum ethmoid dan muara dari sinus maksila. 1,5

Sistem Mukosiliar

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa

bersilia dan palut lender di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara

teratur untuk mengalirkan lender menuju ostium alamiahnya mengikuti

jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. 1,5

Pada sinus maksila sistem transport mukosiliar menggerakan secret

sepanjang dinding anterior, medial, posterior, dan lateral serta atap

rongga sinus membentuk gambaran halo atau bintang yang mengarah ke

ostium alamiah. Setinggi ostium secret akan lebih kental tetapi

8

Page 9: Referat Pansinusitis

drainasenya lebih cepat untuk mencegah tekanan negative dan

berkembangnya infeksi. Kerusakan mukosa yang ringan tidak akan

menghentikan atau menguba transport dan secret akan melewati mukosa

yang rusak tersebut. Tetapi jika secret lebih kental, secret akan terhenti

pada mukosa yang mengalami defek.

Gerakan sistem mukosiliar pada sinus frontal mengikuti gerakan

spiral. Secret akan berjalan menuju septum interfrontal, kemudian ke

atap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior dan

posterior menuju ressesus frontal. Gerakan spiral menuju ke ostiumnya

terjadi pada sinus sphenoid sedangkan pada sinus etmoid terjadi gerakan

rektilinier jika ostiumnya terletak di dasar sinus atau gerakan spiral jika

ostium terdapat pada salah satu dindingnya.

Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transport mukosiliar

dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang

bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan

muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus

posterior bergabung di ressesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring

di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati

secret pasca nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada secret di

rongga hidung. 1,5

Fisiologi Sinus Paranasal 1

a. Sebagai Pengatur Kondisi Udara (Air Conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan

mengatur kelembapan udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini

ialah karena ternyata tidak didapati pertukaran udara yang

definitive antara sinus dan rongga hidung.

Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih

1/1000 volume sinus pada tiap kali bernapas, sehingga dibutuhkan

beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagipula

9

Page 10: Referat Pansinusitis

mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang

sebanyak mukosa hidung.

b. Sebagai Penahan Suhu (Thermal Insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas,

melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang

berubah-ubah. Akan tetapi kenyataannya sinus-sinus yang besar

tidak terletak di antara hidung da organ-organ yang dilindungi.

c. Membantu Keseimbangan Kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat

tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan

tulang, hanya akan memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari

berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.

d. Membantu Resonansi Suara

Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan

mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat,

posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi

sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidak ada korelasi antara

resonansi suara dan besarnya sinusa pada hewan-hewan tingkat

rendah.

e. Sebagai Peredam Perubahan Tekanan Udara

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan

mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.

f. Membantu Produksi Mukus

Mucus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya

kecil disbanding dengan mucus dari rongga hidung, namun efektif

untuk membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara

inspirasi karena mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang

paling strategis.

10

Page 11: Referat Pansinusitis

II. PANSINUSITIS

A. Definisi

Sinusitis adalah peradangan mukosa sinus paranasal. Umumnya

disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rhinosinusitis.

Definisi lain menyebutkan, sinusitis adalah inflamasi dan pembengkakan

membrana mukosa sinus disertai nyeri lokal .Bila mengenai beberapa

sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus

paranasal disebut pansinusitis. 1,2

Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena dapat dibagi menjadi

sinusitis maksila, sinusitis ethmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid.

Sinus maxilla merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena :

Merupakan sinus paranasal terbesar,

Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sehingga sekret dari sinus

maxilla hanya tergantung dari gerakan silia

Dasar sinus maxilla adalah dasar akar gigi (processus alveolaris),

sehingga infeksi pada gigi dapat menyebabkan sinusitis maxilla

Ostium sinus maxilla terletak di meatus medius, di sekitar hiatus

semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat. 1,2

B. Etiologi

Seperti yang diketahui, terdapat banyak faktor menjadi penyebab

sesuatu penyakit timbul, antaranya faktor internal seperti daya tahan tubuh

yang menurun akibat defisiensi gizi yang menyebabkan tubuh rentan

dijangkiti penyakit dan faktor eksternal seperti perubahan musim yang

ekstrim, terpapar lingkungan yang tinggi zat kimiawi, debu, asap

tembakau dan lain-lain. Adapun etiologinya adalah : 1,2

Virus

Virus biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas, infeksi virus

yang lazim menyerang hidung dan nasofaring juga menyerang sinus.

Mukosa sinus paranasalis berjalan kontinyu dengan mukosa hidung

dan penyakit virus yang menyerang hidung perlu dicurigai dapat

meluas ke sinus. Antara agen virus tersering menyebabkan sinusitis

11

Page 12: Referat Pansinusitis

antara lain: Rhinovirus, influenza virus, parainfluenza virus dan

adenovirus

Bakteri

Organisme penyebab tersering sinusitis akut mungkin sama dengan

penyebab otitis media. Yang sering ditemukan antara lain:

Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, Branhamella

cataralis, Streptococcus alfa, Staphylococcus aureus dan

Streptococcus pyogenes. Penyebab dari sinusitis kronik hampir sama

dengan bakteri penyebab sinusitis akut. Namun karena sinusitis kronik

berhubungan dengan drainase yang kurang adekuat ataupun fungsi

mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung

bersifat opportunistik, dimana proporsi terbesar merupakan bakteri

anaerob (Peptostreptococcus, Corynobacterium, Bacteroides, dan

Veillonella).

Jamur

Biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes, terapi immunosupresif,

dan immunodefisiensi misalnya pada penderita AIDS. Jamur

penyebab infeksi biasanya berasal dari genus Aspergillus dan

Zygomycetes.

C. Faktor Risiko

ISPA akibat virus, rhinitis alergi, sumbatan KOM, infeksi tonsil,

infeksi gigi, hipertrofi adenoid.

Gangguan fisik akibat kekurangan gizi, kelelahan, atau penyakit

sistemik.

Gangguan faal hidung oleh karena rusaknya aktivitas silia oleh asap

rokok, polusi udara, atau karena panas dan kering.

Kelainan anatomi yang menyebabkan gangguan saluran seperti :

atresia atau stenosis koana, deviasi septum, hipertrofi konka media,

polip yang dapat terjadi pada 30% anak yang menderita fibrosis kistik,

tumor atau neoplasma, udem mukosa karena infeksi atau alergi, benda

asing.

12

Page 13: Referat Pansinusitis

Trauma yang menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal. 1,2

D. Klasifikasi

Sinusitis Akut, yaitu sinusitis yang berlangsung sampai 4 minggu,

memiliki tanda-tanda peradangan akut.

Sinusitis Sub Akut, yaitu sinusitis yang berlangsung antara 4 minggu

sampai 3 bulan. Memiliki tanda-tanda peradanga akut yang telah

mereda. Perubahan histologik mukosa sinus paranasal masih

reversible.

Sinusitis Kronis, yaitu sinusitis yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Perubahan histologik mukosa sinus paranasal sudah irreversible.

Misalnya berubah menjadi jaringan granulasi dan polipoid. 1,2

E. Patofisiologi

Sinus paranasal ditemukan normal steril dalam keadaan fisiologis.

Sekresi yang dihasilkan oleh sinus dialirkan melalui silia melalui ostia dan

keluar melalui rongga hidung. Mukus yang dihasilkan juga mengandung

substansi antimikroba dan zat-zat yang berfungsi untuk mekanisme

pertahanan tubuh. Pada orang normal, laju sekresi selalu menuju ke

ostia yang mencegah adanya kontaminasi pada ruang sinus. Ostium sinus

maksilaris hanya berdiameter 2,5mm, apabila ada edema mukosa sebesar

1-3mm, akan menyebabkan kongesti (dapat disebabkan oleh alergi, virus

iritasi bahan kimia) dan obstruksi dari sekresi sinus. Keadaan ini

menimbulkan tekanan negatif di dalam sinus yang menyebabkan

terjadinya transudasi serosa.

Mukus yang terhambat ini, apabila terinfeksi akan menyebabkan

sinusitis. Ada hipotesa mekanis yang mengatakan bahwa karena rongga

sinus ini berhubungan dengan rongga hidung, maka koloni bakteri dari

nasofaring dapat menginfeksi rongga sinus. Patofisiologi dari

rhinosinusitis berhubungan dengan 3 faktor, yaitu : 1,2,3

13

Page 14: Referat Pansinusitis

Obstruksi jalan keluar sekresi sinus.

Obstruksi dari ostia sinus mencegah drainase yang

baik.ostia dapat tertutup oleh pembengkakan mukosa atau karena

penyebab lokal (trauma, rinitis), dapat juga oleh reaksi inflamasi

yang disebabkan oleh penyakit sistemik dan gangguan imunitas.

Obstruksi mekanik yang disebabkan oleh polip hidung, benda

asing, septum deviasi atau tumor juga dapat menyebabkan

obstruksi ostia.Biasanya, batas mukosa yang edematous memiliki

penampilan bergigi, tetapi dalam kasus yang parah, mukus dapat

benar-benar mengisi sinus, sehingga sulit untuk membedakan

prosesalergi dari sinusitis infeksi. Secara karakterisitik, semua

sinus paranasal dan konka yang berdekatan membengkak. Air fluid

level dan erosi tulang tidak ditemukan pada sinusitis alergi ringan,

tetapi pembengkakan mukosa disertai buruknya drainase sinus

dapat dicuragai adanya infeksi sekunder bakteri.

Kelainan pada mukosiliar

Drainesa sinus paranasal bergantung pada gerakan

mukosiliar, bukan bergantung pada gravitasi. Koordinasi dari sel

epitel kolumner bersilia menyebabkan drainase selalu menuju ke

ostia sinus. Ada beberapa hal yang dapat mengganggu fungsi

14

Page 15: Referat Pansinusitis

mukosilia ini, yaitu berkurang sel epitel bersilia, aliran udara yang

tinggi, virus, bakteri, sitotoksin lingkungan, mediator inflamasi,

udara dingin/kering, jaringan parut, asap rokok, dehidrasi, obat

antihistamin dan antikolinergik, serta kartagener sindrom.

Berubahnya kualitas dan kuantitas mukus.

Adanya kurangnya sekresi atau hilangnya kelembapan pada

permukaan yang tidak dapat terkompensasi oleh kelenjar mukus

dan sel goblet mukus menjadi sangat kental.Berubahnya

konsistensi mukus menjadi lebih kental menyebabkan drainase

menuju ostia berjalan lambat, dan mukus ini akan tertahan untuk

beberapa waktu.

Inflamasi akut dari mukosa sinus menyebabkan

hyperaemia, eksudasi cairan, keluar sel PMN dan meningkatnya

akticitas dari kelenjar serosa dan mukus.Tergantung pada virulensi

organisme, daya tahan tubuh host, dan kemampuan dari ostium

sinus untuk drainase. Pada awalnya, eksudat serous lama kelamaan

dapat menjadi purulen. Bahkan pada infeksi yang cukup berat dan

lama, dapat menyebabkan perubahan pada mukosa

(hipertrofi/atrofi), silia rusak, pembentukan polip dan destruksi

dinding tulang yang berujung pada komplikasi. 1,2,3

15

Page 16: Referat Pansinusitis

F. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior

dan posterior, pemeriksaan nasoendoskopi dianjurkan untuk diagnosis

yang lebih tepat dan dini.

1) Anamnesis 1,2,3

Akut

Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas.

Gejala subjektif dibagi menjadi gejala sistemik, yaitu demam dan lesu,

serta gejala gejala lokal, yaitu hidung tersumbat, ingus kental, post

nasal drip, halitosis, sakit kepala yang lebih berat pada pagi hari, nyeri

di daerah sinus yang terkena, serta kadang disertai nyeri alih ke tempat

lain.

a) Sinusitis Maksilaris

Sinus maksila disebut juga Antrum Highmore. Pada sinusitis

maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar

ke alveolus hingga terasa di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan

depan telinga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan

menusuk. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan

terkadang berbau busuk dan batuk iritatif non produktif

b) Sinusitis Ethmoidalis

Karena dinding leteral labirin ethmoidalis (lamina papirasea)

seringkali merekah dan karena itu cenderung lebih sering

menimbulkan selulitis orbita pada anak. Pada dewasa seringkali

bersama-sama dengan sinusitis maksilaris serta dianggap sebagai

penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat dielakkan. Gejala

berupa nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius,

kadang-kadang nyeri dibola mata atau belakangnya, terutama bila

mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis, post nasal drip dan

sumbatan hidung.

16

Page 17: Referat Pansinusitis

c) Sinusitis Frontalis

Gejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas, nyeri berlokasi di

atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang

tengah hari, kemudian perlahan-lahan mereda hingga menjelang

malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa nyeri bila

disentuh dan pembengkakan supra orbita.

d) Sinusitis Sfenoidalis

Pada sinusitis sfenodalis rasa nyeri terlokalisasi di vertex, oksipital,

di belakang bola mata dan di daerah mastoid. Namun penyakit ini

lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya

sering menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya.

Kronik

Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit di diagnosis.

Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala-gejala yaitu sakit kepala

kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorok, gangguan

telinga akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke

paru seperti bronkitis, bronkiektasis dan yang penting adalah serangan

asma yang meningkat dan sulit diobati. Pada anak, mukopus yang

tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis

2) Pemeriksaan Fisik 1,2,3

Akut

Pembengkakan pada sinus maksila terlihat di pipi dan kelopak

mata bawah, pada sinusitis frontal terlihat di dahi dan kelopak mata

atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul pembengkakan, kecuali bila

ada komplikasi.

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan

edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid

anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan

pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak

keluar dari meatus superior. Pada sinusitis akut tidak ditemukan

17

Page 18: Referat Pansinusitis

polip,tumor maupun komplikasi sinusitis. Jika ditemukan maka kita

harus melakukan penatalaksanaan yang sesuai. Pada rinoskopi

posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Pada posisional test yakni pasien mengambil posisi sujud selama

kurang lebih 5 menit dan provokasi test yakni suction dimasukkan

pada hidung, pemeriksa memencet hidung pasien kemudian pasien

disuruh menelan ludah dan menutup mulut dengan rapat, jika positif

sinusitis maksilaris maka akan keluar pus dari hidung. Pada

pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau

gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus

yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal

Kronik

Temuan pemeriksaan klinis tidak seberat akut dan tidak terdapat

pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan

sekret kental, purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat

juga ditemukan polip, tumor atau komplikasi sinusitis. Pada rinoskopi

posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

Transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus frontal, yakni pada sinus

yang terinfeksiakan terlihat suram dan gelap.

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologis 1,6

Pemeriksaan foto kepala dengan berbagai posisi yang khas,

pemeriksaan tomogram dan pemeriksaan CT-Scan. Pemeriksaan foto

polos kepala adalah pemeriksaan yang paling baik dan paling utama

untuk mengevaluasi sinus paranasal. Karena banyaknya unsur-unsur

tulang dan jaringan lunak yang tumpang tindih pada daerah sinus

paranasal, kelainan-kelainan jaringan lunak, erosi tulang kadang-

kadang sulit dievaluasi.Pemeriksaan ini dari sudut biaya cukup

ekonomis dan pasien hanya mendapat radiasi yang minimal.

18

Page 19: Referat Pansinusitis

Pemeriksaan foto kepala untuk mengevaluasi sinus paranasal terdiri

atas berbagai macam posisi antara lain:

a) Foto kepala posisi anterior-posterior ( AP atau posisi Caldwell)

Foto ini diambil pada posisi kepala meghadap kaset, bidang

midsagital kepala tegak lurus pada film. Idealnya pada film tampak

pyramid tulang petrosum diproyeksi pada 1/3 bawah orbita atau pada

dasar orbita. Hal ini dapat tercapai apabila orbito-meatal line tegak

lurus pada film dan membentuk 1500 kaudal.

Gambar. Air fluid level sinus maxilla posisi Caldwell

b) Foto lateral kepala

Dilakukan dengan film terletak di sebelah lateral dengan sentrasi di

luar kantus mata, sehingga dinding posterior dan dasar sinus

maksilaris berhimpit satu sama lain. Pada sinusitis tampak

penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen pada

satu atau lebih sinus para nasal , penebalan dinding sinus dengan

sklerotik (pada kasus-kasus kronik).

Gambar. Air fluid level pada Sinus Maxilla (foto lateral)

c) Foto kepala posisi Waters

19

Page 20: Referat Pansinusitis

Foto ini dilakukan dengan posisi dimana kepala menghadap

film, garis orbito meatus membentuk sudut 370 dengan film.Pada

foto ini, secara ideal piramid tulang petrosum diproyeksikan pada

dasar sinus maxillaris sehingga kedua sinus maxillaris dapat

dievaluasi sepenuhnya. Foto Watersumumnya dilakukan pada

keadaan mulut tertutup. Pada posisi mulut terbuka akan dapat

menilai dinding posterior sinus sphenoid dengan baik

d) Foto kepala posisi Submentoverteks

Foto diambil dengan meletakkan film pada vertex, kepala pasien

menengadah sehingga garis infraorbito meatal sejajar dengan film.

Sentrasi tegak lurus film dalam bidang midsagital melalui sella

turcica kearah vertex. Posisi ini biasa untuk melihat sinus frontalis

dan dinding posterior sinus maxillaris

e) Foto Rhese

Posisi Rhese atau oblique dapat mengevaluasi bagian posterior

sinus ethmoidalis, kanalis optikus, dan lantai dasar orbita sisi lain.

20

Page 21: Referat Pansinusitis

Pemeriksaan CT-Scan

Pemeriksaan CT-Scan sekarang merupakan pemeriksaan yang

sangat unggul untuk mempelajari sinus paranasal, karena dapat

menganalisis dengan baik tulang-tulang secara rinci dan bentuk-bentuk

jaringan lunak, irisan axial merupakan standar pemeriksaan paling baik

yang dilakukan dalam bidang inferior orbitomeatal (IOM). Pemeriksaan

ini dapat menganalisis perluasan penyakit dari gigi geligi, sinus-sinus

dan palatum, terrmasuk ekstensi intrakranial dari sinus frontalis.

Pada kasus-kasus sinusitis sphenoid, kira-kira 50% foto polos sinus

sphenoidalis yang normal, tapi apabila dilakukan pemeriksaan CT-Scan,

maka tampak kelainan pada mukosa berupa penebalan.

Gambar . Foto normal CT- Scan

21

Page 22: Referat Pansinusitis

Gambar. Foto CT scan posisi coronal memperlihatkan gambaran sinusitis

maxilla dengan penebalan dinding mukosa di sinus maxilla kanan

Pansinusitis adalah suatu keadaan dimana terdapat perselubungan

pada seluruh sinus-sinus. Apabila perselubungan masih tetap ada sampai

2-3 minggu setelah terapi konservatif perlu dilakukan pemeriksaan CT-

Scan. Hal-hal yang mungkin terjadi pada kasus tersebut, ialah:

o Kista retensi yang luas, pada pemeriksaan CT-Scan terlihat

gambaran air fluid level

o Polip yang mengisi ruang sinus

o Polip antrakoana

o Masa pada kavum nasi yang menyumbat sinus

o Mukokel, pada foto polos tampak gambaran radioopak berbatas

tegas berbentuk konveks dengan penebalan dinding mukosa

disekitarnya. Pada mukokel didaerah sinus etmoidalis sukar

dideteksi dengan foto polos, tetapi dapat dideteksi dengan

pemeriksaan CT.

o Tumor

Pemeriksaan MRI 3,6

MRI memberikan gambaran yang lebih baik dalam membedakan

struktur jaringan lunak dalam sinus. Kadang digunakan dalam kasus

suspek tumor dan sinusitis fungal. Sebaliknya, MRI tidak mempunyai

keuntungan dibandingkan dengan CT Scan dalam mengevaluasi

sinusitis. MRI memberi hasil positif palsu yang tinggi, penggambaran

tulang yang kurang, dan biaya yang mahal. MRI membutuhkan waktu

lama dalam penyelesaiannya dibandingkan dengan CT Scan yang

relatif cukup cepat dan sulit dilakukan pada pasien klaustrofobia.

MRI mungkin merupakan pilihan terbaik untuk mendeteksi dan

mengenali mukokel.MRI dengan kontras merupakan teknik terbaik

untuk mendeteksi empiema subdural atau epidural.

22

Page 23: Referat Pansinusitis

Pemeriksaan mikrobiologis 1,2,3

Biakan yang berasal dari hidung bagian posterior dan nasofaring

biasanya lebih akurat dibandingkan dengan biakan yang berasal dari

hidung bagian anterior. Namun demikian, pengambilan biakan hidung

posterior juga lebih sulit. Biakan bakteri spesifik pada sinusitis

dilakukan dengan menagspirasi pus dari inus yang terkena.

Pada sinusitis akut dan kronik sering terlibat lebih dari satu jenis

bakteri. Dengan demikian untuk menentukan antibiotik yang tepat

harus diketahui benar jenis bakterinya penyebab sinusitisnya.

Sinuskopi 1,2,3

Sinoscopy merupakan satu satunya cara yang memberikan

informasi akurat tentang perubahan mukosa sinus, jumlah sekret yang

ada di dalam sinus, dan letak dan keadaan dari ostium sinus. Yang

menjadi masalah adalah pemeriksaan sinoscopy memberikan suatu

keadaan yang tidak menyenangkan buat pasien.

G. Tatalaksana

Tujuan terapi ialah mempercepat penyembuhan, mencegah

komplikasi dan mencegah akut menjadi kronik. Prinsip pengobatan ialah

membuka sumbatan di kompleks ostio-meatal (KOM) sehingga drainase

dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

Penatalaksanaan Medis 1,2,3

1) Terapi medikamentosa

Tujuan dari terapi sinusitis akut adalah memperbaiki fungsi

mukosilia dan mengontrol infeksi. Terapi sinusitis karena infeksi

virus tidak memerlukan antibiotika. Terapi standart nonantibiotika

diantaranya topical steroid, dan atau oral decongestan, mucolytics,

dan intranasal saline spray. Sedangkan untuk terapi sinusitis akut

bacterial diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik

Antibiotik yang diberikan lini I yakni golongan penisilin atau

cotrimoxazol dan terapi tambahan yakni obat dekongestan oral +

topikal, mukolitik untuk memperlancar drenase dan analgetik untuk

23

Page 24: Referat Pansinusitis

menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin

atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka pemberian

antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari. Jika tidak ada

perbaikan maka diberikan terapi antibiotik lini II selama 7 hari yakni

amoksisilin klavulanat/ampisilin sulbaktam, cephalosporin generasi

II, makrolid dan terapi tambahan

2) Drainase

Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek

(Ultra Short Wave Diathermy) sebanyak 5 – 6 kali pada daerah yang

sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus. Kalau belum membaik,

maka dilakukan pencucian sinus. Untuk sinusitis maxillaris dilakukan

pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis ethmoidalis

frontalis dan sinusitis sphenoidalis dilakukan tindakan pencucian

Proetz. Irigasi dan pencucian dilakukan 2 kali dalam seminggu. Bila

setelah 5 atau 6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak

secret purulen, maka perlu dilakukan bedah radikal.

Penatalaksanaan Bedah 1,2,3

Harus dipertimbangkan penatalaksanaan bedah untuk mempermudah

drainase sinus yang terkena serta mengeluarkan mukosa yang sakit. Hal ini

diperlukan :

o Bila terancam komplikasi

o Untuk menghilangkan nyeri hebat

o Bila pasien tidak berespon terhadapat terapi medis.

1) Pembedahan Radikal

Pembedahan radikal yaitu pengangkatan mukosa yang patologik dan

membuat drainase dari sinus yang terkena. Untuk sinus maxillaris

dilakukan operasi Caldwell-luc, sedangkan untuk sinus ethmoidalis

dilakukan ethmoidektomi yang bisa dilakukan dari dalam hidung

24

Page 25: Referat Pansinusitis

(intranasal) atau dari luar (ekstranasal). Drainase sekret pada sinus

frontalis dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dari luar

(ekstranasal) seperti dalam operasi Kilian. Drainase sinus sphenoidalis

dilakukan dari dalam hidung (intranasal).

2) Pembedahan Non-Radikal

Akhir-akhir ini dikembangkan metode operasi sinus paranasal dengan

menggunakan endoskop yang disebut Bedah Sinus Endoskop

Fungsional (BSEF). Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan

daerah kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber sumbatan dan

infeksi, sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat lancar kembali

melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali

normal

H. Komplikasi

Komplikasi Orbita 1,2,3

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita

yang tersering. Namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga

terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita.

Terdapat 5 tahapan :

1) Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita

akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama

ditemukan pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan

orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok

umur ini.

2) Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif

menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.

3) Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding

tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.

4) Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur

dengan isi orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis

optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak

otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungtiva

25

Page 26: Referat Pansinusitis

merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin

bertambah.

5) Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri

melalui saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk

suatu tromboflebitis septik.

Secara patognomonik, thrombosis sinus kavernosus terdiri dari ;

- Oftalmoplegia

- Kemosis konjuctiva

- Gangguan penglihatan yang berat

- Kelemahan pasien

- Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus

yang berdekatan dengan saraf cranial II, III, IV, VI, serta

berdekatan juga dengan otak.

Mukokel 1,2,3

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul

dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris,

sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak

berbahaya.

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat

membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya.

Kista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau

fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus

sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan

penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.

Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama

dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat.

Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk

mengangkat semua mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase

yang baik atau obliterasi sinus

Komplikasi Intra Kranial 1,2,3

26

Page 27: Referat Pansinusitis

a. Meningitis Akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat

adalah meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat

menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang

berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau

melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

b. Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna

kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul

lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum

pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intra kranial.

Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan

arachnoid atau permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan

abses dura.

c. Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus

terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik secara

hematogen ke dalam otak. Terapi komplikasi intra kranial ini

adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan

yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.

Osteomielitis dan abses subperiosteal

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang

frontalis adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat

sangat berat. Gejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil.

I. Prognosis

Sinusitis akut memiliki prognosis yang sangat baik, dengan perkiraan 70%

penderita sembuh tanpa pengobatan. Sedangkan sinusitis kronik memiliki

prognosis yang bervariasi. Jika penyebabnya adalah kelainan anatomi dan

telah diterapi dengan bedah, maka prognosisnya baik.lebih dari 90%

27

Page 28: Referat Pansinusitis

pasien membaik dengan intervensi bedah, namun pasien ini kadang

mengalami kekambuhan. 1,2,3

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007.

28

Page 29: Referat Pansinusitis

2. Pletcher A. Higler,MD. BOIES Buku ajar penyakit THT. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2012

3. Itzhak Brook,MD,MSc. Epidemiology of Acute Sinusitis. Diunduh dari http//emedicine.medscape.com/article/232670-overview#a0156

4. Russell A.Faust, PhD,MD. Development Of The Paranasal Sinuses In Children. In: Ask The Boogor Doctor. 2010. Diunduh dari http://www.boogordoctor.com/2012/02/development-of-the-paranasal-sinuses-in-children

5. Snell Richard. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran Edisi 6.Jakarta : EGC. 2006

6. Ekayuda I. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Divisi Radiodiagnostik Departemen Radiologi FKUI. 2005

29